Di Susun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa
ABK
Oleh :
2017
KATA PENGANTAR
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang
saya miliki masih kurang, oleh karena itu saya harapkan adanya kritik dan saran
yang positif dari para pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi dan
bermanfaat bagi saya maupun pembaca.
Serang, September
2017
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...
ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..
4
A. Latar Belakang………………………………………………………....
4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………
4
C. Tujuan penulisan……………………………………………………......
4
BAB II LANDASAN TEORI……………………………………………………
5
A. Pengertian Bahasa……………………………………………………
5
B. Pengertian Perkembangan……………………………………………
6
C. Pengertian Anak Bekebutuhan Khusus (ABK)………………………
6
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………..…
7
A. Tahapan Perkembangan Bahasa………………………………………
7
B. Karakteristik ABK yang memiliki hambatan bahasa…………………
12
BAB III PENUTUP………………………………………………………………
19
A. Kesimpulan……………………………………………………………
19
B. Saran…………………………………………………………………..
10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak bayi, bahasa dipelajari melalui interaksi sosial dengan orang lain,
melalui kesempatan mendengarkan dan menguji coba suara dan kata. Sebagai
tambahan, tata bahasa anak-anak berdasarkan pada pertimbangan dan anak-anak
mampu memperoleh kata-kata dari percakapan. Bayi memperoleh bahasa selama
beberapa bulan pertama. Hal ini dapat terindikasi dengan merespon suara (child-
direct speech) atau lebih sering disebut bahasa ayah dan ibu yang dikarakteristikan
dengan intonasi dan irama yang unik seperti orang tua berbicara dengan
anakanaknya. Bahasa ayah tidak dipelajari secara luas seperti bahasa ibu, tetapi
lebih bertipe melucu, menemani, lebih memerintah, dan menggunakan bahasa
yang canggih dari anak-anak (Sutikno: 2004). Kecakapan dalam bahasa pertama
adalah prasyarat kecakapan bahasa kedua Hakuta: 1986 (dalam Syaodih: 2003).
Sedangkan menurut (Carolyn dan Jessica:2014) mengatakan bahwa anak-anak
yang tidak dapat mengembangkan kecakapan bahasa rumah kemungkinan
mengalami kesulitan pada penguasaan kosa kata, ingatan-pendengaran, perbedaan
penguasaan, masalah tugas sederhana, dan kemampuan mengikuti sesuai dengan
urutan. Kesulitan bahasa seperti ini sering kali dikelompokkan kedalam anak-anak
yang berkebutuhan khusus (pendidikan khusus) atau disebut ABK.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat diketahui rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana tahapan perkembangan bahasa Anak?
2. Bagaimana karakteristik ABK yang memiliki hambatan bahasa?
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah tersebut dapat diketahui tujuan masalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui tahapan perkembangan bahasa Anak
2. Untuk mengetahui karakteristik ABK yang memiliki hambatan bahasa
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bahasa
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rutter, Thorp, dan Golding: 2000
(dalam Machado dan Meyer: 2005) menemukan bahwa anak-anak mengalami
bahasa ayah dan ibu melalui pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan, respon
verbal dan non verbal yang diakui dan diterima, dan melalui interaksi yangintens.
Dapat dikatakan bahwa ucapan anak-anak yang berarti akan
dapatmengembangkan bahasa mereka lebih cepat daripada yang lain.
1. Menangis
2. Gurgling (meraban) dan mendekut.
3. Tertawa dengan suara keras.
4. Lokalisasi.
5. Tertawa dengan mulut tertutup.
6. Bercakap-cakap.
7. Memanggil dengan satu kata (Echolalia, contoh: “ma-ma-mama”).
8. Suku kata (vocables) yang artinya suara mendekati kata tetapi dengan
kreasi anak.
9. Obrolan ekspresif (suara seperti percakapan nyata tetapi tidak dapat
dibedakan.
10. Mengulangi perkataan ketika dibujuk.
11. Kata-kata mengikat yang dapat dibedakan dalam obrolan ekspresif.
12. Holophrases atau kalimat dengan satu kata (“susu” dapat berarti “saya
ingin susu” atau “dimana susu saya?”).
13. Telegraphic speech atau kalimat dua kata (“jus ma” dapatberarti “mama
saya ingin jus”, “mama saya menumpahkan jus”, atau “ini adalah jus
buatan mama”).
14. Overgenarlized speech atau katakata umum/sebutan (“boots” mungkin
nama keluarga anjing tetapi anak-anak menggunakan untuk nama kucing
tetangga atau nam binatang lain).
15. Undergeneralized speech atau sebutan anak seseorang (misalnya nama
ibunya adalah Wati; oleh karena itu, bibi Wati tidak dapat dipanggil Wati;
ia harus dipanggil dengan nama lain).
16. Perputaran percakapan.
17. Kata-kata kreatif (kata-kata yang biasanya dibutuhkan untuk menemukan
kata yang belum dipelajari atau anak tidak punya kerangka referensinya).
18. Keingintahuan kata-kata verbal.
B. Pengertian Perkembangan
Jika diamati, ternyata pemerolehan bahasa anak itu tidaklah tiba–tiba atau
sekaligus, tetapi bertahap kemajuan kemampuan berbahasa mereka berjalan
seiring dengan perkembangaan fisik, mental, intelektual dan sosialnya. Oleh
karena itu, perkembangan bahasa anak ditandai oleh keseimbangan dinamis atau
suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari bunyi – bunyi atau ucapan yang
sederhana menuju tututran yang lebih kompleks. Tangisan, bunyi – bunyi atau
ucapan yang sederhana tak bermakna, dan celotehan bayi merupakan jembatan
yang memfasilitasi alur perkembangan bahasa anak menuju kemampuan
berbahasa yang lebih sempurna. Bagi anak,celoteh merupakan semacam latihan
untuk menguasai gerak artikulatoris (alat ucap) yang lama – kelamaan dikaitkan
dengan kebermaknaan bentuk bunyi yang diujarkannnya (Djago tarigan,2005).
Pada tahap ini, bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah
bermakna. Bunyi–bunyi itu memang telah menyerupai vocal atau konsonan
tertentu. Akan tetapi secara keseluruhan bunyi tersebut tidak mengacu pada kata
dan makna tertentu.
2) Tahap Linguistik
Tahap linguistik adalah tahap perkembangan bahasa anak usia 1-5
tahun. Pada tahapan ini anak mulai bisa mengucapkan bahasa seperti
bahasa orang dewasa. Tahap linguistik terbagi lagi ke dalam 4 tahapan,
yakni:
a) Tahapan Holofrasis (tahap satu kata)
Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan suatu kata. Pada
periode ini disebut holofrase, karena anak – anak menyatakan makna
keseluruhan frase atau kalimat dalam suatu kata yang diucapkannya
itu.
Contoh :
Contoh :
VERSI 2 KATA VERSI LENGKAP
1. Autisme
Dari beberapa bentuk hambatan yang terjadi pada anak
berkebutuhan khusus, di antaranya yang tidak asing lagi adalah autisme.
Menurut Baron dan Cohen (1985) autis adalah suatu kondisi mengenai
seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita yang membuat dirinya tidak
dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal selain itu
juga mengalami kesulitan untuk memahami bahwa sesuatu dapat di lihat
dari sudut pandang orang lain. Akibatnya anak-anak tersebut terisolasi dari
manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktifitas dan minat yang
obsesif serta sulit mengembangkan kemampuan berinteraksi dan bergaul.
Anak dengan autisme memiliki beberapa corak perkembangan
komunikasi, yaitu:
a) Kesulitan melakukan pemusatan perhatian bersama, mereka bisa
beraktivitas bersama namun tidak ada sapa pandang dan melakukan
kontak mata bersama dengan rekannya.
b) Kesulitan memulai komunikasi.
c) Keterbatasan fungsi komunikasi, berkisar antara meminta hal yang ia
inginkan saja. Sering orang lain hanya digunakan sebagai alat untuk
mencapai kebutuhannya saja.
d) Kesulitan meminta atau menyatakan kebutuhan untuk dibantu.
e) Muncul echolalia, atau mengulang kata yang telah didengarnya.
f) Kesulitan menggeneralisir makna dan fungsi kata yang telah
dipelajarinya.
g) Sulit memahami instruksi atau konsep yang abstrak dan kompleks.
h) Kesulitan memfokuskan perhatian dalam percakapan.
i) Kesulitan untuk mengetahui bagaimana memaknai dan merespon
mimik atau simbol sosial dari orang lain yang menjadi lawan bicara.
j) Kesulitan menggunakan gerak tubuh dalam proses komunikasi, terlihat
kaku.
k) Terbatasnya cara berkomunikasi dapat menimbulkan frustasi ketika
tidak mampu menyampaikan idenya.
Karakteristik lain yang sering dijumpai pada anak dengan autisme adalah
mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk memproses informasi dalam
komunikasi reseptif. Mereka butuh beberapa waktu untuk memahami apa yang
baru saja didengarnya. Oleh karena itu, kita perlu memberikan beberapa waktu
sebelum berharap anak dengan autisme memberikan respon terhadap apa yang
baru saja didengarnya; dan tidak terus-menerus memberikan informasi atau
instruksi karena akan membuat mereka semakin bingung memproses informasi
yang diterimanya.
Menurut Smith (2009, hal. 283), terdapat tiga dasar pendekatan pengajaran
alternatif bagi siswa dengan penyandang tunarungu, yaitu metode manual, metode
oral dan metode komunikasi total.
Metode Manual
Metode manual terdiri dari dua komponen dasar, yaitu bahasa
isyarat (sign language) dan abjad jari (finger spelling).
a. Bahasa Isyarat
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia yang dibakukan merupakan salah
satu media yang membantu komunikasi sesama tunarungu dan tunawicara
ataupun komunikasi tunarungu dan tunawicara di dalam masyarakat yang
lebih luas. Wujudnya adalah tatanan yang sistematis bagi seperangkat
isyarat jari, tangan, dan berbagai gerak untuk melambangkan kosa kata
bahasa Indonesia.
b. Abjad Jari
Secara harfiah, abjad jari merupakan usaha untuk menggambarkan
alpabet secara manual dengan menggunakan satu tangan. Abjad jari adalah
isyarat yang dibentuk dengan jari-jari tangan (tangan kanan atau tangan
kiri) untuk mengeja huruf atau angka. Bentuk isyarat bagi huruf dan angka
di dalam SIBI serupa dengan International Manual Alphabet. Abjad jari
digunakan untuk mengisyaratkan nama diri, mengisyaratkan singkatan
atau akromin, dan mengisyaratkan kata yang belum ada isyaratnya.
Metode Oral
Pendekatan oral menekankan pada pembimbingan ucapan dan
pembacaan ucapan. Para pendidik kebutuhan khusus yang setuju dengan
metode ini memandang bahwa ketergantungan pada bahasa isyarat dan
abjad jari membuat penyandang tunarungu semakin kesulitan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Metode oral membantu anak
tunarungu untuk lebih memahami ucapan orang lain. Anak tunarungu akan
dilatih untuk memperhatikan gerak bibir, posisi bibir, serta gigi agar dapat
memahami apa yang sedang diucapkan. Penyandang tunarungu juga
diajari cara membaca isyarat-isyarat seperti ekspresi wajah yang akan
memudahkan mereka dalam berkomunikasi.
5. Tunanetra
Anak yang mengalami hambatan penglihatan atau Tunanetra
memiliki perkembangan yang berbeda dengan anak-anak berkebutuhan
khusus lainnya, tidak hanya dari sisi penglihatan tetapi juga dari hal lain.
Umumnya mereka menunjukkan kepekaan indera pendengaran dan
perabaan yang lebih baik dibandingkan dengan anak normal, serta sering
melakukan perilaku stereotip seperti menggosok-gosokkan mata dan
meraba-raba sekelilingnya.
Pada umumnya para ahli yakin bahwa kehilangan penglihatan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan memahami dan
menggunakan bahasa, dan secara umum mereka berkesimpulan bahwa
tidak terdapat hambatan dalam bahasa anak tunanetra. Mereka mengacu
pada banyak studi yang menunjukkan bahwa siswa-siswa tunanetra tidak
berbeda dari siswa-siswa yang awas dalam hasil tes inteligensi verbal.
Mereka juga mengemukakan bahwa berbagai studi yang membandingkan
anak-anak tunanetra dan awas tidak menemukan perbedaan dalam aspek-
aspek utama perkembangan bahasa. Karena persepsi auditif lebih berperan
daripada persepsi visual sebagai media belajar bahasa, maka tidaklah
mengherankan bila berbagai studi telah menemukan bahwa anak tunanetra
relatif tidak terhambat dalam fungsi bahasanya. Banyak anak
tunanetra bahkan lebih termotivasi daripada anak awas untuk
menggunakan bahasa karena bahasa merupakan saluran utama
komunikasinya dengan orang lain. Sebagaimana anak awas, anak
tunanetra belajar kata-kata yang didengarnya meskipun kata-kata itu tidak
terkait dengan pengalaman nyata dan tak bermakna baginya. Kalaupun
anak tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya, hal
itu bukan semata-mata akibat langsung dari ketunanetraannya melainkan
terkait dengan cara orang lain memperlakukannya. Ketunanetraan tidak
menghambat pemrosesan informasi ataupun pemahaman kaidah-kaidah
bahasa.
7. Tunalaras
Pada umumnya, kebanyakan anak tunalaras tidak memiliki
hambatan bahasa seperti katrakteristik lainnya, hanya saja gangguan
bahasa yang mereka alami sekedar dari salah persepsi atau perbedaan arti
dan maksud dari sebuah kata maupun kalimat yang diucapkan oleh orang
lain.
8. Anak Cerdas Istimewa Berbakat Istimewa
Anak gifted biasanya memiliki problem dalam membina hubungan
dengan teman. Karena kecerdasannya yang tinggi dan kemampuan
berpikir yang bagus, sehingga tidak jarang teman sebayanya mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi dan mengimbangi pembicaraan dengan
anak ini.
Anak gifted memiliki kemampuan reseptif sangat baik namun
tertinggal dalam kemampuan ekspresif, sehingga ia mengalami
keterlambatan bicara dan pada saat itu ia lebih berbahasa pasif.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa merupakan komponen penting dalam kehidupan setiap
manusia. Bahasa juga sebagai alat komunikasi agar setiap maksud dari
sebuah pesan atau informasi dapat tersampaikan dan difahami dalam
kegiatan interaksi sosial. Anak berkebutuhan khusus mempunyai
karakteristik tertentu dalam segi bahasa. adapun hambatan yang terjadi
pada perkembangan bahasa ABK adalah karena adanya ketidak sesuaian
dalam pemahaman konsep bahasa bagi mereka maupun tidak adanya
dukungan atau fasilitasi yang menunnjang mereka dalam mengembangkan
bahasanya.
B. Saran
Kita telah mengetahui apa yang menjadi karakteristik dari
terhambatnya perkembangan bahasa yang di alami oleh anak berkebutuhan
khusus, oleh sebab itu kita dari sekarang sudah dapat mengetahui
bagaimana cara mengembangkan pembelajaran bahasa kepada anak ABK
secara lebih baik lagi dan juga benar, agar mereka dapat berinteraksi
berkomunikasi dengan orang yang ada disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA