Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Fisioterapi Program Studi Diploma III Universitas Abbdurrab
OLEH:
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang telah
dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang
diajukan guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
Pendidikan di Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab Pekanbaru
dengan judul “Asuhan Fisioterapi Pada Anak Kasus Flat Foot Dengan Intervensi
Strengthening Exercise Dan Neuromuscular Taping Untuk Meningkatkan
Keseimbangan”
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan atas tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Prof. Susi Endrini, S.Si.,M, Sc Ph.D selaku Rektor Universitas Abdurrab
Pekanbaru.
2. Isna Wardaniati,S. Farm., M.Farm, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab Pekanbaru
3. Ibu Ayu Permata, SST. FT M. Fis selaku Kepala Program Studi D-III
Fisioterapi Universitas Abdurrab Pekanbaru.
4. Bapak Yose Rizal, SST.,MKM. F.Tr selaku pembimbing tugas akhir.
Terimakasih yang sebesar- besarnya atas waktu yang selalu bapak luangkan
untuk penulis, ilmu, semangat dan motivasinya yang luar biasa, perhatian dan
pengertian yang selalu diberikan ketika penulis membutuhkan.
5. Bapak dan Ibu dosen serta staf Prodi D-III Fisioterapi yang telah banyak
memberikan ilmu dan mendidik penulis selama mengikuti perkuliahan di
Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab Pekanbaru.
6. Teristimewa sekali penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
tersayang Ayahanda Syafirman dan Ibunda Rita Srihandayani. Dan tidak lupa
juga untuk keluarga saya yang selalu memberikan semangat selama ini yang
senantiasa memberikan do’a dan dukungan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran-saran sifatnya
membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
PENDAHULUAN
Masa anak-anak adalah masa yang aktifitas kerja ototnya lebih banyak
merupakan bagian yang berfungsi untuk menompang berat badan. Salah satu
gangguan musculoskeletal yaitu gangguan pada kaki berbentuk datar atau flat
foot (Sahabbudin,2016)
Flat foot adalah sebuah kondisi orthopedic klinis yang terjadi ketika
arcus longitudinal medial tidak muncul sejak lahir dan area tersebut tertimbun
jaringan lemak (Sahabuddin, 2016). Semua anak terlahir dengan kondisi flat
foot, namun secara perlahan seiring dengan bertambahnya usia pada masa
mulai terbentuk, yang mana biasanya terbentuk pada usia sekitar 5 atau 6 tahun
Prevalensi flat foot pada kelompok anak berusia 3 tahun adalah sebesar
54% dan pada kelompok anak berusia 6 tahun sebesar 24%. Sebagaian besar
anak akan menunjukkan perkembangan normal dari telapak kaki secara utuh
biasa disebut flat foot. Menurut Evans sekitar 20-30% dari seluruh anak di
dunia mengalami flat foot dan menurut Pande ketut, sekitar 18% atau 6 dari 33
anak memiliki kecenderungan flat foot (Rodriguez dalam Utomo et al, 2018)
Telapak kaki yang rata atau dikenal dengan sebutan kaki datar atau flat
foot adalah salah satu kondisi yang paling umum ditemui oleh pediatris, yang
dialami oleh sekitar 20% dan 30% dari populsi di dunia. Flat foot disebut jug
apes planus, mengacu pada suatu kondisi medis dimana lengkungan kaki rata
atau datar. Seluruh bagian telapak kaki menempel atau hampir menempel pada
oleh sistem muskuloskeletal dan bidang tumpu. Salah satu faktor yang dapat
muskuloskeletal berupa kelainan bentuk telapak kaki (flat foot) (Zaidah, 2019)
yang dilakukan secara sistematis dan terencana guna memberi manfaat bagi
stimulasi kompresi dan dekompresi untuk menghasilkan efek yang positif pada
sistem saraf, vascular dan limfatik. Efek neuromuscular tapping pada level
eksentrik yang diterapkan pada kulit dan berperan dalam mengatur sensorik
yaitu diintegrasikan oleh system saraf pusat dan digunakan untuk membantu
2020)
melakukan penelitian dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “asuhan
fisioterapi pada anak kasus flat foot dengan intervensi strengthening exercise
Flat foot adalah kelainan kompleks yang sering terjadi dan sering ditemui
disability yang bermacam-macam, ada beberapa tipe kaki dasar yang semuanya
dilihat dari keadaan arkus yang hilang baik sebagian maupun keseluruhan.
Arkus adalah celah antara bagian dalam dari kaki dan permukaan tanah, kaki
datar adalah kondisi dimana kaki tidak memiliki lengkungan telapak kaki yang
normal, kondisi ini bisa mengenai satu atau kedua kaki, seseorang dengan
arkus rendah atau tidak memiliki arkus biasanya mengarah untuk kondisi yang
disebut kaki datar (Flat feet, atau fallen arches) (Wardianie dalam Utomo et
al,2018)
beberapa hal: (1) anatomical impairment pada kasus flat foot adanya
kelemahan pada otot fleksor jari kaki, otot gastrocnemius dan otot soleus. (2)
functional impairment adanya nyeri pada telapak kaki, mudah merasa lelah,
baik secara eksternal dan internal. Kekuatan otot sangat berhubungan dengan
kekuatan, ketahanan dan menjaga meningkatkan lingkup gerak sendi (Kisner &
Colby, 2012)
dekompresi dan dilatasi pada daerah yang tertutupi yang digunakan untuk
yang telah mampu berjalan sendiri dan mampu mengikuti instruksi sederhana
Central of Gravity (COG) dari setiap peserta diukur dengan empat tes statis.
Keempat tes tersebut seperti tes berdiri pada permukaan lunak dengan mata
terbuka dan tertutup kemudian berdiri di permukaan keras dengan mata terbuka
penanganan fisioterapi yang efektif bagi anak kondisi flat foot, dapat
flat foot.
KAJIAN TERIORITIS
lengkungan kaki berbentuk datar atau rata sehingga seluruh telapak kaki
hampir menempel pada permukaan tanah. Flat foot adalah kondisi yang
paling sering dijumpai pada kasus pediatric, terjadi hampir sekitar 20%
sedang dalam masa pertumbuhan. Penelitian tentang flat foot masih terus
berlanjut dan flat foot sebagai sebuah kondisi dimana terjadi ganguan pada
yaitu:
sedikit
sekali
Sumber Zaidah,2019
Terdapat dua tipe pada kondisi flat foot, yaitu tipe fleksible flat foot
memerlukan pembedahan
kesejajaran tubuh berubah maka center of gravity dari tubuh akan berubah.
secara merata, pada manusia beban tubuh selalu ditopang oleh titik ini,
maka tubuh dalam keadaan seimbang. Tetapi jika terjadi perubahan postur
tubuh maka titik pusat gravitasi pun berubah, maka akan menyebabkan
posisi eversi berlebihan mengakibatkan anak yang memiliki flat foot grade
dengan satu kaki dalam jangka waktu yang cukup lama. Flat foot adalah
kaki saling bekerjasama mensupport tubuh pada saat foot strike dan push
off untuk meredam benturan dan menyiapkan level rigid. Bentuk flat foot
tubuh kaku untuk proses berjalan dan berlari yang menyebabkan gangguan
keseimbangan dan cepat lelah. Anak yang memiliki normal foot dikatakan
lebih stabil karena tekanan dari berat badan dibagi secara merata keseluruh
tersebut tersusun menjadi tiga bagian kaki belakang (hindfoot), bagian kaki
dan lateralis) dan satu arkus transversal. Semua arkus ini dipersatuakan
berat badan saat berdiri ditahan oleh bagian posterior calcaneus dan kaput
otot nya yaitu bagian medial musculi flexor digitorum brevis, musculus
dan brevis, serta musculus peroneus longus dan brevis. Dan penyanggah
3. Arkus transversus
(Snell,2012:404)
2. Ligament Bifurkasi
kaki.
1. Dorsum pedis
Pada dorsum pedis (punggung kaki) terdapat musculus extensor
dan berinsersio pada basis phalang pertama ibu jari. Otot ini
2. Plantar pedis
digitorum brevis.
b. Lapisan kedua
Otot plantar pada lapisan kedua yaitu musculus lumbricalis
c. Lapisan ketiga
hallucis brevis.
d. Lapisan keempat
Otot plantar pada lapisan empat yaitu musculus dorsal
massa) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of
al, 2015)
postur oleh aktivitas motoric tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan
tubuh melawan gravitasi dan mempertahankan pusat massa tubuh agar sejajar
dan seimbang dengan bidang tumbuh, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika
bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak (Munawwarah & Rahman,
2015).
merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, tubuh dalam keadaan
atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah
dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu,
terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu,
semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih
stabil disbanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu
2.3 Patologi
2.3.1 Etiologi
lain adalah:
a. Usia
Banyaknya kondisi flat foot pada anak dengan usia yang lebih
ini terjadi karena bantalan lemak pada telapak kaki anak masih
pada saat memasuki usia 3-5 tahun dan pada usia 6 tahun
b. Jenis kelamin
Selain itu, laki-laki juga memiliki nilai arch index yang lebih
c. Kongenital
d. Ruptur tendon
pada kaki. Hal ini terjadi karena kelainan pada kaki yang
e. Post-trauma
Masalah muncul apabila kedudukan telapak kaki bergeser
f. Penyakit inflamasi
menimbulkan arthritis.
g. Obesitas
al, 2017)
yang terjadi secara terus-menerus saat seseorang berjalan. Selain itu, status
rendahnya medial longitudinal arch, dan lebih besarnya tekanan pada kaki
yang mengakibatkan banyaknya jumlah kondisi flat foot pada anak dengan
2.3.4 Patofisiologi
Arkus adalah celah bagian dari kaki dan permukaan tanah, kaki datar
adalah kondisi kaki tidak memiliki lengkungan telapak kaki yang normal,
kondisi ini bisa mengenai satu atau kedua kaki, seseorang dengan memiliki
arkus rendah atau tidak memiliki arkus biasanya mengarah untuk kondisi
yang disebut kaki datar (flat feet, atau fallan arches). Ciri-ciri klinis yang
tidak nyaman saat berjalan, cepat lelah dan sol sepatu selalu habis setelah.
Kaki yang normal adalah memiliki lengkungan kaki yang cukup. Jika
dilihat dari arah belakang tendon Achlilesnya membentuk garis lurus
dengan sudut 90 derajat dengan landasan pijakan. Saat berjalan kaki akan
melakukan heel strike dan jatuh menginjak landasan pada tumit bagian
saat berjalan. Pada kaki datar tidak terjadi seperti pada kaki orang normal
kasus ditemukan pasien yang merasakan nyeri di ankle dan knee karena
kaki yang tidak lurus. Resiko terjadinya nyeri di knee atau telapak kaki,
persoalan pada ankle (ankle weakness), atau kerusakan tulang rawan akibat
flat foot ini akan semakin besar bila di tunjang oleh kegemukan, cedera
merupakan jejak kaki yang di basah pada lantai yang kering, menunjukkan
apakah kaki datar atau tidak. Jika kakinya datar maka penampang kaki
pada lantai akan lebar dan tidak memiliki lengkungan, jika normal maka
aka nada lengkungan pada bagian medial kaki, sedangkan jika arkus
terlalu berlebihan dimana dapat memisahkan antara bagian kaki depan dan
belakang. Penampang pada lantai dilakukan pada kedua sisi kaki dan
untuk anak Down Sindrom (DS) yang telah mampu berjalan sendiri dan
setiap diukur dengan empat tes statis. Keempat tes tersebut kemudian
berdiri pada permukaan lunak dengan mata terbuka dan tertutup kemudian
Central of Gravity (COG) akan dihitung per detik yang dapat diketahui
harus fisioterapi atau tenaga kesehatan, tetapi orang tua juga bisa
a. Short-foot exercise
b. Heel-Raise Exercise
dalam decompressi, dengan teknik ini kulit diatas area yang nyeri dan
2018)
Selviani,2015)
berfungsi pada kulit, otot, sistem vena dan linfatik dan sendi.
berbeda:
1) Sensory
Untuk merangsang reseptor kutaneus, otot, dan sendi serta
2) Muscular
4) Articular
2019)
Flat foot adalah kondisi dimana tidak adanya arkus longitudinal medial
pembentukan arkus. Anak dengan usia 6 tahun merupakan masa kritis untuk
pembentukan arkus. Flat foot terbagi 3 tingkatan dejarat, dibedakan dari garis
yang ditarik antara jari kedua kaki dengan ujung dalam tumit. Pada derajat 1
dimana tumpuan pada lateral kaki lebih setengah dari tumpuan metatarsal,
derajat 2 kaki sudah tidak memiliki arkus sama sekali dan derajat kaki sudah
al,2017)
Permasalahan yang ada pada kasus flat foot berupa anatomi impairment
yaitu adanya kelemahan pada otot fleksor jari kaki, gastrocnemius dan otot
seoleus. Functional impairment adanya nyeri pada telapak kaki, mudah merasa
Intervensi fisioterapi yang digunakan pada kondisi ini yaitu dengan metode
pada kondisi flat foot yaitu dengan menggunakan Sixteen Balance Test (SBT)
2.7 Skema Kerangka Fikir
Faktor Usia Faktor Jenis Kelamin Faktor Kongenital Faktor Obesitas Faktor Inflamasi
Flat Foot
Gangguan Keseimbangan
Peningkatan Keseimbangan