Anda di halaman 1dari 26

PPT GIGITAN ULAR

GADAR Disusun oleh :


M.fahriza rizqi akbar (7121009
Putri dila nurauliya{7121012 }
PENDAHULUAN

◦ Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Racun binatang adalah merupakan
campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang
berbeda pada manusia. Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ, beberapa mempunyai
efek pada hampir setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis
yang dapat meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan
◦ Bisa dari ular berbisa mengandung hialuronidase, yang menyebabkan bisa dapat menyebar dengan cepat
melalui jaringan limfatik superfisisal. Toksin lain yang terkandung dalam bisa ular, antara lain
neurotoksin, toksin hemoragik dan trombogenik, toksin hemolitik, sitotoksin, dan antikoagulan
LANJUTAN
◦ Ular berbisa dibandingkan ular tak berbisa pit viper dinamakan demikian karena memiliki ciri lekukan
yang sensitif terhadap panas terletak antara mata dan lubang hidung pada tiap sisi kepala. Pit viper juga
memiliki pupil berbentuik elips, berlainan dengan pupil bulatyang memiliki ular jenis tak bebahaya
◦ Sebaliknya, ular karang memiliki pupil bulat dan sedikit lekukan pada muka. Pit viper memiliki gigi
taring panjang dan sederet gigi subkaudal. Ular tak berbisa banyak memiliki gigi dibanding dengan
taring dan mempunyai dua deret gigi subkaudal. Untuk membedakan ular karang berbisa dengan ular lain
yang mirip warnanya
◦ harus diingat bahwa ular karang memiliki hidung berwarna hitam dan memiliki juga guratan cincin
warna merah yang berdampingan dengan warna kuning.
◦ Prinsip Pertolongan Pertama pada korban gigitan ular adalah, meringankan sakit, menenangkan pasien
dan berusaha agar bisa ular tidak terlalu cepat menyebar ke seluruh tubuh sebelum dibawa ke rumah
sakit. 
PEMBAHASAN

◦ Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa. Racun ular adalah racun
hewani yang terdapat pada ular berbisa. Racun binatang adalah merupakan campuran dari berbagai
macam zat yang berbeda yang dapat menimbulkan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia
◦ Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap suatu organ, beberapa mempunyai efek pada hampir
setiap organ. Kadang-kadang pasien dapat membebaskan beberapa zat farmakologis yang dapat
meningkatkan keparahan racun yang bersangkutan.
◦ . Komposisi racun tergantung dari bagaimana binatang menggunakan toksinnya. Racun mulut bersifat
ofensif yang bertujuan melumpuhkan mangsanya, sering kali mengandung faktor letal. Racun ekor
bersifat defensive dan bertujuan mengusir predator, racun bersifat kurang toksik dan merusak lebih
sedikit jaringan
Etiologi
Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae. Bisa ular dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan

pendarahan. Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae

tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam. yang telah diketahui Daya toksik bisa ular ada beberapa macam :

a. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)

Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan

menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-

pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan lain-lain.

b. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)

Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf tersebut mati

dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan

saraf pusat dengan jalan melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui

pembuluh limfe.
c. Bisa ular yang bersifat Myotoksin

Mengakibatkan rabdomiolisis yang sering berhubungan dengan maemotoksin.

Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-

sel otot.

d. Bisa ular yang bersifat kardiotoksin

Merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.

e. Bisa ular yang bersifat cytotoksin

Dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler.
Patofisiologi
Bisa ular yang masuk ke dalam tubuh, menimbulkan daya toksin. Toksik tersebut menyebar melalui peredaran
darah yang dapat mengganggu berbagai system. Seperti, sistem neurogist, sistem kardiovaskuler, sistem
pernapasan.

Pada gangguan sistem neurologis, toksik tersebut dapat mengenai saraf yang berhubungan dengan sistem
pernapasan yang dapat mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan, sehingga menimbulkan kesulitan untuk
bernapas.

Pada sistem kardiovaskuler, toksik mengganggu kerja pembuluh darah yang dapat mengakibatkan hipotensi.
Sedangkan pada sistem pernapasan dapat mengakibatkan syok hipovolemik dan terjadi koagulopati hebat yang
dapat mengakibatkan gagal napas.
Terdapat 3 famili ular yang berbisa


Elapida
◦ Hidrophidae,

◦ Viperidae
yang telah diketahui Daya toksik bisa ular ada beberapa macam :

◦ Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)


◦ Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)
◦ Bisa ular yang bersifat Myotoksin
Prinsip penanganan pada pasien gigitan ular:
◦ Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular.
◦ Menetralkan bisa.
◦ Mengobati komplikasi.

◦ Pertolongan pertama :
Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera cari pertolongan medis
jangan tinggalkan korban. Selanjutnya lakukan prinsip
prinsip RIGET

R: Reassure: Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan korban, kepanikan akan menaikan
tekanan darah dan nadi sehingga racun akan lebih cepat menyebar ke tubuh. Terkadang pasien
pingsan/panik karena kaget.
I:  Immobilisation: Jangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidak berjalan atau lari. Jika
dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang, lakukan tehnik balut tekan (pressure-
immoblisation) pada daerah sekitar gigitan (tangan atau kaki) lihat prosedur pressure immobilization (balut
tekan).
G: Get: Bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.
T:  Tell the Doctor: Informasikan ke dokter tanda dan gejala yang muncul  ada korban
Prosedur Pressure Immobilization (balut tekan):

◦ Balut tekan pada kaki:
◦ Istirahatkan (immobilisasikan) Korban.
◦ Keringkan sekitar luka gigitan.
◦ Gunakan pembalut elastis.
◦ Jaga luka lebih rendah dari jantung.
◦ Sesegera mungkin, lakukan pembalutan dari bawah pangkal jari kaki naik ke atas.
◦ Biarkan jari kaki jangan dibalut.
◦ Jangan melepas celana atau baju korban
◦ Balut dengan cara melingkar cukup kencang namun jangan sampai menghambat aliran darah (dapat dilihat
dengan warna jari kaki yang tetap pink).
◦ Beri papan/pengalas keras sepanjang kaki
Balut tekan pada tangan
◦ Balut dari telapak tangan naik keatas. ( jari tangan tidak dibalut).
◦ Balut siku & lengan dengan posisi ditekuk 90 derajat.
◦ Lanjutkan balutan ke lengan sampai pangkal lengan.
◦ Pasang papan sebagai fiksasi.
◦ Gunakan mitela untuk menggendong tangan.
komplikasi
◦ Syok hipovolemik
◦ Edema paru
◦ Kematian
◦ Gagal napas
Asuhan keperawatan
Pengkajian Primary Survey
◦ Airway : tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak ada sputum, tidak ada darah.
◦ Breathing : klien mengalami sesak nafas, penggunaan otot bantu pernafasan, RR = 32
x/menit, pengembangan dada simetris, suara nafas vesikuler.
◦ Circulation : ada perdarahan di tungkai kiri karena gigitan ular, N = 52x/menit, akral
dingin, CRT >3 detik, sianosis.
◦ Disability : kesadaran somnolent (E3V3M5), pupil isokor (2mm).
◦ Exposure : terdapat perdarahan pada luka gigitan ular, adanya edema pada luka,
memar.
diagnosa
◦ Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin.
◦ Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi.
◦ Hipertermia berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme, penyakit, dehidrasi, efek langsung
dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan pada regulasi temperatur, proses infeksi
◦ Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, kegagalan untuk mengatasi infeksi, jaringan
traumatik luka.
◦ Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perawatan di rumah sakit/prosedur isolasi,
mengingat pengalaman trauma, ancaman kematian atau kecacatan.
Intervensi
Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan: Menunjukkan bunyi napas


jelas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, bebas dispnea/sianosis.

Intervensi:

1.Pertahankan jalan napas klien.

◦ Rasional: Meningkatkan ekspansi paru-paru. 


1. Pantau frekuensi dan kedalaman pernapasan.

◦ Rasional: Pernapasan cepat/dangkal terjadi karena hipoksemia, stres, dan sirkulasi endotoksin.

1. Auskultasi bunyi napas.

◦ Rasional: Kesulitan pernapasan dan munculnya bunyi adventisius merupakan indikator dari kongesti
pulmonal/edema interstisial, atelektasis.

1. Sering ubah posisi.

◦ Rasional: Bersihan pulmonal yang baik sangat diperlukan untuk mengurangi ketidakseimbangan ventelasi/perfusi.

1. Berikan O2 melalui cara yang tepat, misal masker wajah.

◦ Rasional: O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis. Pelembaban menurunkan pengeringan saluran pernapasan dan


menurunkan viskositas sputum.
Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi.

◦ Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:

◦ Melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh tubuh


rileks, berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur/istirahat dengan tepat.

◦ Intervensi:

1.Kaji tanda-tanda vital.

2.Rasional: Mengetahui keadaan umum klien, untuk menentukan intervensi selanjutnya.

3.Kaji karakteristik nyeri.

◦ Rasional: Dapat menentukan pengobatan nyeri yang pas dan mengetahui penyebab nyeri.
1. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.

◦ Rasional: Membuat klien merasa nyaman dan tenang.

1. Pertahankan tirah baring selama terjadinya nyeri.

◦ Rasional: Menurunkan spasme otot.

1. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.

◦ Rasional: Memblok lintasan nyeri sehingga berkurang dan untuk membantu penyembuhan luka.
implementasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ADALAH SERANGKAIAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN
OLEH PERAWAT UNTUK MEMBANTU PASIEN DARI MASALAH STATUS KESEHATAN YANG
DIHADAPI KESTATUS KESEHATAN YANG BAIK YANG MENGGAMBARKAN KRITERIA HASIL
YANG DIHARAPKAN. PROSES PELAKSANAAN IMPLEMENTASI HARUS BERPUSAT KEPADA
KEBUTUHAN KLIEN, FAKTOR-FAKTOR LAIN YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN
KEPERAWATAN, STRATEGI IMPLEMENTASI KEPERAWATAN, DAN KEGIATAN KOMUNIKASI
(DINARTI & MURYANTI, 2017).
Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna tujuan dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai