Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH PENJAS ADAPTIF

KELOMPOK POSTUR TUBUH

DOSEN PENGAMPU : YUYUN ARI WIBOWO M.OR

DISUSUN OLEH :

1. MUSTIKA AL FATIKHAH ( 16601241059 )

2. RIZQY NOVALISYA PUTRI ( 16601241066 )

3. AULIA RAHMAWATI ( 16601241070 )

4. EMMANUEL AGUNG P ( 16601241075 )

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.  Latar belakang

Kesehatan dan postur yang normal adalah hal yang paling penting bagi setiap orang

yang hidup di dunia ini , karena kesehatan yang baiklah kita bisa melakukan aktivitas sehari-

hari dan menikmati indahnya alam semesta ini. Jadi, salah satu kelainan bentuk tulang

belakang seperti kifosis sangatlah mengganggu seseorang dalam melakukan aktivitas yang

membutuhkan banyak tenaga darinya, dan penyakit kifosis juga mempengaruhi postur

seseorang sehingga menyebabkan ketidakpercayaan diri saat berada di publik atau moment –

moment tertentu yang membutuhkan performa darinya dan minder ketika berinteraksi dengan

oramg-orang disekitarnya yang pada akhirnya menjadi sebuah karakter yang inperioritas yang

menganggap dirinya terlalu rendah dimata orang lain. Dan dengan ini kita coba untuk

menggali fenomena ini.

Latar belakang dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah dan

sebagai wawasan bagi kami di dalam melakukan deteksi dini pada Penderita Kifosis &

Lordosis (Kifolordosis) . Serta penyebab,gejala ,dan upaya penanganannya.

1.2. Tujuan                                                                                                              

            Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu kifolordosis dan gejala-gejala

kifolordosis dan serta cara penanganannya agar tidak banyak manusia yang mengalami

kifolordosis kembali.

1.3 Rumusan Masalah

1.    Apa yang dimaksud kipolordosis?

2.    Apa yang dimaksud kiposis dan lordosis ?


3.    Apa penyebab kifolordosis dan gejala-gejalanya ?

4.    Bagaimana cara penanganannya ?

1.4. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu metode kepustakaan dan

mengutip dari sumber-sumber yang dapat dibuktikan kebenarannya.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I  :    Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,

rumusan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II            :  Tinjauan teoritis terdiri dari konsep dasar yang terdiri dari

defenisi, etiologi, patofisiologi, tanda dan

gejala, komplikasi,pengobatan.

BAB III :  Asuhan Keperawatan meliputi pengkajian keerawatan dengan

diagnosa keperawatan dan evaluasikeperawatan.

BAB IV :  Penutup, Kesimpulan dan Saran.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian

 2.1.1 Definisi

               kifosis adalah gangguan tulang belakang progresif dimana punggung atas

menunjukkan sebuah kelengkungan ke depan abnormal, mengakibatkan kelainan tulang yang

kadang-kadang digambarkan sebagai bungkuk. kifosis terdiagnosis jika kurva nya lebih dari

50 derajat, menurut American Academy Of Orthopaedic Surgeons(AAOS).  mayo clinic

memberikan batas lebih rendah untuk diagnosis kifosis yaitu kelengkungan 40 derajat atau

lebih.

              Lordosis adalah kondisi dimana lumbal spinalis atau tulang belakang tepat diatas

bokong melengkung ke dalam. sedikit kelengkungan lordotik adalah normal. terlalu banyak

kelengkungan lordotik disebut lordosis. lordosis adalah kebalikan dari kifosis. tulang

belakang yang normal jika dilihat dari belakang akan tampak lurus. lain hal nya pada tulang

belakang penderita lordosis,akan tampak bengkok terutama di punggung bagian bawah.

              kifolordosis adalah gangguan tulang belakang gabungan dari kifosis dan lordosis

2.2. Etiologi

              Penyebab paling umum dari kifosis adalah penyakit Sheuermann. pada orang tua,

penyakit paling umum kifosis adalah degenerasi diskus vertebralis. kifosis

terlokalisasi berhubungan dengan osteoporosis. Penyakit Sheuermann ditandai dengan nyeri

punggung dan ada nya bonggol di punggung. kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada

tulang yang bisa terjadi akibat trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degeneretif.
Jadi penyebab gangguan kifolordosis adalah akibat kondisi congenital gabungan antara

penyebab kiposis dan lordosis.

2.3. Patofisiologi

 Kifolordosis menyebabkan terjadinya pembengkokan pada tulang dan penonjolan

bokong. gejala lain berfariasi sesuai dengan keadaan usia dan kesehatan seseorang.biasanya

ditandai dengan  salah satu bentuk kelainan tulang punggung, di mana punggung yang

seharusnya berberntuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung kedepan

melebihi batas normal. Kelainan ini di masyarakat awam sering disebut sebagai “Bungkuk”.

2.4  Tanda dan Gejala

Gejala kifosis:

1.      Nyeri punggung yang menetap tetapi sifatnya ringan

2.      Kelelahan

3.      Nyeri bila ditekan & kekakuan pada tulang belakang

4.      Punggung tampak melengkung

5.      Lengkung tulang belakang bagian atas lebih besar dari normal

Gejala Lordosis

Lordosis adalah kondisi dimana lumbal spinalis (tulang belakang tepat di atas

bokong) melengkung ke dalam. Sedikit kelengkungan lordotik adalah normal, terlalu banyak

kelengkungan lordotik disebut lordosis atau lordosis adalah kebalikan dari kifosis. Tulang

belakang yang normal apabila di lihat dari belakang akan tampak lurus. Lain halnya tulang

belakang penderita lordosis, akan tampak bengkok terutama di punggung bagian bawah.

Gejala yang timbul akibat lordosis berbeda-beda untuk tiap orang. Gejala lordosis

yang paling sering adalah penonjolan bokong. Gejala lain bervariasi sesuai dengan gangguan

lain yang menyertainya seperti distrofi muskuler,gangguan perkembangan paha, dan


gangguan Neoromuskuler. Nyeri punggung, nyeri yang menjalar ke tungkai dan perubahan

pola buang air besar dan buang air kecil dapat terjadi pada lordosis, tetapi jarang. Jika terjadi

gejala ini,dibutuhkan pemeriksaan lanjut oleh dokter atau ahli terapis tulang belakang yang

berpengalaman . Selain itu, gejala lordosis juga sering kali menyerupai gejala gangguan atau

deformitas tulang belakang lainnya , atau dapat di akibatkan oleh infeksi atau cedera tulang

belakang.

2.5  Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan cara:

         Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (lengkungan

punggung yang abnormal). Juga dilakukan pemeriksaanneurologis (saraf) untuk mengetahui

adanya kelemahan atau perubahan sensasi).

         Rontgen tulang belakang dilakukan untuk mengetahui beratnya lengkungan tulang

belakang.

 Sinar X. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur dan menilai kebengkokan, serta

sudutnya.

 Magnetic resonance imaging (MRI)

 Computed tomography scan (CT  Scan)

 Pemeriksaan darah

2.6  Komplikasi

2.7  Pengobatan

Pengobatan meliputi berbagai aspek, yaitu:

         Penanganan

    Penanganan bergantung pada tingkat keparahan Kifolordosis. Pada Kifolordosis ringan

mungkin hanya diperlukan terapi Rehabilitasi Medik dan Fisioterapi. Sementara pada kasus
yang berat akan membutuhkan ortese khusus (Brace) yang membantu meluruskan kembali

posisi tulang belakang. Pada Kifosis ekstrim seringkali dibutuhkan tindakan bedah. dan

juga kasus yang ringan dan non-progresif bisa diatasi dengan menurunkan berat badan

(sehingga ketegangan pada punggung berkurang) dan menghindari aktivitas berat. Jika

kasusnya lebih berat, kadang digunakan brace (penyangga) tulang belakang atau penderita

tidur dengan alas tidur yang kaku/keras. Jika keadaan semakin memburuk, mungkin perlu

dilakukan pembedahan untuk memperbaiki kelainan pada tulang belakang. Selain itu latihan

peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat tidur, menggunakan papan

tempat tidur, memakai jacket(berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).

         Pencegahan

    Pencegahan meliputi:

  pencegahan primer

      Pencegahan primer agar tidak terkena Kifolordosis

  pencegahan sekunder

      Pencegahan sekunder bertujuan agar Kifosis ditemukan sedini mungkin. Dan agar dapat

diketahui oleh seluruh aspek masyarakat.

Pencegahan primer dan sekunder meliputi :

- Duduk dengan posisi yang benar.

- Hilangkan kebiasaan bertopang dagu.

- Berolahraga teratur,

- Diet yang cukup kalsium dan Vit D


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian 

3.1.1. Data Subjektif

Kifosis merupakan salah satu bentuk kelainan tulang punggung, dimana punggung yang

seharusnya berbentuk kurva dan simetris antara kiri dan kanan ternyata melengkung ke

depan melebihi normal. Sedangkan Lordosis merupakan bentuk kelainan tulang punggung

dimana punggung seharusnya berbentuk dan simetris antara kiri dan kanan ternyata

melengkung ke belakang.

3.1.2. Data Objektif 

Pemeriksaan fisik 

* Pemeriksaan umum:

         Sinar x, Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur dan menilai kebengkokan, serta sudutnya .

         Magnetic resonance imaging (MRI)

         Computedtomography scan (CT Scan)

         Pemeriksaan darah

3.2.   Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada

pasien Kifolordosis adalah meliputi :


1.     Untuk kifosis Tulang Melengkung ke depan(bungkuk), sedangkan pada

penderita lordosis         tulang melengkung ke belakang

2.        Ditegakkan Berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (lengkungan

punggung yang abnormal). Juga dilakukan pemeriksaan neurologis (saraf) untuk mengetahui

adanya kelemahan atau perubahan sensasi. 

3.3. Intervensi

No.DP Intervensi Rasional


1 1.     Observasi dan catatfrekuensi
1.      Agar mengurangi bau tak sedap untuk

defekasi, karakteristik, jumlah menghindari malu pasien.

dan factor pencetus.

2.     Buang feses dengan tepat,


2.      Istirahat menurunkan mobilitas

berikan pengharum ruangan. khusus, juga menurunkan laju

3.     Tingkatkan tirah baring, metabolisme.

berikan alat alat di samping

tempat tidur.

4.     Ø Membantu membedakan

penyakit individu dan

mengkaji beratnya episode.


2 1.      Pantau atau catat karateristik
1.      Variasi penampilan dan prilaku pasien

nyeri, catat laporan verbal, karena nyeri terjadi sebagai temuan

petunjuk non verbal, dan pengkajian.

respon hemodinamik.

2.      Ambil gambaran lengkap

terhadap nyeri dari


pasien
2.      Nyeri sebagai pengalaman subjektif
termasuk lokasi intensitas (1-
dan harus digambarkan oleh pasien.
10), lama, kualitas, dan

penyebaran.

3.      Anjurkan pasien untuk

melaporkan nyeri dengan


3.      Penundaan pelaporan nyeri

segera. menghambat peredaran

nyeri/memerlukan per dosis obat.


4.      Berikan lingkungan yang
4.      Menurunkan rangsang eksternal.
tenang.

3 1.      Auskultasi bising usus. 1.      Bising usus membantu dalam

melakukan respon untuk makan.

2.      Menstimulus nafsu makan klien.


2.      Habiskan makanan sewaktu
3.      Untuk mengatur diet.
masih panas.

3.      Konsultasi dengan ahli gizi. 4.      Mencegah terjadi mual.

4.      Berikan porsi makanan kecil

tapi sering.

3.4.   Evaluasi
*  Penderita kifolordosis menunjukkan bukti nyeri pada tulang

*  Penderita kifolordosis mengalami pembengkokan tulang.

*  Penderita melakukan pemeriksaan fisik

*  Penderita melakukan pemeriksaan neurologis (saraf) untuk mengetahui adanya kelemahan

atau perubahan  sensasi. 
BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

         Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

               kifosis adalah gangguan tulang belakang progresif dimana punggung atas

menunjukkan sebuah kelengkungan ke depan abnormal, mengakibatkan kelainan tulang yang

kadang-kadang digambarkan sebagai bungkuk. kifosis terdiagnosis jika kurva nya lebih dari

50 derajat, menurut American Academy Of Orthopaedic Surgeons(AAOS).  mayo clinic

memberikan batas lebih rendah untuk diagnosis kifosis yaitu kelengkungan 40 derajat atau

lebih.

              Lordosis adalah kondisi dimana lumbal spinalis atau tulang belakang tepat diatas

bokong melengkung ke dalam. sedikit kelengkungan lordotik adalah normal. terlalu banyak

kelengkungan lordotik disebut lordosis. lordosis adalah kebalikan dari kifosis. tulang

belakang yang normal jika dilihat dari belakang akan tampak lurus. lain hal nya pada tulang

belakang penderita lordosis,akan tampak bengkok terutama di punggung bagian bawah.

              kifolordosis adalah gangguan tulang belakang gabungan dari kifosis dan lordosis

4.2  Saran

Perawat hendaknya melakukan tindakan keperawatan menggunakan proses

keperawatan yang koprehensif agar asuhan keperawatan yang bermutu sesuai dangan apa

yang di harapkan dan selalu  mendokumentasikan setiap melakukan tindakan.


Dalam pembutan makalah ini perawat juga harus mengetahui langkah-langkah asuhan

keperawatan  agar makalah yang dibut dapat sesuai dengan apa yang diinginkan dan dapat

berguna bagi mahasiswa lain untuk masa kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

         Babak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4; Jakarta,

EGC

         Doenges,E,Marilynn.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.jakarta: EGC

         Mansjoer, A, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta : Penerbit Media

Aesculapius FKUI.

         Manuaba, Ida Bagus, 1999, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta, Penerbit:

Arcan

         Mochtar, R, (1998), Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, edisi 2, Jilid

1, Jakarta : EGC.

         Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta; EGC

         Morgan,Geri,dkk, 2009, Obstetri&Ginekologi panduan praktik,Jakarta: EGC

         Sastrawinata,Sulaiman. 2005. Obstetri Patologi.edisi 2.Jakarta : EGC

Taber, B, (1994), Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, cetakan 1 Jakarta :

EGC.

         Taylor,Cynthia M.2010.Diagnosis Keperawatan: dengan Rencana Asuhan.Jakarta:EGC

Wiknjosastro,Hanifa, 2005, ilmu kebidanan, edisi 3, Jakarta: Yayasan Bina pustaka sarwono

prawirohardjoss

Anda mungkin juga menyukai