Anda di halaman 1dari 24

TAHAPAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK DAN KARAKTERISTIK

ABK YANG MEMILIKI HAMBATAN BAHASA

Di Susun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa
ABK

Dosen Pengampu Ratih Listyaningtyas, M.Pd

Oleh :

1. Reca Tri Handayani (2287160005)


2. Amaliyah (2287160007)
3. Asma Nurhidayah (2287160027)
4. Amanda Novianti (2287160040)

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2017

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan nikmat sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini yang di tujukan untuk memenuhi nilai mata kuliah Pembelajaran Bahasa ABK
oleh dosen Ratih Listyaningtyas, M.pd, dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang
saya miliki masih kurang, oleh karena itu saya harapkan adanya kritik dan saran
yang positif dari para pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi dan
bermanfaat bagi saya maupun pembaca.

Serang, September
2017
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………
i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...
ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..
4
A. Latar Belakang………………………………………………………....
4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………
4
C. Tujuan penulisan……………………………………………………......
4
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………
5
A. Pengertian Bahasa……………………………………………………
5
B. Pengertian Perkembangan……………………………………………
6
C. Pengertian Anak Bekebutuhan Khusus (ABK)………………………
6
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………..…
7
A. Tahapan Perkembangan Bahasa………………………………………
7
B. Karakteristik ABK yang memiliki hambatan bahasa…………………
12
BAB III PENUTUP………………………………………………………………
19
A. Kesimpulan……………………………………………………………
19
B. Saran…………………………………………………………………..
10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
20

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak bayi, bahasa dipelajari melalui interaksi sosial dengan orang lain,
melalui kesempatan mendengarkan dan menguji coba suara dan kata. Sebagai
tambahan, tata bahasa anak-anak berdasarkan pada pertimbangan dan anak-anak
mampu memperoleh kata-kata dari percakapan. Bayi memperoleh bahasa selama
beberapa bulan pertama. Hal ini dapat terindikasi dengan merespon suara (child-
direct speech) atau lebih sering disebut bahasa ayah dan ibu yang dikarakteristikan
dengan intonasi dan irama yang unik seperti orang tua berbicara dengan
anakanaknya. Bahasa ayah tidak dipelajari secara luas seperti bahasa ibu, tetapi
lebih bertipe melucu, menemani, lebih memerintah, dan menggunakan bahasa
yang canggih dari anak-anak (Sutikno: 2004). Kecakapan dalam bahasa pertama
adalah prasyarat kecakapan bahasa kedua Hakuta: 1986 (dalam Syaodih: 2003).
Sedangkan menurut (Carolyn dan Jessica:2014) mengatakan bahwa anak-anak
yang tidak dapat mengembangkan kecakapan bahasa rumah kemungkinan
mengalami kesulitan pada penguasaan kosa kata, ingatan-pendengaran, perbedaan
penguasaan, masalah tugas sederhana, dan kemampuan mengikuti sesuai dengan
urutan. Kesulitan bahasa seperti ini sering kali dikelompokkan kedalam anak-anak
yang berkebutuhan khusus (pendidikan khusus) atau disebut ABK.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat diketahui rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana tahapan perkembangan bahasa Anak?
2. Bagaimana karakteristik ABK yang memiliki hambatan bahasa?

C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah tersebut dapat diketahui tujuan masalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui tahapan perkembangan bahasa Anak
2. Untuk mengetahui karakteristik ABK yang memiliki hambatan bahasa

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Bahasa

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rutter, Thorp, dan Golding: 2000
(dalam Machado dan Meyer: 2005) menemukan bahwa anak-anak mengalami
bahasa ayah dan ibu melalui pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan, respon
verbal dan non verbal yang diakui dan diterima, dan melalui interaksi yangintens.
Dapat dikatakan bahwa ucapan anak-anak yang berarti akan
dapatmengembangkan bahasa mereka lebih cepat daripada yang lain.

