Anda di halaman 1dari 76

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan memiliki peran sentral bagi upaya pengembangan sumber daya manusia.
Adanya peran yang demikian, isi dan proses pendidikan perlu dimutakhirkan sesuai dengan
kemajuan ilmu dan kebutuhan masyarakat, Implikasinya jika pada saat ini masyarakat
Indonesia dan dunia menghendaki tersedianya sumber daya manusia yang memiliki
seperangkat kompetensi yang berstandar nasional dan internasional maka isi dan proses
pendidikan perlu diarahkan pada pencapaian kompentensi tersebut. Pendidikan berbagai
basis kompetensi adalah bentuk pendidikan yang diselenggarakan untuk menyiapkan
lulusannya mengusai seperangkat kompentsi yang dapat bermanfaat bagi kehidupannya
kelak. Dalam hal ini dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Pendidikan berbasis kompetensi ini diharapkan mampu menghasikan luluasan yang
memiliki kompetensi yang berstandar nasional dan global, yang meliputi aspek-aspek, sikap,
ketrampilan dan kemampuan, pengetahuan, fisik, kepribadian, prinsip-prinsip, nilai-nilai,
keyakinan dan minat. Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada penguasaan
kompetensi yang dibutuhkan di masyarakat sebagai sasaran kegiatan pendidikan, kegiatan
pendidikan berpusat pada peserta didik, pemberian waktu yang cukup untuk penguasaan
suatu tugas pembelajaran sebelum melanjutkan ke tugas pembelajaran berikutnya, dan
persyaratan kriteria ketuntasan dalam penyelesaian suatu tugas pembelajaran.
Sesungguhnya, penerapan pendidikan ini berbasis kompetensi dalam sistem pendidikan
nasional dimaksud untuk memenuhi aspirasi atau jiwa otonomi dalam bidang pendidikan
seperti yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000. Dalam pasal 2
dinyatakan, antara lain bahwa Pemerintah pusat memiliki kewenangan untuk menetapkan
standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengatur kurikulum nasional dan
penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya. Disamping itu,
berwenang pula menetapkan standar meteri pelajaran pokok untuk merespon hal tersebut.
Salah satu kegiatan yang perlu dilakukan adalah menyusun standar nasioanal untuk
seluruh mata pelajaran, yang mencakup komponen-komponen ; (1) Standar Kompetensi, (2)
Kompetensi Dasar, yaitu ukuran kemampuan minimal yang mencakup kemampauankemampuan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui dan
dimahirkan perserta didik pada setiap tingkatan dari suatu mata pelajaran, (3) Materi Pokok
yaitu pokok suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar, isi, proses ketrampilan,
konteks keilmuan suatu mata pelajaran, dan (4) Indikator Pencapaian Kemampuan yang
merupakan indikator pencapaian hasil belajar berupa kompetensi dasar yang lebih spesifik
dan dapat dijadikan sebagai ukuran untuk penilian ketuntasan belajar.
Berdasarkan uraian di atas, agar pendidikan berbasis kompetensi dapat direalisasiakan
secara optimal maka perlu didukung adanya beberapa metode yang tepat, kegiatan
pengembangan kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi. Metode, kurikulum dan
pembelajaran merupakan aspek-aspek penting dalam kegiatan pembelajaran yang
membahas tentang apa yang dipelajari peserta didik dan bagaimana cara mempelajari
materi tersebut untuk mencapai sasaran dan target yang diinginkan.
B. LANDASAN METODE PEMBELAJARAN FIQIH
Penulisan metodologi dan teknik peembelajaran fiqih sebagai upaya meningkatkan
profesionalaitas guru fiqih dalam menerapkan metode dan teknik dalam proses
pembejalaran secara ideal. Dasar dasar penulisan modul ini antara lain ; 1. Undang
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional [ Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301 ]; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan [ Lembar Negara Republik Indonesaia Tahun 2005 No. 41,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4496]; 3. Keputusan Menteri Agama Nomor 372 Tahun
1993 tentang Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam; 4. Keputusan
Meneteri Agama Nomor 373 Tahun 1993 tentang Kurikulum Madrasah Aliyah Keagamaan;
5. Hasil pembahasan bersama Departemen Agama dan Organisasi-organisasi Penyelenggara
Pendidikan Madrasah tentang Pengembangan Pendidikan Agama Islam [ PAI ] dan Bahasa
Arab di Madrasah pada tanggal 22 Agustus 2007; 6. Hasil perumusan bersama Departemen
Agama, Badan Standar Nasional Pendidikan Agama Islam, Majelis Pertimbangan dan
Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan, dan organisasi-organisai penyelenggara
madrasah pada tanggal 29 Januari 2008.
C. SISTEMATIKA PENULISAN METODE PEMBELAJARAN FIQIH
Penulisan pembelajarn fiqih ini terdiri dari 3 bagian yakni ; bagian pertama menyakup
tentang halaman judul, kata pengantar dan daftar isi. Pada bagian kedua mencakup dalam
lima bab yakni ; Bab I dasar-dasar kajian penulisan dibagi 3 hal yakni; pendahuluan, latar
belakang masalah, dasar-dasar hukum kajian dan kemudian sistematika penulisan dan
penyelenggaraan kajian. Bab II mencakup landasan teori metode pembelajaran yang
meliputi 4 bagian diantaranya adalah ; definisi metode, prinsip pemilihan metode,
pertimbangan dalam pemilihan metode dan jenis-jenis metode pembelajaran, sedangkan
jenis-jenis metode itu dimaksud terdiri dari lebih dari 60 jenis metode diantaranya adalah
Metode ceramah (leacturing methode), Metode tanya jawab (questionary methode), Metode
pemberian tugas (dutipresent methode), Metode diskusi (discution methode), Metode Sosio
drama (Role playing methode), Metode demonstrasi (demonstration methode), Metode
pemecahan masalah (problem solving methode), Metode latihan (drelling methode), Metode
proyek (projec methode), Metode cerita (narativieng methode), Metode praktik (practising
methode), Metode suri tauladan (good example methode), Metode kerjasama (cooperations
methode), metode kerja kelompok (cup cluster methode), Metode sistem regu (team
teaching methode), metode karya wisata (feeld trib methode), Metode pemberian motivasi
(motivation present methode), Metode koperatif (cooperative methode), Metode kontekstual
(contectual methode), Metode pembelajaran langsung (direct learning methode), Metode
problem terbuka (open ended methode), Metode sistem lingkaran (sircle sistem methode),
Metode tugas kelompok (teams geam tournament methode), Metode pemahaman
(comprehensive methode), Metode perumpamaan ( parable methode ), Metode simulasi
( simulation methode ) dan Metode pembelajaran timbal balik ( reciprocal learning
methode ). Bab III adalah Aplikasi Metode dalam Pembelajaran Fiqih kelas XI (Sebelas) MA
mencakup Materi Fiqih kelas XI beserta contoh metode yang digunakan dalam
Pembelajaran Fiqih Bab IV adalah tentang Target Pencapaian Metode Pembelajaran Fiqih
mencakup Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Fiqih, Implikasi Metode Pembelajaran
Fiqih, Langkah-langkah dalam mendesain metode pembelajaran, . Bab V adalah
Pengakhiran, kajian ini yang mencakup kesimpulan, saran dan harapan serta penutup
disertakan pula halaman daftar pustaka, daftar tabel dan lampiran-lampiran. D.
SIGNIFIKASI METODE PEMBELAJARAN FIQIH Signifikasi Metode pembelajaran fiqih
mencakup kajian materi fiqih, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan
evaluasi. Adapun rincian program kajian fiqih unggulan mempunyai program sebagai
berikut ; 1. Menindak lanjuti program Departemen Agama dalam menggali mutu pendidikan
PAI dibidang fiqih. 2. Pengembangan profesionalitas guru dalam upaya mencari
keberhasilan pendidikan fiqih secara bertahap. 3. Pendalaman kajian materi fiqih sesuai
dengan harapan dan tujuan, agar peserta didik dapat mengamalkan ibadah secara islami. 4.
Mencari format-format pembelajaran yang tepat dan efisien guna peningkatan kualitas. 5.

Pengembangan modul-modul pembelajaran sesuai karakteristik dan watak kepribadian


bangsa dan agama. 6. Penerapan metode dan teknik pada proses pembelajaran tepat guna
dan berdaya guna bagi pendidikan Islam. 7. Pemanfaatan media yang selalu dinamis searah
dengan perkembangan zaman, media cetak dan media elektronika. 8. Peningkatan progam
pembelajaran atau membuat rencana pelaksanaan pembelajaran secara tepat dan cermat. 9.
Memilih model evaluasi yang sesuai dengan materi agar berhasil gemilang. 10. Penelitian
tindak lanjut untuk mengetahui kekuranga dan kelebihan sebagai upaya pijakan perbaikan
kedepan. BAB II MEMAHAMI METODE PEMBELAJARAN FIQIH A. PENGERTIAN
METODE PEMBELAJARAN Metode asal kata dari bahasa Inggris "Methode" yang berarti
cara. Dalam bahasa Indonesia, menjadi metode yang berarti cara yang teratur dan terpikir
baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guru mencapai tujuan yang ditentukan.
Menurut Dr. Ahmad Tafsir (2007 : 9) metode ialah istilah yang digunakan untuk
mengungkapkan pengertian cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut Dr. Zakiah Darojat ( 2001 : 61 ) metode mengajar adalah suatu teknik
penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Ia dimaksudkan agar murid dapat menangkap
pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan baik. Metode dalam
pandangan Arifin (1996:61) berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam
bahasa Arab metode disebut thariqat. Dalam kamus besar bahasa indonesia metode
adalah cara yang teratur dan berpikir baik untuk mencapai maksud. Sehingga dapat
dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan
pelajaran agar mencapai tujuan pelajaran. Metode pembelajaran adalah cara yang
dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran ( Sudjana, 2005:76 ). Oleh karena itu, peranan metode
pembelajaran adalah sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar, dengan
kata lain terciptanya interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak
atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses
interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa lebih aktif dibandingkan dengan guru. Metode
pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa,
mudah, efektif dan dapat dicerna peserta didik dengan baik. Metode pembelajaran adalah
cara yang digunakan oleh pendidik (guru di sekolah) untuk menyampaikan bahan belajar
kepada peserta didik agar dapat menerima dengan mudah apa yang dilakukan dalam proses
belajar mengajar tersebut. Metode mengajar dapat juga sebagai teknik dalam
menyampaikan pesan-pesan atau nilai-nilai yang terkadung dalam materi pengajaran oleh
guru kepada peserta didik agar dengan mudah memahami, dan mengerti ketepatan dalam
memilih metode mengajar, diharapkan akan mampu menumbuhkan situasi proses belajar
mengajar yang aktif, kreatif, merangsang minat belajar dengan rasa senang dan
menggembirakan. Dalam makna lain, metode pembelajaran diartikan sebagai prinsipprinsip yang mendasari kegiatan mengarahkan perkembangan seorang khususnya proses
belajar mengajar. Metode juga bisa diartikan sebagai prinsip-prinsip yang mendasari
kegiatan mengarahkan perkembangan sesorang khususnya dalam proses belajar mengajar.
Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran seharusnya berpengaruh pada
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Metode yang tidak tepat akan berakibat
terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien. Dalam pemilihan dan penggunaan sebuah
metode harus mempertimbangkan aspek efektivitas dan relefansinnya dengan materi yang
disampaikan. Keberhasilan proses pembelajaran yang akhirnya berfungsi sebagai
determinitas kualitas pendidikan. Dengan demikian, metode pembelajaran harus
disesuaikan dengan prinsip-prinsip berikut ini : 1. Didasarkan pada pandangan bahwa

manusia dilahirkan dengan potensi bawaan tertentu dan dengan itu ia mampu berkembang
secara aktif dengan lingkunganya. Hal ini mempunyai implikasi bahwa proses belajar
mengajar harus di dasarkan pada prinsip belajar siswa aktif. Atau lebih menekankan pada
proses pembelajaran bukan proses mengajar. 2. Metode pembelajaran didasarkan pada
karakteristik masyarakat madani yaitu manusia yang bebas berekspresi dari ketakutan. 3.
Metode pembelajaran didasarkan pada prinsip learning kompotensi, dimana siswa akan
memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap, awasan dan penerapanya sesuai
dengan kriteria tujuan pembelajaran. Penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian
berkaraya, .sikap dan perilaku berkaraya dengan cara-cara berlehidupan mesyarakat sesuai
profesinya,. Proses belajar diorientasikan pada pengembangan kepribadian yang optimal
dan didasarkan pada nilai-nilai ilahiah. Di dalam konteks pendidikan islam, prinsip-prinsip
di atas menuntut siswa diberi kesempatan untuk secara aktif merealisasikan segala potensi
bahwa mereka ke arah tujuan yang di inginkan, yaitu menusia muslim yang berkualitas,
inovatif, disiplin, memiliki kesiapan bersaing dan sekaligus bekerjasama serta memiliki
disiplin diri (Syinaka, 2003). B. Kedudukan Metode Dalam Pembelajaran Fiqih Di sebagian
kalangan masyarakat masih terdapat anggapan bahwa untuk menjadi guru tidak perlu
mempelajari metode pengajaran, karena kegiatan mengajar bersifat praktis dan alami, siapa
pun asalkan mempunyai keberanian berdiri di depan siswa dan mempunyai bekal
pengetahuan, dapat mengajar di kelas. Anggapan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena
betapapun kecilnya suatu pekerjaan jika dilakukan dengan asal-asalan dan tidka diimbangi
dengan strategi dan car ayang baik, maka dipastikan pekerjaan tersebut tidak bisa
menghasilkan sesuatu yang maksimal. Terlebih dalam hal pendidikan, dimana yang menjadi
subyek pembelajaran adalah individu manusia yang memiliki akal dan hati, maka persiapan
yang baik dalam segala hal sangat mutlak diperlukan. Dan pemilihan metode pengajaran
yang benar bagi seorang guru akan dapat memaksimalkan hasil-hasil pendidikan itu sendiri.
Pada tataran inilah, diketahui bahwa guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik
dan pengajar. Keberhasilan atau kegagalan guru dalam menjalankan proses belajar
mengajar banyak ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan metode
mengajar. Seringkali dijumpai seorang guru memiliki pengetahuan luas terhadap materi
yang akan diajarkan, namun tidak berhasil dalam mengajar. Salah satu faktor penyebabnya
adalah kurangnya penguasaan metode mengajar. Disinilah, terlihat betapa pentingnya
metode mengajar bagi seorang guru. Oleh karenanya, penguasaan terhadap metode
pengajaran menjadi salah satu prasyarat dalam menentukan keberhasilan seorang guru. Ada
dua faktor yang mempunyai andil dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, yakni
faktor yang berada dalam kendali guru faktor yang berada di luar kendali guru
(suhardjono,2000). Adapun faktor yang termasuk dalam kendali guru seperti: rancangan,
sajian dan evaluasi pembelajaran. Faktor-faktor inilah yang sangat terkait dengan metode.
Sedangkan faktor yang berada diluar wilayah kendali guru seperti karakteristik dan latar
belakang siswa, tujuan pembelajaran, kondisi dan kualitas sarana prasarana, dan lain-lain.
Reiguluth (1994) menamakan faktor tersebut sebagai kondisi given. Baik variabel kondisi
given maupun variabel metode, keduanya secara bersama-sama memberi pengaruh
kepada hasil belajar. Selanjutnya tindak lanjut yang penting diperhatikan oleh guru adalah
bagaimana pada kondisi yang telah (givent), maupun membuat atau melaksanakan metode,
sedemikian rupa, sehingga tercapai hasil belajar yang optimal. Sebab kegiatan memilih,
merancang, menerapkan dan melaksanakan metode yang efektif, efesien dan kemenarikan
pada dasarnyamerupakan tugas nyata seorang guru dalam mengupayakan peningkatan
kualitas pemebelajaran. C. Konsep Metode Pembelajaran Fiqih Banyak kalangan menilai
bahwa metode pembelajaran fiqih yang berjalan saat ini masih sebatas transfer nilai dengan

pendekatan hafalan. Bahkan mastuhu (2002) menyatakan bahwa metode pembelajaran


berlaku saat ini masih bersifat klasik, dalam arti mewariskan sejumlah meteri ajaran agama
yang diyakini benar untuk disampaikan kepada anak didik tanpa memberikan kesempatan
kepada mereka agar menyikapi meteri-meteri tersebut secara kritis, mengoreksi,
mengevaluasi dan mengomentarinya. Dalam perkataan lain, metode pembelajaran fiqih
sampai kini masih bercorak menghafal, mekanis, dan lebih mengutamakan pengkayaan
materi. Dilihat dari aspek kemanfaatan, metode semacam ini kurang bisa memberikan
manfaat yang besar. Sebab metode-metode tersebut tidak banyak memanfaatkan daya nalar
siswa. Ia terkesan menjejali dan memaksakan meteri pelajaran dalam waktu singkat yang
mungkin tidak sesuai dengan kondisi fisik dan psikis siswa, sehingga proses pembelajaran
cencerung kaku, statis, menonton, tidak dialogis dan bahkan membosankan. Akhirnya, siswa
menjadi tidak kreatif dan kritis dalam belajar. Metode pembelajaran yang demikian ini
hanya sekedar mengentarakan anak didik mampu mengetahui dan memahami sebuah
konsep, sementara upaya internalisasi nilai belum dapat dilakukan secara baik. Akibatnya,
muncul kesenjangan antara pengetahuan dengan praktik kehidupan sehari-hari. Misalnya
saja anak didik mengetahui dan menghafal seperangkat nilai-nilai posotif seperti kejujuran
dan nilai sebagainyatetapi nilai-nilai tersebut tidak terwujud dalam perilakun. Banyak siswa
yang mendapatkan nilai agama sempurna, namun perilakunya tidak sejalan dengan nilai
yang di dapatkan di bangku sekolah. Untuk internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai tersebut,
menngharuskan pola-pola keteladanan dari pihak guru dalam mengajarkan setiap nilai
kepada anak didik. Artinya, seorang pendidik tidak hanya memberikan seperangkat konsep
tentang suatu nilai atau ajaran, tetapi juga menjadi teladan atas penerapan nilai dan ajaran
yang dimaksud. Dengan demikian, metode pembelajaran fiqih seharusnya di arahkan pada
proses perubahan dari normatif ke praktis dan kognitif ke efektif dan psikkomotirik.
Perubahan arah tersebut dengan tujuan agar wawasan ke-Islaman mampu
ditransformasikan secara sistematik dan komprehensif bukan saja dalam kehidupan konsep
melainkan juga dalam kehidupan riil di tengah-tengah masyarakat. Namun demikian bukan
berarti metode menghafal, misalnya, tidak bisa dipakai dan harus begitu saja
dikesampingkan. Dalam hal-hal tertentu metode ini masih perlu di pakai, seperti untuk
menghafal ayat0ayat suci al_quran, hadist, dan sajarah islam. Namun yang perlu dicatat
bahwa perhatian yang vtidak proposional terhadap metode menghafal olh guru akan
berdampak buruk pada siswa. Guru harus melakukan kombinasi terhadap sebagai metode
yang ada disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Mastuhu (2002) mencoba menawarkan
konsep pemikiran metode pembelajaran fiqih yang sifatnya lebih teknis, sebagai berikut : 1.
Dalam melaksanakan metode pendidikan dan pengajaran islam, harus digunakan paradigma
logistik, artinya memandang kehidupan berbagai kesatuan, sesuatu yanmg konkrit dan dekat
dengan kehidupan sehari-hari dan hal-hal yang abstrak dan transendental. Materi
pengajaran agama islam harus terintegrasi dengan disiplin ilmu-ilmu umum, sementara
ilmu-ilmu umum harus disajikan dalam paradigma nilai ajaran islam. 2. Perlu dipergunakan
model penjelasan yang rasional, di samping pembiasaan melaksanakan ketentuan-ketentuan
doktrin spiritual dan norma kepribadian. Model penjelasan yang rasional, misalnya
digunakan dalam menjelaskan rukun iman. 3. Perlu digunakan teknik-teknik pembelajaran
partisipatoris. Dalam arti anak didik diberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi
dalam menemukan permasalahan serta bertanggung jawab terhadap apa yang mereka
hasilkan. Metode partisipatoris mengharuskan anak didik belajar mengidentifikasi masalah,
mengkonsep cara-cara pemecahan masalah dan mengambil keputusan. Hal ini dapat
dilakukan secara kolektif dalam suatu forum diskusi. 4. Metode pembelajaran Fiqih lebih
diorientasikan pada apa yang dikerjakan anak didik, sehingga pemberian pengalaman

kepada anak didik merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar. Perlu ada
interaksi aktif dan partisipatif antara anak didik dengan materi atau dengan situasi
akademik tertentu. Dengan cara ini, materi pembelajaran dapat ditransformasikan dalam
bentuk pengalaman anak didik yang dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar yang
relevan dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng
adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam
pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk
mencapai hasil pembelajaran yang di inginkan. Pemilihan, penetapan. Pengembangan
metode ini di dasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan tersebut
pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Konsep pembelajaran yang
dipakai dalam buku ini memiliki maksud yang sama dengan konsep pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya (Uno, Hamzah: 1998). 2 Dalam istilah pembelajaran memiliki hakikat
perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah
sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu
sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin
dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu,
pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa.3 perhatian
terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidnag kajian dari kurikulum yang lebih
menaruh perhatian pada apa tujuan yang ingin dicapai dan apa isi pembelajaran yang harus
dipelajari siswa agar dapat mencapai tujuan tersebut. Pembelajaran lebih menekankan pada
bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai. Dalam kaitan ini, hal-hal yang tidak bisa
dilupakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah tentang bagaimana cara mengorganisasi
pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi
antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Pembelajaran
yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana
pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan
pembelajaran. Untuk itu, pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Degeng (1989)4,
Reigeluth (1983)5, sebagai suatu disiplin ilmu menaruh perhatian pad aperbaikan kualitas
pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran deskriptif, sedangkan rancangan
pembelajaran mendekati tujuan yang sama dengan berpijak pada teori pembelajaran
deskriptif. Perlunya perancanaan pembelajaran sebagaimana telah disebutkan,
dimaksudkan agar dapat metode dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan
pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagaimana berikut. Untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan
dengan adanya desain pembelajaran. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu
menggunakan pendekatan sistem. Perancanaan desain pembelajaran diacukan pada
bagaimana seseorang belajar. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan
pada s iswa secara perorangan. Pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung
pembelajaran dna tujuan pengiring dari pembelajaran. Sasaran akhir dari perencnaaan
desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar. Perencanaan pembelajaran yang
harus melibatkan semua variabel pembelajaran. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat
adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan metode
pembelajaran perlu adanya penerangan sebagai berikut : 1. Perbaikan kualitas pembelajaran
Perbaikan kualitas metode pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan
kualitas pembelajaran. Hal ini dimungkinkanjkan karena dalam desain pembelajaran,
tahapan yang akan dilakukan oleh guru atau dosen dalam mengajar telah terancang dengan
baik, mulai dari mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan

evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang
telah di tetapkan. 2. Metode pembelajaran dirancnag dengan pendekatan sistem Untuk
mencapai kualitas pembelajaran, desain pembelajaran yang dilakukan haruslah didasarkan
pada pendekatan sistem. Hal ini didasari bahwa dnegan pendekatan sistem akan
memberikan peluang yang lebih besar dalam mengintergrasikan semua variabel yang
mempengaruhi belajar, termasuk keterkaitan antar variabel pengajaran, yakni variabel
kondisi pembelajaran, variabel metode, dan variabel hasil pembelajaran. 3. Metode
pembelajaran mengacu pada bagaimana seseorang belajar Kualitas pembelajaran pun
banyak tergantung pada bagaimana metode pembelajaran dirancang. Rancangan
pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan perancangnya. Pakah bersifat
intuitif atau bersifat ilmiah. Jika bersifat intuitif maka rancangan pembelajaran banyak
diwarnai oleh kehendak perancangnya. Akan tetapi, jika dibuat berdasarkan pendekatan
ilmiah maka rancangan pembelajaran diwarnai oleh berbagai teori yang dikemukakan oleh
para ilmuwan pembelajaran. Adapaun pendekatan lainnya adalah pembuatan rancangan
pembelajaran yang bersifat intuitif ilmiah, yakni merupakan paduan antara pendekatan
intuitif dengan pendekatan ilmiah sehingga rancangan pembelajaran yang dihasilkan
disesuaikan dengan pengalaman empiris yang pernah ditemukakan pada saat melaksanakan
pembelajaran dan dikembangkan pula dengan penggunaan teori-teori relevan. Berdasarkan
tiga pendekatan ini, maka pendekatan intuitif ilmiah akan dapat menghasilkan
pembelajaran yang lebih sahih dari dua pendekatan lainnya apabila hanya digunakan secara
terpisah. Berbagai teori yang telah dikembangkan mengenai belajar, misalnya teori
behavioristik yang menekankan pada perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
pengelolaan informasi yang menekankan pada bagaimana suatu informasi diolah dan
disimpan dalam ingata n. Teori ketiga berpijak pada psikologi kogniitf yang memandang
bahwa proses belajar adalah mengaitkan pengetahuan baru pada struktur pengetahuan yang
sudah dimiliki siswa, dan hasil belajar akan berupa terbentuknya struktur pengetahuan baru
yang lebih lengkap. 4. Metode pembelajaran diacukan pada siswa perorangan Setiap siswa
memiliki potensi yang diperlu dikembangkan. Tindakan atau perilakuk belajar dapat ditata
atau dipengaruhi, tetapi tindakan atau perilaku belajar tersebut akan tetap berjalan sesuai
dengan karakteristik siswa. Siswa yang lambat dalam berpikir, tidak mungkin dapat dipaksa
segera bertindak secar atepat. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan berpiir tinggi,
tidak mungkin dipaksa bertindak dengan cara lambat. Dalam hal ini, jika perencanaan
pembelajaran tidak diacukan pada individu yang belajar seperti ini, maka besar
kemungkinan siswa yang lambat belajar akan makin tertinggal, dan yang dilakukan dalam
suatu kelompok tertentu akan banyak mengalami hambatan karena perbedaan karakteristik
siswa yang tidak diperhatikan. Hal lain yang merupakan karakteristik siswa adalah
perkembangan intelektual siswa, tingkat motivasi, kemampuan berpikir, gaya kognitif, gaya
belajar, kemampuan awal, dan lain-lain. Berdasarkan karakteristik tersebut. Rancangan
pembelajaran mau tidak mau harus diacukan pada pertimbangan ini. 5. Metode
pembelajaran diacukan pada tujuan Hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil
tak langsung (pengiring). Perancang metode pembelajaran perlu memilah hasil
pembelajaran yang langsung dapat diukur setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, dan
hasil pembelajaran yang dapat terukur setelah melalui keseluruhan proses pembelajaran,
atau hasil penggiring. Perancangan pembelajaran seringkali merasa kecewa dengan hasil
nyata yang dicapainya karena ada sejumlah hasil yang tidak segera bisa diamati setelah
pembelajaran berakhir, terutama hasil pembelajaran yang termasuk pada ranah sikap.
Padahal ketercapaian ranah sikap biasanya terbentuk setelah secara kumulatif dan dalam
waktu yang relatif lama, terintegrasi secara keseluruhan pada hasil langsung pembelajaran.

6. Metode pembelajaran muaranya kemudahan belajar Sebagiamana telah disebutkan,


pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa, dan perancangan pembelajaran
merupakan penataan upaya tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisi yang
ditata dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan peluang dicapainya hasil
pembelajaran. Di samping itu, peran guru sebagai sumber belajar telah diatur secara
terencana; memberikan kemudahan siswa untuk belajar. Dengan desain pembelajaran,
setiap kegiatan yang dilakukan guru telah terancana, dan guru dapat dengan mudah
melakukan kegiatan pembelajaran. Jika hal ini dilakukan dengan baik, sasaran akhir dari
pembelajaran adalah terjadinya kemudahan belajar siswa dapat dicapai. 7. Metode
pembelajaran melibatkan variabel pembelajaran Desain pembelajaran diupayakan
mencakup semua variabel pengajaran yang dirasa turut mempengaruhi belajar. Ada tiga
variabel pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran. Ketiga
variabel tersebut adalah variabel kondisi, metode dan bariabel hasil pembelajaran. a.
Kondisi pembelajaran mencangkup semua variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh
perencana pembelajaran dan harus diterima apa adanya. Variabelnya antara lain tujuan
pembelajaran, karakteristik bidang studi, dan karakteristik siswa. b. Variabel metode
pembelajaran mencangkup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan
pembelajaran dalam kondisi tertentu. Variabelnya antara lain strategi pengorganisasian
pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dna strategi pengelolaan pembelajaran.
c. Variabel hasil pembelajaran mencangkup semua akibat yang muncul dari penggunaan
metode tertentu pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi
pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran. 8. Metode pembelajaran menetapkan metode
untuk mencapai tujuan Inti dari desain pembelajaran adalah menetapkan metodekus utama
dalam perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan dan pengembangan
variabel metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus di dasarkan pada
analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Analisis akan menunjukkan bagaimana kondisi
pembelajarannya, dan apa haisl pembelajaran yang diharapkan. Setelah itu, barulah
menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang diambil setelah perancang
pembelajaran mempunyai informasi yang lengkap mengenai kondisi nyata yang ada dari
hasil pembelajaran yang diharapkan. Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam
upaya menetapkan metode pembelajaran, yaitu, (1) tidak ada satu metode pembelajaran
yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, (2) metode (strategi) pembelajaran
yan g berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran, dan
konsisten pada hasil pembelajaran, dan (3) kondisi pembelajaran yang berbeda bisa
memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pengajaran. D. Prinsip-prinsip dalam memilih
Metode Pembelajaran Berkaitan dengan perencanaan awal, sebelum mulai mengajar
pemilihan metode sudah disiapkan yang disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan
diajarkan, dan sekaligus mengacu pada tujuan yang akan dicapai. Pemilihan metode yang
tepat, seorang guru harus mempertimbangkan prinsip-prinsip penggunaan metode yang
digunakan. Secara umum prinsip penggunaan metode yang dipilih guru harus; 1.
Memperhatikan karakteristik materi pembelajaran yang sudah ditunjukkan dalam standar
isi Kurikulum baik Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Materi yang
disampaikan dan penggunaan metode tersebut peserta didik diharapkan dapat: a.
Membangun pemahaman sendiri tentang materi yang dipelajari. b. Menemukan konsepkonsep baru dari pelajaran yang diberikan, dengan materi yang diterima sebelumnya. c.
Meningkatkan interaksi yang dinamis pada diri anak. Pengertian interaksi ini adalah anak
dapat berhubungan langsung dengan materi yang dihadapi, dengan gurunya dan juga
dengan teman-temannya, serta dengan lingkungan yang ada dikelasnya. d. Menguasai

seluruh proses pembelajaran, sehingga dapat menemukan makna belajar yang


sesungguhnya e. Memperhatikan minat, kesiapan, kemampuan dan dorongan peserta didik
dalam mengikuti pelajaran. f. Menumbuhkan kemampuan berpikir dan berkreatifitas secara
bebas, tidak ada tekanan dan paksaan dalam mengikuti pelajaran. g. Menumbuhkan rasa
senang dan keinginan untuk melakukan aktifitas dalam proses pembelajaran. h.
Menciptakan rasa kebersamaan dan kerja sama antara guru-murid, dan murid-murid, i.
Mengerahkan seluruh potensi fisik dan psikhis peserta didik. j. Menumbuhkan rasa
tanggung jawab dan percaya diri dengan landasan kemandirian. k. Memperhitungkan sarana
dan alat bantu media pembelajaran yang digunakan. E. Faktor Pertimbangan dalam Memilih
Metode Diketahui bahwa metode adalah cara, yakni cara dalam penerapannya untuk
masing-masing kegiatan yang sama. Dalam proses pembelajaran, pemilihan metode harus
memperhatikan berbagai aspek yang terkait dengan situasi dan kondisinya. Sebenarnya
tidak ada satu metode pun yang paling baik dibandingkan dengan metode lainnya, seorang
guru memang harus cerdas dalam memilih metode yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran, sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien,
serta dapat menghasilkan produktifitas tinggi bagi peserta didiknya. Faktor-faktor yang
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan metode mengajar adalah: a.
Ketepatan dalam memilih metode. Guru setelah menetapkan materi pembelajaran dan
tujuan pemebelajaran lalu pemilihan metode harus dicari yang paling tepat, cocok dan
sesuai. Pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan pemilihan metodenya
haruslah searah, jika pemilihan metode tidak tepat maka tujuan yang dirumuskan tidak
pernah akan tercapai b. Keadaan Peserta didik Proses belajar mengajar modern dalam dunia
pendidikan, lebih menekankan pada keaktifan pada peserta didik. Maka pemilihan metode
yang digunakan guru dalam mengantarkan materi pembelajaran harus lebih berorientasi
pada peserta didik. Metode apa yang paling cocok untuk materi yang akan disampaikan saat
proses belajar mengajar, yang lebih banyak memberi kontribusi keaktifan peserta didik. Ini
penting untuk diperhatikan guru. Selain itu guru juga harus memahami tingkat kemampuan,
minat dan dorongan untuk mengikuti pelajaran, watak , karakter, sikap dan ketrampilan
peserta didik perlu juga dipahami oleh seorang guru atau gurunya. Dengan memahami
seluruh keadaan peserta didik, maka guru akan mudah menentukan pemilihan metode yang
diharapkan mampu menumbuhkan keaktifan dan kesenangan dalam mengikuti proses
pembelajaran. c. Keadaan Guru Sebenarnya guru dalam melaksanakan tugas pengajaran,
adalah sebagai figur sentral dan nara sumber yang profesional. Di mata siswa, orang tua
peserta didik dan masyarakat luas, menganggap guru adalah orang yang serba bisa dan
menguasai seluruh bidang pendidikan. Namun kenyataan yang ada, tidak semua anggapan
guru tersebut serba bisa tersebut pada predikt guru. Ini memang terasa sekali dalam setiap
melaksankan tugas sering terjadi benturan ketidakmampuan. Karena guru sebagai pengerak
proses pembelajaran, jika sudah menentukan rumusan tujuan, pemilihan meteri dan
pemahaman pada keadaan peserta didik, maka giliran guru sendiri, apakah dengan memilih
metode tertentu dalam proses pembelajaran tersebut guru mampu atau mengusai
penggunaan metode tersebut? Yang dapat menjawab pertanyaan ini adalah masing-masing
guru itu sendiri. Untuk itu, dalam memlilih metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar, guru memilih metode yang benar-benar dikuasainya. Jika metode yang diplih
tidak dikuasai dan tidak menimbulkan rasa senang dan tidak mendorong semangat
mengajar maka proses belajar mengajar akan berakhir kegagalan. d. Materi Pembelajaran
Dalam kerangka sistem pembelajaran, selain tujuan dan peserta didik tersebut juga harus
diperhitungkan adalah mengenai materi atau bahan pengajaran. Untuk mengantarkan agar
pesan-pesan pembelajaran sampai pada peserta didik dan berakhir dengan pengusaan

materi tersebut, maka pemilihan metode yang paling relevan harus dicari dan ditetapkan.
Bahan pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan akan berbeda dengan materi yang
bersifat analisa, bahan pelajaran yang memerlukan konsep berpikir akan berbeda dengan
materi pelajaran bersifat ketrampilan. Hal demikian yang harus dibedakan dalam penentuan
pemilihan metode mengajarnya. Agar proses belajar mengajar mampu menumbuhkan rasa
senang dan keingintahuan pada peserta didik, guru dalam setiap menetapkan materi atau
bahan pengajaran, haruslah sudah mempunyai gambaran atau deskripsi materi secara jelas.
Materi ini, memakai metode itu, kalau materi yang itu menggunakan metode yang ini dan
sebagainya. Jika sudah mempunyai gambaran jelas karakter masing-masing materi, maka
metode yang dipakai pun tidak hanya satu metode, misalnya hanya ceramah terus, atau
tanya jawab terus. e. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Hal yang tidak dapat dipungkiri
bahwa, sesuatu yang bernama sarana dan prasarana adalah hal yang sangat penting harus
ada. Proses belajar mengajar tidak akan dapat berjalan lancar jika fasilitas tidak tersedia.
Program apa saja, jika menginginkan agar berhasil maka sarana dan prasarana harus
lengkap, jika tidak sampai lengkap haruslah ada sebagian yang dapat menunjang proses
kegiatan tersebut. Dalam pemilihan metode mengajar, guru harus juga cerdas. Bahan, alat
dan media dalam pembelajaran apakah sesuai dengan metode yang dipilihnya atau tidak.
Pemilihan metode pembelajaran harus sesuai dengan keadaan fasilitas yang tersedia,
misalnya memilih metode karya wisata, tetapi tidak dilengkapi dengan sarana alat
transportasinya tidak akan mungkin berjalan. Maka dalam pemilihan metode sarana
prasarana menjadi pertimbangan yang tidak boleh diabaiakan. F. Macam-macam Metode
Pembelajaran Metode selalu digunakan dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar
selama dunia pendidikan berlangsung. Dalam dunia pendidikan, terutama proses belajar
mengajar di kelas, guru tidak bisa lepas meninggalkan metode dalam mengajarnya. Metode
pembelajaran dapat diartikan suatu cara yang digunakan seorang guru dalam melaksanakan
tugas mengajar. Peranan metode dalam proses pembelajaran sangat penting dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Interaksi belajar mengajar guru sebagai pembimbing,
pengajar atau pendidik agar peserta didik mempunyai perhatian penuh pada materi
pembelajaran perlu digunakan berbagai cara agar mencapai tujuan yang diinginkan. Metode
pembelajaran bentuk dan jenisnya bermacam-macam serta penerapannya pun bervariasi,
sesuai dengan materi ajar yang diberikan. Jenis-jenis metode pembelajaran yang sudah
banyak digunakan dalam proses belajar megajar antara lain: 1. Metode ceramah (leacturing
methode) Kata ceramah menurut kamus bahasa indonesia, diartikan sebagai pidato yang
membicarakan sesuatu hal, pengetahuan (seseorang berbicara yang lain mendengarkan),
atau dalam pengertian lain adalah suka bercakap-cakap. Ceramah dapat diartikan untuk
menyampaikan pesan, isi hati, pikiran, gagasan dari seseorang kepada orang lain yang
dilakukan secara lisan. Menurut Prof. Kukuh Fachurrohman (2007 : 61) metode ceramah
ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara
lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini
biasanya guru memberikan uraian mengenai topik tertentu ditempat tertentu dan dengan
alokasi waktu tertentu pula. Dalam dunia pendidikan metode ceramah digunakan oleh
seorang guru dalam penyampaian materi pembelajaran untuk memberi keterangan,
informasi atau penjelasan agar peserta didik memahami persis seperti yang disampaikan
gurunya. Metode ceramah adalah metode yang paling sering digunakan dalam proses
pembelajaran. Metode ini dianggap paling murah dan paling mudah dilaksanakan, karena
tidak membutuhkan persiapan yang matang. Banyak ahli pendidikan modern yang
menganggap bahwa metode ceramah termasuk metode yang kurang bermutu, karena
metode ini mempunyai kecenderungan membrangus peserta didik, cenderung membuat

pasif dan tidak kreatif. Lebih-lebih jika guru tidak mempunyai ketrampilan berbicara yang
cukup bagus. Walaupun metode ini dianggap bukang baik untuk digunakan dalam proses
pembelajaran, namun kenyataannya dalam setiap melakukan pembelajaran guru tidak
pernah ada yang meninggalkan metode ceramah. Sekalipun guru menggunakan metode
yang lainnya, tetap menggunakan metode ceramah, pada pertemuan awal untuk memberi
informasi atau keterangan mengenai tata kerja metode yang akan digunakan tersebut. Jika
dalam proses pembelajaran sampai menghilangkan metode ceramah, maka akan muncul
kebisuan dan ketidakjelasan arah dalam setiap proses pembelajaran. Metode ini sering juga
disebut sebagai one man show method merupakan bentuk interaksi melalui penerangan
dan penuturan secara lisan oleh seseorang terhadap kelompok pendengar. Metode ini sangat
tepat jika digunakan untuk menyampaikan suatu informasi. Lepas baik atau tidak baik
dalam penggunaan metode, yang pasti penggunaan metode pembelajaran tidak monopoli
satu metode dalam setiap kali pertemuan dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah
sebagai bagian dari sekian metode yang digunakan, maka jika guru menggunakan metode
ini, agar juga mempersiapkan dengan baik, sehingga walaupun hanya sekedar ceramah
tetapi akan menghasilkan produktifitas tinggi dalam penyampaian informasi kepada peserta
didiknya. a. Kelebihan metode ceramah 1) Seorang guru yang mampu berceramah dengan
baik akan menjadikan materi yang disampaikan lebih menarik. 2) Memberikan pengalaman
kepada murid untuk belajar mendengar dan memahami dengan baik perkataan orang lain.
3) Memberikan pengalaman kepada murid untuk membuat catatan-catatabn kecil
(membuat ringkasan) 4) Materi yang disusun dengan sistematis dapat menghemat waktu
belajar 5) Biayanya murah 6) Dapat menyajikan pelajaran kepad amurid dalam jumlah yang
besar dalam waktu yang sama. 7) Mudah mengulang lagi jika diperlukan. 8) Suasana kelas
berjalan dengan tenag karena peserta didik melakaukan aktifitas yang sama, sehingga
pendidik dapat mengawasinya sekaligus. 9) Pelajaran dapat dilakukan dengan cepat, karena
dengan waktu yang singkat dapat di uraikan bahan yang banyak. 10) Organisasi kelas sangat
sederhana karena tidak membutuhkan alat-alat yang begitu banyak. b. Kelemahan metode
ceramah 1) Guru tidak dapat mendapatkan kepastian daya serap siswa terhadap materi
pembelajaran 2) Murid cenderung pasif sehingga sulit mengembangkan kecakapan guna
mengeluarkan pendapatnya sendiri. 3) Murid sukar mengkosentrasikan perhatian 4)
Perhatian murid hanya pad aguru dan terkadang guru dianggap paling benar. Dalam metode
ini gurulah yang aktif. Terdapat unsur paksaan, yakni murid harus mendengar apa yang
disampaikan guru dan mengangapnya benar setiap jalan fikiran guru. Pada pendidikan
dasar metode ini kurang baik jika dilaksanakan 100%. Hal tersebut dikarenakan
dimungkinkan adanya keenganan murid untuk bertanya terhadap istilah atau sesuatu yang
belum difahami murid. c. Solusi metode ceramah Dalam pendidikan adama (PAI) metode ini
sangat tepat untuk menyampaikan materi tentang tauhid. Karena tauhid merupakan materi
yang sukar untuk didiskusikan serta tidak dapat dipragakan. Meotodologi merupakan hal
yang snagat penting dalam Pendidikan Agama Islam (PAI). Metode adalah suatu cara
mengajar, yang berfungsi sebagai alatt untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semakin baik
metode digunakan, maka akan semakin efektif dan efisien pula pencapaian tujuanya. Dalam
metode mengajar, faktor guru, s iswa yang akan diajarkan, situasi, sarana, prasarana serta
fasilitas-fasilitas lainnya sangat besar pengaruhnya. d. Pengaplikasian atau penerapan
metode dalam pembelajaran (PAI) Seorang guru dituntut untuk mampu memadukan atau
mengaplikasikan berbagai metode yang relevan untuk pembelajaran. Contoh : Shalat,
seorang guru di tuntut harus mampu menggunakan atau mengaplikasikan metode ceramah,
metode praktek, tanya jawab, latihan, serta harus memberi keteladanan bagi anak didiknya.
Karena sholat tidka mungkin dilakukan hanya dengan ceramah saja. Seorang guru harus

senantiasa membekali dirinya dengan berbagai kemampuan. Kemampuan intelektual dan


metodologis, serta kepribadian dan akhlak mulia harus dimiliki seorang guru. Karena
keteladanan mutlak harus dimiliki guru agar id adapat berperan sebagaimana mestinya
sebagai guru Pendidikan Agama Islam(PAI). e. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam
Metode Ceramah Menurut Nana Sudjana (1987:77), hal yang diperhatikan dalam
penggunaan metode ceramah, yakni harus menetapkan apakah metode ini wajar digunakan
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Tujuan yang hendak dicapai. 2)
Bahan yang akan diajarkan termasuk buku sumber yang tersedia. 3) Alat, fasilitas dan waktu
yang tersedia. 4) Jumlah murid, beserta taraf kemampuannya. 5) Kemampuan guru dalam
penguasaan materi dan kemampuan berbicara. 6) Pemilihan metode mengajar lainnya
sebagai metode bantu 7) Situasi pada waktu itu. Suparta dan Herry (2002:171), metode
ceramah dapat digunakan dalam kondisi sebagai berikut: 1.) Guru ingin mengajarkan topik
baru. Pda pendahuluan proses belajar mengajar, guru dapat megantarkan gambaran umum
tentang topik itu dengan berceramah. 2.) Tidak ada sumber bahan pembelajaran yang
dimiliki oleh peserta didik , sehingga mereka dituntut kreatifitasnya untuk membuat
catatan-catatan penting dari bahan pelajaran yang disammpaikan oleh guru. 3.) Guru
menghadapi jumlah peserta didik cukup banyak, sehingga tidak memungkinkan guru untuk
memperhatikan secara individual. 4.) Guru ingin membangkitkan semangat belajar peserta
didik. 5.) Proses belajar memerlukan penjelasan secara lisan. 2. Metode tanya jawab
(questionary methode) Menurut Prof. Kukuh Fachurrohman (2007 : 62) metode tanya jawab
adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari
guru pada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini dimaksudkan untuk
merangsang untuk berpikir dan membimbing peserta didik dalam mencapai kebenaran.
Sedangkan menurut Abdurrahman Shaleh (2005 : 197) metode tanya jawab adalah suatu
cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang dijawab siswa.
Dalam metode ini antara lain dapat dikembangkan ketrampilan/kemampuan mengamati,
menginterpretasi, mengklasifikasi, menarik kesimpulan, menerapkan dan
mengomunikasikan. Sedangkan menurut Dr. Zakiah Darojat (2008 : 307) metode tanya
jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan
yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh
gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah
diceramahkan. Metode tanya jawab dipakai dalam proses pembelajaran tetap masih
menggunakan lisan sebgai alat komunikasinya. Metode tanya jawab adalah metode yang
menggunakan seperangkat pertanyaan baik pertanyaan dari guru maupun dari peserta
didik, yang terpusat pada masalah bahan ajar yang dibahas. Metode ini digunakan tidak
lepas dari metode lain, yaitu cemarah dan pemberian tugas, yaitu peserta didik diberi tugas
membaca dahulu materi yang ada sudah tertulis dalam bacaan atau buku teks. Jika
penjelasan dari guru secukupnya dilakukan dan proses pembacaan materi selesai, baru
dibuka dengan tanya jawab, secara timbal balik. Metode Tanya jawab digunakan untuk
mengetahui sejauh mana penguasaan materi pembelajaran yang sudah dibaca dan dikuasai
oleh peserta didik. Dan jika peserta didik belum memahami betul, maka siswa dapat
mengajukan pertanyaan kepada guru untuk mendapatkn jawaban yang sesuai. Metode ini
sebenarnya cukup efektif apabila peserta didik sebelumnya digerakkan imajinasi dan
pikirannya sehingga mampu mengolah bahan pelajaran. Sebenarnya metode ini sangat baik
untuk melatih anak dalam proses berpikir kritis, dan guru yang membuka peluang untuk
menanyakan dan ditanyakan mempunyai jiwa besar. Artinya seorang guru harus bersifat
objektif, menghargai semua aspirasi dan keingintahuan peserta didik dengan tidak dibatasi
setiap ide dan gagasan yang disampaikan. a. Tujuan Metode Tanya jawab Metode tanya

jawab dipakai, banyak manfaat dan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran,
antara lain; 1) Melatih keberanian peserta didik untuk mengugkapkan pendapatnya secara
lisan 2) Memberi motivasi peserta didik untuk berlatih berpikir 3) Melatih ketrampilan
mengolah jawaban dan pertyanyaan atas masalah yang dibahas. 4) Merangsng pserta didik
untuk berpikir kritis dalam menanyakan dan memberikan jawaban atas sutu persoalan. 5)
Mengetahui sejauhmana penguasaan materi yang sudah dimiliki oleh peserta didik dalam
proses pengajran sebelumnya. Metode tanya jawab, dapat dilakukan pembiacaaan antara
dua orang atau lebih, dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik
pembicaraan tertentu. Metode tanya jawab berusaha menghubungakan pemikiran seseorang
dengan orang lain metode tanya jawab disebut juga metode dialog, serta mempunyai
manfaat bagi pelaku dan pendengarnya. Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog yang
dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan.
Di sisi lain Metode dialog juga dipahami sebagai Proses Belajar Mengajar dimana terjadi
interaksi antara kegiatan mengajar yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa. Dialog berhubungan dengan cara guru menjelaskan bahan kepada siswa
sedangkan belajar mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan Model pembelajaran ini
tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan
kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku
(think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap
siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward. Metode tanya jawab identik dengan
probing-prompting yakni pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian
petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang
mengaitkan engetahuan sisap siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang
sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi
pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model
pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak
sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar
dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab.
Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk
mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah
ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga
suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa
yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah
berpartisipas. b. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode tanya jawab
adalah : 1) Guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran, termasuk semua jawaban
yang mungkin akan di dengarkannya dari murid atas suatu pertanyaan yang di ajukan. 2)
Guru harus sudah mempersiapkan semua pertanyaan yang di ajukan olehnya kepada murid
dengan cepat. Pertanyaan harus jelas dan singkat ini harus di perhatikan, sebab pertanyaanpertanyaan harus diajukan secara lisan. 3) Susunlah pertanyaan dalam bahasa yang mudah
dipahami murid. 4) Guru harus mengarahkan pertanyaan pada seluruh kelas. 5) Berikan
waktu yang cukup untuk memikirkan jawaban pertanyaan, sehingga murid dapat
merumuskanya dengan sistematis. 6) Tanya jawab harus dilakukan dengan suasana yang
tenang dan bukan dalam suasana yang tegang yang penuh dengan persaingan yang tidak
sehat di antara anak didik. 7) Agar sebanyak-banyaknya murid memperoleh giliran
menjawab pertanyaan dan jika seseorang tidak dapat menjawab segera, giliran di berikan
kepada murid yang lain. 8) Usahakan selalu agar setiap pertanyaan hanya berisi satu
problem saja. 9) Pertanyaan harus dibedakan dalam golongan pertanyaan pikiran dan
pertanyaan reproduksi atau pertanyaan yang meminta pendapat dan hanya fakta-fakta.

Dengan menggunakan tanggung jawab ini guru pendidikan Agama Islam dapat memberikan
motivasi atau stimulus kepada siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam belajar yaitu
guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab pertanyaan tersebut, atas
arahan dari guru baik di lakukan pada waktu apersepsi selingan maupun waktu berakhirnya
kegiatan belajar mengajar. Selain dari pad aitu tanya jawab bisa dilakukan pada waktu guru
belum menjumpai materi pembelajaran yang akan di sampaikan kepada siswa. Metode
tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung
yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.
Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini
terlihat adanya hubungan timal balik secara langsung antara guru. Beberapa hal yang
penting diperhatikan dalam metode tanya jawab antara lain : a. Tujuan yang akan dicapai
dari metode tanya jawab 1) Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pembelajaran
yang telah dikuasai oleh siswa 2) Untuk merangsang siswa berfikir. 3) Memberi kesempatan
kepada sisawa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami. b. Jenis pertanyaan Pada
dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu diajukan, yakni pertanyaan ingatan dan pertanyaan
pikiran : 1) Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana
pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Biasanya pertanyaan berpangkal kepada apa,
kapan, dimana, berapa, dan yang sejenisnya. 2) Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk
mengetahui sampai sejauh mana cara berfikir anak dalam menanggapi suatu persoalan.
Biasanya pertanyaan ini dimulai dengan kata mengapa, bagaimana. c. Teknik mengajukan
pertanyaan. Berhasil tidaknya metode tanya jawab, sangat bergantung kepada teknik guru
dalam mengajukan pertanyaan. Metode tanya jawab biasanya dipergunakan apabila : 1)
Bermaksud mengulang bahan pelajaran 2) Ingin membangkitkan siswa belajar 3) Tidak
terlalu banyak siswa 4) Sebagaimana selingan metode ceramah. Dalam menggunakan
metode mengajar, tidak hanya guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan
metode ceramah, melainkan mencangkup pertanyaan-pertanyaan dan penyumbangan ideide dari pihak siswa. Cara pengajaran yang seperti ini dapat dibedakan dalam dua jenis
ialah : 1) Metode tanya jawab, dan 2) Metode diskusi. Perbedaan pokok diantara tanya jawab
dengan metode diskusi terletak pada : 1) Corak pertanyaan yang diajukan guru 2) Sifat
pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa Pada hakekatnya metode tanya jawab
berusaha menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta-fakta tertentu yang sudah
diajarkan, dalam hal lain guru juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses
pemikiran siswa. Melalui metode tanya jawab guru ingin mencari jawaban yang tepat dan
aktual. Sebaliknya dengan metode diskusi, guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan
yang agak berbeda sifatnya. Disini guru merangsang siswa untuk menggunakan fakta yang
telah dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan.pertanyaan seperti ini biasanya tidak
mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Dari
penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode tanya jawab mempunyai hubungan dengan
metode apakah yang sedang dipakai guru metode ini sering sukar dibedakan, tujuan dan
teknik masing-masing cukup mempunyai perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini
seyogyanya dibedakan. Metode tanya jawab digunakan dengan maksud : 1) Melanjutkan
(meninjau) pelajaran yang lalu 2) Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama
siswa 3) Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa. c. Kelebihan dan kelemahan metode
tanya jawab : 1) Kelebihan dari Metode Tanya Jawab: a) Kelas lebih aktif karena siswa tidak
sekedar mendengarkan saja b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga
guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh para siswa. c) Guru dapat mengetahui
sampai dimana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan. Peserta didik
dapat mengembangkan keberanian dan keterampilan dalam menjawab dan mengemukakan

pendapat. d) Pertanyaan yang dilontarkan dapat menarik dan memusatkan perhatian


peserta didik. Sekalipun pada saat itu peserta didik sedang ribut e) Merangsang peserta
didik untuk lebih berlatih mengembangkan daya fikir termasuk daya ingatan. 2) Kelemahan
Metode Tanya Jawab : a) Dengan tanya jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang
dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain
walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering
tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru. Apabila peserta didik tidak siap,
maka peserta didik juga tidak akan berani untuk mengungkapkan mendapat atau bertanya.
b) Terbatasnya jumlah waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap peserta didik
selanjutnya. c) Membutuhkan waktu lebih banyak. Beberapa alternatif dapat terjadi dalam
metode tanya jawab yaitu : 1) Dari segi kecepatan menuangkan bahan pelajaran 2) Dapat
terjadi penyimpanan daripokok persoalan 3) Dapat terjadi perbedaan pendapat anatar
murid dan guru. Untuk menghindari suatu yang dapat terjadi dalam metode tanya jawab
terutama yang bersifat negatif maka perlu diperhatikan hal-hal yang sebagai berikut : 1)
Pertanyaan harus singkat, jelas dan merangsang berpikir 2) Sesuai dengan kecerdasan dan
kemampuan anak didik yang menerima pertanyaan. 3) Memerlukan jawaban dalam bentuk
kalimat atau uraian kecuali yang bersifat objektif tes dapat menggunakan ya atau tidak. 4)
Usahakan pertanyaan yang punya jawaban pasti bukan pertanyaan yang mempunyai
jawaban beberapa alternatif. 3. Metode Resitasi (Duti present methode) Metode resitasi
disebut juga metode pemberian tugas merupakan metode yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah
dipersiapkan guru sehingga siswa dapat mengalaminya secara nyata (Abdurrohman Sholeh,
2005: 185). Menurut Zakiah Darojat (2008 : 298) metode pemberian tugas ialah suatu cara
dalam proses belajar mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid
mengerjakannya kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Dengan
cara demikian diharapkan agar murid belajar secara bebas tapi bertanggungjawab dan
murid-murid akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan itu. Sedangkan menurut Prof. Kukuh Fackurrohman (2008 :
64) pemberian tugas sama dengan istilah pekerjaan rumah tapi jauh lebih luas. Tugas
dilaksanakan dirumah, disekolah, diperpustakaan, dan ditempat lain. Metode penugasan
untuk merangsang anak aktif belajar secara individual atau secara kelopmpok. Metode
pemberian tugas digunakan oleh guru kepada peserta didik untuk melakukan suatu aktifitas,
bekerja, berbuat yang dapat menghasilkan suatu produk karya yang berakhir dengan laporan
tertulis. Metode ini muncul dalam proses pembelajaran tidak berdiri sendiri, proses
pelaksanaannya bebarengan dengan metode lain seperti ceramah (bentuk penjelasan tugas
yang dilaksanakan), diskusi dan tanya jawab, jika tugas yang diberikan membutuhkan
keterangan dari orang sumber. Bahkan dapat melibatkan metode eksperimen, jika tugas
yang diberikan bentuk penelitian suatu benda atau masalah. Metode resitasi ini, bukanlah
metode tambal sulam, artinya metode ini digunakan manakala guru tidak dapat
melaksanakan tugas dalam proses pembelajaran dalam tatap muka, dan untuk mengisi
kekosongan peserta didik diberi tugas. Tidak, tidak demikian penggunaan metode
pemberian tugas yang semestinya. Metode pemberian tugas adalah metode yang memang
dalam perencanaan pembelajaran sudah ditentukan, materi yang sudah disiapkann akan
dikupas dan dibahas dengan metode pemberian tugas. Metode ini diberikan dengan harapan
agar peserta didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berpikir dan kekaryaan dalam
bentuk laporan yang baik dalam bentuk tulisan atau dapat mempresentasikan apa yang
dikerjakan. Pemberian tugas bagi peserta didik dapat bentuk tugas individual atau bentuk
kelompok. Hal ini tergantung dari bobot dan penyebaran materinya. Pelaksanaan tugas

dapat dilakukan di ruang kelas, laboratorium, di perpustakaan bahkan jika tugas belum
selesai dan tuntas dapat dilanjutkan di rumah. a. Tekhnik Pemberian Tugas Tekhnik
pemberian tugas akan dapat efektif dan memberi motivasi kepada peserta didik, jika
pemberian tugas ini diberi petunjuk jelas proses kerjanya. Prosedur pelaksanaan tugas bagi
guru dalam metode ini adalah, sbb: 1) Menentukan topik materi pembelajaran yang akan
dikerjakan. 2) Merumuskan tujuan yang jelas tentang tugas yang diberikan 3) Menentukan
tempat dan alokasi waktu mengenai tugas yang akan dikerjakan. 4) Memberikan petunjuk
yang jelas mengenai tugas yang akan dikerjakan, tentang: a) pokok persoalan yang akan
dikerjakan b) ruang lingkup atau cakupan materi yang perlu dikerjakan c) format atau kertas
kerja sebagai petunjuk pelaksanaan tugas d) format dan sistematika pelaporan yang harus
disampaikan. 5) Memberikan motivasi bimbingan dan arahan pada saat proses kerja
berlangsung 6) Memberikan pengawasan dan evaluasi hasil kerja. Model pembelajaran ini
mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang
bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian
tugas atau quis. 4. Metode diskusi (Discution Methode) Menurut Abdurrohman Shaleh
(2005 : 194) metode diskusi ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana
tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh guna
memecahkan suatu masalah. Dengan kata lain, dalam metode ini siswa mempelajari sesuatu
melalui cara musyawarah diantara sesama mereka dibawah pimpinan atau bimbingan guru.
Menurut Zakiah Darojat (2008 : 292) metode ini biasanya erat kaitannya dengan metode
lainnya, misalnya metode ceramah, karya wisata dll. Karena metode ini adalah bagian yang
terpenting dalam memecahkan suatu masalah (problem solving). Dan menurut Prof. Kukuh
Fachurrohman (2007 : 62) metode diskusi salah satu cara mendidik yang berupaya
memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing
mengajukan argumennya untuk memperkuat pendapatnya. Diskusi adalah pembicaraan
yang dilakukan dua orang atau lebih untuk membahas suatu masalah yang bertujuan untuk
memecahkan permasalahan dengan landasan berpikir dan beragumentasi secara ilmiah, dan
akhir dari pembahasan tersebut menghasilkna suatu kesimpulan. Diskusi digunakan sebagai
metode pembelajaran sebanarnya sangat baik untuk merangsang peserta didik untuk
berpikir kritis dan melatih ketrampilan berbicara serta melatih keberanian untuk
berpendapat. Metode ini digunakan tidak dapat berdiri sendiri, karena saat ceramah guru
memegang peran peting menentukan aturan-aturan dan tata cara diskusi, metode tanya
jawab, pemberian tugas ikut mewarnai dalam proses diskusi. Diskusi sebagai sebuah metode
sebenarnya sudah menjadi kebutuhan dalam proses pembelajaran modern dalam rangka
untuk menggali ide, gagasan dan solusi permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan
kita. Sebenarnya pengertian diskusi sebagai sebuah metode pemecahan masalah, ada jenis
atau nama lain yang berupa seminar, lokakarya, simposium, sarasehan, rapat, musyawarah
dan sejenisnya. a. Tekhnik penerapan Metode Diskusi Tekhnik metode diskusi ini dapat
mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran, seorang guru harus
mempersiapkan rancangan tekhnik yang jelas. Tahap-tahap pelaksanannya tekhnik dapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Persiapan : a) menentukan materi
atau topik yang didiskusikan b) menentukan rumusan tujuan yang jelas tentang arah diskusi
c) menentukan peserta dan pembentukan kelompok dan organisasinya d) menentukan tata
tertib dalam pelaksanaan diskusi e) menentukan formasi tempat diskusi f) menentukan
alokasi waktu yang tersedia dalam diskusi. 2) Pelaksanaan : a) penjelasan dan pengarahan
dari guru mengenai pelaksanaan diskusi b) pembagian peran diskusi, yaitu penunjukan
modetaror dan notulis dan anggota diskusi c) pembacaan tata tertib diskuis oleh pimpinan
diskusi d) pembagian tugas presentasi, dan pengenalan pemeran diskusi e) pelaksanaan

proses diskusi dengan memberikan kesempatan semua peserta diskusi untuk ikut memberi
sumbangsih pemikiran dalam pemecahan masalah disksusi. f) pencatatan semua proses
dilakukan oleh notulis atau sekretaris diskusi g) membuat kesimpulan hasil diskusi yang
dibacakan oleh moterator 3) Evaluasi dan tindak lanjut : a) pemberian komentar oleh guru
mengenai proses diskusi yang sudah berlangsung. b) membuat rumusan kesimpulan hasil
diskusi untuk dijadikan sebagai laporan b. Tujuan metode Diskusi : 1) Memotivasi atau
memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis, mengeluarkan pendapatnya, serta
mengembangkan pikiran-pikiranya. 2) Mengambil suatu jawaban actual atau satu rangkaian
jawaban yang didasarkan atas pertimbagan bersama. c. Macam-macam diskusi 1) Diskusi
informal 2) Diskusi formal 3) Diskusi panel 4) Diskusi simpusium Tekhnik pembelajaran ini
termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi
bahan ajar, buat kelompok hiterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa
bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas
membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai
bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok
asal, pelaksna tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan
evaluasi, refleksi. Pemahaman bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam
Kelompok Bidak dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah
pada siswa, tekhniknya siswa membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari
guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi. Sintaksi
Bidak menurut Slavin (1985) adalah: (1) Membuat kelompok hiterogen dan berikan bahan
ajar berupak modul, (2) Siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota
kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3)
Penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif. Tekhnik pengembangan diskusi salah
satu tipe pembelajaran koperatif dengan sintaks yakni pengarahan, buat kelompok
heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar
(untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa,
tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok,
presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga
terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil
kuis dan beri "reward". 5. Metode Sosiodrama (Role playing methode) Menurut
Abdurrohman Shaleh (2005 : 200) metode sosiodrama dan bermain peran adalah dua
metode yang dikatakan bersama dan dalam penggunaannya sering digunakan silih berganti.
Sosiodrama artinya mendramatisasi cara bertingkahlaku dalam hubungan sosial, sedangkan
bermain peran menekankan kenyataan dimana siswa diikut sertakan dalam memainkan
peran dalam mendramatisasikan sesuatu. Menurut Zakiah Darojat (2008 : 301) metode
sosiodrama adalah juga semacam drama atau sandiwara akan tetapi tidak disiapkan
naskahnya terlebih dahulu. Role playing adalah metode yang mangacu pada bermain peran.
Dalam istilah lain metode ini disebut juga sosiodrama. Dalam konsep metode ini, proses
pembelajaran melibatkan peserta didik langsung untuk melakukan sebuah peran kehidupan.
Pengertian peran berarti melakukan imitasi atau peniruan sebuah aktifitas kehidupan
manusia dalam melakukan sesuatu. Peran dan tugas guru dalam penggunaan metode ini
tidak ringan. Guru tidak hanya sekedar memberi perintah kepada peserta didik untuk
melakukan peranan tanpa ada petunjuk yang jelas. Penggunaan metode ini justru sangat
sulit dan membutuhkan konsep dan persiapan yang matang. Konsep berpikir dan
ketrampilan khusus untuk merancang materi yang tepat dan sesuai dengan peran apa yang
akan ditampilkan atau yang diperankan. Dalam dunia intertaimen, seperti film, sinetron,
teater, sandiwara, drama atau advertensi (bentuk periklanan), sebelum para aktor dan aktris

memerankan peran, maka mereka harus menguasai teks naskah alur cerita yang disebut
dengan skenario. Proses terjadinya skenario ini awalnya harus ditulis terlebih
dahulu, maka dalam hal ini guru harus menguasai dalam bidang penulisan ini.
Selain itu guru juga harus mengusai bidang akting, karena guru dalam metode
ini juga berperan sebagai sutradara, sebagai pengatur laku. Tekhnik
pembelajaran dalam metode ini, guru dituntut lebih profesional, tidak hanya
penguasaan materinya tetapi harus mampu menjadi penulis skenario dan
sutradara. Ini berati guru tidak hanya sekedar sebagai penonton peranan, tetapi
terlibat langsung dalam proses kegiatan yang sebenarnya. Tekhnik
melaksanakan proses pembelajaran ini, maka ada hal-hal yang perlu
diperhatikan yakni ; a. Materi pembelajaran yang akan diajarkan hendaknya
yang dapat tunjukkan dengan peran. b. Peserta didik yang ditunjuk adalah yang
mempunyai kemampuan untuk bermain peran (mempunyai ketrampilan dalam
bakat akting) dan mempunyai sikap mental tidak demam panggung. c. Alokasi
waktu yang tersedia cukup banyak. d. Adanya tempat yang representatif untuk
penampilan, idealnya ada teater (panggung) yang dapat ditonton oleh peserta
lain. e. Adanya naskah tulisan (skenario), sebgai pedoman peran mengenai alur
kegiatan. f. Adanya pengatur laku (sutradara) untuk mengatur jalannya proses
bermain peran g. Dibutuhkan latihan sebelum bermain peran. Upaya
memudahkan dan melancarkan proses pelaksanaan metode "role playing", perlu
diatur dengan prosedur langkah-langkah sebagai berikut ; a. Menentukan materi
yang akn diajarkan. b. Membuat teks tulisan atau skenario c. Menunjuk peserta
didik yang akan bertugas untuk bermain peran d. Melakukan latihan yang
encana dengan baik, sebelum tampil. e. Melakukan penampilan atau
pementasan dengan urutan kegiatn sebagai berikut: 1) Mengatur tempat atau
posisi pemain dan penonton (peserta didik yang tidak terlibat). 2) Melakukan
penampilan sesuai dengan peran yang sdah ditentukan. 3) Peserta mengamati
dan atau menonton derngan tugas memberi penilaian dan apresiasi. f. Guru
melakukan pengawasan dan penilaian serta memberi komentar apa yang
dilakukan oleh pemain peran. Tujuan metode ini adalah : 1) Melatih keterampilan
sosial 2) Menghilangkan perasaan-perasaan malu dan rendah diri 3) Mendidik
dan mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat. 4) Membiasakan
diri untuk sanggup menerima pendapat orang lain. 6. Metode Demonstrasi
(Demonstration Methode) Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar
dengan mempertunjukkan suatu. Hal yang dipertunjukkan dapat berupa suatu
rangkaian percobaan, suatu model, suatu ketrampilan tertentu. Dalam metode
ini siswa dituntut memperhatikan suatu obyek atau proses yang didemontrasikan
Menurut Abdurrahman Shaleh (2005 : 189). Demontrasi dalam hubungannya
dengan penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan tentang
suatu cara melakukan sesuatu. Metode demontrasi ini adalah metode mengajar
dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan
suatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media
pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan (Kukuh
Fachurrahman, 2007 : 62) Menurut Prof. Kukuh Fachurrohman (2007 : 62) metode
demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
jadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung

maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok


bahasan yang sedang disajikan. Menurut Dr. Zakiah Darojat (2008 : 296) metode
demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
melakukan sesuatu kepada anak didik. Dan menurut Abdurrohman Shaleh
(2005 : 189) metode demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan
memperbantukan sesuatu. hal yang dipertunjukkan dapat berupa suatu
rangkaian percobaan, suatu model, suatu ketrampilan tertentu. Demontrasi
diambil dari kata Inggris yaitu demonstrate yang berarti menunjukkan,
membuktikan , memperlihatkan; mengadakan demonstrasi. Demonstration
berarti pertunjukan. Dalam kamus bahasa Indonesia, demonstrasi diartikan
peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu.
Sedangkan eksperimen adalah percobaan. Demonstrasi dan eksperimen
dijadikan sebuah metode pembelajaran mengandung pengertian bahwa metode
yang digunkan untuk menunjukan, memperlihatkan atau percobaan tentang
suatu aktifitas kegiatan untuk membuktikan sebuah teori apakah betul atau
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Metode ini digunakan untuk
memberikan gambaran langsung atau mencoba dengan kemampuannya sendiri
untuk mengetahui dan membuktikan tentang proses kerja atau proses terjadinya
sesuatu yang didasarkan pada landasan teori keilmuan. Dalam konsep
pembelajaran ini, guru dapat mengarahkan peserta didiknya untuk melakukan
aktifitas riil dan berbuat secara nyata dalam peragaan, misalnya mata pelajaran
Agama Islam mengenai bab shalat. Peserta didik setelah mengetahui cara-cara
shalat, baik gerakan dan bacaannya, maka ini dibuktikan dengan peragaan riil,
mulai takbiratul ihram sampai salam. Dalam semua pelajaran yang ada unsur
prakteknya dapat dilakukan dengan metode demonstrasi dan eksperimen.
Metode demonstrasi dan eksperimen dapat dilakukan dengan proses atau
langkah-langkah sebagai berikut: a. Menetapkan topik atau materi pembelajaran
yang membutuhkan praktek pembuktian. b. Merumuskan tujuan melakukan
demontrasi dan eksperimen. c. Menyiapkan bahan atau alat-alat dan tempat
yang digunakan dalam demontrasi dan eksperimen. d. Menetapkan peserta didik
yang membantu mendemontrasikan dan mengeksperimenkan materi yang
sudah ditetapkan. e. Menyuruh peserta didik yang lain untuk mengamati dan
memperhatikan apa yang didemonstrasikan temannya, dan pada gilirannya
disuruh ikut mencobanya, f. Memerintahkan kepada peserta didik untuk
menanyakan apabila ada yang belum dipahami. g. Mengadakan pengawasan
dan penilaian dari proses kegiatan demonstrasi dan eksperimen yang dilakukan
peserta didik. h. Memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari materimateri yang dapat didemonstrasikan dan dieksperimen secara individu maupun
berkelompok. Diantara keuntungan metode ini adalah a. Perhatian anak dapat
dipusatkan dan titik berat yang dianggap penting dapat diamati secara tajam. b.
Proses belajar anak akan semakin terarah karena perhatianya akan lebih
terpusat kepada apa yang didemonstrasikan c. Apabila anak terlibat aktif, maka
mereka akan memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang melekat pada
jiwanya dan ini berguna dalam pengembangan kecakapanya. Langkah
pelaksanaan demontrasi : a. Mulailah demontrasi dengan kegiatan0kegiatan
yang merangsang siswa untuk berfikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan

yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik


memperhatikan demontrasi. b. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan
menghindari suasana yang menegangkan. c. Yakinkan bahwa semua siswa
mengikuti jalannya demontrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. d.
Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut
sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demontrasi itu. Langkah mengakhiri
demontrasi Apabila demontrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu
diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitanya dengan
pelaksanaan demontrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini
diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demontrasi itu
atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa
melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demontrasi itu untuk
perbaikan selanjutnya. Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat
yang di anggap penting oleh guru dapat di amati perhatian anak didik akan lebih
terpusat pada apa yang di Demontrasikan, jadi proses anak didik akan lebih
terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih
terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain dapat
merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar dapat
menambah pengalaman anak didik Bisa membantu siswa ingat lebih lama
tentang materi yang di sampaikan Dapat mengurangi kesalah pahaman karna
pengajaran lebih jelas dan konkrit Dapat menjawab semua masalah yang timbul
di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung . Setelah
melihat beberapa keuntungan dari metode demonstrasi tersebut, maka dalam
bidang setudi agama, banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan terutama
dalam bidang ibadat, seperti pelaksanaan shalat, zakat dan yang lainnya. Apalgi
teori menjalnkan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh anak didik, maka
guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murid.Dan apabila anak
didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati langkah dari
langkah dari setiap gerak-gerik murid tersebut, sehingga apabila ada kesalahan
atau kekurangannya guru berkwajiban memperbaikinnya. Tindakan mengamti
segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan kesan yang
dalam pada diri anak didik, guru telah memberi pengalaman kepada anak didik
baik bagi anak didik yang menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang
menyaksikannya. a. Dari segi kelemahan atau metode demonstran adalah : 1)
Memerlukan waktu yang cukup banyak apabila kekurangan media, 2) Metode demonstrasi
menjadi kurangefesien nenrlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk mebeli bahanbahannya memerlukan tenaga yang tidak sedikit Apabila siswa tidak aktif maka metode
demonstrasi menjadi tidak efektif. b. Menetapkan rencana penilain terhadap kemampuan
anak didik Pelaksanaannya hal-hal yang mesti dilakukan adalah : 2) Memeriksa hal-hal
tersebut di atas untuk kesekian kalinya 3) Melakukan demontrasi dengan menarik perhatian
siswa 4) Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demontrasikan agar mencapai sasaran
5) Memperhatikan keadaan siswa, apakah semuanya mengikuti demontrasi dengan baik. 6)
Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif 7) Menghindari ketegangan 8) Evaluasi c.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode demontrasi tersebut adalah : 1)
Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa 2) Susun langkah-langkah yang
akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang telah
direncanakan 3) Menyiapkan peralatan yang di butuhkan sebelum demontrasi dimulai. 4)

Usahakan dalam melakukan demontrasi tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya. 7.


Metode pemecahan masalah (problem solving methode) Dalam kamus bahasa inggris
metode pemecahan masalah (problem solving method) mempunyai arti : a. Problem :
Masalah b. Solving : berasal dari kata solve yang berarti pemecahan c. Method : cara Jadi
dapat disimpulkan pengertian Problem Solving adalah pemecahan masalah. Problem solving
digunakan sebagai metode dalam proses pembelajaran adalah bertujuan untuk memecahkan
suatu permasalahan dengan bantuan proses berpikir. Sebenarnya problem solving
merupakan bagian dari alat atau cara untuk penggalian teori keilmuan. Problem solving
dianggap sebagai suatu cara yang sangat efektif untuk latihan berpikir, maka agar peserta
didik mempunyai daya kreatifitas dalam berpikir, tidak ada jeleknya kalau problem solving
dijadikan salah satu dalam metode pembelajaran. Beberapa pendapat ahli tentang
pengertian Metode Pemecahan Masalah, diantaranya : a. Menurut sudirman dkk Metode
problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai
titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan
masalah atau jawabnya oleh siswa. Permasalahan itu dapat diajukan diberikan kepada siswa
bersama guru, atau dari siswa sendiri yang kemudian dicari pemecahannya sebagai kegiatan
pembelajaran. b. Menurut Oemar Hamalik Metode pemecahan masalah (problem solving)
adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajarabn dengan jalan melatih siswa
menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah
kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajaran
adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. c.
Menurut penulis Metode pemecahan masalah adalah sebagai rangkaian aktivitas
pembelajaran dimana siswa yang dihadapkan dengan berbagai masalah agar mampu
menemukan dan mencari permasalahan yang ditemukan baik itu oleh siswa atau guru. a.
Aplikasi Metode Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran PAI Untuk penerapan metode
pemecahan masalah dalam pembelajaran yaitu : 1) Merumuskan masalah Guru mengajak
siswa untuk menentukan dan memahami masalah yang akan dipecahkan. 2) Menganalisis
masalah Siswa diarahkan untuk meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut
pandang. 3) Merumuskan hipotesis Guru membantu siswa untuk merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan yang sesuai dengan kemampuan pengetahuan yang dimilikinya. 4)
Mengumpulkan data Guru menyuruh siswa mencari dan mengambarkan informasi yang
diperlukan untuk memecahkan masalah. 5) Pengujian hipotesis Siswa mengambil atau
merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penilaian hipotesis yang ia ajukan.
6) Merumuskan pemecahan masalah Siswa diajak menggambarkan rekomendasi
(mempresentasikan) yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan
rumusan simpulan mereka. b. Keunggulan Metode Pemecahan Masalah Adapun keunggulan
metode problem solving sebagai berikut : a. Melatih siswa untuk mendisain suatu penemuan
b. Berpikir dan bertindak kreatif c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis d.
Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil
pengamatan f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan tepat. g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan
dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. c. Kelemahan Metode Pemecahan Masalah
Kelemahan metode problem solving sebagai berikut : 1) Beberapa pokok bahasan sangat
sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan
siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau
konsep tersebut. 2) Proses pembelajaran dengan menggunakan metode ini sering
memerlukan waktu yang cukup dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain. 3)
Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan mencari informasi dari guru

menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok
yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri
bagi siswa. 4) Membuat perkembangan pikiran siswa mungkin hanya terbatas pada
kerangka yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanistik. d. Solusi Terhadap Kelemahan
Metode Pemecahan Masalah Adapun solusi untuk mengatasi kelemahan metode pemecahan
masalah : 1) Bahan yang dipilih guru merupakan bahan yang mendukung tujuan atau
kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum. 2) Berikan kesempatan
pada siswa untuk mencari jalanya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. 3)
Diusahakan jawaban bisa merata dan komparatif sehingga bisa diperbandingkan dengan
lainyya. 4) Sediakan waktu, pertolongan serta perlengkapan yang memadai. e. Langkahlangkah pelaksanaan Metode Problem Solving: 1) Menetapkan masalah atau materi yang
mengandung problem yang dapat dipecahkan. 2) Membuat rumusan yang jelas tentang
permasalahan yang akan dipecahkan. 3) Mencari landasan teori yang digunkan sebagai
dasar pemecahan masalah. 4) Mencari sebuah rumusan pertanyaan yang memancing
munculnya permasalahan. 5) Merumuskan jawaban sementara atas pertanyaan yang
dijadikan acuan permasalahan. 6) Mencari alternatif pemecahan masalah yang paling tepat
dan sesuai dengan pokok permasalahan. Tekhnik penerapan dari metode pemecahan
masalah dalam proses pembelajaran ini dengan mencari pemecahan masalah adalah variasi
dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal
(penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk
pertanyaan mengapa. Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara
menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut. Sintaknya adalah:
identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi
kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesaian maslah sebagai berikurt:
menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan
masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi, identifikasi
kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama. Dalam hal
ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara
penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara
penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn
permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual
mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi,
mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi. Ini juga
merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik
dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya
jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul
gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi. Model pembelajaran ini
adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi
dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub
masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga
terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi Bentuk lain dari problem posing adaslah problem
posing, yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali
masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah:
pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari
alternative, menyusun soal-pertanyaan. 8. Metode latihan (drelling methode) Menurut Dr.
Zakiah Darojat (2008 : 302) penggunaan istilah latihan sering disamakan artinya dengan
istilah ulangan. Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat

menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanyalah untuk
sekedar mengukur sejauh mana dia telah menyerap pelajaran tersebut. Langkah-langkah
metode dreel: 1) Harus diusahakan latihan tersebut jangan sampai membosankan anak didik
2) Latihan betul-betul diatur sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian anak didik
3) Agar anak didik tidak ragu, maka anak didik lebihdahulu diberikan pengertian dasar
tentang materi yang akan diberikan. 9. Metode proyek (project methode) Menurut
Abdurrahman Shaleh (2005 : 191) metode proyek adalah suatu cara mengajar yang
memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan berbagai aspek dalam kehidupan
sehari-hari sebagai tema bahan pelajarannya, agar siswa tertarik untuk belajar. Pelajaran
melalui metode proyek dilakukan dengan cara menghubungkan sebanyak mungkin
pengetahuan yang diperoleh siswa. Menurut Dr. Zakiah Darojat (2008 : 310) metode ini
disebut juga dengan teknik pengajaran unit. Anak didik disuguhi bermacam-macam masalah
dan anak didik bersama-sama menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti langkahlangkah tertentu secara ilmiah, logis dan sistematis. Langkah-langkah metode Proyek : a.
Menurut Dr. Zakiah Darojat (2008 : 310) 1) Merealisasi adanya masalah 2) Menyususn
hipotesis 3) Mengumpulkan data dan informasi 4) Menyimpulkan b. Menurut Abdurrahman
Shaleh (2005 : 192) 1) Mempersiapkan situasi belajar mengajar 2) Memilih dan menetapkan
tujuan 3) membuat rencana kerja 4) Pelaksanaan 5) Penilaian 6) Pencatatan a. Aplikasi
Metode Proyek Dalam Pembelajaran PAI Contoh metode pembelajaran berbasis proyek pada
mata pelajaran PAI : Mata pelajaran : Pendidikan Agama Islam Satuan pendidikan : SMA
(Sekolah Menengah Atas) Kelas/ Semester : XI/ Genap Kompetensi dasar : Siswa dapat
memahami kletentuan hukum tata cara pengurusan jenazah dan mampu memperagakan
tata cara pengurusan jenazah. Indikator pembelajaran : 1. Menjelaskan tata cara pengurusan
jenazah 2. Menjelaskan maksud dan tujuan memandikan jenazah serta memberikan contoh
cara memandikan jenazah 3. Menjelaskan maksud dan tujuan mengkafani jenazah serta
memberikan contoh cara mengkafani jenazah. 4. Menyebutkan doa-doa serta memberikan
contoh mensholatkan jenazah 5. Mengidentifikasi masalah-masalah autentik 6.
Mengidentifikasikan pemecahan masalah-masalah. b. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Proyek 1. Kelebihan metode proyek : a) Dengan pengajaran proyek, dapat membangkitkan
dan mengaktifkan siswa, dimana masing-masing belajar dan bekerja sendiri. b) Melalui
metode proyek memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mempraktekkan
apayang telah dipelajaro. c) Melalui metode proyek memperhatikan segi minta, perbedaan
serta kemampuan masing-masing individu siswa d) Dapat menumbuhkan sikap sosial dan
bekerja sama yang baik. e) Dapat membentuk siswa dinamis dan ilmiah dalam berbuat
/berkarya. 2. Kekurangan metode proyek : a) Memerlukan perencanaan yang matang b)
Tidak semua guru merencanakan/terbiasa dengan metode proyek. Sebab dengan metode
proyek guru dituntut untuk bekerja keras dan mengorganisir pelajaran yang menjadi proyek
secara terencana. c) Bila proyek diberikan terlalu banyak, akan berakibat membosankan bagi
siswa. d) Bagi sekolah tingkat rendah (SD dan SLTP), metode proyek masih sulit
dilaksanakan. Sebab metode proyek menuntut siswa untuk mencari, membaca, memikirkan
serta dapat memecahkan masalahnya sendiri. 10. Metode cerita (narativieng methode)
Menurut Prof. Kukuh Fackhurrohman (2007 : 62) Alquran dan Al Hadits banyak
mereddaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah malaikat, para
Nabi, umat terkemuka pada zaman dahulu dan sebagainya. Sedangkan menurut
Abdurrohman Shaleh (2005 : 202) metode cerita ialah suatu cara mengajar yang pada
hakekatnya sama dengan metode ceramah karena informasi yang disampaikan melalui
penuturan atau penjelasan lesan dari seseorang kepada orang lain. Dalam metode bercerita
baik guru maupun siswa dapat berperan sebagai penutur. Guru dapat menugaskan salah

seorang siswa atau lebih untuk menceritakan suatu peristiwa atau topik. 11. Metode praktik
(practising methode) Menurut Prof. Kukuh Fackhurrohman (2007 : 64) dimaksudkan
supaya mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda
seperti diperagakan, dengan harapan anak didik menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat
mempraktekkan materi yang dimaksudkan. Metode ini adalah bentuk metode praktek yang
sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun
fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau
ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang
sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah
penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar
terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar
merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah
pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan
tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan
sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu
tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang kedua, metode ini memang
mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai
dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.
Suintak p[embelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa
mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat
kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat
diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru
membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indar yang dimiliki siswa.
Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (handson, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang
bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara,
presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang
bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati, menggambar,
mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy
yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on)
nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui
bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi,
memecahkan masalah, dan menerapkan. 12. Metode suri tauladan (good example methode)
Secara etimologis, metode berasal dari kata met dan hodes yang berarti melalui. Metode
berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Metod
eberasal dari Bahasa Inggris Method yang berarti metode atau cara. Sedangkan secara
terminology metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai satu
tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan
sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Menurut Prof. Kukuh Fachurrohman (2007 : 63)
metode yang dapat diartikan sebagai tauladan yang baik. Dengan adanya teladan yang baik
itu, maka akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya,
karena memang pada dasarnya dengan adanya contoh ucapan, perbuatan dan contoh
tingkah laku yang baik dalam hal apapun, maka hal itu merupakan suatu amaliah yang
paling penting dan paling berkesan, baik bagi pendidikan anak, maupun dalam kehidupan
dan pergaulan manusia sehari-hari. a. Aplikasi Metode Suri Tauladan Bila dicermati historis
pendidikan di zaman Rosulullah Saw. Dapat dipahami bahwa salah satu factor terpenting
yang membawa berliau kepada keberhasilan adalah keteladanan (uswah). Rosulullah Saw.

Di dalam mendidik tidak hanya kata-kata saja, tetapu lebih banyak memberikan keteladanan
dalam mendidik umatnya. Karena itulah, keteladanan dikatakan sebagai metode yang sangat
efektif dalam pendidikan, khususnya pendidikan islam. Maksudnya keteladanan dalam
pendidikan merupakan metode yang paling berpengaruh dan terbuklti paling berhasil dalam
mempersiapkan dan membentukk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Hal ini
karena pendidik adalah figure terbaik dalam pendangan anak didiknya. Oleh karena itu,
keteladanan yang baik adalah salah satu metode yang digunakan untuk merealisasikan
tujuan pendidikan. Hal ini karena keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan
dalam mencapai upaya keberhasilan pendidikan, dan jufa dapat memberikan kontribusi
yang sangat besar terhadap nilai-nilai pendidikan islam. Dalam praktek pendidikan dan
pengajaran, secara langsung (durect) maksudnya bahwa pendidikan benar-benar
menjadikan dirinya sebagai contoh teladan yang baik bagi anak didik. Kedua, secara tidak
langsung (indirect) yang maksudnya, pendidik menceritakan riwayat para nabi, kisah-kisah
orang besar, pahlawan dan syuhada, yang tujuannya agar anak didik menjadikan tokohtokoh tersebut sebagai suri teladan dalam kehidupan mereka. c. Kelebihan dan Kekurangan
Metode Suri Tauladan (Good Example Method) Layaknya metode-metode yang lain, metode
suri tauladan juga memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri. Namun kelemahan dan
kelebihan metode keteladanan ini tidak bias dilihat secara kongkrit. Tetapi secara abstrak
Armai Arif mengatakan kelebihan dankekurangan metode ini dapat diinterpretasikan
sebagai berikut : 1) Kelebihan : a) Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu
yang dipelajari di sekolah. b) Akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil belajarnya.
c) Agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik d) Bila keteladanan di
lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik. e)
Tercipta hubungan harmonis antara guru dan siswa. f) Secara tidak langasung guru fapat
menerapkan ilmu yang diajarkan. g) Mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan
dicontoh oleh siswanya. 2) Kekurangan : a) Jika figure yang mereka contoh tidak baik, maka
mereka cenderung mengikuti hal-hal yang tidak baik pula b) Jika teori tanpa praktek akan
menimbulkan verbalisme. 13. Metode kerjasama (cooperations methode) Menurut Prof.
Kukuh Fachurrohman (2007 : 64) metode kerjasama ialah upaya saling membantu antara
dua orang atau lebih, antara indifidu dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas
atau menyelesaikan problema yang dihadapi dan menggarap berbagai program yang
bersifdat prospektif, guna mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan bersama. 14.
Metode kerja kelompok (cup cluster methode) Istilah kerja kelompok dipakai untuk
merangkum pengertian dimana anak didik dalam satu kelompok dipandang sebagai satu
kesatuan tersendiri untuk mencari satu tujuan pelajaran yang tertentu dengan bergotong
royong. Sebagai metode kerja kelompok memiliki pengertian dimana siswa dalam suatu
kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri/dibagi atas kelompokkelompok kecil/sub-sub kelompok. Kerja kelompok dapat dipakai untuk mengajar dan
mencapai bermacam-macam tujuan di sekolah. (Syaiful Sagala, 2003: 215). Penggunaan
teknik kerja kelompok untuk mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama
dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama (Roestiyah, 2001: 15).The Power of
Two merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan
mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi, itu karenanya 2 kepala tentu lebih baik
daripada 1 kepala (Komaruddin Hidayat, 2001: 153) DMR adalah pembelajaran yang
berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai representasi
dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan,
pengemabangan, penerapan, dan penutup Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa
berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja

kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya
untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal,
kerja kelompok, laporan kelompok. . 15. Metode sistem regu (team teaching methode) Team
teaching adalah metode pembelajaran dimana dua guru atau lebih bekerjasama mengajar
sebuah kelompok siswa. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan metode ini
adalah: pertama, harus ada program pelajaran yang disusun bersama oleh team tersebut,
sehingga terarah sesuai dengan tugas masing-masing guru dalam team tersebut. Kedua,
Membagi tugas tiap topik kepada guru tersebut sehingga masalah bimbingan pada siswa
terarah dengan baik. Ketiga, Setiap anggota dalam satu regu harus memiliki
pandangan/pengertian yang sama dan keempat harus dicegah jangan sampai terjadi jam
bebas akibat ketidakhadiran seorang guru anggota team tersebut. a. Kelebihan metode
system regu 1) Melalui metode system regu (team teaching) ini banyak menguntungkan,
karena interaksi mengajar akan lebih lancar. 2) Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap
pelajaran yang diberikan dapat mendalam. Karena masing-masing guru bidang studi dapat
memberikan/ kajian yang berbeda-beda sesuai dengan spesialisasi mereka masingmasing.bidang studi dapat memberikan / kajian yang berbeda-beda sesuai dengan
spesialisasi mereka masing-masing. 3) Unsur kerja sama antar siswa dan guru masingmasing bidang studi sangat menonjol, sehingga dimungkinkan adanya kerja sama yang
harmonis, yang justru sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. 4) Tugas mengajar
guru sedikit lebih ringan , sehingga cukup waktu untuk merencanakan persiapan mengajar
yang lebih baik . 5) Pelajaran yang diberikan oleh guru , melalui metode system regu ini
dipertanggungjawabkan , karena unit pelajaran ditangani oleh beberapa orang guru . b.
Kekurangan metode sistem regu terletak pada : 1. Pelajaran menjadi tidak sistematis ,
apabila masing-masing berjalan sendiri-sendiri , dan tidak adanya koordinasi yang baik . Hal
ini dapat berakibat mebingungkan dan menyulitkan bagi siswa. 2. Bagi guru yang kurang
disiplin , bila mendapatkan giliran bebas tugas , kemungkinan waktu tersebut hanya
digunakan untuk beristirahat dari pada membuat rencana pelajaran yang baik . 3.
Kemungkinan bagi pembetuntukan (team teaching) hanya sekedar memperbincangkan
factor ekonomis dan adminitrasi pengajaran yang justru hal yang pokok . 4. Apabila tidak
tercipta hubungan yang harmonis dan kerja sama yang kompak antar guru bidang studi ,
maka kemungkinan akan berakibat fatal bagi tercapainya tujuan pengajaran . 5.
Kecendurungan sistem pengajaran modern menghendaki adanya pemisaha yang tugas
spesialisasi dari masing-masing mata pelajaran . c. Aplikasi tahapan pembelajaran dengan
strategi Team Teaching 1) Tahap awal a) Perencanaan Pembelajarab Disusun secara
Bersama Perencanaan pembelajaran atau yang saat ini lebih popular dengan istilah Rencana
pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus di susun secara bersama-sama oleh setiap guru yang
bergabung dalam team teaching mehamami tentang apa-apa yang tercantum dalam isi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut, mulai dari standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indicator yang harus diraih oleh siswa dari proses pembelajaran,
sampai kepad asistem penilain haisl evaluasi siswa. b) Metode Pembelajaran Disusun
Bersama Selain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang harus disusun bersama oleh
team , metode yang akan dugunakan oleh mereka dalam proses pembelajaran Team
Teaching pun harus direncanakan bersama-sama oleh anggota Team Teaching. Perencanaan
metode secara bersama ini dilakukan agar setiap guru Team Teaching mengetahui alur
proses pembelajaran dan tidak kehilangan arah pembelajaran. c) Partner Team Teaching
memahami materi dan isi Pembelajaran Guru sebagai partner dalam Team Teaching bukan
hanya harus mengetahui tema dari materi yang akan disampaikan kepada siswa saja, lebih
jauh dari itu, mereka juga harus bersama-sama mengetahui dan memahami isi dari materi

pelajaran tersebut. Hal ini agar keduanya bisa saling melengkapi kekurangan pengetahuan
yang ada di dalam diri maisng-masing. Terutama ini dirasakan manfaatnya dalam
penyampaian materi pada siswa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa atas
penjelasan guru. d) Pembagian peran dan tanggung jawab secara jelas Dalam Team Tea
ching, pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing guru harus dibicarakan secara
jelas ketika merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar ketika proses
pembelajaran berlangsung di dalam kelas, mereka tahu peran dan tugasnya masing-masing.
Tidak ada lagi yang namanya ketidak jelasan peran dan tanggung jawab dalam hal ini. 2)
Tahap Inti Satu guru sebagai pemateri dalam dua jam mata pelajaran penuh, dan satu orang
sebagai pengawas dan pembantu team. Dua orang guru bergantian sebagai pemateri dalam
dua jam pelajaran, dalam hal ini berarti tugas sebagai pemateri dibagi dua dalam dua jam
pelajaran yang ada. 3) Tahap Evaluasi a) Evaluasi guru Evaluasi guru selama proses
pembelajaran dilakukan oleh partner team setelah jam pelajaran berakhir. Evaluasi
dilakukan oleh masing-masing partner dengan cara member kritik-kritikan dan saran yang
membangun untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hal ini setiap guru
yang diberi saran harus menerima dengan baik saran-saran tersebut, karena hakekatnya
itulah kelebihan dari team teaching. Setiap guru harus merasa bahwa mereka banyak
mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri paling benar dan paling pintar.
Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, ini dilakukan untuk menjaga image masingmasing guru dihadapan siswa. b) Evaluasi siswa Evaluasi siswa dalam hal ini mencakup
pembuatan soal evaluasi dan merencanakan metode evaluasi, yang semuanya dilakukan
secara bersama-sama oleh guru team teaching. Atas kesepakatan bersama guru harus
mebuat soal-soal evaluasi yang akan diberikan kepada siswa, disini guru Team Teaching
harus secara bersama-sama menentukan bentuk soal evaluasi, baik lisan maupun tulisan,
baik pilihan ganda, uraian, atau kombinasi antara keduanya. Satu hal yang tak kalah penting
adalah dalam evaluasi siswa, guru juga diharuskan merencanakan metode evaluasi.
Perencanaan metode evaluasi. Perencanaan metode evaluasi siswa ini di dalamnya
mencakup pembagian peran dan tanggung jawab setiap guru Team Teaching dalam
pelaksanaan evaluasi, serta pembagian pos-poos pengawasan. 16. Metode karya wisata (feeld
trib methode) Metode karyawisata adalah metode pembelajaran dengan melakukan
kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Langkah-langkah pokok dalam metode
karyawisata yaitu: a. Perencanaan karyawisata 1) Merumuskan tujuan karyawisata 2)
Menetapkan objek sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai 3) Menetapkan lamanya
karyawisata 4) Menyusun rencana belajar bagi siswa selama berkaryawisata 5)
Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan b. Pelaksanaan karyawisata
Dalam fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar ditempat karyawisata dengan bimbingan
guru. Kegiatan belajar yang dilaksanakan harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. c. Tindak lanjut Pada akhir karyawisata siswa harus diminta laporannya baik
lisan maupun tertulis yang merupakan inti masalah yang telah dipelajari pada waktu
karyawisata. Keunggulan metode karya wisata 1) Siswa dapat menyaksikan secara langsung
2) Dapat menjawab masalah atau pertanyaan sekaligus selama dilapangan dengan
mempertanyakan, mengamati, mencatat, menyimpulkan DLL. Terhadap hal yang belum
atau kurang dipahami. 3) Dengan melalui dua hal tersebut diatas memungkinkan siswa
dapat mempratekkan hasil karya wisata atau hasil kunjungannya. 4) Pengetahuan siswa
menjadi integral atau terpadu. 5) Sebagai selingan yang menyenangkan yang dapat
menimbulkan semangat baru untuk belajar dengan sungguh-sungguh. 6) Menimbulkan
cakrawala piker atau horizon yang luas dan intuisif. Kekurangan Metode Karya Wisata 1)
Dilihat dari segi tenaga dan biaya, metode ini juga tampak kurang efisien dan efektif 2)

Dapat membawa resiko perjalanan cukup besar. 3) Karya wisata cenderung bersifat
ceremonial ketimbang untuk menambah pengetahuan dna pengalaman. 4) Memerlukan
koordinasi dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi tumpuh tindih waktu dalam
kegioatan, dalam karya wisata ini tidak harus dilaksanakan setiap hari karena tidak efisien
disamping itu metode karya wisata ini juga sangat penting agar siswa siswa mengetahui
sesuatu hal secara langsung . Solusi kekurangan dari metode karya wisata tersebut adalah 1)
Sebaiknya karya wisata ini dilakukan pad awaktu liburan sekolah atau bisanya disebut
dengan studi tour 2) Perlu persiapan dan pembimbing yang pasti agar semuanya berjalan
dengan aman 3) Karya wisata harus sesuai dengan penerapan yang diatas sesuai dengan
tujuan yang dimaksudkan. 17. Metode pemberian motivasi (present motivations methode)
Pemberian motivasi guru dalam pembelajaran dapat terdiri atas Pemberian Penghargaan,
yang dapat menumbuhkan inisiatif, kemampuan-kemampuan yang kreatif dan semangat
berkompetisi yang sehat, pemberian penghargaan sebagai upaya pembinaan motivasi tidak
selalu harus berwujud atau barang, tetapi dapat juga berupa pujian-pujian dan hadiahhadiah im-material. Pemberian perhatian yang cukup terhadap siswa dengan segala potensi
yang dimilikinya merupakan Bentuk motivasi yang sederhana, karena banyak yang tidak
memiliki motivasi belajar diakibatkan tidak dirasakannya adanya perhatian. Ajakan
Berpartisipasi. Pada diri manusia ada sesuatu perasaan yang dihargai apabila dia dilibatkan
pada sesuatu kegiatan yang dianggap berharga. Oleh karena itu guru, harus selalu mengajak
dan mengulurkan tangan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
guna lebih bergairah dalam belajar dan memperkaya proses interaksi antar potensi siswa
dalam proses pembelajaran. 18. Metode kooperatif (cooperative methode) Pembelajaran
koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan
dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan
rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif,
siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman,
tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi
karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah
kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu
mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri
dari 4 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi,
dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks
pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok
heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan. 19 Metode
kontekstual (contectual methode) Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang
dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait
dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat
dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi
konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton
dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indokator pembelajarn
kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan
perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu,
contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan,
evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar
kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry

(identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism


(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),
reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses
dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian
portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara). 20.
Metode pembelajaran langsung (direct learning methode) Pengetahuan yang bersifat
informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika
disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa,
sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi.
Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi). 21.
Metode problem terbuka (open ended methode) Pembelajaran dengan problem (masalah)
terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai
cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini
melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasiinteraksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi
mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh
jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses
mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan
proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan
ragam berpikir. Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik
(gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan
berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit
demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian
pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat
kesimpulan. 22. Metode tugas kelompok (teams geam tournament methode) Istilah kerja
kelompok dipakai untuk merangkum pengertian dimana anak didik dalam satu kelompok
dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk mencari satu tujuan pelajaran yang
tertentu dengan bergotong royong. Sebagai metode kerja kelompok memiliki pengertian
dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok)
tersendiri/dibagi atas kelompok-kelompok kecil/sub-sub kelompok. Kerja kelompok dapat
dipakai untuk mengajar dan mencapai bermacam-macam tujuan di sekolah. (Syaiful Sagala,
2003: 215). Penggunaan teknik kerja kelompok untuk mengajar mempunyai tujuan agar
siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama
(Roestiyah, 2001: 15).The Power of Two merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk
meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi, itu
karenanya 2 kepala tentu lebih baik daripada 1 kepala (Komaruddin Hidayat, 2001: 153)
Debat adalah tekhnik pembalajaran tugas kelompok disebut juga dengan sisntak yakni :
siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar
untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh
perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu
setrusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan
menambahkannya biola perlu. Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan
bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan
dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sinatknya adalah:
informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi dan melaporkan.
Tekhnik yang lain adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintak :
pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul
secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual

dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual
dan berikan reward. 23. Metode pemahaman (comprehensien methode) Menurut Prof.
Kukuh Fachurrohman (2007 : 63) metode ini dilakukan dengan membangkitkan akal dan
kemampuan berfikir anak didik secara logis. Metode ini adalah metode mendidik dengan
membimbing anak didik untuk dapat memahami problema yang dihadapi dengan
menemukan jalan keluar yang benar dari berbagai macam kesulitan dengan melatih anak
didik menggunakan fikirannya dengan mendata dan menginfentarisasi masalah, dengtan
cara memilah-milah, membuang nama yang salah, meluruskan yang bengkok dan
mengambil yang benar. Metode pemahaman ini tidak lepas dengan hubungan metode
hafalan disebabakan adanya saling berkaitannya. Dan menjadi mengusik dan memerik rasa
keingintahuan. Seandainya mau merenungi dirinya sendiri niscaya akan mendapatkan
kesuksesan di dalam hidupnya. Namun akhir-akhir ini muncul pandangan atau paradigma
yang menyatakan bahwa cara metode hafalan telah berakhir dan harus digantikan oleh
metode yang lebih maju yaitu metode pemahaman. Dengan metode pemahaman memiliki
nilai kreatifitas dalam proses belajar akan lebih bermakna. Pandangan ini lahir dengan
ditandai hadirnya berbagai teori pembelajarab yang mengungkapkan kreativitas seperti
Quantum learnign, accelerated learnign dan teori-teori lain. Metode hafalan dan metode
pemahaman dapat bersinergi dan ta k dapat berjalan sendiri-sendiri satu dengan yang lain
dalam dunia pembelajaran pendidikan. Contoh anak kecil menghafalkan kata tahu ia tidak
paham dengan apa yang ia hafal, akan tetapi setelah beberapa saat kemudian ia akan sangan
membutuhkan hafalan ini. Untuk lebih jelasnya pembahasan ini tentang keutamaan dan
kemanfaatan yang kita capai dalam memahami dan mengamalkan manhaj salaf yang baik
adalah : a. Keteguhan iman dan istiqomah dalam agama didunia dan akhirat b. Meraih
kenikmatan tertinggi di surga c. Menggapai tempat dari Allah dalam kebaikan d.
Mendapatkan semua kemuliaan Allah SWT di surga (Akhirat) Kelemahan : a.
Memperlambat dalam pembelajran pendidikan untuk mencapai target mengejar target
materi pelajaran. b. Ruang lingkup dalam penyampaian materi belum begitu leluasa hanya
tempat tertentu. Membutuhkan waktu proses pembelajaran lama. c. Menyebabkan
kegagalan dalam bentuk kepribadian manusia yang kuat dan mampu untuk berbuat banyak
dalam kehidupan. d. Metode ini di terapkan tidak secara menyeluruh dan lengkap dalam
penyampaian pembelajaran pendidikan. 24. Metode perumpamaan (parable methode)
Menurut Prof. Kukuh Fachurrohman (2007 : 63) suatu metode yang digunakan untuk
mengungkapkan suatu sifat dan hakekat dari realitas sesuatu. Perumpamaan dapat
dilakukan dengan mentasbihkan sesuatu (menggambarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain
yang serupa), seperti mengumpamakan sesuatu yang rasional- abstrak dengan sesuatu yang
bisa diindra. 25. Metode simulasi (simulations methode) Metode ini adalah bentuk metode
praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan
mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam
kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam
situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang
siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benarbenar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar
merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah
pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan
tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan
sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu
tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang kedua, metode ini memang
mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai

dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.
Simulasi sangat baik untuk mencek ketrampilan kognitif yang telah diperoleh melalui
metode-metode lain, disamping untuk mengubah sikap. Metode ini makin lama makin
populer, terutama dalam dua lingkungan yang ekstrem, yaitu sekolah dasar dan penataran
dunia usaha. Dengan metode ini suatu masalah dipecahkan, bukan dengan membahas
masalah tersebut. Gladiresik merupakan contoh simulasi, yakni memperagakan proses
terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara yang sebenarnya supaya
tidak gagal pada waktunya nanti. Simulasi juga bisa dilakukan dalam rangka persiapan
pelaksanaan ibadah haji. a. Jenis-jenis metode simulasi 1) Bermain peran (role playing
dalam proses pembelajarannya mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi.
Simulasi ini menitik beratkan agar siswa dapat meningkat. 2) Sosiodrama, merupakan
pembelajaran yang dilakukan oleh kelompok untuk melakukan aktifitas belajar memecahkan
masalah individu sebagai makhluk hidup. 3) Permainan simulasi (simulation games). Dalam
pembelajarannya siswa bermain peran sesuai dengan peran yang diberikan kepadanya. b.
Karakteristik metode simulasi 1) Banyak digunakan pada pembelajaran IPS, PKN dan
Pendidikan Agama. 2) Pembinaan kemapuan bekerjasama, komunikasi dan interaksi. 3)
Lebih banyak menuntut aktivitas siswa 4) Dapat digunakan dalama pembelajaran berbasis
konteksual. 5) Mengembangkan kemampuan siswa bermain peran. 6) Siswa akan menguasai
konsep dan keterampilan intelektual, sosial dan motorik dalam bidang yang dipelajarinya. 7)
Siswa mampu belajar melalui sistuasi tiruan dengan sistem umpan balik. c. Langkahlangkah metode simulasi : 1) Menetapkan topik simulasi 2) Menetapkan kelompok dan topik
yang akan dibahas. 3) Guru mengawali simulasi dnegan memberi petunjuk tentang
prosedur, teknik, dan peran yang dimainkan. 4) Mendiskusikan proses, peran, teknik, dan
prosedur. 5) Kesimpulan dan saran. d. Keunggulan metode simulasi : 1) Siswa dapat
berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok 2) Siswa terlibat dalam pembelajaran
sehingga aktivitas siswa cukup tinggi. 3) Membiasakan siswa memahami permasalahan
sosial. 4) Membina hubungan personal yang positif antar siswa dalam kelompok. 5) Dapat
membangkitkan imajinasi. 6) Membina hubungan yang komunikatif dan bekerjasama dalam
kelompok. e. Kelemahan metode simulasi : 1) Memerlukan waktu yang relatif lama 2) Sangat
bergantung pada aktivitas siswa 3) Lebih cenderung memerlukan pemanfaatan sumber
belajar 4) Banyak siswa yang kurang menyukai metode ini. 26. Pembelajaran Berbasis
masalah (PBL, Problem Based Learning) Kehidupan adalah identik dengan menghadapi
masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa,
untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara
adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan
menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah
metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi,
konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri. 27. Metode Pembelajaran Bersiklus (cycle
learning Methode) Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara
bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri
dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi
berarti menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti
menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda. 28. Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBL, Problem Based Learning) Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah.
Model pembeljaaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk
merangsang kemampuan berpkir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah

suasana kondusif, terbuka, negoisasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar
siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif,
elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur,
sintesis, generalisasi dan inkuiri. 29. Problem Solving Dalam hal ini maslaah didefinisikan
sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru
problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola,
aturan, dan algoritma). Sintaknya adalah sajikan permasalah yang memenuhi kriteria di
atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan,
siswa mengidentifikasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga dan akhirnya
menemukan solusi. 30. Problem Posing Bentuk lain dari problem posing adalah problem
posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali
masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah:
pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimaisasi tulisan-hitungan, cari
alternative, menyusun soal-pertanyaan. 31. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem ( masalah ) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan
permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam
( multi jawab, fluency ). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide,
kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi,-interaksi, sharing, ketebukaan, dan solialisasi.
Siswa dituntut unuk berimprovisasi mengembangkan metode. Cara atau pendekatan yang
bervariasi dalam memperoleh jawaban. Jawaban siswa beragam selanjutnya siswa juga
diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model
pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola
pikir, keterpasuan, keterbukaan dan ragam berfikir. Sajian masalah haruslah konteksual
kaya makna secara tematik (gunakan gambar, diagram, table). Kembangkan permasalaha
sesuai dengan kemampuan berpikir siswa. Katakan dengan materi selanjutnya siapkan
rencana bimbingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri) sintaknya adalah menyajikan
masalah. Pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa. Bimbingan dan
pengarahan, membuat kesimpulan. 32. Probing-promping Teknik probing-prompting
adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya
menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan
sisap siswa dan pengalamanya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari, selanjutnya
siswa mengkontruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian
pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab
dilukukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus
berpatisipasi aktif. Siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa
dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang. Namun
demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut. Guru hendaknya serangkaian
pertanyaan disertai dengan wajah ramah. Suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda,
senyum, dan tertawa. Sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan
lupa bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya sedang
belajar. Ia telah berpartisi pasi. 33. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning) Ramsey (1993)
mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi
(deskripsi). Kemudian eksplanasi (empiric). Dan diakhiri dengan aplikasi (adukatif).
Eksplorasi berarti menggali pengetahuan masyarakat. Eksplanasi berarti mengenalkan
konsep baru dan alternative pemecahan. Dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam
konteks yang berbeda. 34. Reciprocal Learning Weinstein & meyer (1998) mengemukakan
bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal yaitu bagaimanan siswa
belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan resnik (1999) mengemukakan

bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi,
hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara
pembelajaran resiprokal, yaitu : informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSDmodul, membaca merangkum. 35. SAVI Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang
menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa.
Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (handson, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan: Auditory yang
bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara,
presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi: Visualization yang
bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar,
mendemostrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga: dan Intellectualy yang
bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (mids-on) belajar
haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar,
menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkontruksi, memecahkan
masalah, dan menerapkan. 36. TGT (Teams Games Tournament) Penerapan model ini
dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda.
Setelah memperoleh tugas, setiap keompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan
diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi
antar kelompok. Suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi
permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan
ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi
diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa
pertemuan. Atau ddalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport.
Sintaknya adalah sebagai berikut : a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian
berikan informasi pokok materi dan mekanisme pembagian b. Siapkan meja turnamen
secukupnya. Misal 10 meja dan untuk tiap meja diempati 4 siswa yang berkemampuan setar.
Meja 1 diisi oleh siswa dengan level tertinngi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja
ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya peling rendah. Penentuna tiap siswa yang duduk pada
meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok. c. Selanjutnya adalah pelaksanaan
turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan
mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih
dari satu soal dan hasilnya siperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk
tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai
dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior. Very good. Good.
Medium. Bumpin pada turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen ketiga keempat dst )
dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi.
Siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama. Begitu juga pula untuk meja
turnamen yang lainya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama. e. Setelah selesai hitunglah
skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan
individual. 37. VAK (Vizualization, Auditory, Kinestetic) Model pembelajaran ini
menggangap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di
atas. Dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siswa yang telah dimilikinya dengan
melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI,
dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic 38. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetion)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK. Bedanya hanyalah pada repetisi yaitu
pengulangan yang bermakna pendalaman perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih
melalui pemberian tugas atau quis. 39. TAI (Team Assisted Individualy) Terjemahan bebas
dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam kelompok (Bidak) dengan karateristik

bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus
membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi gurusiswa adalah negosiasi dan bukan imposisiintruksi. Sintaksi bidak menurut Slavin (1985)
adalah : (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul. (2) siswa
belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual,
salig tukar jaaawaban. Saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok
dan refleksi serta tes formatif. 40. STAD (Student Team Achievement Division) STAD adalah
salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok
hetrogen (4-5 orang). Diskusikan bahan belajar LKS-modul secara kolabratif. Sajianpresentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Kuis individual dan buat skor
perkembangan tiap siswa atau kelompok. Umumkan rekor tim dan individual dan berikan
reward. 41. NHT (Numbered Head Together) NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran
koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki
nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi utuk
tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat
tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa
yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan
buat skor perkembangan tiap siswa. Umumkan hasil kuis beri riward. 42. Jingshaw Model
pembelajaran ini termasuk pembelajaran ini termasuk koperatif dengan sintaks seperti
berikut ini, pengarahan , informasi bahan ajar. Buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar
(LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok. Tiap
anggota kelompok bentugas membahas bagian tertentu tiap kelompok bahan belajar
sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi. Kembali ke kelompok asal,
pelaksana tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli. Penyimpulan
evaluasi , refleksi. 43. TPS (Think Pairs Share) Model pembelajaran ini tergolong
tipe koperatif dengan sintaks: guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan
kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangkusebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor
perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward. 44. GI (Group
Investigation) Model koperatif tipe GI dengan sintaks: pengarahan, buat
kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan
investigasi. Tiap kelompok menginvestigasikan proyek tertentu (bisa di luar
kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di
dalam sekolah , jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru
dan staf sekolah). Pengolahan 45. MEA (Means-End Analysis) Model
pembelajaran ini adalah variasi dri pembelajaran dengan pemecahan masalah
sengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis
heuristic. Elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi
perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga menjadi koneksivitas, pilih strategi
solusi. 46. CPS (Creative Problem Solving) Ini juga merupakan variasi dari
pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam
mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Sintaksnya adalah mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar
melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah
pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi
dan diskusi. 47. TTW (Think Talk Write) Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir
melaluibahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi). Hasil
becaanya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi dan kemmudian buat

laporan hasil presentasi. Sinatnya adalah: informasi, kelompok, (membacamencatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan. 48. TS-TS (Two Stay Two
Stray) Pembelajaran moidel ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan
dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaksnya adalah kerja kelompok, dua
siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainya tetap di kelompoknya
untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja
lompok. Kembali ke kelompok asal. Kerja kelompok, lapoan kelompok. 49. CORE
(Connecting, Organizing, Refleting, Extending) Sintaksnya adalah ( C ) koneksi
informasi lama-baru dan antar konsep, ( 0 ) organisasi ide untuk memahami
materi, (R) Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan,
memperluas, dan menggunkan. 50. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite,
Review) Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan
meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan
belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: survey dengan mencermati teks
bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat
pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi
bahan ajar). Read dengan membaca teks dan cari jawabanya. Recite dengan
pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama). Dan Review
dengan cara meninjau ulang menyeluruh. 51. MID (Meaningful Instructionnal
Design) Model ini adalah pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan
belajar dan efektivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara
konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaksnya adalah (1) lead-in dengan
melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisi pengalaman, dan
konsep ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar: (3)
production melalui ekspresi-apreasi konsep. 52. CRI (Certainly of Respone Index)
CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan
dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilikinya untuk
memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002)
mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk
totally guested answer. I untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4
untuk almost certain, dan 5 untuk certain. 53. DLPS (Double Loop Problem
Solving) DLPS adalah variasi daari pembelajaran dengan pemecahan masalah
dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya
masalah. Jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa,
selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap
uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut, sintaksnya adalah : identifikasi,
deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, Langkah penyelesaian masalah sebagai
berikut ; menuliskan pertanyaan masalah awal pengelompokan gejala, menuliskan
pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, implementasi solusi,
identifikasi kausal utama, menemukan pilihna solusi utama, dan implementasi solusi utama.
54. DMR (Diskursus Multy Reprecentasy) DMR adalah pembelajaran yang
beriorentasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai
presentasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah :
persiapan, pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup. 55. CIRT
(Cooperative, Integrated, Reading, and Composition) Terjemahan bebas dari CIRC
adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif kelompok .
sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan

wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar. Siswa bekerja
sama(membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan)
terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil
kelompok, refleksi. 56. IOC (Inside Outside Circle) IOC adalah mode pembelajaran
dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di
mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan
pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Sintaksnya adalah : separu
dari sejumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar. Separuhnya
lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam. Siswa yang berhadapan
berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkaran luar
berputar kemudian berbagi informasi kepada teman(baru) di depanya, dan
seterusnya. 57. Tari Bambu Model pembelajaran ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan
pasangan yang berbeda secara bersamaan, siswa yang berada di lingkaran luar
berputar kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depanya, dan
sseterusnya. 58. Artikulasi Artikulasi adalah mode pembelajaran dengan sintaks:
penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan
sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang beru diterima kepada
pasanganya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru
membimbing siswa untuk menyimpulkan. 59. Debate Debate adalah model
pembelajaran dengan sintaks : siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk
berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masingmasing kelompok. Sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu
kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara
bergantian. Guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya
biola baru. 60. Role Playing Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru
menyiapkan skenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk
mempelajari skenario yang telah dipelajarinya. Kelompok siswa membahas peran
yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan
dan refleksi. 61. Talking Stick Sintaks pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan
tongkat,. Sajian materi pokok, siswa membaca materi lengkap pada wacana.
Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang
kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada
siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya, guru
membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi. 62. Metode Pembahaman dan
Penalaran Menurut Prof. Kukuh Fachrurrohman (2007: 63) metode ini dilakukan
dengan membangkitkan akal dan kemampuan berfikir anak didik secara logis.
Metode ini adalah metode mendidik dengan membimbing anak didik untuk dapat
memahami problema yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar yang benar
dari berbagai macam kesulitan dengan melatih anak didik menggunakan
fikirannya dengan mendata dan menginfentarisasi masalah, dengan cara
memilah-milah, membuang nama yang salah, meluruskan yang bengkok dan
mengambil yang benar. 63. Metode Perumpamanaan Menurut Prof. Kukuh
Fachrurrohman (2007: 63) suatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan
suatu sifat dan hakekat dari realitas sesuatu. Perumpamaan dapat dilakukan
dengan mentasbihkan sesuatu (menggambarkan sesuatu dengan sesuatu yang
lain yang serupa), seperti mengumpamakan sesuatu yang rasional-abstrak

dengan sesuatu yang bisa diindra. 64. Metode Dialog Metode ini adalah metode
menggunakan tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih,
dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik pembicaraan tertentu.
Metode dialog berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang
lain. Serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya. Uraian tersebut
memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lian, baik
mendengar langsung atau melalui bacaan. Di sisi lain metode dialog juga
dipahami sebagia proses belajar mengajar dimana terjadi interaksi antara
kegiatan mengajar. 65. Metode Sistem Lingkaran/Sistem Circle Method) Metode
ini adalah metode pembelajaran dengan membentuk garis melengkung yang kedua
ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik pusat, bundaran (RBBI 675). Metode ini
posisi guru berada di tengah lingkaran siswa ketika menyampaikan materi ajar. 66. Metode
Penyelidikan Cepat a. Pengertian Penyelidikan adalah aktiviti penyelesaian masalah yang
membawa kepada pengetahuan dan penemuan baru dengan mennunakan kaedah pasti dan
persoalan yang sedang digunakan oleh sarjana-sarjana didalam bidang tersebut. Atau
penyelidikan adalah suatu penyiasatan atau uji kaji yang bertujuan menemukan dan
menginterpretasikan fakta-fakta, mengulang semula teori yang diterima di dalam penemuan
baru atau amalan penggunaan teori atau undang undang peraturan baru atau yang diguna
pakai semula. Penyelidikan bias di sebut juga berhati-hati atau pengujian bertujuan
mendapatkan atau menemukan maklumat atau perhubungan dan mengembangkan dan
mengesahkan pengetahuan tersedia. b. Asal kata penyelidikanan Penyelidikan berarti
periksa, menyidik, menyelidik atau mengamat-ngamati istilah dan pengertian secara yuridis.
Dalam Pasal 1 butir (2) KUHAP dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan penyelidikanan
adlah serangkaian tindakan penyelidikan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang. c. Makna penyelidikan menurut para tokoh 1) Tuckman (1999) :
penyelidikan adalah cara sistematik bagi mendapatkan jawaban untuk suatu persoalan. 2)
Kelinger (1964) : penyelidikan saintifik adlaah penyiasatan sistematik, terkawal, bercorak
empirical dan kritikal mengenai perhubungan di kalangan fenomena. 3) Ahmad Mahdzan
(1992) : penyelidik didefinisikan sebagai usaha-usaha bagi mencari jawaban kepada soalansoalan khusus dikemukakan tentang sesuatu masalah. d. Ciri-ciri Penyelidikan 1) Bermula
dengan satu persoalan didalam pemikiran seorang penyelidik 2) Memerlukan satu
perancangan 3) Menuntut kenyataan yang jelas mengenai suatu masalah 4) Melibatkan
permasalahan utama dengan permasalahan berkaitan. 5) Mencari tuju arah melalui
hipotesis berkenaan 6) Melibatkan fakta dan makna fakta 7) Penyelidikan sebagai proses
yang sistematik 8) Penyelidikan berorientasi masalah 9) Penyelidikan berbentuk empirical.
10) Prosedur dan metodologi boleh dipertahankan 11) Sah dan boleh diulangi kebenarannya.
e. Tujuan Penyelidikan 1) Perkembangan ilmu pengetahuan 2) Menerangkan
keadaan/fenomena 3) Menguraikan perkaitan, sebab akibat dan ramalan. f. Kepentingan
penyelidikan 1) Membuat keputusan 2) Untuk menyelesaikan masalah 3) Untuk
memperoleh ilmu baru 4) Sesuatu fenomena g. Proses-proses Penyelidikan 1) Mengenal
pasti masalah 2) Sorotan literature 3) Pembentukan masalah 4) Mereka bentuk kajian 5)
Pengumpulan data 6) Pemprosesan data 7) Interpretasi data 8) Penulisan laporan. 67.
Metode Penajaman Fikir (kinesthetic Method) Secara etimologis , metode berasal dari kata
met dan hodes yang berarti melalui. Metode berasal dari bahasa yunani Methods yang
berarti carar atau jalan ynag ditempuh . Metode berasal dari Bahasa Inggris method yang
berarti metode atau cara . Sedangkan secar terminologi metode adalah jalan atau cara yang
harus ditempuh atau mencapai suatu tujuan .Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam
sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan . Menurut

Prof Howrad Gardner, setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda denghan kadar
pengembangan yang berada pula. Psikolog dan Harvad University ini mengembangkan
model multiple intelligences . Ia membagi kecerdasan menjadi delapan macam kecerdasan ,
diantaranyya kinestetik , yaitu kecerdasan fisik . Kecerdasan kinestetik sejajar dengan tujuh
kecerdasan lain , yaitu kecerdasan liguistik, kecerdasan logi matemaik, kecerdasan visual
dan spasiual, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan
kecerdasan naturalis. Apa maksud kecerdasan fisik atau kinestetik itu ? kecerdasan fisik
(kinestetik.red) yaitu kemampuan untuk seseorang untuk mengungkapkan ide , kekuatan,
keterampilan dan mengekspresikan dirinya terkait dengan oleh tubuh. Anak-anak kinestetik
ini menyukai hal-hal berkaitan dengan gerak, seperti berolah raga, (seni pantomim, acting
koreografi ), dan ketermpilan tangan . a. Aplikasi Metode Penajam Fikir ( Kinestetic Method)
dalam Pembelajaran PAI Dalam konteks pembelajaran dalam sekolah dapat dilakukan suatu
inovasi baru dari pendekatan tertentu yang sudah dilakukan dicoba ditambahkan atau
diubah denhgan menggunakan pendekatan kinestetik dan apa yang terjadi di kelas sebuah
perubahan dahsyat . Awali dengan pemahaman mendasar apa itu pendekatan kinestetik
menjadi poin itama setelah inovasi . pendekatan kinestetik adalah pendekatan berbasis
gerak fisik termasuk keterampilan fisik (Muhammad Muhyi faruq , 2007 ) , Di tingkat TK
dan SD pendekatan ini cukup memberikan peran besar karena sesuai dengan karakteriktis
usia mereka yakni bermain , bergerak , diikuti dengan rasa ingin tahu yang tinggi (inqury) .
Beberapa contoh aplikasi pendekatan kinestetik melalui beberapa mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah antara lain : a. Kinestetik Matematik a) Menghitung tepukan tangan
Mengajak anak-anak bermain mengenal angka dengan bermiam dengan tepukan tangan ,
yakni anak-anak membuat lingkaran kemidian setelah diperoleh stiap anak melakukan
tepukan toga kali, bergiliran dari anak satu sampai ke tiga , anak keempat menghitung
beberapa tepukan yang keseluruhan yang dilakukan tiga temannya , mengapa jumlah
keseluruhan seperti itu ? ajak anak juga bertdiskusi dalam hal ini . b) Menghitung hasil
lemparan bola Ada beberapa bola berukuran bola tenis, setiap anak dapat satu bola, mereka
diajak melempar ke target yang sudah dibuat oleh guru. Setiap anak berhak berhak
melakukan maksimal 3 kali lemparan. Disetiap target ada angka yang ditulis yakni angka 1, 2
dan 3. Jika mampu melempar 3 kali dan dapat mengenai target berapa jumlah keseluruhan,
jika ada yang tidak kena harus dikurangi berapa. Ajak anak-anak diskusikan hasil lemparan
cara melempar yang tepat dalam suasana yang ceria dan menyenangkan. 2) Kinestetik Sain
a) Menghitung denyut nadi sendiri b) Bergerak menirukan gerakan hewan c) Praktik
menyentuh balon udara yang berada di udara jangan sampai menyentuh tanah misalkan
Achilles heel, tulang tibia, tulang scapula, dan sebagainya (Clancy Ellen Mary, 2006) 3)
Kinestetik bahasa a) Membuat huruf dengan badan sendiri b) Suara dan gerak seirama 4)
Kinestetik seni a) Menari tarian tradisional b) Mewarnai 5) Kinestetik tematik Pembelajaran
menggunaklan teman-teman tertentu disekolah, tema itu dapat di dekati dengan pendekatan
kinestetik, misalkan tema DIRIKU (MY SELF). Anak-anak diajak mengenal dirinya mulai
pengukuran dari tinggi badan, berat badan, panjang lengan, tinggi lompatan, jauhnya
lompatan tanpa awalan, mengangkat suatu beban tertentu bahkan sampai mewarnai atau
melukis wajah atau seluruh tubuh tentang dirinya sendiri. Mencari dan mendata aktivitas
bermain yang disukaioleh anak itu sendiri sampai makanan favorit mereka. 68. Metode
Berbagi (Two Stay Two Stray) Salah satu metode pembelajaran kooperatif adalah metode
Two Stay Two Stray. Dua tinggal dua tamu yang diikembangkan oleh Spancer Kagan 1992
dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (Numered Heads). Secara
terminology kata two stay two stray dalam bahasa arab berasal dari dua dua suku kata
mutsbitaani berarti dua orang yang menetap dan dzazhibaani berarti dua orang jalan-

jalan sedangkan dalam bahasa inggris two stay berarti dua tinggal dan two stray berarti
dua jalan-jalan. Secara terminology metode berbagi (two stay two stray) adalah cara siswa
berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kerja kelompok, dua siswa bertamu ke
kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompok untuk menerima dua orang dari
kelompok lain. Menurut Spencer Kagan 1992 metode two stay two stray adalah cara
pembelajaran yang dapat memndorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara
mendalam melalui pemberian peran pada siswa. Menurut Lie, A. 2008 metode two stay two
stray ialah cara member kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi
dengan kelompok lain. Sedangkan menurut penulis metode two stay two stray adalah suatu
cara pembelajarab kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama,
bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan melatih siswa untuk
bersosialisasi dengan baik serta saling mendorong untuk berprestasi. a. Aplikasi metode
pembelajaran berbagi (two stay two stray) dalam PAI Adapun penerapan model
pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (two stay two stray) adalah sebagai berikut : 1) Siswa
bekerjasama dalamn kelompok berempat seperti biasa. 2) Setelah selesai, dua siswa dari
masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya masing-masing bertamu ke
kelompok lain. 3) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok brtugas membagikan hasil kerja
dan informasi mereka hasil diskusi kelompok ke tamu mereka. 4) Tamu mohon diri dan
kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari mkelompok lain.
5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka dan menyimpulkannya.
Pembelajaran kooperatif model two stay two stray terdari dari beberapa tahapan sebagai
berikut : 1) Persiapan 2) Presentasi guru 3) Kegiatan kelompok 4) Formalisasi b. Kelebihan
dan kekurangan 1) Kelebihan a) Dapat diterapkan pada semua kelas/ tingkatan. b)
Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna c) Lebih berorientasi pada keaktifan
d) Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya e) Menambah kekompakan
dan rasa percaya diri siswa f) Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan g) Membantu
meningkatkan minat dan prestasi belajar. 2) Kekurangan a) Alokasi waktu b) Pelaksanaan
pada saat bertamu c) Pembagian kelompok. 69. Metode Pengambaran Dari namanya tentu
sudah bisa menebak model pembelajaran Picture and Picture ini tentunya menggunakan
media pembelajaran berupa gambar, sama dengan Example Non Examples. Lalu apa
bedanya dengan Model Pembelajaran Examples Non Examples?. Perbedaanya adalah hanya
terdapat pada : jika example non example menekankan pada analisis dan diskripsi siswa
terhadap gambar. Namun jika pictures and pictures menekankan pad aproses dan cara
mereka piker dalam mengurutkan gambar yang tersedia. Menurut Johnson & Johnson,
prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai
berikut : a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dikerjakan dalam kelompoknya. b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui
bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. c. Setiap anggota kelompok
(siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya. d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. e. Setiap anggota
kelompok (siswa) berbagi kepepimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama selama proses belajarnya. f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif. Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan
yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berfikir dengan logis sehingga
pembelajaran menjadi bermakna. a. Aplikasi Metode Penggambaran dalam Pembelajaran
PAI Langkah-langkah sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin

dicapai 2) Menyajikan materi sebagai pengantar 3) Guru menunjukkan/ memperlihatkan


gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi. 4) Guru menujuk/ memanggil siswa
secara bergantian memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. 5)
Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut 6) Dari alasan/ urutan
gambar tersebut memulai menanamkan konsep/ materi sesuai dengan kompetensi yang
ingin dicapai. 7) Kesimpulan/ rangkuman. b. Kekurangan dan Kelebihan Metode
Penggambaran 1) Kelebihan : a) guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
b) Melatih berpikir logis dan sistematik c) Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan
sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik
berpikir d) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.. e) Siswa dilibatkan
dalam perencanaan dan pengelolaan kelas 2) Kekurangan : 1) Memakan banyak waktu 2)
Banyak siswa yang pasif 3) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas 4) Banyak
siswa tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan yang lain 5) Dibutuhkan dukungan
fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. 70. Metode putaran Ganda (doeble Loop
Method) Secara etimologis, metode berasal dari kata met dan hodes yang berarti melalui.
Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang di tempuh.
Metode berasal dari Bahasa Inggris Method yang berarti metode atau cara. Sedangkan
secara terminologi metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai
suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara
melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Berikut adalah pengertian dan definisi
metode menurut para ahli : a. ROTHWELL & KAZANAS Metode adalah cara, pendekatan,
atau proses untuk menyampaikan informasi b. TITUS Metode adalah rangkaian cara dan
langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuwan. c. MACQUARIE
Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenan dengan rencana
tertentu. d. WIRADI Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang
tersusun secara sistematis (urutanya logis) e. DRS. AGUS M. HARDJANA Metode adalah
cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai. a. Aplikasi Metode Putaran Ganda
(Double Loop Method) dalam Pembelajaran PAI Seperti disebutkan sebelumnya, hambatan
belajar disebabkan oleh siklus belajar tidak lengkap karena pertanyaanya adalah bagaimana
cara menghindari masalah ini. Caranya adalah bisa dilakukan sebagai berikut : 1)
Penguasaan diri 2) Mental models 3) Pembagian visi 4) Team learning 5) System Thingking
b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Putaran Ganda beserta solusinya Solusi umum lain
mayoritas hambatan pembelajaran adalah untuk meningkatkan komuniukasi dalam
organisasi, baik formal maupun informal. Komunikasi informal dapat termotivasi dengan
menciptakan lingkungan yang mendukung pertemuan biasa. Komunikasi formal dibuat
dengan memiliki pertemuan kreatif oleh anggota organisasi melingkar yang mendukung
arus komunikasi baik ke atas dank e bawah dalam organisasi. c. Solusi terhadap kendalakendala yang dihadapi : 1) Role constrained learning 2) Learning under ambiguity 3)
Situational learning 4) Fragmented learning 5) Opportunistic learning 6) The fixation on
events/ the parable of the boiled frog d. Hal-hal yang perlu diterapkan agar masalah tersebut
dapat dikurangi : 1) Studi organisasi 2) Mengidentifikasi kendala Anda 3) Melaksanakan
solusi 4) Evaluasi hasil 71. Metode Deduksi Secara deduksi berasal dari Bahasa Inggris
deductive reasoning atau deductive logic, yaitu suatu metode untuk memperoleh
pengetahuan. Dalam Bahasa Arab metode dedukdi dikenal sebagai istimbath yang berarti
logika, penalaran, atau silogisme. Dengan demikian, metode deduksi adalah suatu metode
penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum atau penemuan yang khusus dari
kebenaran-kenbenaran yang sudahh ada dan diketahui sebelumnya (berkesinambungan).

Menurut Hartono, metode deduksi merupakan metode pengambilan kesimpulan sebagai


akibat dari alasan-alasan yang diajukan berdasarkan hasil analisis data. Dengan kata lain,
penulis menyimpulkan bahwa metode deduksi adalah metode yang bermula dari dalil atau
teori umum yang telah ada, kemudian dianalisis (dibuat suatu penalaran berdasarkan
logika) dan dibuat kesimpulan yang logis. a. Implementasi Metode Deduksi Metode deduksi
umumnya dipakai pada bidang matematika untuk membuat turunan-turunan rumus yang
lebih simple. Deduksi juga dipakai sebagai bagian dalam proses penyelidikan, misal dalam
kepolisian pada bagian forensic, serta pemecahan kasus oleh detektif yang memerlukan
bukti-bukti yang tidak biasa. Contoh fiktif penggunaan metode deduksi dalam kehidupan
detektif dimainkan dengan baik oleh Sherlock Holmes dalam setiap peristiwa. Metode
deduksi juga biasa dikenal dengan istilah silogisme. Dalam silogisme ini dikenal istilah
premis mayor (P1) dan premis minor (P2). Dari dua premis inilah akan didapatkan suatu
kesimpulan. Eziekim memberikan rumus silogisme sebagai berikut : jika A=B dan B=C maka
A=C. misalnya, proses penalaran dimana dari dua premis yang ada ditarik satu kesimpulan :
P1 = Siapapun yang absen tanpa ijin akan mendapat hukuman P2 = kyu absen tanpa ijin K =
Kyu akan mendapat hukuman. b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Deduksi 1) Kelebihan a)
Memunculkan keingintahuan pelajar tentang isi materi pelajaran, sehingga lebih mengena di
hati dan member manfaat yang lebih besar. b) Mengasah otak dan menyegarkan pikiran,
sehingga siswa mampu memahami materi yang di ajarkan c) Menghidupkan suasana
belajar-mengajar d) Membiasakan siswa untuk dapat mengambil kesimpulan dari suatu
materi ajar 2) Kelemahan a) Informasi secara global seringkali menimbulkan adanya salah
tafsir b) Siswa yang salah tafsir akan cenderung susah memahami materi selanjutnya. c)
Kesalajan pada salah satu atau kedua premis akan menimbulkan kesalahan dalam
mengambil kesimpulan. 72. Metode Belajar Bersama Metode belajar bersama menurut
istilah yaitu suatu metode yang mensyaratkan siswa untuk belajar bersama dalam suatu
kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas-tugas kelas maupun rumah mingguan yang telah
di skenarioakan secara sistematis diawal perkuliahan. Dosen berperan sebagai director,
motivator, facilitator, dan evaluator. Menurut Eng Tek dalam Kanda 2001:27 belajar
bersama artinya saling membantu antara satu sama lain dalam belajar dan memastikan
bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan
sebelumnya. Dari definisi-definisi diatas dapat penulis simpulkan belajar bersama adalah
suatu metode yang diterapkan oleh guru dalam rangka menciptakan situasi belajar yang di
dalamnya para pelajar dapat belajar bersama-sama, sehingga mereka dapat mencapai hasil
yang maksimal. a. Aplikasi atau penerapan metode belajar bersama dalam pembelajaran PAI
Ada beberapa petunjuk yang dapat dilakukan dalam melaksanakan metode belajar
mengajar, yaitu : 1) Pilih teman anda yang paling cocok untuk bergabung dalam satu
kelompok yang terdiri dari 3-5 orang. Anggota yang terlalu banyak biasanya kurang efektif.
2) Tentukan dan sepakati bersama, kapan, di mana, dan apa yang akan dibahas sesrta apa
yang perlu dipersiapkan untuk keperluan diskusi. Lakukan secar arutin minimal satu kali
dalam satu minggu. 3) Setelah berkumpul secara bergilir tetapkan siapa pimpinan kelompok
yang akan mengatur diskusi dan siapa penulis yang akan mencatat hasil diskusi. 4)
Rumuskan pertanyaan atau permasalahan yang akan dipecahkan bersama dan batasi ruang
lingkupnya agar pembahasan tidak menyimpang. 5) Bahas dan pecahkan setiap persoalan
satu persatu sampai tuntas, dengan cara member kesempatan kepada setiap anggota
mengajukan pendapatnya. Dari setiap pendapat yang muncul, dikaji secara bersama
manakah yang paling tepat kesimpiulan jawaban yang telah disepakati bersama dicatat oleh
penulis. 6) Bila ada persoalan yang tidak dapat dipecahkan atau tidak ada kesepakatan antar
anggota, tangguhkan saja untuk dimintakan pendapatnya kepad aguru. Lanjutkan saja

kepada persoalan ynag lain. 7) Kesimpulan hasil diskusi dicatat penulis, lalu dibagikan
kepada anggota kelompok untuk dipelajari lebih lanjut dirumah masing-masing. b.
Kelebihan dan kekurangan metode belajar mengajar 1) Kelemahan metode belajar bersama :
a) Terlalu banyak persiapan-persiapan dan pengaturan yang kompleks disbanding dengan
metode lain. b) Bilamana guru (di sekolah) dan orang tua (dirumah) kurang mengontrol
maka akan terjadi persaingan yang negative antar kelompok. c) Tugas-tugas yang diberikan
kadang-kadang hanya dikerjakan oleh segelintir siswa cakap dan rajin, sedangkan siswa
yang malas akan menyerahkan tugas-tugasnya kepada temanya dalam kelompok tersebut. 2)
Kelebihan metode belajar bersama : a) Ditinjau dari segi pedagosis, kegiatan kelompok akan
dapat meningkatkan kualitas kepribadian siswa, seperti adanya kerjasama, toleransi,
berpikir kritis dan disiplin. b) Ditinjau dari segi psikologis, timbul persaingan yang positif
antar kelompok karena mereka bekerja pada masing-masing kelompok. c) Ditinjau dari segi
social, anak yang pandai dalam kelompok tersebut dapat membantu anak yang kurang
dalam menyelesaikan tugas. 3) Solusi untuk mengatasi kelemahan metode belajar bersama :
a) Jangan terlalu banyak menerapkan peraturan-peraturan yang membuat anak-anak jenuh.
b) Guru atau orang tua harus selalu memantau proses belajar anak agar tidak terjadi
persaingan yang negative antar kelompok. c) Masing-masing siswa dalam satu kelompok
tersebut dibagi tugas agar semua anggota kelompok adpaat aktif menyelesaikan tugas. 73.
Metode Studi Kasus Terdapat perbedaan yang hakiki antara studi kasus dan simulasi. Dalam
studi kasus disajikan saebuah peristiwa yang telah terjadi; biasanya tidak ada anggota
kelompok yang terlibat dalam peristiwa itu. Dalam simulasi, masalah ditempatkan dalam
situasi yang menyerupai dunia wujud. Biasanya masalah tersebut diangkat dari persoalan
yang dihadapi orang, termasuk anggota kelompok. Didalam studi kasus yang dipersoalkan
adalah fakta-fakta, sedangkan didalam simulasi yang dipersoalkan ialah perasaan-perasaan
dan asumsi-asumsi. Studi kasus sangat menekankan analisis tingkat tinggi, sintesis, dan
khususnya evaluasi tingkat tinggi rendah dan menengah, pengertian atau pemahaman, dan
penerapan. Baik studi kasus maupun simulasi sama-sama efektif dalam meningkatkan
perubahan sikap. Studi kasus dapat mendorong pelajar untuk mengurangi kebiasaan
penarikan kesimpulan berdasarkan analisis fakta. Studi kasus dapat meningkatkan
kepedulian terhadap sesama. 74. Turorial Tutorial merupakan salah satu metode mengajar
yang cukup tua tetapi sangat berharga. Metode ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis : a.
Tutorial konsultasi Dalam metode ini pelajar dan guru bertemu secara teratur. Pada
pertemuan itu pelajar membaca sebuah kertas karya dan mempertahankan isinya terhadap
pertanyaan ataupun sanggahan guru. Cara ini memberi kesempatan kepada pelajar yang
berbakat untuk memperdalam pengertiannya mengenai topic tulisannya, di samping
menambah keterampilan nya sebagai ilmuwan. Efektivitas penggunaan metode ini
tergantung pada kecakapan dan keikhlasan tutor serta persiapan yang baik dari pelajar.
Tanpa hal-hal itu tutorial konsultasi tidak mendatangkan faedah yang berarti. Penggunaan
metode tutorial konsultasi ternyata kurang meluas Karen abanyak makan waktu, di samping
harus ada keseimbangan antara kemampuan tutor dan kesanggipan pelajar. Itu sebab
tutorial ini lebih disukai dalam pendidikan orang dewasa. b. Tutorial kelompok Metode ini
digunakan untuk memberdayakan tenaga-tenaga pengajar secara lebih efisien dalam usaha
membantu para pelajar yang kurang berbakat di samping untuk menggali semua potensi
kelompok kecil. Diduga, metode ini didasarkan atas asumsi bahwa bekerja dengan kelompok
kecil akan lebih efisien. Dalam tutorial kelompok, sumbangsih-sumbangsih anggota sangat
berbeda-beda. Ada yang praktis tidak pernah bicara, ada yang terlalu banyak bicara. Kualitas
tutorial kelompok dapat ditingkatkan dengan menjaga supaya diskusi-diskusi senantiasa
berpusat pada topic, dan tutor berperan sebagai penasehat, bukan sebagai penilai. c. Tutorial

praktikum Metode ini dapat diterapkan terhadap kelompok maupun perorangan untuk
mengajarkan keterampilan psikomotorik di laboratorium bengkel, bangsal senam, dan
sebagainya. Sekurang-kurangnya terdapat dua hal yang hendaknya diperhatikan oleh guru
dalam menggunakan metode tutorial : (a) baik tutor maupun pelajar hendaknya sama-sama
mengadakan persiapan dengan baik untuk setiap siding. (b) tutor hendaknya tidak
memonopoli diskusi, tetapi hendaknya member kesempatan kepada para pelajar untuk
berpartisipasi. Kalau syarat ini telah terpenuhi, maka metode tutorial sangat baik untuk
mencapai tujuan kognitif dna tujuan afektif tingkat tinggi. 75. Curah gagasan (brain
storming) Dasar penggunaan metode curah gagasan adalah bahwa kelompok dapat
mengajukan usul lebih banyak disbanding anggotanya secara individual. Dalam pengajaran
dengan metode ini disajikan sebuah masalah, lalu para peserta diajak untuk mengajukan
idea pa pun-dan dnegan tingkat keanehan bagaimana pun - mengenai masalah tersebut. Ideide yang aneh tidak di tolak secara a priori, tetapi analisis, disintesis dan dievaluasi. Boleh
jadi justru dari ide-ide yang aneh itu dapat diperoleh pemecahan yang tidak terduga
praktisnya. Dengan kata lain, metode ini dapat menghasilkan buah pikiran yang kreatif.
Karenanya, metode ini disebut metode yang lunak. Ditinjau daris egi ilmu jiwa dan ilmu
pendidikan, dasar fikiran ini sehat. 76. Studi bebas Metode studi bebas digunakan untuk
mengembangkan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan pandangan tentang hikmah bahan
pelajaran. Hingga kini studi bebas baru diberikan kepada pelajar-pelajar yang cerdas.
Pelaksana metode studi bebas mencangkup unsur-unsur sebagai berikut : a. Tujuan
dirumuskan secara spesifik b. Setiap peserta diberi keterangan terinci mengenai tujuan yang
harus dicapai, dan diberikan kebebasan untuk menyusun jadwal dan kurikulum untuk
dirinya sendiri. c. Pekerjaan atau bacaan bebas dapat dikerjakan secara perorangan, dapat
pula dalam kelompok kecil dan d. Pekerjaan tersebut dilaksanakan tanpa kehadiran guru
dan pertemuan secara teratur di kelas. e. Pencapaian hasil diukur dengan tes acuan patokan.
Pelajar-pelajar yang menempuh studi bebas lebih bergairah mempelajari sesuatu lebih bebas
dalam pemikiran dan lebih banyak mengajukan usul-usul. 77. Kelompok tanpa pemimpin.
Metode kelompok tanpa pemimpin digunakan untuk mendorong pelajar memecahkan
persoalan mereka sendiri melalui koreksi, kritik, dan partisipasi bersama. Dasar penggunaan
metode ini ialah bahwa kehadiran guru tidak selamanya membantu pelajar untuk mencapai
tujuan belajar. Sebaliknya, partisipasi pelajar dalam kelompok kecil memberinya
keuntungan psikologis dan edukatif, antara lain : a. Keresahan dapat berkurang b.
Argumentasi dapat dipahami penuh, karena terdapat kemungkinan umpan-balik yang terus
meningkat. c. Tidak ada kewenangan yang memaksa untuk menerima pendapat yang tidak
didukung. d. Terdapat kebebasan yang luas untuk menggunakan berbagai keterampilan
intelektual dan social. e. Tanpa kehadiran guru, proses-proses dapat di kembangkan tanpa
gangguan; serta f. Tujuan kognitif dan afektif tingkat menengah dapat dicapai. Keberatankeberatan terhadap metode ini antara lain : a. Tanpa ada rangsangan dari guru mungkin
tidak akan terjadi diskusi yang bermutu. b. Argumentasi yang salah kemungkinan tidak
diketahui dan tidak ditentang. Untuk memperoleh hasil yang sukses dalam penggunaan
metode ini diperlukan persiapan yang teliti, keterangan yang jelas, dan kesimpulan yang
tegas. 78. Latihan (srill) Metode latihan digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan
atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Latihan ini kurang mengembangkan bakat
dan inisiatif pelajar untuk berfikir. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, guru hendaknya
memperhatikan beberapa petunjuk dibawah ini : a. Metode ini hendaknya digunakan 45.
dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa
(dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga,
gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas)

nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orangorang yang zalim. Kemudian menjelaskan secara singkat tentang macam-macam qishash
dan syarat-syarat dilaksanakan qishash. Metode ceramah ini biasanya digunakan pada saat
memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna materi yang akan
dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini dilakukan pada
awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 15-20 me






33.
dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar[853]. dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka
Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan[854] kepada ahli warisnya, tetapi janganlah
ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang
mendapat pertolongan. Kemudian guru menjelaskan macam-macamnya pembunuhan yang
dibagi menjadi tiga macam yaitu pembunuhan dengan sengaja ( ) , pembunuhan seperti
disengaja () , dan pembunuhan tersalah () . Metode ceramah ini biasanya
digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna
materi yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini
dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 15-20 menit.
Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima
materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode
tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya
jawab. Setelah menjelaskan materi tentang pembunuhan maka guru memberikan
pertanyaan kepada siswa tentang masalah pembunuhan. Contohnya tentang macam-macam
pembunuhan, guru memberikan pertanyaan seputar sebab-sebab pembunuhan yang
tergolong dalam ketiga macam pembunuhan. Metode ini digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru
terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk
memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat
melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c.
Metode kerja kelompok Setelah mendapatkan wawasan tentang pembunuhan untuk
menunjang pertemuan berikutnya guru membentuk beberapa kelompok kemudian
memberikan tugas masing-masing kelompok untuk mencari data-data yang memuat tentang
pembunuhan dan hukumannya serta macam-macam dan contohnya kemudian dipersiapkan
untuk mempresentasikan hasilnya masing-masing kelompok. d. Metode diskusi. Pertemuan
berikutnya hasil kerja kelompok tersebut didiskusikan setelah dipresentasikan oleh masingmasing kelompok. Guru memberikan tata cara berdiskusi yang baik kepada siswa sehingga
kondisi dalam kelas tetap terkendali dan kondusif. Guru memberikan waktu 30 menit untuk
mendiskusikan hasil presentasi tadi. Guru hanya sebagai pemandu dan pengawas jalannya
diskusi. Jika sudah selesai maka guru akan mengulas dan membenarkan jika ada yang
kurang benar dan juga menyimpulkannya sehingga tidak ada lagi permasalahan yang masih
belum selesai. e. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran
seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan
motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan
yang baik kepada siswa untuk tidak berbuat kejahatan khususnya pembunuhan. Guru

menjelaskan hikmah dibalik larangan membunuh yaitu pelaku pembunuhan diancam


dengan pembunuhan di dunia (qishash) dan di akhirat akan dimasukkan ke neraka
jahannam. Hal ini dengan maksud agar tidak ada seorangpun yang akan berani melakukan
perbuatan membunuh yang akhirnya masyarakat memperoleh rasa aman dan tentram
dalam kehidupannya. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. Serta dapat juga dengan
kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan
kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh
siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 2. Menjelaskan ketentuan
hukum Islam tentang qishash dan hikmahnya. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2
kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan
adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a.
Metode ceramah yaitu guru memberikan pengertian qishash menurut syara yaitu
melakukan pembalasan yang sama terhadap perbuatan yang sesuai dengan pelanggaran
yang dilakukan. Dasar hukumnya adalah dalam al-Quran surat al-Maidah ayat 45









untuk melatih : hal-hal yang
bersifat morotik, seperti menulis, permainan dan pembuatan ; kecakapan mental seperti
perhitungan dan penggunaan rumus-rumus; serta hubungan dan tanggapan seperti
penggunaan bahasa, grafik, symbol dan peta. b. Sebelum latihan dimulai, pelajar hendaknya
diberi pengertian yang mendalam tentang apa yang dilatihkan. c. Latihan untuk pertama
kalinya hend aknya bersifat diagnosis. Kalau pada latihan pertama, pelajar tidak berhasil,
maka guru mengadakan perbaikan, lalu penyempurnaan. d. Latihan tidak perlu lama asal
sering dilaksanakan. e. Latihan hendaknya disesuaikan dengan taraf kemampuan belajar. f.
Latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna. 79. Latihan kepekaan
Latihan kepekaan dinamakan juga dengan dinamika kelomok. Sesuai dengan namanya,
latihan kepekaan, metode ini secara umum digunakan untuk melatih kepekaan dengan
membantu pelajar (peserta) untuk menyadari bagaimana ia mempengaruhi orang lain dan
bagaimana orang lain mempengaruhinya. Secara khusus, metode ini digunakan untuk
tujuan-tujuan sebagai berikut : a. Meningkatkan kesanggupan pelajar untuk menghargai
cara orang lain bereaksi terhadap perilakunya. b. Meningkatkan kesanggupan pelajar untuk
menilai hubungan antara orang lain. c. Meningkatkan kesanggupan pelajar untuk
berperilaku sesuai dengan situasi. Metode ini digunakan dalam kelompok kecil dengan
seorang pelatih. Kelompok bersidang sepanjang hari kira-kira dua minggu atau sekali
seminggu selama kira-kira tiga bulan. Tidak ada agenda pasti untuk diskusi. Diskusi berkisar
pada kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para pelajar (peserta) sendiri. Pelatih tidak
berpartisisipasi dalam diskusi. Ia hanya mencatat apa yang dikemukakan oleh para peserta.
Beberapa keuntungan yang mungkin diperoleh para peserta latihan kepekaan ialah : a.
Mereka mengenal diri dan orang lain lebih tepat seperti dalam proses kelompok b. Mereka
bersifat terbuka dan lebih toleran terhadap orang yang mempunyai tabiat lain. c. Mereka
terampil dalam mengadakan dan memelihara hubungan pribadi, serta lebih luwes dalam
kerja sama. BAB III APLIKASI METODE DALAM PEMBELAJARAN FIQIH KELAS XI MA
A. SK 1 : Memahami ketentuan Islam tentang jinayah dan hikmahnya KD : 1. Menjelaskan
hukum pembunuhan dan hikmahnya. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali
pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan
adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a.
Metode ceramah yaitu guru memberikan pengertian pembunuhan kepada murid baik
pembunuhan tersebut dengan sengaja ataupun tidak disengaja, baik dengan alat yang

mematikan ataupun tidak mematikan. Dasar hukum larangan pembunuhan dalam al-Quran
dari surat al-Isra ayat 33 92. dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang
mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)[334], dan Barangsiapa
membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba
sahaya yang beriman serta membayar diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si
terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah[336]. jika ia (si
terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka
(hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh)
serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak
memperolehnya[337], Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut
untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana. Kemudian menjelaskan secara singkat tentang sebab-sebab ditetapkan diyat
diantaranya adalah dimaafkannya pelaku oleh keluarga korban, pelaku melarikan diri,
sulitnya melakukan qishash akibat melukai anggota tubuh. Dan juga macam-macam diyat
ada dua yaitu diyat mughaladhah dan diyat mukhaffafah. Serta menjelaskan secara singkat
tentang masalah kafarat. Metode ceramah ini biasanya digunakan pada saat memulai
pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna materi yang akan dipelajari
dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini dilakukan pada awal
pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 15-20 menit. Tujuannya adalah
memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima materi yang akan
diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode tanya jawab
ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab.
Setelah menjelaskan materi tentang diyat dan kafarat maka guru memberikan pertanyaan
kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Contohnya tentang macam-macam dan
syarat dilaksanakan diyat dan kafarat, guru memberikan pertanyaan seputar apa itu diyat
dan kafarat, mengapa diadakan diyat dan kafarat, bagaimana dilaksanakan diyat dan
kafarat, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa
bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap siswa.
Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan
untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental untuk
berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode Resitasi
(Pemberian Tugas) Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data
tentang masalah diyat dan kafarat dari berbagai sumber media pembelajaran diantaranya
dari buku-buku dan internet guna untuk menunjang pertemuan pembelajaran berikutnya
sebagai bahan diskusi dan eksperimen. Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta
didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berfikir dan karya yang berupa laporan yang
baik dalam bentuk tulisan dan dapat mempresentasikannya sehingga peserta didik dapat
melatih untuk menulis karya ilmiah secara baik dan berani mempertanggungjawabkan hasil
karyanya secara mandiri sehingga dapat melatih mental untuk berbicara dalm forum. d.
Metode Pemecahan Masalah Pertemuan kedua ini menggunakan metode pemecahan
masalah yakni para siswa mempresentasikan hasil dari tugas yang diberikan pada
pertemuan kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu yang ada kemudian dicari
permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi beberapa kelompok untuk
mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang pembelajaran baik dari
buku-buku di perpustakaan m







179. dan dalam
qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal,
supaya kamu bertakwa. Hal ini dengan maksud agar tidak ada seorangpun yang akan berani
melakukan perbuatan membunuh yang akhirnya masyarakat memperoleh rasa aman dan
tentram dalam kehidupannya. Alokasi waktunya kira-kira 10-15 menit. Serta dapat juga
dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif
dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh
siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 3. Menjelaskan ketentuan
hukum Islam tentang diyat dan kafarat beserta hikmahnya. Dalam hal materi ini saya
mengalokasikan 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode
yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya
adalah : a. Metode ceramah yaitu guru memberikan pengertian diyat yaitu sejumlah harta
yang wajib diberikan kepada pihak yang terbunuh sebagai denda karena telah merampas
jiwa atau menganiaya terhadap manusia yang harus dipelihara keselamatan jiwanya. Dan
juga pengertian kafarat ialah sejenis denda yang wajib dibayarkan oleh seseorang yang telah
mengerjakan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Dasar hukumnya adalah surat AnNisa ayat 92

nit. Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan
kepada siswa agar mudah menerima materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat
mengkombinasikan dengan metode tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja
kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab. Setelah menjelaskan materi tentang
qishash maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang masalah qishash.
Contohnya tentang macam-macam dan syarat dilaksanakan qishash, guru memberikan
pertanyaan seputar apa itu Qishash, mengapa diadakan qishash, bagaimana dilaksanakan
qishash, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa
bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap siswa.
Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan
untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental untuk
berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode Resitasi
(Pemberian Tugas) Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data
tentang masalah qishash dari berbagai sumber media pembelajaran diantaranya dari bukubuku dan internet guna untuk menunjang pertemuan pembelajaran berikutnya sebagai
bahan diskusi dan eksperimen. Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta didik
dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berfikir dan karya yang berupa laporan yang baik
dalam bentuk tulisan dan dapat mempresentasikannya sehingga peserta didik dapat melatih
untuk menulis karya ilmiah secara baik dan berani mempertanggungjawabkan hasil
karyanya secara mandiri sehingga dapat melatih mental untuk berbicara dalm forum. d.
Metode Pemecahan Masalah Pertemuan kedua ini menggunakan metode pemecahan
masalah yakni para siswa mempresentasikan hasil dari tugas yang diberikan pada
pertemuan kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu yang ada kemudian dicari
permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi beberapa kelompok untuk
mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang pembelajaran baik dari
buku-buku di perpustakaan maupun melalui internet. Guru memberikan waktu 20-30 menit
untuk mendiskusikan masalah tersebut kemudian masing-masing kelompok

mempresentasikan jawabannya beserta alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi


waktunya adalah 40 menit. e. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup
pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan
memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri
tauladan yang baik kepada siswa untuk tidak berbuat kejahatan khususnya pembunuhan.
Guru menjelaskan hikmah dibalik adanya qishash yaitu dalam surat al-Baqarah ayat 179 90.
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah Termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Kemudian
menjelaskan secara singkat had atau hukuman bagi orang yang meminum minuman keras
yaitu hadits nabi yang berbunyi :

23.
Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah[1033] lagi
beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang
besar, 24. pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka
terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Kemudian menjelaskan secara singkat tentang
masalah zina dan qadzaf serta memberikan contoh macam-mcam zina dan qadzaf beserta
hadnya diataranya adalah rajam, dera atau taghrib. Metode ceramah ini biasanya digunakan
pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna materi
yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini
dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 15-20 menit.
Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima
materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode
tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya
jawab. Setelah menjelaskan materi tentang zina dan qadzaf maka guru memberikan
pertanyaan kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Contohnya tentang macammacam dan syarat dilaksanakan had zina dan qadzaf, guru memberikan pertanyaan seputar
apa itu zina dan qadzaf, mengapa diadakan had zina dan qadzaf, bagaimana dilaksanakan
had zina dan qadzaf, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap
siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan
kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental
untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode Resitasi
(Pemberian Tugas) Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data
tentang masalah had zina dan qadzaf dari berbagai sumber media pembelajaran diantaranya
dari buku-buku dan internet guna untuk menunjang pertemuan pembelajaran berikutnya
sebagai bahan diskusi dan eksperimen. Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta
didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berfikir dan karya yang berupa laporan yang
baik dalam bentuk tulisan dan dapat mempresentasikannya sehingga peserta didik dapat
melatih untuk menulis karya ilmiah secara baik dan berani mempertanggungjawabkan hasil
karyanya secara mandiri sehingga dapat melatih mental untuk berbicara dalm forum. d.
Metode Pemecahan Masalah atau diskusi Pertemuan kedua ini menggunakan metode
pemecahan masalah yakni para siswa mempresentasikan hasil dari tugas yang diberikan
pada pertemuan kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu yang ada kemudian
dicari permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi beberapa kelompok
untuk mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang pembelajaran baik
dari buku-buku di perpustakaan maupun melalui internet. Guru memberikan waktu 20-30

menit untuk mendiskusikan masalah tersebut kemudian masing-masing kelompok


mempresentasikan jawabannya beserta alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi
waktunya adalah 40 menit. g. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup
pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan
memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri
tauladan yang baik kepada siswa untuk tidak berbuat zina dengan menjelaskan hikmah yang
terkandung dalam persoalan zina dan qadzaf yang intinya adalah menjaga kehormatan diri
dan keluarga di mata masyarakat dan juga menjaga keharmonisan diantara anggota
keluarga serta terpeliharanya keturunan dengan baik. Serta dapat juga dengan kombinasi
metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam
menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga
siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 2. Menjelaskan tentang hukum Islam
tentang minuman keras beserta hikmahnya. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2
kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan
adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a.
Metode ceramah yaitu guru memberikan pengertian minuman keras yaitu minuman yang
memabukkan dan menghilangkan kesadaran dalam semua jenisnya. Dasar hukumnya
adalah surat al-Maidah ayat 90 :

32. dan janganlah


kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu
jalan yang buruk. Sedangkan dasar hukum qadzaf adalah surat an-Nur ayat 23-24 :


aupun melalui internet. Guru memberikan waktu 20-30 menit untuk mendiskusikan
masalah tersebut kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan jawabannya
beserta alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi waktunya adalah 40 menit. f.
Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang guru
memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi
kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik
kepada siswa untuk tidak berbuat kejahatan khususnya pembunuhan dengan menjelaskan
hikmah yang terkandung dalam persoalan diyat dan kafarat yang intinya adalah menjaga
keamanan dan ketertiban, memberikan rasa aman dan tentram hidup pada masyarakat.
Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang
harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah
diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 4.
Menunjukkan contoh-contoh qishash, diyat dan kafarat dalam hukum Islam. Dalam
Kompetensi dasar ini saya mengalokasikan 1 kali pertemuan untuk digunakan sebagai
evaluasi dan pemberian latihan ulangan harian sebagai bahan acuan sejauh mana
penyerapan dan pemahaman siswa dalam materi pemahaman terhadap ketentuan Islam
tentang jinayah dan hikmahnya. Karena kompetensi ini sudah dapat dimasukkan kedalam
kompetensi sebelumnya sebagai bahan pembelajaran untuk mempermudah pemahaman
peserta didik dengan adanya contoh-contohnya. Evaluasi ini bisa berupa pemberian soal
maupun pembuatan karya ilmiah yang isinya membahas tentang masalah jinayah dan
hikmahnya. B. SK : Memahami ketentuan Islam tentang hudud dan hikmahnya Sebelum
menjelaskan lebih lanjut maka seorang guru harus memulai dengan memberikan gambaran
singkat maksud dari hudud (had) yaitu hukuman-hukuman tertentu yang ditetapkan oleh

syara sebagai sanksi hukum terhadap perbuatan kejahatan selain pembunuhan dan
penganiayaan yaitu zina, qadzaf (menuduh berzina), meminum minuman keras, merampok,
mencuri dan bughat (memberonta). KD : 1. Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang
zina dan qadzaf beserta hikmahnya. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali
pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan
adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a.
Metode ceramah yaitu guru memberikan pengertian zina yaitu memasukkan alat kelamin
laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan yang haram menurut zat perbuatannya, bukan
karena subhat dan perempuan itu mendatangkan sahwat. Sedangkan qadzaf adalah
melemparkan tuduhan berzina dengan tuduhan terang-terangan. Dasar hukum zina adalah
surat al-Isra ayat 32 38. laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan
dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kemudian menjelaskan secara
singkat had atau hukuman bagi orang yang mencuri dan menyamun atau merampok.
Metode ceramah ini biasanya digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk
memancing siswa agar mudah mencerna materi yang akan dipelajari dan mudah diterima
oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini dilakukan pada awal pembelajaran yang
dialokasikan waktu maksimal 15-20 menit. Tujuannya adalah memberikan wawasan
pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima materi yang akan diajarkan oleh guru.
Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode tanya jawab ataupun diskusi dan
metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab. Setelah menjelaskan
materi tentang masalah mencuri, merampok/menyamun beserta had (hukuman) maka guru
memberikan pertanyaan kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Contohnya tentang
macam-macam dan syarat dilaksanakan had mencuri, merampok/menyamun, guru
memberikan pertanyaan seputar apa itu mencuri, merampok/menyamun, mengapa
diadakan had mencuri, merampok/menyamun, bagaimana dilaksanakan had mencuri,
merampok/menyamun, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru
terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk
memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat
melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c.
Metode Resitasi (Pemberian Tugas) Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk
mencari data-data tentang masalah mencuri, merampok/menyamun dan hikmah larangan
mencuri, merampok/menyamun dari berbagai sumber media pembelajaran diantaranya dari
buku-buku dan internet guna untuk menunjang pertemuan pembelajaran berikutnya
sebagai bahan diskusi dan eksperimen. Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta
didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berfikir dan karya yang berupa laporan yang
baik dalam bentuk tulisan dan dapat mempresentasikannya sehingga peserta didik dapat
melatih untuk menulis karya ilmiah secara baik dan berani mempertanggungjawabkan hasil
karyanya secara mandiri sehingga dapat melatih mental untuk berbicara dalm forum. d.
Metode Pemecahan Masalah atau diskusi Pertemuan kedua ini menggunakan metode
pemecahan masalah yakni para siswa mempresentasikan hasil dari tugas yang diberikan
pada pertemuan kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu yang ada kemudian
dicari permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi beberapa kelompok
untuk mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang pembelajaran baik
dari buku-buku di perpustakaan maupun melalui internet. Guru memberikan waktu 20-30
menit untuk mendiskusikan masalah tersebut kemudian masing-masing kelompok
mempresentasikan jawabannya beserta alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi

waktunya adalah 40 menit. e. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup
pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan
memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri
tauladan yang baik kepada siswa untuk tidak mencuri, merampok/menyamun dengan
menjelaskan hikmah yang terkandung dalam keharaman meminum minuman keras yang
intinya adalah menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat sehingga masyarakat merasa
aman damai dan tentram dalam kehidupannya. Serta dapat juga dengan kombinasi metode
yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam
menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga
siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 4. Menjelaskan ketentuan hukum Islam
tentang bughat beserta hikmahnya. Dalam hal materi in


.. ..
( ) . Metode ceramah ini biasanya digunakan pada saat
memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna materi yang akan
dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini dilakukan pada
awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 15-20 menit. Tujuannya adalah
memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima materi yang akan
diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode tanya jawab
ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab.
Setelah menjelaskan materi tentang minuman keras maka guru memberikan pertanyaan
kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Contohnya tentang macam-macam dan
syarat dilaksanakan had minuman keras, guru memberikan pertanyaan seputar apa itu
minuman keras, mengapa diadakan had minuman keras, bagaimana dilaksanakan had
minuman keras, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa
jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap
siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan
kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental
untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode Resitasi
(Pemberian Tugas) Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data
tentang masalah minuman keras dan hikmah larangan meminum minuman keras dari
berbagai sumber media pembelajaran diantaranya dari buku-buku dan internet guna untuk
menunjang pertemuan pembelajaran berikutnya sebagai bahan diskusi dan eksperimen.
Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta didik dapat melakukan tugas lewat
kreatifitas berfikir dan karya yang berupa laporan yang baik dalam bentuk
tulisan dan dapat mempresentasikannya sehingga peserta didik dapat melatih
untuk menulis karya ilmiah secara baik dan berani mempertanggungjawabkan
hasil karyanya secara mandiri sehingga dapat melatih mental untuk berbicara
dalm forum. d. Metode Pemecahan Masalah a
diskusi Pertemuan kedua ini menggunakan metode pemecahan masalah yakni
para siswa mempresentasikan hasil dari tugas yang diberikan pada pertemuan
kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu yang ada kemudian dicari
permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi beberapa
kelompok untuk mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang
pembelajaran baik dari buku-buku di perpustakaan maupun melalui internet.
Guru memberikan waktu 20-30 menit untuk mendiskusikan masalah tersebut
kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan jawabannya beserta

alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi waktunya adalah 40 menit.


h. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang
guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan
memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta
memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa untuk tidak meminum
minuman keras dengan menjelaskan hikmah yang terkandung dalam keharaman
meminum minuman keras yang intinya adalah menjaga kesehatan jasmani dan
rohani yang disebabkan oleh minuman keras serta menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat dari penyalah gunaan minuman keras atau dampak
negatifnya. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi
tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan
materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa
tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 3. Menjelaskan ketentuan hukum
Islam tentang mencuri, menyamun, dan merampok beserta hikmahnya Dalam hal
materi ini saya mengalokasikan 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan
menganalisis metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari
beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah yaitu guru memberikan
pengertian mencuri dan menyamun/merampok dasar hukumnya adalah surat al-maidah
ayat 38 : 93. dan Sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di ternpat kediaman
yang bagus[705] dan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak
berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat).
Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa
yang mereka perselisihkan itu. Kemudian memberikan pengertian hakim dengan syaratsyaratnya serta hal-hal yang berhubungan dengan hakim tersebut. Materi ini dapat dibagi
menjadi 2 kali pertemuan yakni materi tentang peradilan dan hakim dalam 1 kali pertemuan
kemudian materi saksi dalam peradilan dibahas pada pertemuan yang kedua. Pertemuan
pertama dapat diisi dengan metode ceramah dan tanya jawab yang dialokasikan waktu 15-20
menit kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data tentang masalah
peradilan khususnya peradilan Islam untuk dipersiapkan bahan untuk pertemuan
berikutnya yang dapat diisi dengan metode diskusi dan simulasi peradilan. Pertemuan kedua
guru mengulas materi yang telah disampaikan untuk mengingatkan siswa materi kemarin
dengan singkat kemudian memberikan sedikit gambaran tentang pengertian saksi serta
syarat-syaratnya. Dalam peradilan tentunya ada pihak yang penggugat dan pihak yang
tergugat. Maka setelah dirasa cukup dengan penjelasan tadi guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya tentang masalah peradilan dan berbagai macam masalahnya.
Jika sudah tidak ada yang ditanyakan maka guru menunjuk sebagian siswa untuk
mempresentasikan hasil tugas masing-masing siswa kemudian mendiskusikannya
bersama-sama dengan alokasi waktu 20-30 menit. Guru menyimpulkan tentang
materi yang disampaikan dan dipelajari dengan bahasa yang mudah dipahami
oleh siswa sehingga tidak ada lagi salah penafsiran tentang materi tersebut.
Kemudian guru memberikan apresiasi kepada siswa yang aktif dan kreatif.
Pertemuan berikutnya mencoba mensimulasikan peradilan sebagaimana yang
sebenarnya. Guru menunjuk siswa sebagai hakim, saksi, jaksa, pengacara, pihak
tergugat dan penggugat serta memberikan gambaran singkat bagaimana
peradilan itu berjalan. Bila ada waktu bisa studi tour ke peradilan langsung
sehingga anak-anak dapat langsung melihat jalannya peradilan yang sebenarnya
sehingga peserta didik akan mudah menerima materi dan akan lebih mengena
dan mendarah daging dalam sanubari hatinya karena mereka langsung dapat

melihat dan merasakan atmosfir suasana pengadilan. Pertemuan terakhir adalah


evaluasi dan pemberian motivasi serta suri tauladan kepada siswa atau peserta
didik bahwa proses peradilan itu sangat penting karena keputusan yang
dihasilkan akan sangat penting dalam kehidupan seseorang dan hakim sebagai
penentu keputusan itu adalah orang yang sangat mulia karena dia dituntut
berlaku adil dalam memutuskan suatu perkara. Sebelum menutup pembelajaran
seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan
memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta
memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa untuk selalu berbuat baik dan
memberikan evaluasi kepada siswa untuk mengetahui seberapa besar siswa
mampu menerima dan menyerap materi yang telah disampaikan kepada siswa
sehingga dapat diketahui kemampuan masing-masing anak didik dengan
memberikan tugas individu ataupun kelompok untuk membuat karya ilmiah yang
menerangkan tentang materi tersebut. Serta dapat juga dengan kombinasi
metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan
kreatif dalam menyampaikan










9. dan kalau ada dua
golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara
keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang
melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia
telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku
adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil. Metode ceramah ini
biasanya digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah
mencerna materi yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode
ceramah ini dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 15-20
menit. Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah
menerima materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan
dengan metode tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain.
b. Metode tanya jawab. Setelah menjelaskan materi tentang masalah bughat beserta had
(hukuman) maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang seputar masalah
tersebut. Contohnya tentang macam-macam dan syarat dilaksanakan had bughat, guru
memberikan pertanyaan seputar apa itu bughat, mengapa diadakan had bughat, bagaimana
dilaksanakan had bughat, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru
terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk
memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat
melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c.
Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang guru
memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi
kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik
kepada siswa untuk tidak melakukan bughat dan memberikan evaluasi kepada siswa untuk
mengetahui seberapa besar siswa mampu menerima dan menyerap materi yang telah
disampaikan kepada siswa sehingga dapat diketahui kemampuan masing-masing anak didik
dengan memberikan tugas individu untuk membuat karya ilmiah yang menerangkan tentang
materi tersebut. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi

tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut
sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan
suasana kelas. C. SK : Memahami ketentuan Islam tentang peradilan dan hikmahnya KD : 1.
Menjelaskan proses peradilan dalam Islam 2. Mengidentifikasi ketentuan tentang hakim dan
saksi dalam peradilan Islam. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2-3 kali pertemuan
untuk menyelesaikan materi ini yang setiap pertemuan adalah 2x45 menit dan menganalisis
metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode
diantaranya adalah : a. Metode ceramah b. Metode tanya jawab c. Metode pemberian tugas
d. Metode diskusi/pemecahan masalah e. Metode simulasi f. Metode motivasi dan suri
tauladan Guru memberikan pengertian secara singkat tentang peradilan yaitu suatu lembaga
pemerintah atau negara yang ditugaskan untuk menyelesaikan atau menetapkan keputusan
atas setiap perkara dengan adil berdasarkan hukum yang berlaku. Sedangkan fungsinya
adalah untuk menciptakan kemaslahatan umat dengan tetap tegaknya hukum Islam. Dasar
hukumnya adalah pada surat Yunus ayat 93 :









i saya mengalokasikan 1
kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan
adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a.
Metode ceramah yaitu guru memberikan pengertian bughat atau pemberontakan yaitu orang
yang menentang atau memberontak kepada pemimpin pemerintahan Islam yang sah.
Syarat-syarat dikatakan bughat antara lain adalah mempunyai kekuatan, mempunyai
pengikut, memiliki pemimpin yang ditaati. Kemudian menjelaskan secara singkat tindakan
hukum terhadap bughat dan status hukum kepada mereka yang terdapat pada surat alHujurat ayat 9 : 3. dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita
(lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
Berlaku adil[265], Maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki.
yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. Dan hadits nabi yang
menyatakan nikah adalah sunnahNya. artinya : Siapa yang tidak
senang dengan sunnahku maka ia tidak termasuk umatku. Kemudian guru menjelaskan ada
5 hukum pernikahan yaitu mubah (boleh), sunnat, wajib, makruh dan haram. Metode
ceramah ini biasanya digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa
agar mudah mencerna materi yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya
metode ceramah ini dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal
10-15 menit. Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar
mudah menerima materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat
mengkombinasikan dengan metode tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja
kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab Setelah menjelaskan materi tentang
masalah pernikahan maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang seputar
masalah tersebut. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa bisa
menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap siswa. Biasanya
metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan untuk
berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental untuk berbicara
dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode pemberian tugas Yaitu
guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data tentang masalah pernikahan
dan hikmahnya, dari berbagai sumber media pembelajaran diantaranya dari buku-buku dan

internet guna untuk menunjang pertemuan pembelajaran berikutnya sebagai bahan diskusi
dan eksperimen. Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta didik dapat melakukan
tugas lewat kreatifitas berfikir dan karya yang berupa laporan yang baik dalam bentuk
tulisan dan dapat mempresentasikannya sehingga peserta didik dapat melatih untuk
menulis karya ilmiah secara baik dan berani mempertanggungjawabkan hasil karyanya
secara mandiri sehingga dapat melatih mental untuk berbicara dalm forum. d. Metode
Pemecahan Masalah atau diskusi Pertemuan kedua ini menggunakan metode pemecahan
masalah yakni para siswa mempresentasikan hasil dari tugas yang diberikan pada
pertemuan kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu yang ada kemudian dicari
permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi beberapa kelompok untuk
mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang pembelajaran baik dari
buku-buku di perpustakaan maupun melalui internet. Guru memberikan waktu 20-30 menit
untuk mendiskusikan masalah tersebut kemudian masing-masing kelompok
mempresentasikan jawabannya beserta alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi
waktunya adalah 40 menit. d. Metode simulasi Jika memungkinkan bisa dilakukan metode
simulasi tentang acara pernikahan sebagaimana yang biasa terjadi dimasyarakat yakni
sesuai dengan rukun dan syarat pernikahan yaitu adanya calon suami, calon istri, ijab qabul,
wali dan dua orang saksi. f. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup
pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan
memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri
tauladan yang baik kepada siswa berbuat baik dengan menjelaskan hikmah yang terkandung
dalam pernikahan. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi
tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut
sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan
suasana kelas. 2. Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan di
Indonesia. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali pertemuan untuk
menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple
methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah
Alokasi waktu untuk mendahului pembelajaran menggunakan metode ceramah yaitu guru
memberikan salam dan memulai pelajaran dengan berdoa bersama-sama kemudian
menjelaskan secara singkat materi yang akan disampaikan pada pertemuan kali ini yaitu
tentang pernikahan atau perkawinan. Guru memberikan motivasi dan mengajak siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru memberikan penjelasan secara singkat
tentang undang-undang pernikahan di Indonesia dan apa saja yang terdapat di dalamnya.
Diantaranya adalaha undang-undang RI No. 1 Tahun 1974. Metode ceramah ini biasanya
digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna
materi yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini
dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 10-15 menit.
Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima
materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode
tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya
jawab Setelah menjelaskan materi tentang masalah undang-undang pernikahan maka guru
memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Metode
ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi
yang disampaikan seorang guru terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam
hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab
pertanyaan karena dapat melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya
kira-kira 15-20 menit. c. Metode diskusi Pertemuan kedua digunakan sebagai diskusi atas

apa yang telah disampaikan pada pertemuan lalu dengan membagi beberapa kelompok.
Bahan diskusinya adalah undang-undang tentang pernikahan. Alokasi waktunya adalah 30
menit. Siswa diberi kebebasan untuk mengutarakan pemikirannya tentang undang-undang
tersebut. d. Metode Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran
seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan
motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan







materi tersebut sehingga mudah diterima dan
dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. Penggunaan
metode dalam suatu pembelajaran adalah disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat
menyampaikan pembelajaran di kelas. Seorang pendidik pastinya memiliki strategi atau
metode dalam menyampaikan pembelajarannya kepada siswanya. Mereka pastinya memiliki
ciri khas masing-masing yang berbeda dengan pendidik lainnya. Dalam menyampaikan
pembelajaran tentunya seorang pendidik memiliki bermacam-macam metode yang akan
digunakan dalam menyampaikan pemebalajaran. D. SK : Memahami hukum Islam tentang
hukum keluarga KD : 1. Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan dalam Islam dan
hikmahnya. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali pertemuan untuk
menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple
methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah
Alokasi waktu untuk mendahului pembelajaran menggunakan metode ceramah yaitu guru
memberikan salam dan memulai pelajaran dengan berdoa bersama-sama kemudian
menjelaskan secara singkat materi yang akan disampaikan pada pertemuan kali ini yaitu
tentang pernikahan atau perkawinan. Guru memberikan motivasi dan mengajak siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru menjelaskan pengertian pernikahan yaitu
akad yang menghalalkan antara laki-laki dan perempuan dengan akad menikahkan atau
mengawinkan. Dasar hukumnya adalah dalam al-Quran surat An-Nisa ayat 3 : 11. Allah
mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian
seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan[272]; dan jika anak
itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan
untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan,
jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak
dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang
meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)
sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini
adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 12.
dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika
mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang
mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat
harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak,
Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah
dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan)

7. bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. Dan juga
dalam surat An-Nisa ayat 11 dan 12 :


suri tauladan yang baik kepada siswa berbuat baik dengan menjelaskan
hikmah yang terkandung dalam pernikahan. Serta dapat juga dengan kombinasi metode
yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam
menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga
siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 3. Menjelaskan konsep Islam tentang
perceraian, iddah, rujuk dan hikmahnya. 4. Menjelaskan ketentuan Islam tentang
pengasuhan anak (hadhanah). Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali pertemuan
untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple
methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah
Alokasi waktu untuk mendahului pembelajaran menggunakan metode ceramah yaitu guru
memberikan salam dan memulai pelajaran dengan berdoa bersama-sama kemudian
menjelaskan secara singkat materi yang akan disampaikan pada pertemuan kali ini yaitu
tentang pernikahan atau perkawinan. Guru memberikan motivasi dan mengajak siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. b. Metode tanya jawab Setelah menjelaskan materi
tentang masalah perceraian, iddah, rujuk dan hikmahnya, maka guru memberikan
pertanyaan kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Metode ini digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan
seorang guru terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan
untuk memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena
dapat melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit.
c. Metode pemberian tugas Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari datadata tentang masalah perceraian, iddah, rujuk dan hikmahnya dari berbagai sumber media

pembelajaran diantaranya dari buku-buku dan internet guna untuk menunjang pertemuan
pembelajaran berikutnya sebagai bahan diskusi dan eksperimen. Metode ini diberikan
dengan harapan agar peserta didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berfikir dan
karya yang berupa laporan yang baik dalam bentuk tulisan dan dapat mempresentasikannya
sehingga peserta didik dapat melatih untuk menulis karya ilmiah secara baik dan berani
mempertanggungjawabkan hasil karyanya secara mandiri sehingga dapat melatih mental
untuk berbicara dalm forum. e. Metode Pemecahan Masalah atau diskusi Pertemuan kedua
ini menggunakan metode pemecahan masalah yakni para siswa mempresentasikan hasil dari
tugas yang diberikan pada pertemuan kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu
yang ada kemudian dicari permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi
beberapa kelompok untuk mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang
pembelajaran baik dari buku-buku di perpustakaan maupun melalui internet. Guru
memberikan waktu 20-30 menit untuk mendiskusikan masalah tersebut kemudian masingmasing kelompok mempresentasikan jawabannya beserta alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Alokasi waktunya adalah 40 menit. d. Metode simulasi Jika
memungkinkan bisa dilakukan metode simulasi tentang materi yang sedang dipelajari
sebagaimana yang biasa terjadi dimasyarakat yakni sesuai dengan rukun dan syaratnya e.
Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang guru
memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi
kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik
kepada siswa berbuat baik dengan menjelaskan hikmah yang terkandung dalam masalah
perceraian, iddah, rujuk. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi
tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut
sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan
suasana kelas. E. KD : Memahami hukum Islam tentang waris. SK : 1. Menjelaskan
ketentuan hukum waris dalam Islam. 2. Menjelaskan keterkaitan waris dengan wasiat. 3.
Menunjukkan comtoh cara pelaksanaan waris dan wasiat. Dalam hal materi ini saya
mengalokasikan 2-3 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis
metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode
diantaranya adalah : a. Metode ceramah b. Metode tanya jawab c. Metode pemberian tugas
d. Metode diskusi/pemecahan masalah e. Metode Praktik f. Metode motivasi dan suri
tauladan Permulaan pembelajaran menggunakan metode ceramah diawali dengan
memberikan motivasi agar senang terhadap materi yang akan dibahas nanti dengan
menjelaskan pengertian ilmu waris atau yang biasa disebut dengan ilmu faraidh. Tujuannya
adalah membagi harta warisan sesuai dengan ketentuan nash al-Quran dan hadits sesuai
dengan keadilan sosial, tugas dan tanggung jawab masing-masing ahli waris. Sumber
hukumnya adalah dalam surat an-Nisa ayat 7 : sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika
seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak
meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang
saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu
seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka
bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau
sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)[274].
(Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan
Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun. Kemudian menjelaskan kedudukan ilmu
waris dan hukum mempelajarinya dan sebab-sebab waris-mewaris serta halangan menjadi
ahli waris. Setelah menjelaskan secara singkat kemudian seorang guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang apa yang belum dipahami ataupun

sebaliknya yaitu dari guru kepada siswa. Alokasi waktunya adalah 15 menit untuk tanya
jawab dan 10 menit untuk metode ceramah. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi tentang
masalah harta warisan dan berbagai masalahnya. Alokasi waktunya adalah 20 menit untuk
diskusi. Guru membagi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok memberikan
opininya tentang harta warisan. Agar diskusi berjalan dengan baik guru harus memberikan
alur yang jelas agar pertanyaan dan jawaban yang disampaikan tidak salah jalan. Sebelum
pertemuan ditutup guru memberikan motivasi dan kesimpulan kepada peserta didik atas
apa yang dipelajari pada pertemuan ini sehingga tidak ada lagi salah tafsir dalam memahami
materi yang telah dipelajari. Kemudian guru memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya
yakni mencari data-data yang menjelaskan tentang masalah waris yaitu ahli waris dan
furudh al-Muqaddarah dari berbagai macam media pembelajaran baik dari buku-buku
maupun internet. Pertemuan berikutnya dalam memulai pembelajaran menggunakan
metode ceramah dengan mengulas materi yang telah dipelajari pada pertemuan kemarin
dengan mengelaborasi dengan metode tanya jawab dengan memberikan beberapa
pertanyaan kepada siswa sehingga mereka siap menerima pembelajaran yang akan
disampaikan. Setelah itu para siswa mengumpulkan tugasnya masing-masing kemudian
guru memilih beberapa hasil tugas siswa kemudian meminta kepada siswa tersebut
mempresentasikannya didepan kelas. Setelah presentasi siswa diajak mengklasifikasikan
ahli waris sesuai dengan bagiannya masing-masing kemudian diajak mencoba
menyelesaikan menghitung masalah harta warisan yang dimiliki oleh orang yang meninggal
sesuai dengan ahli warisnya dengan cara mempratikkan langsung dengan memberikan
contoh yang kongkrit dalam kehidupan masyarakat sekarang. Setelah itu siswa diajak
memecahkan masalah tersebut secara bersama-sama sehingga mendapatkan yang benar.
Alokasi waktunya adalah 2x45 menit. Sebelum menutup pembelajaran seorang guru
memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi
kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik
kepada siswa berbuat baik dengan menjelaskan hikmah yang terkandung dalam waris Dapat
juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut
aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan
dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. KETENTUAN
HUKUM WARIS DALAM ISLAM A. Pengertian Waris A.1. Definisi Bahasa Al-miirats (
)dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata ()
waritsa-yaritsu-irtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah 'berpindahnya sesuatu
dari seseorang kepada orang lain', atau dari suatu kaum kepada kaum lain. Pengertian
menurut bahasa ini tidaklah terbatas hanya pada hal-hal yang berkaitan dengan harta, tetapi
mencakup harta benda dan non harta benda. Ayat-ayat Al-Qur'an banyak menegaskan hal
ini, demikian pula sabda Rasulullah saw. Diantaranya Allah berfirman: " Dan
Sulaiman telah mewarisi daud ..." (an-Naml: 16) " ... Dan Kami adalah yang

mewarisinya." (al-Qashash: 58) Selain itu kita dapati dalam hadits Nabi saw.:
'Ulama adalah ahli waris para nabi'. A.2. Pengertian syariah Sedangkan makna al-miirats
menurut istilah yang dikenal para ulama ialah : berpindahnya hak kepemilikan dari orang
yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa
harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syar'i. B. Waris, Hibah
dan Wasiat Ada tiga istilah yang berbeda namun memiliki kesamaan dalam beberapa halnya,
yaitu waris, hibah dan wasiat. Ketiganya memiliki kemiripan sehingga kita seringkali
kesulitan saat membedakannya. Tetapi akan terasa lebih mudah kalau kita buatkan tabel
seperti berikut ini. WARIS HIBAH WASIAT Waktu Setelah wafat Sebelum wafat Setelah
wafat Penerima Ahli waris ahli waris & bukan ahli waris bukan ahli waris Nilai Sesuai

faraidh Bebas Maksimal 1/3 Hukum Wajib Sunnah Sunnah B.1. Waktu Dari segi waktu,
harta waris tidak dibagi-bagi kepada para ahli warisnya, juga tidak ditentukan berapa besar
masing-masing bagian, kecuali setelah pemiliknya (muwarrits) meninggal dunia. Dengan
kata lain, pembagian waris dilakukan setelah pemilik harta itu meninggal dunia. Maka yang
membagi waris pastilah bukan yang memiliki harta itu. Sedangkan hibah dan washiyat,
justru penetapannya dilakukan saat pemiliknya masih hidup. Bedanya, kalau hibah harta itu
langsung diserahkan saat itu duga, tidak menunggu sampai pemiliknya meninggal dulu.
Sedangkan washiyat ditentukan oleh pemilik harta pada saat masih hidup namun
perpindahan kepemilikannya baru terjadi saat dia meninggal dunia. B.2. Penerima yang
berhak menerima waris hanyalah orang-orang yang terdapat di dalam daftar ahli waris dan
tidak terkena hijab hirman. Tentunya juga yang statusnya tidak gugur. Sedangkan washiyat
justru diharamkan bila diberikan kepada ahli waris. Penerima washiyat harus seorang yang
bukan termasuk penerima harta waris. Karena ahli waris sudah menerima harta lewat jalur
pembagian waris, maka haram baginya menerima lewat alur washiat. Sedangkan pemberian
harta lewat hibah, boleh diterima oleh ahli waris dan bukan ahli waris. Hibah itu boleh
diserahkan kepada siapa saja. B.3. Nilai Dari segi nilai, harta yang dibagi waris sudah ada
ketentuan besarannya, yaitu sebagaimana ditetapkan di dalam ilmu faraidh. Ada ashabul
furudh yang sudah ditetapkan besarannya, seperti 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, 1/8 hingga 2/3. Ada
juga para ahli waris dengan status menerima ashabah, yaitu menerima warisan berupa sisa
harta dari yang telah diambil oleh para ashabul furudh. Dan ada juga yang menerima lewat
jalur furudh dan ashabah sekaligus. Sedangkan besaran nilai harta yang boleh diwasiatkan
maksimal hanya 1/3 dari nilai total harta peninggalan. Walaupun itu merupakan pesan atau
wasiat dari almarhum sebagai pemilik harta, namun ada ketentuan dari Allah SWT untuk
membela kepentingan ahli waris, sehingga berwasiat lebih dari 1/3 harta merupakan hal
yang diharamkan. Bahkan apabila terlanjur diwasiatkan lebih dari 1/3, maka kelebihannya
itu harus dibatalkan. B.4. Hukum Pembagian waris itu hukumnya wajib dilakuan
sepeninggal muwarrits, karena merupakan salah satu kewajiban atas harta. Sedangkan
memberikan washiyat hukumnya hanya sunnah. Demikian juga memberikan harta hibah
hukumnya sunnah. C. Istilah-istilah dalam ilmu waris Setiap cabang ilmu memiliki istilahistilah yang khas, dimana istilah itu seringkali tidak sama dengan istilah yang umum.
Berikut ini kami uraikan beberapa istilah yang akan seringkali muncul fiqh ini. C.1. Tarikah
Tarikah, kadang dibaca tirkah, adalah segala sesuatu yang ditinggalkan pewaris, baik berupa
harta (uang) atau lainnya. Jadi, pada prinsipnya segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang
yang meninggal dinyatakan sebagai peninggalan. Termasuk di dalamnya bersangkutan
dengan utang piutang, baik utang piutang itu berkaitan dengan pokok hartanya (seperti
harta yang berstatus gadai), atau utang piutang yang berkaitan dengan kewajiban pribadi
yang mesti ditunaikan (misalnya pembayaran kredit atau mahar yang belum diberikan
kepada istrinya). C.2. Fardh Fardh adalah bagian harta yang didapat oleh seorang ahli waris
yang telah ditetapkan langsung oleh nash Al-Quran, As-Sunnah atau ijma' ulama. Fardh itu
adalah bilangan pecahan berupa 1/2, 1/3. 1/4, 1/6, 1/8 dan 2/3. Harta yang dibagi waris itu
adalah 1 lalu dipecah-pecah sesuai bilangan fardh. Misalnya seorang istri yang ditinggal mati
suaminya sudah dipastikan mendapat 1/8 bagian dari harta suaminya, apabila suaminya
punya keturunan. Atau pendapat 1/4 bagian bila suaminya tidak punya keturunan. C.3.
Ashhabul Furudh. Ashabul furudh sesuai dengan namanya, berarti adalah orang-orangnya,
yaitu orang-orang yang mendapat waris secara fardh. Mereka adalah ahli waris yang punya
bagian yang pasti dari warisan yang diterimanya. Contoh ashabul furudh adalah suami, istri,
ibu, ayah dan lainnya. Besar harta yang diterimanya sudah ditetapkan oleh nash, tapi
tergantung keadaannya. Sebagai contoh, seorang istri yang ditinggal mati suaminya sudah

dipastikan besar harta yang akan diterimanya, yaitu 1/4 atau 1/8. Seandainya suaminya
punya anak, maka istri mendapat 1/8 dari harta suami. Tapi kalau suami tidak punya anak,
istri menapat 1/4 dari hartasuami. Begitu juga seorang suami yang ditinggal mati istrinya,
sudah dipastikan besar harta yang akan diterimanya, yaitu 1/2 atau 1/4, tergantung
keberadaan anak dari istri. Seandainya istri punya anak, maka suami mendapat 1/4 dari
harta istri. Tapi kalau istri tidak punya anak, suami mendapat 1/2 dari harta istri. Tapi
intinya, ashabul furudh adalah para ahli waris yang sudah punya bagian pecahan tertentu
dari harta muwarristnya. C.4. Ashabah Istilah ashabaha, berposisi sebagai lawan fardh, yaitu
bagian harta yang diterima oleh ahli waris, yang besarnya belum diketahui secara pasti.
Karena harta itu hanyalah sisa dari apa yang telah diambil sebelumnya oleh ahli waris yang
menjadi ashhabul-furudh. Besarnya bisa nol persen hingga seratus persen. Tergantung
seberapa banyak harta yang diambil oleh ahli waris ashhabul furudh. Kalau jumlah mereka
banyak, maka bagian untuk ashabah menjadi kecil, kalau jumlah mereka sedikit, biasanya
ashahabnya menjadi besar. Misalnya, seorang anak laki-laki tunggal adalah ahli waris
ashabah dari ayahnya yang meninggal dunia. Ibunya adalah ahli waris dari ashabul furudh,
mendapat 1/8 dari harta suaminya. Sedangkan anak tersebut mendapat waris sebagai
ashabah, atau sisa dari apa yang sudah diambil ibunya, yaitu 1 1/8 = 7/8. C.5. Sahm Sahm
adalah istilah untuk menyebut bagian harta yang diberikan kepada setiap ahli waris yang
berasal dari asal masalah. Atau disebut juga jumlah kepala mereka. C.6.Nasab Nasab adalah
hubungan seseorang secara darah, baik hubungan ke atasnya seperti ayah kandung, kakek
kandung dan seterusnya. Hubugnan ke atas ini disebut abuwwah. Bisa juga hubungan
seseorang ke arah bawah (keturunannya) seperti dengan anak kandungnya, atau anak dari
anaknya (cucu) dan seterusnya. Hubngan ini disebut bunuwwah. C.7. Al-Far'u Istilah al-faru
bila kita temukan di dalam ilmu waris, maksudnya adalah anak laki-laki atau anak
perempuan dari almarhum yang akan dibagi hartanya. Termasuk juga anak dari anaknya
(cucu) baik laki-laki maupun perempuan. Bila disebut Al-far'ul-warists maksudnya adalah
anak laki-laki dan anak perempuan, atau ahli waris anak-anak tersebut ke bawahnya. C.8.
Al-Ashl Yang dimaksud dengan istilah al-ashl adalah ayah kandung dan ibu kandung, juga
termasuk ayah kandung atau ibu kandung dari ayah kandung (kakek). Dan kakek atau nenek
yang merupakan ayah dan ibunya ayah ini disebut juga al-jaddu ash-shahih. BAB IV
TARGET PENCAPAIAN METODE PEMBELAJARAN FIQIH A. Prinsip-Prinsip Metode
Pembelajaran Fiqih Setelah mempelajari bab ini, melalui kajian bahan bacaan, pengerjaan
tugas-tugas, serta tanya jawab dan diskusi dengan dosen serta teman-teman sekelas, Anda
diharapkan mampu : a. menyebutkan dan menjelaskan prinsip-prinsip belajar, b.
menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam upaya meningkatkan usaha belajar siswa, dan c.
menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam upaya meningkatkan usaha pembelajaran dari
guru. Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak
dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip
belajar tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Oleh karenanya, Anda sebagai calon guru
perlu mempelajari teori dan prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing aktivitas Anda
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Walaupun teori belajar
tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi langkah prosedur pembelajaran, namun
ia bisa memberi arah prioritas-prioritas dalam tindakan guru. Dalam perencanaan
pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam
pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsipprinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat
terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil
meningkatkan proses belajar siswa. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar ia

memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar
siswa. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu
dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar
tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku namun yang dapat kita pakai sebagai
dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya
maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan
dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. 1. Perhatian
dan Motivasi Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari
kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak
mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984 : 335). Perhatian terhadap pelajaran akan
timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan
pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih
lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan
perhatiannya. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.
Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan Berliner,
1984 : 372). Motivation is the concept we use when we describe the force action on or within
an organism to initiate and direct behavior demikian menurut H.L. Petri (Petri, Herbert L,
1986:3). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan,
motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik
dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat,
motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar
sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan,
nilai-nilai, dan keterampilan. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa
yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi
tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam
kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan
motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan
dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Sikap siswa, seperti halnya motif menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya.
Siswa yang menyukai matematika akan merasa senang belajar matematika dan terdorong
untuk belajar lebih giat, demikian pula sebaliknya. Karenanya adalah kewajiban bagi guru
untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya. Insentif, suatu hadiah yang diharapkan dperoleh sesudah melakukan
kegiatan, dapat menimbulkan motif. Hal ini merupakan dasar teori belajar B.F. Skinner
dengan operant conditioning-nya. (Hal ini dibicarakan lebih lanjut dalam prinsip balikan
dan penguatan). Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat
juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman, dan
sebagainya. Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif
instrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai
contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di
sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan motif ekstrinsik
adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi
penyertanya. Sebagai contoh, siswa belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan ingin
memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau

mendapatkan ijazah. Naik kelas dan mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan
belajar. Motif intrinsik dapat bersifat internal, datang dari diri sendiri, dapat juga bersifat
eksternal, datang dari luar. Motif ekstrinsik bisa bersifat internal maupun eksternal,
walaupun lebih banyak bersifat eksternal. Motif eksrinsik dapat juga berubah menjadi motif
intrinsik, yang disebut transformasi motif. Sebagai contoh, seorang siswa belajar di
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang
tuanya yang menginginkan anaknya menjadi guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik,
yaitu ingin menyenangkan orang tuanya, tetapi setelah belajar beberapa lam di LPTK ia
menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru.
Jadi motif pada siswa itu yang semula ekstrinsik menjadi intrinsik. 2. Keaktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif.
Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kamauan dan aspirasinya
sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan
kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
John Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus
dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus dating dari siswa sendiri. Guru
sekadar pembimbing dan pengarah (John Dewey 1916, dalam Davies, 1937 : 31). Menurut
teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi
yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. (Gage
and Berliner, 1984:267). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu
merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan
pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar-mengajar anak mampu
mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis,
menafsirkan, dan menarik kesimpulan. Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam
belajar dengan hokum law of exercise-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan
adanya latihan-latihan. Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan
bahwa individu merupakan manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, social (Mc
Keachie, 1976:230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir, 1991:105). Dalam setiap proses
belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya.
Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilanketerampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan
satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman Di muka telah dibicarakan bahwa belajar haruslah
dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami, belajar tidak bias dilimpahkan
kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan
dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah
belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa
tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang
belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam
pembuatan (direct performance ), bukan sekadar melihat bagaimana orang membuat tempe
(demonstrating), apalagi sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan
tempe (telling). Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John
Dewey dengan learning by doing-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan
langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok,
dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing

dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik
semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan
dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan
dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat
mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan. 4. Pengulangan Prinsip
belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling tua adalah yang
dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya
yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat,
mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka
daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi
tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan
menjadi sempurna. Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori Psikologi
Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal Thorndike. Berangkat dari
salah satu hukum belajarnya law of exercise, ia mengemukakan bahwa belajar ialah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap
pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar. Seperti kata
pepatah latihan menjadikan sempurna (Thorndike, 1931b:20, dari Gredler, Margaret E
Bell, terjemahan Munandir, 1991:51). Psikologi Conditioning yang merupakan
perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan
dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus
dan respons maka pada psikologi conditioning respons akan timbul bukan karena saja oleh
stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan. Banyak tingkah laku manusia yang
terjadi karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi
lonceng, kendaraan berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna merah. Menurut teori ini
perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan
suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan,
mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan
tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus
penyerta. Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar
walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-daya
jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respons yang benar
dan membentuk kebiasaan-kebiasaan. Walalupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar
adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat
dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih
relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar masih tetap diperlukan latihan/
pengulangan. Metode drill dan stereotyping adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip
pengulangan (Gage dan Berliner, 1984:259). 5. Tantangan Teori Medan (Field Theory) dari
Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan
atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin
dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah
motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belejar tersebut.
Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk
dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang
kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa tertantang untuk
mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha
mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan

belajar yang telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga siswa tinggal menelan saja kurang
menarik bagi siswa. Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan
tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan
positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk
memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan. 6. Balikan dan
Penguatan Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama
ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori
conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang
diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya Thorndike.
Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan tetapi juga yang
tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat
memperkuat belajar (Gage dan Berliner, 1984:272). Siswa belajar sungguh-sungguh dan
mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik dapat merupakan operant
conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek
pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia
terdorong untuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan rasa takut tidak naik kelas juga
bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif. Di sini
siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan, maka penguatan
negatif juga disebut escape conditioning. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi,
eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang
memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa
setelah belajar melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong
untuk belajar lebih giat dan bersemangat. 7. Perbedaan Individual Siswa merupakan
individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki
perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis,
kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil
belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang
memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di
kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang
kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya. Pembelajaran yang bersifat
klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara.
Antara lain penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi sehingga
perbedaan-perbedaan kemampuan siswa dapat terlayani. Juga penggunaan media
instruksional akan membantu melayani perbedaan-perbedaan siswa dalam cara belajar.
Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran klasikal adalah dengan memberikan tambahan
pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai, dan memberikan bimbingan
belajar bagi anak-anak yang kurang. Di samping itu dalam memberikan tugas-tugas
hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa sehingga bagi siswa yang
pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan berhasil di dalam belajar. Sebagai unsur
primer dan sekunder dalam pembelajaran, maka dengan sendirinya siswa dan guru
terimplikasi adanya prinsip-prinsip belajar. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan
guru, tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran
berlangsung. Namun demikian, perlu disadari bahwa implementasi prinsip-prinsip belajar
sebagai implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, tidak semuanya terwujud
dalam setiap proses pembelajaran. Agar Anda mendapat kejelasan tentang implikasi prinsipprinsip belajar bagi siswa dan guru, uraian berikut ini dapat membantu Anda

memperolehnya. B. Implikasi Metode Pembelajaran Fiqih Siswa sebagai primus motor


(motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan apa pun tidak dapat
mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar. Justru para siswa akan berhasil
dalam pembelajaran, jika mereka menyadari implikasi prinsip-prinsip belajar terhadap diri
mereka. 1. Perhatian dan motivasi Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap
semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Adanya tuntutan
untuk selalu memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan
perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan-pesan yang menjadi isi
pelajaran seringkali dalam bentuk rangsangan suara, warna, bentuk, gerak, dan rangsangan
lain yang dapat diindra. Dengan demikian siswa diharapkan selalu melatih indranya untuk
memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran.
Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373). Contoh kegiatan atau perilaku siswa, baik fisik atau
psikis, seperti mendengarkan ceramah guru, membandingkan konsep sebelumnya dengan
konsep yang baru diterima, mengamati secara cermat gerakan psikomotorik yang dilakukan
guru, atau kegiatan sejenis lainnya. Semua kegiatan atau perilaku tersebut harus dilakukan
oleh siswa secara sadar sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Sedangkan
implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar
yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus.
Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terusmenerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang
hendak dicapai, menanggapi secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan
target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh
perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai
bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis. 2. Keaktifan Sebagai primus motor dalam
kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif
memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah
perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual,
dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti
mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil
dari suatu reaksi kimia. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut
ketertiban langsung siswa dalam proses pembelajaran. 3. Keterlibatan
langsung/berpengalaman Hal apa pun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya
sendiri. Tidak ada seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies,
1987:32). Pernyataan ini, secara mutlak menuntut adanya keterlibatan langsung dari setiap
siswa dalam kegiatan belajar pembelajaran. Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa
agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka.
Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh
pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi
prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan
lapangan bola-voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan,
siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk perilaku
keterlibatan langusng siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan
pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam
kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa. 4.
Pengulangan Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa

adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk
bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan.
Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan.
Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip pengulangan,
diantaranya menghafal unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan,
menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa
sejarah. 5. Tantangan Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila
siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk
belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik (Davies, 1987:32). Hal ini berarti
siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh, memproses, dan mengolah setiap
pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah
tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu
memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki
keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk
parilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini di antaranya adalah
melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari
tahu pemecahan suatu masalah. 6. Balikan dan penguatan Siswa selalu membutuhkan suatu
kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau salah ? Denagn demikian siswa
akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang
sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa
belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan
(reinforcement) (Davies, 1987:32). Hal ini timbul karena kesadaran adanya
kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap
kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan bentukbentuk perilaku siswa yang memungkinkan di antaranya adalah dengan segera
mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap
skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil
belajar yang jelek. 7. Perbedaan individual Setiap siswa memiliki karakteristik
sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap
siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok
umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa
dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara
belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Implikasi adanya prinsip
perbedaan individual bagi siswa diantaranya adalah menentukan tempat duduk
di kelas, menyusun jadwal belajar. C. Langkah-langkah dalam mendesain metode
pembelajaran Berbagai model dapat dikembangkan dalam meng organisasikan
pembelajaran. Satu di antaranya adalah model Dick and Carey (1985). Tidak ada
suatu model rancangan pembelajaran yang dapat memberikan resep paling
ampuh untuk mengembangkan suatu program pembelajaran. Oleh karena itu,
dalam menentukan model rancangan untuk mengembangkan suatu program
pembelajaran tergantung pada pertimbangan si perancang terhadap model yang
akan digunakan atau dipilih. Dari sekian banyak model untuk mengembangkan
program pembelajaran yang telah dikenal, misalnya model Kemp (1977, model
Dick anda Carey (1985), model briggs (1977), model Gagne, dkk (1988), model
IDI (1971), model Degeng (1990), dan masih banyak lagi model-model lain yang
pada dasarnya mempunyai ciri-ciri yang sama. Perbedaannya hanya terletak
pada bagian-bagian tertentu saja, yang dimodifikasi oleh penyusun model sesuai
dengan keperluan si penyusun model. Demikian juga halnya dengan desain

pembelajaran mata pelajaran tertentu, dimana model desain yang digunakan


misalnya model Dick and Carey, tentu perancang desainnya memiliki alasan
tersendiri. Secara umum penggunaan desain pembelajaran menurut Dick and
Carey sebagai berikut : 1. Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap
langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula
sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. 2.
Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukkan hubungan yang
sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan langkah
lainnya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick and Carey sangat
ringkas,namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan lainnya. 3.
Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan
pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi
maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran
tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan
suatu rancangan pembelajaran. Penggunaan model Dick and Carey dalam
pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar : 1. Pada awal proses
pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan
hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, 2. Adanya
pertautan antara tiap komponen, khususnya antara strategi pembelajaran dan
hasil pembelajaran yang dikehendaki 3. Menerapkan langkah-langk
yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.
Dari 10 langkah pada model Dick and Carey, ada 8 kotak yang berhubungan dan
suatu garis utama yang memperlihatkan balikan dari kotak terakhir ke kotak
yang terdahulu. Kotak-kotak tersebut mengacu pada perangkat-perangkat
prosedur dan teknik yang dipakai untuk merancang, memproduksi, menilai dan
merevisi pengajaran. Berikut ini akan dijelaskan langkah demi langkah yang
telah ditetapkan oleh Dick and Carey. 1. Mengidentifikasi tujuan umum
pembelajaran Mengapa tujuan umum pembelajaran harus diidentifikasi?
Sebagaimana diketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program pembelajaran
adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran. Oleh karena itu, setiap
mperancang harus mempertimvbangkan secara mendalam rumusan tujuan
umum pembelajaran yang akan ditentukan. Mempertimbangklan secara
mendalam artinya,untuk merumuskan tujuan umum pembelajaran harus
mempertimbangkan karakteristik bidang studi, karakteristik siswa, dan kondisi
lapangan. Dick and Carey (1985) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran
adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Di dalam buku Akta Mengajar V (Depdikbud,
1982) tujuan pembelajaran sangat penting dalam proses instruksional atau
dalam setiap kegiatan belajar mengajar, karena tujuan pembelajaran yang
dirumuskan secara spesifik dan jelas akan memberikan keuntungan kepada : (a)
sisw, untuk dapat mengatur waktu dan permusatan perhatian pada tujuan yang
ingin dicapai; (b) guru, untuk dapat mengatur kegiatan instruksional, metode,
dan strategi untuk mencapai tujuan terseut,; (c) evaluator, untuk dapat
menyusun tes sesuai dengan apa yang harus dicapai oleh anak didik. Rumusan
tujuan umum pembelajaran menurut Dick and Carey (1985) harus jelas dan
dapat diukur, berbentuk tingkah laku. Pandangan lain seperti (Uno Hamzah,
1993, Miarso, 1984) mengemukakan rumusan pembelajaranyang baik ialah : a)
Menggunakan istilah yang operasional, b) Berbentuk hasil belajar c) Berbentuk
tingkah laku d) Jelas hanya mengukur satu tingkah laku. Pendapat lain
dikemukakan Gagne (1990) rumusan tujuan pembelajaran yang baik ialah : a)

Formulasi dalam bentuk yang operasional b) Bentuk produk belajar c) Dalam


tingkah laku si belajar d) Jelas tingkah laku yang ingin dicapai, e) Hanya
mengandung satu tujuan belajar f) Tingkat keluasaan yang sesuai g) Rumusan
kondisi pembelajaran jelas dan cantumkan standar tingkah laku yang dapat
diterima. Sedangkan (Degeng, 1989; Uno Hamzah, 1993) mengemukakan ada
tiga komponen utama dari suatu rumusan tujuan pembelajaran, yaitu perilaku,
kondisi, dan derajat kriteria keberhasilan. Instruksional Development Institute
(IDI) menambahkan satu komponen lagi yang perlu dispesifikasi dalam rumusan
tujuan, yaitu sasaran (Audience). Agar lebih mudah mengingatnya, maka
komponen-komponen tersebut oleh Degeng (1989) dan Uno Hamzah (1993)
disebut dengan bantuan mnemonik ABCD (Audience, Behavioral, Conditions, dan
Degree). 2. Melakukan analisis pembelajaran Mengapa dilakukan analisis
pembelajaran? Dengan analisis pembelajaran akan diidentifikasi keterampilanketerampilan bawahan (sub ordinate skills). Jadi, posisi analisis pembelajaran
dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku pra syarat, sebagai
perilaku yang menurut urutan gerak fisik berlangsung perilaku pra syarat,
sebagai perilaku yang menurut urutan gerak fisik berlangsung lebih dulu,
perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dulu atau secara
kronologis terjadi lebih awal sehingga analisis ini merupakan acuan dasar dalam
melanjutkan langkah-langkah desain berikutnya. Dick and Carey (1985)
mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi perlu analisis
untuk mengenali keterampilan-keterampilan bawahan (sub ordinate skills) yang
mengharuskan anak didik belajar menguasainya dan langkah-langkah prosedural
bawahan yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu. Gagne,
Briggs, dan Wager (1988) mengemukakan bahwa tujuan analisis pembelajaran
adalah untuk menentukan ketrampilan-ketrampilan yang akan dijangkau oleh
tujuan pembelajaran, serta memungkinkan untuk membuat keputusan yang
tersusun secara logik dan sistematis. Dengan melakukan analisis pembelajaran
ini, akan tergambar susunan perilaku khusus yang paling awal sampai yang
paling akhir. Untuk menemukan ketrampilan-ketrampilan bawahan yang
bersumber dari tujuan pembelajaran digunakan pendekatan hierarki. Mengapa
harus menggunakan pendekatan hierarki? Karena anak didik dituntut harus
mampu memecahkan masalah atau melakukan kegiatan informasi yang tidak
dijumpai sebelumnya, seperti mengklarifikasi dengan ciri-cirinya, menerapkan
dalil atau prinsip atau memecahkan masalah. Menganalisis sub ordinate skills
sangatlah diperlukan, karena apabila kerampilan bawahan yang seharusnya
dikuasai tidak diajarkan maka banyak anak didik tidak akan memiliki latar
belakang yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian,
pembelajaran menjadi tidak efektif. Sebaliknya, apabila keterampilan bawahan
berlebihan, pembelajaran akan memakan waktu lebih lama dari semestinya, dan
ketrampilan yang tidak perlu diajarkan malah menggangu anak didik dalam
belajar menguasai ketrampilan yang diperlukan. Cara yang digunakan untuk
mengidentifikasi sub ordinate skills adalah dengan cara memilih keterampilan
bawahan yang berhubungan langsung dnegan ranah tujuan pembelajaran.
Biasanya untuk mata kuliah atau mata pelajaran tertentu, keseluruhan tujuan
merupakan ketrampilan intelektual. Teknik analisis ketrampilan bawahannya
menggunakan pendekatan hierarki, yaitu dengan memilih apa yang harus diketahui
dan dilakukan oleh anak didik sehingga dnegan usaha pembelajaran sesedikit mungkin
untuk dipelajari atau dikuasai melalui belajar. 3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan
karakteristik mahasiswa/siswa Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik
siswa dalam pengembangan program pembelajaran sangat perlu dilakukan, yaitu untuk
mengetahui kualistas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam
mengekspresikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam
kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, minat

atau kemampuan awal. Untuk mengungkap kemampuan awal, dapat dilakukan dengan
pemberian tes dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan dengan materi ajar sesuai panduan
kurikulum. Sedangkan minat, motivasi, kemampuan berpikir, gaya belajar, dan lain-lainnya
dapat dilakukakn dnegan bantuan tes baku yang telah dirancang para ahli. Misalnya, tes
gaya belajar menggunakan tes yang dibuat oleh Keffe (1992), tes berpikir formal bisa
menggunakan tes menurut Piaget (1978) yang pernah dilakukan di negara-negara yang
pengelolaan pendidikannya sudah maju. 4. Merumuskan tujuan performansi Menurut Dick
and Carey (1985), tujuan performansi terdiri dari: 1) Tujuan harus menguraikan apa yang
akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik 2) Menyebutkan tujuan, memberikan
kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang hadir pada waktu anak didik berbuat 3)
Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai untuk prebuatan anak didik yang
dimaksudkan pada tujuan. Gagne, Briggs, dan Mager menjelaskan bahwa fungsi performansi
opbjectives adalah a) Menyediakan suatu sarana dalam kaitannya dengan pembelajaran
untuk mencapai tujuan b) Menyediakan suatu sarana berdasarkan suatu kondisi belajar
yang sesuai c) Memberikan arah dalam mengembangkan pengukuran atau penilaian, dan
membantu anak didik dalam usaha belajarnya. 5. Mengembangkan butir-butir tes acuan
patokan Tes acuan patokan terdiri atas (soal-soal) yang secara langsung mengukur istilah
patokan yang dideskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Istilah patokan
(criterion) dipergunakan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan
kelayakan penampilan siswa dalam tujuan. Maksudnya, keberhasilan siswa dalam tes ini
menentukan apakah siswa telah mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan atau belum.
Oleh karena itu, tes acuan patokan (criterion-referenced tes) disebut juga tes acuan tujuan
(objective-referenced tes). Seorang perancang metode pembelajaran harus mengembangkan
butir tes acuan patokan karena hasil tes pengukuran berguna untuk : 1) mendiagnosis dan
menempatkannya dalam kurikulum 2) mencek hasil belajar dan menemukan kesalahan
pengertian sehingga dapat diberikan pembelajaran remedial sebelum pembelajaran
dilanjutkan 3) menjadi dokumen kemajuan belajar. Mengembangkan butir-butir tes acuan
patokan, Dick ang Carey (1985) merekomendasikan 4 macam tes acuan patoakn, yaitu
sebagai berikut : a. Tes Entry Behavior, merupakan tes acuan patokan untuk mengukur
ketrampilan sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran. b. Pretes, merupakan tes
acuan patokan yang berguna bagi keperluan tujuan yang telah dirancang sehingga diketahui
seberapa jauh pengetahuan anak didik terhadap semua ketrampilan yang berada di atas
batas,yaitu kerampilan masyarakat. Maksud dari pretes bukanlah untuk menentukan nilai
akhir (perolehan belajar), tetapi lebih mengenal profil anak didik berkenaan dengan analisis
pembelajaran. c. Tes sisipan, merupakan tes acuan patokan yang bergunan bagi keperluan
tujuan yang telah dirancang sehingga diketahui seberapa jauh pengetahuan anak didik
terhadap semua ketrampilan yang berada di atas batas, yaitu ketrampilan prasyarat. Maksud
dari pretes bukanlah untuk menentukan nilai akhir (perolehan belajar), tetapi lebih
mengenal profil anak didik berkenaan dengan analisis pembelajaran. d. Pascates atau postes,
merupakan tes acauan patokan yang mencakup seluurh tujuan pembelajaran yang
mencerminkan tingkat perolehan belajar. Dnegan demikian, dapat diidentifikasi bagianbagian mana di antara tujuan pembelajaran yang belum tercapai. Misalnya diterapkan pada
mata kuliah perencanaan pembelajaran, maka untuk melaksanakan test entry behaviora
dilaksanakan bersama-sama dengan pretes mengapa? Hal ini didasarkan pada dua
alternatif, yaitu (1) melalui kedua tes tersebut dapat diketahui seberapa jauh keterampilan
yang dimiliki siswa/ mahasiswa sebelum pembelajaran dimulai sehingga perancang dapat
menentukan awal mulai pembelajaran; (2) jam yang tersedia menurut kurikulum sangat
terbatas mengingat jumlah sksnya = 3 sehingga dilakukan secara terpisah dianggap
merugikan jam pelajaran. Mengapa bentuk soal yang dibuat untuk keperluan pascates
berbentuk (esai)? Hal ini sesuai dengan mata kuliah perencanaan pembelajaran yang telah
ditentukan pada kurikuum, yaitu menganalisis sehingga soal yang cocok untuk keperluan
menganalisis adalah soal dnegan bentuk esai. Untuk mempelajari masing-masing pokok
bahasan mata kuliah perencanaan pembelajaran dapat dilakukan secar terpisah tanpa
tergantung pada pokok bahasan yang lain sehingga pascates dapat dilakukan 3 kali, bahkan
lebih baik dilakukan tiap satu pokok bahasan selesai diajarkan apabila waktu yang tersedia

pada kurikulum memungkinkan. 6. Mengembangkan metode pembelajaran Dalam strategi


pembelajran, menjelaskan komponen umum suatu perangkat material pembelajaran dan
mengembangkan materi secara prosedural haruslah berdasarkan karakteristik siswa. Hal ini
dikarenakan material pembelajaran yang dikembanhgkan, pada akhirnya dimaksudkan
untuk membantu siswa agar memperoleh kemudahan dalam belajar. Untuk itu, sebelum
mengembangkan materi perlu diliat kembali karakteristik siswa. Dalam tulisan lain
dianjurkan pula untuk melihat karakteristik materi. Dick and Carey (1985) mengemukakan
bahwa dalam merencanakan satu unit pembelajaran ada tiga tahap,yaitu 1) Mengurutkan
dan merumpukan tujuan ke dalam pembelajaran 2) Merencanakan pra
pembelajaran,pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut 3) Menyusun alokasi waktu
berdasarkan strategi pembelajaran. Mengapa harus mengurutkan dan merumpukan ke
dalam pembelajaran? Karena strategi pembelajaran merupakan hasil nyata yang digunakan
untuk mengembang kan material pembelajaran, menilai material yang ada, merevisi
material, dan merencanakan kagiatan pembelajaran. Dengan mengurutkan tujuan ke dalam
pembelajaran dapat membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa/mahasiswa.
Komponen strategi pembelajaran terdiri dari : a. Kegiatan pra pembelajaran Kegiatan
prapembelajaran dianggap penting karena dapat memotivasi anak didik (siswa/mahasiswa)
untuk mempelajari mata kuliah perencanaan pembelajaran misalnya. Di samping dapat
memotivasi, juga mereka akan mendapat petunjuk yang sesuai untuk mencapai
pembelajaran, sehingga pada akhir perkuliahan mahasiswa mampu menguasainya. b.
Penyajian informasi Penyajian informasi harus dilakukan karena dengan adanya penyajian
informasi, anak didik (siswa/mahasiswa) akan tahu seberapa jauh material pembelajaran
yang harus mereka pelajari, disajikan sesuai dengan urutannya, dan keterlibatan meraka
dalam setiap urutan pembelajaran. c. Peran serta anak didik (siswa/mahasiswa) Mengapa
peran serta anak didik (siswa/mahasiswa) dianggap penting? Anak didik (siswa/mahasiswa)
harus diberi kesempatan berlatih (terlibat ) dalam setiap langkah pembelajaran, apakah itu
didalam bentuk tanya jawab maupun mengerjakan soal-soal latiha nuntuk mencapai tujuan
pembelajaran. Kertas kerja baik perorangan maupun kelompok setelah diberi komentar atau
penilaian oleh dosen dikembalikan sebagia umpan balik terhadap apa ynag telah mereka
kerjakan. Semakin terlibatnya siswa/mahasiswa pada setiap kegiatan pembelajaran,
diharapkan semakin baik perolehan belajarnya. Demikian juga halnya dengan keterlibatan
pembelajaran dalam pemberian umpan baliktugas-tugas anak didik (siswa/mahasiswa) akan
mempengaruhi perolehan belajar anak didik (siswa/ mahasiswa). d. Pengetesan Untuk
keperluan pengetesan ada empat macam tes acuan patokan yang dapat digunakan, yaitu: (1)
tes tingkah laku masukan; (2) prates; (3) tes sispan; dan (4) pascates. Pengetasan keempat
macam tes acuan patokan tersebut perlu dilakukan, kerena dari keempat macam tes tersebut
(sesuai dengan fungsinya) akan memberikan umpan balik bagi pengajar untuk memperbaiki,
merevisi, baik meterial pembelajaran, strategi pembelajaran, maupun strategi pengetesan. e.
Kegiatan tindak lanjut Kegiatan tindak lanjut harus dilakukan ksrena rancangan
pembelajaran dalam mata kuliah atau mata pelajaran tertentu dapat dukuasai seluruhnya
oleh anak didik (siswa/mahasiswa) diukur dari penguasaan pascates. Dalam hal ini jika
dibawah 80%, kepada mereka diberikan remidial dan tugas, kemudian diuji kembali sampai
dinyatakan lulus? Bagi mereka yang sudah lulus, sementara yang lainnya belum, maka
kepada mereka akan diberikan bahan pengeyaan (remidial). Mengapa harus ada penetapan
alokasi waktu? Hal ini dimaksudkan agar menjadi pedoman bagi pengajar dalam
pelaksanaan pembelajaran (tatap muka) sehingga tidak menyimpang dari alokasi waktu
yang telah ditetapkan. Setiap tatap muka terdiri dari 100 menitdengan rincian waktu: (a)
pembukaan +penyajian informasi =45 menit; (b) tanya jawab atau diskusi =30 menit; (c) 16
kali, meliputi penyajian, diskusi, pengetesan, dan remidial. 7. Mengembangkan dan memilih
meterial pembelajaran Dick dan ceray (2985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti
oleh pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu (1) pengajar
merancang bahan pembelajaran individuak, semua tahap pembelajaran dimasukkan ke
dalam bahan, kecuali prates dan pascates, (2) pengajar memilih dan mangubah bahan yang
ada agar ssuai dengan strategi pembelajaran. Peran pengajar akan bertambah dalam
menyampaikan pembelejaran. Beberapa bahan mungkin saja disampaikan tanpa bantuan

pengajar, jika tidak ada, maka pengajar harus memberi penjelasan, (3) pengajar tidak
memakai bahan, tetapi menyampaiakan semua pembelajaran menurut strategi
pembelejarannya yang telah disusunya. Pengajar menggunakan strategi pembelajaranya
sebagai pedoman, termasuk latihan dan kegiatan kelompok. Kebaikan dari strategi ini
adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan memperbarui pembelajaran apabila
terjadi perubahan isi. Sedangkan kerugiannya adalah sebagai besar waktu tersita untuk
menyampaiakan informasi sehingga sedikit sekali waktu untuk membantu anak didik
(mahasiswa). Untuk keperluan pengembangan progam mata pelajaran atau mata kuliah,
misalnya mata kuliah perencanaan pembelajaran, khususnya untuk meterial
pembelejarannya, dipilih dari beberapa buku sesuai dengan keperluan pembelajaran.
Mengapa hal ini dilakukan, karena kurangnya leteratur pendukung, baik yang terdapat di
perpustakaan meupun di pasaran yang sesuai dengan keperluan pembelajaran mata kuliah
tersebut. Sebagai contoh salah satu buku yang di ambil adalah buku yang disusun oleh Dr.I
Nyoman Sudana Degeng tentang pengembangan desain intruksional. 8. Mendesain dan
melaksanakan evalusi formatif Evaluasi formatif perlu dilakukan karena evaluasi ini adalah
salah satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi untuk
mengumpulkan data guna perbaikan pembelajaran. Dengan kata lain, karena melalui
evaluasi formatif akan ditemukan kekurangan tersebut dapat diperbaiki. Maupun dick and
carey (1985), ada tiga fase pokok penilaian formatif, yaitu sebagai berikut. a. Fase
perorangan atau fase klinis. Pada fase ini perancang bekerja dengan siswa secara
perseorangan untuk memperoleh data guna menyempurnakan bahan pembelejaran. Data
yang dimaksud diasanya berupa kesalahan-kesalahan. b. Fase kelompok kecil, yaitu
sekelompok siswa yang terdiri dari delapan samapi sepuluh oarang yang merupakan wakil
cerminan populasi sasaran mempelajari bahan secara mandiri, kemudian diuji untuk
memperolah data yang diperlukan. c. Fase uji lapangan. Boleh diikuti oleh banyak siswa;
umumnya30 orang sudah mencukupi. Tekanan dalam uji coba lapangan adalah pada
penguji produser yang diperlukan untuk memberlakukan pembelajaran dalam suatu
keadaan yang sangat nyata. Mengapa dilakukan evaluasi kelompok kecil? Hal ini dilakukan
untuk mengetahui keefektifan perubahan ynag telah dibuat, dan untuk mengetahui masalahmasalah yang dihadapi anak didik jka menggunakan bahan tersebut. Uji coba lapangan perlu
dilaksanakan untuk mengetahui apakah perubahan yang telah dibuat dari hasil penilaian
perseorangan dan penilaian kelompok kecil efektif jika digunakan dalam keperluan
pembelajaran. 9. Merevisi bahan pembelajaran Merevisi bahan pembelejaran perlu
dilakukan, yaitu untuk ,menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih menarik dan
efektif apabila digunakan dalam keperluan pembelejaran sehingga memudahkan untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.merevisi pembelajaran dilakukan
sesuai data yang diperoleh dari eveluasi formatif, yaitu penilaian perseorangan, penilaian
kelompok kecil, dan hasil akhir uji coba lapangan. Dick and carey (1985) mengemukakan
ada dua revisi yang perlu dipertimbangkan, yaitu (1) revisi terhadap isi atau subtansi bahan
pembelajaran agar lebih cermat sebagai alay belajar, (2) revisi terhadap cara-cara yang
dipakai dalam menggunakan bahan pembelajaran. Untuk keperluan bahan pembelajaran
ada empat macam keterangan pokok yang menjadi sumber dalam melakukan revisi, yaitu:
1.) Ciri anak didk dan tingkah laku masukan 2.) Tanggapan langsung terhadap pembelajaran
termasuk tes sisipan 3.) Hasil pembelajaran pascates 4.) Jawaban terhadap kuesioner 10.
Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif Evaluasi sumatif perlu dilaksanakan karena
melalui evaluasi sumatif dapat ditetapkan atau diberikan nilai atas suatu desain
pembelajaran, dimana dasar keputusan penilaian didasarkan pada keefektifan dan efisien
dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, evaluasi sumatif diarahkan pada
keberhasilan pencapian tujuan yang telah ditetapkan, yang diperlihatkan oleh kerja siswa.
Apabila semua tujuan sudah dapat dicapi maka efektivitas pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu dianggap berhasil dengan baik. Demikian pula
jika keberhasilan siswa dicapai dalam rentangan waktu yang relatif pendek maka segi
efeisien pembelajaran dapat dicapi. Terakhir, jika dalam rancangan pembelajaran dengan
meberlakukan strategi yang baik, aktivitas belajar siswa meningkatkan maka dari segi
keberhasilan pada daya tarik pengajaran dapat dicapai. Dapatkan ha ini kita lakukan?

Sedangkan berpulang kepada kepada guru yang merencanakan pembelajaran. BAB V


PENGAKHIRAN A. Kesimpulan 1. Karakteristik metod pembelajaran Fiqih mempunyai sifat
yang aplikatif, bermacam-macam metode pembelajaran Fiqih dapat dipakai sesuai dengan
kebutuhan dan penerapan. Dari metode ceramah sampai dengan metode-metode yang lain
dapat difungsikan sebagai cara memindahkan nilai transfer ov value dari guru kepada
peserta didik. Posisi metode merupakan Alat Pembantu untuk mencapai materi sampai
pada sasaran yang dituju. 2. Ragam aplikasi metode pembelajaran Dalam mengaplikasikan
metode pembelajaran Fiqih kelas XI (sebelas) MA antara lain satu dengan lainnya tidak bisa
seragam meskipun ada yang seragam. Materinya semua metode pembelajaran berbeda.
Kesesuaian metode dan materi tergantung pemilihan metode berikut aplikasinya. Kreativitas
dan aktivitas dalam pengaplikasian metode pembelajaran terjadi ada keseragaman dan
persamaan, tetapi dalam penyampaian dan ketika diaplikasikan ternyata ditemukan ada
perbedaan, ini tergantung kemampuan dalam mengaplikasikan metode pembelajaran Fiqih.
Hal lain dikarenakan beberapa aspek, antara lain aspek kemampuan, karakteristik
penyampaian metode pembelajaran Fiqih. B. Implikasi Metode Pembelajaran 1. Keterlibatan
metode pembelajaran Fiqih, semua yang terkait dengan hal itu antara lain : a. Pembuat
metode pembelajaran Fiqih, b. Pembuat silabus dan materi Fiqih, c. Para peamngku
kebijakan dalam hal in imulai dari Pemerintah (Kemenag) dari Pusat, Provinsi sampai
Kabupaten, d. Para Kepala Madrasah Negeri maupun Kepala Madrasah Swasta sebagai
penyelenggara pendidikan di Madrasah Aliyah dan, e. Para Guru Bidang Studi Fiqih
utamanya pada kelas XI (Sebelas) Madrasah Aliyah, f. Siswa Madrasah Aliyah merupakan
sasaran yang terlibat paling akhir yang menjadi objek materi dan pelaksanaan metode
pembelajaran Fiqih bersama-sama para guru pengampu materi di kelas. 2. Pengembangan
Metode Pembelajaran Fiqih Banyaknya metode pembelajaran yang menjadi pilihan dan
kecocokan dengan kebutuhan materi, jika diaplikasikan akan didapati kelebihan,
kekurangan kemudahan maupun kesulitan. Hal ini perlu adanya pengembangan metode
pembalajaran bagi pengguna metode sesuai dengan kebutuhan materi situasi dan kondisi di
Madrasah, dan mampu mengeksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Mengembangkan metode
memperhatikan dan mengevaluasi metode yang telah diaplikasikan. Metode pembelajaran
pada dasanya adalah proses menambah informasi dan kemampuan baru, yang agar dapat
dimiliki siswa. Hal ini perlu berfikir metode pembelajaran agar semuanya tercapai secara
efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami karena apa yang ingin dicapai akan
menentukan bagaimana cara mencapainya. Tentunya ada upaya mutu mengembangkan
metode-metode pembelajaran untuk Fiqih khususnya dan untuk materi-materi pelajaran
yang lain. C. Saran, Harapan dan Penutup 1. Saran Penulis berpendapat sebagai anjuran
untuk sebagai pertimbangan, a) Metode pembelajaran Fiqih hendaknya dipahami secara
rutin bagi pemakai metode pembelajaran, akan lebih baik jika mampu menumbuhkan
metode baru dan mengembangkan metode lainnya, b) Dimusyawarahkan dengan guru atau
pengguna lainnya dengan agenda pertemuan untuk memilah dan memilih metode yang
tepat untuk pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah atau sekolah yang lain, c) Mengevaluasi
bersama hasil penerapan metode-metode yang telah dipakai untuk diketahui ketepatan
pengaplikasian, kelebihan, kekurangan, dan pengembangannya. 2. Harapan Menjadi sebuah
keinginan agar menjadi kenyataan dan melahirkan kepercayaan dan kebutuhan bersama, a)
Metode pembelajaran Fiqih menjadi kebutuhan para pengajar atau pendidik, tanpa dengan
metode, pembelajaran tidak bisa berhasil dengan baik sesuai dengan program, b) Metode
pembelajaran Fiqih dapat menjadi landasan cara mengajar yang baik, sekerja para pendidik
atau pembelajar sudah punya sajian bahan metode mgajar yang siap untuk diaplikasikan, c)
Metode pembelajaran Fiqih dapat dipahami, dapat dipakai dan dapat dikembangkan
sepanjang masa bahkan dapat menemukan hal-hal baru inisiasi, kreasi baru dalam upaya
menyempurnakan metode-metode pembelajarna saat ini dan yang akan datang. 3. Penutup
Dengan memuji dan bersyukur kepada Allah SWT penulisan metode pembelajaran Fiqih
kelas XI (Sebelas) Madrasah Aliyah dapat selesai, tentunya masih banyak kekurangan,
namun penulis mengharap dan menunggu masukan-masukan, saran-saran dan himbauanhimbauan guru memperbaiki penulisan buku ini. Jika derdapat ketersinggungan bagi
pembaca, mohon dimaafkan. Tiada gading yang tak retak. Terima kasih. Wallahu alam bi al-

shawab. DAFTAR PUSTAKA 1. A. Sanusi, 1998, Pendidikan Alternatif, Bandung: PT


Grafindo Media Pratama. 2. Abdul Latif, 2007, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan,
Bandung : PT. Refika Aditama. 3. Abdurohman Masud, Menuju Paradigma Islam Humanis,
Jakarta, Grama Media, 2002. 4. Abdurrahman Al-Nahlawi,1989, Prinsip-prinsip Pendidikan
Islam, Bandung: Diponegoro. 5. Abdurrohman Annahliawi, Pendidikan silam di Rumah,
sekolah dan masyarakat 6. Abu Ahmadi, (2004), Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Rineka
Cipta. 7. Abudin Nata, 2008,Kapita selekta Pendidikan Islam, Jakarta: bumi Aksara. 8.
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2006. 9. Bambang
Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, Jakarta 10. Betti R Scharf,
Sosiologi Agama, Jakarta, Kencana, 2002. 11. Daeng Sudirwo, 2002, Kurikulum
Pembelajaran dalam Otonomi Daerah. Bandung: Andira. 12. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1994, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Edisi kedua. 13.
Din Wahyudin, 2008, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka. 14. Dzakir,
2004, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta. 15. Goode
William, J (2007) Sosiologi Keluarga. Bumi Aksara. 16. Haeruddin, dkk, 2007, Kurikulum
Tingkat Satuan pendidikan, Jogjakarta: Pilar Media. 17. Hamzah, B. Uno, 2007, Profesi
Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara. 18. Hasibun dan Moedjiono, 2000, Proses Belajar
Mengajar, Bandung: Rosda. 19. Isjoni, 2007, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, Yogyakarta:
Pustaka Ajar. 20. Isjoni, 2009, Guru Sebagai Motivator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 21. Ismail SM, M. Ag, 2008, Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis
PAIKEM.Raisal Media Group.Semarang. 22. James Popham, dkk, 2008, Tehnik Mengajar
Secara Sistematis, Jakarta: Rineka Cipta. 23. James S. Coleman, Dasar-dasar Teori Sosial
terjemah Imam Mutaqien, Bandung, Nusa Media, 2008 24. John M. Echols, dkk, 2000,
Kamus inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia. 25. Langgung Hasan, 1983, Pendidikan Dan
Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Al husna. 26. Lukmanul Hakim, 2007, Perencanaan
Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima. 27. Made Pidarta,2007, Landasan Kependidikan,
Jakarta: Rineka Cipta. 28. Max Weber, Sosiologi Terjameh Nurholis, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2006, Cet. 1 29. Moch Anwar Idochi, 2004. Administrasi Pendidikan dan
Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 30. Muhaimin, 2004, Wacana
pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 31. Muhibbin Syah, 2000,
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 32. Mukti
Ali, Metode Memahami Agama Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 2007. 33. Mulyasa, 2002,
Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 34. Nana Sudjana, 1989,
Proses Belajar Mengajar, Bandung: Mandar Madju. 35. Nana Syaodih S, Ayi Novi J dan
Ahman, 2006, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan
Instrumen, .Bandung: Penerbit Rafika Aditama. 36. Nana Syaodih, 2006, Pengembangan
Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya. 37. Nur Uhbiyanti, 1999, Ilmu
Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia. 38. Nur Uhbiyati, 1999, Ilmu Pendidikan Islam,
Bandung: Pustaka Setia. 39. Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi
Aksara. 40. Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd, 2008, Model pembelajaran Menciptakan Proses
Pembelajaran yang aktif dan Kreatif. PT. Bumi Aksara.Jakarta: Cet. III. 41. Prof. Dr. Syed
Naquib al-Attas, dalam Abdul Kholiq, dkk,1999, Pemikiran pendidikan islam, kajian tokoh
klasik dan kontemporer, Yogyakarta: pustaka pelajar. 42. Pupuh Fathurrahman,dkk, Strategi
Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep, Pustaka Bitama. 43. Qory A. Azizy, Islam dan
permasalahan Sosial mencari Jalan keluar, Yogyakarta, Lkis, 2000. 44. _____________,
Pengembangan Ilmu-Ilmu ke-Islam-an, Jakarta, Dirjen PT Depag, 2003. 45. Rama Yulis,
2001, Metodologi Pengajaran Islam, Jakarta: Kalam Mulya. 46. Ramayulis, 2001,
Metodologi Pendidikan Agama, Jakarta: Kalam Mulya. 47. Saiful Bahri, dan Aswan, 2006,
Srategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. 48. Singgih Gunarsa, (1991) Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta : Gunung Mulia. 49. Stephen K Sanderson, Makro
Sosiologi sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada,
2006. 50. Sudarwan Danim, 2002, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: CV Pustaka Setia. 51. Sumardi Mulyanto,
1986, Pengajaran Bahasa Asing, Jakarta: Balai Pustaka. 52. Syafaruddin dan Irwan
Nasution, 2005, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Quantum Teaching. 53. Syafii

Maarif, Islam, Kekuatan Doktrin dan Kegamangan Umat, Jakarta, Pustaka Pelajar, 1997. 54.
Usman Basyiruddin, 2002, Metode Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers. 55.
Wahjosumidjo, 2008, Kepemimpinan Kepala Sekolah.Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, Jakarta: Rajawali Pers. 56. Widji Suwarno, 2007, Dasar.Dasar ilmu
pendidikan.Yogyakarta: Ar-Russ Media. 57. Zakiyah Derajat, Metode Khusus Pengajaran
Agama Islam.Jakarta: Bumi Aksara. 58. Zuhairini, dkk, 1999, Metodologi Khusus
Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Materi Fiqih Kelas XI, Semester Gasal Pertemuan ke 1 1. Mata Pelajaran: Fiqih Materi : Fiqih
Kelas XI (sebelas) Semester Gasal 2 Jurusan IPS 3 Pengampu Mapel Drs. Achmad Slamet,
M.S.I 4 Waktu 45 menitX 2 = 90 menit 5 Hari, Tanggal Mengajar Sabtu, 27 Juli 2011 Minggu
ke IV (Empat) 6 Standar Kompetensi Indikator Standar Kompetensi Memahami ketentuan
Islam tentang Jinayah dan hikmahnya. a. Jarimah Hudud (jenis ancaman yang di tentukan
oleh nas) b. Jarimah Qishas (jenis ancaman hukuman serupa) c. Jarimah tazir (ancaman
dengan memberikan pelajaran) 7 Kompetensi Dasar Menjelaskan hukum pembunuhan dan
hikmahnya. 8 Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Siswa mampu mengerti tentang
pembunuhan. 2. Siswa memahami tentang hukum pembunuhan. 3. Siswa mengerti tentang
madzarat pembunuhan. 4. Siswa mampu menjelaskan macam-macam pembunuhan. 5.
Siswa mengerti dasar-dasar hukum dan larangan pembunuhan. 6. Siswa mampu memahami
hikmah larangan membunuh. 7. Siswa mampu mencegah dirinya dari dampak negativ
pembunuhan. 9 Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mendefinisikan makna hukum pembunuhan
secara etimologidan terminologi. 2. Siswa mendefinisikan hukum pembunuhan secara
normatif dan menurut pendapat beberapa ahli. 3. Siswa mampu mengidentifikasikan
macam-macam dan karakter pembunuhan. 4. Siswa mampu menjelaskan tentang madzarat
dari pembunuhan. 5. Siswa menghafal dalil dalil hukum dan larangan pembunuhan 10
Materi Ajar 1. Buku Fiqih kelas XI SMA, MA dan SMK 2. Fiqih Sulaiman Rasyid 3. Fathul
Qarib 4. Muqaaranatul Madzahib 5. Lembar kerja siswa (LKS) 11 Metode Pembelajaran: 1.
Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Diskusi 4. Menghafal 12 Urutan Kegiatan Pembelajaran: a.
Pembukaan b. Inti c. Penutup 13 Standar Kompetensi (SK) 1. Mendefinisikan makna tafsir
secara terminologi maupun etimologi 2. Mendefinisikan tafsir menurut beberapa ahli tafsir
3. Menjelaskan sejarah perkembangan tafsir 4. Mengidentifikasi corak dan metode
penafsiran 5. Kualifikasi dan kompetensi yang harus di miliki oleh seorang mufassir 6.
Menjelaskan pentingnya tafsir dalam dakwah 14 Alat Bantu dan Bahan Ajar 1. Laptop 2. LCD
3. Whiteboard 4. Spidol 5. Penghapus 15 Deskripsi Kegiatan Pembelajaran fiqih ini di desain
berdasarkan model pembelajaran Aktif Partisipatif. Dimana akan memadukan pola
pembelajaran model ceramah, brainstorming (curah pendapat), serta diskusi dan Tanya
jawab. Pembelajaran ini juga memadukan pembelajaran 3 arah : Guru-Siswa, Siswa-Guru,
Siswa-Siswa. Pada akhir pembelajaran, Siswa akan dibagi dalam kelompok kecil sesuai
dengan tema silabus untuk tugas pembuatan makalah dan presentasi pada pertemuan
selanjutnya. 16 Assesmen 9. Pertanyaan Lisan Pertanyaan ditujukan kepada Siswa untuk
didiskusikan oleh seluruh Siswa sehingga siswa dapat : d. Mendifinisikan makna
pembunuhan secara terminology maupun etimologi e. Mendefinisikan pembunuh tafsir
menurut beberapa ahli tafsir f. Menjelaskan sejarah perkembangan pembunuhan g.
Kualifikasi dan kompetensi yang harus di miliki oleh seorang h. Menjelaskan pentingnya
manfaat memahami pembunuh dan manfaatnya i. Mengidentifikasi bentuk bentuk
pembunuh j. Menghafal ayat ayat pembunuhan dan hadist hadistnya 17 Urutan
Pelaksanaan Kegiatan b. Kegiatan Awal (10 Menit) Guru mengucapkan salam dan
memberikan pengantar mengenai apa yang akan dibahas pada mata perkuliah Tafsir
Dakwah ini dengan melakukan brainstorming. Di sini Dosen menarik kembali pengalaman
dan pengetahuan siswa sebelumya c. Kegiatan Inti (70 menit) 1) Penjelasan Tujuan (5 menit)
Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran dan di akhir pembelajaran ini, siswa mampu :
b) Mendefinisikan makna pembunuh secara terminologi maupun etimologi c)
Mendefinisikan pembunuh menurut beberapa ahli d) Menjelaskan sejarah perkembangan
pembunuhan e) Mengidentifikasi corak dan pembunuhan f) Menjelaskan pentingnya
memahami pembunuhan dan hukumannya 2) Guru kemudian menjelaskan scenario
pembelajaran yang akan dilaksanakan sekaligus tugas yang harus di kerjakan mahasiswa,

pembagian kelompok 2 orang / kelompok, tugas presentasi selama 1 semester serta kontrak
belajar. (5 menit) 3) Penyampaian Materi (20 menit) Dosen menjelaskan definisi materi
fiqih terminologi maupun etimologi dan menurut beberapa ahli tafsir seperti Az Zarqony, Az
Zarkasyi, menjelaskan sejarah perkembangan tafsir sebelum dan sesudah tahun 150 H,
mengidentifikasi corak penafsiran (sastra bahasa, filsafat dan teologi, penafsiran ilmiah,
Fiqhy, Shusy, ijtimaiy, Haraky), dan metode penafsiran (Tahlily, ijmaly, Muqoron,
Maudlui), serta menjelaskan pentingnya tafsir dalam pengembangan dakwah islam di
Indonesia. 4) Diskusi dan Tanya jawab (30 menit) Guru membuka sesi diskusi dan Tanya
jawab, mepersilahkan siswa menyampaikan pendapat atau pertanyaan, sehingga mahasiswa
dapat meminta klarifikasi, menyanggah maupun mengemukakan pendapat lain atas materi
yang telah di sampaiakan oleh guru. Pada sesi ini guru menjawab pertanyaan siswa dan
melakukan pendalaman materi. d. Kegiatan penutup (10 menit) a. Guru memfasilitasi siswa
menyimpulkan materi yang telah di bahas dan diskusikan. b. Guru memberikan penguatan
tentang pembelajaran yang sudah berlangsung c. Guru memberikan follow up (Tugas
membaca buku kepada Siswa) d. Guru menyampaikan salam penutup e. Guru memberikan
solusi yang belum bias di pecahkan dalam diskusi. 18 Catatan tentang Umpan Balik yang
diperlukan 1. Tehnik mengarahkan siswa agar mampu memahami kosakata (mufrodat) yang
sukar yaitu dengan mengarahkan siswa untuk membuka kamus atau maajim serta
membimbing siswa dapat mencari kosakata dalam kamus sesuai petunjuk pencarian
kosakata dalam kamus 2. Mendorong siswa untuk membawa materi fiqih pribadi dalam
setiap pembelajaran untuk memudahkan pembelajaran fiqih 3. Mendorong siswa untuk
mencari kitab atau buku agar yang lain untuk memperkaya materi ajar dan melengkapi
pemahaman.

Anda mungkin juga menyukai