ANALISIS SWOT
DODDY YUMAM PRASETYO SKep
A. Pendahuluan
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan
strategi perusahan/instansi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threaths). Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal, yaitu peluang dan ancaman dengan faktor internal,
yaitu kekuatan dan kelemahan.
Keterangan diagram:
1. Kuadran 1 : ini menunjukkan situasi yang sangat menguntungkan. Lembaga tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang ada. Strategi yang
harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif
(growth oriented strategy).
2. Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbagai ancaman, lembaga ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah mengunakan kekuatan
untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/
pasar).
3. Kuadran 3 : lembaga menghadapi peluang besar yang sangat besar, tetapi di lain pihak ia
menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategis lembaga ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal lembaga sehingga dapat merebut peluang pasar
yang lebih baik.
4. Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahan tersebut
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
B. Variabel SWOT
Tabel 1.
Variabel faktor internal dan eksternal
di ruang E RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
I Faktor Kunci Internal Bobot 50% Rating Weakness (-) Skor Rating Strengh
(+) Skor
A Sumber daya manusia dan administrasi 20 % 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Ruang E mempunyai falsalah yang mengacu pada Visi, Misi RS. 1 + 3 0,03
2 Ada komitmen dan motivasi dari perawat ruang E untuk implementasi MPM 1 +2 0,02
3 Dilaksanakan peningkatan standar pendidikan perawat berkelanjutan dan pengembangan
pengetahuan perawat formal maupun informal 1 +2 0,02
4 Kepuasan perawat terhadap hubungan antar perawat 2 +3 0,06
5 Hubungan kemitraan dengan profesi lain 1 +3 0,03
6 Perawat belum memanfaatkan sistem pendukung manajemen secara optimal 0,5 -2 -0,01
7 Tidak ada kepuasan perawat terhadap jaminan kesehatan 0,5 -2 -0,01
8 Tidak ada kepuasan perawat terhadap insentif 3 -1 -0,03
9 Kualifikasi dan Jumlah Perawat yang tersedia diruang E kurang memadai 2 -1 -0,02
10 Tidak adanya tenaga pendamping perawat di ruang E (ex: pramu husada). 5 -1 -0,05
11 Adanya resistensi perawat di ruang E terhadap perubahan 1,5 -1 -0,02
12 Perawat dan SDM lain sebagai kompetitor 0,5 -2 -0,010
13 Organisasi profesi perawat masih lemah 0,5 -2 -0,01
14 Motivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi kurang 0,5 -3 -0,015
Jumlah -0,175 0,16
B Sarana dan Prasarana pendukung 4%
1 Letak ruang E strategis terhadap akses instalasi penunjang lainnya 0,3 +2 0,006
2 Terdapatnya lahan/tempat untuk penambahan fasilitas di ruang E. 0,3 +2 0,006
3 Prasarana pendukung perawatan kurang, terutama linen tempat tidur 1 -1 -0,01
4 Letak ruang perawatan pasien jauh dari ruang perawat 0,3 -2 -0,006
5 Pelaksanaan perbaikan sarana lambat 1 -1 -0,01
6 Mesin/alat perawatan kurang memadai 1 -1 -0,01
Jumlah -0,036 0,012
C Customer 5%
1 Tingkat kepuasan customer internal di ruang E (tenaga ruang E) 1 +3 0,03
2 Tingkat kepuasan klien di ruang E RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro 1 +3 0,03
3 Mutu pelayanan perawatan di ruang E RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro belum optimal 0,5 -2
-0,01
4 Metode pembayaran/administrasi prosedural dan berbelit, terlalu melibatkan klien ( belum
jalan Billing sistem) 0,5 -2 -0,01
5 BOR di ruang E melebihi standart nasional. 1 -1 -0,01
6 Pangsa pasar ruang E RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro pada tingkat sosial masyarakat bawah.
1 -1 -0,01
Jumlah -0,04 0,06
D Pembiayaan 18 %
1 Anggaran operasional ruang E didukung oleh rumah sakit 2 +3 0,06
2 Anggaran kesehatan yang ada 2 3 0,06
3 Insentif tidak seimbang dengan beban kerja perawat ruang E. 5 -1 -0,05
4 Sistem pembagian jasa medik melalui sistem penghitungna secara sentral 5 -1 -0,05
5 Kenaikan tarif tidak di imbangi dengan fasillitas rawat inap 4 -1 -0,04
Jumlah -0,14 0,12
E Penerapan managemen keperawatan 2,5%
1 Pemberian pelayanan perawatan mengutamakan klien 0,75 2 0,015
2 Protap/SAK tersedia 0,75 3 0,0225
3 Perencanaan jangka pendek dan panjang belum ada 1 -2 -0,02
Jumlah -0,02 0,0375
F. Program riset dan pengembangan iptek 0,5%
1 Perawat belum menggunakan sistem informasi managemen (SIM) dengan komputerisasi
0,5 -2 -0,01
Jumlah -0,01
Jumlah total -0,421 0,3895
II Faktor Kunci Eksternal 50% Threat (-) Skor Opportunity (+) Skor
A Pengembangan pemerintah 8%
1 Status sebagai rumah sakit rujukan dan pendidikan 2 2 0,04
2 Status akreditasi penuh 12 bidang pelayanan 1 2 0,02
3 Dukungan pihak lain 2 2 0,04
4 Dukungan pemilik RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro 1 2 0,02
5 Harapan masyarakat/klien terhadap RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro 2 2 0,04
Jumlah 0,16
B Bina Lingkungan/Kemitraan 6%
1 Meningkatkan hubungan/promosi dengan Instansi swasta/pemerintah/masyarakat 2 2 0,04
2 Kerjasama dengan instansi pendidikan 2 3 0,06
3 Terdapatnya tenaga spesialis medik 2 3 0,06
Jumlah 0,19
C Perubahan pangsa pasar 13%
1 RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro berada di kota yang semakin berkembang 2 3 0,06
2 Populasi penduduk cenderung meningkat 3 3 0,09
3 Perkembangan pendidikan keperawatan meningkat 2 3 0,06
4 Perkembangan transportasi 2 3 0,06
5 Perkembangan iptekes perawatan 2 2 0,04
6 Perkembangan profesi lain : spesialisasi 2 -2 -0,04
Jumlah -0,04 0,3
D Penyandang dana 7%
1 Asuransi kesehatan , JPKM, astek, dan asuransi kesehatan yang lain mulai bersaing dalam
menyediakan fasilitas 3 3 0,09
2 Klien maskin dibiayai oleh pemerintah 4 4 0,16
Jumlah 0,25
E Sumber Daya Manusia 4%
1 Adanya tenaga magang 4 4 0,16
Jumlah 0,16
F Pertumbuhan ruangan 5%
1 Perkembangan ruangan yang ada sebagai pesaing utama 3 -2 -0,06
2 Pertumbuhan rumah sakit pesaing dan pelayanan kesehatan lainnya 2 -2 -0,04
Jumlah -0,1
G Pelanggan 4%
1 Peningkatan kesadaran masyarakat akan hukum etika, malpraktek serta tuntutan pengadilan
terhadap tenaga kesehatan, UU No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 2 -3 -0,06
2 Akibat dari globalisasi, modernisasi, dan industrialisasi menimbulkan pergeseran nilai dan
norma kehidupan. Keadaan ini menimbulkan pula stres. 2 -3 -0,06
Jumlah -0,12
H Kompetitor 3%
1 Pertumbuhan SDM di ruangan lain 3 -2 -0,06
Jumlah -0,06
Jumlah total -0,32 1,04
C. Analisis Variabel
Item kekuatan yang mempunyai nilai tinggi adalah kepuasan perawat terhadap hubungan
antar perawat, anggaran operasional ruang E didukung oleh rumah sakit, dan anggaran
kesehatan yang ada, sebesar 0,06. Sedangkan nilai terendah pada item kekuatan adalah
terdapatnya lahan/tempat untuk penambahan fasilitas di ruang E dan letak ruang E strategis
terhadap akses instalasi penunjang lainnya sebesar 0,006. Pada variabel kelemahan, item
yang mempunyai nilai paling lemah adalah tidak adanya tenaga pendamping perawat, insentif
tidak seimbang dengan beban kerja perawat ruang E, dan sistem pembagian jasa medik
melalui sistem penghitungan secara sentral sebesar 0,05.
Kepuasan terhadap hubungan antar perawat sangat mempengaruhi keberhasilan dalam
pemberian layanan keperawatan yang komprehensif. Berdasarkan hasil observasi diketahui
bahwa hubungan antar perawat di ruang E cukup baik, tampak dari kerjasama antar perawat.
Tetapi di sisi lain ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu tentang
komitmen dan kedisiplinan yang perlu ditingkatkan. Pada saat jam jaga, ada perawat yang
keluar dalam jangka waktu cukup lama. Ada juga yang tidak masuk pada jadwal yang telah
ditentukan sebelumnya tanpa adanya keterangan yang jelas. Menurut hasil wawancara, pihak
ruang E sendiri juga telah memotivasi untuk selalu berperilaku disiplin, namun kenyataannya
sampai saat ini hal itu masih sering terjadi. Masalah kedisiplinan yang tampaknya ringan,
akan mempengaruhi kinerja perawat apabila tidak segera diatasi karena bisa menghambat
dalam pelayanan kepada pasien.
Kepuasan hubungan, kedisiplinan, dan komitmen berpengaruh terhadap kinerja. Disisi lain,
kinerja juga dipengaruhi oleh kepuasan terhadap insentif. Menurut Lawler dan Porter (1967),
bahwa imbalan upah yang jelas adil dan wajar akan memperkuat kepuasan kerja, dan
kepuasan kerja akan mempengaruhi kinerja. Kinerja itu berdampak langsung dan cepat
terhadap imbalan intrinsik maupun terhadap produktivitas, tetapi lambat/kurang dekat/kurang
langsung terhadap imbalan ekstrinsik. Berdasarkan data, insentif di ruang E tidak seimbang
dengan beban kerja perawat. Di ruang E, dengan BOR yang selalu tinggi rata-rata melebihi
90% tentunya membawa konsekuensi beban kerja yang tinggi, tetapi insentif yang diterima
belum sesuai dengan beban kerjanya, seperti hasil wawancara berikut:
harusnya kalau beban kerjanya tinggi maka insentif yang diterima juga tinggi, tapi di sini
tidak.
Beban kerja yang tinggi tentunya harus didukung dengan sumber daya yang memadai. Tetapi
di ruang E, jumlah perawat yang ada kurang memadai. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara diketahui bahwa di ruang E belum ada tenaga pendamping perawat (pramu
husada) sehingga semua kegiatan harus ditangani oleh perawat. Dari perhitungan menurut
Gillies didapatkan bahwa jumlah perawat yang dibutuhkan adalah 14 orang, Douglas 17
orang, dan Depkes 17 orang, tetapi pada kenyataannya jumlah perawat yang ada sebanyak 11
orang.
Pada variabel peluang, item yang mempunyai nilai paling tinggi adalah klien maskin dibiayai
oleh pemerintah, dan adanya tenaga magang sebesar 0,16. Sedangkan pada variabel ancaman,
item yang ancamannya tinggi adalah perkembangan ruangan yang ada sebagai pesaing utama,
peningkatan kesadaran masyarakat akan hukum dan etika, malpraktek serta tumtutan
pengadilan terhadap tenaga kesehatan, UU No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, akibat globalisasi, modernisasi dan industrialisasi menimbulkan pergeseran nilai
dan norma kehidupan dan menimbulkan stress, serta pertumbuhanSDM di ruangan lain
sebesar 0,06.
Ruang E merupakan ruang perawatan khusus gakin, sehingga semua biaya bagi pasien
ditanggung oleh pemerintah. Hal ini tentunya merupakan suatu peluang, karena tak ada
kekhawatiran adanya pasien yang tidak mampu membayar biaya perawatan di rumah sakit.
Adanya tenaga magang memang membantu secara kuantitas dalam memberikan pelayanan di
ruang E, tetapi bila tenaga magang itu masih baru, dilain pihak menimbulkan beban karena
perawat harus memberikan pendampingan terlebih dahulu pada pegawai magang tersebut.
Pada item ancaman, sebenarnya hal itu bisa diubah menjadi suatu peluang dengan usaha dan
komitmen yang tinggi dari pihak perawat dengan dukungan rumah sakit.
Opportunity
Y
0,72
Strenghts
Weakness - 0,0316 X
Treath
Hasil analisis SWOT berada pada kuadran III yang berarti bahwa ruang E RSUP Dr Soeradji
Tirtonegoro Klaten menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia
menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi ruang E seharusnya adalah
meminimalkan masalah-masalah internal ruang E sehingga dapat merebut peluang pasar yang
lebih baik.
E. Matrik SWOT
Tabel 2
Matrik SWOT dalam penentuan strategi dalam upaya meningkatkan tingkat efisiensi ruang E
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
IFAS
EFAS STRENGTHS (S)
Kepuasan perawat terhadap hubungan antar perawat
Anggaran operasional ruang E didukung oleh rumah sakit.
Anggaran kesehatan yang ada.
Ruang E mempunyai falsafah yang mengacu pada visi, misi RS.
Hubungan kemitraan dengan profesi lain.
Tingkat kepuasan customer internal di ruang E (tenaga ruang E).
Tingkat kepuasan klien di ruang E RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro.
Protap/SAK tersedia
Ada komitmen dan motivasi dari perawat ruang E untuk implementasi MPM.
Pemberian pelayanan perawatan mengutamakan klien.
Dilaksanakan peningkatan standart pendidikan perawat berkelanjutan dan pengembangan
pengetahuan perawat formal maupun informal.
Pemberian pelayanan keperawatan mengutamakan klien
Letak ruang E strategis terhadap akses instalasi penunjang lainnya.
Terdapatnya lahan/tempat untuk penambahan fasilitas di ruang E. WEAKNESSES (W)
OPPORTUNIES (O)
Strategi SO
Strategi WO
TREATHS (T)
Perkembangan ruangan yang ada pesaing utama
Peningkatan kesadaran masyarakat akan hukum etika, malpraktek serta tuntutan pengadilan
terhadap tenaga kesehatan, UU No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Akibat dari globalisasi, modernisasi, dan industrialisasi menimbulkan pergeseran nilai dan
norma kehidupan. Keadaan ini menimbulkan pula stres.
Pertumbuhan SDM di ruangan lain
Perkembangan profesi lain:spesialisasi
Pertumbuhan rumah sakit pesaing dan pelayanan kesehatan lainnya.
Strategi ST
Strategi WT
Perlu peningkatan forum diskusi antara perawat dengan institusi pendidikan untuk transfer
informasi.
Tingkatkan efisiensi dan efektifitas kerja
Meningkatkan fasilitas keperawatan sesuai standar, agar dapat bersaing dengan RS yang
lain