Bahasa anak-anak dikarakteristikan secara umum oleh pola yang muncul


(Barbara: 2004) sebagai berikut:

1. Menangis
2. Gurgling (meraban) dan mendekut.
3. Tertawa dengan suara keras.
4. Lokalisasi.
5. Tertawa dengan mulut tertutup.
6. Bercakap-cakap.
7. Memanggil dengan satu kata (Echolalia, contoh: “ma-ma-mama”).
8. Suku kata (vocables) yang artinya suara mendekati kata tetapi dengan
kreasi anak.
9. Obrolan ekspresif (suara seperti percakapan nyata tetapi tidak dapat
dibedakan.
10. Mengulangi perkataan ketika dibujuk.
11. Kata-kata mengikat yang dapat dibedakan dalam obrolan ekspresif.
12. Holophrases atau kalimat dengan satu kata (“susu” dapat berarti “saya
ingin susu” atau “dimana susu saya?”).
13. Telegraphic speech atau kalimat dua kata (“jus ma” dapatberarti “mama
saya ingin jus”, “mama saya menumpahkan jus”, atau “ini adalah jus
buatan mama”).
14. Overgenarlized speech atau katakata umum/sebutan (“boots” mungkin
nama keluarga anjing tetapi anak-anak menggunakan untuk nama kucing
tetangga atau nam binatang lain).
15. Undergeneralized speech atau sebutan anak seseorang (misalnya nama
ibunya adalah Wati; oleh karena itu, bibi Wati tidak dapat dipanggil Wati;
ia harus dipanggil dengan nama lain).
16. Perputaran percakapan.
17. Kata-kata kreatif (kata-kata yang biasanya dibutuhkan untuk menemukan
kata yang belum dipelajari atau anak tidak punya kerangka referensinya).
18. Keingintahuan kata-kata verbal.

B. Pengertian Perkembangan

Perkembangan adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada


makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan dengan
suatu bilangan tatpi dapat di amati dengan mata telanjang. Proses perkembangang
dapat di lihat dengan terbentuknya organ-organ perkembangbiakan seperti
munculnya bunga pada tumbuhan yang kemudian di ikuti oleh buah atau umbi,
dll.

Menurut Robert Havighurst Perkembangan pada anak dipengaruhi oleh


faktor penting yaitu lingkungan. Robert berfokus pada tempat dimana anak
tumbuh dan meliputi keadaan dalam lingkungan tersebut. Robert mengatakan
pada anak, tugas perkembangan hanya dipelajari satu kali saja seperti berjalan,
berlari, menyebutkan nama, dan sebagainya. Robert mengatakan bahwa
lingkungan sekeliling tempat tinggal anak tersebut dan juga peran dari orang
tuanya. Robert juga mengutarakan bahwa tugas perkembangan anak dipelajari
hanya sekali seperti berjalan, berlari, dan lainnya.

C. Pengertian Anak Bekebutuhan Khusus (ABK)


Anak berkebutuhan khusus (heward) adalah anak dengan karakteristik
khusus yang berbeda dari anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidak mental, emosi atau fisik.

Anak berkebutuhan khusus (special need cildren) dapat di artikan sebagai


anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak
akanpernah berhasil di sekolah sebagaimana anak pada umunya. Anak
berkebutuhan khusus ABK juga dapat di artikan sebagai anak yang mengalami
gangguan fisik, mental, intelegensi, dan emosi sehingga membutuhkan
pembelajaran secara khusus.
BAB III
PEMBAHASAN.

A. TAHAPAN PERKEMBANGAN BAHASA


Perkembangan bahasa pada anak merupakan pendeteksian gejala-
gejala yang terjadi pada anak dalam proses pengembangannya. Dengan
mengetahui tahap-tahap perkembangan bahasa anak diharapkan guru dapat
mengetahui kebutuhan perkembangan anak dan cara menstimulasinya
sesuai dengan tahapan usia anak. Dalam perkembangan bahasa digunakan
untuk melihat percakapan anak disertai dengan penggunaan teknologi
untuk merekam suara anak. Berikut ini adalah penjelasan mengenai cara
mengakses perkembangan anak. Tahapan perkembangan bahasa menurut
Benner (dalam Brophy, Satham, dan Moss: 2002) adalah sebagai berikut
ini :

Tahapan Perkembangan Bahasa

No Tingkatan Usia Kemampuan


1. Pra bicara Lahir s.d 10 bulan 1. Perkembagan suara(persepsi dan hasil).
2. Perkembangan isyarat.
3. Penambahan persepsi suara; bicara bayi merupakan
hasil menangis dan keributan; bermain dengan suara
termasuk mengulang bicara dengan orang lain yang
dimulai usia 3 bulan ; antara enam (6) sampai sepuluh
(10) bulan dapat menggunakan konsonan dan huruf
vocal terbatas.
2. Kata-kata 10 s. d 13 bulan 1. Pengertian kata tunggal.
pertama 2. Menghasilkan kata tunggal.
pemunculan 3. Perbedaan individual dalam penggunaan kata
nama tunggal.
4. Fungsi isyarat sebagai kata.
5. Perhatian dapat diarahakan dengan nama obyek
(lihat anjing, Ami, anjing); mulai 13 bulan menerima
kosakata dari 17 sampai dengan 97 kata.
3. Kombinasi 18 s.d 24 bulan 1. Penggunaan satu kata tunggal dengan arti
kata kompleks untuk ungkapan multi kata. Contoh:
“susu” (artinya dapat minta susu atau
meminta ASI). 2.Penggunaan kombinasi kata
untuk kalimat, contoh: mama kue (maksudnya
mama minta kue).
4. Tata Bahasa 20 s.d 30 bulan 1. Kecepatan memperoleh morfem.
2. Perkembangan bahasa yang unik pada usia ini,
seperti mulai menggunakan kata ganti saya, kita, dia,
kamu.
3. Penggunaan kalimat dalam pola dan aturan yang
teratur.

Kemampuan berbahasa merupakan suatu potensi yang dimiliki semua


anak manusia manusia yang normal. Kemampuan itu diperoleh tanpa melalui
pembelajaran khusus. Waktu yang digunakan relatif singkat, anak sudah dapat
berkomunikasi dengan orang – orang di sekitarnya. Bahkan sebelum bersekolah,
ia telah mampu bertututur seperti orang dewasa untuk bnerbagai keperluan dan
dalam bermacam – macam situasi.

Jika diamati, ternyata pemerolehan bahasa anak itu tidaklah tiba–tiba atau
sekaligus, tetapi bertahap kemajuan kemampuan berbahasa mereka berjalan
seiring dengan perkembangaan fisik, mental, intelektual dan sosialnya. Oleh
karena itu, perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis atau
suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi – bunyi atau ucapan yang
sederhana menuju tututran yang lebih kompleks. Tangisan, bunyi – bunyi atau
ucapan yang sederhana tak bermakna, dan celotehan bayi merupakan jembatan
yang memfasilitasi alur perkembangan bahasa anak menuju kemampuan
berbahasa yang lebih sempurna. Bagi anak,celoteh merupakan semacam latihan
untuk menguasai gerak artikulatoris (alat ucap) yang lama – kelamaan dikaitkan
dengan kebermaknaan bentuk bunyi yang diujarkannnya (Djago tarigan,2005).

Tahap Perkembangan Bahasa Anak

Menurut buku Bidang Pengembangan Kemampuan (Elin Rusoni, 24:2006


) Tahap perkembangan bahasa anak dibagi ke dalam dua bagian, yaitu tahap
pralinguistik dan tahap linguistik.

1) Tahap Pralinguistik (Masa Meraban)

Pada tahap ini, bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah
bermakna. Bunyi–bunyi itu memang telah menyerupai vocal atau konsonan
tertentu. Akan tetapi secara keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada kata
dan makna tertentu.

Tahap pralinguistik merupakan tahap perkembangan bahasa anak yang


dialami oleh anak yang berusia 0-1 tahun. Tahap pralinguistik dibagi lagi ke
dalam dua tahapan, yaitu:

a) Tahap Meraba Pertama


Tahap meraba pertama dialami oleh anak usia 0-6 bulan.
Pembagian kelompok ini bersifat umum dan tidak berlaku persis pada
setiap anak.
 Usia 0 - 2 bulan sudah dapat mengetahui asal suara. Mereka sudah
dapat membedakan suku kata, mereka bisa merespon secara
berbeda terhadap kualitas emosional suara manusia misalnya,
mereka akan tersenyum jika mendengar suara yang ramah atau
sebaliknya mereka akan menangis jika mendengar suara dengan
nada marah. Anak hanya dapat mengeluarkan bunyi – bunyi
refleksif untuk menyatakan rasa lapar, sakit atau ketidaknyamanan
yang menyebabkan anak menangis dan rewel, serta bunyi
vegetative yang berkaitan dengan aktivitas tubuhseperti batuk,
bersin, sendawa, telanan (makanan), dan tegukan(menyusu atau
minum). Umumnya, bunyi seperti bunyi vokal dengan suara yang
agak serak. Sekalipun bunyi–bunyi itu tidak bermakna secara
bahasa, tetapi bunyi – bunyi itu merupakan bahan untuk tuturan
selanjutnya.
 Usia 2 - 5 bulan. Pada usia 3-4 bulan bayi dapat membedakan
suara laki – laki dan perempuan. Anak mulai mendekat dan
mengeluarkan bunyi – bunyi vokal yang bercampur dengan bunyi –
bunyi mirip konsonan. Bunyi ini biasanya muncul sebagai respon
terhadap senyum atau ucapan ibunya atau orang lain.
 Usia 4 – 7 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh
dengan durasi (rentang waktu) yang lama. Bunyi mirip konsonan
atau mirip vokalnya lebih bervariasi. Konsonan nasal/m/n sudah
mulai muncul.
b) Tahap Meraba Kedua
 Usia 6 – 12 bulan, anak mulai memperhatikan intonasi dan ritme
dalam ucapan. Pada tahap ini anak dapat berkomunikasi dan
berceloteh. Celotehannya berupa reduplikasi atau pengulangan
konsonan dan vokal yang sama, seperti/ba ba ba/,ma ma ma/, dad a
da/. Vokal yang muncul adalah dasar /a/ dengan konsonan hambat
labial /p, b/ nasal /m, n, g/, dan alveolar /t, d/. selanjutnya celotehan
reduplikasi ini berubah lebuh bervariasi. Vokalnya sudah mulai
menuju vokal /u/ dan /i/, dan konsonan frikatif pun, seperti /s/
sudah mulai muncul. Pada tahap ini anak mulai aktif. Dialami oleh
anak usia 6 bulan samapi satu tahun. Secara fisik ia sudah mulai
melakukan gerakan – gerakan. Cara berkomunikasi pada tahapan
ini lebih bervariatif, yaitu tidak hanya menoleh, tersenyum dan
menangis saja tapi ditambah dengan memegang, mengangkat atau
menunjuk.

2) Tahap Linguistik
Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5
tahun. Pada tahapan ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti
bahasa orang dewasa. Tahap linguistik terbagi lagi ke dalam 4 tahapan,
yakni:
a) Tahapan Holofrasis (tahap satu kata)
Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada
periode ini disebut holofrase, karena anak – anak menyatakan makna
keseluruhan frase atau kalimat dalam suatu kata yang diucapkannya
itu.

Contoh :

VERSI SATU KATA VERSI LENGKAP


Mimi!(sambil menunjuk cangkirnya) Minta (mau) minum
Akut! (sambil menunjuk laba - laba) Saya takut laba - laba

Takit!(sambil mengacungkan jarinya) Jariku sakit

b) Ucapan Dua Kata


Berlangsung sewaktu anak berusia 1,5 – 2 tahun. Tahap ini
memasuki tahap pertama kali mengucapkan dua holofrase dalam
rangkaian yang cepat. Komunikasi yang ingin ia sampaikan adalah
bertanya dan meminta. Pada masa ini, kosakata dan gramatika anak
berkembang dengan cepat. Tuturannya mulai bersifat telegrafik.
Artinya apa yang dituturkan anak hanyalah kata – kata yang penting
saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja.

Contoh :
VERSI 2 KATA VERSI LENGKAP

Mamah, makan! Mama, saya mau makan

Ajar, bobo! Fajar mau tidur!

Bapa, ana? Bapak mau pergi ke mana?

Mau ueh! Saya mau kueh!

c) Pengembangan Tata Bahasa


Perkembangan anak pada tahap ini makin luar biasa.
Perkembangan ini ditandai dengan penggunaan kalimat dengan lebih
dari dua kata. Tahap ini umumnya dialami oleh anak usia sekita 2
sampai 5 tahun.

d) Tata Bahasa Menjelang Dewasa


Tahap perkembangan bahasa anak yang keempat ini biasanya
dialami oleh anak yang sudah berumur antara 5 – 10 tahun. Pada tahap
ini anak – anak sudah mulai menerapkan struktur tata bahasa yang
rumit dan sudah mampu menyusun kalimat yang lebih rumit.
Tahap–tahap perkembangan di atas, berkembang pula penguasaan
mereka atas system bahasa yang dipelajarinya. System bahasa itu,
terdiri atas subsistem berikut:
a. Fonologi yaitu pengetahuan tentang pelafalan dan penggabungan
bunyi – bunyi tersebut sebagai sesuatu yang bermakna.
b. Gramatika (tata bahasa) yaitu pengetahuan tentang aturan
pembentukan unsure tuturan.
c. Semantik leksikal(kosa kata) yaitu pengetahuan tentang kata untuk
mengacu kepada sesuatu hal.
d. Pragmatik yaitu pengetahuan tentang penggunaan bahasa dalam
berbagai cara untuk berbagai keperluan.
B. KARAKTERISTIK ABK YANG MEMILIKI HAMBATAN
BAHASA

1. Autisme
Dari beberapa bentuk hambatan yang terjadi pada anak
berkebutuhan khusus, di antaranya yang tidak asing lagi adalah autisme.
Menurut Baron dan Cohen (1985) autis adalah suatu kondisi mengenai
seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita yang membuat dirinya tidak
dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal selain itu
juga mengalami kesulitan untuk memahami bahwa sesuatu dapat di lihat
dari sudut pandang orang lain. Akibatnya anak-anak tersebut terisolasi dari
manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktifitas dan minat yang
obsesif serta sulit mengembangkan kemampuan berinteraksi dan bergaul.
Anak dengan autisme memiliki beberapa corak perkembangan
komunikasi, yaitu:
a) Kesulitan melakukan pemusatan perhatian bersama, mereka bisa
beraktivitas bersama namun tidak ada sapa pandang dan melakukan
kontak mata bersama dengan rekannya.
b) Kesulitan memulai komunikasi.
c) Keterbatasan fungsi komunikasi, berkisar antara meminta hal yang ia
inginkan saja. Sering orang lain hanya digunakan sebagai alat untuk
mencapai kebutuhannya saja.
d) Kesulitan meminta atau menyatakan kebutuhan untuk dibantu.
e) Muncul echolalia, atau mengulang kata yang telah didengarnya.
f) Kesulitan menggeneralisir makna dan fungsi kata yang telah
dipelajarinya.
g) Sulit memahami instruksi atau konsep yang abstrak dan kompleks.
h) Kesulitan memfokuskan perhatian dalam percakapan.
i) Kesulitan untuk mengetahui bagaimana memaknai dan merespon
mimik atau simbol sosial dari orang lain yang menjadi lawan bicara.
j) Kesulitan menggunakan gerak tubuh dalam proses komunikasi, terlihat
kaku.
k) Terbatasnya cara berkomunikasi dapat menimbulkan frustasi ketika
tidak mampu menyampaikan idenya.

Karakteristik lain yang sering dijumpai pada anak dengan autisme adalah
mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk memproses informasi dalam
komunikasi reseptif. Mereka butuh beberapa waktu untuk memahami apa yang
baru saja didengarnya. Oleh karena itu, kita perlu memberikan beberapa waktu
sebelum berharap anak dengan autisme memberikan respon terhadap apa yang
baru saja didengarnya; dan tidak terus-menerus memberikan informasi atau
instruksi karena akan membuat mereka semakin bingung memproses informasi
yang diterimanya.

2. Tunagrahita (Mental retardation)


Anak Tunagrahita adalah anak yang memiliki intelegensi yang
signifikan berada dibawah rata - rata dan disertai dengan ketidakmampuan
dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan.
gangguan bahasa adalah ketidakmampuan menggunakan atau memahami
sintaksis yang kompleks, atau terbatasnya kosakata, atau ketidakmampuan
menggunakan bahasa secara benar. Orang tunagrahita mengalami banyak
kesulitan bahasa, dan sejauh tertentu keadaan ini dapat dikaitkan dengan
rendahnya umur mentalnya. Tes kemampuan bahasa yang paling banyak
dipergunakan adalah Illinois Test of Psycholinguistic Abilities (ITPA),
yang terdiri dari beberapa subtes untuk mengukur berbagai komponen
Bahasa.
Berbagai penelitian tentang bahasa anak tunagrahita menghasilkan
kesimpulan berikut:
a) Anak tunagrahita memperoleh keterampilan bahasa dengan cara yang
pada dasarnya sama dengan anak normal.
b) Kecepatan mereka memperoleh keterampilan bahasa lebih rendah
daripada anak normal. Akibatnya, bila anak tunagrahita dibandingkan
dengan anak normal pada umur kalender yang sama, anak tunagrahita
menunjukkan defisit yang jelas.
c) Karena perolehan bahasa berhenti sekitar masa pubertas, banyak
individu tunagrahita sedang (moderate) dan sebagian besar individu
tunagrahita berat (severe) dan parah (profound) tidak lengkap dalam
perkembangan keterampilan bahasanya.
d) Secara rata-rata, anak tunagrahita terlambat dalam perkembangan
bahasanya meskipun dibandingkan dengan anak non-tunagrahita pada
umur mental yang sama.
e) Kesulitan utama anak tunagrahita dalam memperoleh bahasa adalah
yang terkait dengan kaidah-kaidah tata bahasa yang kompleks seperti
kaidah-kaidah infleksi.
f) Bahasa anak tunagrahita lebih konkret daripada bahasa anak non-
tunagrahita.
g) Varian dalam keterampilan bahasa lebih besar di kalangan populasi
tunagrahita daripada populasi normal. Pada tingkat perkembangan
tertentu, kisaran kemampuan verbalnya dapat relatif luas.

3. Kesulitan Belajar (Learning Disabilities)


Anak yang berprestasi rendah (underachievers), menurut Delphie
(2006:35) umumnya kita temui disekolah, karena mereka pada umumnya
tidak mampu menguasai bidang tertentu yang diprogramkan oleh guru
berdasarkan kurikulum yang berlaku. Ada sebagian besar dari mereka
mempunyai nilai pelajaran sangat rendah ditandai pula dengan test IQ di
bawah re-rata normal. Mereka mempunyai karakteristik khusus berupa
kesulitan di bidang akademik, masalah-masalah kognitif, dan masalah
emosi sosial. Dalam bidang kognitif, berkaitan erat dengan kemampuan
berpikir.
Umumnya peserta didik yang berprestasi rendah menunjukkan
kekurangmampuan dirinya dalam mengadaptasi proses informasi yang
datang pada dirinya. Baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun
persepsi tubuhnya (visual, auditory and spatial perception).
 Disleksia atau Kesulitan Membaca
Disleksia atau kesulitan membaca adalah kesulitan untuk
memaknai simbol, huruf, dan angka melalui persepsi visual dan auditoris.
Hal ini akan berdampak pada kemampuan membaca pemahaman. Adapun
bentuk-bentuk kesulitan membaca di antaranya berupa:
a) Penambahan (Addition)
b) Menambahkan huruf pada suku kata. Contoh : suruh → disuruh; gula
→ gulka
c) Penghilangan (Omission)
d) Menghilangkan huruf pada suku kata. Contoh : kelapa → lapa; kompor
→ kopor
e) Pembalikan kiri-kanan (Inversion)
f) Membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik
kiri-kanan. Contoh : buku → duku; palu → lupa
g) Pembalikan atas-bawah (ReversalI)
h) Membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik
atas bawah. Contoh : m → w; u→ n; nana → uaua; mama → wawa; 2
→5
i) Penggantian (Substitusi)
j) Mengganti huruf atau angka. Contoh : mega → meja; nanas → mamas;
3→8

4. Tunarungu (Communication disorder and deafness)


Menurut Delphie (2006:103) Anak Tunarungu adalah anak yang
memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak
permanen dan biasanya memiliki hambatan dalam berbicara sehingga
mereka biasa disebut tunawicara. Anak Tunarungu mengalami gangguan
komunikasi secara verbal karena kehilangan seluruh atau sebagian daya
pendengarannya, sehingga mereka menggunakan bahasa isyarat dalam
berkomunikasi, oleh karena itu pergaulan dengan orang normal mengalami
hambatan. Selain itu mereka memiliki sifat ego-sentris yang melebihi anak
normal, cepat marah dan mudah tersinggung. Kesehatan fisik pada
umumnya sama dengan anak normal lainnya.

Karakteristik dalam segi bicara atau bahasa, meliputi:

a) Biasanya individu yang tunarungu juga mengalami ketidakmampuan


dalam berbahasa.
b) Tunarungu yang diperoleh sejak lahir dapat belajar bicara dengan suara
normal.
c) Anak tunarungu miskin dalam kosakata.
d) Mengalami kesulitan didalam mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa
yang mengandung arti kiasan dan kata-kata abstrak.
e) Dia kurang menguasai irama dan gaya bahasa, dan
f) Dia mengalami kesulitan dalam berbahasa verbal dan pasif dalam berbahasa.

Menurut Smith (2009, hal. 283), terdapat tiga dasar pendekatan pengajaran
alternatif bagi siswa dengan penyandang tunarungu, yaitu metode manual, metode
oral dan metode komunikasi total.

 Metode Manual
Metode manual terdiri dari dua komponen dasar, yaitu bahasa
isyarat (sign language) dan abjad jari (finger spelling).
a. Bahasa Isyarat
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia yang dibakukan merupakan salah
satu media yang membantu komunikasi sesama tunarungu dan tunawicara
ataupun komunikasi tunarungu dan tunawicara di dalam masyarakat yang
lebih luas. Wujudnya adalah tatanan yang sistematis bagi seperangkat
isyarat jari, tangan, dan berbagai gerak untuk melambangkan kosa kata
bahasa Indonesia.

b. Abjad Jari
Secara harfiah, abjad jari merupakan usaha untuk menggambarkan
alpabet secara manual dengan menggunakan satu tangan. Abjad jari adalah
isyarat yang dibentuk dengan jari-jari tangan (tangan kanan atau tangan
kiri) untuk mengeja huruf atau angka. Bentuk isyarat bagi huruf dan angka
di dalam SIBI serupa dengan International Manual Alphabet. Abjad jari
digunakan untuk mengisyaratkan nama diri, mengisyaratkan singkatan
atau akromin, dan mengisyaratkan kata yang belum ada isyaratnya.

 Metode Oral
Pendekatan oral menekankan pada pembimbingan ucapan dan
pembacaan ucapan. Para pendidik kebutuhan khusus yang setuju dengan
metode ini memandang bahwa ketergantungan pada bahasa isyarat dan
abjad jari membuat penyandang tunarungu semakin kesulitan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Metode oral membantu anak
tunarungu untuk lebih memahami ucapan orang lain. Anak tunarungu akan
dilatih untuk memperhatikan gerak bibir, posisi bibir, serta gigi agar dapat
memahami apa yang sedang diucapkan. Penyandang tunarungu juga
diajari cara membaca isyarat-isyarat seperti ekspresi wajah yang akan
memudahkan mereka dalam berkomunikasi.

 Metode Komunikasi Total


Metode komunikasi total ada penggabungan kedua metode
sebelumnya. Komunikasi total memuat spektrum model bahasa yang
lengkap, membedakan gerakan/ mimik tubuh anak, bahasa isyarat yang
formal, belajar berbicara, membaca ucapan, abjad jari, serta belajar
membaca dan menulis. Dengan komunikasi total, anak tunarungu dan
tunawicara memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya.

5. Tunanetra
Anak yang mengalami hambatan penglihatan atau Tunanetra
memiliki perkembangan yang berbeda dengan anak-anak berkebutuhan
khusus lainnya, tidak hanya dari sisi penglihatan tetapi juga dari hal lain.
Umumnya mereka menunjukkan kepekaan indera pendengaran dan
perabaan yang lebih baik dibandingkan dengan anak normal, serta sering
melakukan perilaku stereotip seperti menggosok-gosokkan mata dan
meraba-raba sekelilingnya.
Pada umumnya para ahli yakin bahwa kehilangan penglihatan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan memahami dan
menggunakan bahasa, dan secara umum mereka berkesimpulan bahwa
tidak terdapat hambatan dalam bahasa anak tunanetra. Mereka mengacu
pada banyak studi yang menunjukkan bahwa siswa-siswa tunanetra tidak
berbeda dari siswa-siswa yang awas dalam hasil tes inteligensi verbal.
Mereka juga mengemukakan bahwa berbagai studi yang membandingkan
anak-anak tunanetra dan awas tidak menemukan perbedaan dalam aspek-
aspek utama perkembangan bahasa. Karena persepsi auditif lebih berperan
daripada persepsi visual sebagai media belajar bahasa, maka tidaklah
mengherankan bila berbagai studi telah menemukan bahwa anak tunanetra
relatif tidak terhambat dalam fungsi bahasanya. Banyak anak
tunanetra bahkan lebih termotivasi daripada anak awas untuk
menggunakan bahasa karena bahasa merupakan saluran utama
komunikasinya dengan orang lain. Sebagaimana anak awas, anak
tunanetra belajar kata-kata yang didengarnya meskipun kata-kata itu tidak
terkait dengan pengalaman nyata dan tak bermakna baginya. Kalaupun
anak tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya, hal
itu bukan semata-mata akibat langsung dari ketunanetraannya melainkan
terkait dengan cara orang lain memperlakukannya. Ketunanetraan tidak
menghambat pemrosesan informasi ataupun pemahaman kaidah-kaidah
bahasa.

6. Tunadaksa (physical disability)


Pengertian anak tunadaksa Secara etiologis, yaitu seseorang yang
mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebagai akibat
dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan akibatnya
kemampuan untuk meakukan gerakan-gerakan tubuh teretentu mengalami
penurunan.
Setiap manusia memilki potensi untuk berbahasa, potensi tersebut
akan berkembang menjadi kecakapan berbahasa melalui proses yang
berlangsung sejalan dengan kesiapan dan kematangan sensori motoriknya.
Pada anak tunadaksa jenis polio, perkembangan bahasa/bicaranya tidak
begitu anak normal, lain halnya dengan anak cerebral palsy. Terjadinya
kelainan bicara pada anak cerbral palsy disebabkan oleh ketidakmampuan
dalam kondisi motorik organ bicaranya akibat kerusakan atau kelainan
sistem neumotor. Gangguan bicara pada anak cerebral palsy biasanya
berupa kesulitan artikulasi, phonasi, dan sistem respirasi. Adanya
gangguan bicara pada anak cerebral palsy mengakibatkan mereka
mengalami problem psikologis yang disebabkan kesulitan dalam
mengungkapkan pikiran, keinginan, atau kehendaknya. Mereka biasanya
menjadi mudah tersinggung, tidak memberikan perhatian yang lama
terhadap sesuatu, merasa terasing dari keluarga dan temannya.

7. Tunalaras
Pada umumnya, kebanyakan anak tunalaras tidak memiliki
hambatan bahasa seperti katrakteristik lainnya, hanya saja gangguan
bahasa yang mereka alami sekedar dari salah persepsi atau perbedaan arti
dan maksud dari sebuah kata maupun kalimat yang diucapkan oleh orang
lain.
8. Anak Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa
Anak gifted biasanya memiliki problem dalam membina hubungan
dengan teman. Karena kecerdasannya yang tinggi dan kemampuan
berpikir yang bagus, sehingga tidak jarang teman sebayanya mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi dan mengimbangi pembicaraan dengan
anak ini.
Anak gifted memiliki kemampuan reseptif sangat baik namun
tertinggal dalam kemampuan ekspresif, sehingga ia mengalami
keterlambatan bicara dan pada saat itu ia lebih berbahasa pasif.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa merupakan komponen penting dalam kehidupan setiap
manusia. Bahasa juga sebagai alat komunikasi agar setiap maksud dari
sebuah pesan atau informasi dapat tersampaikan dan difahami dalam
kegiatan interaksi sosial. Anak berkebutuhan khusus mempunyai
karakteristik tertentu dalam segi bahasa. adapun hambatan yang terjadi
pada perkembangan bahasa ABK adalah karena adanya ketidak sesuaian
dalam pemahaman konsep bahasa bagi mereka maupun tidak adanya
dukungan atau fasilitasi yang menunnjang mereka dalam mengembangkan
bahasanya.

B. Saran
Kita telah mengetahui apa yang menjadi karakteristik dari
terhambatnya perkembangan bahasa yang di alami oleh anak berkebutuhan
khusus, oleh sebab itu kita dari sekarang sudah dapat mengetahui
bagaimana cara mengembangkan pembelajaran bahasa kepada anak ABK
secara lebih baik lagi dan juga benar, agar mereka dapat berinteraksi
berkomunikasi dengan orang yang ada disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

E, Kosasih. 2012. Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan


Khusus. Bandung: YRAMA WIDYA
Dorothy P. 2014. Teach Me How To Say It. Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR
Jurnal pendidikan khusus. 2010. Perkembangan Bahasa dan
Gangguan Bahasa Pada Anak Berkebutuhan Khusus.
Hidayat, asep & Ate Suwandi. 2013. Pendidikan anak
berkebutuhan khusus Tunanetra. Jakarta : PT. LUXIMA METRO MEDIA
Haenudin. 2013. Pendidikan anak berkebutuhan khusu tunarungu.
Jakarta: PT. LUXIMA MERTO MEDIA

Anda mungkin juga menyukai