Anda di halaman 1dari 39

PENERAPAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KETENAGAKERJAAN


KELAS XI IPS A DI SMA PGRI SWASTHIKA LEWOLEBA

OLEH
MARIA FRANSISKA OSE, S.Pd
NIP: 19790131 200903 2 002

SMA PGRI SWASTHIKA LEWOLEBA


KABUPATEN LEMBATA
2021

BAB I
PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar menunjukkan bahwa pada umumnya siswa
kelas XI belum mampu menyerap materi pembelajaran ekonomi secara baik.
Walaupun guru telah berupaya menjelaskan hal ini dengan metode ceramah
bervariasi, akan tetapi setelah proses belajar mengajar siswa diberi tugas hasil
yang terlihat tidaklah memuaskan. Dari hasil pekerjaan kelas XI IPS A SMA
PGRI Swastika Lewoleba dalam mengerjakan soal ulangan harian terbukti hanya
sepuluh orang yang tuntas, sedangkan yang tidak tuntas 29 orang, dari jumlah
siswa 39 orang. Berarti presentasi yang dicapai hanya 26%.
Guru telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan mengajar
dan memberikan tes, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Hal ini disebabkan karena
cara yang digunakan guru pada umumnya dalam mengajar adalah menyuap saja
materi pelajaran kepada para siswa.
Guru berceramah, bicara terus hampir seluruh jam pelajaran, sedangkan
siswa dibiarkan mendengarkan saja. Jadi yang aktif adalah gurunya sedangkan
siswa pasif saja. Ini cara mengajar yang salah, lebih-lebih dalam pelajaran
ekonomi. Kegiatan belajar mengajar didominasi oleh guru, mengakibatkan siswa
kurang dimotivasi. Untuk mengerjakan tugas dalam rangka memacu prestasi
siswa.
Menjalankan tugasnya sebagai guru ekonomi, guru harus bisa mengubah
sikapnya dari sikap lama sebagai pemberi informasi, ke sikap baru yaitu
melaksanakan melaksanakan proses belajar mengajar yang berfokus pada siswa.
Guru peneliti tidak merasa puas dengan hasil belajar yang dicapai siswa,sebagai
wujud tanggung jawab dari guru maka perlu dicari jalan keluar untuk mengatasi
masalah ini. Masalah ini dirasa cukup mendesak untuk dipecahkan karena
merupakan hal yang cukup penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Langkah-langkah yang perlu diambil yaitu menerapkan metode mengajar
campuran dan pemberian tugas, perlu digunakan agar dapat membawa perubahan
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.
Dari hasil refleksi guru menunjukkan bahwa pemecahan masalah dengan
cara diatas dalam jangkauan guru. Berdasarkan uraian permasalahan diatas maka
guru melaksanakan penelitian “Penerapan Metode Diskusi dalam Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Ketenagakerjaan Kelas XI IPS A di SMAS PGRI
Swastika Lewoleba”.

2
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi ketenagakerjaan kelas XI IPS A SMAS PGRI SWASTIKA
Lewoleba ?

3
C. Pemecahan Masalah
Dengan menggunakan metode diskusi siswa bisa menjawab materi yang
diberikan oleh guru dengan tepat.

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan dalam penelitian ini adalah
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi
pada materi ketenagakerjaan kelas XI IPS A SMAS PGRI SWASTIKA
Lewoleba.
2. Manfaat dari penelitian ini adalah
a. Bagi siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ketenagakerjaan di XI
IPS A SMAS PGRI SWASTIKA Lewoleba.
b. Bagi guru
Memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dikelas.
c. Bagi sekolah
Untuk memperbaiki mutu pendidikan di XI IPS A SMAS PGRI
SWASTIKA Lewoleba.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penerapan
Penerapan merupakan sesuatu yang dapat dikatakan sebagai ilmu jika:
- Merupakan objek kajian
- Memiliki metode penelitian
- Dapat digeneralisasikan atau mempunyai generalisasi
- Meneliti teori
Bersifat Empiris, artinya diperoleh berdasarkan penemuan percobaan dari
pengamatan yang telah dilakukan.
Ronal, (2005) penerapan meliputi pemahaman bagi seseorang perlu
meningkatkan dan menerapkan generalisasi dan prinsip-prinsip yang cocok untuk
situasi yang akan dicapai.
1. Metode Diskusi
a. Pengertian metode diskusi
Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan metode diskusi adalah : “cara belajar atau mengajar
yang melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru, murid dengan
murid sebagai peserta diskusi.
Moh.Surya (1975:107) mendefinisikan diskusi kelompok merupakan
suatu proses bimbingan dimana murid-murid akan mendapatkan suatu
kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing dalam
memecahkan masalah bersama. Dalam diskusi ini tertanam pula tanggung
jawab dan harga diri.
Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa diskusi kelompok
merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman
atau informasi,pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi
pembelajaran dengan jalan bertukar pikiran baik antara guru dengan
siswa, atau siswa dengan siswa. Seiring dengan itu, metode diskusi
berfungsi untuk memotivasi siswa untuk berpikir atau mengeluarkan
pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang
tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi

5
memerlukan wawasan pengetahuan yang mampu mencari jawaban atau
jalan terbaik.
b. Beberapa jenis diskusi
- Diskusi kelompok besar (Whole Group Discussion)
diskusi kelompok besar adalah diskusi yang dilakukan dengan
memandang kelas sebagai satu kelompok,dalam diskusi ini, guru
sekaligus sebagai pemimpin diskusi. Namun begitu, siswa yang
dipandang cakap, dapat saja ditugasi guru sebagai pemimpin diskusi.
Dalam diskusi kelompok besar, sebagai pemimpin diskusi, guru
berperan dalam memprakarsai terjadinya diskusi. Untuk itu, guru dapat
mengajukan permasalahan-permasalahan serta mengklarifikasinya
sehingga mendorong anak untuk mengajukan pendapat.
- Diskusi kelompok kecil (Buzz Group Discussion)
diskusi dalam kelompok kecil adalah diskusi dimana kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil terdiri atas 4-5 orang. Tempat
berdiskusi diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar
pikiran dengan mudah. Diskusi ini biasanya diadakan dipertengahan
pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud menajamkan
pemahaman kerangka pelajaran, memperjelas penguasaan bahan
pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.
c. Syarat-syarat pelaksanaan metode diskusi
Winataputra, S.U. (2005:14) ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
yaitu:
- Melibatkan kelompok, yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang.
- Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal, artinya semua
anggota berkesempatan saling melihat, mendengar, serta
berkomunikasi secara bebas dan langsung.
- Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi
kerja sama untuk mencapainya.
- Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju
kepada tercapainya tujuan pembelajaran.

6
d. Kelemahan dan kelebihan metode diskusi
Arief. A. (2002:21), disebutkan bahwa diantara keunggulan metode
diskusi adalah antara lain :
- Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau
pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
- Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap
toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.
- Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka
mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
- Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata
tertib layaknya dalam suatu musyawarah.
- Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
- Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah,
penuh prasangka dan sempit.
Roetiyah N.K. (1988:23), bahwa kelemahan penggunaan metode diskusi
antara lain :
- Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut
bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan
menjadi menyimpang,sehingga memerlukan waktu yang panjang.
- Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas
dari fakta-fakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan
atau coba-coba saja.
- Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
- Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
- Kadang-kadang ada siswa yang memonopoli pembicaraan,dan ada
pula siswa yang pasif.
2. Hasil Belajar
a) Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana (2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari
sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari

7
sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak
proses belajar.
Benjamin S. Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:26-27 menyebutkan
enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
- Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengatahuan itu berkenaan
dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
- Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
- Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,
menggunakan prinsip.
- Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan
baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
- Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru,
misalnya kemampuan menyusun suatu program.
- Evaluasi mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan
menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.hasil belajar dapat
dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukan tingkat kemampuan siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian
ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu
pengetahuan (CL), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah
tes.
b) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan
pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi

8
hasil belajar itu sendiri. Sugiarto,dkk. (2007:76-77), menyebutkan faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
- Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor internal meliputi : faktor jasmaniah dan faktor
psikologis.
- Faktor external adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor
eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat.

9
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI Lewoleba. Penelitian ini akan
berlangsung selama 2 minggu pada semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021.
B. Subjek penelitian
Penelitian ini mengambil subjek peserta didik kelas XI IPS A SMA PGRI
Lewoleba
C. Prosedur penelitian siklus 1
1) Tahap perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan pada siklus 1
adalah sebagai berikut:
2) Refleksi awal, identifikasi permasalahan
3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
4) Menyusun soal-soal evaluasi
5) Menyiapkan lembar observasi dan lembar penilaian
D. Tahap pelaksanaan tindakan
Kegiatan ini berupa penerapan pembelajaran yang telah disusun dalam
perencanaan penelitian. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus
dan prosesnya mengikuti urutan kegiatan pembelajaran yang sudah dibuat,
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Kegiatan yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan pendahuluan
- Apresepsi dan memberi motivasi
- Guru menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan
tujuan pembelajaran yang akan di capai
2) Kegiatan inti
a) Guru memandu siswa untuk melaksanakan diskusi dan semua kelompok
di persilahkan untuk mengatur tempat duduk, pemberian tugas menulis
hasil diskusi dan berdiskusi
b) Masing-masing kelompok mendiskusikan tentang:
 pengertian fungsi dan peranan ketenagakerjaan bagi masyarakat
 syarat-syarat terjadinya ketenagakerjaan

10
c) Mempresentasikan hasil diskusi dari masing-masing kelompok
d) Melakukan penilaian dari hasil pengamatan pelaksanaan diskusi dan
presentasi
3) Kegiatan penutup
- Membuat kesimpulan bersama dari hasil diskusi
- Melakukan tes/pertanyaan yang berhubungan dengan materi di atas
4) Tahap observasi
Observasi adalah kegiatan mengdokumentasi segala sesuatu yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, pengamatan dilakukan oleh
guru dengan menggunakan lembar pengamatan yang disiapkan.obyek
pengamatannya adalah siswa. Dalam tahap ini dilakukan pengamatan
terhadap siswa pada saat mengajar dan evaluasi akhir pembelajaran.
5) Tahap refleksi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
menganalisis,memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil
pengamatan. Peneliti bersama pengamat bersama menganalisis hasil tindakan
pada tahap pelaksanaan sebagai bahan pertimbangan, apakah pelaksanaan
tindakan perlu diulang lagi atau tidak. Pada tahap refleksi peneliti bersama
pengamat, bersama-sama membahas akan kekurangan dan kelebihan dalam
melaksanakan kegiatan siklus I dan dilanjutkan pada siklus II.
1. Tindakan pengumpulan dan analisa data
a) Teknik pengumpulan data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
berupa nilai hasil tes dan data kualitatif berupa hasil observasi, catatan
lapangan.Data hasil belajar peserta didik diperoleh dengan cara tes
lisan, sedangkan keaktifan belajar peserta didik diperoleh melalui
observasi dan catatan lapangan.
Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data
adalah daftar pertanyaan, lembar kerja peserta didik, lembar observasi.
b) Teknik analisa data
1. Tes tertulis
pengolahan data tes tertulis dengan rumus:
B
∑=
N∗100

11
keterangan:
∑ = Nilai yang dicari
B = jawaban benar
N = Banyaknya soal
100 = Bilangan tetap
2. Lembar observasi
Pengolahan data observasi dengan rumus:
RB
NP=
SM ∗100 %
keterangan:
NP = Nilai prosen yang dicari
RP = Skor tiap item
SM = Skor maksimum
100 = Bilangan tetap

E. Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan belajar siswa dalam penelitian tindakan kelas ini jika:
a) Secara individu siswa memperoleh Presentase Daya Serap ≥ 74%.
b) Ketuntasan belajar secara Klasikal ≥ 85%.
c) Sekurang-kurangnya 75% atau lebih siswa yang ada dikelas tersebut aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas
tersebut terdapat ≥85% siswa yang telah tuntas belajarnya. (Depdiknas dalam
Trianto, 2010 : 241)

F. Jadwal Penelitian
Jadwal kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan pada siswa
kelas XI IPS A, terlihat pada tabel :
No Kegiatan Penelitian Minggu ke-
1 2 3 4
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun proposal dan revisi
b. Menyusun instrument pengamatan dan
penilaian
c. Menyusun RPP

12
2. Tahap pelaksanaan
a. Mempersiapkan alat
b. Melakukan tindakan siklus I
c. Melakukan tindakan siklus II

3. Tahap penyusunan laporan


a. Menyusun laporan hasil
b. Presentasi hasil
c. Membuat kesimpulan

13
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum SMAS PGRI SWASTIKA LEWOLEBA


Gedung SMA Negeri 5 Kupang merupakan peralihan dari gedung SPG Negeri
yang adalah milik DEPDIKBUD, menurut surat keputusan terakhir (pendirian gedung
sekolah ) No. 024/911 tanggal 15 Juli 1991.

a. Letak Geografis Sekolah


SMA Negeri 5 Kota Kupang menurut mata angin menghadap ke arah utara,
terletak di Kelurahan Kayu Putih Kecamatan Oebobo Kota Kupang, tepatnya di
jalan Thamrin Kota Kupang. Secara geografis letak SMA Negeri 5 Kota Kupang
sebagai berikut :
Bagian Utara : berbatasan dengan jalan Trans Lembata
Bagian Selatan : berbatasan dengan rumah penduduk
Bagian Barat : berbatasan dengan SMP PGRI Swastuka Lewoleba
Bagian Timur : berbatasan dengan Jalan Umum
b. Keadaan Fisik Sekolah
1. Nama Sekolah : SMAS PGRI Swastika Lewoleba
2. Alamat Sekolah :Jln. Trans Lembata, kel.Lwoleba Timur,
Kec.Nubatukan, Kab.Lembata
3. Batas-batas Sekolah :
Sebelah utara : berbatasan dengan jalan Trans Lembata
Sebelah selatan : berbatasan dengan rumah penduduk
Sebelah timur : berbatasan dengan Jalan Umum
Sebelah barat : berbatasan dengan SMP PGRI Swastuka
Lewoleba
4. Status : Swasta
5. NIS : 301246003016
6. Kepemilikan : Depdikbud
7. Status Fisik : Permanen
8. Lantai : Keramik dan lantai semen
9. Luas Tanah seluruhnya : 18.000 m²
10. Luas pekarangan : 15.265 m2

14
11. Luas bangunan sekolah : 2.735 m²

12. Ruang Kepala Sekolah : ruang

13. Ruang Wakil Kepala Sekolah : ruang

Ruang Guru : 1 ruang

14. Ruang Tata Usaha : 1 ruang

15. Ruang Kesiswaan : ruang


16. Ruang pramuka : 1 ruang
17. Ruang Kelas : 22 ruang

18. Laboratorium Fisika : ruang

19. Laboratorium Biologi dan Kimia : ruang

20. Laboratorium Komputer : ruang


21. Laboratorium Bahasa : 2 ruang

22. Ruang BK : ruang

23. Ruang Perpustakaan : ruang

24. Ruang UKS/OSIS : ruang

25. Ruang WC Guru/Pegawai : ruang


26. Ruang WC Siswa : 10 ruang
27. Lapangan Bola Voli :1
28. Lapangan :2
29. Tempat Parkir :3
30. Kantin : 3 ruang
31. Aula : 1 ruang
32. Meja siswa : 750 buah
33. Lemari : 34 buah
34. Papan tulis kelas : 23 buah
35. Papan data : 23 buah
36. Papan pengumuman kecil : 2 buah
37. Peta dunia : 2 buah
38. Peta Asia : 2 buah
39. Peta Amerika : 2 buah
40. Peta Indonesia : 10 buah
41. Peta Afrika : 1 buah

15
42. Lapangan bola volley :1
43. Lapangan futsal / upacara :1
44. Bak penampung air : 1 buah
c. Keadaan Murid
Jumlah murid yang terdapat pada SMA Negeri 5 Kupang adalah
893 orang yang terdiri dari kelas X berjumlah 355 orang, kelas XI
berjumlah 284 orang dan kelas XII berjumlah 254 orang. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

KELAS JUMLAH JENIS KELAMIN AGAMA


L P JLH P K I H
XPMIA-1 29 15 14 29 15 13 1 -
XPMIA-2 32 13 19 32 14 13 5 -
XPMIA-3 31 11 20 31 10 20 1 -
XPMIA-4 31 6 25 31 13 15 3 -
XPMIA-5 30 15 15 30 17 10 3 -
XPMIA-6 30 13 17 30 16 9 5 -
X
XPIIS-1 36 25 11 36 19 13 4 -
XPIIS-2 35 25 10 35 23 9 2 1
XPIIS-3 35 12 23 35 16 17 2 -
XPIIS-4 31 20 11 31 21 8 2 -
XPIBB 35 18 17 35 16 16 3 -
TOTAL 355 173 182 355 18 143 31 1
0

KELAS JUMLA JENIS AGAMA


H KELAMIN
L P JLH P K I H
XI PMIA-1 38 9 29 38 20 15 3 -
XI PMIA-2 38 7 31 38 15 21 2 -
XI PMIA-3 38 12 26 38 22 11 5 -
XI PMIA-4 38 19 19 38 17 19 2 -

16
XI PIIS-1 34 13 21 34 18 15 1 -
XI XI PIIS-2 33 20 13 33 14 16 3 -
XI PIIS-3 32 24 8 32 20 10 2 -
XI PIIS-4 20 16 4 20 10 9 1 -
XI PIBB 13 4 9 13 10 2 1 -
TOTAL 284 124 160 284 146 118 20 0

KELAS JUMLAH JENIS KELAMIN AGAMA


L P JLH P K I H
XII XII BHS 28 4 24 28 13 15 - -
XII IPA-1 27 10 17 27 12 13 2 -
XII IPA-2 28 8 20 28 13 13 2 -
XII IPA-3 29 9 20 29 17 11 1 -
XII IPA-4 27 12 15 27 12 9 6 -
XII IPA-5 31 21 10 31 17 10 4 -
XII IPS-1 35 26 9 35 17 18 - -
XII IPS-2 33 21 12 33 19 13 1 -
XII IPS-3 16 6 10 16 9 7 - -
TOTAL 254 117 137 254 129 109 16 0

TOTAL 893 414 479 893 455 370 67 1


SELURUHNYA 29 893 893

17
1) Pengaturan Pengelompokan Siswa
 Untuk siswa kelas X belum ada jurusan, siswa dikelompokkan
berdasarkan jumlah siswa laki-laki dan perempuan
 Untuk siswa kelas XI dan kelas XII ada jurusan sesuai dengan
kemampuan yag dimiliki.
Siswa-siswi dibagi dalam kelompok rombongan belajar dengan masing-
masing wali kelas yang bertanggung jawab atas rombongan belajar
tersebut, pembagiannya adalah sebagai berikut :

Penetapan wali kelas

Koordinator umum : Girna Tuwaya , S.Pd

Koordinator kelas X : Dra. Fransiska R. Muda

Koordinator kelas XI : Dra. Meron Fersiana Sikki

Koordinator kelas XII : Dra. Ida Ayu Masrini

Kelas X

Kelas X PMIA-1 : Dra. Telly O. P. Malelak

Kelas X PMIA-2 : Evarista Y. Djerahi, S.Pd

Kelas X PMIA-3 : Parjo, S.Pd

Kelas X PMIA-4 : Charles Himler Ndaumau, S.Th

Kelas X PMIA-5 : Ferdinand Wadu He, S.Pd

Kelas X PMIA-6 : Weldemina Febriani Laure, S.Pd

Kelas X PIIS-1 : Dra. Josefina Lobang

Kelas XPIIS-2 : Sitti Raoda Gani, S.Pd

Kelas XPIIS-3 : Paulus Lusi, S.Pd

Kelas XPIIS-4 : Grasiana Bae, S.Pd

Kelas XPIBB : Fauziah, S.Pd

18
Kelas XI

Kelas XI PMIA-1 : Drs. Gregorius Gae

Kelas XI PMIA-2 : Marthalena Efi Naben, S.Pd

Kelas XI PMIA-3 : Norlin Radja, S.Pd

Kleas XI PMIA-4 : Felpiana Lomi Ga. S.Pd

Kelas XI PIIS-1 :Dra. Meron Fersiana Sikki

Kelas XI PIIS-2 : Agustinus Higa Huki, S.Sos

Kelas XI PIIS-3 : Helena Molo, S.Ag

Kelas XI PIIS-4 :Genoveva Wunga, S.Pd

Kelas XI PIBB : Yuliana Soli Milla S.Pd

Kelas XII

Kelas XII BHS : Imanuel Lakapu, S.Pd

Kelas XII IPA-1 : Marselina Y. Pandie , S. Pd

Kelas XII IPA-2 : Sri Widiyati, S.Pd

Kelas XII IPA-3 : Roswani K.S. Sulabessy, S.Pd

Kelas XII IPA-4 : Irfan Efendi, S.Pd

Kelas XII IPA-5 : Agustina Watu, S.Ag

Kelas XII IPS-1 : Endang Trynani Rajagukguk, S.Pd

Kelas XII IPS-2 : Yustina Delo, BA

Kelas XII IPS-3 : Veronika Wawo, S.Pd

d. Keadaan Guru dan Pegawai


1) Personil Sekolah

Personil sekolah adalah individu-individu yang terlibat langsung dalam


pelaksanaan pendidikan baik itu tenaga edukutif maupun tenaga

19
administrative. Adapun tenaga yang berkaitan dengan tenaga personi SMA
Negeri 5 Kupang maka dapat dirincikan pada tabel sebagai berikut :

No Jabatan Jumlah
1 Guru Tetap + Kepala Sekolah 53 orang
2 Guru Honor 15 orang
3 Pegawai 7 orang
4 Laboran 1 orang
5 Operator Computer 2 orang
6 Satpam 2 orang
7 Penjaga Sekolah 1 orang
8 Cleaning service 2 orang
TOTAL 83 orang

BAB V
HASIL PENELITIAN

1. Refleksi Awal
Peneliti melakukan refleksi awal bertolak dari pengamatan sehari-hari
yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Ekonmi kelas XI IPS 4 dan hasil tes
awal yang dilakukan tanggal 31 november 2014. Ada beberapa hal yang
ditemukan yaitu proses pembelajaran yang disajikan oleh guru lebi berorientasi
pada materi, artinya guru menyajikan materi sesuai target yang direncanakan, di
sisi lain siswa kurang aktif dalam membangun pengetauan karena kurangnya
kesempatan yang diberikan oleh guru untuk berkreasi secara mandiri.
Pembelajaran seperti ini nampak sangat membosankan bagi siswa, karena siswa
hanya mendengarkan penjelasan dari guru lalu mencatat.
Dari refleksi ini penulis menemukan beberapa penjelasan yang dialami
oleh siswa dalam proses pembelajaran yaitu:
1. Siswa masih bergantung pada guru dalam memahami materi yang diajarkan.

20
2. Aktivitas siswa tidak tampak dalam pembelajaran Ekonomi materi
ketenagakerjaan
3. Masih rendahnya pemahaman konsep siswa tentang materi ketenagakerjaan.
Hal ini ditandai dengan prosentase ketuntasan belajar siswa kelas XI IPS 4
pada tes awal yaitu 9 orang atau 23,07% siswa yang mampu mencapai ketuntasan
belajar dan 30 orang atau 76,92% siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar
seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Tabel : 5.1 Hasil Belajar Peserta Didik (Tes Awal)

No Kode Peserta Nilai Ketuntasan N Kode Peserta Nilai Ketuntasan


Didik Individu o Didik Individu
1 AAA 65 0 21 MCT 65 0

2 ADT 75 1 22 MB 65 0
3 ARL 45 0 23 MA 65 0
4 BO 80 1 24 NMN 50 0
5 BK 45 0 25 NK 65 0
6 DD 80 1 26 OT 65 0
7 DH 65 0 27 POS 50 0
8 ET 65 0 28 RN 45 0
9 EK 65 0 29 RB 45 0
10 FA 40 0 30 RRH 75 1
11 FM 65 0 31 SB 65 0
12 FB 80 1 32 SPJ 50 0
13 HN 75 1 33 SW 65 0
14 IK 45 0 34 TT 80 1
15 IHL 75 1 35 VINH 65 0
16 IKN 70 0 36 YF 70 0
17 JP 60 0 37 YW 75 1
18 LF 45 0 38 YLN 70 0
19 MRT 75 1 39 YR 65 0
20 MEM 70 0
Jumlah: 2.480
Rata-rata: 63,58
Keterangan : 1= Tuntas, 0= Tidak Tuntas
% Ketuntasan = Jumlah siswa yang tuntas x 100%
Banyaknya siswa
% Ketuntasan = 9x 100%
39
= 23,07%

21
Tabel 5.2.
Hasil test awal Tentang Materi Ketenagakerjaan
Pada Kelas XI/I
Tingkat Penguasaan
No Pencapaian KKM Skor Kriteria
Frekuensi % 2. De
Belum Tuntas 0 – 64 Kurang 12 30,76 sk
(Siswa yang mendapat ri
1
nilai <74) 65 - 73 Sedang 18 46,15 ps
i
Tuntas 74 – 84 Tinggi 9 23,07
2 (Siswa yang mendapat 85 - 100 Sangat Tinggi 0 0
nilai  74)
Total ∑ 39 100

Hasil Penelitian
Hasil pelaksanaan tindakan setiap siklus, peneliti menganalisis dengan
memperhatikan kehadiran siswa dengan ketentuan:
a) Siswa mengikuti tes secara berturut-turut dari awal tes sampai tes siklus II.
b) Bagi siswa yang tidak mengikuti salah satu tes, maka hasil tesnya tidak
dianalisis.
c) Bagi siswa yang mengikuti proses belajar mengajar pada setiap kali
pelaksanaan tindakan dan mengikuti tes secara berturut-turut maka hasil tes
siklus yang lainnya tidak dapat dianalisis.
d) Bagi siswa yang mengikuti proses belajar mengajar pada setiap kali
pelaksanaan tindakan dan mengikuti tes secara berturut-turut, maka hasil tes
siswa tersebut dianalisis.
Ketentuan-ketentuan di atas dilakukan dengan maksud peneliti dapat
melihat perkembangan belajar siswa secara berkesinambungan.
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Sebelum proses pembelajaran dilakukan, peneliti telah mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan untuk penelitian, seperti, lembaran
kegiatan siswa, buku paket, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
b. Pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas yang
mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagaimana terlampir.

22
c. Observasi
Pengumpulan data observasi pada tahap ini, peneliti diabntu oleh seorang
guru mata pelajaran IPS yang bertindak sebagai observer. Observer ini
mempunyai tugas sebagai berikut:
 Melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa selama pembelajaran
berlangsung.
 Membantu peneliti dalam membimbing dan mengarahkan siswa bila
mengalami kesulitan belajar.
Kegiatan penelitian pada siklus I diawali dengan pemberitahuan dari guru
mata pelajaran Ekonomi yang bertindak sebagai peneliti kepada siswa kelas XI
IPS 4 bahwa peneliti akan melakukan penelitian yang akan dibantu oleh seorang
guru mata pelajaran Ekonomi SMA Negeri 5 Kupang yang akan duduk
dibelakang siswa untuk mengamati selama berlangsungnya pembelajaran.
Selanjutnya peneliti menanyakan kepada siswa apakah kalian sudah siap untuk
mengikuti pelajaran hari ini dan siswa menjawab sudah siap.
Kegiatan penelitian dimulai oleh penelitian dimulai dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu siswa dapat
menjelaskan pengertian, fungsi dan peranan ketenagakerjaan bagi masyarakat
dan mengidentifikasi syarat-syarat terjadinya ketenagakerjaan . Peneliti kemudian
bertanya kepada siswa, apakah kamu masih ingat tentang pelajaran sebelumnya
yaitu meteri tantang ketenagakerjaan ? Siswa pada umumnya masih ingat kerena
baru dilakukan tes awal dan hasilnya oleh peneliti dijadikan sebagai observasi
kondisi awal.
Peneliti kemudian membagi siswa dalam delapan kelompok dengan
jumlah masing-masing kelompok empat sampai lima orang. Dasar pembagian
kelompok dengan memperhatikan hasil tes awal siswa yaitu setiap kelompok
terdiri dari tiga sampai empat orang siswa yang belum tuntas dan satu atau dua
orang siswa yang sudah tuntas, seperti terlihat pada tebel berikut ini :
Tabel 5.3
Hasil Observasi Dalam Kelompok
KELOMPOK
NO
1 2 3 4 5 6 7 8
1 AAD DD FM IKN MCT DI SB YF
2 ADT DH FB JP MB PDS SPJ YW
3 ARL ET HN LF MA RN SW YLN
4 BO EK IK MRT NMN RB TT YR

23
5 BK FA IHL NEM NK RRH WINH -

Selanjutnya peneliti membagikan buku paket IPS dan mempersilahkan


untuk membukanya pada bab pokok bahasan ketenagakerjaan . Peneliti
memberikan arahan untuk semua siswa dalam kelompoknya sama-sama
mengkaji materi dari buku sumber, setelah berdiskusi secara bergilir masing-
masing wakil dari kelompok yang ditunjuk maju kedepan untuk
mempresentasikan dan kelompok lain menanggapi. Peneliti memberikan pujian
kepada kelompok yang menjawab dengan benar serta memberikan penguatan bagi
kelompok yang belum tuntas. Waktu tinggal satu jam pelajaran langsung
digunakan untuk tes siklus I.

24
3. Hasil Pembahasan Siklus I

25
Dibawah ini akan didistribusikan hasil pengamatan berdasarkan lima
kriteria sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
a. Distribusi Siswa menurut Kesiapan Belajar
Tabel 5.4.1 Distribusi Siswa Menurut Kesiapan Belajar
Klasifikasi F %

Sangat Siap 9 23,07 %


Siap 11 28,20%
Kurang siap 19 48,71 %
∑ 39 100%
Sumber : data primer,2014
Berdasarkan Tabel 5.4.1 diatas bahwa sebanyak 23,07 % siswa dalam
kategori sangat siap dan 28,20% dalam kategori siap. Perlu di cermati benar-
benar bahwa 23,07 % siswa dalam kategori sangat siap ini berpotensi rawan
karena dapat bergeser ke kategori kurang siap karena berbagai faktor
termasuk juga pengarug dari lingkungan sekitar.
b. Distribusi Siswa menurut Kerja Sama
Tabel 5.4.2 Distribusi Siswa Menurut Kerjasama
Klasifikasi F %
Sangat baik 9 23,07 %

Baik 13 33,33%
Kurang baik 17 43,58%
∑ 39 100%
Sumber : data primer, 2014
Berdasarkan Tabel Tabel 5.4.2 diatas bahwa sebanyak 33,33% siswa
dalam kategori baik, 43,58% dalam kategori kurang baik dan 23,07% dalam
kategori sangat baik. Sebanyak 43,58% siswa dalam kategori kurang baik
kerjasamanya ini berpotensi menimbulkan kondisi tidak kondusif di kelas,
43,58% dari kategori kurang baik untuk bisa di kembangkan sedemikian rupa
sehingga siswa akan beralih ke kategori baik.
c. Distribusi Siswa menurut Kemampuan Bertanya dan Menanggapi
Tabel 5.4.3
Distribusi Siswa menurut Kemampuan Bertanya Dan Menangapi

Klasifikasi F %
Sangat baik 7 17,94

26
Baik 13 33,33
Kurang baik 19 48,71

∑ 39 100%
Sumber : data primer,2014
Berdasarkan Tabel 5.4.3 diatas bahwa sebanyak 17,94% siswa dalam
kategori sangat baik. 48,71% dalam kategori kurang baik dan 33,33% siswa
dalam kategori baik. Perlu di cernati benar-benar bahwa 33,33% siswa dalam
kategori baik ini berpotensi rawan karena dapat bergeser ke kategori kurang
baik.
d. Distribusi Siswa menurut Penguasaan Materi
Tabel 5.4.4 Distribusi Siswa menurut Penguasaan Materi
Klasifikasi F %

Sangat baik 9 23,07

Baik 13 33,33
Kurang baik 17 43,58
∑ 39 100,00
Sumber : data primer, 2014
Berdasarkan Tabel 5.4.4 di atas bahwa sebanyak 23,07% siswa dalam
kategori sangat baik, 33,33% dalam kategori baik dan 43,58% dalam kategori
kurang baik.Sebanyak 43,58% siswa dalam kategori kurang baik penguasan
materinya untuk bisa dialihkan ke kategori baik
e. Distribusi Siswa menurut Penguasaan Materi
Tabel 5.4.5 Distribusi Siswa menurut Kerjasama Kemampuan
Menarik Kesimpulan

Klasifikasi F %

Sangat baik 4 10,25

Baik 9 23,07

Kurang baik 26 66,66


∑ 39 100
Sumber : data primer, 2014
Berdasarkan Tabel 5.4.5 diatas bahwa sebanyak 10,25% siswa
kategori sangat baik,. 23,07% dalam kategori baik dan 66,66% dalam kategori
kurang baik. Perlu cermati benar-benar bahwa 23,07% siswa dalam kategori
baik ini berpotensi rawan dapat bergeser ke kategori kurang baik

27
Berdasarkan dari hasil observasi siklus I dapat disimpulkan bahwa
yang mendapatkan nilai antara 80-100 (6 orang 15,38%) dan yang
mendapatkan nilai antara 70-79 (11 orang 28,20%) dan yang mendapatkan
nilai kurang dari 70 adalah 22 orang.(56,42%).

28
Tabel 5.5
Hasil Belajar Peserta Didik Pada Siklus I
No Kode Peserta Nilai Ketuntasan No Kode Nilai Ketuntasan
Didik Individu Peserta Individu
Didik
1 AAA 76 1 21 MCT 76 1

2 ADT 76 1 22 MB 76 1
3 ARL 46 0 23 MA 74 1
4 BO 80 1 24 NMN 74 1
5 BK 46 0 25 NK 76 1
6 DD 90 1 26 OT 74 1
7 DH 74 1 27 POS 76 1
8 ET 74 1 28 RN 46 0
9 EK 42 0 29 RB 70 0
10 FA 40 0 30 RRH 70 0
11 FM 80 1 31 SB 74 1
12 FB 80 1 32 SPJ 56 0
13 HN 40 0 33 SW 76 1
14 IK 46 0 34 TT 74 1
15 IHL 74 1 35 VINH 74 1
16 IKN 74 1 36 YF 74 1
17 JP 74 1 37 YW 76 1
18 LF 46 0 38 YLN 74 1
19 MRT 76 1 39 YR 86 1
20 MEM 40 0
Jumlah: 2650
Rata-rata: 67,94
Keterangan : 1= Tuntas, 0= Tidak Tuntas
% Ketuntasan = Jumlah siswa yang tuntas x 100%
Banyaknya siswa
% Ketuntasan = 27x 100%
39
= 67,94
Dari hasil tes tersebut di atas, nampak bahwa peserta didik yang
tuntas belajar sebanyak 27 orang dan 12 orang tidak tuntas belajar.
Ketuntasan klasikal mencapai 69,23%. Dengan demikian, berdasarkan
rata-rata skor yang diperoleh dan dikaitkan dengan kriteria ketuntasan
yang sudah diuraikan pada bab III, maka pada suklus I secara klasikal
dikatakan bahwa peserta didik belum tuntas belajar.

29
d. Tahap refleksi
Pada tahap ini peneliti merefleksikan pengalaman
pembelajaran berdasarkan beberapa kroteria penilaian sehingga apa
yang menjadi kelemahan atau kekurangan dapat dicari solusinya agar
penelitian siklus berikutnya dapat diperbaiki dan yang menjadi
kelebihan dapatdipertahankan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pertemuan berikut
adalah seperti berikut:
 Aktifitas bertanya antara guru dan peserta didik harus dibangun
 Aktifitas bertanya atau berdiskusi antara peserta didik juga
dibangun secara baik
 Penggunaan alat peraga yang lebih jelas sehingga konsep materi
terutama tentang rumus keliling dan luas lingkaran dapat dikuasai
dengan baik.
 Guru harus memotivasi siswa agar siswa lebih antusias dalam
pembelajaran.
Solusi yang harus ditempuh oleh peneliti dalam mengatasi
permasalahan, guru harus lebih profesional dalam mengatur
pembelajaran dan adanya kreatifitas guru dalam memberi umpan balik
sehingga komunikasi vertikal dan horisontal dapat berlangsung secara
baik. Sebagai contoh, guru harus membiasakan siswa untuk
mempresentasikan hasil pekerjaan lalu ditanggapi oleh siswa yang
lain. Dalam hal ini guru tidak boleh memberikan komentar sebelum
terjadi diskusi diantara siswa. Setelah semuanya terjadi barulah guru
memberikan masukan dan penjelasan ke arah penyelesaian yang benar.
Siklus II
a. Perencanaan
Sebelum proses pembelajaran berlangsung, peneliti telah
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk penelitian
seperti kertas buram, Lembar Kerja Siswa (LKS), alat peraga, RPP,
informasi yang perlu disampaikan dan kesiapan mental untuk
mengajar.
b. Pelaksanaan tindakan

30
Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas
yang mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagaimana
terlampir.
c. Tahap Observasi
Pengumpulan data observasi pada tahap ini, peneliti diabntu
oleh seorang guru mata pelajaran IPS yang bertindak sebagai
observer. Observer ini mempunyai tugas sebagai berikut:
 Melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa selama
pembelajaran berlangsung.
 Membantu peneliti dalam membimbing dan mengarahkan
siswa bila mengalami kesulitan belajar.
Hasil observasi pada penelitian siklus II dideskripsikan
sebagai berikut: pada awal penelitian, penelitian memberitahukan
siswa bahwa peneliti siklus II akan berlangsung hari ini dan
seperti pada pertemuan pertama (siklus I), peneliti dibantu oleh
seorang guru mata pelajaran IPS yang bertindak sebagai
pengamat. Peneliti mempersilahkan pengamat mengambil tempat
paling belakang dan membagikan lembaran pengamatan
pengelolaan pembelajaran serta lembar pengamatan aktifitas siswa
kepada pengamat.
Kegiatan awal dengan menyampaikan tujuan pembelajaran
Yaitu siswa dapat menjelaskan pengertian, fungsi dan peranan
ketenagakerjaan bagi masyarakat dan mengidentifikasi syarat-
syarat terjadinya ketenagakerjaan . Kemudian siswa diarahkan
untuk kembali kepada kelompok yang sudah dibagikan pada siklus
I. siswa membuka kembali buku sumber dan membahas
berkelompok materi pengertian, fungsi dan peranan
ketenagakerjaan bagi masyarakat serta syarat-syarat terjadinya
ketenagakerjaan . Dan menuliskan hasil diskusi yang ditugaskan
pada satu orang dari tiap kelompok.
Dalam proses penelitian ini membimbing dari satu
kelompok ke kelompok yang lain, terutama bagi kelompok yang
belum mengerti atau mengalami kesulitan. Sekitar 30 menit semua
kelompok telah menyelesaikan kegiatan tersebut. Wakil dari setiap
kelompok yang sudah ditunjuk maju untuk mempresentasikan

31
hasil kegiatan. Kemudian dibahas bersama untuk dapat menarik
suatu kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh yaitu jika suatu
ketenagakerjaan dikelola secara baik maka dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat setempat.
Siswa dipersilahkan kembali ke tempat duduk semula
kemudian peneliti membagikan soal tes yang sudah disiapkan
Waktu yang sisa digunakan mengerjakan tes siklus II. Selesai
mengadakan tes hasil pekerjaan siswa dikumpulkan untuk
diperiksa. Peneliti dan pengawas meninggalkan ruangan kelas.

32
4. Hasil Pembahasan Siklus II
Selanjutnya dapat dilihat pelaksanaan siklus II memberikan
perubahan yang signifikan dalam keseluruhan pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan metode diskusi.
Tabel 5.7.1
Distribusi Siswa menurut Kesiapan Belajar
Klasifikasi F %
Sangat Siap 23 58,97
Siap 11 28,20
Kurang Siap 5 12,82
∑ 39 100%
Sumber : data primer,2014
Berdasarkan Tabel 5.7.1 diatas bahwa sebanyak 58,97% siswa
dalam kategori sangat siap. 12,82 % dalam kategori kurang siap dan
28,20% dalam kategori baik. Perlu di cernati benar-benar bahwa
28,20% siswa dalam kategori siap ini berpotensi rawan karena dapat
bergeser ke kategori kurang baik
Tabel 5.7.2
Distribusi Siswa menurut Kerja Sama
Klasifikasi F %
Sangat baik 19 48,71
Baik 11 28,20
Kurang baik 9 23,07
∑ 39 100%
Sumber : data primer,2014
Berdasarkan Tabel 5.7.2 di atas bahwa sebanyak 48,71% siswa
dalam kategori sangat baik,.28,20% dalam kategori baik dan 23,07%
dalam kategori sangat baik.
Sebanyak 23,07% siswa dalam kategori kurang baik kerjasamanya ini
berpotensi menimbulkan kondisi tidak kondusif di kelas.Dari kategori
kurang baik untuk bisa di kembangkan sedemikian rupa sehingga
siswa akan beralih ke kategori baik
Tabel 5.7.3
Distribusi Siswa menurut Kemampuan Bertanya dan Menanggapi

33
Klasifikasi F %
Sangat baik 23 58,97
Baik 11 28,20
Kurang baik 5 12,82
∑ 39 100%
Sumber : data primer,2014
Berdasarkan Tabel 5.7.3 di atas bahwa sebanyak 58,97% siswa
dalam kategori sangat baik. 28,20% dalam kategori kurang baik dan
12,82% siswa dalam kategori baik ini berpotensi rawan karena dapat
bergeser ke kategori kurang baik.

Tabel 5.7.4
Distribusi Siswa menurut Penguasaan Materi

Klasifikasi F %
Sangat baik 28 71,79
Baik 7 17,94
Kurang baik 4 10,25
∑ 39 100%
Sumber : data primer,2014
Berdasarkan Tabel 5.7.4 di atas bahwa sebanyak 71,79% siswa
dalam kategori sangat baik. 17,94% dalam kategori kurang baik dan
10,25% siswa dalam kategori baik ini berpotensi rawan karena dapat
bergeser ke kategori kurang baik.
Tabel 5.7.5
Distribusi Siswa menurut Menarik Kesimpulan

Klasifikasi F %
Sangat baik 28 71,79
Baik 7 17,94
Kurang baik 4 10,25
∑ 39 100%
Sumber : data primer,2014

34
Berdasarkan Tabel 5.7.5 di atas bahwa sebanyak 71,79% siswa
dalam kategori sangat baik. 17,94% dalam kategori kurang baik dan
10,25% siswa dalam kategori baik ini berpotensi rawan karena dapat
bergeser ke kategori kurang baik.
Tabel 5.8
Hasil Belajar Peserta Didik
No Kode Peserta Nilai Ketuntasan No Kode Nilai Ketuntasan
Didik Individu Peserta Individu
Didik
1 AAA 86 1 21 MCT 74 1
2 ADT 76 1 22 MB 74 1
3 ARL 78 1 23 MA 96 1
4 BO 96 1 24 NMN 74 1
5 BK 74 1 25 NK 94 1
6 DD 74 1 26 OT 90 1
7 DH 86 1 27 POS 92 1
8 ET 76 1 28 RN 96 1
9 EK 74 1 29 RB 50 0
10 FA 74 1 30 RRH 74 1
11 FM 50 0 31 SB 82 1
12 FB 90 1 32 SPJ 84 1
13 HN 96 1 33 SW 86 1
14 IK 76 1 34 TT 82 1
15 IHL 70 0 35 VINH 84 1
16 IKN 74 1 36 YF 82 1
17 JP 74 1 37 YW 86 1
18 LF 86 1 38 YLN 90 1
19 MRT 76 1 39 YR 96 1
20 MEM 76 1
Jumlah : 3148
Rata-rata : 80,71
Keterangan : 1= Tuntas, 0= Tidak Tuntas
% Ketuntasan = Jumlah siswa yang tuntas x 100%
Banyaknya siswa
% Ketuntasan = 36x 100%
39
= 92,31%

35
Dari hasil tes tersebut di atas, nampak bahwa peserta didik yang
tuntas belajar sebanyak 36 orang dan 3 orang tidak tuntas belajar.
Ketuntasan klasikal mencapai 92,3%. Dengan demikian, berdasarkan rata-
rata skor yang diperoleh dan dikaitkan dengan kriteria ketuntasan yang
sudah diuraikan pada bab III, maka pada suklus II secara klasikal
dikatakan bahwa peserta didik tuntas belajar.
d. Tahap refleksi
Pada tahap ini peneliti merefleksikan pengalaman
pembelajaran berdasarkan beberapa kroteria penilaian sehingga apa
yang menjadi kelemahan atau kekurangan dapat dicari solusinya agar
penelitian siklus berikutnya dapat diperbaiki dan yang menjadi
kelebihan dapat dipertahankan. Hal-hal yang menjadi titik lemah dan
perlu diperhatikan dapat dideskripsi seperti berikut:
 Kemampuan peserta didik kurang dalam menganalisis soal
penalaran dan komunikasi.
 Peserta didik harus terus dimotvasi agar lebih antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran
Solusi yang harus ditempuh oleh peneliti dalam mengatasi
permasalahan, guru harus lebih profesional dalam mengatur
pembelajaran dan adanya kreatifitas guru dalam memberi umpan balik
sehingga komunikasi vertikal dan horisontal dapat berlangsung secara
baik. Sebagau contoh, guru harus membiasakan siswa untuk
mempresentasikan hasil pekerjaan lalu ditanggapi oleh siswa yang
lain. Dalam hal ini guru tidak boleh memberikan komentar sebelum
terjadi diskusi diantara siswa. Setelah semuanya terjadi barulah guru
memberikan masukan dan penjelasan ke arah penyelesaian yang benar.
Puji-pujian setiap kali menyelesaikan tugas, tanpa kita
memperhatikan faktor benar dan salahnya penyelesaian yang mereka
kerjakan sehingga peserta didik merasa lebih percaya diri untuk
mengungkapkan apa yang menjadi permasalahan. Selain itu butuh
kesabaran dari peneliti untuk membimbing secara khusus bagi mereka
yang masih sulit menuangkan idenya. Hal yang ditempuh peneliti
yaitu dengan tidak memfokuskan pada penyelesaian materi tetapi pada
proses pembelajaran yang berlangsung.

36
C. SIMPULAN SIKLUS I DAN II
Keefektifan pembelajaran adalah ukuran keberasilan suatu pembelajaran.
Indikator keefektifan pembelajarn dalam penelitian ini adalah aktifitas peserta
didik dan ketuntasan hasil belajar secara klasikal. Jika indikator ketuntasan hasil
belajar tercapai secara klasikal dan minimal 2 dari 3 indikator lain menunjukan
hasil positif, maka pembelajaran dikategorikan berhasil.

a. Aktifitas peserta didik


Berdasarkan pengamatan dilapangan, peserta didik sangat antusias mengikuti
pembelajaran yang menggunakan metode diskusi siswa. Hal ini terbukti
dengan adanya kefektifan peserta didik pada saat berdiskusi tentang
ketenagakerjaan . Hal ini ditunjang oleh perhatian sungguh-sungguh yang
ditunjukan oleh peserta didik saat memperhatikan penjelasan serta peragaan
peneliti.
b. Ketuntasan hasil belajar
Berdasarkan data hasil tes yang diperoleh pada siklus II. Pembelajaran
dikatakan tuntas.
Berdasarkan 2 indikator keaktifan pembelajaran diatas menunjukkan
bahwa ke dua indikator dikatakan efektif oleh karena itu pembelajaran dengan
model diskusi dikatakan efektif untuk meninngkatkan hasil belajar siswa
terhadap materi ketenagakerjaan hal ini terlihat dari secara klasikal siswa
yang telah memperoleh hasil belajar ≥ 74 sejumlah 36 dapat dilihat pada
perolehan % ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 92,31%.

37
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan pada bab IV
dapat disimpulkan bahwa pada proses belajar dalam konsep menggunakan metode
diskusi pada siswa kelas XI IPS 4SMA Negeri 5 Kota Kupang nilai rata-rata yang
dicapai siswa jika dilihat dari hasil observasi, hasil wawancara, hasil tes setiap
siklus, serta hasil tes keseluruhan terlihat bahwa nilai yang diperoleh peserta didik
mengalami peningkatan. Dari hasil rata-rata tes awal 63,58% dan ketuntasan
klasikal 23,07%, meningkat pada siklus I menjadi rata-rata 67,94% dan
ketuntasan klasikal 69,23%, serta siklus I ke siklus II meningkat menjadi 80,71%
dan ketuntasan klasikal 92,31%.
Rata-rata hasil observasi terhadap kemampuan guru mengelola
pembelajaran dan aktifitas peserta didik juga mengalami peningkatan. Dari
kategori baik menjadi sangat baik.respon peserta didik terhadap pembelajaran
juga posetif, hal ini terlihat dari prosentase rata-rata minimal jawaban peserta
didik terhadap komponen yang diresponnya. Dari uraian di atas, dapat dikatakan
bahwa upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS peserta didik pada pokok
bahasan tentang Ketenagakerjaan yaitu berhasil, dengan pembelajaran
menggunakan metode diskusi.
B. SARAN
Selaras dengan simpulan diatas, peneliti menemukan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Guru kelas XI IPS 4 SMA Negeri 5 Kota Kupang, khususnya dan semua
guru pada umumnya dalam mengajarkan mata pelajaran IPS pada materi
ketenagakerjaan menggunakan metode diskusi menggunakan pendekatan
proses.
2. Pembelajaran didalam dan diluar kelas pada mata pelajaran IPS pada
pokok bahasan Ketenagakerjaan menggunakan metode diskusi dengan
menggunakan pendekatan proses hendaknya dalam pembentukan
kelompok jumlah anggotanya sedikit saja, sehingga dalam proses belajar
mengajar siswa akan terlihat lebih aktif.
3. Dengan adanya pembelajaran di luar kelas siswa dapat mengembangkan
jati diri mereka terutama dalam melatih dan mendidik mental pribadi
siswa pada siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 5 Kota Kupang.

38
4. Agar proses belajar mengajar pada mata pelajaran yang menggunakan
metode diskusi pada siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 5 Kota Kupang
dapat berjalan baik dan lancar maka perlu pengadaan fasilitas-fasilitas
pembelajaran seperti : buku-buku pelajaran, alat peraga yang lebih banyak
untuk mempermudah dalam proses pembelajaran.

39

Anda mungkin juga menyukai