Sifat menurut bahsa adalah sesuatu yang melekat atau menetap pada sesuatu yang lain. Sedang yang
dimaksud sesuatu yang lain adalah huruf-huruf hijaiyah. Adapun menurut pengertian istilah, sifat adalah
:
الصفة هي كيفية عا رضة بالحرف عندحصوله فى المخرج من الجهر والرخاوة والهمس والشدة و نحوها
“Sifat adalah cara baru bagi keluarnya huruf ketika sampai pada tempat keluarnya, baik berupa jahr,
Rakhawah, Hams, Syiddah dan sebagainya.”
Pada pengertian tersebut, tampak bahwa sifat-sifat huruf hijaiyah selalu dikaitkan dengan makhrajnya,
mengingat makhraj huruf merupakan standar untuk penentuan sifat dari huruf hijaiyah. Antara sifat dan
makhrajnya huruf saling terkait. Makhraj huruf tidak akan tampak jika sifat hurufnya tidak dikeluarkan
secara benar. Sebaliknya, sifat huruf tidak akan tepat selama tidak mengenai tempat keluarnya.
Sangat penting mengetahui sifat-sifat huruf hijaiyah, sebab dengan mengetahui sifat-sifat itu maka
pembaca dapat melafalkan huruf hijaiyah dengan baik, serta menghindari kekaburan antara pembacaan
huruf satu dengan huruf yang lain. Misalnya antara membaca huruf “syin” dengan “sin”, “dal” dengan
“dzal”, dan sebagainya.
Sifat-sifat yang melekat pada huruf hijaiyah mempunyai dua bagian, yaitu :
1. Sifat lazim ( )الالزم, sifat-sifat yang tetap dalam masing-masing huruf hijaiyah. Sifat ini selamanya
konstan (tetap), tidak pernah berubah-ubah selama huruf tersebut digunakan. Untuk sifat lazim ini
dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Sifat yang mempunyai lawan ( )ذوات األضداد, misalnya :
2. Sifat ‘Aridh ( )العارض, sifat-sifat yang baru ada ketika huruf-huruf hijaiyah itu bertemu dengan huruf-
huruf tertentu. Sifat ini tidak menetap dan selalu berubah menurut perubahan huruf yang ditemui.
Pada sifat kedua ini merupakan ruang lingkup ilmu tajwid, karena yang dimaksud sifat-sifat itu adalah
seperti bacaan Izhar, Idgham, iqlab, ikhfa’, mad tafkhim, tarqiq, wakaf, ibtida’, saktah, sukun, syakal,
atau harakat, dan sebagainya.
Pada bahasan kali ini penulis akan menerangkan sifat yang Lazim, sedangkan untuk sifat ‘Aridh akan
dibahas secara rinci pada bagian tersendiri pada artikel selanjutnya.
Sedangkan dalam pengertian istilah adalah membunyikan huruf tertentu tanpa berdesis (tidak
berhembus). Huruf yang bersifat jahar sebanyak 19 huruf, yang terkumpul pada bait berikut ini :
عظم وزن قارئ ذي غض جد طلب
Contoh:
Sedangkan dalam arti istilah adalah membunyikan huruf tertentu dengan berdesis (bernafas). Huruf
Mahmus ada 10 macam, sebagaimana dalam rumus berikut ini:
Contoh :
Semua huruf mahmus tersebut dapat dibaca mahmus, baik mati ( sukun ) maupun hidup, kecuali huruf
kaf dengan ta’ yang hanya dibaca mahmus ketika mati.
Sedangkan dalam arti istilah adalah membunyikan huruf tertentu dengan suara tertahan atau
dihentikan, dan huruf itu tampak sekali jika dimatikan (sukun). Huruf yang bersifat syiddah terdafat 10
macam, sebagaimana tertera dalam rumus berikut:
اجد قط بكت
Contoh :
Rakhawah atau Rikhwah dalam arti bahasa berarti lunak atau kendor.
Sedangkan dalam arti istilah adalah membunyikan huruf tertentu dengan suara lepas tidak tertahan.
Contoh :
Sedangkan menurut istilah adalah membunyikan huruf tertentu dengan cara antara ditahan dan dilepas
(tengah tengah). Hurufnya sebanyak 5 macam, sebagaimana dalam rumus berikut:
لن عمر
Contoh :
1 ع ُ ع
بَ َّع, بَ ْع, ع ِ َع
Sedangkan menurut arti istilah adalah membunyikan huruf tertentu dengan mengangkat pangkal lidah
ke langit-langit mulut, sehingga dengan cara itu suara menjadi lebih tebal. Huruf yang bersifat Isti’la’ ini
terdapat 7 macam, sebagaimana terdapat pada rumus berikut:
Contoh :
Sedangkan menurut arti istilah adalah membunyikan huruf tertentu dengan menurunkan pangkal lidah
kedasar mulut , sehinga suara menjadi lebih ringan. Huruf istifal sebanyak 22 huruf, sebagaimana dalam
bait berikut ini:
Contoh :
Karena itu sifat isti’la’ pada saatnya menjadi tafkhim (tebal) dan huruf yang bersifat istifal menjadi tarqiq
(tipis).
Sedangkan menurut arti istilah adalah membunyikan huruf tertentu dengan lida melekatkan lidah pada
langit-langit mulut ketika mengucapkan huruf atau melengkungkan keliling lidah ke langit-langit yang
menjadikan suara huruf lebih tebal. Huruf yang bersifat ithbaq sebanyak 4 macam, yaitu :
صضطغ
Contoh:
Huruf Ithbaq merupakan bagian huruf isti’la’, sehinga cara membunyikan pun sama. Namun untuk huruf
isti’la’ yang tergolong huruf ithbaq maka cara membunyikan lebih tebal dari huruf-huruf isti’la’ yang
bukan tergolong ithbaq .
a. Paling atas terangkatnya, sehingga suaranya paling besar, hal itu apabila hurufnya berbaris dhammah.
Contoh:
b. Agak terangkat ke atas, sehingga suaranya besar secara wajar, hal itu apabila hurufnya berbaris
fathah. Contoh:
c. Agak diturunkan kedasar mulut, sehingga suaranya agak kecil, hal itu apabila hurufnya dimatikan
(sukun). Contoh :
ْ َا
اَ ْغ, اُ ْخ, ْ ِاض,ظ َيَ ْغلِبُوْ ن
d. Paling bawah didasar mulut, sehingga suaranya paling kecil, hal itu apabila hurufnya dikasrah. Contoh:
ِ ظ, خ
ِ ,ض
ِ ,غ
ِ َاَ ْل ُمتَّقِ ْين
Contoh:
2 غ ُ ,غ
بَ ْغ بَ َّغ, غ ِ , َغ
Pada huruf-huruf infitah terdapat huruf Qaf, Ghain, dan Kha’, yang ketiganya termasuk huruf isti’la’,
maka cara membunyikannya harus lebih besar daripada huruf infitah yang lain. Dengan demikian, huruf
hijaiyah dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
a. Terbesar, yaitu semua huruf hijaiyah, termasuk huruf isti’la’ dan ithbaq misalnya huruf : ظ, ط, ض, ص
b. Besar , yaitu semua huruf hijaiyah, termasuk huruf isti’la’ dan infitah misalnya huruf : ق, غ, خ
c. Kecil, yaitu semua huruf hijaiyah, yang bersifat infitah, selain yang termasuk isti’la’ dan ithbaq.
Sedangkan menurut arti secara istilah adalah membunyikan huruf tertentu dengan mengeluarkannya
dari ujung lidah atau ujung bibir supaya cepat dan lancar terucapkan. Huruf idzlaq ini sebanyak 6 macam
sebagaimana terkumpul dalam rumus:
فر من لب
Contoh:
Sedangkan menurut arti istilah adalah membunyikan huruf-huruf tertentu dengan tidak lancar/cepat.
Karena huruf tersebut tidak bertempat di ujung lidah atau ujung bibir. Huruf Ishmat sebanyak 23
macam, sebagaimana dalam bait berikut ini:
Contoh:
1. Shafir ( ) الصفير
Shafir menurut arti bahasa berarti siul atau seruit. Sedangkan menurut arti istilah adalah membunyikan
huruf tertentu dengan bersiul (berdesis antara dua buah bibir).
صزس
Antara shafir dan mahmus hampir sama, bedanya hanya lebih kuat atau tidaknya. Cara mengucapkan
shafir dikuatkan melebihi cara mengucapkan mahmus yang sekedar berdesis. Karena itu, huruf shafir
dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
ْ الز ْخر
a. Shafir Kubra, yaitu sifat shafir yang besar, yang terdapat pada huruf za’. Contoh : ُف ُّ , ال َّزبُوْ ُر
b. Shafir Wustha, yaitu sifat shafir yang tengah-tengah, yang terdapat pada huruf shad. Contoh: , َصا ِدقِ ْين
َ
َصائِ ُموْ ن
َ
c. Shafir Shughra, yaitu sifat shafir yang kecil yang terdapat pada huruf sin. Contoh: َساَل ُم, ِبِس ِْم هللا
2. Qalqalah ( ) القلقلة
Qalqalah menurut arti bahasa berarti goncang. Sedangkan menurut arti istilah adalah membunyikan
huruf tertentu dengan melebihkan atau mengguncangkan pada makhrajnya sehingga terdengar
pantulan suara yang lebih kuat, huruf yang bersifat qalqalah sebanyak 5 yang terkumpul pada rumus:
قطب جد
Contoh :
1 ط ْ َطَ ِط طُ ب
َّط بَط
2 د َد ِد ُد بَ ْد بَ َّد
Huruf yang bersifat qalqalah dibagi menjadi 2 macam, yaitu Qalqalah Kubra dan Qalqalah Shughra.
Qalqalah Kubra adalah bacaan qalqalah yang besar. Sedangkan dalam arti istilah adalah huruf qalqalah
itu mati (sukun) di ujung kalimat. Atau dengan kata lain bunyi mati huruf itu baru datang sesudah
diwakafkan.
Contoh:
ْ بِاْلقِس
بِاْلقِ ْس ِطDibaca ْط
Sedangkan Qalqalah Shugra adalah qalqalah kecil. Menurut arti istilah adalah apabila bacaan (huruf)
qalqalah itu mati ditengah-tengah kalimat. Dengan kata lain, matinya huruf qalqalah itu merupakan
bawaan asal bukan karena diwakafkan.
Contoh :
ْ َ يDibaca ط َم ُع
ط َم ُع ْ َي
3. Lien/Layyin ( ) اللين
Lien atau bisa disebut Layyin menurut arti bahasa adalah lunak. Sedangkan dalam arti istilah adalah
membunyikan huruf tertentu dengan lunak tanpa paksaan. Huruf lien terdapat dua macam, yaitu: ي و
Contoh:
1 ى ْاَى
2 و ْاَو
Ketentuan ini berlaku jika huruf lien jatuh setelah harakat fathah, dan cara membacanya sepanjang 2
ketukan (1 alif).
4. Inkhiraf ( ) اإلنخراف
Inhiraf menurut arti bahasa berarti condong. Sedangkan menurut arti istilah adalah membunyikan huruf
tertentu dengan mencondongkan huruf pada makhrajnya sendiri pada makhraj huruf yang lain. Karena
itu, dalam melafalkannya lidah harus dilenturkan. Hurufnya ada dua macam yaitu : ر, ـل
Lam condong keluar atau ke ujung lidah, sedangkan Ra’ condong ke dalam serta sedikit keluar lam.
Contoh:
5. Takrir ( ) التكرير
Takrir dalam arti bahasa berarti mengulangi. Sedangkan menurut istilah adalah membunyikan huruf
tertentu dengan menggetarkan ujung lidah, sehingga huruf tersebut terdengar tergentas dan getarnya
itu cukup dua getaran, jangan sampai berlebihan. Huruf takrir adalah : ر
Contoh:
6. Tafasysyi ( ) التفشي
Tafasysyi menurut arti bahasa adalah meluas atau tersebar. Sedangkan menurut arti istilah adalah
membunyikan huruf tertentu dengan menyebarkan angin dalam mulut ketika mengucapkan hurufnya.
Adapun huruf tafasysyi hanya : ش
Contoh:
a. Tafasysyi Kubra, jika syinnya ditasydid. Contoh: ُ ال َّش ْيطَان, ال َّش ِه ْي ُد
c. Tafasysyi shughra, yaitu apabila syinnya difathah, dhommah atau kasrah. Contoh: ِش َمالٌــ, ُشهَدَا ُء, ك
ٌ َر ْي
ِ ش
7. Isthithalah ( ) اإلستطالة
Isthithalah menurut arti bahasa berarti memanjangkan. Sedangkan menurut istilah adalah
membunyikan huruf tertentu dengan memanjangkan suaranya dari permulaan tepi lidah hingga
penghabisan lidah (sampai bersambung dengan makhraj lam), huruf isthithalah hanya : ض
Dan huruf inilah huruf yang paling sulit diucapkan, sehingga Nabi SAW bersabda :”Aku orang yang paling
fasih (benar) dalam mengucapkan dhad.”
Contoh:
8. Ghunnah ( ْ)الغنة
Ghunnah dalam arti bahasa berarti berdengung. Sedangkan arti istilah adalah membunyikan huruf
tertentu dengan mendengungkan suara yang keluar dari pangkal hidung. Huruf ghunnah yaitu: م نbaik
hidup maupun mati, yang idzhar, ikhfa’ maupun idgham.
Ghunnah merupakan sifat yang tetap bagi kedua huruf tersebut, hanya saja ketika ditasydid lebih kuat
daripada ketika idgham, ketika idgham lebih kuat daripada ketika sukun, sedang ketika sukun lebih kuat
daripada ketika hidup.
Contoh: