Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMINATAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


CVA (CEREBRO VASCULAR ACCINDENT) DI RUANG INSTALASI
GAWAT DARURAT (IGD) RSUD KANJURUHAN KABUPATEN MALANG

Di susun oleh:

Afidatur Rohmah

2331061002

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN MALANG


WIDYA CIPTA HUSADA
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MALANG
2024
LEMBAR PENGESAHAN

PEMINATAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


CVA (CEREBRO VASCULAR ACCINDENT) DI RUANG INSTALASI
GAWAT DARURAT (IGD) RSUD KANJURUHAN KABUPATEN MALANG

Oleh :

Afidatur Rohmah

2331061002

Telah diperiksa kelengkapannya pada:

Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Preseptor Akademik Preseptor Klinik

M. Taufiqul Akbar, S.Kep.,Ners.M.Kes Rizky Windu, S.Kep.,Ners

Laporan Pendahuluan
Cva (Cerebro Vascular Accident)

1. Definisi
Gangguan peredaran darah ke otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf
otak (Sholihah, 2017). Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler karena
kematian jaringan otak. Kerusakan jaringan otak menyebabkan defisit
neurologis sehingga mengalami kehilangan tonus otot dan gangguan
mobilitas fisik sehingga pasien harus imobilisasi dan tirah baring.(DI,
2019).
Stroke adalah terputusnya aliran darah ke otak, karena tersumbatnya
atau pecahnya pembuluh darah ke otak sehingga pasokan darah dan
oksigen ke otak berkurang sehingga menyebabkan gangguan fisik atau
disabilitas (Ghani dkk, 2016).
Stroke dibagi menjadi 2 yaitu stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik. Stroke non hemoragik adalah stroke yang di sebabkan oleh
thrombosis dan emboli, Stroke thrombosis adalah terjadinya sumbatan
mendadak pada pembuluh darah yang mensuplai otak, sumbatan ini terjadi
karena suatu thrombus yang terbentuk langsung di pembuluh darah.(Putri,
2018)
2. Etiologi
Menurut (Hanif, 2021) penyebab utamanya dari stroke diurutkan dari
yang paling penting adalah arterosklerosis (trombosis) embolisme,
hipertensi yang menimbulkan pendarahan serebral dan ruptur aneurisme
sekular. Stroke biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti
hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak di dalam darah, DM atau
penyakit vasculer perifer. Selain itu, ada beberapa faktor resiko lain yang
dapat menjadi penyebab dari cva / stroke, antara lain:
1) Trombosis: Bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher:
Arteriosklerosis serebral.
2) Embolisme serebral: Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain: endokarditis, penyakit jantung
reumatik, infeksi polmonal.
3) Iskemia: Penurunan aliran darah ke area otak: Kontriksi ateroma pada
arteri.
4) Hemoragi Serebral: Pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan kedalam jaringan otak atau ruang sekitar otak
3. Manifestasi Klinis
Menurut (Hanif, 2021) manifestasi klinis yaitu:
1) Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan.
2) Tiba-tiba hilang rasa peka
3) Bicara cedel atau pelo
4) Gangguan bicara dan bahasa
5) Gangguan penglihatan
6) Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
7) Gangguan daya ingat
8) Nyeri kepala hebat
9) Vertigo
10) Kesadaran menurun
11) Proses kencing menurun
12) Gangguan fungsi otak
4. Patofisiologi
Tekanan perfusi serebral harus turun dua pertiga bawah nilai normal
(nilai tengah tekanan arterial sebanyak 50 mmHg atau dibawahnya
dianggap nilai normal) sebelum otak tidak menerima aliran darah yang
adekuat. Dalam waktu yang singkat, klien yang sudah kehilangan
kompensasi autoregulasi akan mengalami manifestasi dari gangguan
neurologis. Penurunan perfusi serebral biasanya disebabkan oleh sumbatan
di arteri serebral atau perdarahan intraserebral.
Sumbatan yang terjadi mengakibatkan iskemik pada jaringan otak
yang mendapatkan suplai dari darah arteri yang terganggu dan karena
adanya pembengkakan di jaringan sekelilingnya. Sel-sel dibagian tengah
atau utama pada lokasi stroke akan mati dengan segerasetelah kejadian
stroke terjadi. Hal ini dikenal dengan istilah cedera sel-sel saraf primer
(primary neuronal injury). Daerah yang mengalami hipoperfusi juga
terjadi disekitar bagian utama yang mati. Bagian ini disebut penumbra
ukuran dari bagian ini tergantung pada sirkulasi kolateral yang ada
sirkulasi kolateral merupakan gambaran pembuluh darah yang
memperbesar sirkulasi pembuluh darah utama dari Perbedaan ukuran dan
jumlah pembuluh darah kolateral dapat menjelaskan tingkat keparahan
manifestasi stroke yang dialami klien (Joyce and Jane, 2014).
5. Pathway
6. Klasifikasi
1) Penyakit Stroke dibagi 2 jenis yaitu:
 Stroke Iskemik
Terjadi akibat terjadi penyumbatan di sel-sel syaraf otak.
Hampir kebanyakan pasien Stroke sebanyak 83% adalah
pengidap stroke iskemik. Stroke Iskemik dibagi menjadi 3 jenis:
- Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang
membuat penggumpalan.
- Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan
darah.
- Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh
bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
 Stroke Hemorragik
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah sehingga
menghambat aliran darah yang normal.akibatnya darah merembes
ke suatu daerah otak dan merusaknya. Stroke Hemorragik dibagi
2 jenis:
- Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam
jaringan otak.
- Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak).(Hanif, 2021).
7. Komplikasi
1) Depresi
Inilah dampak yang paling menyulitkan penderitaan dan orang-orang
yang berada di sekitarnya oleh karena itu terbatasnya akibat lumpuh
sulit berkomunikasi dan sebagianya, penderita stroke sering
mengalami depresi.
2) Darah beku
Darah beku mudah berbentuk pada jaringan yang lumpuh terutama
pada kaki sehingga menyebabkan pembengkakan yang
menggangu,selain itu. pembekuaan darah juga dapat terjadi pada arteri
yang mengalirkan darah ke paru- paru (embelio paru-paru) sehingga
penderita sulit bernafas dan dalam beberapa kasus mengalami
kematian.
3) Otot mengerut dan sendi kaku
Kurang gerak dapat menyebabkan sendi menjadi kaku dan
nyeri.misalnya jika otot-otot betis mengerut kaki terasa sakit ketika
harus berdiri dengan rumit menyentuh lantai.hal ini biasanya di
tangani fisioterapi. (Hanif, 2021).
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Hanif, 2021) pemeriksaan penunjang yaitu:
1) Angiografi cerebral membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik oklusi
atau ruptur
2) CT Scan: memperlihatkan adanya odema
3) MRI: mewujudkan daerah yang mengalami infark
4) Penilaian kekuatan otot
5) EEG: mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak
9. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
sebagai berikut:
1) Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan
trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai
kateter.Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan
latihan-latihan gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra
arterial.
3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat
reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.

Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
(Hanif, 2021).
Daftar Pustaka

DI, L. (2019). Posisi Tidur Miring 30 Derajat Terhadap Terjadinya. Jurnal


Keperawatan Terapan (e-Journal),0505(02).

Ghani, dkk.(2016). Faktor Resiko dominan Penderita Stroke. Di Indonesia

Hanif, (2021). Laporan pendahuluan dengan diagnose CVA (Cerebro Vascular


Accident)

Sholihah, A. (2017). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Peningkatan Kekuatan


Otot Pada Pasien Pasca Stroke Iskemik Di Rsud Dr. Harjono Ponorogo.
Journal Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai