Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KESEHATAN NUTRIX|| STIKES NUSANTARA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU


TENTANG NUTRISI YANG TEPAT DENGAN
STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS OESAO KABUPATEN
KUPANG TENGAH
Ona alisye kaary1,Muslimah Anugerah2, Sonny Edstin Liufeto3

Mahasiswa S1 Keperawtan Stikes Nusantara Kupang 1,Dosen S1 Keperawatan Stikes Nusantara Kupang2,Dosen D-III Kebidanan
Stikes Nusantara Kupang3

Provinsi Nusa Tenggara Timur

E-mail: alisye1,anugerahmuslimah@yahoo.com2,3

ABSTRACT

Based on the healthy ministry of 2008,pointed out 17% children who under five(balita) still experiencing
nutrient matter.These number consist of children who have malnutrition are about 3.9% and they who have
undernourished 13.8%.For example the descent stunting of prevalensi in NTT province around 9.1%
almost 2% descent each year .This case showed efforts of multisectors that is convergent in the centraland
province .The purpose of this research is to find out The Level Of The Mother’s knowledge between the
right Nutrient status and the children nutrient status in keja area,Puskesmas Oesao .The research
Implemented on December to Januari 2020 .The kind of the research is survey research with cross
sectional technic simple random technic .The data’s collection was used by kuesioner.The datas tabulation
was using spearmen test with”Kemaknaan”level 0.005.Based on the research ,I conclude that there are a
conection between the mother’s knowledge and the children’s nutrient status.(p=0,005).
Sugestion: The mother’s knowledge the right nutrition for their children in Puskesmas Oesao must be
increase.
Key words :Nutrition status ,Knowledge

1
JURNAL KESEHATAN NUTRIX|| STIKES NUSANTARA

pendahuluan Prevalensi gizi kurang di dunia 14,9% dan


regional dengan prevalensi tertinggi adalah Asia
UU No. 23/2009 tentang Kesehatan Tenggara sebesar 27,3%. Angka balita kurang
menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan gizi di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu gizi
sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun kurang 17,9%, pendek 35,6%, dan kurus 13,3%.
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk Cakupan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) di
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. beberapa wilayah di Indonesia masih tergolong
Setiap orang berhak atas kesehatan. rendah. Cakupan Kadarzi di Provinsi Daerah
Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan Istimewa Yogyakarta 60,9%, di Provinsi Nusa
yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa Tenggara Timur 12,2% .
upaya penyembuhan penyakit, kemudian secara Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
berangsur-angsur berkembang ke arah (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2018
keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh menunjukkan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun
masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat (balita) masih mengalami masalah gizi. Angka
secara luas yang mencakup upaya promotif , tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi
preventif, kuratif , dan rehabilitatif yang bersifat buruk sebesar 3,9% dan yang menderita gizi
menyeluruh terpadu dan berkesinambungan. kurang sebesar 13,8%. Masalah gizi di Indonesia
Masa balita adalah masa pertumbuhan sehingga terutama di beberapa wilayah di bagian Timur
memerlukan gizi yang baik ,UU No.36 tahun seperti NTT dan Papua Barat, dinilai masih
2009 tinggi. Namun, secara nasional, status gizi di
Ibu adalah orang tua perempuan seorang Indonesia mengalami perbaikan yang signifikan.
anak, baik melalui hubungan biologis maupun Sebagai contoh provinsi NTT penurunan
sosial, derajat seorang ibu adalah hamil dan prevalensi stunting sebanyak 9.1%, hampir 2 %
melahirkan. (Prawirohardjo,2010 dalam skripsi pertahun penurunan, hal ini menunjukkan upaya
Ayu Yulia Sari,2016) Kehamilan adalah suatu multisektor yang terkonvergensi pusat dan
proses yang terjadi antara perpaduan sel sperma daerah. Penderita gizi buruk tentu tidak akan
dan ovum sehingga terjadi konsepsi sampai lepas dari pantauan tenaga kesehatan, dimana pun
lahirnya janin, lamanya hamil normal 280 hari kasusnya tenaga kesehatan dibentuk untuk selalu
atau 40 minggu dihitung dari haid pertama haid siaga membantu perbaikan gizi penderita.
terakhir (HPHT). Kehamilan merupakan masa Perbaikan status gizi nasional dapat dilihat
yang cukup berat bagi seorang ibu, seorang ibu berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
diharuskan untuk memberikan ASI segera kurang 2018. Pada prevalensi Gizi Kurang
lebih 30 menit setelah melahirkan.(Yulia (Underweigth) perbaikan itu terjadi berturut-turut
sari,2016) dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik menjadi
17,7% 2018. Prevalensi stunting dari 37,2% turun
Gizi kurang merupakan salah satu penyakit menjadi 30,8%, dan prevalensi kurus (Wasting)
akibat gizi yang masihmerupakan masalah dari 12,1% turun menjadi 10,2%.
indonesia. Masalah gizi pada balita dapat Status gizi buruk pada balita dapat
memberi pada dampak terhadap kualitas sumber menimbulkan pengaruh yang dapat menghambat
daya manusia. Sehingga tidak dapat diatasi dapat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan
menyebabkan lost generation. Kekurangan gizi berpikir. Balita yang menderita gizi buruk dapat
dapat mengakibatkan gagal tumbuh kembang, mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga
meningkatkan angka kematian, dan kesakitan sepuluh persen dampak paling buruk dari gizi
serta penyakit terutama pada kelompok usia buruk yaitu kematian pada umur yang sangat
rawan gizin yaitu balita. kurang gizi atau gizi dini(Supariasa,2012). Untuk mendapatkan gizi–
buruk merupakan penyebab kematian 3,5 juta gizi yang baik diperlukan pengetahuan gizi yang
anak dibawah usia 5 tahun (balita) di dunia. baik dari orang tua agar dapat menyediakan menu
(Zulfita,2013). pilihan yang seimbang (Devi, 2012).
2
JURNAL KESEHATAN NUTRIX|| STIKES NUSANTARA

Sesuai dengan penelitian sandjaja (2000) sehingga status gizi pun menjadi
menyatakan bahwa sebagian anak dalam keluarga baik(Simanulang,2010).
Tertentu dengan sosial ekonomi rendah
mempunyai daya adaptasi yang tinggi sehingga Upaya penanggulangan masalah gizi telah
mampu tumbuh dan berkembang ,salah satu dilakuakan pemerintah melalui peningkatan
faktor salah satu faktor yang mempengaruhinya komunikasi Informasi dan Edukasi di bidang
adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan pangan bertujuan untuk mengetahui apa saja
kesehatan.penelitian serupa oleh pranadji(2000)di nutrisi dan zat yang terkandung dalam suatu
Bogor,jawa barat menyatakan bahwa faktor- makanan dan gizi Masyarakat, Peningkatan
faktor yang berhubungan dengan gizi buruk dari pelayanan gizi Terpadu, (Posyandu), Puskesmas,
anak dibawah lima tahun meliputi tingkat dan Rumah sakit serta intervensi langsung
pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu tentang kepada sarana melalui Pemberian Makanan
gizi. Hasil analisis dengan chi square diperoleh Tambahan (PMT).(Simanulang,2010).
hasil signifikansi p value =0,006, karena p value< Berdasarkan hasil dari mewawancarai ibu-ibu
0,05 maka secara statistik ada hubungan balita di wilayah kerja Puskesmas Oesao
yangsignifikan antara tingkat pengetahuanibu didapatkan 8 dari 10 ibu balita memiliki
tentang gizi balita dengan statusgizi balita. Hasil pengetahuan kurang tentang nutrisi dan status
penelitian ini mendukung dengan penelitian yang gizi balitahal ini didukung dengan hasil dari
dilakukan oleh Apooh & Krekling (2005) bahwa mewawancarai petugas Puskesmas Oesao bahwa
pengetahuan ibu sangat berhubungan dengan memang pada daerah tersebut tingkat
status gizibalita, menunjukkan ibu yang memiliki pengetahuan sebagian besar masyarakat
balita dengan status gizi yang baik mendapatkan tergolong rendah, pengetahuan tidak terlepas dari
pengetahuan yang tinggi, sebaliknya ibu yang faktor pendidikan yang dimiliki.Alfiasari dkk
memiliki balita status gizi kurang pengetahuan (2010) menyatakan bahwa pengetahuan ibu
gizinya juga rendah.(Anwar,2005).Tingkat dipengaruhi oleh pendidikan, pendidikan ibu
pengetahuan ibu tentang gizi balita sangat merupakan faktor yang berhubungan dengan
mempengaruhi keadaan gizi balita tersebut pengetahuan ibu.Penelitian yang dilakukan oleh
karena ibu adalah seorang yang paling besar Endang Susilowati,dkk menunjukkan bahwa
keterikatannya terhadap anak. Kebersamaan ibu Pengetahuan dalam penelitian ini adalah
dengan anaknya lebih besar dibandingkan dengan pemahaman ibu balita tentang kebutuhan gizi
anggota keluarga yang lain sehingga lebih balita meliputi pengertian zat gizi, macam-
mengerti segala kebutuhan yang dibutuhkan macam,manfaat dan tanda kekurangan
anak.Pengetahuan yang dimiliki ibu menjadi gizi.Secara proporsi menunjukkan ibu
kunci utama kebutuhan gizi balita terpenuhi. berpengetahuan baik mayoritas memiliki balita
Pengetahuan yang didasari dengan pemahaman dengan gizi baik yaitu 83,01% lebih banyak
yang baik dapat menumbuhkan perilaku baru dibandingkan ibu dengan pengetahuan kurang
yang baik pula. Pengetahuan ibu tentang yaitu 54,76. Berdasarkan pengambilan data awal
kebutuhan gizi yang dipahamidengan baik akan yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
diiringi dengan perilaku pemberian makanan Oesao didapatkan ada 77 balita yang megalami
bergizi bagi balita(Supariasa (2012) .Pengetahuan gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Oesao,
bisa didapat dari informasi berbagai media Kabupaten Kupang.
seperti TV, radio atau surat kabar seperti halnya Alasan peneliti memilih judul ini karena status
dalam penelitian ini. ibu mendapatkan informasi gizi merupakan faktor penentu tumbuh kembang
tentang kebutuhan gizi balita dari penyuluhan anak dan sesuai dengan masalah kesehatan yang
yang diberikan puskesmas setiap pelaksanaan sedang membooming khususnya di provinsi NTT
program posyandu .Informasi ini meningkatkan saat ini adalah masalah status gizi.
pengetahuan yang diiringi dengan perilaku baru Berdasarkan latar belakang yang di
dalam pemberian makanan bergizi bagi balita paparkan maka penelitian tertarik untuk
3
JURNAL KESEHATAN NUTRIX|| STIKES NUSANTARA

melakukan penelitian tentang ” Hubungan sama untuk diseleksi sebagai sampel


Pengetahuan Ibu Tentang Nutrisi Yang Tepat
(Notoatmodjo, 2010).
Dengan Status Gizi Balita di wiayah kerja
Puskesmas Oesao,Kabupaten Kupang”.
a. Kriteria inklusi
Metode penelitian
1. Balita yang berdomisili di wilayah
Penelitian ini menggunakan jenis kerja Puskesmas Oesao
penelitian analitik, yang bertujuan untuk
mempelajari dinamika korelasi antara factor 2. Ibu dari balita tersebut yang
resiko dengan efek, dengan cara pengumpulan bersedia menjadi responden dalam
data sekaligus pada suatu saat (point time penelitian ini.
approach). Setiap subjek penelitian hanya
b. Kriteria Ekslusi
diobservasi sekali saja dan pengukuran
dilakukan terhadap status karakter atau variable Ibu dari balita yang tidak berpartisipasi
subjek pada saat bersamaan. Ini tidak berarti dalam penelitian yang saya lakukan karena sakit
bahwa semua subjek penelitian diamati pada
dan pindah dari tempat penelitian yang saya
waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).
lakukan.
Penelitian ini menggunakan desain cross
Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
sectional study dimana mempelajari korelasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan 60 dikarenakan terdapat ibu dari balita yang tidak
cara pendekatan dan observasi sekaligus pada memenuhi kriteria inklusi dalam hal ini sakit dan
satu saat (Notoatmodjo, 2010).
pindah domisili dari tempat penelitian yang saya
Populasi dan Sampel lakukan.

Populasi adalah sekelompok individu atau

obyek yang memiliki karakteristik sama

(Chandra, 1995). Populasi dalam penelitian ini

adalah balita yang mengalami gizi kurang yang

berjumlah 77 orang.
Hasil penelitian
Sampel adalah sebagian kecil dari
Tabel .1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu
populasi atau obyek yang memiliki karakteristik
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelompok
sama (Chandra, 1995). Teknik pengambilan
Umur ibu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
sampel yang digunakan adalah secara acak
:
(simple random sampling) dimana setiap anggota
dari unit populasi mempunyai kesempatan yang
4
JURNAL KESEHATAN NUTRIX|| STIKES NUSANTARA

Responden),SMP 8 (13.3%), SMA 15(25%) dan


Kelompok Frekuensi Presentase PT/S1 sebanyak 16 responden dengan presentase
Umur (%) sebesar 26.7
(Tahun)

Tabel .3 Distribusi frekuensi berdasarkan


20-30 23 38.3
Umur bayi

31-40 23 38,3
Umur Bayi Frekuensi Presentase (%)
41-50 14 23,4
1-3 bulan 25 41.7
Total 60 100
4-6 bulan 20 33.3
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa
7-12 bulan 15 25
umur responden antara 20-30 tahun sebanyak 23
orang (38.3%), umur 31-40 tahun sebanyak 23 Total 60 100
orang (38.3%) sedangkan umur 41-50 tahun
Berdasarkan tabel .3 dapat dilihat bahwa
sebanyak 14 orang(23.4%). sebagian besar bayi berumur 1-3bulan dengan
presentase sebanyak 41.7% , 4-6 bulan 20 bayi(33.3),
Tabel.2 Distribusi Pendidikan Ibu dan bayi dengan usia 7-12 bulan sebanyak 15 bayi
dengan presentase sebanyak (25)
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Ibu
Tabel.4 Jenis Kelamin Bayi
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Distribusi Frekuensi Jenis kelamin Bayi
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
Terakhir Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
(%)

SD 21 35
Perempuan 35 58,3
SMP 8 13.3
laki-laki 25 41,7
SMA 15 25
Total 60 100
PT/S1 16 26.7
Berdasarkan tabel.4 dapat dilihat bahwa
sebagian besar berjenis kelamin perempuan dengan
Total 60 100 presentase 58.3% di bandingkan laki-laki yang
presentasenya hanya 41.7%.
Berdasarkan tabel .2 dapat dilihat bahwa Tabel 5. Distribusi Frekuensi
sebagian besar responden berpendidikan SD dengan
Presentase sebesar 35% (sebanyak 21 Pengetahun Ibu
5
JURNAL KESEHATAN NUTRIX|| STIKES NUSANTARA

Distribusi Frekuensi pengetahuan orang( 35%), status gizi kurus 23 orang(38.3%),


Responden dapat dilihat pada tabel di
diikuti dengan balita status gizi normal 16 balita
bawah ini :
dengan presentase sebesar(26.7%).
Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
Ibu Tabel .8 Hasil Uji Hubungan Pengetahuan
Ibu tentang nutrisi yang tepat dengan status gizi
balita di wilayah kerja puskesmas oesao
Baik 8 13.3
Pengeta Status Gizi P
huan val
Cukup 22 36.7 ibu S. Kurus Kurus Normal ue

Kurang 30 50 N % N % N %

Total 60 100
Kurang 15 25 5 8.3 4 6.7
Tabel .6 menunjukan bahwa ibu dengan
0,0
pengetahuan baik yaitu 8 orang(13.3%) , pengetahuan Cukup 4 6.7 16 26. 4 6.7 2
7
cukup 22 orang(36.7%),sedangkan ibu dengan
Baik 2 3.3 2 3.3 8 13.
pengetahuan kurang 30 orang(50%). 3
Total 21 35 23 38. 1 26.
3 6 7
Tabel .7 Distribusi Frekuensi Status Gizi
Balita

Distribusi Frekuensi status gizi balita dapat Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
responden terbanyak berpengetahuan baik yaitu 12
dilihat pada tabel dibawah ini : ibu (20) Ibu yang berpengetahuan cukup berjumlah
24orang (40%) berpengetahuan kurang 24 ibu (40%) .
Status Gizi Frekuensi Presentase (%) Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji
Balita spearmen antara variable pengetahuan dan status gizi
diperoleh nilai p value 0.02,yang artinya terdapat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu
Sangat Kurus 21 35 tentang nutrisi yang tepat dengan status gizi balita di
wilayah kerja puskesmas oesao,kabupaten kupang.
Kurus 23 38.3
PEMBAHASAN

Normal 16 26.7 Pengetahuan Ibu


Ibu adalah primary care yang mempunyai
Total 60 100
keterlibatan langsung dalam perawatan dan
pemberian makan pada balita, oleh karena itu ibu
Tabel .7 Menunjukan bahwa balita memiliki peran yang sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan anak. Dalam pemberian
dengan status gizi sangat kurus yaitu 21 nutrisi, ibu berperan merencanakan variasi makanan,

6
JURNAL KESEHATAN NUTRIX|| STIKES NUSANTARA

menyediakan daftar menu yang diperlukan anak dan memiliki balita status gizi kurang pengetahuan
keluarga, serta mengidentifikasi kebutuhan nutrisi gizinya juga rendah.(Anwar,2005).
yang diperlukan anak.(Sodikin, 2011).
Status Gizi Balita
Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita sangat
Almatsier (2002), status gizi adalah keadaan
mempengaruhi keadaan gizi balita tersebut karena
tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
ibu adalah seorang yang paling besar keterikatannya
penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara
terhadap anak. Kebersamaan ibu dengan anaknya
status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih.Zat
lebih besar dibandingkan dengan anggota keluarga
gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat
yang lain sehingga lebih mengerti segala kebutuhan
dalam makanan yang diperlukan manusia untuk
yang dibutuhkan anak.Pengetahuan yang dimiliki
memelihara dan meningkatkan kesehatan. Jadi
ibu menjadi kunci utama kebutuhan gizi balita
status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
terpenuhi. Pengetahuan yang didasari dengan
dari pemakaian, penyerapan dan penggunaan
pemahaman yang baik dapat menumbuhkan perilaku
makanan yang memenuhi gizi tubuh, dan membawa
baru yang baik pula. Pengetahuan ibu tentang
ke status gizi yang memuaskan. Status gizi buruk
kebutuhan gizi yang dipahamidengan baik akan
pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang dapat
diiringi dengan perilaku pemberian makanan bergizi
menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun
bagi balita(Supariasa (2012) .
kemampuan berpikir. Balita yang menderita gizi
Pengetahuan akan memudahkan seseorang untuk buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ)
menyerap informasi dan mengimplementasikannya hingga sepuluh persen dampak paling buruk dari
dalam perilku dan gaya hidup sehari-hari. Faktor- gizi buruk yaitu kematian pada umur yang sangat
faktor yang mempengaruhi penegetahuan, yaitu: dini(Supariasa,2012). Untuk mendapatkan gizi–gizi
umur, pendidikan, dan pengalaman. Semakin cukup yang baik diperlukan pengetahuan gizi yang baik
umur tingkat pematangan dan kekeuatan seseorang dari orang tua agar dapat menyediakan menu pilihan
akan lebih matang dalam berpikir, belajar, dan yang seimbang (Devi, 2012). Gizi adalah elemen
bekerja sehingga pengetahuanpun akan bertambah. yang terdapat dalam makanan dan dapat
Pengetahuan gizi kerap di pengaruhi oleh tingkat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti
pendidikan yang berdampak pada peran dalam halnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
penyusunan makanan keluarga, serta pengesahuan mineral, dan air. Gizi yang seimbang dibutuhkan
dan perawatan anak (Devi 2010). Permasalahan gizi oleh tubuh, terlebih pada balita yang masih dalam
dalam pembangunan kependudukan masih menjadi masa pertumbuhan. Dimasa tumbuh kembang balita
masalah yang utama dalam tatanan kependudukan yang berlangsung secara cepat dibutuhkan makanan
dunia. Oleh karena itu, permasalahan ini menjadi dengan kualitasdan kuantitasyangtepat dan
salah satu butir penting yang menjadi kesepakatan seimbang.( Dr.Suparianto.blogspot.com/2012
global dalam Milleneum Development Goals /Konsep dasar status gizi balita) Status gizi
(MGDs). Setiap negara harus mampu mengurangi adalah Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam
angka balita yang mempunya gizi kurang dan gizi bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari
buruk sehingga akan mencapai 15% pada tahun nutriture dalam bentuk variabel tertentu, contoh
2015 (Saputra & Nurizka, 2012). gondok endemik merupakan keadaaan tidak
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 5.6. seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium
di dapatkan data sebagian besar responden yaitu dalam tubuh. (Ragil Setiyabudi.blogspot.com).
memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 12 orang
 Ada beberapa faktor yang sering merupakan
(20.0%), dan yang memiliki pengetahuan yang
penyebab gangguan gizi, baik langsung maupun
cukup sebesar 24orang (40.0%), serta yang memiliki
tidak langsung. Sebagai penyebab langsung
pengetahuan kurang sebesar 24 orang (40.0%).
gangguan gizi khususnya gangguan gizi pada bayi
Hasil penelitian ini mendukung dengan penelitian dan balita adalah tidak sesuai   jumlah gizi yang
yang dilakukan oleh Apooh & Krekling (2005) mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan
bahwa pengetahuan ibu sangat berhubungan dengan tubuh mereka. Beberapa faktor yang yang secara
status gizi balita, menunjukkan ibu yang memiliki tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi
balita dengan status gizi yang baik mendapatkan terutama pada anak balita anatar lain (Proverawati,
pengetahuan yang tinggi, sebaliknya ibu yang 2010)

7
JURNAL KESEHATAN NUTRIX|| STIKES NUSANTARA

` Secara klasik, gizi dihubungkan dengan informasi dalam kehidupan seharihari yang
kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, merupakan salah satu penyebab terjadinya
membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta gangguan gizi. Kurang energi protein tidak saja
mengatur proses-proses dalam tubuh. Tetapi, disebabkan oleh ketidakcukupan ketersediaan
sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas,
pangan atau zat-zat gizi tertentu tetapi juga
disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan
potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan
dipengaruhi kemiskinan, sanitasi lingkungan
dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan yang kurang baik, sosial ekonomi dan
produktifitas kerja.  (Almatsier, 2009). ketidaktahuan ibu terhadap gizi (Suhardjo, 1996).
Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel
mengakibatkan berkurangnya kemampuan
5.7. status gizi yang di ukur menggunakan indeks
antropometri Berat Badan Menurut Umur ( BB/U ) menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-
bahwa sebagian besar responden memiliki status hari, hal ini merupakan salah satu penyebab
gizi sangat kurus yaitu sebanyak 21 orang (35.0%), terjadinya gangguan gizi (Suhardjo, 1992).
diikuti status gizi kurus yaitu sebanyak 23 orang Namun, kejadian gizi buruk pada anak balita
(38.3%), dan status gizi normal sebanyak 16 orang dapat dihindari apabila ibu mempunyai cukup
(26.7%). pengetahuan tentang cara memelihara gizi dan
mengatur makanan anak (Moehji, 1992).
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang di
lakukan oleh Fitri Nur Anto (2017) dengan judul Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan
hubungan pengetahuan ibu tentang pemberian uji spearman berdasarkan output “ Test Statistic”
nutrisi yang tepat terhadap status gizi balita di desa di atas, P-value bernilai 0,02 maka H1 di terima
Gonilan.Hasil penelitian status gizi anak toddler di pada tingkat singnifikan p<0,05 artinya ada
desa gonilan menunjukkan ada anak toddler yang hubungan pengetahuan ibu tentang status gizi
memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 33 dengan status nutrisi yang tepat pada balita di
(60%), kurus 13 (24%), gemuk 9 (16%) . wilayah kerja Puskesmas Oesao, Kabupaten
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Kupang hasil kuesioner pada 60 ibu menunjukan
Status Gizi Balita bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu
yang buruk dengan status gizi pada balita di
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi wilayah kerja Puskesmas Oesao, Kabupaten
setelah orang melakukan penginderaan terhadap Kupang.hasil penelitian ini mendukung dengan
objek. Sebagian besar pengetahuan manusia penelitian yang dilakukan oleh Apooh &
diperoleh melalui mata dan telinga. Untuk Krekling (2005) bahwa pengetahuan ibu sangat
mendapatkan pengetahuan diperlukan proses berhubungan dengan status gizi balita,
belajar, dengan belajar akan dapat terjadi menunjukkan ibu yang memiliki balita dengan
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku status gizi yang baik mendapatkan pengetahuan
tersebut bisa mengarah yang lebih baik jika yang tinggi, sebaliknya ibu yang memiliki balita
individu tersebut menganggap bahwa itu status gizi kurang pengetahuan gizinya juga
bermanfaat, tetapi juga ada kemungkinan rendah .
mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk
jika individu menganggap objek yang dipelajari Kesimpulan
tidak sesuai dengan keyakinannya (Soediatama, Berdasarkan hasil penelitian yang telah
2000). diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut
yang berhubungan dengan masalah kesehatan :Tingkat Pengetahuan ibu tentang nutrisi yang
akan mempengaruhi terjadinya gangguan tepat dengan status gizi balita sebagian besar
kesehatan pada kelompok tertentu. Kurangnya dalam kategori kurang sebesar 40%Ada
pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan hubungan yang signifikan antara tingkat
berkurangnya kemampuan untuk menerapkan pengetahuan ibu tentang nutrisi yang tepat
8
JURNAL KESEHATAN NUTRIX|| STIKES NUSANTARA

dengan status gizi balita di wilayah kerja variable yang mempunyai hubungan pengetahuan
Puskesmas Oesao. Hasil analisis uji spearmendi
peroleh p value sebesar 0,02 (p<0,05)Sebagian ibu dengan status nutrisi dan status gizi yang
besar responden memiliki status gizi normal
sebanyak 16 orang (26,7%), diikuti status gizi tepat pada anak lebih banyak.
kurus sebanyak 23 orang (38,3%) dan status gizi
sangat kurus sebanyak 21 orang (35,0%).
Saran
Daftar Pustaka
Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas,

maka dapat diberikan saran sebagai berikut : Almatsier, S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta : Gramedia Pustaka
Bagi Responden
Astuti, FD., 2013. Hubungan Tingkat Pendidikan
Sebaiknya ibu yang pengetahuannya Ibu dan Tingkat Pendapatan Keluarga dengan
Status Gizi Anak Prasekolah dan Sekolah
masih kurang lebih mengikuti kegiatan-kegiatan
Dasar di Kecamatan Godean. Jurnal Kesmas. 7 :
penyuluhan mengenai status nutrisi yang tepat 15-20.

yang harus diberikan ibu dengan bagaimana cara Ambarwati, Fitri Respati, dkk. 2015. Buku Pintar

pengolahan makanan agar dapat meningkatkan Asuhan Keperawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Cakrawala Ilmu.
status gizi yang baik pada balita. Arifin, D. Z., Irdasari, S. Y., & Handayana, S. (2012).
Analisis Sebaran dan Faktor Risiko Stunting pada
Bagi Puskesmas Oesao
Balita di Kabupaten Purwakarta. Dipetik melalui
Dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai https://e-journal.unair.ac.id. Diakses pada hari
Kamis, 10 Oktober 2019 pukul 19.23 WITA.
bahan kajian untuk memberikan wawasan
Barasi, Mary E. 2009. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta:
pengetahuan bagi ibu tentang status gizi karena Erlangga.
Candra Ardian, dkk. 2016. Determinan kejadian
belum banyak ibu yang memahami tentang status
stunting pada bayi usia 6 bulan. Semarang. Dipetik
gizi yang tepat. melalui https://ejournal.undip.ac.id. Diakses pada
hari Sabtu, 19 Oktober 2019 pukul 01.09WITA.
Bagi peneliti selanjutnya
Cintya, Dewi Rizki, dkk. 2015. Teori&Konsep
Tumbuh Kembang Bayi, Toodler; Anak dan Usia
Dapat melakukan penelitian lanjutan
Remaja.Yogyakarta: NuhaMedika.
dengan menambah variabel yang lain ,sehingga Dekkers, dkk, 2012. Relatif Validity of a Short
Qualitative Food Frequency Questionnaire for Use
9
JURNAL KESEHATAN NUTRIX|| STIKES NUSANTARA

in Food Consumption Serveys. European Journal Pedoman Umum Gizi Seimbang. Aviable online
of Public Health. Dipetik melalui http://www.gizi.net/ komposisi/ index. html.
http://www.academia.edu. Diakses pada hari Download tanggal 28 Juni 2009. (2007-2019E).
Kamis, 24 Oktober 2019 pada pukul 13.21 WITA.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018. Prevalensi
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Balita Yang Mengalami Stunting (Tinngi Badan
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Gizi
Di Baswah Standar Menurut Usia)
dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada. Zulfita, P.N.S., 2013. Faktor – Faktor yang
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Mempengaruhi Kejadian Gizi Kurang Buruk pada
Hasmi.2016. Metode Penelitian Epidemiologi, Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin
Jakarta: Trans Info Media. Kota Padang Tahun 2013. Padang:STIKes Mercu
Hayati,https://databoks.katadata.co.id/datapublish/201 Bakti Jayahttp://eprints.ums.ac.id/44524/27/naskah
9/01/25/177-balita-indonesia-masih-mengalami- %20publikasi%20NURUL.pdf
masalah-gizislis Wirda.2009. Buku Saku Gizi
Bayi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian


Kesehatan RI. 2019. Dipetik melalui
www.depkes.go.id. Diakses pada hari Jummat, 11
Oktober 2019 padapukul 07.21 WITA.
Jauhari, Ahmad. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Gizi
Karbohidrat Protein Lemak Vitamin. Yogyakarta:
Jaya Ilmu.
Kade Ayu Ida, dkk. 2016. Pengaruh Konsumsi
Protein dan Seng Serta Riwayat Penyakit Infeksi
Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Balita
Umur 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Nusa Penida II. Bali: Fakultas Kedokteran. Dipetik
melalui. Diakses pada hari Jum’at, 18 Oktober
2019 pukul 23.34 WITA.
Kementrian Kesehatan (Kemenkes),okt 2018.
Proporsi Balita Mengalami Masalah Gizi Nancy,
Yetty. 2005.

10

Anda mungkin juga menyukai