Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latarbelakang
Pendidikan adalah suatu alat untuk mencapai tujuan atau cita-cita seseorang. Metode
adalah cara untuk mempermudah dalam pencapian suatu tujuan. Fiqh adalah ilmu yang
membahas tentang hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan amal permuatan berdasarkan
dalil-dalil. Dalam pelaksanaan pendidikan khususnya dalam suatu kegaiatan belajar mengajar
pembelajaran fiqh baik disekolah maupun dimadrasah seorang guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran yang akan diberikan kepada anak didik atau siwa sering kali ditemui bahwa guru
tersebut mengalami kesulitan baik dalam memilih, menetapkan, serta menerapkan metode
tersebut kedalam proses belajar-mengajar.
 Untuk itu kami selaku pemakalah kali ini akan membahas tentang bagaimana penerapan
metode pembelajaran fiqh, hal-hal apa yang harus diperhatikan dalam memlilih metode, metode
yang digunakan dalam pembelajaran fiqh, serta strategi apa saja dalam pembelajaran fiqh yang
tepat dan efektif dalam menerapkan metode tersebut sehingga nantinya proses pembelajaran
tersebut dapat tercapai tujuan yang diinginkan. Jika suatu metode sudah ditentukan kita juga
memerlukan suatu strategi untuk menjalankan atau menjadi langkah suatu metode tersebut
sehingga penerapan metode tersebut berjalan lancar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian metode Pembelajaran Fiqih


Kata ‘metode’ berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti “cara atau
jalan”.didalam bahasa inggris disebut method dan bahasa arab menterjemahkannya
dengan thariqoh dan manhaj. Didalam bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti cara
yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang sitematis untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuian yang telah ditentukan. Jadi
metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik yang digunakan untuk memberikan
pelajaran kepada peserta didik.1
Metode berarti “cara”, yakni cara mencapai sesuatu tujuan. Metode mengajar berarti cara
mencapai tujuan mengajar, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh murid dalam
kegiatan belajar. Tujuan belajar yang dimaksud ialah dalam bentuk perubahan tigkah laku yang
diharapkan terjadi pada diri murid setelah melakukan kegiatan belajar dari segi ini jelas bahwa
peranan metode mengajar sangat menentukan.2
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.3
Menurut Bahasa Fiqh Berarti faham atau tahu. Menurut istilah, fiqh berarti ilmu yang
menerangkan tentang hukum-hukum syara’ yang berkenaan dengan amal perbuatan manusia
yang diperoleh dari dalil-dali tafsil (jelas). Orang yang mendalami fiqh disebut dengan faqih.
Jama’nya adalah fuqaha, yakni orang-orang yang mendalami fiqh.4

1 Erwati, Aziz, Prinsip-prinsip pendidikan islam, ( Solo: Tiga Serangkai, 2003), hlm.79.


2 Oemar Hamalik, Pengajaran Unit Pendekatan Sistem, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm.98
3 http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran

4  https://id-id.facebook.com/notes/belajar-fiqih-islam/pengertian-fiqh-dan-sejarah
perkembangannya/10150578829761520

2
Dalam kitab Durr al-Mukhtar disebutkan bahwa fiqh mempunyai dua makna, yakni
menurut ahli usul dan ahli fiqh. Masing-masing memiliki pengertian dan dasar sendiri-sendiri
dalam memaknai fiqh.
Menurut ahli usul, Fiqh adalah ilmu yang menerangkan hukum-hukum shara’ yang
bersifat far’iyah (cabang), yang dihasilkan dari dalil-dalil yang tafsil (khusus, terinci dan jelas).
Tegasnya, para ahli usul mengartikan fiqh adalah mengetahui fiqh adalah mengetahui hukum dan
dalilnya.
Menurut para ahli fiqh (fuqaha), fiqh adalah mengetahui hukum-hukum shara’ yang
menjadi sifat bagi perbuatan para hamba (mukallaf), yaitu: wajib, sunnah, haram, makruh dan
mubah.
Lebih lanjut, Hasan Ahmad khatib mengatakan bahwa yang dimaksud dengan fiqh Islam
ialah sekumpulan hukum shara’ yang sudah dibukukan dari berbagai madzhab yang empat atau
madzhab lainnya dan dinukilkan dari fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in, baik dari fuqaha yang
tujuh di madinah maupun fuqaha makkah, fuqaha sham, fuqaha mesir, fuqaha Iraq, fuqaha
basrah dan lain-lain.
Jadi, metode pembelajaran fiqh adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru
dalam menyampaikan materi atau yang berkenaan dengan pembelajaran fiqh islam kepada murid
atau peserta didik dengan menggunakan berbagai cara sehingga tujuan dari sebuah pendidikan
dapat tercapai secara efektif dan efesien.
B.     Prinsip-prinsip metode mengajar
1. Setiap metode mengajar senantiasa bertujuan, artinya pemilihan dan pengunaan
sesuatu metode mengajar adalah berdasarkan pada tujuan yang hendak dicapaidan
digunakan untuk mencapai tujuan itu.
2. Pemilihan sesuatu metode mengajar, yang menyediakan kesempatan belajar bagi
murid, harus berdasarkan kepada keadaan murid, pribadi guru dan lingkungan
belajar.
3. Metode mengajar akan dapat dilaksanakan secara lebih efektif apabila dibantu
dengan alat bantu mengajar atau audio visual.
4. Di dalam pengajaran tidak ada sesuatu metode mengajar yang dianggap paling baik
atu paling sempurna, metode yang baik apabila berhasil mencapai tujuan mengajar.

3
5. Setiap metode mengajar dapat dinilai, apakah metode itu tepat atau tidak
serasi.Penilaian hasil belajar menentukan pula efisiensi dan efektifitasnya sesuatu
metode mengajar.
6. Pengunaan metode mengajar hendaknya bervaritas, artinya guru hendaknya
menggunakan berbagai ragam metode sekaligus. Sehingga murid berkesempatan
melakukan berbagai kegiatan belajar atau berbagai proses belajar, sehingga
mengembangkan berbagai aspek pola tingkah laku murid.5

C.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode 


Untuk itu dalam memilih metode yangbaik pendidik harus memperhatikan hal-hal di 
bawah ini:
1. Faktor tujuan yang hendak dicapai atau kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta
didik.
Sebagaimana diketahui bahwa setiap proses pendidikan atau pembelajaran menargetkan
tujuan tertentu. Di dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala
aktivitas pendidik dan peserta didik, harus diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Hal ini sangat penting karena mengajar adalah proses yang  memiliki tujuan. Adapun
tujuan dalam pembelajaran ada yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik.  Dengan
mengetahui perbedaan tujuan tersebut pendidik dapat memiliki gambaran yang jelas tentang apa
yang akan dicapainya sehingga dapat mempersiapkan media dan metode pembelajaran yang
akan digunakan dengan tepat.
Sedangkan kompetensi, menurut R.M. Guion, sebagaimana dikutip  Hamzah B.
Uno, adalah “kemampuan atau kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang
dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir, dalam segala situasi dan berlangsung
terus dalam periode waktu yang lama.”
Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa suatu  kemampuan merujuk pada kinerja
seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap dan perilakunya. Di
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu kurikulum operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan terdapat kompetensi yang harus
dimiliki oleh peserta didik meliputi kompetensi lulusan, kompetensi mata pelajaran dan

5 Oemar Hamalik., hlm. 98-99

4
kompetensi dasar. Semua kompetensi tersebut harus pula diperhatikan  sebelum memilih metode.
Oleh karenanya keberhasilan suatu metode pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan
peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi.
2.  Materi atau Bahan Pembelajaran
Dalam menetapkan metode pembelajaran pendidik hendaknya memperhatikan bahan
pembelajaran yang akan disampaikan, baik isi, sifat maupun cakupannya. Kemp dan Merril
dalam  Hamzah B.Uno membedakan isi materi pembelajaran menjadi 4 jenis, yaitu fakta,
konsep, prosedur dan prinsip. Dengan perbedaan ini terlihat masing-masing jenis materi sudah
pasti memerlukan metode pembelajaran yang berbeda pula. Misalnya:
a. Materi fakta  berupa segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran. Contoh;
mengingat nama suatu obyek, simbol atau peristiwa dapat disampaikan dengan
alternatif metode seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi.
b. Materi konsep berupa segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa
timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat,
inti/isi, dan sebagainya, maka alternatif metode yang dapat digunakan adalah metode
diskusi kelompok atau resitasi.
c. Materi prinsip berupa hal-hal utama, pokok, dan posisi terpenting meliputi dalil,
rumus, paradigma, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi
sebab akibat, dapat digunakan alternatif metode  diskusi terpimpin, debat  dan studi
kasus.
d. Materi prosedur  meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam
mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem  dengan alternatif metode
yang dapat digunakan adalah metode drill, demonstrasi, atau eksperimen.
Berdasarkan perbedaan karakteristik materi pembelajaran tersebut, pendidik harus
mempertimbangkan dengan cermat dalam memilih metode, karena apabila di dalam
penyampaian materi digunakan  metode yang efektif,  maka tujuan pembelajaran pun  dapat
dicapai secara mudah dan efektif pula.
3. Faktor Peserta Didik
Pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan peserta didik tidak
hanya pada apa yang dipelajarinya. Dengan demikian, pembelajaran menempatkan peserta didik
sebagai subjek bukan sebagai objek. Maka dari itu, agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang

5
optimal, pendidik perlu memahami karakteristik peserta didik karena beberapa metode mengajar
ada yang menuntut pengetahuan dan kecakapan serta kecekatan tertentu dan sesuai dengan
kemampuan  perkembangan dan kepribadian para peserta didik.
Peserta didik memiliki latar belakang kecerdasan, bakat, minat, hobi, dan kecenderungan
yang berbeda. Demikian pula, perbedaan tingkat usia peserta didik menyebabkan terjadinya
perbedaan sikap kejiwaan. Keadaan yang demikian itu harus dipertimbangkan dalam pemilihan
metode pembelajaran.
Pendapat di atas menjelaskan pentingnya para pendidik memahami karakteristik peserta
didiknya dengan berbagai perbedaan. Agar pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien
maka dalam memilih metode harus sesuai dengan tingkat kematangan, bakat, minat, kondisi dan
gaya belajar peserta didik. Dengan demikian tidaklah dibenarkan jika dalam melaksanakan
proses pembelajaran pendidik hanya menerapkan satu macam metode  tanpa memperhatikan
kondisi peserta didiknya.
4. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan diterapkan
suatu metode.  Wina Sanjaya menyatakan bahwa: Ada dua hal yang termasuk ke dalam faktor
lingkungan belajar, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi
keadaan dan kondisi sekolah, misalnya jumlah peserta didik dalam  kelas, laboratorium,
perpustakaan, dan di mana lokasi sekolah itu berada. Lingkungan psikologis adalah iklim sosial
yang ada di lingkungan sekolah itu misalnya keharmonisan hubungan antara pendidik dengan
pendidik, antara pendidik dengan kepala sekolah, keharmonisan antara pihak sekolah dengan
orang tua.
Berdasarkan pendapat di atas terlihat bahwa adanya perbedaan pada lingkungan belajar.
Hal ini harus menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan metode pengajaran karena lokasi
tempat berlangsungnya suatu kegiatan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pemilihan
suatu metode. Suatu contoh sekolah yang berada dekat jalan raya, terminal atau pasar yang
bising tentu tidak akan efektif bila pendidik hanya menerapkan metode ceramah semata.
5. Faktor  Fasilitas
Yang termasuk dalam faktor  fasilitas adalah alat atau media pembelajaran dengan
berbagai macamnya dan juga sumber belajar yang tersedia. Faktor ini harus dipertimbangkan
pula dalam pemilihan penerapan suatu metode, karena setiap metode menghendaki alat dan

6
sumber yang berbeda-beda. Pengaruh fasilitas dalam pemilihan metode nyata dalam situasi di
mana metode demonstrasi dan eksperimen tidak dapat diterapkan karena tidak tersedianya alat-
alat dan bahan penunjangnya.
Seringkali terjadi dalam kegiatan proses belajar-mengajar pendidik cenderung hanya
menggunakan metode ceramah bila tidak tersedia fasilitas penunjang yang memungkinkan untuk
diterapkan metode-metode lainnya. Hal ini disebabkan metode ceramah tidak terlalu menuntut
fasilitas yang banyak bila dibandingkan dengan tuntutan metode lainnya seperti diskusi,
demonstrasi dan eksperimen.
6. Faktor Kesiapan Pendidik
Menurut Wina Sanjaya “pendidik merupakan  komponen yang sangat menentukan  dalam
implementasi strategi pembelajaran.” Hal ini berarti pendidik dalam proses pembelajaran
memegang peran yang sangat penting. Pendidik harus menguasai beraneka strategi dan  metode
mengajar yang menuntut berbagai persyaratan tertentu yang perlu dipenuhi oleh pendidik.
Persyaratan itu di antaranya; ia harus mengerti tentang metode itu (misalnya jalannya pengajaran
serta kebaikan dan kelemahannya,  situasi yang tepat di mana metode itu efektif dan wajar) dan
trampil menggunakan metode.  Pendidik yang kualitas berbahasanya kurang baik dan bersuara
yang lirih tidak akan tepat jika terlalu sering menggunakan metode ceramah. Begitu pula bila
pendidik yang tidak menguasai seluk beluk metode eksperimen dan metode Jigsaw tentunya juga
tidak dapat akan menggunakan metode tersebut dengan efektif dalam menyampaikan materi
pelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan setiap metode menuntut
wawasan, ketrampilan dan pengalaman pendidik yang akan menerapkannya.
D. Strategi pembelajaran fiqh
Istilah strategi berasal dari Bahasa Yunani yakni strategos yang berarti keseluruhan
usaha, termasuk perencanaan, cara taktik yang digunakan militer untuk mencapai kemenangan
dalam perang, siasat perang.6
Dalam pengajaran, strategi mengajar adalah tindakan guru melaksanakan rencana
mengajar. Artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variable pengajaran (tujuan, bahan,
metode dan, alat serta evaluasi) agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

6 M. Suabana, dkk. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia), hlm. 9.

7
Dengan demikian strategi mengajar pada dasarnya adalah tindakan nyata dari guru dalam
melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu, yang dinilai lebih efektif dan lebih efesien.7
“Menurut Gerlach dan Ely bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajarant tertentu”.8
Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya
(2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan
yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Menurut Anthony S. Jones
mengatakan bahwa strategi mengajar adalah “an Educational method for turning knowledge into
learning”. Yaitu metode pendidikan untuk mengubah pengetahuan menjadi belajar.9

Dari beberapa pengertian strategi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk
menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan
memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di
akhir kegiatan belajar.10 Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain,
strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way
in achieving something”.
Jadi,metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
E. Langkah-langkah dalam Menyusun Strategi Pembelajaran Efektif

7 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar Baru Algesindo, 2000), hlm.
147.
8 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan
Efektif), (Jakarta: PT. Bumi Aksara: 2009), hlm. 1.
9 Werkanis dan Marlius Hamadi, Strategi Mengajar (dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di
Sekolah), (Pekanbaru: Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dinas Pendidikan Nasional, 2003), hlm. 10.
10 op.cit., hlm. 2.

8
Pengertian strategi pembelajaran efektif adalah prinsip memilih hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum penggunaan strategi
pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai
semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri.
Apa yang dikemukakan Killen itu jelas bahwa guru harus mampu memilih strategi yang
dianggap cocok dengan keadaan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum
penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut.
1.      Guru
Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang
terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak
dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu
memanipulasi atau merekayasa  komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan komponen lain
tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah
membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari
proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil belajar
sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran, guru harus
berdasarkan kurikulum yang berlaku.
2.      Peserta Didik
Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk
mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen
peserta ini dapat dimodifikasi oleh guru.
3.      Berorientasi pada Tujuan
Segala aktivitas guru dan peserta didik, mestinya diupayakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan. Oleh karena
keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran.
4.      Bahan Pelajaran/Materi Pelajaran
Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa
materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi (1990) bahan ajar
merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.

9
5.      Kegiatan pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi
pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar
proses pembelajaran.
6.      Alat atau Media
Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat
digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat
memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan
dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
7.      Sumber Pembelajaran
Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau
rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari
masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa, lingkungan,
museum, dan lain-lain.
8.      Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat;
memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi
pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik.
9.      Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Walaupun kita
mengajar pada sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah
perubahan perilaku setiap peserta didik.
10.  Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta didik.
Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi aspek
afektif, dan psikomotorik.  
F.      Macam-macam Strategi Pembelajaran yang Digunakan dalam Pembelajaran Fiqih
Proses pembelajaran memiliki keunikan tersendiri. Siswa yang menjadi bagian dari
sistem pembelajaran tidak hanya berperan sebagai obyek pendidikan, melainkan berperan juga
sebagai subyek pendidikan. Perlakuan terhadap siswa ini yang menjadikan mereka bisa lebih

10
mandiri dalam belajar, lebih aktif dan lebih punya kreatifitas dalam mengembangkan materi
yang telah disampaikan guru. Hal ini mendorong terciptanya strategi dan metode pembelajaran
secara aktif, guna memberikan ruang yang cukup untuk perkembangan kemampuan dan
kreatifitas siswa. Adapun macam-macam strategi yaitu:
1.      Strategi Ekspositoris
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekolompok siswa dengan
maksud agar siswa dapat menguasai meteri pelajaran secara optimal. Strategi ini juga disebut
strategi pembelajaran lansung.11
konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan ekspositori cenderung berpusat kepada guru.
Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang
materi pembelajaran. Dalam pembelajaran agama islam strategi ini merupakan strategi klasik
yang sering digunakan oleh para pengajar Islam, begitu pula dengan pelajaran fiqh. Dan motode
yang tepat dan efsien dalam sterategi ini ialah metode ceramah dimana metode ceramah
merupakan metode yang menegdepankan transfer of knowledge atau penyampaian pengetahuan.
2.      Strategi Inquiry
Strategi inquiry merupakan rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,, logis, analitis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.12
Inquiry merupakan strategi yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan
eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu,
mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu
dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan
siswa lain. Siswa memiliki potensi untuk berbeda. Perbedaan siswa terlihat dalam pola pikir,
daya imajinasi, fantasi (pengandaian) dan hasil karyanya. Karena itu, kegiatan pembelajaran
fiqih perlu dipilih dan dirancang agar memberi kesempatan dan kebebasan berkreasi secara
berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kreatifitas siswa. Meotode yang bisa kita

11 Departemen Agama RI, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: LAPIS-PGMI, 2008), hlm. 11.


12 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 166.

11
gunakan pada strategi ini ialah metode pemberian tugas, metode drill eksperimen, metode
pemecahan masalah.
3.      Strategi Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep pembelajaran
yang menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik
secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi
hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam
kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan
memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.13
Contextual Teaching and Learning yang umumnya disebut dengan pembelajaran
kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan
peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (Meaningfull) yang dikaitkan dengan
konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi
maupun kultural. Sehingga peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan
lainnya.14
Pembelajaran konstektual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman keterampilan
siswa, dan juga pemahaman konstektual siswa tentang hubungan mata pelajaran yang
dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar
siswa mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata
dimana isi pelajaran akan digunakan.15
Guru mengajar dalam pembelajaran Fiqih dengan tujuan mengarahkan siswa dalam
memahami, mengenal, menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang mengarah siswa supaya
taat dan bertaqwa kepada Allah SWT melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta
pengalaman siswa sehingga menjadi muslim yang selalu bertambah keimanannya kepada Allah
SWT. Dalam strategi pembelajaran ini kita bisa gunakan metode ceramah yang diman dalam
menyamapaikan materi yang diberikan kita kaitkan kedunia nyata secara langsung yang

13 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosda karya, 2005), hlm. 55.
14 Nanang Hanafiah, dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: Refika Aditama, 2009),
hlm. 67.
15 Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Kencana Permata, 2008), hlm. 13-14.

12
memungkin nantinya setelah penyampain materi peserta didik dapat mengaplikasikan materi
tersebut.
4.      Strategi Pemecahan Masalah
Strategi pembelajaran berbasis masalah dartikan sebagai rangakaian aktivitas
pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Artinya dalam strategi ini siswa tidak hanya dituntut untuk mencatat, mendengarkan, menghafal
pelajaran. Akan tetapi siswa dituntut untuk berkomunikasi, berfikir kritis, mencari dan mengolah
data yang akhirnya memberikan kesimpulan. Aktivitas yang dilakukan diarahkan untuk
menyelasikan masalah. Dalam strategi ini, permasalahan merupakan kata kunci dalam
pembelajaran. Pemcahan masalah yang dilakukan dengan menggunakan berfikir secara ilmiah
secara sistematis dan empiris. Dalam strategi ini kita bisa kita gunakan metode diskusi, metode
drill ekperimen, metode pemberian tugas untuk memecahkan masalah kita berikan kepada siswa.
G.    Metode yang Digunakan dalam Pembelajaran Fiqih
Prinsip metodologi pendidikan modern selalu menunjuk kepada aspek berganda. Satu
aspek menunjukkan proses anak belajar dan aspek lainnya menunjukkan aspek guru mengajar
dan mendidik. Oleh karena itu, sebelum memilih strategi yang tepat, maka ada beberapa asas-
asas dalam mengajar dan menididik, yaitu:
1.      Memperhatikan tingkat daya pikir anak didik
2.      Menerangkan pelajaran dengan cara yang sejelas-jelasnya
3.      Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang konkrit kepada yang abstrak
4.      Mengajarkan dengan cara berangsur-angsur
5.      Memberi tahu tujuan ilmu pengetahuan yang dipelajari kepada anak didik
6.      Mengajarkan ilmu pengetahuan dari yang sederhana kepada yang kompleks
7.      Memperhatikan sistematika pembahasannya dalam mengajar
Banyak macam metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran islam yang
juga relevan dengan pembelajaran fiqih, diantaranya: metode ceramah, metode tanya jawab,
metode diskusi, metode resitasi (pemberian tugas), metode demonstrasi, metode pemecahan
masalah (problem solving) metode simulasi. Tidak ada metode mengajar yang lebih baik dari
metode yang lain. Tiap-tiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan.
Dalam penerapannya tidak satu metode saja yang digunakan dalam satu kali proses
pembelajaran melainkan dapat digunakan dua, tiga atau lebih, disesuaikan dengan tujuan

13
pembelajaran yang akan dicapai. Semakin bervariasi metode yang digunakan semakin
menghidupkan suasana kelas bagi siswa-siswi yang belajar.
Dalam pelajaran fiqih, seorang guru dapat memilih beberapa metode yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan seperti materi tentang berwudhu. Pada materi ini seorang guru
fiqih bisa memakai metode ceramah, metode kelompok, metode tanya jawab, demonstrasi atau
metode yang lainnya yang menurut guru fiqih bisa dipakai dan cocok dengan materi yang
disampaikan. Karena harus disadari oleh pendidik tidak semua metode cocok dengan materi
yang akan disampaikan.
1.      Metode ceramah
Metode ceramah ialah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara
penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. Ini relevan dengan definisi yang
dikemukakan oleh Ramayulis, bahwa metode ceramah ialah “penerangan dan penuturan secara
lisan guru terhadap murid-murid diruangan kelas”. Zuhairini mendefinisikan bahwa metode
ceramah “adalah suatu metode di dalam pendidikan dimana cara penyampaian materi-materi
pelajaran kepada anak didik dilakukan dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan”.16
Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim dipakai
oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan
oleh guru dimuka kelas. Para murid sebagai penerima pesan, mendengarkan, memeprhatikan,
dan mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan.17
Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat
bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan
metode ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan
mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap
benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya
untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan untuk
mengatur dan mengarahkan diri.
2.      Metode diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahkan masalah untuk mengambil
kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan
16 Armai Arief,  Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm.
135-136.
17 Basyiruddin Usman,  Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 34.

14
masalah yang  menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan
yang dapat diterima oleh anggota dalam kelompok.
Zuhairini, Memberikan pengertian tentang metode diskusi secara umum sebagai salah
satu metoide interaksi edukatif  diartikan sebagai metode didalam mempelajari bahan atau
penyampaian bahan pelajaran dengan jalan mendiskusikannya sehingga menimbulkan
pengertian, pemahaman, serta perubahan tingkah laku murid seperti yang telah dirumuskan
dalam tujuan instruksionalnya.18
Dalam dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi
akan merangsang anak-anak untuk berfikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri. Oleh karena
itu metode diskusi bukanlah hanya percakapan atau debat biasa saja, tapi diskusi timbul karena
ada masalah yang memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam.
3.      Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu tehnik mengajar yang dapat membantu
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disababkan karena guru dapat
memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengertikan dan mengungkapkan apa yang
telah di ceramahkan.
Metode tanya jawab ialah cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan
pertanyaan dan murid memberikan jawaban, atau sebaliknya murid yang mengajukan pertanyaan
dan guru yang memberikan jawaban.
Metode tanya jawab juga dapat diartikan sebagai suatu metode di dalam pendidikan dan
pengajaran di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang bahan materi yang
diperolehnya.
Metode tanya jawab dapat  digunakan oleh guru untuk menetapkan perkiraan secara
umum apakah anak didik yang mendapat giliran pertanyaan sudah memahami bahan pelajaran
yang diberikan. Metode tanya jawab juga diartikan sebagai metode mengajar dimana seorang
guru mengajukan  beberapa pertanyaan kepada beberapa murid tentang pelajaran  yang telah
diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses berfikir diantara
murid-murid.
4.      Metode Demonstrasi

18 Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran, (Malang: UM PRESS, 2004), hlm.64.

15
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses
kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu
pengajaran seperti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan lain-lain.
Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat
fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat
menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain
peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.
5.      Metode Sosio Drama
Sosiodrama dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan
bentuk tingkah laku dalam hubungan social, metode bermain peranan, titik tekanannya terletak
pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara
nyata dihadapi. Menurut Abdurrahman Shaleh metode sosio drama dan bermain peran adalah
dua metode yang dikatakan bersama dan dalam penggunaannya sering digunakan silih berganti.
6.      Metode Resitasi
Adapun pengertian lain dari metode resitasi adalah cara menyajikan bahan pelajaran di
mana guru memberikan sejumlah tugas terhadap murid-muridnya untuk mempelajari sesuatu,
kemudian mereka disuruh untuk mempertanggungjawabkan. Tugas yang diberikan oleh guru
bisa berbentuk memperbaiki, memperdalam, mengecek, mencari informasi, atau menghafal
pelajaran yang akhirnya membuat kesimpulan tertentu. Buku “pengantar ilmu dan metodologi
pendidikan islam.
Metode pemberian tugas belajar (resitasi) sering disebut metode pekerjaan rumah, adalah
metode di mana murid diberi tugas khusus di luar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini
anak-anak dapat mengejakan tugasnya tidak hanya di rumah, tapi dapat dikerjakan juga di
perpustakaan, di laboratorium, di ruang-ruang praktikum dan lain sebagainya untuk dapat
dipertanggungjawabkan kepada guru.
H.   Langkah-langkah mangajarkan Ibadah (fiqh)
Guru dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Pendahuluan: guru mengadakan apersepsi antara pelajaran yang telah lalu dengan
pelajaran yang akan diajarkan, guna mengarahkan pikiran murid-murid terhadap
pelajaran baru.

16
2. Penyajian: Guru menguraikan pelajaran baru secara praktis jika pelajaran itu
menghendaki praktik. Seperti pelajaran wadlu dan shalat, umpamanya. Kemudian
murid-murid membaca pelajaran itu dalam buku bacaan sekolah. Guru menuntun
perhatian mereka kepada hal-hal yang penting dan menuliskan secara teratur dipapan
tulis.
3. Menghubungkan pelajaran baru dengan pengetahuan yang telah mereka ketahui dan
dengan realita kehidupan mereka.
4. Kesimpulan: guru menarik kesimpulan melalui diskudis yang matang terhadap hokum-
hukum syara’ yang ada dan perlu diketahui anak. Membimbing perhatian mereka
dalam cara menarik kesimpulan pelajaran.
5. Ulangan dan latihan. Ulangan dan latihan dapat ditempuh melaui diskusi atau
mengajukan kembali pertanyaan yang dapat menyempurnakan pemahaman mereka
dengan tekanan pada keaktifan muri-murid berdiskusi dan menarik kesimpualan.
I.       Contoh Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran fiqh
1. Pendahuluan
a.       Deskripsi Singkat
Materi tentang Rukun Islam
Rukun Islam wajib dilaksankan oleh seluruh umat islam. Rukun islam ada 5, yaitu:
1)      Syahadat
Syahadat terbagi 2: syahadat tauhid dan syahadat rosul. Bacaaan syahadat
Tauhid“Asyhadu ala ilaaha ilalloh”, sedang bacaan syahadat rosul “Asyhadu anna
muhammdarrosululloh”. Ketika membaca syahadat harus di yakini di dalam hati.
2)      Shalat
Shalat wajib dilaksanakn oleh seluruh kaum muslim dan muslimah. Shalat 5 waktu dalam
sehari, yaitu dzuhur, ashar, maghrib dan isya. Siapa yang tidak melaksanakan shalat hukumnya
dosa dan orang yang melaksanakn shalat akan mendapat pahala.
3)      Zakat
Zakat terbagi 2: zakat fitrah dan zakat mal (harta). Zakat di berikan kepada orang yang
berhak menerima zakat yaitu ada 8: amilin, gorimin, ibnu sabil, sabilillah, fakir, miskin, mu’alaf,
dan orang yang dalam perjalanan.
4)      Puasa

17
Puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkannya, dari mulai terbit fajar
sampai terbenam matahari. Puasa di bulan ramadhan hukumnya wajib, sebagaimana perintah
Alloh SWT dalam surat Al-Baqoroh.
5)      Menunaikan Ibadah Haji
Ibadah haji wajib dilaksanakan bagi orang yang mampu, baik fisik maupun kesehatannya.
Ibadah haji dilaksanakan tiada lain untuk ibadah kepada Allah.
b.      Relevansi
Materi tentang Rukun Islam sangat baik dan sesuai di jelaskan untuk Sekolah Dasar
Kelas 1. Dimana materi tentang rukun islam ini, banyak berkaitan dengan aqidah yang harus
diterapkan oleh guru terhadap peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya. Di kelas rendah,
khususnya Kelas 1 sangat mudah dalam menerima pelajaran karena perkembangan otaknya
masih berjalan dengan lancar. Karena mudah dalam menerima pelajaran, mengenai materi
tentang rukun islam ini, dituntut seorang guru harus benar-benar memberikan pengajarannya dan
penjelasnnya dengan baik. Supaya peserta didik tidak salah dalam menerapakannya.19
Misalnya sub materi tentang sahalat, guru harus menjelaskannya terlebih dahulu apa
pengertian dari shalat, kemudian guru mempraktekan kepada anak tata cara shalat dan
menjelasakan manfaat dari shalat itu sendiri, sampai siswa merasa wajib akan melaksanakan
shalat.
Satu persatu materi tentang rukun islam dijelaskan kepada siswa. Dengan berbagai
metode dapat dilakukan oleh guru, sehingga siswa mampu menerima apa yang dijelaskan oleh
guru dan melaksankannya dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Tujuan/Kompetensi
Tujuan/Kompetensi yang diharapkan dari siswa, tentang materi pembelajaran Rukun 
Islam, yaitu di antaranya:
1.      Siswa mampu mengetahui tentang rukun islam
2.      Siswa diharapkan dapat mengamalkan dan melaksanakan semua rukun islam yang 5
dalam kehidupan sehari-hari
3.      Siwa harus sampai merasa yakin bahwa semua yang di perintahkan Alloh itu wajib
dan harus dilaksanakan
2.      Hal-Hal yang Berkaitan dengan Kegiatan Inti20

19 Muhammad abd. Kadir Ahmad, Metodologi pengajaran islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.158.

18
Hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan inti diantaranya:
a.       Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang rukun islam kepada siswa
b.      Guru membagikan materi supaya siswa membacanya
c.       Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang
kurang di pahami oleh siswa
d.      Guru membagikan kartu kapada setiap siswa, didalam kartu tersebut terdapat nama
siswa, sub materi dan nama pasangan siswa, yang harus diisi oleh setiap siswa.
e.       Setelah membagikan kartu, guru memberi penjelasan tentang metode yang akan di
mainkan (take and give).
f.       Siswa disuruh mengahafal tentang sub materi yang telah di berikan oleh guru sesuai
kartu yang di pegang, kurang lebih selama 5 menit.
g.      Setelah itu, seluruh siswa di suruh berdiri dan mencari pasangan yang berbeda sub
materi, yang tadi di bagikan oleh guru.
h.      Setelah mendapatkan pasangan, siswa di suruh bertukar informasi kepada
pasangannya tentang materi yang dihafalkan.
i.        Kemudian guru memanggil beberapa orang dari siswa, untuk menjelaskan
informasi apa yang di dapat dari teman pasangannya di depan kelas dan siswa yang lain
memperhatikan.
j.        Terakhir guru mengulang kembali secara ringkas tentang materi yang disampaikan,
supaya siswa lebih memahaminya
3.      Penutup
Materi rukun islam, merupakan materi yang paling pas dan baik di berikan kepada anak
Sekolah Dasar Kelas 1, karena banyak berkaitan dengan ibadah mahdoh dan ghoiru mahdoh
dalam kehidupan sehari-hari. Supaya anak mengetahui tentang materi tersebut, maka harus di
berikan contoh yang riil dalam kehidupannya.
Tujuan dari materi ini, tiada lain supaya siswa mampu mengetahui tentang rukun islam
dan diharapkan siswa dapat mengamalkan serta melaksanakan semua rukun islam yang lima
dalam kehidupan sehari-hari.

20 http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2012/05/makalah-pembelajaran-dalam-sebuah-teori.html

19
Dalam memberikan materi tentang rukun islam, bisa dilakukan dengan menggunakan
metode take and give dalam pembelajaran. Dengan menggunakan metode ini, anak mampu
berfikir dan mengahafal materi dengan waktu yang relatif singkat.

20
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa metode merupakan suatu cara yang
ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Metode mengajar atau metode pembelajaran fiqh adalah
suatu cara yang digunakan oleh seorang guru dalam menyampaikan materi atau yang berkenaan
dengan pembelajaran fiqh islam kepada murid atau peserta didik dengan menggunakan berbagai
cara sehingga tujuan dari sebuah pendidikan khususnya dalam menyampaikan materi fiqh
tersebut dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Untuk menentukan metode mengajar dalam pembelajaran fiqh seorang guru setidaknya
mengatahui dan memahami apa saja prinsip-prinsip metode tersebut sehingga dari setiap metode
yang digunakan nantinya berhasil secara maksimal serta mengetahui factor-faktor yang
mempengaruhi dalam memilih metode juga harus diperhatikan atau dipertimbangkan secara
mendalam sehingga metode yang kita pilih nantinya efesien antara metode dan materi dapat
berkorelasi secara maximum.
Metode yang kita gunakan atau yang kita telah pilih tidak dapat berjalan secara lancar
dalam penerapan apabila strategi yang kita gunakan bertentangan dengan metode.
Adapun Langkah-langkah dalam mangajarkan Ibadah (fiqh) Guru dapat mengikuti
langkah-langkah berikut: Pendahuluan: guru mengadakan apersepsi antara pelajaran yang telah
lalu dengan pelajaran yang akan diajarkan. Penyajian: Guru menguraikan pelajaran baru secara
praktis jika pelajaran itu menghendaki praktik. Menghubungkan pelajaran baru dengan
pengetahuan yang telah mereka ketahui dan dengan realita kehidupan mereka. Kesimpuan: guru
menarik kesimpulan melalui diskusi yang matang terhadap hukum-hukum syara’ yang ada dan
perlu diketahui anak. Membimbing perhatian mereka dalam cara menarik kesimpulan pelajaran.
Ulangan dan latihan. Ulangan dan latihan dapat ditempuh melaui diskusi atau mengajukan
kembali pertanyaan yang dapat menyempurnakan pemahaman mereka dengan tekanan pada
keaktifan muri-murid berdiskusi dan menarik kesimpualan.

21
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Kadir Ahmad, Muhammad. 2008. Metodologi pengajaran islam. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arief, Armai. 2002  Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers.
Aziz, Erwati. 2003. Prinsip-prinsip pendidikan islam. Solo: Tiga Serangkai
Departemen Agama RI. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: LAPIS-PGMI.
E. Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT Remaja Rosda karya.
Hamalik, Oemar. 1989. Pengajaran Unit Pendekatan Sistem. Bandung: CV.Mandar
Maju.
http://fdj-indrakurniawan.blogspot.com/2012/05/makalah-pembelajaran-dalam-sebuah-
teori.html
https://id-id.facebook.com/notes/belajar-fiqih-islam/pengertian-fiqh-dan-sejarah perkemb
angannya/10150578829761520
Hamzah B. Uno.  2009. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif           dan Efektif). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009.  Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
Refika      Aditama.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran
M. Suabana, dkk. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru
Algesindo.
Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Kencana Permata.
Trianto. 2010.  Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
Usman, Basyiruddin. 2002.  Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat
Pers.
Werkanis dan Marlius Hamadi. 2003. Strategi Mengajar (dalam Pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar di Sekolah). Pekanbaru: Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dinas Pendidikan
Nasional.
Zuhairini dan Abdul Ghofir. 2004. Metodologi Pembelajaran. Malang: UM PRESS.

22

Anda mungkin juga menyukai