Disusun Oleh :
Yeny Tutut Puspitasari S, Kep
3217126
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUAHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA DI RUANG ANGGREK RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
YOGYAKARTA
Disusun Oleh :
Yeny Tutut Puspitasari, S. Kep
NPM : 3217126
Disetujui pada:
Hari/Tanggal:_________________
( ) ( ) ( )
A. Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Soemantri, 2013)
Pneumonia adalah suatu peradangan dimana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat (Misnadiarly, 2014)
A. Klasifikasi Pneumonia
Menurut Djojodibroto (2014) pneumonia dapat diklasifikasikan
berdasarkan cara perolehan, secara mofologi pneumonia, dan agen yang
menyerangnya.
Berdasarkan cara perolehannya, pneumonia dikelompokkan menjadi :
1. Community Acquired
Merupakan pneumonia yang didapatkan di masyarakat atau
lingkungan sekitar.
2. Hospital Acquired
Merupakan penumonia yang didapat di rumah sakit. Pneumonia
jenis ini cenderung bersifat lebih serius karena pada saat menjalani
perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh penderita untuk
melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu, kemungkinannya
terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik
adalah lebih besar
Berdasarkan morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut Djojodibroto
(2014) :
1. Pneumonia Lobaris
Pneumonia lobaris merupakan pneumonia yang melibatkan seluruh
atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua
paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
ganda.
2. Bronkopneumonia
Terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus
yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia Interstisial
Proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
B. Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan pneumonia antara lain (Muttaqin,
2013) :
1. Bakteri
Bakteri Streptococcus Pneumoniae. Bakteri tersebut sudah ada di
kerongkongan manusia sehat. Ketika pertahanan tubuh menurun oleh
sakit atau malnutrisi bakteri segera memperbanyak diri dan
menyebabkan kerusakan. Individu yang terinfeksi pneumonia akan
panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut
jantungnya meningkat cepat (takikardi).
2. Virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh
virus. Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah
Respiratory Syncial Virus (RSV). Pada umumnya sebagian besar
pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat.
Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza,
gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian
3. Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang
menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa
diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki
karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya
berderajat ringan dan tersebar luas.
4. Protozoa
Pneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut
pneumonia pneumosistis. Pneumonia pneumosistis sering ditemukan
pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam
beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat
dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P.
Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru.
2. Tanda
Menurut (Misnadiarly, 2014) tanda-tanda yang dapat diamati pada pasien
pneumonia antara lain :
a. Batuk berdahak
b. Suara napas lemah
c. Penggunaan otot bantu napas
d. Demam (proses inflamasi)
e. Cyanosis (kebiru-biruan)
f. Thorax photo menujukkan infiltrasi melebar
g. Sakit kepala
h. Sesak napas
D. Patofisiologi
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh
manusia melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat
menyebabkan reaksi inflamasi hebat sehingga membran paru-paru
meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul panas,
anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan
cairan keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan
bronkospasme yang menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan
batuk, selain itu juga menyebabkan adanya partial oklusi yang akan
membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi). Konsolidasi paru
menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan
rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi
menurun dan selanjutnya terjadi hipoksemia (Muttaqin, 2013)
Pathway
(Muttaqin, 2013)
E. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat menegakkan diagnosa medis
pneumonia antara lain (Soemantri, 2013) :
1. Chest x-ray
Digunakan untuk mengidentifikasi distribusi struktural dan
mengetahui abses luas/ infiltrat atau penyebaran/ perluasan infiltrat
nodul (virus).
2. AGD (Analisa Gas Darah)
AGD dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan O2.
3. Pemeriksaan Gram/ kultur sputum dan darah
Dilakukan untuk mengetahui agen yang menyerang paru seperti virus,
bakteri atau mikoplasma.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium (DL, Serologi, LED) à leukositosis
menunjukkan adanya infeksi bakteri, menentukan diagnosis secara
spesifik, LED biasanya meningkat. Elektrolit : Sodium dan Klorida
menurun. Bilirubin biasanya meningkat.
F. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan jika pneumonia tidak
ditangani dengan baik dan tepat antara lain (Asih dan Cristantie, 2015) :
1. Abses Paru
Abses paru merupakan kondisi paru - paru yang terinfeksi dan
penyakit ini mampu memicu pembengkakan dimana didalamnya
berisi nanah. Tidak hanya bengkak, namun dapat terjadi nekrotik
diagian jaringan orang paru – paru.
2. Efusi Pleura
Efusi pleura merupakan salah satu gangguan kesehatan akibat
paru – paru basah yang tak segera mendapat pertolongan. Pleura
merupakan membran pemisah antara dinding dada bagian dalam
dengan paru –paru dan fungsi dari cairan yang dihasilkan pelura
adalah untuk melumasi paru – paru ketika bernapas. Menumpuknya
cairan yang diproduksi pleura akan menimbulkan gejala seperti sesak
nafas, demam, batuk dan nyeri dada ketika bernafas.
3. TBC (Tuberculosis)
Gejala yang mungkin dirasakan antara lain batuk berdahak yang
lebih dari 3 minggu dan dapat diserati dengan darah, demam, turunnya
berat badan dan hilangnya selera makan.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Antibiotik
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi
apapun, yang dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman
penyebabnya.
2. Terapi Suportif Umum
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100 mmHg atau
saturasi 95-96 % berdasar pemeriksaan AGD
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak
yang kental
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya
anjuran untuk batuk dan napas dalam
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi
lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama pada
pneumonia bilateral
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan
ventilator dilakukan bila terjadi hipoksemia persisten, gagal
napas yang disertai peningkatan respiratoy distress dan
respiratory arrest
H. Pengkajian
1. Usia
Pneumonia sering terjadi pada anak dan bayi. Kasus terbanyak terjadi
pada anak berusia dibawah 3 tahun dan kematian banyak terjadi pada
bayi yang berusia 2 bulan.
2. Keluhan utama
Keluahan utama yang dirasakan pasien dengan pneumonia biasanya
merasa sesak napas
3. Riwayat penyakit :
a. Pneumonia Virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran napas, termaksud
rhinitis dan batuk, serta suhu badan lebih rendah dari pada
pneumonia bakteri dan mikoplasma.
b. Pneumonia Stafilokokous
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas atau
bawah dalam beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu
tinggi, batuk dan mengalami kesulitan pernapasan
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan
atas.
b. Riwayat penyakit campak/pertusis (pada
bronkopneumonia)
5. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi. Perlu diperlihatkan adanya hatipne, dispne, sianosis
sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk
semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu
menarik napas. Batasan takipnea pada anak 2 bulan – 12 bulan adalah
50 kali/menit atau lebih, sementara untuk anak yang berusia 12 bulan –
15 bulan adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya
tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia
berat, tarikan dindingdada kedalam akan tampak jelas.
b. Palpasi. Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi
mungkin mengalami peningkatan (takikardi)
c. Perkusi. Suara redup pada sisi yang sakit.
d. Auskultasi. Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara
mendekatkan telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak yang
pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan
terdengar suara napas berkurang, ronki halus pada sisi yang sakit, dan
ronkhi basa pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi,
bronkofoni, kadang-kadang terdengar bising gesek pleura.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan
ketidakefektifan batuk
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis,
PaO2 menurun, sesak nafas
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran
nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba
panas
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, anoreksia
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara pemasukan dan pengeluaran oksigen.
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan yang berlebihan dampak dari usaha peningkatan proses bernafas
J. Intervensi Keperawatan
AcidBase Managemen
1. Monitro IV line
2. Pertahankanjalan nafas paten
3. Monitor AGD, tingkat elektrolit
4. Monitor status hemodinamik(CVP, MAP,
PAP)
5. Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
6. Monitor pola respirasi
7. Lakukan terapi oksigen
8. Monitor status neurologi
9. Tingkatkan oral hygiene
3. Hipertermi berhubungan Thermoregulation Fever treatment
dengan inflamasi terhadap Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Monitor suhu sesering mungkin
infeksi saluran nafas selama 3 x 24 jam diharapkan suhu 2. Monitor IWL
3. Monitor warna dan suhu kulit
ditandai dengan tubuh klien dapat normal dengan
4. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
peningkatan suhu tubuh, kriteria hasil: 5. Monitor penurunan tingkat kesadaran
6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
mengigil, akral teraba 1. Suhu tubuh dalam rentang
panas normal (36,5 – 37,50C 7. Monitor intake dan output
2. Nadi dan RR dalam rentang 8. Berikan anti piretik
9. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
normal( HR: 60 – 100 x/menit,
demam
RR: 12 – 24 x/menit).
3. Tidak ada perubahan warna 10. Selimuti pasien
kulit dan tidak ada pusing 11. Lakukan tapid sponge
12. Kolaborasipemberian cairan intravena
13. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
menggigil
Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Yasmin N.G dan Cristantir Effendy. 2015. Keperawatan Medikal Bedah
: Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta. EGC
Bulechek G.M dkk.2014.Nursing Interventions Classifications
(NIC).Amerika:Elsevier Mosby
Djojodibroto, Darmanto. 2014. Respiology (RespiratoryMedicine). Jakarta.
EGC
Docterman dan Bullechek.2009. Nursing Invention Classifications (NIC),
Edition 4, UnitedStates Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.
Hermand T.H& Kamitsuru S.2015.Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017.Edisi 10.Jakarta:EGC.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2009. Nursing Out Comes (NOC),
United States OfAmerica: Mosby Elseveir Acadamic Press
Muttaqin, Arief. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta. Salemba Medika
Misnadiarly. 2014. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak
Balita, Orang Dewasa, dan Lanjut Usia. Surabaya. Buku POP
Moorhead Sue, dkk.2014. Nursing Outcomes Classifications (NOC).
Amerika:Elsevier Mosby
NANDA. (2014-2017). Nursing Diagnosis: Definition and Classification.
Philadelphia: North American Nursing Diagnosis Association.
Soemantri, Irman. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta. Salemba
Medika
Soetjiningsih. 2009. Tumbuh kembang anak. Jakarta. EGC