Anda di halaman 1dari 84

TUGAS MATAKULIAH

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Penyakit-Penyakit Akibat Kerja

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRI


BAB I
LATAR BELAKANG
Esy Lestari (04101003022)
Nyeri Pinggang (Low Back Pain) pada SPG (Sales Promotion Girl) Mall PSX
Palembang
Pembangunan pusat pertokoan (mall) di Indonesia semakin meningkat seiring
dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall tersebut akan
berdampak pada penyerapan tenaga kerja baru khususnya tenaga sales promotion girl
(SPG). Kehadiran SPG berfungsi sebagai presenter dari sebuah produk sehingga
dituntut memiliki penampilan fisik menarik, tingkat kecerdasan yang tinggi mengenai
produk yang dipromosikan dan memiliki keterampilan persuasi yang baik (Dewi, 2013).
Studi pendahuluan dilakukan pada hari Sabtu, 8 februari 2014 pada Nn. A umur
21 tahun. SPG mall PSX Palembang memakai sepatu dengan tinggi hak lebih dari 5 cm
saat mereka bekerja. Salah seorang SPG mall PSX Palembang, Nn. A (21 tahun)
mengatakan memakai sepatu berhak tinggi merupakan suatu kewajiban yang harus
dilakukan oleh SPG, mereka dituntut untuk mempunyai penampilan yang menarik.
Sepatu hak tinggi memang dapat membuat SPG menjadi lebih menarik, karena dengan
memakai sepatu hak tinggi, kaki yang pendek akan menjadi terlihat jenjang. Jadi,
walaupun para SPG tahu jika sepatu hak tinggi mempunyai efek negatif bagi kesehatan,
mereka akan tetap memakainya demi menunjang penampilan untuk pekerjaannya
tersebut.
Memakai sepatu hak tinggi pada saat bekerja dapat meningkatkan resiko nyeri
pinggang. Nn. A mengakui sering merasa nyeri punggung. Nn. A mengatakan dalam
kesehariannya mereka bekerja selama 8 jam dengan memakai sepatu hak tinggi dengan
pekerjaan dominan berdiri atau tidak boleh duduk selama 7 jam dan hanya 1 jam untuk
beristirahat dalam setiap shiftnya.
Hasil studi Laboratorium Pusat Studi Kesehatan dan Ergonomi ITB tahun 2006-
2007 diperoleh data bahwa sebanyak 40-80% pekerja melaporkan keluhan
muskuloskeletal sesudah bekerja (Yassierli, 2009; Dewi, 2013).
Nyeri pinggang bagian bawah (low back pain) merupakan salah satu jenis
gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja pada muskuloskeletal akibat pelepasan
energi mekanik yang berulang- ulang atau akibat posisi kerja yang kurang ergonomis
untuk jangka waktu yang lama (Harrianto, 2009).
Nyeri pinggang merupakan keluhan bisa dijumpai pada siapa saja. Biasanya
sebagaian besar keluhan ini dapat sembuh dalam waktu singkat sehingga sering
dianggap gangguan yang tidak serius. Akan tetapi nyeri tersebut dapat disebabkan oleh
suatu penyebab yang serius dan mendasar maka perlu mendapat perhatian untuk
mencegah timbulnya efek yang lebih berbahaya (Tobing, Lumban, Tjokronegoro, 1996;
Isnain, 2013).
Faktor risiko terjadinya low back pain antara lain usia, indeks massa tubuh,
kehamilan faktor psikologi dan kebiasaan sehari-hari. Sedangkan postur merupakan
faktor pendukung low back pain. Kesalahan postur seperti pada orang yang atau
memakai sepatu hak tinggi, dimana kepala menunduk kedepan, bahu melengkung
kedepan, dan lordosis lumbal berlebihan dapat menyebabkan spasme otot (ketegangan
otot). Faktor ini merupakan penyebab terbanyak dari low back pain (Isnain, 2013).
Occupational Health Clinics for Ontario Workers/ OHCOW (2005; Isnain,
2013) mengatakan bekerja dengan memakai sepatu yang mempunyai hak lebih tinggi
dari 5 cm sangat tidak dianjurkan. American Chiropractic Association/ ACA (2012;
Isnain, 2013) mengatakan memakai sepatu hak tinggi dalam waktu yang lama akan
meningkatkan lengkung tulang belakang dan menyebabkan panggul condong ke depan.
Keadaan ini akan merubah bentuk normal panggul dan tulang belakang yang terjadi
akibat tubuh yang berusaha untuk mempertahankan pusat gravitasi.
Kebiasaan memakai sepatu hak tinggi dapat merubah posisi anatomi tulang
belakang SPG menjadi tidak normal dan membuat otot pada daerah punggung cedera.
Memakai sepatu dengan hak yang lebih tinggi dari 5 cm saat bekerja membuat kaki
SPG terus- menerus plantar fleksi sehingga posisi anatomi tulang belakang berubah,
artinya punggung akan terus menerus hiperekstensi untuk menjaga keseimbangan,
sehingga otot yang berada pada punggung bagian bawah dalam keadaan tegang oleh
karena kontraksi yang terus menerus. Peningkatan ketegangan serabut otot dalam waktu
yang lama dapat menimbulkan stress mekanis dapat menimbulkan nyeri pada daerah
pinggang pada SPG (Isnain, 2013).
Pengobatan konservatif dan pencegahan menjadi pilihan utama pada
penatalaksanaan nyeri pinggang. Pada penatalaksanaan low back pain, korset atau
penyokong panggul kadang- kadang dapat mengurangi rasa nyeri pada aktivitas
tertentu. Pemberian medikamentosa dengan analgesic atau OAINS (NSAID)
kadangkala juga perlu ditambahkan kortikosteroid (lebih baik dengan parenteral)
(Harrianto, 2009)
Dalam hal ini peran perawat untuk pencegahan yaitu dengan pengarahan yang
bijaksana untuk mencegah timbulnya penyakit ini. Dapat dengan memberi edukasi
latihan biomedika tubuh, metode dan bahaya kerja mengangkat beban. Test kekuatan
juga perlu dilaksanakan. Selain itu, pekerja dianjurka untuk melaporkan setiap
gangguan nyeri punggung yang mereka rasakan, agar dapat dilakukan evaluasi medis
dini guna mengurangi terjadinya gangguan kesehatan yang lebih berat dan bersifat
permanen. Selain itu, pekerja yang pernah menderita nyeri punggung perlu di evaluasi
dan dilaksanakan bimbingan konseling yang memadai (Harrianto, 2009).

Daftar Referensi

Dewi, N.K.N. (2013). Keluhan muskuloskletal pada sales promotion girl (SPG) mall
pemakai sepatu tumit tinggi di kota Denpasar tahun 2012. Artikel penelitian:
Community health, 1(2), 143-150.

Harrianto, R. (2009). Buku ajar:kesehatan kerja. Jakarta: EGC

Isnain, M. (2013). Hubungan antara tinggi hak sepatu dan indeks massa tubuh (IMT)
dengan keluhan nyeri punggung bawah pada sales promotion girl (SPG)
Ramayana Salatiga. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013, 2(1).
Nama : Rani Apriyani ( 04101003052 )

Terjadinya Varises Tungkai Bawah Terhadap Penggunaan Sepatu Hak


Tinggi Pada Sales Promotion Girls (SPG)
Sepatu merupakan salah satu yang ikut berperan dalam aktivitas seorang wanita
dan memiliki fungsi kesehatan serta estetika. Sepatu yang baik harus memenuhi kedua
fungsi 2 itu. Dari segi kesehatan, sepatu melindungi dan menjaga kebersihan kaki serta
membantu kaki menopang tubuh. Dari segi estetika, sepatu bisa membantu penampilan .
Pemakaian sepatu hak tinggi di atas lima sentimeter dapat menyebabkan masalah pada
pembuluh darah. Artinya, tendon Akhiles yang berada di tumit belakang dan otot betis
terus-menerus dalam keadaan tegang. Pembuluh darah tertekan, terjadi bendungan dan
akhirnya mengakibatkan varises. Varises atau varicose adalah pembuluh darah vena
yang melebar yang berliku-liku sehingga menonjol pada permukaan kulit.. Pada orang-
orang tertentu pembuluh vena yang terdapat ditungkai dengan mudahnya mekar atau
bengkak. Varises biasanya dapat terjadi di mana-mana, tetapi biasanya yang paling
sering nampak adalah di bagian kaki karena letaknya yang rendah. Varises menyerang
orang yang biasa berdiri terlalu lama dan apalagi dengan menggunakan sepatu hak
tinggi. Varises berhubungan dengan kelemahan struktural tonus otot pembuluh vena.
Gejala yang paling sering timbul adalah cepat lelah, keram pada kaki dan terasa nyeri
terutama saat saat berdiri lama ataupun saat aktivitas yang banyak menggunakan kaki.
Hal ini disebut sebagai claudication. Claudication berasal dari bahasa Latin
"claudicare" berarti lemah. Claudication adalah rasa sakit atau cramping di bawah
tungkai karena kurangnya darah mengalir ke otot. Rasa sakit yang biasanya
menyebabkan orang merasa nyeri pada kaki. Penderita varises biasanya merasakan
nyeri dan keram pada kaki, terutama pada saat berdiri maupun saat beraktivitas dan
nyeri berkurang jika istirahat. Pemakaian sepatu hak tinggi yang terlalu sering dapat
membuat tonus otot melemah sehingga pembuluh darah balik meregang menyebabkan
vena kehilangan kelenturannya sehingga vena meregang dan menjadi lebih panjang dan
lebih lebar.

Studi pendahuluan dilakukan pada hari Sabtu, 8 februari 2014 pada Nn. A umur
21 tahun. Menurut Sales Promotion Girl (SPG) Matahari Department Store PSX
Palembang ini saat bekerja mereka diwajibkan memakai sepatu hak tinggi minimal 5
cm, dengan jam kerja 8 jam per shift. Saat bekerja mereka dilarang untuk duduk kecuali
saat jam istirahat yang berlangsung 1 jam. Nn. A mengakui sering merasa nyeri
punggung, nyeri sendi terutama daerah lutut, kejang otot betis, nyeri otot disekujur
tubuh saat bangun tidur serta mulai muncul varises pada daerah kaki. Hal ini dirasakan
wajar mengingat saat kita berdiri kaki menjadi tumpuan dari seluruh berat tubuh,
dengan mengenakan sepatu berhak tinggi maka beban yang diberikan kepada kaki
menjadi tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan menggunakan sepatu rata tanpa hak
apalagi Nn. A setiap harinya bekerja menggunakan sepatu ber-hak 5 cm berdiri selama
7-8 jam.

Secara biomekanis, penggunaan alas kaki dengan hak tinggi mengakibatkan kaki
bertumpu ke depan dan mengakibatkan tekanan yang besar di bagian metatarsal kaki
(bagian yang dekat dengan jari kaki). Akibatnya tungkai kaki naik, postur tubuh bagian
atas berubah demi menjaga kesetimbangan dengan membuat tulang belakang semakin
tegak. Akibat dari adanya paksaan ini, postur tulang belakang terutama bagian
pinggang menjadi semakin cekung (lordosis). Casey Kerrigan, seorang profesor medis
dan rehabilitasi di Universitas Virginia, USA, juga telah melakukan studi tentang
bahaya sepatu hak tinggi bagi kesehatan sejak tahun 1990-an. Riset yang dilakukan Dr.
Kerrigan menunjukkan memakai stilleto menyebabkan tekanan pada lutut dan pinggul
meningkat 25% setiap kali melangkah. U.S. Departement of Health and Human Service,
faktor lain yang dapat menimbulkan varises yaitu keturunan atau genetik, umur, jenis
kelamin, kehamilan, obesitas dan posisi berdiri atau duduk dalam waktu yang lama.

Varises adalah keadaan dimana fungsi katup-katup vena bekerja tidak


semestinya akibat peregangan berlebihan oleh karena meningkatnya tekanan vena
dalam jangka waktu lama yang ditandai dengan penonjolan vena yang besar dan tampak
di bawah kulit seluruh tungkai terutama tungkai bawah. Sistem vena pada tungkai
terdiri dari komponen vena superfisialis, vena profunda, dan vena perforantes
(penghubung). Walaupun vena menyerupai arteri tetapi dindingnya lebih tipis, lapisan
otot bagian tengah lebih lemah, jaringan elastis lebih sedikit serta terdapat katup
semilunar. Katup vena merupakan struktur penting dari sistem aliran vena, karena
berfungsi mencegah refluks aliran darah vena tungkai. Katup vena bersama dengan
kontraksi otot betis akan mengalirkan darah dari vena superfisialis ke profunda menuju
jantung dengan melawan gaya gravitasi. Selama kontraksi otot betis, katup-katup v.
perforantes dan vena superfisialis menutup, sehingga darah akan mengalir kearah
proksimal melalui sistem vena profunda. Pada waktu relaksasi, vena profunda
mengalami dilatasi yang menimbulkan tekanan negatif. Tekanan negatif ini akan
menarik darah dari sistem vena superfisialis ke dalam sistem profunda melalui v.
perforantes. Penderita dengan insufisiensi vena, darah mengalir dari sistem vena
profunda ke dalam vena superfisialis. Sedangkan pada orang sehat katup-katup dalam v.
perforantes mencegah hal ini.

Sumber Referensi

Carina, A. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Varises Vena


Tungkai Bawah pada Wanita Usia Produktif. Jurnal e-biomedik vol.1 No.3

Maha, B.A.K (2013). Pengaruh Penggunaan Sepatu Hak tinggi Terhadap Resiko
Timbulnya Varises pada Tungkai Bawah. Eprints.undip.ac.id. diakses 9 februari 2014
Dini Mutmainnah
04101003053
Terjadinya Nyeri Tumit pada Sales Promotion Girl (SPG)

Berdiri merupakan posisi anatomis tubuh manusia yang sesungguhnya tidak


akan menyebabkan gangguan apapun. Namun bila aktivitas berdiri dilakukan dalam
waktu yang lama, misalnya bekerja dalam posisi berdiri, tentu akan memberikan
dampak buruk bagi kesehatan.

Menurut Canadian Center of Occupational Health and Safety (2013) bekerja


dalam posisi berdiri untuk jangka waktu yang lama dan secara terus menerus bisa
menyebabkan timbulnya varises, nyeri punggung bawah (low back pain),
pembengkakan kaki, nyeri pada tumit, serta kekakuan pada leher dan bahu

Contoh pekerjaan yang menuntut orang untuk selalu berdiri adalah Sales
Promotion Girl (SPG). Ketika bekerja, seorang SPG diwajibkan untuk selalu memakai
make up dan memakai sepatu berhak minimal 5 cm. Waktu kerja seorang SPG dalam
satu kali shift adalah 8 jam, dipotong waktu istirahat selama 1 jam, sehingga total waktu
kerjanya adalah 7 jam.

Selama 7 jam itu, seorang SPG tidak diperbolehkan untuk duduk dan tidak
disediakan fasilitas untuk duduk.Pada saat kami bertanya pada salah satu SPG di sebuah
pusat perbelanjaan, Nn.A (21 th) , ia mengatakan bahwa kesempatan untuk duduk hanya
diperoleh ketika jam istirahat tiba. Nn.A mengatakan efek yang dirasakannya setelah
berdiri selama 7 jam yaitu mulai timbul varises, pegal di betis, nyeri pada tumit, dan
nyeri pinggang (low back pain). Semua keluhan ini termasuk kedalam penyakit akibat
kerja bidang orthopaedi.Penyakit orthopaedi adalah penyakit yang mengenai sistem
muskuoskeletal sehingga menimbulkan gangguan fungsi pergerakan yang kemudian
menimbulkan hambatan bagi kegiatan penderita

Nyeri pada tumit dalam dunia medis disebut dengan plantar fasciitis. Plantar
fasciitis merupakan sejenis peradangan pada jaringan di telapak kaki. Gangguan ini
timbul sebagai akibat berdiri atau berjalan terlalu lama dengan menggunakan alas kaki
yang tidak tepat sehingga tekanan yang dialami kaki semakin berat. Hal ini memicu
peradangan dan rasa nyeri di ligamen fascia plantaris, yang terletak di telapak kaki di
daerah tumit.
Lama-kelamaan, plantar fasciitis akan mengalami pengapuran dan terbentuk
heel spur (penonjolan tulang di daerah tumit).

Referensi :

Gadjahnata, A. (2012). Pengenalan penyakit akibat kerja. PDK3MI Sumater Selatan.

Jenis penyakit tumpuan langkahmu (2013,


http://www.tempo.co/read/news/2013/01/30/060457959/Inilah-Jenis-Penyakit-
Tumpuan-Langkahmu, diperoleh 10 Februari 2014)
NAMa : WAHYULIANI DWI PRATIWI

NIM : 04101003014

Resiko Penyakit Sindrom Raynauds pada Pekerja Pabrik Karet PT X Kertapati


Palembang

A. Latar Belakang

Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan


pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara atau
metode, proses, dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk :
Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di
semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya
Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya
Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan
Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerja yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: PER-01/MEN/1981


tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja bahwa yang dimaksud dengan
penyakit akibat kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja. Beberapa ciri penyakit akibat kerja dipengaruhi oleh
populasi pekerja; disebabkan oleh penyebab yang spesifik ; ditentukan oleh
pemajanan di tempat kerja; ada atau tidaknya kompensasi. Contohnya adalah
keracunan timbal (pb), asbestosis, dan silikosis. B. Sugeng (2003, dikutip Efendi &
Makhfudli, 2009 : 233)

Menurut WHO akses terhadap pelayanan kesehatan kerja yang memadai di


negara berkembang 5 10 % pekerja, sedangkan di negara industri 20 50 %
pekerja. Data mengenai penyakit akibat kerja yang ada hanya bagian dari puncak
gunung es. Selain itu, mayoritas pekerja di negara-negara Asia belum memiliki
sistem yang baik untuk menjamin hak pekerjanya, terutama mengenai perlindungan
penyakit akibat kerja.
Data Organisasi Buruh Internasional (ILO) yang menyebutkan ada 1,1 juta
orang di Asia yang meninggal karena penyakit akibat kerja. Dimana 300.000
kematian adalah akibat 250 juta kecelakaan yang terjadi dan 160 juta penyakit
akibat hubungan kerja / tahun.
Salah satu penyakit akibat kerja adalah sindrom Raynauds. Sindrom ini
disebabkan oleh lingkungan kerja yang dingin.

B. Pembahasan

Sindrom Raynauds adalah sebuah kondisi di mana pembuluh-pembuluh nadi


terkecil yang membawa darah ke ujung-ujung jari tangan atau kaki terhambat
menyebabkan kejang urat (spasm) ketika terpapar kondisi dingin atau sebuah
gangguan emosional. Merokok atau bekerja dengan mesin-mesin yang
menyebabkan getaran (vibrasi) juga dapat menyebabkan Sindrom Raynauds.
Pembuluh vena yang kecil biasanya terbuka, jadi darah mengalir keluar melalui
kapiler-kapiler darah. Jika ada kejang urat (spasm) di pembuluh vena kecil darah
terhambat di kapiler-kapiler darah, Pada akhirnya ujung-ujung jari tangan atau kaki
menjadi biru akibat darah kehilangan oksigen. Pada akhirnya ujung-ujung jari
tangan atau kaki menjadi pucat, dingin, dan kaku.
Sindrom Raynauds adalah sebuah kondisi yang berhubungan dengan arthritis
yang mana ditemukan ketika pembuluh darah terhambat. Raynauds dapat
ditemukan sebagai kondisi primer (utama) atau sekunder. Sebagai kondisi primer,
Raynauds tidak berhubungan dengan penyakit lain dan sering disebut Penyakit
Raynauds. Kondisi rematik (rheumatic) berhubungan dengan Raynauds sekunder.
Gejala biasanya meliputi:
1. Kesemutan dan kehilangan sedikit rasa atau mati rasa jari kaki, jari tangan,
hidung atau telinga.
2. Pemutihan dari jari, biasanya tanpa mempengaruhi jempol.
3. Jari menjadi biru terasa dingin dan mati rasa.
4. Kesemutan, terasa nyeri atau sakit menyengat, kadang-kadang dengan
kemerahan.
5. Urutan perubahan warna pada kulit bisa berkembang dari putih menjadi biru
menjadi merah

Ada beberapa autoimun atau penyakit yang berhubungan dengan jaringan


disebabkan oleh Raynauds. Sebagai contoh, Raynauds ditemukan di dalam hampir
setiap bagian tubuh dengan scleroderma (sebuah penyakit kronik yang
berhubungan dengan jaringan). Pada pasien seperti ini, dengan scleroderma dan
Raynauds, perubahan pembuluh darah dapat dilihat, hal ini akan mempertebal
pembuluh darah di mana akan menyebabkan kehilangan beberapa ruang untuk
aliran darah. Selama suatu serangan, penderita mengalami Raynaud kesemutan,
bengkak atau berdenyut-denyut menyakitkan. Episode bisa berlangsung dari menit
ke jam. Dalam kasus yang parah, daerah tersebut dapat mengembangkan borok dan
infeksi, yang jika tidak ditangani berpotensi dapat menyebabkan gangren.

Pada kasus pegawai pabrik karet PT X, pegawai yang bekerja pada bagian
keram basah yang bertugas dalam mencuci karet yang berbentuk lembaran-
lembaran tipis yang telah di oven, dimana pegawai pabrik yang bekerja delapan jam
perhari dan ditambah lembur empat jam selama bertahun-tahun ditemukan hampir
semua pegawainya mengeluh nyeri dibagian kakinya karena terus-terusan mencuci
karet dengan air yang dingin ditambah lagi rata-rata pegawai pabrik tersebut
merokok yang dapat memperberat kerja jantung dan pembuluh darah. Pada awalnya
pegawai pabrik di tempat kerja tersebut sering merasakan kaku pada kaki dan pada
jari-jari tangan serta kaki pegawai tersebut juga pucat, namun sekarang banyak
pegawainya yang mengeluh nyeripada kaki. Untuk mengurangi nyeri pada kaki
tersebut rata-rata pegawainya memakai sepatu bot karet sebagai pelindung diri.

Berdasarkan kasus tersebut maka para pegawai pada bagian keram basah
beresiko terkena sindrom Raynauds apabila hal ini tidak cepat diatasi, oleh sebab
itu peran perawat sangatlah penting. Sindrom Raynouds dalam skala berat harus
diatasi secara medis dengan mengkonsumsi obat-obatan dan harus diawasi oleh
dokter dan perawat. Dalam beberapa kasus saat ini, vasodilators (pengobatan
dengan relaksasi dan pelebaran pembuluh darah). Sedangkan dalam skala kecil
perawat dapat menganjurkan beberapa pencegahan, sepert:

1. Melindungi tubuh dari suhu dingin.


2. Memakai pakain yang tepat untuk cuaca dingin dengan memakai lapisan,
sarung tangan, mantel, topi dan syal.
3. Hindari cuaca dingin ekstrim dengan memakai sarung tangan pakai saat bekerja
di air dingin atau mencapai ke dalam freezer
4. Melindungi tangan dan kaki dari cedera.
5. Hindari tembakau dan kafein. Nikotin dan kafein dapat mengurangi sirkulasi
darah.
6. Hindari stres dan kecemasan.
7. Berolahraga secara teratur dan minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi.
8. Pijat dan gerakkan jari-jari Anda selama istirahat bekerja.

Daftar Pustaka

http://wahedlabstechnologies.blogspot.com/2010/01/sindrom-raynaud.html diunduh pada


26 Februari 2014. pukul 17.11 WIB
http://www.news-medical.net/news/20091117/39/Indonesian.aspx diunduh pada 26
Februari 2014. pukul 17.46 WIB
http://monaayu.blogspot.com/2012/12/penyakit-akibat-kerja.html diunduh pada 26 Februari
2014. pukul 18.08 WIB
Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT
Grasindo (e-book) diunduh pada 26 Februari 2014. pukul 16.32 WIB
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta :
Salemba Medika (e-book) diunduh pada 26 Februari 2014. pukul 16.44 WIB

Susana (04101003040)
Penyakit Akibat Kerja Nyeri Punggung Pada Pekerja Pengangkutan Karet Di

Pabrik Karet X Di Kertapati

Pekerja pengankut karet yang bekerja di pabrik karet di bagian pengangkutan karet dari

lokasi penjmuran ke tempat pengumpulan karet yang akan di angkut oleh truk ke pabrik

karet yang lain untuk di olah. Bahaya akibat kerja yang dialami para pengangkut karet

yakni merasakan nyeri punggung bila mengangkut karet lebih berat dari biasanya. Karet

yang diangkut lebih dari 100 kg diangkut menggunakan gerobak. Dari segi

ergonomisnya di pabrik karet ini sudah cukup baik dengan cara menggunakan gerobak

daripada memanggul langsung ke punggung. Walaupun sudah cukup baik tetapi para

pekerja di haruskan untuk tetap menjaga keselamatan dan kesehatan dalam bekerja.

Pekerja pengangkut karet dalam sehari mereka berkerja 8 jam mengangkut karet

tergantung dari pasokan karet yang akan di distribusi. Waktu istirahat disesuaikan

dengan pekerjaan yang ada. Setiap hari para pekerja melakukan aktivitas yang sama.

dalam mengankut karet dengan menarik menggunakan gerobak tentu cedera kapanpun

bisa terjadi, misalnya cedera punggung akibat beratnya barang yang diangkut dan

dikerjakan secara berulang sehingga punggu terasa pegal, kram maupun nyeri di sekitar

punggung.

Pekerjaan yang paling beresiko terkena sakit punggung bawah adalah para pekerja day

care, penjual ritel, pekerja konstruksi, dan pengangkat barang. Terlalu sering

mengangkat, membungkuk atau memutar bisa menyebabkan cedera punggung (Ide,

2007).

Jika mau mengangkat barang berat, selalu tekuk lutut dan gunakan kaki ketimbang

punggung. Saat duduk, gunakan kursi dengan penyangga yang baik yang tidak
memberikan tekanan pada lutut. jaga agar punggung tegak dan pertahankan postur yang

baik ketika kerja. setiap jam, berdiri dan strech dengan meletakkan tangan pada

punggung bagian bawah dan perlahan bungkukkan badan ke belakang (Ide, 2007).

Sebagian besar cedera punggung disebabkan mengangkat barang berat, terutama saat

tergesah-gesa. Gerakan mengangkat, mendorong, menarik, membungkuk maupun

berputar juga merupakan penyebab banyak terjadinya salah urat pada pungnggung. Rasa

sakit yang timbul pada punggung bagian bawah dan lebih terasa pada satu sisi di

bandingkan sisi yang lain. Rasa sakit di punggung bisa hilang dengan sendirinya.

Sebaiknya bagian yang sakit dikompres dengan es, ehingga rasa sakit dapat dikurangi

atau hilang. Sebaiknya beristirahat berbaring menggunakan kasur yang keras (Anies,

2005).

Gejalanya, rasa sakit yang membatasi aktivitas dan mengurangi kemampuan kerja.

Pencegahannya dengan cara olahraga secara teratur bisa membantu fisik agar tetap

bugar sehingga mengurangi terjadinya cedera (Ide, 2007).

Saat menarik dan mendorong objek, seseorang mempertahankan keseimbangan dengan

usaha terkecil ketika dasar tumpuan diperbesar searah dengan gerakan yang akan

dihasilkan atau dilawan. Bila menarik objek, seseorang dapat memperlebar dasar

tumpuan dengan (1) memundurkan kaki bagian belakan bila orang itu berhadapan

dengan objek; atau (2) memajukan kaki bagian depan bila orang itu membelakangi

objek. Cara yang lebih mudah namun aman yaitu menarik objek ke arah pusat gravitasi

orang tersebut daripada mendorongnya, karena orang dapat lebih mengontrol

pergerakan objek bila menariknya (Berman, Snyder, Kozier & Erb; 2009)

Prinsip dasar mekanik tubuh


Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam melakukan mekanik tubuh agar tidak

menimbulkan cedera, antara lain:

a. Gunakan otot yang terpanjang dan terkuat pada waktu mengangkat atau mendorong

beban.
b. Gunakan sabuk serta sekat rongga tubuh untuk memperkokoh bagian panggul dan

melindungi organ-organ di dalam perut sewaktu membungkuk, meraih,

mengangkat, atau menarik.


c. Tempatkan tubuh sedekat mungkin pada benda yang hendak di angkat atau di

pindahkan.
d. Gunakan berat badan sebagai kekuatan menarik atau mendorong dengan cara

berayun di atas kaki ataupun memiringkan tubuh kedepan/kebelakang ntuk

mengurangi ketegangan pada otot-otot lengan dan tungkai.


e. Sebuah benda lebih baik di geser atau di gelindingkan, ditarik atau di geser

daripada diangkat. Hal tersebut ditujukan untuk mengurangi tenaga yang diperluan.
f. Tempatkan kaki-kaki secara berjauhan untuk memperoleh dasar penopang yang

lebar bilamana diperlukan kestabilan tubuh yang lebih besar. Tekuk lutut san

turunkan tubuh di dekat sebuah benda yang hendak di angkat.(Asmadi, 2008).

Peran perawat:

Peran perawat sebagai memberikan penyuluhan

terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.

Dimana pada pekerja pengankut karet di pabrik

karet tekniknya sudah cukup baik namun safety

pada pekerja yang masih minim sehingga

Sumber foto: http://www.antarasumsel.com/

resiko cedera mungkin masih menghantui para pekerja. Setidaknya para pekerja
pengankut karet menggunakan alas kaki yang yang nyaman setidaknya menggunakan

sepatu olahraga atau sepatu yang nyaman. Kemudian berat yang di angkut juga di

sesuaikan dengan berat tubuh sehingga meminimkan terjadinya cedera pada punggung.

Referensi:

Anies.(2005).Pencegahan dini Gangguan kesehatan berbagai penyakit dan gangguan


kesehatan yang perlu diwaspadai dan dicegah secara dini.Jakarta;PT Elex
media Komputindo.

Asmadi.(2008).Teknik prosedural keperawatan:Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar


klien.Jakarta:Slameba Medika

Berman, Audrey., Snyder, Shirlee., Kozier, Barbara., & Erb, Glenora.(2009).Buku ajar
praktik keperawatan klinis ed. 5.Jakarta;EGC

Ide, Pangkalan.(2007).Inner Healing in the office.Jakarta;PT Gramedia.

Mifta Hussaadah (04101003027)

CACAT ANATOMIS AKIBAT MESIN PENGGILING KARET DI PABRIK


KARET X KERTAPATI

Cacat anatomis merupakan kondisi dimana kehilangan bagian tubuh secara


anatomi seperti tangan, kaki dan jari. Adapun macam cacatnya tergantung dari hilangnya
anatomis atau berkurangnya fungsi anggota badan yang meliputi bagian/organ tubuh seperti
tangan, kaki, hidung, telinga, mata, alat kelamin, paru, jantung, usus, otak, dsbnya. Menurut
derajat kecacatan, dibedakan cacat tetap sebagian (cacat sebagian untuk selama-lamanya)
dan cacat tetap total (cacat total untuk selama-lamanya). Yang disebut cacat tetap sebagian
adalah cacat yang keadaannya menetap untuk selama-lamanya yang secara langsung atau
tidak langsung mengaki-batkan berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekerjaan.
Adapun yang disebut cacat tetap total adalah cacat yang keadaannya menetap untuk selama-
lamanya yang secara langsung atau tidak langsung dapat mengakibatkan hilangnya secara
total kemampuan untuk menjalankan pekerjaan. Cacat karena penyakit akibat kerja dapat
merupakan cacat anatomis dan atau cacat fungsi yang secara langsung atau tidak langsung
mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya secara total kemampuan untuk menjalankan
pekerjaan. Adapun cacat yang dimaksud dalam penyakit akibat kerja pada pabrik karet X
dikertapati adalah cacat anatomis.
Macam cacat tetap sebagian yang dapat berupa cacat anatomis atau cacat fungsi
yang dimuat dalam Tabel, Lampiran II PP. No. 14 Tahun 1993 sebelum dikeluarkannya
UU No. 3 Tahun 1992 adalah:
1. Lengan kanan dari sendi bahu ke bawah;
2. Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah;
3. Lengan kanan dari atau dari atas siku ke bawah;
4. Lengan kiri dari atau dari atas siku ke bawah;
5. Tangan kanan dari atau dari atas pergelangan ke bawah;
6. Tangan kiri dari atau dari atas pergelangan ke bawah;
7. Kedua belah kaki dari pangkal paha ke bawah;
8. Sebelah kaki dari pangkal paha ke bawah;
9. Kedua belah kaki dari mata kaki ke bawah;
10. Sebelah kaki dari mata kaki ke bawah;
11. Kedua belah mata;
12. Sebelah mata atau diplopia pada penglihatan dekat;
13. Pendengaran pada kedua belah telinga;
14. Pendengaran pada sebelah telinga;
15. Ibu jari tangan kanan;
16. Ibu jari tangan kiri;
17. Telunjuk tangan kanan;
18. Telunjuk tangan kiri;
19. Salah satu jari lain tangan kanan;
20. Salah satu jari lain tangan kiri;
21. Ruas pertama telunjuk kanan;
22. Ruas pertama telunjuk kiri;
23. Ruas pertama jari lain tangan kanan;
24. Ruas pertama jari lain tangan kiri;
25. Salah satu ibu jari kaki;
26. Salah satu jari telunjuk kaki;
27. Salah satu jari kaki lain.
Termasuk macam cacat-cacat tetap sebagian lainnya yang dapat berupa cacat
anatomis atau cacat fungsi yang dimuat dalam Tabel, Lampiran II PP. No. 14 Tahun
1993 adalah:
1. Terkelupasnya kulit kepala (cacat anatomis);
2. Impotensi (cacat anatomis atau cacat fungsi);
3. Kaki memendek sebelah: kurang dari 5 cm; 5 - 7,5 cm; 7,5 cm atau lebih (cacat
anatomis);
4. Penurunan daya dengar kedua belah telinga setiap 10 desibel (cacat fungsi);
5. Penurunan daya dengar sebelah telinga setiap 10 desibel (cacat fungsi);
6. Kehilangan daun telinga sebelah (cacat anatomis);
7. Kehilangan kedua belah daun telinga (cacat anatomis);
8. Cacat hilangnya cuping hidung (cacat anatomis);
9. Perforasi sekat rongga hidung (cacat anatomis);
10. Kehilangan daya penciuman (cacat fungsi);
11. Hilangnya kemampuan kerja fisik (cacat fungsi);
12. Hilangnya kemampuan kerja mental tetap (cacat fungsi);
13. Kehilangan sebagian fungsi penglihatan; kehilangan efisiensi tajam
penglihatan;
kehilangan penglihatan warna; kehilangan lapangan pandang(cacat fungsi).
Dari narasumber yang sempat kami wawancarai yang bekerja di pabrik karet X
mengatakan bahwa salah satu penyakit akibat kerja yang sangat sering diderita pegawai
pabrik karet X Kertapati terutama yang berkaitan langsung dengan mesin penggiling
karet adalah cacat anatomis seperti jari buntung, tangan buntung dan sebagainya. Hal ini
wajar saja bisa terjadi akibat kelalaian dan keteledoran peserta. Menurut Riyadina (2008)
Faktor manusia berperan penting (80%) timbulnya kecelakaan kerja yang
mengakibatkan cedera terutama pada pemakaian alat pelindung kerja (APD). Data
Dewan Keselamatan daKesehatan Kerja Nasional (DK3N) menunjukkan bahwa
kecenderungan kejadian kecelakaan kerja meningkat dari tahun ke tahun yaitu 82.456
kasus di tahun 1999 meningkat menjadi 98 905 kasus di tahun 2000 dan naik lagi
mencapai 104 774 kasus pada tahun 2001. Dari kasus kecelakaan kerja 9,5% (5 476
tenaga kerja) di antaranya mendapat cacat permanen. Hal itu berarti setiap hari kerja ada
39 orang pekerja yang mendapat cacat baru dan 17 orang meninggal karena kecelakaan
kerja. Namun Undang-undang Nomor 23 Tahun 19925 tentang Kesehatan, pasal 23
mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib
diselenggarakan di setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko
bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerjasecara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh
produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja
Referensi

1. Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja nasional (DK3N). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3):
Jangan sampai global compact beraksi. Warta ekonomi; 2002.
2. Peraturan pemerintah No. 14 Tahun 1993
3.Undang-undang Kesehatan RI pasal 23 tentang Kesehatan Kerja. Jakarta: Depkes;1992.
4. Woro Riyadina. (2008). Cedera Akibat Kerja pada Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung
JakartaMaj Kedokt Indon, 58 (5),148-152

Rizka Amilia Haryani (04101003034)


Penyakit Akibat Kerja pada Pembuat Kain Songket : NYERI TENGKUK

Songket adalah kain yang ditenun dengan menggunakan benang emas atau
benang perak. Selain benang emas atau perak, ada jenis benang sutera yang berwarna,
ada yang menggunakan benang sulam, ada yang menggunakan benang katun berwarna
dan sebagainya. Tetapi semua jenis benang tersebut dipergunakan untuk menghias
permukaan kain tenun, bentuknya seperti sulaman dan dibuat pada waktu yang
bersamaan dengan menenun dasar kain tenunnya.
Para pekerja tenun songket menghabiskan waktunya dari pagi hingga malam
hari untuk membuat songket. Hal itu kami ketahui dari pernyataan dari Cek Nani yaitu
salah satu pengrajin songket yang tinggal di daerah Tangga Buntung. Ia mengatakan
bahwa menenun songket merupakan hal yang asyik untuk dilakukan. Namun, saat
seseorang baru memulai untuk menenun songket lama kelamaan akan timbul rasa kaku
dan nyeri di bagian leher, pinggang, tangan, dan kaki. Pekerja tenun songket tersebut
mengatakan bahwa rasa sakit akan hilang setelah mereka beristirahat tanpa meminum
obat.

Beratnya intensitas kerja sering membuat stress kerja. Untuk pekerjaan manual
di sector industri yang memakan waktu selama 8jam, seseorang dapat bekerja paling
banyak 33% dari kapasitas maksimal tanpa merasa kelelahan. Sedangkan untuk
pekerjaan manual selama 10 jam, seseorang dapat bekerja hanya kira-kira 28%
kapasitas maksimal tanpa merasa kelelahan. Jam istirahat yang singkat tetapi lebih
sering, kurang menimbulkan stress kerja dibandingkan dengan jam istirahat yang
panjang namun lebih jarang.

Oleh karena itu kami membahas tentang penyakit penyebab kerja yang dialami
oleh penenun songket. Ada beberapa penyakit yang dialami oleh pekerja songket, salah
satunya adalah nyeri tengkuk.

Otot otot di bagian leher berguna untuk menyokong beban leher untuk
bergerak, tapi karena sangat sedikit dilindungi sehingga mudah terkena gangguan. Nyeri
pada tengkuk terjadi saat:

- Pekerjaan dengan beban berat


- Pekerjaan manual dengan duduk
- Pekerjaan yang duduk terus

Penyebab nyeri tengkuk:

1. Trauma/Luka/Keseleo
Disebabkan oleh kecelakaan kendaraan yang menyebabkan cedera lecutan
( whiplash injury)
2. Ketegangan kronis pada otot dan tendon daerah tengkuk
Disebabkan oleh sikap yang tidak baik selama bekerja. Ligamen sangat regang,
otot menjadi lelah, sendi leher dan syaraf tertekan. Ini adalah penyebab dari
timbulnya nyeri tengkuk pada pengrajin songket. Posisi pengrajin yang selalu
duduk dengan leher yang tegang menyebabkan para pengrajin mengeluhkan
nyeri tengkuk.
3. Penyakit degenerative dan radang
Disebabkan karena perubahan diskus dan sendi yang prevalensinya meningkat
sesuai umur.
4. Herniasi diskus dari salah satu ruas tulang belakang
Diskus keluar dari antara ruas-ruas tulang belakang
5. Faktor psikososial
Beban kerja yang banyak, pekerjaan yang monoton dan control yang rendah
serta tingkat social
6. Kelainan kongenital
Lahir dengan bentuk vertebrata yang tidak normal/ ruas tulang belakang
menekan spinal cord pada sambungan yang lepas di leher
7. Infeksi
Gejala awal penyakit gondok, encephalitis & poliomyelitis, adalah kekauan dan
rasa sakit pada leher
8. Kanker / tumor ganas
Bila cukup besar dapat menekan saraf tepi dan spinal cord
9. Penyakit lain
Rheumatoid arthritis dan fibromyalgia

Sumber: Harrianto, Ridwan. 2002. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC

NAMA : ADIS FEROSANDI


NIM : 04101003021

Era globalisasi menuntut pelaksaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap


tempat kerja, termasuk sektor informal. Pekerja di berbagai sektor akan terpajan dengan
resiko penyakit akibat pekerja dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari mereka.
Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan hingga yang paling berat, tergantung
jenis pekerjaannya (Anies, 2005 dikutip Noor, 2011).

Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang timbul karena hubungan kerja
atau yang disebabkan oleh pekerjaan dan sikap kerja (Sulistiono, 2003). Salah satu
penyakit akibat kerja yang menimbulkan gangguan pada tulang belakang adalah nyeri
punggung. Nyeri punggung adalah sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama
berupa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung (Sunarto,
2005).

Pengrajin songket adalah salah satu pekerjaan yang beresiko terjadinya cedera
dan kesakitan pada punggungnya, karena pekerjaan ini membutuhkan aktivitas duduk
yang lama dan mengangkat beban yang berulang-ulang sehingga membutuhkan peran
yang besar dari otot-otot punggung dan tulang belakang. Duduk yang terlalu lama dan
kesalahan dalam aktivitas mengangkat sangat memungkinkan pengrajin songket
mengalami gangguan nyeri punggung.

Nyeri punggung yang timbul karena posisi statis dalam bekerja dan bersifat
continue dapat mengakibatkan kehilangan jam kerja sehingga mengganggu
produktivitas kerja, yang mana insiden dan beratnya lebih sering dijumpai pada pekerja
wanita dibandingkan laki-laki (Samara, Basuki, dan Janis, 2005).

Nyeri yang berlanjut sampai tiga bulan atau lebih akan memasuki tahap kronis,
dan jika dibiarkan berlanjut tanpa dirawat dapat menimbulkan akibat-akibat fisik,
kejiwaan, dan sosial yang serius. Oleh karena itu penting sekali untuk mencegah jangan
sampai hal ini terjadi dan cara pencegahan yang paling efektif adalah menjalankan
program latihan yang secara bertahap akan menambah kemampuan bergerak,
kelenturan, dna peredaran darah (Shone, 1995). Salah satu latihan yang dapat membantu
untuk meredakan nyeri punggung adalah latihan peregangan (Eleanor dan Archard,
2007). Latihan dapat menurunkan kelemahan, menghilangkan stress, meningkatkan
kekuatan otot dan mencegah deformitas.

Latihan kelenturan dan penguatan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas


fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi, dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat
terjadi pemanjangan otot, ligament, dan tendon sehingga aliran darah semakin
meningkat (Helmi, 2012). Menurut Jayson (2002) latihan fisik bertujuan untuk
menguatkan punggung dan otot perut, dan semua yang memperbaiki gerakan punggung.

Nyeri punggung menjadi masalah utama para pekerja home industry Songket
Cek Nani di Tanggo Buntung. Di Tanggo Buntung terdapat pelayanan khusus di bidang
kesehatan yang memberikan pendidikan kesehatan dan pengetahuan tentang
keperawatan dan keselamatan kerja yang dapat membantu para pengrajin songket
tersebut untuk meminimalkan kecelakaan kerja demi meningkatkan produktivitas kerja
dan kelangsungan home industry Songket Cek Nani itu sendiri. Oleh karena itu,
diperlukan peran aktif tenaga kesehatan seperti perawat dan tenaga kesehatan lainnya
dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada.

Perawat sebagai petugas kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam
kesehatan dan keselamatan kerja, diantaranya adalah melakukan pemerikasaan fisik
bagi para pengrajin songket melakukan promosi kesehatan berkaitan dengan penyakit
akibat kerja seperti keluhan nyeri punggng dan memberikan pendidikan kesehatan
mengenai senam nyeri punggung pada para pengrajin songket guna meningkatkan
mobilitas, memperkuat otot-otot abdomen, punggung, dan ekstremitas bawah agar para
pengrajin yang menderita nyeri punggung dapat bekerja dengan optimal sehingga
meningkatkan produktivitas kerja mereka.

Sumber :
Helmi, N.Z., 2012, Buku Ajar Gangguan Muskuloskleteal. Jakarta : Salemba Medika
Jayson, Malcolm. 2002. Seri Kesehatan : Bimbingan Dokter pada Nyeri Punggung. Jakarta :
Dian rakyat
Samara, D., Basuki, B., Jannis, J., 2005. Duduk Statis Sebagai Faktor Resiko Terjadinya Nyeri
Punggung Bawah pada Pekerja Perempuan. Universa Medicina, 24(2):74
Noor, Yuliza. 2011. Hubungan Tehnik Mengangkat Beban dengan Keluhan Nyeri Punggung
pada Pekerja Pengangkut Barang di Pasar Klewer Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan :
Universitas Muhammadiyah Surakarta
NAMA : NURUL DWI KHAIRANI
NIM : 04101003043

Songket adalah salah satu kebudayaan Sumatera Selatan, yang sampai sekarang
masih dipelihara eksistensinya. Salah satu ciri khas dari tenun songket adalah motif atau
corak yang ditampilkan, yaitu khas melayu yang diuntai menggunakan benang emas dan
perak. Songket biasanya dipakai dalam upacara-upacara resmi , seperti upacara
pernikahan khas Sumatera Selatan. Keindahan tenun songket tidak begitu saja langsung
ada , tetapi juga tidak lepas dari kerja keras si pembuat tenun songket. Pekerja tenun
songket begitu teliti merangkai helaian benang hingga menjadi songket yang indah dan
bernilai tinggi.

Para pekerja tenun songket menghabiskan sebagian besar waktunya untuk


menenun songket , dari pagi hingga malam hari. Hal itu kami ketahui dari pernyataan
pengusaha songket yang kami temui di daerah Tangga Buntung, beliau mengatakan
bahwa para pekerja memulai menenun dari pagi , lalu istirahat pada saat jam makan
siang , kemudian dilanjutkan kembali hingga malam. Biasanya penenun songket yang
sudah ahli, merasa ketagihan untuk menenun, mereka terkadang malas untuk beranjak
meninggalkan alat tenun, bahkan tidak merasa kelelahan, namun setelah itu barulah
terasa kaku dan pegal terutama di bagian tangan, leher, pinggang , dan kaki. Setelah
melihat alat tenun songket, wajar saja rasa kaku dan pegal pasti dialami oleh pekerja
tenun songket, alat-alat penunjangnya lumayan berat , tiap alat hanya dikendalikan oleh
satu orang , apalagi penenun songket yang kami temui adalah seorang wanita. Tetapi
pekerja tenun songket mengatakan bahwa nyeri yang mereka rasakan akan hilang
sesudah beristirahat, tanpa harus diobati atau dimasage.

Oleh karena itu kami membahas tentang penyakit yang dialami oleh para pekerja
tenun songket. Ada beberapa penyakit yang dialami oleh pekerja songket, salah satunya
adalah nyeri tungkai bawah.

Nyeri tungkai bawah akut merupakan sensasi subjektif dan tidak menyenangkan
yang terasa pada beberapa tempat di daerah tungkai bawah (Grace & Borley, 2006).
Para pekerja songket merasakan nyeri yang berulang-ulang pada tungkai bawah, mereka
mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan mungkin karena beban alat yang ditopang pada
kaki. Pernyataan pekerja tenun songket tersebut sesuai menurut Schwartz (2000)
penyebab tersering pada kaki adalah metatarsalgia dan fasilitis plantaris, yang timbul
akibat beban yang berulang terus-menerus pada bagian kepala metatarsal atau bagian
perlekatan antara ligamentum plantaris dengan kalkaneus.penyebab lainnya dari nyeri
pada kaki dan pergelangan kaki adalah artritis, subkulasi tendon paroneus, dan fraktur
akibat penekanan dan sindroma terowongan tarsal. Bebadn yang berulang pada tibia
berperan pada timbulnya shin splints atau nyeri yang berhubungan dengan aktifitas
serta melunaknya bagian di atas tibia, seperti pada stress fraktur. Kram otot, trombosis
vena profunda, iskemia, atau pergeseran radiks nervus lumbalis dari siskus yang
mengalami herniasi atau stenosis spinalis adalah penyebab lainnya dari nyeri tungkai
bawah.

Dari studi pendahuluan yang kami lakukan , bahwa ada beberapa penyebab
terjadinya nyeri tungkai bawah pada pekerja tenun songket , yaitu duduk tertalu lama,
menahan beban yang terus menerus, dan kurangnya konsumsi air putih. Penjelasannya
seperti ini : duduk terlalu lama , karena penenun songket harus memenuhi pesanan yang
datang, sehingga harus menenun secara terus menerus agar targer pesanan dapat
tercapai, yang kedua menahan beban yang terus menerus juga berat, karena alat yang
diapakai terbuat dari kayu , dan ada beberapa alat tambahan yang harus ditopang,
terakhir kurang komsumsi air putih , karena mereka terlalu konsentrasi dalam menenun.

Seharusnya konsumsi air putih pada penenun songket lebih banyak daripada
orang yang tidak bekerja seperti itu. Bisa disetarakan dengan orang yang sering
berolahraga yang membutuhkan air putih untuk menggantikan keringat yang keluar
juga menyeimbangkan fungsi metabolisme tubuh. Pada pekerja tenun songket , air putih
sangatlah banyak diperlukan untuk membuat peredaran alirah darah lancar, dikarenakan
posisi penenun yang bisa menjadikan aliran darah menjadi tidak lancar.

Sumber :

Grace, Pierce A., Borley, Neil R.2006. At a glance ilmu bedah, edisi ketiga.Erlangga:Jakarta.

Shwartz,Shires,Spencer.2000.Intisari Prinsip-prinsip ilmu bedah,edisi keenam.EGC:Jakarta.

NAMA : DHIA DIANA FITRIANI

NIM : 04101003051

Songket merupakan kerajinan khas dari Sumatera Selatan yang masih diminati
setiap orang sampai sekarang. Kata songket berasal dari songka atau songkok, khas
palembang yang percaya bahwa pertama kali kebiasaan menenun dengan benang emas
dimulai. Istilah menyongket berarti menenun dengan benang emas dan perak.
Songket, biasanya dikenakan pada saat perayaan resmi atau pesta, dapat dikenakan
melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan
ikat kepala. Beberapa kain songket tradisional Sumatera memiliki pola yang
mengandung makna tertentu. Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi
sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional.

Penenun songket harus teliti menenun helaian benang emas dan perak menjadi
kain dengan motif yang indah. Hal itu kami ketahui saat mendatangi kediaman salah
satu penenun songket di kawasan Tangga Buntung. Beliau mengatakan bahwa menenun
songket tidaklah mudah dan harus teliti. Bagaimana tidak, jika tidak teliti helaian
benang pada alat penenun songket akan berantakan dan motif songket tidak sesuai
dengan yang dikehendaki. Selain itu, apabila ketika menenun terdapat benang yang
putus, penenun songket harus teliti menyambung benang sehingga kain masih dapat
terjual.

Penenun songket yang kami datangi, Cek Nani, mengatakan bahwa kegiatan
menenun songket biasanya dimulai dari pagi hari, istirahat makan siang, dan dilanjutkan
hingga sore hari. Terkadang jika pesanan songket sedang membanjiri usahanya, beliau
dan pekerja yang lain akan menenun hingga malam hari. Menurut beliau, menenun
songket merupakan kegiatan yang asyik hingga saat memulai menenun tidak bisa
berhenti. Namun saat berhenti dari kegiatan menenun barulah mereka merasa kaku dan
pegal terutama di bagian tangan, tengkuk, punggung , dan tungkai. Tetapi Cek Nani
mengatakan bahwa nyeri yang mereka rasakan akan hilang sesudah beristirahat.

Ada beberapa penyakit yang dialami oleh pekerja songket, salah satunya adalah
nyeri pergelangan tangan.

Carpus atau pergelangan tangan merupakan sendi yang lentur yang terdiri dari
delapan tulang kecil yang disatukan oleh ligamen (Leigh Toselli, 2008). Tangan dan
pergelangan tangan merupakan anggota tubuh yang sering mengalami penyakit akibat
paling sering di gunakan. Posisi yang tidak ergonomis dalam kurun waktu yang lama
menyebabkan masalah pada pergelangan tangan.

OOS (Occupational Overuse Syndrome) atau Sindrom penggunaan Berlebih


dalam pekerjaan dikenal juga sebagai RSI (Repetitive Strain Injury) atau Cedera
Ketegangan Berulang merupakan istilah yang digunakan untuk beberapa keadaan
yang ditandai oleh rasa tidak nyaman atau nyeri terus menerus pada otot, tendon, dan
jaringan halus lainnya. Keluhan ini biasanya disebabkan atau diperparah oleh keadaan
bekerja yang tidak baik, yang meliputi penggunaan kegiatan berulang atau kegiatan
yang kuat. (Leigh Toselli, 2008). Hal itu dibuktikan berdasarkan pernyataan Cek Nani,
kegiatan menyetrek begitu disebut beliau untuk membuat kain songket dilakukan
berulang, untaian benang dibuat satu persatu baris membentuk kain, dan semakin kuat
menyetrek papan kain songket yang dibuat semakin kencang dan padat.

Gejala OOS meliputi gerakan terbatas dan lemah pada atau sekitar otot dan
tendon di pergelangan tangan, jari, bahkan bengkak, dan mati rasa atau kebas (Leigh
Toselli, 2008). Cara mengatasi OOS ini dapat dengan mengistirahatkan tangan dari
tugas yang berulang. Tapi jika penenun songket menyepelekan sindrom ini, tentu akan
memperparah gejala nya seperti susah memegang benda atau alat. Sehingga seharusnya
para penenun songket menghindari menenun secara terus menerus tanpa beristirahat
guna mencegah terjadinya sindrom ini dan memerhatikan kesehatan sendi pergelangan
tangan mereka.

Sumber :

Toselli, Leigh. 2008. Panduan Lengkap Manikur dan Pedikur. Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta

Nama: Indah Septiarani


Nim : 04101003059

Penyakit Akibat Kerja Pada Lingkungan Kerja BANK

Bekerja di BANK adalah dambaan banyak orang. Tapi pada kenyataan nya
BANK juga termasuk tempat kerja beresiko untuk menyebaban beberapa keluhan
penyakit.

Dari studi pendahuluan, didapatkan sebagian besar pegawai BANK melakukan


pekerjaan dalam posisi duduk di depan komputer dengan Air Conditioner (AC) yang
selalu menyala. Rata-rata pegawai BANK menghabiskan waktu untuk duduk selama 8
jam dan berada di depan computer lebih dari 6 jam dalam satu hari. Terlalu lama berada
di depan komputer dapat membuat mata perih, kering, lelah, pandangan kabur, serta
leher dan bahu terasa nyeri dan pegal. Sekumpulan gejala ini sering dikenal dengan
sebutan Sindrom penglihatan komputer atau Computer Vision Syndrome. Keluhan-
keluhan mata tersebut berhubungan erat dengan lamanya berada di depan komputer,
jarak pandang antara mata dan komputer, posisi duduk, tingkat ketajaman sinar, kontras,
warna, jenis dan besar kecilnya huruf serta aspek lain terkait penggunaan komputer.

Keluhan tersebut juga dapat disebabkan oleh intensitas kedipan mata yang
minim saat berada di depan komputer sehingga produksi air mata menjadi berkurang.
Padahal dengan berkedip, air mata secara maksimal melumasi, melindungi, sekaligus
melancarkan distribusi oksigen ke mata. Sindroma ini akan semakin memburuk bila
berada di kondisi berangin dan ber-AC.

Peran perawat dalam masalah ini adalah sebagai pendidik yaitu dengan
memberikan penyuluhan berupa tindakan pencegahan kepada pegawai yang beresiko
mengalami Computer Vision Syndrome. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
sebagai upaya meminimalisir terjadinya Computer Vision Syndrome adalah dengan cara:
(1) atur posisi duduk 90, (2) atur jarak pandang 45 - 75 cm, (3) istirahatkan
pandangan secara berkala, dianjurkan setiap 2 jam, (4) atur pencahayaan komputer,
jangan terlalu terang atau terlalu redup. Selain itu, Perawat juga berperan membantu
klien dalam hal meningkatkan pengetahuan klien mengenai Computer Vision
Syndrome, menjelaskan gejala penyakit nya, penyebab terjadinya, serta tindakan yang
diperlukan untuk meminimalisir terjadinya Computer Vision Syndrome. Dengan
demikian diharapkan akan terjadi perubahan perilaku dari klien sehingga klien dapat
tetap bekerja secara optimal tanpa mengalami masalah penglihatan.

Daftar Pustaka

Alexander, David., Rabourn randy. 2005. Applied Egronomic. New York.

Sulianta, Feri. 2010. Menjadi sehat dan produktif dalam kantor berbasis teknologi
informasi. Jakarta: PT Elek Media Komputindo.

Harianto, Ridwan. 2009. Kesehatan Kerja: Buku Ajar. Jakarta: EGC.

Kurnia, Hendrawan. 2009. Kiat jitu tangkal penyakit orang kantoran. Yogyakarta:
Penerbit Best Publisher.
Nama : Harnanda Ginting
Nim : 04101003055

Penyakit Akibat Kerja Pada Lingkungan Kerja BANK

Dewasa ini penggunaan Air Conditioner (AC) dan kipas angin sebagai penyejuk
udara hampir digunakan setiap saat baik dirumah ataupun dikantor. Kondisi iklim tropis
yang terdapat di Indonesia semakin memaksakan diri untuk memiliki penyejuk udara
pada ruangan khususnya di ruangan perkantoran.

Menurut Moekijat (1995:144) dalam Nuraida (2008;161) Air Conditioner (AC)


mengatur keadaan udara dengan mengawasi suhu, peredaran, kelembapan, dan
kebersihan. Efisiensi pegawai kantor menunjukan peningkatan keuntungan rata-rata
20% setelah diberi AC. Namun pada kenyataannya, terlalu lama duduk di ruangan ber-
AC tidak begitu baik untuk kesehatan.
Ketika melakukan studi pendahuluan di salah satu BANK swasta di kota
Palembang, hampir seluruh ruangan di dalam perkantoran BANK tersebut dipasangi AC
dan setiap harinya pegawai BANK tersebut harus berada di dalam ruangan ber-AC
selama lebih kurang delapan jam.

Terpapar AC secara terus menerus dapat menyebabkan iritas mata, hidung


tersumbat, sakit kepala, hingga gangguan pernapasan. Penyakit gangguan pernapasan
akibat AC biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang hidup di dalam pipa AC.
Debu yang menempel pada barang-barang yang tidak tesentuh di kolong meja atau
tempat-tempat yang sulit untuk dibersihkan, akan terhisap oleh AC dan mengendapi
pipa saluran AC. Debu-debu ini akan membawa partikel yang bisa mengganggu
kesehatan. Apabila pipa saluran AC jarang dibersihkan, mikroorganisme tersebut akan
tersebar melalui udara yang dihembuskan AC sehingga spora mikroorganisme tersebut
akan terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan. Hal ini tentunya akan berdampak
buruk bagi kesehatan

Peran perawat dalam masalah ini adalah sebagai pendidik yaitu dengan
memberikan penyuluhan kesehatan kepada pegawai BANK mengenai pengaruh dan
penyakit apa saja yang dapat disebabkan oleh penggunaan AC dalam jangka waktu
panjang, serta bagaimana cara menghindarinya. Dengan demikian diharapkan akan
terjadi perubahan perilaku pegawai sehingga pegawai dapat tetap bekerja secara nyaman
tanpa perlu khawatir efek yang akan ditimbulkan dari penggunaan AC

Daftar pustaka

Djojodibroto, Darmanto. 2007. Respirologi (Respiratory medicine). Jakarta: EGC


Nama : Ulfa Novita Sari
Nim : 04101003057

Penyakit-Penyakit Akibat Kerja pada petugas BANK

Petugas BANK merupakan salah satu pekerjaan yang sangat di dambakan oleh
setiap orang. Dari pengamatan kami pada pekerja BANK didapatkan dalam melakukan
pekerjaan, sebagian besar dilakukan dalam posisi duduk dan berdiri, banyak melibatkan
penggunaan PC dan sering mengetik. Serta AC yang terus-menerus menyala juga tidak
baik untuk kesehatan kulit, pernafasan dan mata. Seperti hal nya pada Teller petugas
BANK yang memakai sepatu berhak tinggi (highheels) sering mengeluh sakit pada kaki,
pembengkakan pada kaki, varises, kelelahan otot, nyeri pinggang, serta kekakuan pada
leher dan bahu. Oleh sebab itu kami sangat tertarik untuk membahas masalah ini.
Nyeri pinggang (Low back pain) adalah keluhan rasa nyeri, ketegangan otot,
atau rasa kaku didaerah pinggang yaitu di pinggir bawah iga sampai lipatan bawah
bokong (plica glutea inferior), dengan atau tanpa disertai penjalaran rasa nyeri ke daerah
tungkai (sciatica) penyakit ini dapat terjadi akibat stress fisik yang berlebihan pada
sumsum tulang belakang yang normal, atau stress fisik yang normal pada sumsum
tulang belakang yang abnormal. Nyeri pinggang yang dipicu oleh penyakit-penyakit
organic (spinal/nonspinal) biasanya dapat diidentifikasi dengan adanya kelainan
gambaran radiologis tulang belakang. Penyakit ini diklasifikasikan sebagai nyeri
pinggang spesifik. Kenyataannya, hampir 90% kasus nyeri pinggang tidak dapat
diidentifikasi penyebabnya. Penyakit pinggang ini diklasifikasikan sebagai nyeri
pinggang nonspesifik.

Nyeri pinggang nonspesifik merupakan penyakit yang sangat sering terjadi di


masyarakat umum, prevalensinya kedua terbanyak setelah penyakit influenza. Lebih
dari 85% individu pernah menderita nyeri pinggang selama hidupnya, terutama di sektor
industri.

Umumnya nyeri pinggang nonspesifik disebabkan oleh masalah pekerjaan berat


yang berhubungan dengan manual material handling, seperti mengangkat, menurunkan,
mendorong, dan menarik beban yang berat, juga berkaitan dengan sering atau lamanya
membongkokan badan, membungkuk, duduk, dan berdiri terlalu lama atau postur
batang tubuh lainnya yang janggal.Ketegangan dan keregangan atau cedera otot,
ligamentum, permukaan sendi, medula spinalis, dan akar saraf merupakan salah satu
penyebab timbulnya keluhan ini.

Jenis nyeri pinggang nonspesifik, berdasarkan kelainan organic yang


melatarbelakangi kasus ini, maka nyeri pinggang nonspesifik dapat dibedakan menjadi
beberapa diagnosis penyakit, yaitu Low back strain, discogenik pain, facet joint
syndrome, sindrom sakroiliaka, dan hernia Nukleus pulposus.

Peran perawat adalah pendidik(educator) atau memberikan penyuluhan, untuk


pencegahan di sarankan untuk menggunakan sepatu atau alas kaki yang nyaman. Jika
memang harus menggunakan sepatu bertumit sebaiknya pilihlah sepatu yang kecil atau
dibawah 5 cm. Usahakan untuk duduk di sela-sela waktu kerja atau setidaknya ketika
ada waktu istirahat dan melakukan peregangan secara teratur misalnya setidaknya 30
menit atau 1 jam, peregangan dilakukan untuk mengurangi tekanan pada kaki, bahu,
leher dan kepala.Di samping itu, pekerja yang pernah menderita nyeri pinggang perlu
dievaluasi dan dilaksanakan bimbingan konseling yang memadai.

Daftar Pustaka

Dr.Ridwan Harianto,MHSc(OM),P.A.K.,Sp.Ok.2009.Buku Ajar Kesehatan


Kerja.Jakarta:EGC

NAMA: Liza Karamika

NIM : 04101003016

Risiko Gangguan Kulit Akibat bahan kimia di industry Pupuk Urea X

Pengertian Kesehatan dan Keselatan Kerja


Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil danmakmur.
Menurut Sumamur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang
bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang
kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan
stabilitas emosi secara umum.
Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000, p.6),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja
menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Pusri didirikan pada tanggal 24 Desember 1959 di Palembang, dengan kegiatan


usaha memproduksi pupuk urea. PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, yang lebih dikenal
sebagai PT Pusri, merupakan anak perusahaan dari PT Pupuk Indonesia (Persero) yang
bergerak di bidang produksi dan pemasaran pupuk yang memiliki kantor pusat dan
pusat produksi berkedudukan di Palembang, Sumatera Selatan, merupakan produsen
pupuk urea pertama di Indonesia
Dermatitis kontak merupakan penyakit akibat kerja Dermatosis akibat kerja biasanya
dikelompokkan menurut mekanisme yang menyebabkannya yaitu mekanik, fisik,
biologic dan kimiawi.
Faktor mekanik : gesekan dan tekanan akibat pemakaian terus menerus suatu
alat sering menimbulkan penebalan kulit, kalus, abrasi dan uklus.
Faktor fisik : factor lingkungan misalnya panas, lembab, dingin, asap, tumbuh
tumbuhan, kayu, sinar matahari dan ultraviolet dapat menyebabkan berbagai kelainan
kulit. Reaksi fototoksik dan foto alergik dapat juga terjadi akibat pajanan tertentu.
Faktor biologik : bakteri, ragi, jamur, virus, dan parasit dapat menimbulkan penyakit
kulit primer pada lingkungan pekerjaan. Infeksi bacterial skunder dapat merupakan
komplikasi suatu erupsi eksematosa.
Factor kimiawi : zat kimia merupakan penyebab tersering suatu dermatosis akibat kerja,
dan biasanya digolongkan menurut pengaruhnya pada permukaan kulit sebagai iritan
atau sensitizer.

Zat Iritatan digolongkan sesuai dengan kerjanya pada kulit :


- Zat yang merusak lapisan tanduk : alkali, sabun, pelarut organic
- Zat yang melarutkan lipid permukaan kulit : pelarut anorganik dan organic, deterjen
- Zat penghidrasi : asam anorganik, anhidrida, alkali
- Zat pengoksidasi : pemutih, krom, garam arsen dan seng, peroksida
- Zat pengendap protein : krom, arsen, garam seng
- Zat penghidrolisa : senyawa kalsium
- Zat pereduksi : asam oksalat, asam format
- Photosensitizer : ter batubara, zat pewarna dan petroleum
- Zat teratogenik : arsen, arang batubara, petroleum, radiasi matahari, radiasi berion
Pada orang yang peka, suatu reaksi alergik dapat terjadi setelah terpajan dengan
zat kimia. Keadaan ini sangat khas dan penyebabnya adalah reaksi hipersensitivitas.
Gejala klinis reaksi ini tidak terjadi pada pajanan pertama, tetapi timbul setelah
melewati periode sensititasi sekitar 2 minggu dan pajanan berikutnya menyebabkan
dermatitis kontak eksematosa. Alergen industry sangat banyak jumlahnya dan bersifat
khas untuk setiap industry. Allergen yang paling sering ialah garam nikel, kromat alkali,
etilendiamin, senyawa air raksa, resin (epoksi, fenolformaldehid), dinitroklorobenzen,
parafenilendiamin.
Dermatitis kontak akan muncul pada permukaan kulit jika zat kimia tersebut
memiliki jumlah, konsentrasi dan durasi (lama pajanan) yang cukup. Dengan kata lain
semakin lama besar jumlah, konsentrasi dan lama pajanan, maka semakin besar
kemungkinan pekerja tersebut terkena dermatitis. Pekerjaan pada proses realisasi
menggunakan bahan kimia dalam jumlah yang cukup besar dalam waktu yang lama (8
jam kerja). Sehingga terlihat jelas bahwa proses realisasi memiliki potensi terkena
dermatitis kontak yang lebih besar. Hal ini karena pada proses realisasi pekerja terpajan
bahan kimia dengan konsentrasi yang cukup tinggi dan dalam waktu yang lama.
Riwayat alergi merupakan salah satu faktor yang dapat menjadikan
kulit lebih rentan terhadap penyakit dermatitis kontak. Analisis hubungan antara riwayat
alergi dengan dermatitis kontak menunjukkan bahwa pekerja dengan riwayat alergi
yang terkena dermatitis sebanyak 15 orang (57,7%) dari 26 orang yang memiliki
riwayat alergi. Sedangkan pekerja yang tidak memiliki riwayat alergi terkena dermatitis
sebanyak 24 orang dengan persentase sebesar 44,4% dari 54 orang pekerja. Hasil uji
statistik menunjukkan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan proporsi kejadian
dermatitis kontak yang bermakna antara pekerja dengan riwayat alergi dibandingkan
dengan pekerja yang tidak memiliki riwayat alergi.

DAFTAR PUSTAKA

Jeyaratnam, J., & David, Koh. (2010). Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja.
Jakarta: EGC
Aditama, Tjandra Yoga., & Tri, Hastuti (Ed). 2006. Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Brathiarta M. Dermatitis kontak pada pekerja. Dalam : kumpulan makalah


Lokakarya Dermatitis kontak Lab/unit Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK
UGM/RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta 29-30 Januari 1997

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 11, NO. 2, DESEMBER 2007: 61-68


NAMA : ENDANG SETIAWATI
NIM : 04101003056

Penyakit Pneumokoniosis di PT Pupuk Sriwijaya bagian


Pengantongan Pupuk Urea

A. Latar Belakang

PT Pupuk Sriwijaya di Palembang merupakan pabrik pupuk terbesar di


Indonesia. Semakin modern zaman semakin meningkat kebutuhan, cara kerja, dan
proses produksi dari suatu pabrik terutama perusahaan Badan Usaha Milik Negara
terbesar dan ternama di Indonesia seperti pusri, mengikuti pesat nya laju pertumbuhan
maka meningkat pula angka penyakit dan kecelakaan akibat kerja menurut jumlah
tenaga kerja di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 104,49 juta, bekerja di sektor formal
sebesar 30,51 % sedangkan 69,49 % bekerja di sektor informal, dengan distribusi
sebesar 41,18% bekerja di bidang pertanian, industri 12,07%; perdagangan sebesar
20,90%; transportasi, pergudangan dan komunikasi sebesar 5,69%; konstruksi sebesar
4,42%, jasa dan keuangan 14,44%; serta pertambangan, listrik dan gas 1,3% (Berita
Resmi Statistik 2009). Dari data tahun 2007 diketahui kecelakaan kerja terbanyak
terjadi pada tenaga kerja konstruksi dan industri masing-masing 31,9 % dan 31,6 %.

Penyakit Akibat Kerja (Occupational Disease) adalah penyakit yang mempunyai


penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri
dari satu agen penyebab yang sudah diakui. Penyebab kematian akibat pekerjaan
terbesar salah satunya adalah penyakit saluran pernafasan. (International Labour
Organization). Berdasarkan

Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Keselamatan dan Kesehatan


Kerja, setiap tenaga kerja berhak atas perlindungan dan terhindar dari resiko kecelakaan
kerja berupa bahaya maupun penyakit akibat kerja.

Pupuk kimia mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen


merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir
kristal berwarna putih. Pupuk urea dengan rumus kimia NH2 CONH2 merupakan
pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air
(higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat yang kering dan tertutup rapat.
Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100kg
mengandung 46 Kg Nitrogen, Moisture 0,5%, Kadar Biuret 1%, ukuran 1-3,35MM

Pada saat proses produksi urea tersebut menghasilkan sianida yang berbahaya
bagi pernafasan.Pertama-tama, urea terurai menjadi asam sianat pada reaksi (NH2)2CO
HCNO + NH3. Kemudian asam sianat berpolimerisasi membentuk melamina dan
karbon dioksida: 6 HCNO C3H6N6 + 3 CO2
Pneumokoniosis merupakan penyakit paru akibat kerja yang disebabkan oleh
deposisi debu di dalam paru dan reaksi jaringan paru akibat pajanan debu tersebut.
Reaksi utama akibat pajanan debu di paru adalah fibrosis. Menurut kepres No.22 tahun
1993 pneumokonosis yang disebabkan pembentukan jaringan parut
(silikosis,antrakosis,asbestosis). Faktor utama yang berperan pada pathogenesis
pneumokoniosis adalah karakteristik partikel debu, jumlah, lama pajanan dan respons
saluran napas terhadap partikel debu. Salah satu industri yang menghasilkan debu yaitu
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang, tepatnya di unit pengantongan pupuk urea (PPU).
Berdasarkan Material Safety Data Sheet (MSDS) Potensi debu urea terhadap kesehatan
yaitu dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan atas. Dari laporan sepuluh
besar penyakit di PT. Pusri tahun 2011 diperoleh bahwa Infeksi Saluran Pernafasan
merupakan penyakit tertinggi.

Oleh karena data tersebut penulis ingin membahas mengenai penyakit


Pneumokoniosis di PT. Pupuk Sriwijaya khusus nya di tempat Pengantongan Pupuk
Urea (PPU)

B. Pembahasan

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. Kep 187/Men/1999 tentang


pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja, pada pasal 2 menyatakan bahwa
Pengusaha atau pengurus yang menggunakan, menyimpan, memakai, memproduksi,
dan mengangkut bahan kimia berbahaya di tempat kerja wajib mengendalikan bahan
kimia berbahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja.

PT. Pupuk Sriwijaya Palembang sebagai industri pupuk urea pertama dan
terbesar di Indonesia yang mengolah gas alam sedemikian rupa sehingga menjadi
ammonia dan melalui proses lebih lanjut diperoleh hasil akhir produk jadi berupa pupuk
urea butiran halus. merupakan salah satu industri yang menghasilkan bahan pencemar
debu urea dan dapat menyebabakan penyakit paru pada pegawai khusus nya di
pengantongan pupuk urea (PPU), Di unit tersebut pupuk urea curah ditumpahkan untuk
selanjutnya di masukkan ke kantong pupuk. Hasil curahan dan tumpukan pupuk
tersebutlah yang mengasilkan bahan pencemar yang berupa debu urea. Berdasarkan
pengukuran yang dilakukan bagian Hiperkes PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang pada
bulan Januari tahun 2013, didapat hasil pengukuran debu urea 11 mg/m3.Hasil ini
melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan oleh Permenaker RI No 13 Tahun
2011 yaitu sebesar 10 mg/m3 Karena itu para pekerja di PPU berisiko terkena gangguan
pernapasan. berdasarkan laporan kunjungan polipabrik menurut unit kerja tahun
2011,departemen PUA (Pengantongan Urea dan Angkutan) merupakan unit kerja yang
pekerjanya paling banyak mengunjungi poli pabrik untuk berobat. Disamping itu dari
pekerja di unit PPU sendiri sudah ada keluhan tentang dampak debu tersebut terhadap
kesehatan saluran pernafasan mereka. dari 70 orang pekerja yang mengalami infeksi
saluran pernapasan sejumlah 34 orang (48,6%). (Flrencia,2013)

1. Definisi

Pneumokoniosis merupakan penyakit paru akibat kerja yang disebabkan oleh


deposisi debu di dalam paru dan reaksi jaringan paru akibat pajanan debu tersebut.
Reaksi utama akibat pajanan debu di paru adalah fibrosis.

Istilah pneumokoniosis berasal dari bahasa yunani yaitu pneumo berarti paru
dan konis berarti debu. Terminologi pneumokoniosis pertama kali digunakan untuk
menggambarkan penyakit paru yang berhubungan dengan inhalasi debu
mineral.Pneumokoniosis digunakan untuk menyatakan berbagai keadaan berikut:

1. Kelainan yang terjadi akibat pajanan debu anorganik seperti silika (silikosis), asbes
(asbestosis) dan timah (stannosis)

2. Kelainan yang terjadi akibat pekerjaan seperti pneumoconiosis batubara

3. Kelainan yang ditimbulkan oleh debu organik seperti kapas (bisinosis)

Istilah pneumokoniosis seringkali hanya dihubungkan dengan inhalasi debu


anorganik.dan pupuk urea termasuk dalam pupuk yang mengandung bahan
sianida,nitrogen,dan saat pemrosesan terdapat silica, dan juga ammonia yg bertebaran di
udara yang dapat menyebabkan gaguan pernafasan.
Definisi pneumoconiosis adalah deposisi debu di dalam paru dan terjadinya
reaksi jaringan paru akibat deposisi debu tersebut. International Labour Organization
(ILO) mendefinisikan pneumoconiosis sebagai suatu kelainan yang terjadi akibat
penumpukan debu dalam paru yang menyebabkan reaksi jaringan terhadap debu
tersebut. Reaksi utama akibat pajanan debu di paru adalah fibrosis Pneumoconiosis
yang disebabkan debu mineral jaringan parut (silikosis, antrakosis,asbestosis) dan siliko
tubetrkulosis. silikosis merupakan factor utama penyebab cacat dan kematian.

2. Debu Dan Silica

Debu adalah aerosol yang tersusun dari partikel-partikel padat yang bukan
termasuk benda hidup. Respons jaringan tubuh seseorang terhadap debu yang
terinhalasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sifat fisik, kimia dan factor
pejamu. Efek debu terhadap paru dipengaruhi oleh tingkat pajanan debu. Tingkat
pajanan debu ditentukan oleh kadar debu rata-rata di udara dan waktu pajanan terhadap
debu tersebut.

Silica di dalam urea digunakan untuk membuat urea bersifat higroskopik(mudah


menyerap air). menghirup silica dapat menyebabkan silikosis, seperti debu yang
bersarang di par uterus menerus akan menggangu pernafasan dan mengurangiudara
kapasitas paru. tahun 2013 diperbolehkan 100mg/m3.

3. Pertahanan Tubuh

Dalam tubuh silica tidak larut secara priode silica mengaktifkan inflamassome
dalam makrofag dan sel dendrid dan dengan nemikian menghasilkan pengolahan pro
interkulin 1 beta ke dalam bentuk matang.dan dapat menyebabakan kerusakan
irreversible.

Sebagian besar debu yang terinha;asi akan difiltrasi oleh saluran nafas atau
dibersihkan oleh silia di saluran nafas besar. system mekanik yaitu bersin,cairan yang
melapisi saluran nafas bersifat bakterisidal kemudian pertahanan spesifik dan humoral.

Patogenesis pneumokinosis dimulai dari respon makrofak alveolar terhadap


debu yang masuk ke paru. terjadi fagositosis debu oleh makrofag,jika pajanan terlalu
lama makatimbul reaksi inflamasi awal, gambaran nya yaitu pengumpulan sel di saluran
nafas bawah.partikel debu yang difagosit makrofag akan menyebabkan makrofag
tersebut yang diikuti dengan fibrositosis.

4. Diagnosis

Diagnosis pneumokoniosis tidak dapat ditegakkan hanya dengan gejala klinis.


Ada tiga kriteria mayor yang dapat membantu untuk diagnosis pneumokoniosis.
Pertama, pajanan yang signifikan dengan debu mineral yang dicurigai dapat
menyebabkan pneumokoniosis dan disertai dengan periode laten yang mendukung. Oleh
karena itu, diperlukan anamnesis yang teliti mengenai kadar debu di lingkungan kerja,
lama pajanan dan penggunaan alat pelindung diri serta kadang diperlukan pemeriksaan
kadar debu di lingkungan kerja. Gejala seringkali timbul sebelum kelainan radiologis
seperti batuk produktif yang menetap dan atau sesak napas saat aktivitas yang mungkin
timbul 10-20 tahun setelah pajanan. Kedua, gambaran spesifik penyakit terutama pada
kelainan radiologi dapat membantu menen-tukan jenis pneumokoniosis. Gejala dan
tanda gangguan respirasi serta abnormalitas faal paru sering ditemukan pada
pneumoconiosis tetapi tidak spesifik untuk mendiagnosis pneumokoniosis. Ketiga, tidak
dapat dibuktikan ada penyakit lain yang menyerupai pneumokoniosis. Pneumokoniosis
kemungkinan

mirip dengan penyakit interstisial paru difus seperti sarkoidosis, idiophatic pulmonary
fibrosis (IPF) atau interstitial lung disease (ILD) yang berhubungan dengan penyakit
kolagen vaskular.Beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan untuk membantu dalam
diagnosis pneumokoniosis yaitu pemeriksaan radiologi, pemeriksaan faal paru dan
analisis debu penyebab.

5. Tata Laksana

Pneumokoniosis tidak akan mengalami regresi,menghilang ataupun berkurang


progresivitasnya hanya dengan menjauhi pajanan. Tata laksana medis umumnya terbatas
hanya pengobatan simptomatik. Tidak ada pengobatan yang efektif yang dapat
menginduksi regresi kelainan ataupun menghentikan progesivitas pneumokoniosis.
Pencegahan merupakan tindakan yang paling penting. Regulasi dalam pekerjaan dan
kontrol pajanan debu telah dilakukan sejak lama terutama di negara industri dan terus
dilakukan dengan perbaikan-perbaikan. Pada bentuk pneumokoniosis subakut dengan
manfaat yang didapat untuk efek jangka panjangnya terutama jika bahan penyebab
masih ada di paru. Menjaga kesehatan dapat dilakukan

6. Peran Perawat

Peran perawat dalam pneumokinosis terutama di PT pupuk sriwijaya yaitu

Peran pencegahan primer

Pencegahan yang paling utama yaitu penggunaan Alat Pelindung Diri,sebaik nya para
pekerja tidak menggunakan APD standar tetapi menggunakan masker N95 untuk
mencegah debu dan gas toksit masuk ke saluran pernafasan

Pencegahan Sekunder

yaitu dengan menskrinning Para pekerja yang beresiko rentan terkena pneumokinosis
seperti pekerja di bagian pengantongan pupuk urea dan juga pengobatan yang tepat pada
pekerja yang telah menunjukkan gejala awal ganguan pernafasan

Pencegahan Tersier

yaitu dengan bekerjasama dengan perusahaan menyarankan agar ditingkattkan kembali


pengawasan bagi para pekerja yang tidak menggunakan APD untuk diberikan
peringatan.

Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan. 2007. Seri Pedoman Tatalaksana Penyakit Paru Akibat Kerja bagi Petugas
Kesehatan. Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Jakarta.

Chemicals & Laboratory Equipment. 2000. Material Safety Data sheet Urea MSDS.[on line]. Dari :
http://science.lab.com[10 April 2013]
Florencia, Dinda A. 2013, pengaruh pajanan debu urea terhadap infeksi saluran pernafasan akut (ispa)
pada pekerja di unit pengantongan pupuk urea (ppu) pt.pupuk sriwidjaja palembang tahun 2013,
[Skripsi]. Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Sriwijaya, Indarlaya.

Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.2011. Peraturan Mentri Tenaga Kerjadan


Transmigarasi Nomor Per.13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas faktor Fisika dan Kimia di
Tempat Kerja. Jakarta, Indonesia.

Susanto,Dwi Agus. (2011). Pneumokinosis. Jornal Indonesia Medical Assosiation, 61(12), 503-510.

Nama : NUR INDAH


PERMATA RANI
NIM : 04101003031

Risiko Keracunan Gas Amonia Pada Pekerja Pabrik PT Pusri Palembang

A. Latar Belakang
Saat ini masih banyak tenaga kerja yang bekerja pada kondisi tidak nyaman dan
berpotensi menyebabkan penyakit atau gangguan kesehatan. Menurut International
Labor organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan
oleh penyakit atau yang din sebabkan oleh pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi
dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat kerja
dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan baru setiap
tahunnyan (Buchari, 2007).
Sebagian besar gangguan kesehatan di Indonesia terjadi pada sektor industri,
baik di industri kecil, nenengah ataupun yang sudah mencakup skala nasional. Industri
pupuk buatan salah satu dari contoh tempat kerja yang berpotensi menyebabkan
gangguan kesehatan. Di Indonesia PT Pusri Palembang merupakan contoh perusahaan
penghasil pupuk kima terbesar bagi konsumsi negara.
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) adalah perusahaan yang didirikan
sebagai pelopor produsen pupuk urea di Indonesia pada tanggal 24 Desember 1959 di
Palembang Sumatera Selatan, dengan nama PT Pupuk Sriwidjaja (Persero). Pusri
memulai operasional usaha dengan tujuan utama untuk melaksanakan dan menunjang
kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional,
khususnya di industri pupuk dan kimia lainnya (pusri.co.id).
Bahan baku pembuatan pupuk urea diperoleh dari pemprosesan gas amonia.
Amonia adalah senyawa kimia berupa gas yang berbau tajam. Pabrik Amonia PT Pusri
Palembang menghasilkan amonia sebagai hasil utama dan carbon dioxide sebagai hasil
samping yang keduanya merupakan bahan baku pupuk urea. Bahan baku pembuatan
amonia adalah gas bumi yang diperoleh dari Pertamina dengan komposisi utama metana
(CH4) sekitar 70% dan Karbon dioksida (CO2) sekitar 10%. Steam atau uap air
diperoleh dari air Sungai Musi setelah mengalami suatu proses pengolahan tertentu di
Pabrik Utilitas. Sedangkan udara diperoleh dari lingkungan, dan sebelum udara ini
digunakan sebagai udara proses, ditekan terlebih dahulu oleh kompressor udara.
Gas dari amonia inilah yang dapat menganggu kesehatan para tenaga kerja PT
Pusri terutama pekerja di Pabrik amonia karena dapat mengakibatkan keracunan. Pada
Sepetember 2000 di mana sedikitnya 28 orang mengalami keracunan gas amoniak yang
berasal dari bocornya tabung amoniak (ardiansyah, 2010). Selain itu kawasan PT Pusri
terletak di Kecamatan Kalidoni yang merupakan kawasan padat penduduk juga
mengakibatkan masyarakat rentan akan limbah dari amoniak tersebut sehingga kualitas
lingkungan hidup di sekitar kawasan tersebut semakin menurun.
B. Pembahasan
Gas amoniak merupakan gas yang toxik dengan nilai ambang batas di udara untuk 8
jam kerja adalah 25 ppm, sifat lain adalah merupakan gas yang higroskopis, mudah
menyerap air dan mempunyai kelarutan terhadap air dengan semua komposisi didalam
air.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah relatif kecil menyebabkan cedera dari
tubuh dengan adanya reaksi kimia (Purwanto, 2013). Keracunan adalah masuknya zat
toksin/ racun yang dapat membahayakan tubuh. Amonia sendiri merupakan bahan racun
yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, mata dan tenggorokan. Bahaya terhadap
manusia yaitu pada konsentrasi NH3 = 90 ppm, pH mencapai 11 dan ini merupakan
racun (toxik), sebagai gas amoniak menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, mata
dan kulit (susyanto, 2007).
Senyawa amonia (NH3) merupakan senyawa yang mempunyai bau yang khas.
Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pembengkakan
saluran pernafasan dan sesak nafas. Terkena amonia pada konsentrasi 0.5% (v/v) selama
30 menit dapat menyebabkan kebutaan (chem-is-try.org).
Batasan amonia terhadap kesehatan adalah sebagai berikut :
1. 0,5 ~ 1,0 ppm : bau mulai tercium
2. 2,0 ppm : batas maximal paparan kebauan di area pemukiman secara terus
menerus (24 jam) Kep. Men LH Nomor 50/MEN-LH/II/96.
3. 25 ppm batas maximal paparan di area kerja (8 jam) Surat Edaran Menaker
Nomor 02/MENAKER/78.
4. 40 ppm : beberapa orang mungkin akan menderita iritasi ringan.
5. 100 ppm : iritasi pada mata dan rongga hidung setelah beberapa menit terpapar.
6. 400 ppm : iritasi berat pada tenggorikan, rongga hidung dan saluran pernafasan
akut.
7. 700 ppm : iritasi berat pada mata.
8. 1700 ppm : pemaparan > 30 menit korban akan terbatuk-batuk dan berakibat fatal.
9. 5000 ppm : korban menderita edema serius, tercekik, sesak nafas dan berakibat
fatal dalam waktu singkat.
Gejala dan tanda keracunan amonia (medisato.com)
1. Muntah
2. Batuk
3. Rasa Sakit/Nyeri Perut
4. Kebiruan Bibir
5. Kebiruan Kuku Tangan
6. Kegelisahan
7. Demam
8. Rasa Sakit/Nyeri Tenggorokan
9. Kesulitan Bernapas
10. Rasa Sakit/Nyeri Dada

C. Peran Perawat
Fungsi perawat kesehatan kerja (AAOHN,1994; dikutip Permatasari, 2009):
1. Melakukan supervisi terhadap kesehatan pekerja
2. Melakukan surveilens terhadap lingkungan kerja
3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja
4. Mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
5. Penatalaksanaan pelayanan baik yang berhubungan maupun yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan, kecelakaan kerja serta pelayanan kesehatan
dasar
6. Mengatur dan mengkoordinasikan pertolongan pertama di tempat kerja
7. Melakukan konseling untuk pekerja
8. Melakukan upaya rehabilitasi untuk pekerja yang kembali bekerja setelah
megalami kecelakaan atau dirawat di rumah sakit.

Untuk mencegah terjadinya keracunan gas amonia perawat bekerjasama


dengan pihak perusahaan dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan atau
Hiperkes, diantaranya tentang penggunaan alat pelindung diri (APD) yang sesuai
standar kesehatan pekerja serta gejala dan tanda jika terjadi keracunan gas
amonia.

Contoh APD Untuk melindungi pernafasan


dari bahaya gas amoniak digunakan Breathing
Apparatus yaitu alat Bantu pernafasan dengan
menggunakan tabung gas.
Adapun tatalaksana/ pertolongan pertama yang bisa dilakukan perawat
diduga terjadi keracunan gas amonia pada pekerja yaitu melakukan
penatalaksanaan umum pada keracunan inhalan (Purwanto, 2013):
- Bawa pasien ke udara segar dengan segera : buka semua pintu dan jendela
- Longgarkan semua pakaian yang ketat
- Lajukan RJP jika diperlukan
- Cegah menggigil dengan memberi selimut
- Pertahankan pasien setenang mungkin
- Jangan berikan alkohol dalam bentuk apapun

Lalu jika kondisi pekerja stabil dan dibawa ke pelayanan kesehatan,


maka tindakan yang bisa dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain yaitu:
- Berikan Oksigen 100%, ambil darah untuk kadar karboksi hemoglobin:
- Oksigen diberikan sampai kadar Karboksi hemaglobin kurang dari 5%,
- observasi pasien secara konstan meliputi gangguan psikopsis, paralisis
spastik, ataksia, gangguan visual, dan penyimpangan

Daftar Pustaka:
Permatasari, Henny. 2009. Peran Perawat Kesehatan Kerja.
(http://www.docstoc.com/docs/21283205/Peran-Perawat-Kesehatan-Kerja-
Occupational-Health-Nursing, diakses 26 Februari 2014)
Purwanto, Sigit (2013). Keracunan. Materi Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
I. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya.
Susyanto. 2007. Antisipasi PT Pupuk Kaltim terhadap bahaya kebocoran system
tanki penyimpan amoniak. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang: dipublikasikan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapistas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
Produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23). Konsep dasar
daru Upaya Kesehatan Kerja ini adalah Identifikasi permasalahan, Evaluasi dan
dilanjutkan dengan tindakan pengendalian.

Ruang Lingkup Kesehatan Kerja


Kesehatan Kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode
kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua
lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja


Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai (modal) awal
seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal
seseorang untuk bekerja dapat depengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan
lain-lain. Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja
yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan
seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi lingkungan
kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain- lain) dapat merupakan beban
tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut acara sendiri sendiri atau
bersama sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja. Gangguan
kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja
dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja
tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor
lainnya.

Lingkungan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja yang ditimbulkan


Penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan
oleh pemajanan dilingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara
pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-
usaha untuk mencegahnya. Misalnya antara penyakit yang sudah jelas penularannya
dapat melaui darah dan pemakaian jarum suntik yang berulang-ulang, atau perlindungan
yang belum baik pada para pekerja Rumah sakit dengan kemungkinan terpajan melalui
kontak langsung. Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka langkah awal yang
penting adalah pengenalan / identifikasi bahaya yang bisa timbul dan di Evaluasi,
kemudian dilakukan pengendalian. Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan
bahaya dilingkungan kerja diperlukan tiga langkah utama, yakni:
1. Pengenalan lingkungan kerja.
Pengenalan linkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan mengenal
(walk through inspection), dan ini merupakan langkah dasar yang pertama-tama
dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.
2. Evaluasi lingkungan kerja.
Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya yang
mungkin timbul, sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam mengatasi
permasalahan.
3. Pengendalian lingkungan kerja.
Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap
zat/bahan
yang berbahaya dilingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya, pengenalan dan
evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang sehat. Jadi hanya dapat
dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat untuk mencegah efek kesehatan
yang merugikan di kalangan para pekerja.
- Pengendalian lingkungan ( Environmental Control Measures ) Disain dan tata
letak yang kuat. Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada
sumbernya.
- Pengendalian perorangan ( Personal Control Measures )
Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk melindungi
pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat pelindung perorangan harus sesuai dan kuat.
Pembatasan waktu selama pekerja terpajan terhadap zat tertentu yang berbahaya dapat
menurunkan risiko terkenanya bahaya kesehatan di lingkungan kerja. Kebersihan
perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang penting, terutama untuk para pekerja
yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan bahan kimia serta partikel lain.
Definis Penyakit Akibat Kerja Occuptational Disease

Penyakit Akibat Kerja Occuptational Disease adalah penyakit yang


mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan yang pada
umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.

Penyebab penyakit akibat hubungan kerja

Penyebab penyakit akibat hubungan kerja dapat dibagi atas 5 golongan, yaitu :

1. Golongan Fisik
Bising, vibrasi, radiasi, suhu ekstrim, tekanan, dll
2. Golongan Kimiawi
ada lebih kurang 100.000 bahan kimia yang digunakan dalam proses industry,
namun dalam daftar penyakit ILO baru dapat diidentifikasi 31 bahan kimia
sebagai penyebab.
3. Golongan Biologi
bakteri, virus, jamur, parasit
4. Golongan Fisiologik
disini tempat kerja yang kurang ergonomis, tidak sesuai dengan fisiologi dan
anatomi manusia
5. Golongan Psikososial
beban kerja terlalu berat, monotoni pekerjaan dsb.

Kriteria umum penyakit akibat hubungan kerja

Ada dua elemen pokok dalam mengidentifikasi penyakit akibat hubungan kerja :

- Adanya hubungan antara pajanan yang spesifik dengan penyakit.


- Adanya fakta bahwa frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja lebih
tinggi daripada masyarakat umum.

Ketentuan tentang penyakit akibat kerja di Indonesia

Menurut Kepres No. 22 Th 1993 untuk kepentingan asuransi tenaga kerja


ditentukan 31 jenis penyakit akibat kerja, yaitu :

1. Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan parut


(silikosis, antrakosilikosis, asbestosis, dan silikikotuberkulisis yang silikosnya
merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernapasan ( broncopulmonal) yang disebabkan oleh
debu logam keras)
3. Penyakit paru dan saluran pernapasan ( broncopulmonal) yang disebabkan oleh
debu kapas vlas, henep, dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan sensitivitas dan zat perangsang yang dikenal
yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis alergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat dari
penghirupan debu organic.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadnium atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan karbon disulfide.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivate halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atau aromatic yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzene atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivate nitro dan amina dari benzene atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alcohol, glikol, atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbonmonoksida, hydrogen sianida, hydrogen sulfide, atau derivatnya
yang beracun, amoniak seng beraso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran byang disebakan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik ( kelainan-kelainan otot urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau saraf tepi )
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara bertekanan tinggi.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang mengio
n.
26. Penyakit kulit ( dermatosis yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau
bilogik )
27. Kanker kulit epitilioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes .
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk obat

Definisi dan Jenis Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan (Work Related
Desease)

a. Definisi
Dalam pelaksanaan pekejaan sehari-hari pekerja diberbagai sektor akan terpajan
penyakit akibat kerja. Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan sampai
yang paling berat tergantung jenis pekerjaan. Oleh karena itu penyakit akibat kerja
merupakan penyakit artificial atau man made desease.
Banyak definisi tentang penyakit akibat kerja, yang semuanya terkait dengan
alat kerja dan pekerjaan. Secara sederhana penyakit akibat kerja merupakan sesuatu
yang disebabkan atau diperburuk oleh pajanan ditempat kerja. Sedangkan definisi
lain, penyakit akibat kerja adalah suatu masalah kesehatan yang disebabkan oleh
pajanan berbahaya ditempat kerja.
Dalam hal ini pajanan berbahaya yang dimaksud antara lain :
Debu, gas atau uap
Suara atau kebisingan
Racun
Getaran
Radiasi
Infeksi kuman/virus
Suhu panas/dingin yang ekstreem
Tekanan udara tinggi/rendah yang ekstrem

Penyakit akibat kerja merupakan manifestasi dari kesehatan kerja, atau kondisi
kesehatan dari tenaga kerja. Kesehatan kerja meliputi bberbagai upaya penyerasian
antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerja baik fisik maupun psikis
dalam hal cara / metode kerja dan kondisi yang bertujuan :

1. Memelihara atau meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja


disemua lapangan kerja
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan kondisi lingkungan kerjanya
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disbabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjaannya.

b. Jenis Gangguan Kesehatan dan Penyakit Akibat Kerja

Kecelakaan kerja atau trauma mekanik


Trauma mekanik ditimbulkan oleh pelepasan energi ( mekanik, listrik, suhu)
yang tak terkontrol pada tubuh pekerja. Misalnya, jatuh ketingigian, terpeleset,
terpotong/terbentur/terjepit mesin yang sedang bergerak, kecelakaan lalu lintas dan
lain lain. Umumnya, trauma mekanik lebih bnayak terjadi pada pekerja laki-laki,
terutama pada pekerja pertambangan, industri pengecoran logam, perkayuan,
konstruksi, pergudangan, dan transportasi.

Penyakit Muskuloskeletal
Pelepasan energi mekanik yang berulang-ulang/akibat posisi kerja yang kurang
ergonomis untuk jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan gangguan
muskuloskeletal, seperti repetitive strain injury, nyeri pinggang bagian bawah, dan
hand arm vibration syndrome.
Kanker akibat Kerja
Contoh kanker akibat kerja antara lain leukimia, terutama mielositik akut dan
limfositik kronik pada pekerja yang terpajan benzana atau yang berhubungsn dengan
radiasi sinar radioaktif; mesotelioma dan kanker paru akibat terpajan oleh asbes;
kanker lidah pada pekerja lapangan akibat terpajan sinar matahari; kanker kandung
kemih pada pekerja yang berhubungan dengan proses dan penggunaan zat pewarna
derivat benzena ( industri cat, tekstil, kabel, pekerja salon, tukang listrik); kanker
kelenjar getah bening; kanker hatri akibat terpajan oleh vinil klorida (bahan mentah
PVC).
Penyakit akibat kerja karena faktor fisik
Tuli akibat kerja dapat diakibatkan tempat kerja yang terlalu bising. Radiasi
ionisasi pada pekerja yang menggunakan unsur radioaktif ( pekerja tambang
uranium, pajanan gas radon pada penggalian terowongan, operator pusat tenaga
nuklir, radiologis) akan mengakibatkan gangguan sistem hemopoitik, sistem saluran
pencernaan, dan sistem saraf. Radiasi non ionisasi pada pekerja lapangan yang
banayk terpajan sinar ultraviolet (sinar matahari) dan sinar inframerah (pada
pengelasan dan industri pengecoran logam) mengakibatkan gangguan kesehatan
akibat efek panas yang ditimbulkan oleh sinar tersebut. Heat stress terutama banyak
terjadi pada pekerja yang bekerja ditempat yang panas, misalnya pengecoran logam;
penyakit ini dapat terjadi pula pada pekerja fisik yang memakai baju kerja terbuat
dari plastik untuk mencegah pajanan zat kimia sehingga penguapan keringat
terganggu. Hand Arm vibration syndrome dapat terjadi pada para pekerja yang
menggunakan peralatan genggam yang menimbulkan vibrasi, misalnya cakram
penggosok, gergaji listrik, bor angin, penumbuk beton listrik.

Penyakit saluran pernafasan kerja


Penyakit saluran pernafasan akibat inhalasi zat kimia yang dihasilkan oleh suatu
proses produksi

Penyakit/gangguan kesehatan Penyebab


Pneumonitis (bronkitis akut) Iritan, misalnya klorin
Bronkitis menahun Debu kapas (bisinosis),
batubara
Bertambah rentan terhadap NO2 (kompor gas), las, ozon
infeksi saluran nafas
Ashma Debu biji bijian / tepung,
debu kayu, biji kapas
Alveolitis alergi ekstrinsik Spora jamur
Pneumokoniosis (fibrosis paru) Silika, asbes
Granuloma paru Berilium
Emfisema Cadmium
kanker Asbestos, gas radon

Penyakit kulit akibat kerja


Penyakit kulit nerupakan penyakit akibat kerja yang sangat sering ditemukan,
biasanya disebabkan oleh zat kimia, seperti asam atau basa kuat, pelarut lemak,
logam yang dapat mengakibatkan iritasi, alergi, atau luka bakar; mekanik, misalnya
akibat gesekan atau tekanan pada kulit; fisik, misalnya akibat lingkunga kerja yang
terlalu panas; dan infeksi.
Penyakit infeksi
Pekerja yang bekerja pada industri pengolahan daging, pemotongan hewan dan
petani beresiko untuk tertular penyakit infeksi yang umumnya terjadi pada binatang,
misalnya brucelosis, demam Q, dan leptopirosis. Sedangkan para pekerja kesehatan
beresiko untuk tertular beberapa jenis infeksi virus seperti HIV dan Hepatitis B.
Pekerja kantor dapat terjangkit penyakit legionair.
Penyakit Jiwa Akibat Kerja
Faktor-faktor dilingkungan kerja yang menyebabkan para pekerja tertekan
jiwanya dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja, kecenderungan
terjadinya kecelakaan kerja, kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat-obatan, atau
bahkan dapat menimbulkan terjadinya penyakit jiwa, seperti neurosis dan psikosis.

Gangguan Reproduksi
Infertilitas dapat disebabkan oleh pajanan beberapa zat kimia seperti merkuri,
pestisida pada wanita hamil. Abortus spontan dapat terjadi akibat pajanan gas
anestesi, timah hitam,dan cadmium.
Gangguan kesehatan akibat kerja lain
Beberapa zat kimia seperti pestisida, logam berat, dan beberapa pelarut organik
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada bebrapa sistem tubuh. Misalnya,
beberepa pelarut organik dapat menyebabkan gangguan pada kulit, sistem saraf,
sistem hemopoietik dan hati. Timah hitam dapat menyebabkan gangguan pada sistem
saraf , sistem reproduksi, sistem hemopoietik dan ginjal

Penyakit yang mengenai populasi pekerja atau diasease affecting working


population

Penyakit yang mengenai populasi pekerja atau diasease affecting working


population adalah suatu penyakit yang terjadi populasi pekerja tanpa adanya agen
penyebab di tempat kerja, namun dapat dipercepat oleh kondisi pekerjaan yang buruk
bagi kesehatan.
` Daftar Pustaka

Aditama, Tjandra Yoga dan Hastuti, Tri. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.

Efendi, Ferry & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Gadjahnata, A. (2012). Pengenalan Penyakit Akibat Kerja. PDK3MI

Harrianto, R. 2012. Buku Ajar : Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC

1. Yang termasuk jenis kanker akibat kerja oleh terpajan sinar matahari adalah..
a. Kanker kulit
b. Kanker lidah
c. Kanker hati
d. Kanker darah (leukimia)
e. Kanker kelenjar getah bening

2. Bronkitis menahun merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan akibat kerja,
yang disebabkan oleh...
a. No2 (kompor gas)
b. Debu kayu
c. cadmium
d. Debu kapas (bisinosis)
e. Gas radon
3. Emfisema merupakan penyakit saluran nafas akibat kerja, yang disebabkan oleh..
a. No2 (kompor gas)
b. Debu kayu
c. cadmium
d. Debu kapas (bisinosis)
e. Gas radon

1. Low back pain termasuk jenis gangguan atau penyakit akibat kerja pada
a. Penyakit muskuloskletal
b. Penyakit jiwa akibat kerja
c. Penyakit infeksi
d. Kanker akibat kerja
e. Penyakit akibat kerja karena factor fisik

2. Berikut ini jenis pekerjaan yang dapat beresiko terjadinya low back pain adalah
a. Pekerja yang terpajan benzena
b. Pekerja di tempat terlalu bising
c. Pekerja lapangan yang terpajan sinar UV
d. Sales Promotion Girl (SPG)
e. Pekerja fisik yang bekerja memakai baju plastik

3. Pilihan utama pada penatalaksanaan nyeri pinggang adalah


1. Pengobatan konservatif
2. Radiologis
3. Tindakan pencegahan
4. Kemoterapi

4. Berikut yang termasuk tindakan pencegahan pada kasus low back pain adalah
1. Pemberian medikamentosa dengan analgesic (OAINS/ NSAID)
2. Latihan tentang biomekanika tubuh, metode dan bahaya kerja
3. Pembedahan
4. Melaporkan setiap gangguan nyeri punggung yang dirasakan

1. Komplikasi yang dapat timbul dari nyeri pada tumit adalah


a. Gangren
b. Plantar fasciitis
c. Heel spur
d. Kontraktur bahu
e. Back pain

Jawaban : C
2. Berikut ini merupakan penyebab penyakit akibat kerja golongan fisik, kecuali
a. Bising
b. parasit
c. radiasi
d. suhu ekstrim
e. tekanan

jawaban : B

3. Penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada pekerja yang berdiri selama berjam-jam
adalah
1.Varises
2. Low Back Pain
3. Plantar fasciitis
4. retinopati

Jawaban : A

Rizka Amilia Haryani (04101003034)

1.Nyeri tengkuk pada penenun songket terjadi karena aktivitasnya dilakukan dengan cara.
1. manual dengan duduk
2. manual dengan berdiri
3. pekerjaannya selalu duduk
4. benar semua
Jawab : 1,3 (B)

2. Penyebab nyeri tengkuk yang paling sering dialami oleh penenun songket adalah.
a. ketegangan otot d. kelainan kongenital
b. penyakit paget e. kanker
c. aktivitas yang selalu dilakukan dengan berdiri
Jawab: A

Adis Ferosandi (04101003021)

3. Pengrajin songket dengan insiden besar terjadi low back pain adalah ..
a. laki-laki
b. perempuan
c. lansia
d. laki-laki dan perempuan
e. BSSD
jawab : B

4. Tujuan latihan kelenturan dan penguatan adalah


1. fleksibilitas fisiologik 3. Mobilitas sendi
2. kekuatan otot 4. Jaringan lunak
Jawab : E (1,2,3,4)

5. Dampak nyeri yang berlanjut sampai tiga bulan atau lebih adalah .
a. kronis
b. akut
c. kematian
d. fraktur
e. BSSD
jawab : A

Nurul Dwi Khairani (04101003043)


6. Penyebab paling sering pada nyeri tungkai bawah adalah...
a. kaki terlalu sering menekuk
b. peregangan kaki yang terlalu lama
c. kurang minum air putih
d.metatarsalgia dan fasilitis plantaris
e.fraktur
Jawab : D

7. Pada pekerja tenun songket, penyebab rasional terjadinya nyeri tungkai bawah, kecuali...
a. kurang minum air putih
b. fraktur
c. menahan beban pada kaki terlalu lama
d. duduk terlalu lama
e. fasilitis plantaris
Jawab : B
Dhia Diana Fitriani (04101003051)

8. Penyebab nyeri pergelangan tangan pada penenun songket adalah ...


a. Kegiatan menyetrek papan dengan kuat
b. Tangan tidak digerakkan dalam waktu lama
c. Penggunaan aksesori tangan yang tidak tepat
d. Melipat tangan selama proses menenun
e. Kelainan genetik
Jawab : a

9. Gerakan terbatas dan lemah pada atau sekitar otot dan tendon di pergelangan tangan,
jari, bahkan bengkak, dan mati rasa atau kebas merupakan gejala dari ...
a. Whiplash injury d. Plantar fasciitis
b. Cramping e. Repetitive Strain Injury
c. Claudication
Jawab : e

10. Berikut ini penyakit yang dapat diderita penenun songket ...
1. Nyeri punggung 3. Nyeri Pergelangan tangan
2. Nyeri tengkuk 4. Nyeri tungkai
Jawab : e (1, 2, 3, dan 4)

Wahyuliani Dwi Pratiwi 04101003014

Soal Kelompok Kecil

1. Berikut ini adalah gejala yang benar pada penderita sindrom Raynauds adalah
1. Kesemutan
2. kehilangan sedikit rasa atau mati rasa jari kaki, jari tangan, hidung atau telinga.
3. Pemutihan dari jari, biasanya tanpa mempengaruhi jempol.
4. Jari menjadi biru terasa dingin dan mati rasa
Jawaban : E
2. Berikut ini adalah faktor pemicu terjadinya sindrom Raynauds, kecuali
a. Lingkungan kerja yang dingin
b. Lingkungan kerja yang panas
c. Gangguan emosional
d. Getaran mesin di tempat kerja
e. Merokok
Jawaban : B
3. Bagian tubuh yang sering terkena sindrom Raynauds adalah
a. mata
b. gigi
c. abdomen
d. tangan dan kaki
e. punggung
jawaban : D
4. Cara mencegah terjadinya sindrom Raynauds, kecuali

a. Memakai pakain yang tepat untuk cuaca dingin dengan memakai lapisan, sarung
tangan, mantel, topi dan syal.
b. Hindari cuaca dingin ekstrim dengan memakai sarung tangan pakai saat bekerja
di air dingin atau mencapai ke dalam freezer
c. Mengkonsumsi kopi untuk menghangatkan tubuh
d. Melindungi tangan dan kaki dari cedera.
e. Berolahraga secara teratur dan minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi.
Jawaban: C

Susana 04101003040

Pertanyaan I

Posisi tubuh yang tidak baik dalam memindahkan barang yang berat adalah ....

A. Mengangkat

B. Menarik

C. Mendorong

D. Membungkuk

E. Menggeser

Jawab: D

Untuk mengurangi rasa nyeri pada punggung ketika punggung terasa nyeri adalah

1. Kompres dengn air es


2. Kompres dengan air panas
3. Tidur di kasur yang keras
4. Tidur di kasur yang empuk

Jawab: B

Untuk mengurangi terjadinya nyeri punggung

1. Melakukan mengankat barang dengan membungkuk


2. Mengkat barang yang berat dengan tergesa-gesa
3. Tidur di matras yang lembut
4. Melakukan peregangan (strech)

Jawab : B

MIFTA HUSSAADAH

04101003027

Soal K3

1.Yang dimaksud dengan cacat tetap total adalah :

a. cacat yang keadaannya menetap untuk selama-lamanya yang secara langsung


atau tidak langsung dapat mengakibatkan hilangnya secara total kemampuan
untuk menjalankan pekerjaan
b. cacat yang keadaannya tidak menetap untuk selama-lamanya yang secara langsung
atau tidak langsung dapat mengakibatkan hilangnya secara total kemampuan untuk
menjalankan pekerjaan
c. cacat yang keadaannya menetap untuk selama-lamanya yang secara langsung atau
tidak langsung mengaki-batkan berkurangnya kemampuan untuk menjalankan
pekerjaan
d. cacat yang keadaannya tidak menetap untuk selama-lamanya yang secara langsung
atau tidak langsung dan tidak mengaki-batkan berkurangnya kemampuan untuk
menjalankan pekerjaan
e. semua benar
jawab : a

2. Menurut Lampiran II PP. No. 14 Tahun 1993 sebelum dikeluarkannya UU No. 3 Tahun 1992,
yang termasuk cacat (anatomis maupun fungsional) adalah, kecuali

a. Lengan kanan dari sendi bahu ke bawah;


b. Lengan kiri dari sendi bahu ke bawah;
c. Lengan kanan dari atau dari atas siku ke bawah;
d. Lengan kiri dari atau dari atas siku ke bawah;
e.ispa
jawab : e

Soal K3 (Lingkungan BANK)

1. Dibawah ini yang termasuk gejala dari Computer Vision Syndrome adalah ..
1. Mata perih 3. Pandangan kabur
2. Sakit leher 4. Lelah

Jawab: E (Semua Benar)

2. Dibawah ini yang merupakan penyebab terjadinya Computer Vision Syndrome


adalah ..
1. Jarak pandang
2. Ketajaman layar
3. Posisi duduk
4. Jenis Komputer

Jawab : A (1, 2, 3 Benar)

3. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Computer


Vision Syndrome adalah .
a. Atur posisi duduk 60
b. Istirahatkan pandangan setiap 2 jam
c. Redupkan Brightness dan Contras pada computer
d. Atur Jarak pandang 10-30 cm
e. Gunakan meja computer yang tinggi

Jawab : D
4. Dampak dari penggunaan AC bagi kesehatan adalah.
1. Iritasi mata 3. Sakit kepala
2. Hidung tersumbat 4. Gangguan pernapasan

Jawab : E (Benar Semua)

5. Mikroorganisme yang mengendap di pipa saluran AC dapat menyebabkan..


a. Iritasi mata
b. Hidung tersumbat
c. Sakit kepala
d. Gangguan pernapasan
e. Nyeri leher

Jawab : D

6. Faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan pada tubuh akibat terpapar AC


setiap hari pada pegawai bank, kecuali
1. Virus 3. Suhu
2. Debu 4. Bakteri

Jawab : E (Benar Semua)

7. Hal apa yang dapat menyebabkan nyeri pinggang....


a. Mengangkat dan mendorong beban yang berat
b. Terlalu lama duduk dan berdiri
c. Cedera otot, dan Ligamentum
d. Keadaan postur tubuh yang janggal
e. Semua benar

Jawab : E

8. Berdasarkan kelainan organik, nyeri pinggang nonspesifik dapat dibedakan menjadi


beberapa diagnosis penyakit, kecuali...
a. Low back strain d. Sindrom sakroiliaka
b. Facet joint syndrome e. hernia Nukleus pulposus
c. Stroke

Jawab : C

9. Masalah apa yang sering terjadi pada petugas BANK, kecuali....


a. Nyeri pinggang d. Kelelahan otot
b. Varises e. Ketegangan saraf otak
c. Kekakuan pada leher dan bahu

Jawab : E
10. Apa peran perawat pada petugas BANK untuk mencegah masalah ini....
1. Sebagai pendidik 3. Memberikan Asuhan keperawatan
2. Memberikan penyuluhan 4. Fasilitator

Jawab : A (1, 2, 3 Benar)

Endang Setiawati (04101003056)

1. Berikut ini, penyakit akaibat kerja apa saja yang mungkin terjadi di lingkungan
pabrik pupuk sriwijaya, kecuali ?

a. Dermatitis kontak

b. Pneumokoniosis

c. Keracunan amoniak

d. Diare

e. Kerusakan kulit

Jawaban : D. Diare

2. Factor utama yang menyebabkan terjadinya Penyakit Pneumokoniosis di PT Pupuk


Sriwijaya bagian Pengantongan Pupuk Urea adalah?

a. Debu pupuk

b. Gas amoniak

c. Penyakit menular

d. Kekurangan gizi

e. Merokok

Jawab : A. Debu pupuk

3. Silika penyebab Pneumokoniosis di pakai produsen pupuk untuk.


a. Memuat pupuk bersifat higroskopis

b. Daya jual Pupuk tinggi

c. Menghemat biaya Produksi

d. Mengecilkan butir debu pupuk

e. Mengawetkan pupuk

Jawaban : A. Memuat pupuk bersifat higroskopis

4. Langakah apakah yang harus ditempuh perusahaan untuk mengurangi kejadian


penyakit Pneumokoniosis di bagian Pengantongan Pupuk Urea?

a. Memperkerjakan lebih banyak karyawan

b. Mewajibkan pemakaian Alat Pelindung Diri

c. Mengurangi produksi

d. Meningkatkan kewaspadaan

e. Menyarankan untuk tidak merokok

Jawaban : B. Mewajibkan pemakaian Alat Pelindung Diri

Nur Indah Permata Rani (04101003031)


1. Yang termasuk tanda keracunan gas amonia yaitu...
1. Bibir kebiruan
2. Sulit bernafas
3. Nyeri dada
4. Nyeri punggung
Jawaban: A.1,2,3
6. Dampak fatal jika menghirup gas amonia konsentrasi 0,5 % selama 30 menit adalah..
a. kebutaan
b. demam
c. nyeri tenggorokan
d. pingsan
e. sesak nafas
jawaban: A
7. Yang termasuk penatalaksaan umum bagi klien yang mengalami keracunan gas,
yaitu:
1. tenangkan klien
2. bawa klien ke udara segar
3. longgarkan pakaian klien
4. lakukan RJP jika perlu
Jawaban: E.1,2,3,4
8. kadar karboksi hemoglobin yang harus dicapai klien setelah pemberian oksigen
sebesar..
a. kurang dari 5%
b. lebih dari 5%
c. kurang dari 7%
d.lebih dari 7%
e.tepat10%

Nama : Liza Karamika


9.Dermatitis akibat kerja biasanya dikelompokkan menurut mekanisme yang
menyebabkannya yaitu :

a. Bencana alam, gunung meletus, banjir, tsunami.


b. Longsor, hujan debu, hujan abu, hujan deras.
c. Tsunami, pasang, badai, angin.
d. Mekanik, fisik, biologik, kimiawi.
e. Semua jawaban diatas salah

10.Faktor fisik merupakan faktor....

a. Gesekan
b. Lingkungan
c. Bakteri
d. Tekanan
e. Jamur

11.Yang termasuk zat teratogenik adalah....

a. Arsen
b. Petroleum
c. Pemutih
d. Krom
e. pewarna

Pertanyaan dari Oponen untuk Kelompok 4 (Penyakit Akibat Kerja)

1. Pertanyaan dari : Wida Veronica S.

Dijawab oleh : Esy Lestari

Apa tujuan latihan biomekanika tubuh bagi pekerja dan dampak bila tidak
dilakukan bagi kesehatan pekerja?

Jawaban:

- Pada prinsipnya latihan biomekanika tubuh ini dilakukan pada saat penerimaan
pekerja baru. Tujuan dari latihan ini adalah untuk menjelaskan komponen system
musculoskeletal tubuh dan interaksinya, mensimulasikan kondisi bahaya dari
melakukan pekerjaan, memperkirakan resiko yang mungkin muncul dari pekerjaan
yangg akan dilakukan dan untuk kesehatan pekerja sendiri yaitu meminimalkan
keluhan pada sistem kerangka otot.
- Dampak bila tidak latihan atau memahami biomekanika tubuh bagi kesehatan
pekerja yaitu musculoskeletal disorder yang diakibatkan kelelahan dan keletihan
terus menerus karena waktu yang lama dari beban otot yang terus menerus pada
posisi tubuh yang statis. Seperti pada SPG dapat menyebabkan resiko gangguan
musculoskeletal nyeri pinggang (low back pain). Pada SPG diwajibkan untuk
memakai high heels < 5cm. Pemakaian high heels dengan posisi tubuh berdiri
selama kurang lebih dari 7 jam akan menyebabkan posisi anatomi tulang belakang
SPG menjadi tidak normal dan membuat otot pada daerah punggung cedera.
Memakai sepatu dengan hak yang lebih tinggi dari 5 cm saat bekerja membuat kaki
SPG terus- menerus plantar fleksi sehingga posisi anatomi tulang belakang
berubah, artinya punggung akan terus menerus hiperekstensi untuk menjaga
keseimbangan, sehingga otot yang berada pada punggung bagian bawah dalam
keadaan tegang. Peningkatan ketegangan serabut otot dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan nyeri pada daerah pinggang pada SPG.

Sumber referensi : Harrianto, R.(2009). Buku ajar kesehatan kerja. Jakarta: EGC.
Isnanin, M.(2013). Hubungan antara tinggi hak sepatu dan indeks massa
tubuh dengan keluhan nyeri punggung bawah pada SPG ramayana
Salatiga. Jurnal kesehatan masyarakat 2013, 2.

2. Pertanyaan dari : Peronika Sinurat


Dijawab oleh : Rani Apriyani

Selain faktor berdiri lama, apakah ada faktor lain yang bisa mempengaruhi
terjadinya varices vena? Dan apakah ada cara yang bisa dilakukan untuk melakukan
pencegahan terjadinya varices?

Jawaban :

Faktor - faktor lain yang mempengaruhi terjadinya varices vena adalah :

1. Riwayat Keluarga
Ditunjukkan dengan terjadinya penyakit yang sama pada beberapa anggota
keluarga.
2. Usia
Seiring bertambahnya usia insiden Varices Venaakan meningkat. Dinding vena
menjadi lemah karena lamina elastis menjadi tipis dan atrofik bersama dengan
adanya degenerasi otot polos. Disamping itu akan terdapat atrofi otot betis sehingga
tonus otot menurun.
3. Overwheight/obesitas
Resiko terkena Varices vana lebih tinggi pada seseorang dengan BMI (Body
Mass Index) yang tinggi dibanding seseorang dengan usia yang sama dengan berat
badan sesuai.
4. Multiparitas kehamilan
Pengaruh hormonal, peningkatan volume darah, dan obstruksi akibat
pembesaran uterus merupakan penyebab Varices vena pada kehamilan. Beberapa
penelitian mendapatkan bahwa terjadi prevalensi varics vena yang lebih tinggi
pada penderita dengan kehamilan lebih dari dua kali.
5. Merokok
Pada perokok, modifikasi kimia diduga terjadi pada endothelium vena.
Modifikasi ini dapat menyebabkan peningkatan tonisitas vasomotor dan proliferasi
otot polos. Reaksi ini bisa menjelaskan perubahan dalam dinding vena yang
menyebabkan terjadinya Varice vena.
6. Konsumsi alkohol
Pada studi kasus yang dilakukan di Perancis, penyalahgunaan alkohol
mengindikasikan risiko yang lebih tinggi insufisiensi vena tungkai bawah. Alkohol
menyebabkan vasodilatasi segera dan penurunan tekanan darah yang diikuti oleh
rebound elevasi tekanan darah.

Sumber Referensi :Adriana, C. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya


Varises Vena Tungkai Bawah Pada Wanita Usia Produktif. Semarang :
Universitas Diponegoro

3. Pertanyaan dari : Ayu Kurniati S.


Dijawab oleh : Dini Mutmainnah
Jelaskan mengenai proses terjadinya nyeri tumit pada SPG !
Jawaban :
Nyeri tumit pada kaki disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada tendon fascia
plantaris. Stress (tekanan) yang berlebihan ini akan menyebabkan perubahan pada
serabut collagen. Sehingga akan menurunkan jarak diantara serabut-serabut collagen
dan menyebabkan perubahan gerak yang bebas diantara serabut collagen membuat
jaringan cenderung menjadi kurang elastis dan lebih rapuh, sehingga akan terbentuk
serabut collagen dalam pola yang acak, disamping itu produksi fibroblas yang
berlebihan pada fase produksi akan membuat jaringan fibrous yang tidak beraturan
sehingga terjadinya abnormal crosslink yang akan menyebabkan perlengketan pada
jaringan.
Terjadinya abnormal crosslink disertai dengan inflamasi pada soft tissue yang
merangsang mediator kimia seperti prostaglandin, histamin dan bradikinin di
antaranya dapat menurunkan ambang rangsang nyeri. Karena letak fascia sepanjang
kaki dan melekat pada calcaneus dan basis metatarsal, akibatnya tumit terasa nyeri
karena letak fascia sepanjang telapak kaki dan melekat pada calcaneus dan basis
metatarsal.
Sumber referensi : Mario Roxas, ND . 2005. Plantar Fasciitis:Diagnosis and Therapeutic
Considerations Alternative Medicine Review Volume 10, Number 2 . Available at.
http://www.orthofootankle.com

4. Pertanyaan dari : Harpri Br G Munthe

Dijawab oleh : Dhia Diana Fitriani

Pada penyakit nyeri sendi pergelangan tangan dapat di atasi hanya dengan
mengistirahatkan tangan. Bagaimana cara mencegah nyeri tersebut?

Cara mencegah yang pertama yaitu dengan senam tangan dan jari.

1. Mengepalkan tinju : Kepalkan kedua tangan erat-erat, tahan sedetik, rentangkan


jari-jari terbuka sejauh dan selebar mungkin. Ulangi enam kali.
2. Merentangkan jari : Rentangkan tangan lurus ke depan, telapak tangan
menghadap ke bawah, jari rapat. Rentangkan jari, buka selebar mungkin. Ulangi
enam kali.

3. Memutar tangan : Lemaskan tangan, biarkan santai, putarlah pada


pergelangan dengan membentuk lingkaran, mulai satu arah, lalu arah sebaliknya.
Putar 10 kali pada setiap arah.

4. Mengangkat tangan : Luruskan tangan dengan lentur, telapak menghadap ke


bawah, angkat perlahan-lahan pada batas pergelangan, lalu jatuhkan ke bawah.
Biarkan tangan santai, tetapi tidak terlalu lemas. Ulangi 10 kali.

Cara mencegah yang kedua adalah tidak melakukan tugas yang berulang secara
terus menerus tanpa mengistirahatkan tangan.

Sumber referensi : Toselli, L.(2008). Panduan lengkap manikur dan pedikur. Jakarta:
Gramedia Pustaka utama.

5. Pertanyaan dari : Elisa Br. S Depari

Dijawab oleh : Rizka Amilia Haryani


Adakah gerakan sederhana yang bisa mengurangi nyeri leher? Jika ada sebutkan!

Jawaban :

Ada. Gerakan-gerakan sederhana yang bisa meredakan nyeri leher yaitu

a. Angkat bahu

Gerakan pertama yang harus anda lakukan adalah mengangkat kedua bahu. Sambil
menarik napas, angkatlah bahu sampai mendekati telinga selama kurang lebih 3
detik. Setelah itu buanglah napa sambil menjatuhkan bahu. Ulangi hal ini sebanyak
5 kali.

b. Miringkan kepala

Secara perlahan, miringkan kepala ke arah kanan. Jatuhkan telinga kanan ke arah
bahu kanan. Apabila sudah mencapai titik maksimal, lakukan gerakan yang sama di
sisi berikutnya (kiri). Ulangi gerakan ini masing-masing 5 kali, namun tidak perlu
lama-lama.

c. Regangkan dada

Letakkan tangan di pinggang, kemudian ambil napas dalam-dalam. Keluarkan


napas secara perlahan, tundukkan kepala sampai dagu menyentuh di dada atas.
Pada saat yang bersamaan, katupkan tulang belikat (bagian belakang) sehingga
dada menjadi tertarik dan meregang.

d. Mengangguk

Tundukkan dagu ke dada secara perlahan selama kurang lebih 3 detik. Pastikan
hanya leher yang bergerak, jangan libatkan punggung bagian atas. Setelah itu
tegakkan lagi kepala, kemudian dongakkan sampai otot-otot di area kerongkongan
tertari. Lakukan hal ini hingga 5 kali, namun tidak perlu lama-lama.

e. Pijat sendiri
Langkah terakhir yang bisa anda lakukan adalah memijat sendiri bahu anda.
Letakkan tangan kiri di bahu kanan, kemudian miringkan kepala anda ke kiri. Pijat
bahu secara ringan di titik-titik yang terasa pegal, lakukan secara perlahan. Jika
sudah nyaman, ulangi gerakan ini pada sisi yang lain.

Sumber referensi : http://www.artikelkesehatan99.com/5-gerakan-sederhana-pereda-


nyeri-leher/# diakses pada tanggal 26 februari 2014

6. Pertanyaan dari : Ronita Sitanggang

Dijawab oleh : Adis Ferosandi

Jelaskan pengaruh stretching terhadap nyeri punggung bawah

Jawaban :

Pengaruh stretching terhadap nyeri punggung bawah (Sumaryanti, 2005) antara lain
:

a. Pengaruh latihan terhadap otot


Latihan fisik pada otot akan menambah kekuatan, kelentukan, dan daya tahan
otot. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya serabut otot dan meningkatnya
sistem penyediaan energi di otot. Lebih dari itu perubahan otot ini akan
mendukung kelincahan gerak dan kecepatan reaksi, sehingga dalam banyak hal
kecelakaan dapat dihindari.

b. Pengaruh latihan terhadap tulang


Latihan fisik pada tulang akan menambah aktivitas enzim pada tulang akan
meningkat kepadatan, kekuatan, dan besarnya tulang, selain mencegah
keroposan tulang. Permukaan tulang akan bertambah kuat dengan adanya tarikan
otot yang terus-menerus.

c. Pengaruh latihan terhadap legamentum dan tendo


Latihan fisik pada legamentum dan tendo akan menyebabkan meningkatnya
kekuatannya. Hal ini akan membuat legamentum dan tendo mampu menahan
beban berat dan tidak mudah cedera.
d. Pengaruh latihan terhadap persendian dan tulang rawan
Latihan fisik yang teratur pada tulang rawan bertambah tebal di persendian,
sehingga dapat menjadi peredam dan melindungi tulang dan sendi pada cedera.

Sumber referensi :Sumaryanti. 2005. Aktifitas Terapi. Jakarta : Depdiknas

7. Pertanyaan dari : Harpri Br.G.Munthe


Dijawab oleh : Nurul Dwi Khairani
Penanganan apa yang dapat dilakukan pada nyeri tungkai bawah yang dialami oleh
pekerja tenun songket?
Jawaban :
Penanganan nyeri tungkai bawah dapat dilakukan latihan peregangan. Latihan ini
meningkatkan sirkulasi darah , juga memperkuat tulang belakang pasien yang dpt
meringankan rasa sakit dengan baik , dan meningkatkan fleksibilitas tulang
belakang. Latihan peregangan merupakan penanganan yg paling mudah dan praktis.
Tujuannya untuk mengembalikan jaringan lunak termasuk otot dan tendon ke
panjang yang normal dan dilakukan sebatas nyeri dan harus dilakukan dengan tepat.

8. Pertanyaan dari : Dewi Ayu Puspitasari


Dijawab oleh : Mifta Hussaadah
Apa perbedaan cacat tetap sebagian dan cacat tetap total? Cacat seperti apa yang
paling banyak terjadi di PT Karet X Kertapati?

Jawaban :

Cacat tetap sebagian adalah cacat yang keadaannya menetap untuk selama-lamanya
yang secara langsung atau tidak langsung mengaki-batkan berkurangnya
kemampuan untuk menjalankan pekerjaan. Adapun yang disebut cacat tetap total
adalah cacat yang keadaannya menetap untuk selama-lamanya yang secara
langsung atau tidak langsung dapat mengakibatkan hilangnya secara total
kemampuan untuk menjalankan pekerjaan.

Dari narasumber yang sempat kami wawancarai yang bekerja di pabrik karet X
mengatakan bahwa salah satu penyakit akibat kerja yang sangat sering diderita
pegawai pabrik karet X Kertapati terutama yang berkaitan langsung dengan mesin
penggiling karet adalah cacat anatomis seperti jari buntung, tangan buntung.

9. Pertanyaan dari : Dian Kusuma Putri


Dijawab oleh : Susana

Bagaimana sikap tubuh yang benar dalam mengangkat barang sehingga


mendhindari cedera pada punggung? Bagaimana penanganan jika terjadi cedera
pada punggung akibat mengangkat barang yang terlalu berat?

Jawaban :

Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam melakukan mekanik tubuh agar tidak
menimbulkan cedera, antara lain:

a. Gunakan otot yang terpanjang dan terkuat pada waktu mengangkat atau

mendorong beban.
b. Gunakan sabuk serta sekat rongga tubuh untuk memperkokoh bagian panggul

dan melindungi organ-organ di dalam perut sewaktu membungkuk, meraih,

mengangkat, atau menarik.


c. Tempatkan tubuh sedekat mungkin pada benda yang hendak di angkat atau di

pindahkan.
d. Gunakan berat badan sebagai kekuatan menarik atau mendorong dengan cara

berayun di atas kaki ataupun memiringkan tubuh kedepan/kebelakang ntuk

mengurangi ketegangan pada otot-otot lengan dan tungkai.


e. Sebuah benda lebih baik di geser atau di gelindingkan, ditarik atau di geser

daripada diangkat. Hal tersebut ditujukan untuk mengurangi tenaga yang

diperluan.
f. Tempatkan kaki-kaki secara berjauhan untuk memperoleh dasar penopang yang

lebar bilamana diperlukan kestabilan tubuh yang lebih besar. Tekuk lutut san

turunkan tubuh di dekat sebuah benda yang hendak di angkat.


(Asmadi, 2008).
Untuk menghindari cedera pada punggung pekerja yang mengangkat barang

berat melakukan peregangan atau strech dengan cara letakkan tangan di bagian

punggung bawah dan tarik punggung ke arah belakang lakukan strech sebelum

dan setelah mengangkat barang yang berat. Dan jika mengalami nyeri di bagian
punggung berikan kompres es untuk mengurangi nyeri pada punggung dan tidur

menggunakan alas yang keras.

10. Pertanyaan dari : Melisa Megayanti Turnip


Dijawab oleh : Liza Karamika
Bagaimana ciri-ciri kulit yang terkena dermatosis kontak ?
Jawaban :
Ciri-ciri kulit yang terkena dermatosis kontak akut adalah lesi kemerahan,

mengelupas, dan lecet.

11. Pertanyaan dari : Fridon H.M Pasaribu


Dijawab Oleh : Nurindah Permata Rani
Bagaimana dampak paparan gas amonia pada manusia? Alat Perlindungan Diri

(APD) seperti apa yang sesuai untuk pekerja di pabrik pengolahan amonia?
Jawaban :
DAMPAK PEMAPARAN AMONIAK TERHADAP MANUSIA.
Batasan amoniak terhadap kesehatan adalah sbb :

10. 0,5 ~ 1,0 ppm : bau mulai tercium


11. 2,0 ppm : batas maximal paparan kebauan di area pemukiman secara terus menerus
(24 jam) Kep. Men LH Nomor 50/MEN-LH/II/96.
12. 25 ppm batas maximal paparan di area kerja (8 jam) Surat Edaran Menaker Nomor
02/MENAKER/78.
13. 40 ppm : beberapa orang mungkin akan menderita iritasi ringan.
14. 100 ppm : iritasi pada mata dan rongga hidung setelah beberapa menit terpapar.
15. 400 ppm : iritasi berat pada tenggorikan, rongga hidung dan saluran pernafasan
akut.
16. 700 ppm : iritasi berat pada mata.
17. 1700 ppm : pemaparan > 30 menit korban akan terbatuk-batuk dan berakibat fatal.
18. 5000 ppm : korban menderita edema serius, tercekik, sesak nafas dan berakibat
fatal dalam waktu singkat.

Fasilitas Alat Pelindung Diri (Breathing Apparatus)


Untuk melindungi pernafasan dari bahaya gas amoniak
digunakan Breathing Apparatus yaitu alat Bantu
pernafasan dengan menggunakan tabung gas. Breathing Apparatus memiliki
perlengkapan yang cukup banyak dan kemampuannya pun cukup besar. Tabung gas
ini berisi udara murni yang dimampatkan, sehingga bertekanan antara 150-200 bar.
Prinsip kerjanya adalah bahwa tekanan udara berangsur-angsur di kurangi secara
atomatis sampai tekanan udaranya sama dengan udara normal. Udara hasil
pernafasan (bekas) dibuang melalui katub pengeluaran ke udara luar. Dalam
lingkungan udara yang penuh dengan gas amoniak. Pengguna BA tetap akan aman.

Sumber referensi : Susyanto. 2007. Antisipasi PT Pupuk Kaltim terhadap bahaya


kebocoran system tanki penyimpan amoniak. Tesis.Program Magister Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang: dipublikasikan.

12. Pertanyaaan dari : Amrina Rasyada


Dijawab oleh : Endang Setiawati
Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit pneimokinosis pada pekerja

pengantongan pupuk urea dan kerjasama apa yang dapat dilakukan perawat untuk

perusahaan?
Jawaban :
mekanisme terjadinya pneumokinosis yaitu kita ketahui bahwa proses

pembuatan urea dibuat dari bahan baku gas CO2 dan liquid NH3 yang disupply
dari pabrika ammonia. yang melaiui 6 tahap dalam tahap tersebut urea akan

menghasilkan bahan bahan kimia berupa sianida, silica, nitrogen.di bagiaan

pengantongan pupuk urea debu urea bertebaran dan dari hasil pengamatan ada

pekerja yang tidak memakai APD.debu urea dan gas yg di hasilkan tersebut

merupakan bahan kimia yang iritan terhadap pernafasan awal nya masing

masing pegawai memiliki daya tahan tubuh yg berbeda kemudian terpapar zak

kimia berbahaya sepeti silica,sianida,amoniak,nitrogen.awal nya pegawai

mungkin hanya merasa sesak napas(asfiksia) karena mencium/menghirup debu

urea dan zat kimia lain nya kemudian terjadi alveolitis alergik dan damapk parah

nya lagi setelah terpapar bertahun tahun barulah pneumoconiosis. Kerjasama

yang dapat dilakukan perawat yaitu kita sebagai perawat di perusahan tersebut

untuk mengajukan kerjasama untuk menyejahterah kan perusahaan haruslah

dilengkapi data data yang falid seperti kita harus mengumpulkan dan

melaporkan bahawa dari data kunjungan poli klinik di PT.Pusri yang paling

banyak mengunjungi klinik adalah para pegawai di bagian Pengantongan pupuk

urea, dan dari data poliklinik juga di temukan bahwa penyakit saluran

pernafasan menduduki peringkat tertinggi. setelah hal tersebut dilaporkan maka

kita ikuti dengan saran sesuai ranah kerja perawat yaitu mulai dari pencegahan

primer,sekunder dan tersier. Pencegahan primer yaitu dalam perekrutan

karyawan di sarankan untuk tidak menerima karyawan yang merokok karena hal

tersebut akan berdampak pada perushaan apabila karyawan tersebut tidak

memiliki paru yang baik dan terpapar zat organic untuk di hirup melalui

pernafasan maka hal orang tersebut rentan terserang penyakit dan akan

menambah pembiayaan perusahaan terhadap karyawan dan mempengaruhi citra


perusahaan. dan juga APD khusus untuk menyaring debu urea yang sangat kecil

agar tidak terhirup pekerja yaitu masker type N95. Pencegahan sekunder yaitu,

kita harus dapat menskrinninng pegawai yang dicurigai beresiko terhadap

penyakit pneumokinosis seperti pegawai di bagian pengantongan pupuk urea

setiap 1 tahun sekali. Pencegahan terseier yaitu bagian pengawasan keselamatan

kerja seharus nya lebih menertibkan lagi pekerja untuk memakai APD sesuai

standard yang di berikan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai