Kolitis adalah radang pada kolon. Radang ini disebabkan akumulasi cytokine yang
mengganggu ikatan antar sel epitel sehingga menstimulasi sekresi kolon, stimulasi sel goblet untuk
mensekresi mucus dan mengganggu motilitas kolon. Mekanisme ini menurunkan kemampuan kolon
untuk mengabsorbsi air dan menahan feses ( Tilley et al, 1997).
Kolitis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi akut atau kronik oleh
virus, bakteri, dan amoeba, termasuk keracunan makanan. Kolitis dapat juga disebabkan gangguan
aliran darah ke daerah kolon yang dikenal dengan kolitis iskemik. Adanya penyakit autoimun dapat
menyebabkan kolitis, yaitu kolitis ulseratif dan penyakit Cohrn. Kolitis limfositik dan kolitis kolagenus
disebabkan beberapa lapisan dinding kolon yang ditutupi oleh sel-sel limfosit dan kolagen. Selain itu,
kolitis dapat disebabkan zat kimia akibat radiasi dengan barium enema yang merusak lapisan mukosa
kolon, dikenal dengan kolitis kemikal.
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya kolitis ditinjau dari teori Blum dibedakan
menjadi empat faktor, yaitu: faktor biologi, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor
prilaku.
· Faktor Biologi: Jenis kelamin: Wanita beresiko lebih besar dibanding laki-laki. Usia: 15-25 tahun, dan
lebih dari 50 tahun. Genetik/ familial: Riwayat keluarga dengan kolitis
· Faktor Lingkungan: Lingkungan dengan sanitasi dan higienitas yang kurang baik. Nutrisi yang buruk
· Faktor Perilaku: Kegemukan (obesitas). Merokok. Stress / emosi. Pemakaian laksatif yang
berlebihan. Kebiasaan makan makanan tinggi serat, tinggi gula, alkohol, kafein, kacang, popcorn,
makanan pedas. Kurang kesadaran untuk berobat dini. Keterlambatan dalam mencari pengobatan. Tidak
melakukan pemeriksaan rutin kesehatan.
· Faktor Pelayanan Kesehatan: Minimnya pengetahuan petugas kesehatan. Kurangnya sarana dan
prasarana yang memadai. Keterlambatan dalam diagnosis dan terapi. Kekeliruan dalam diagnosis dan
terapi. Tidak adanya program yang adekuat dalam proses skrining awal penyakit.
3. ETIOLOGI
Kolitis bisa menjalar ke belakang sehingga menyebabkan proktitis. Penyebab dari kolitis
ada beberapa macam antara lain ( Tilley et al, 1997) :
· Infeksi : Trichuris vulpis, Ancylostoma sp, Entamoeba histolytica, Balantidium coli, Giardia spp,
Trichomonas spp, Salmonella spp, Clostridium spp, Campylobacter spp, Yersinia enterolitica, Escherichia
coli, Prototheca, Histoplasma capsulatum, dan Phycomycosis.
· Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada orang kulit hitam dan orang Cina, dan
insidensinya meningkat (3 sampai 6 kali lipat) pada orang Yahudi dibandingkan dengan orang non
Yahudi. Hal ini menunjukkan bahwa dapat
· Polyps rektokolon
· Intususepsi ileokolon
4. KLASIFIKASI
a. Kolitis infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik, kolitis pseudomembran, kolitis
karena virus/bakteri/parasit.
b. Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit Crohn’s kolitis radiasi, kolitis iskemik, kolitis
mikroskopik, kolitis non-spesifik (simple colitis).
Pembahasan ini difokuskan pada kolitis infeksi yang sering ditemukan di Indonesia sebagai
daerah tropik, yaitu kolitis amebik, shigellosis, dan kolitis tuberkulosa serta infeksi E.coli patogen yang
dilaporkan sebagai salah satu penyebab utama diare kronik di Indonesia.
5. PATOFISIOLOGI
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit
perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit. Yang lebih
sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki keinginan untuk buang
air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras
dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang
mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa ringan
atau malah tidak muncul.
Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-20
kali/hari.
Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa nyeri,
disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak berkurang.
Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah tinja
yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.
Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.Kolitis
ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum.
Penyakit ini umumnya mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens adalah
pada usia 30-50 tahun. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan komplikasi sistemik dan
angka mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien mengalami karsinoma kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi
multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi
sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang
lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus
menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.
6. Manifestasi Klinik
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang
lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien
juga dapat mengalami:
a. Anemia
b. Fatigue/ Kelelahan
h. Nyeri sendi
j. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
o. Kram perut.
r. Anoreksia
t. Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulserativa memiliki gejala-
gejala ringan. Lain sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah. Kolitis ulserativa
juga dapat menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan osteoporosis.
Tidak diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus. Para ilmuwan berpikir komplikasi ini mungkin
akibat dari peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh. Beberapa masalah ini hilang ketika
kolitis diperlakukan.
Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses penyakit.
Pasien biasanya hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini
biasanya disertai dengan berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan ringan untuk sangat
menyakitkan kram.
7. Pemeriksaan Penunjang
A. GAMBARAN RADIOLOGI
· Barium enema
· . Ultrasonografi (USG)
B. Pemeriksaan Endoskopi
8. Pemeriksaan Diagnostik
· Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama penyakit): terutama
mengandung mukosa, darah, pus dan organisme usus khususnya entomoeba histolytica.
· Protosigmoi doskopi: memperlihatkan ulkus, edema, hiperermia, dan inflamasi (akibat infeksi
sekunder mukosa dan submukosa). Area yang menurun fungsinya dan perdarahan karena nekrosis dan
ulkus terjadi pada 35 % bagian ini.
· Sitologi dan biopsy rectal membedakan antara pasien infeksi dan karsinoma. Perubahan neoplastik
dapat dideteksi, juga karakter infiltrat inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.
· Enema bartum, dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi dilakukan, meskipun jarang
dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat membuat kondisi eksasorbasi.
· Kadar besi serum: rendah karena kehilangan darah. Masa protromlain: memanjang pada kasus
berat karena gangguan faktor VII dan X disebabkan oleh kekurangan vitamin K.
· ESR: meningkat karena beratnya penyakit Trombosis: dapat terjadi karena proses penyakit inflamasi.
9. Komplikasi
· Perdarahan, merupakan komplikasi yang sering menyebabkan anemia karena kekurangan zat besi.
Pada 10% penderita, serangan pertama sering menjadi berat, dengan perdarahan yang hebat, perforasi
atau penyebaran infeksi.
Kerusakan ini menyebabkan terjadinya ileus, dimana pergerakan dinding usus terhenti, sehingga isi usus
tidak terdorong di dalam salurannnya. Perut tampak menggelembung. Usus besar kehilangan
ketegangan ototnya dan akhirnya mengalami pelebaran.
· Kanker Kolon (Kanker Usus Besar). Resiko kanker usus besar meningkat pada orang yang menderita
kolitis ulserativa yang lama dan berat.
· Perforasi usus
· Karsinoma kolon
B. KONSEP ASKEP
1. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA
1) Aktivitas/istirahat
Gejala:
2) Sirkulasi
Tanda:
3) Integritas ego
Gejala:
· Ansietas, ketakutan, emosi, kesal, misalnya perasaan tak berdaya/tak ada harapan
· Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan keluarga/pekerjaan, pengobatan yang mahal
Tanda:
4) Eliminasi
Gejala:
· Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair
· Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat dikontrol (sebanyak
20 – 30 kali defekasi/hari)
· Perasaan dorongan/kram (temosmus), defekasi berdarah/pus/ mukosa dengan atau tanpa keluar
feses.
Tanda:
· Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang dapat dilihat.
· Oliguria
5) Makanan/ cairan
Gejala:
· Anoreksia, mual/muntah
Tanda:
6) Higine
Tanda:
· Bau badan
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala:
· Nyeri/nyeri tekan pada kwadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)
· Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthritis)
Tanda:
8) Keamanan
Gejala:
· Penglihatan kabur
· Alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine ke dalam usus dan mempunyai
efek inflamasi)
Tanda:
· Lesi kulit mungkin ada misalnya: eritoma nodusum (meningkat), nyeri, kemerahan dan membengkak
pada tangan, muka, plodeima gangrionosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan batas keunguan)
· Ankilosa spondilitis
· Uveitis, kongjutivitis/iritis.
9) Seksualitas
Gejala:
2. Diagnosa Keperawatan
A. Potensial perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan adanya
mual.
Tujuan dan KH :
INTERVENSI
RASIONAL
Tujuan Dan KH :
INTERVENSI
RASIONAL
3. Kurangi aktivitas
4. Anjarkan tirah
Menurunkan peristaltik
Tjuan dan KH :
INTERVENSI
RASIONAL
2. Batasi aktivitas
· Klien mematuhi diet yang dianjurkan dan secara bertahap dapat mengurangi rasa sakit yang
dirasakannya.
INTERVENSI
RASIONAL