Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

SYOK ANAFILAKTIK
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS (PPKGDK)

Disusun Oleh :

Hj. Yunita, S. Kep

NIM. 2314901210119

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KONSEP KASUS SYOK ANAFILAKTIK

1. DEFINISI
Anafilaktik merupakan jenis syok distributive adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas
segera. Ini adalah peristiwa hidup yang mengancam yang memerlukan intervensi secepatnya.
Respon antibody antigen yang parah menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi
respon syok umum (Critical Care Nursing, 986).
Anafilaksis merupakan reaksi alergi yang berat dan bisa mengancam nyawa dan harus
selalu ditangani sebagai hal darurat medis. Anafilaksis terjadi setelah orang terpapar dengan
allergen (biasanya makanan, serangga atau obat) yang dapat menimbulkan alergi padanya.
Tidak semua orang yang terkena alergi menghadapi bahaya anafilaksis (ASCIA, 2015).

2. ETIOLOGI
a. Obat-obatan terjadi reaksi histamine tak langsung yang berat biasanya mengikuti suntikan
obat, serum, media kontras foto rontgen
b. Makanan tertentu
c. Gigitan serangga
d. Reaksi kadang dapat idiopatik / manifestasi abnormalitas immunologis

Ada beberapa factor yang bisa mempengaruhi beratnya reaksi alergi, termasuk olahraga,
panas, bagi yang terkena alergi makanan, banyaknya yang dimakan maupun cara
dipersiapkan.

3. MANIFESTASI KLINIS
Gejala anafilaksis bisa mengancam nyawa dan termasuk manapun yang berikut ini :
a. Pernafasan sulit atau berbunyi
b. Lidah membengkak
c. Tenggorokan membengkak atau menyempit
d. Sulit berbicara atau suara serak, sesak, apnea,
e. Mengi atau batuk terus
f. Pening terus atau pingsan
g. Pucat dan lunglai (pada anak kecil)
h. Takikardi, hipotensi, renjatan, aritmia, palpitasi

Dalam beberapa kasus, anafilaksis diawali dengan gejala alergi yang kurang berbahaya,
seperti:

a. Pembengkakan wajah, bibir dan mata


b. Ruam atau bilur
c. Sakit perut, muntah (inilah pertanda anafilaksis untuk alergi serangga)
d. Pruritus, urtikaria, angioedema, kulit pucat dan dingin

4. PATOFISIOLOGI
Bila suatu allergen spesifik disuntikan langsung kedalam sirkulasi darah maka
allergen dapat bereaksi pada tempat yang luas diseluruh tubuh dengan adanya basophil dalam
darah dan sel mast yang segera berlokasi diluar pembuluh darah kecil, jika telah disensitisasi
oleh perlekatan regain Ig E menyebabkan terjadi anafilaksis.
Histamin yang dilepaskan dalam sirkulasi menimbulkan vasodilatasi perifer
menyeluruh, peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan terjadi kehilangan banyak
plasma dari sirkulasi maka dalam beberapa menit dapat meninggal akibat syok sirkulasi.
Histamine yang dilepaskan akan menimbulkan vasodilatasi yang menginduksi timbulnya red
flare (kemerahan) dan peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga terjadi
pembengkakan pada area yang terbatas jelas (disedut hives). Urtikaria muncul akibat
masuknya antigen kearea kulit yang spesifik dan menimbulkan reaksi setempat.
Histamin yang dilepaskan sebagai respon terhadap reaksi menyebabkan dilatasi
pembuluh darah setempat terjadi peningkatan tekanan kapiler dan peningkatan permeabilitas
kapiler menimbulkan kebocoran cairan yang cepat dalam hidung menyebabkan dinding
mukosa hidung bengkak dan bersekresi.
PATHWAY
Allergen
(Antibiotik, makanan, bisa binatang, lateks)

Terpapar pada sel plasma

Pembentukan Ig E spesifik terhadap allergen

Reaksi antibody

Lepasnya mediator kimia
(histamine, serotonin, bradykinin)

SYOK ANAFILAKTIK

Pe↑ permeabilitas pe↑ mucus pd spasme bronkus spasme pemb. Darah coroner
Vaskuler jalan nafas

Perpindahan cairan Ggn. Pd jalan nafas penyempitan jalan nafas pe↓ aliran darah
dari Intravascular ke pada arteri coroner
Interstisial Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

pe↓ tekanan perfusi pe↓ cairan intravaskuler pe↓suplai O2 ke miokard


jaringan jantung

jaringan kekurangan pe↓ aliran darah balik miokard kekurangan O2


suplai darah (O2) (energy)
akral dingin pe↓ tekanan darah pe↓ kekuatan kontraksi
otot jantung
Penurunan Perfusi Kekurangan Volume
Jaringan Perifer Cairan Penurunan Curah Jantung

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Penunjang diagnostic EKG untuk mengetahui gambaran jantung (biasanya pada gambar
EKG gelombang T mendatar dan terbalik), aritmia. Tidak ada pemeriksaan laboratorium
yang khas, diagnose ditegakkan dengan adanya keluhan dan tanda anafilaktik dengan riwayat
sebelumnya memakai obat parenteral atau adanya gigitan serangga.

6. PENATALAKSANAAN
a. Memerlukan tindakan cepat, diutamakan dengan pemberian adrenalin sesegera mungkin
b. Penanganan utama
1) Hentikan antigen penyebab, beri antihistamin
2) Baringkan pasien dengan posisi tungkai / kaki lebih tinggi dari kepala
3) Pemberian adrenalin 1:1000 (1 mg/ml)
4) Segera diberi im dosis 0,3-0,5 ml pada otot deltoideus (anak 0,01 mg/kgBB) dapat
diulang tiap 5 menit
5) Pemberian adrenalin iv bila tidak ada respon pemberian dengan im atau terjadi
kegagalan sirkulasi dan syok dosis 0,5 ml. adrenalin 1:1000 diencerkan dalam 10 ml
larutan dan diberikan selama 10 menit
6) Pasang infus untuk mengatasi hypovolemia dan tanda kolaps vaskuler
7) Bebaskan jalan nafas kalau perlu pasang intubasi endotrakeal
8) Pemberian oksigen 5-10 lt/mt, bila perlu bantuan pernafasan
c. Pengobatan tambahan
1) Antihistamin : dipenhidramin iv 50 mg pelan (5-10 menit) diulang tiap 6 jam selama
48 jam
2) Kortikosteroid : untuk mencegah reaksi berulang seperti hidrokortison
d. Tindakan dan pengobatan simptomatis
1) Apabila terjadi bronkospasme yang menetap atau tidak mempan dengan adrenalin
maka diberikan aminopilin iv 4-7 mg/kgBB selama 10-20 menit, bronkodilator
aerosol.
2) Apabila tekanan darah tidak naik dengan pemberian cairan maka dapat diberikan
dopamine 0,3-1,2 mg/kgBB/jam dalam larutan infus dextrose 5%
3) Apabila ada obstruksi saluran nafas atas karena oedema maka dilakukan intubasi dan
trakeotomi

7. KOMPLIKASI
a. Henti jantung (cardiac arrest) dan henti nafas
b. Bronkospasme persisten
c. Oedema larynx (dapat mengakibatkan kematian)
d. Relaps jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
e. Kerusakan otak permanen akibat syok
f. Urtikaria dan angoiodema menetap sampai beberapa bulan

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

1. PENGKAJIAN
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Hal pertama yang dinilai adalah kelancaran airway. Meliputi pemeriksaan adanya
obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing, bengkak pada wajah seperti
hidung atau adanya secret. Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw thrust”.
Selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas.
2) Breathing
Jalan nafas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang terjadi
pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dari tubuh. Frekuensi nafas cepat dan dangka, suara pernafasan pada
paru-paru terdengar ada ronchi, weezing atau dipsnea. Ventilasi yang baik meliputi :
fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.
3) Circulation
Dikaji sirkulasi meliputi : sirkulasi perifer, nadi (irama, denyut), tekanan darah,
ekstremitas, warna kulit, CRT, dan edema. Tanda dan gejala seperti : Takikardi,
hipotensi, renjatan, aritmia, palpitasi, bengkak pada wajah, bibir dan mata, akral
dingin, pucat, CRT >2, pruritus, urtikaria.
4) Disability
Periksa tingkat kesadaran, respon pupil dan fungsi sensorik motoric
5) Exposure
Dilakukan pemeriksaan fisik head to toe secara menyeluruh dan EKG
b. Pengkajian Sekunder
1) Identitas : nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan/suku, berat badan, tinggi badan,
pendidikan, pekerjaan,status perkawinan, anggota keluarga, agama.
2) Riwayat kesehatan : waktu kejadian, penyebab syok, posisi saat kejadian, status
kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera setelah kejadian.
3) Aktivitas/istirahat
Gejala : merasa lelah, lemah, lunglai
4) Sirkulasi
Gejala : perubahan tekanan darah (hipotensi), takikardi, renjatan, aritmia,
palpitasi.
5) Makanan/cairan
Gejala : mual, muntah.
6) Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit perut
Tanda : rasa tak enak di dada dan perut
7) Pernafasan
Tanda : pernafasan sulit, suara serak, sesak, sulit berbicara, apnea, mengi batuk
terus.
8) Keamanan
Gejala : alergi terhadap makanan, gigitan binatang, dan alergi obat
Tanda : pruritus, urtikaria

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mokus dalam jumlah berlebihan
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah keperifer
darah ditandai dengan penurunan kardiak output (penurunan nadi dan tekanan
darah)
c. Risiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
d. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil intervensi


1 Ketidakefektifan bersihan jalan NOC : status pernafasan : ventilasi NIC : manajemen jalan nafas
nafas Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 1. Monitor status pernafasan dan
jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : oksigenasi
No Skala Awal Akhir 2. Buka jalan nafas dengan teknik chin
1 Kemudahan lift atau jaw thrust
bernafas 3. Identifikasi kebutuhan actual/potensial
2 Frekuensi dan irama untuk memasukkan alat membuka jalan
pernafasan nafas
3 Peregerakan sputum 4. Masukkan alat nasopharyngeal airway
keluar dari jalan (NPA) atau oropharyngeal airway
nafas (OPA)
4 Pergerakan 5. Posisikan klien untuk memaksimalkan
sumbatan keluar dari ventilasi
jalan nafas 6. Lakukan penyedotan/suction melalui
Indicator : endotrakea dan nasotrakea
1. Gangguan eksterm 7. Kelola nebulizer ultrasonic
2. Berat 8. Posisikan untuk meringankan sesak
3. Sedang nafas
4. Ringan 9. Auskultasi suara nafas, catat area yang
5. Tidak ada gangguan ventilasinya menurun atau tidak ada
dan adanya suara tambahan
10. Edukasi keluarga klien tentang keadaan
klien
11. Kolaborasi dengan tim dokter dalam
pemberian obat

2 Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC : status sirkulasi : tissue perfusion : NIC : Manajemen Sensasi Perifer
perifer cerebral 1. Monitor adanya daerah tertentu yang
Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 hanya peka terhadap panas/dingin
jam status perfusi jaringan perifer tidak ada 2. Periksa CRT terjadi perubahan warna
masalah dengan kriteria hasil : kulit atau tidak
No Skala Awal Akhir 3. Monitor adanya parestese
1 TD sistolik dan 4. Instruksikan keluarga untuk
diastolic mengobservasi kulit jika ada lesi atau
2 Hipertensi ortostatik laserasi
3 Berkomunikasi 5. Gunakan sarung tangan untuk proteksi
dengan jelas dan 6. Batasi gerakan pada kepala, leher dan
sesuai dengan usia punggung
serta kemampuan 7. Kolaborasi pemberian analgetik
4 Menunjukkan 8. Diskusikan mengenai penyebab
perhatian, perubahan sensasi
konsentrasi dan
orientasi kognitif
5 Mengolah informasi
6 Membuat keputusan
dengan benar
Indicator :
1. Gangguan eksterm
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan

3 Kekurangan volume cairan NOC : keseimbangan cairan, status nutrisi : NIC : manajemen cairan
asupan makanan dan cairan 1. Hitung haluaran urine
Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 2. Pertahankan intake yang akurat
jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : 3. Pasang kateter urine
No Skala Awal Akhir 4. Monitor status hidrasi (seperti :
1 Urine output kelembapan mukosa membrane, nadi)
2 Tekanan darah 5. Monitor status hemodinamik termasuk
3 Nadi CVP, MAP, PAP
4 Suhu tubuh 6. Monitor hasil laboratorium terkait
5 Turgor kulit retensi cairan
6 Dehidrasi 7. Monitor TTV
7 Mukosa mulut 8. Monitor adanya indikasi
Indicator : retensi/overload cairan
1. Gangguan eksterm 9. Manajemen elektrolit
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan

4 Penurunan curah jantung NOC :cardiac pump effectiveness, status NIC : cardiac care
circulation dan status vital sign 1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,
Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 lokasi, durasi)
jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : 2. Catat adanya disritmia jantung
No Skala Awal Akhir 3. Catat adanya tanda dan gejala
1 Tekanan darah penurunan cardiac otput
2 Nadi 4. Monitor adanya penurunan tekanan
3 Respirasi darah
4 kelelahan 5. Anjurkan untuk menurunkan stress
5 Edema paru, perifer, 6. Kolaborasi dalam pemberian terapi
asites aritmia.
6 Penurunan
kesadaran
Indicator :
1. Gangguan eksterm
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan
Banjarmasin, 14 Februari 2024

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Novia Heriani, Ns., M.Kep M. Hanafi, S.Kep., Ners


DAFTAR PUSTAKA

Bailey, J.J., Sabbagh, M., Loiselle, C, G., Boileau, J., & McVey. L. (2010). Intensive and
Critical Care Nursing 2010, Vol. 26, Hal. 986

Nurarif. A. H. dan Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta: MediAction

Australasian Society of Clinical Immunology and Allergy (ASCIA). (2015). Diunduh dari
www.allergy.org.au pada tanggal 15 Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai