Anda di halaman 1dari 14

Laporan Pendahuluan Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Cairan Dan Elektrolit

Oleh
Nama:Ferdinan Manhitu
NIM:62302820
Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha
Kupang
2020
A. PENGERTIAN

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari fisiologi
homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya(Harnawatiaj2008).

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.

Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap keadaan fisiologis dan lingkungan.
(Tamsuri.2004). Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :

 Cairan Intraseluler (CIS)


Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh (Abdul H,
2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water[TBW]). CIS
merupakan media tempat terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau ⅔ dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS 25liter.
Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya adalah cairan intraseluler.

 Cairan Ekstraseluler (CES)


Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun sekitar 30% dari
total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun sekitar 20% berat tubuh (Price & Wilson,
1986). CES terdiri dari tiga kelompok yaitu (Abdul H, 2008) :

 Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.


 Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
 Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta mempertahankan
pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan CES.
Elektrolit yang berperan yaitu:anion dan kation.

B. ETIOLOGI
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Burner & Sudarrth, 2002) :
 Ketidakseimbangan Volume Cairan Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah. Keringat berlebihan,
demam, penurunan asupan cairan per oral, penggunaan obat-obatan diuretic.
 Kelebihan volume cairan (Hipervolemik).Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis,
asupan natrium berlebih.
 Ketidakseimbangan Elektrolit

Hiponatremia:Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal


pengeluaran diuretic.

Hipernatremia :Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan salin
hipertonik lewat IV secara iatrogenic.

1. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare, muntah atau kehilangan cairan lain
melalui saluran.
2. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti akibat luka bakar dan
trauma.
3. Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat, hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme,
difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit neoplastik, pancreatitis.
4. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama

C. Patofisiologi:

Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan
penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan , perdarahan dan
pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan
dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.(fhatimfhatim
2012)

D. manifestasi klinik

 Kelelahan
 Kram otot dankejang
 Mual
 Pusing
 Pingsan
 Lekasmarah
 Muntah
 Mulut kering
 Denyut jantung lambat
 Kejang
 Palpitasi
 Tekanan darah naik turun
 Kurangnya koordinasi
 Sembelit
 Kekakuan sendi
 Rasa haus
 Suhu naik
 Anoreksia
 Berat badan menurun
E. Komplikasi

Komplikasi dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan (carpenito 2006):

 Dehidrasi (Ringan, sedang berat).


 Renjatan hipovolemik.
 Kejang pada dehidrasi hipertonik.
Komplikasi dari kelebihan volume cairan adalah :

 Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan
kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
 Infark miokard.
 Gagal jantung kongestif.
 Gagal jantung kiri.
 Penyakit katup.
 Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid
plasma rendah, etensi natrium.
 Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker, berhubungan dengan kerusakan arus balik
vena.
 Varikose vena.
 Penyakit vaskuler perifer.
 Flebitis kronis
F. Pathway
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan darah lengkap (jumlah sel darah, Hb, Hematokrit).
 PH dan Berat jenis urine.
 Pemeriksaan elektrolit serum.
 Analisa gas darah (astrup).
H. penatalaksanaan medik
 Pemberian cairan dan elektrolit per oral
 Pemberian therapy intravena: Larutan nutrient, berisi beberapa jenis
karbohidrat dan air, misalnya dextrosa dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5%
dextrosa in water (DSW) dan amigen, aminovel, Larutan elektrolit, antara lain
larutan salin baik isotonik, hypotonik, maupun hypertonik. Yang banyak
digunakan yaitu normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%.
 RL 1500 cc/24 jam
 Injeksi cefotaxim 250 mg
 Invomit 3x1/2 ampul
 Nolvalgin 3x1/2 ampul
 Diet bubur halus Tanpa kalori tanpa protein
I. ASUHAN KEPERAWATAN
 PENGKAJIAN FOKUS
Data Subjektif :
Identitas mendapatkan data identitas pasien meliputi :
 Nama:
 Umur:
 Jenis Kelamin:
 Pendidikan:
 Pekerjaan:
 Alamat:
 No. Registrasi:
 Diagnosa Medis:
 Tanggal MRS:

Riwayat Kesehatan :

 Keluhan Utama.
 Riwayat Penyakit Sekarang.
 Riwayat Penyakit Lalu.
 Riwayat Penyakit Keluarga.

Riwayat Keperawatan

 Pola Intake
 Jumlah Cairan yang dikonsumsi.
 Tipe cairan yang biasa dikonsumsi.
 Pola Eliminasi
 Mual muntah, Diare
 Kebiasaan berkemih.
 Perubahan jumlah maupin frekuensi.
 Karakteristik urine.
 Evaluasi status kehilangan cairan klien
 Tanda-tanda.
 Edema.
 Rasa haus berlebihan.
 Membran mukosa kering.
 Proses penyakit yang dapat mengganggu keseimbangan cairan.
 Kanker, luka bakar.

Data Objektif :

Pemeriksaan Fisik :

 Kesadaran : kesadaran cukup atau menurun.


 Kepala : normal atau abnormal.
 Wajah : tampak pucat atau tidak, tampak lemas atau tidak, dll.
 Mata : mata cekung atau cowong, air mata kering atau tidak, dll.
 Mulut & Bibir : Mukosa bibir kering atau lembab, Lidah putih atau tidak,
dll.
 Hidung : normal atau abnormal.
 Leher : adanya pembesaran kelenjar limfa atau tidak.
 Integumen : turgor kulit <2 detik atau tidak, adanya edema atau tidak,
adanya kelemahan otot atau tidak.
 Berat Badan : menurun atau tidak.

DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


 Kekurangan Volume Cairan Berhubungan dengan :
- kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal, dari luka, diare
- mual, muntah.
- peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan melalui evaporasi
akibat luka bakar
- motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau keletihan.
 Kelebihan Volume Cairan Berhubungan dengan:
- gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat gagal jantung.
- preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung, sekunder akibat
infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung.
- hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang rendah, retensi natrium,
sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites, dan kanker.
- gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena, thrombus, imobilitas,
flebitis kronis.
A. Intervensi (Perencanaan)
1. Kekurangan volume cairan
Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

No Diagnosa SLKI SIKI


1. Hipovolemia Setelah dilakukan perawatan  Observasi
berhubungan dengan 3x 24 jam membaik dengann Periksa tanda dan gejala
kehilangan cairan kriteria hasi: hipovolemia (frekuensi nadi
aktif di tandai Turgor kulit meningkat,nadi teraba lemah
dengan turgor kulit meningkat(5) ,tekanan darah menurun
menurun,membrane Kekuattan nadi ,tekanan nadi menyempit
mukosa kering meningkat(5) ,turgor kulit menurun
Output urine membrane mukosa kering
meningkat (5) volume urine
munurun,hematokrit,haus
lemah)
Monitor intake dan output
cairan
 Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi modifield
tredelenburg
Berikan asupan cairan oral
 Edukasi
Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonic(NaCl,RL)
Kolaborasi pemberian cairan
hipotonis(glukosa
2,5%,NaCl0,4%)
2. Kelebihan volume cairan
Tujuan : Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh klien.

N Diagnosa SLKI SIKI


o
1. Hipervolemia Setelah dilakukan perawatan  Observasi
berhubungan 3x 24 jam meningkat dengann Periksa tanda dan gejala
dengan kelebihan kriteria hasil: hipervolemia(ortopnea,dispnea,e
asupan cairan di Edema menurun(5) dema,JVP/CVPmeningkat,reflex
tandai dengan Asites menurun(5) hepatojugular positif,suara napas
berat badan Tekanan darah membaik(5) tambahan )
meningkat dalam Denyut nadi radial Identifikasi penyebab
waktu singkat membaik(5) hipervolemia
Monitor status
hemodinamik(frekuensi
jantung,tekanan
darah,MAP,CVP,PAP,PCWP,C
O,CI),jika tersedia
Monitor intake dan output cairan
Monitor tanda hemokonsentrasi
(kadar
natrium,BUN,hematokrit,berat
jenis urine)
Monitor tanda peningkatan
tekanan onkotik plasma(kadar
protein dan albumin meningkat)
Monitor kecepatan infuse secara
ketat
Monitor efek samping diuretic
(hipotensi ortortostatik
,hipovolemia,hipokalemia,hipon
atremia)

 Terapeutik
Timbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
Batasi asupan cairan dan garam
Tinggikan kepala tempat tidur

 Edukasi
Anjurkan melapor jika haluaran
urine <0,5mL/kg/jam dalam 6
jam
Anjurkan melaporkan jika BB
bertambah >1 kgdalam sehari
Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
Ajarkan cara membatasi cairan
 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretic
Kolaborasi pengantian
kehilangan kalium akibat
diuretic
Kolaborasi pemberian
continuous renal replacement
therapy(CRRT) jika perlu

B. Implementasi
 Kekurangan volume cairan
 Observasi
1. memeriksa tanda dan gejala hipovolemia (frekuensi nadi meningkat,nadi teraba lemah
,tekanan darah menurun ,tekanan nadi menyempit ,turgor kulit menurun membrane
mukosa kering volume urine munurun,hematokrit,haus lemah)
2. memonitor intake dan output cairan
 Terapeutik
3. menghitung kebutuhan cairan
4. memberikan posisi modifield tredelenburg
5. memberikan asupan cairan oral
 Edukasi
6. menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral
7. menganjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
 Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonic(NaCl,RL)
9. Kolaborasi pemberian cairan hipotonis(glukosa 2,5%,NaCl0,4%)

 Kelebihan volume cairan


 Observasi
memeriksa tanda dan gejala
hipervolemia(ortopnea,dispnea,edema,JVP/CVPmeningkat,reflex hepatojugular positif,suara
napas tambahan )
memonitor status hemodinamik(frekuensi jantung,tekanan
darah,MAP,CVP,PAP,PCWP,CO,CI),jika tersedia
memonitor intake dan output cairan
memonitor tanda hemokonsentrasi (kadar natrium,BUN,hematokrit,berat jenis urine)
memonitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma(kadar protein dan albumin meningkat)
memonitor kecepatan infuse secara ketat
memonitor efek samping diuretic (hipotensi ortortostatik
,hipovolemia,hipokalemia,hiponatremia)

 Terapeutik
menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
membatasi asupan cairan dan garam
meninggikan kepala tempat tidur

 Edukasi
menganjurkan melapor jika haluaran urine <0,5mL/kg/jam dalam 6 jam
mengjurkan melaporkan jika BB bertambah >1 kgdalam sehari
mengajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
mengajarkan cara membatasi cairan
 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretic
Kolaborasi pengantian kehilangan kalium akibat diuretic
Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy(CRRT) jika perlu

C. Evaluasi tindakan keperawatan


 Keseimbangan cairan dapat dipertahankan.
 Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik.
 Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik.
 Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral, therapy intravena
atau TPN).
Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi
Daftar pustaka

Burrner & Suddarth. 2002.anatomi & fisiologi.Jakarta:EGC

Carpenito,Juall,Lynda(2006),Buku saku diagnose keperawatan ,Edisi 10,Jakarta:EGC

Fhatimfhatim (2012), LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT.

Lencana,putra setya(2012),Laporan pendahuluan pada pasien dengan ganngguan keseimbangan


cairan dan elektrolit.

Tamsuri, anas. 2004. Klien dengan gangguan cairan/ elektrolit seri asuhan
keperawatan.Jakarta:EGC
Tarwoto dan Wartonah (2006),Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi 3,
Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai