Anda di halaman 1dari 55

1.

Metode Ceramah Metode ceramah adalah metode memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain metode ini adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini disebut juga dengan metode kuliah atau metode pidato. Kekurangan metode ini adalah 1) Guru lebih aktif sedangkan murid pasif karena perhatian hanya terpusat pada guru saja. 2) Murid seakan diharuskan mengikuti segala apa yang disampaikan oleh guru, meskipun murid ada yang bersifat kritis karena guru dianggap selalu benar Untuk bidang studi agama, metode ceramah ini masih tepat untuk dilaksanakan. Misalnya, untuk materi pelajaran akidah. 2. Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara mengajar dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Tujuan metode ini adalah 1) Memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis, mengeluarkan pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-pikirannya. 2) Mengambil suatu jawaban actual atau satu rangkaian jawaban yang didasarkan atas pertimbangan yang saksama Macam-macam diskusi yaitu 1) Diskusi informal 2) Diskusi formal 3) Diskusi panel 4) Diskusi simpusium 3. Metode Demonstrasi Metode ini adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan sesutau kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan. Tujuan metode ini adalah memperjelas pengertian konsep atau suatu teori. Diantara keuntungan metode ini adalah 1) Perhatian anak dapat dipusatkan dan titik berat yang dianggap penting dapat diamati secara tajam 2) Proses belajar anak akan semakin terarah karena perhatiannya akan lebih terpusat kepada apa yang didemonstrasikan 3) Apabila anak terlibat aktif, maka mereka akan memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang melekat pada jiwanya dan ini berguna dalam pengembangan kecakapannya. 4. Metode Penugasan Suatu cara mengajar dengan cara memberikan sejumlah tugas yang diberikan guru kepada murid dan adanya pertanggungjawaban terhadap hasilnya. Tugas tersebut dapat berupa Mempelajari bagian dari suatu teks buku Melaksanakan sesuatu yang tujuannya untuk melatih kecakapannya Melaksanakan eksperimen Mengatasi suatu permasalahan tertentu Melaksanakan suatu proyek 5. Metode Sosiodrama

Suatu cara mengajar dengan cara pementasan semacam drama atau sandiwara yang diperankan oleh sejumlah siswa dan dengan menggunakan naskah yang telah disiapkan terlebih dahulu. Tujuan metode ini adalah Melatih keterapilan social Menghilangkan perasaan-perasaan malu dan renda diri Mendidik dan mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat Membiasakan diri untuk sanggup menerima pendapat orang lain 6. Metode Latihan (drill) Suatu cara mengajar yang digunakan dengan cara memberikan latihan yang diberikan guru kepada murid agar pengetahuan dan kecakapan terentu dapat menjadi atau dikuasi oleh anak. Tujuan dari metode ini adalah Memberikan umpan balik (feedback) kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar Untuk menentukan angka kemajuan atau hasil belajr masing-masing anak didik Menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajra yang tepat. Anak dapat mempergunakan daya berfikirnya semakin baik Pengetahuan anak didik agar semakin bertambah dari berbagai segi. Perikasaan latihan atau ulangan dapat dilakukan dengan cara Secara klasikal Secara individu Pencocokan dengan kunci jawaban yang telah disediakan sebelumnya 7. Metode Kerja Kelompok Kerja kelompok elompok itu ada dua macam Kerja kelompok jangka pendek Kelompok ini dapat dilaksanakan dalam kelas dalam waktu yang singkat kurang lebih 20 menit. Kerja kelompok jangka menengah Dilaksanakan dalam beberapa hari karena adanya tugas yang cukup memakan waktu yang agak panjang. 8. Metode Proyek Metode mengajar dengan cara memberikan bermacam-macam permasalahan dan anak didik bersama-sama menghadapi masalah tersebut dan memecahkannya secara bersama-sama dengan mengikuti langkah-langkah secara ilmiah, logis, dan sistemastis. Metode ini disebut juga dengan metode pengajaran unit Tujuan metode ini adalah untuk melatih anak didik agar berfikir ilmiah, logis, dan sistematis. 9. Metode Karyawisata Metode ini adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek yang bersejarah atau memiliki nilai pengetahuan untuk mempelajari dan menelilti sesuatu. 10. Metode Tanya jawab Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi ada pula dari siswa kepada guru. 11. Metode Eksperimen Suatu metode yang dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu terutama yang bersifat objektif, seperti ilmu pengetahuan alam, baik dilakukan di dalam/di luar kelas maupun dalam suatu laboratorum tertentuMetode pemahaman dan penalaran

12. Metode Kisah Atau Cerita Merupakan suatu cara mengajar dengan cara meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. 13. Metode Tutorial Metode ini adalah cara mengajar dengan memberikan bantuan tutor. Setelah siswa diberikan bahan ajar, kemudian siswa diminta untuk mempelajari bahan ajar tersebut. 14. Metode Perumpamaan Suatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu atau dengan cara menggambarkan seseuatu dengan seseuatu yang lain yang serupa. 15. Metode Suri Tauladan Metode menajar dengan cara memberikan contoh dalam ucapan, perbuatan, atau tingkah laku yang baik dengan harapan menumbuhkan hasrat bagi anak didik untuk meniru atau mengikutinya. 16. Metode Peringatan dan Pemberian Motivasi Metode mendidik dengan cara memberikan peringatan kepada anak tentang sesuatu dan memberikan motivasi agar memiliki semangat dan keinginan untuk belajar dan mempelajari sesuatu. 17. Metode Praktek Metode mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda dengan harapan anak didik mendapatkan kejelasan dan kemudahan dalam mempraktekan materi yang dimaksud. 18. Metode Pemberian Ampunan dan Bimbingan Metode mengajar dengan cara memberikan kesempatan kepada anak didik memperbaiki tingkah lakunya dan mengembangkan dirinya. 19. Metode Tulisan Metode mendidik dengan cara penyajian huruf atau symbol apapun yang bertujuan untuk mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. http://sutisna.com/pendidikan/strategi-belajar-mengajar/macam-macam-metode-mengajar/

Lesson Study Dalam Pendidikan Berkarakter


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga formal yang berfungsi membantu khususnya orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Sekolah memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada anak didiknya secara lengkap sesuai dengan yang mereka butuhkan. Semua fungsi sekolah tersebut tidak akan efektif apabila komponen dari sistem sekolah tidak berjalan dengan baik, karena kelemahan dari salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada jalannya sistem itu sendiri. salah satu dari bagian komponen sekolah adalah guru.

Guru dituntut untuk mampu menguasai kurikulum, menguasai materi, menguasai metode, dan tidak kalah pentingnya guru juga harus mampu mengelola kelas sedemikian rupa sehingga pembelajaran berlangsung secara aktif, inovatif dan menyenangkan. Sebagai calon pendidik penulis melihat pembelajaran menjadi kurang efektif karena hanya cenderung mngedepankan aspek intelektual dan mengesampingkan aspek pembentukan karakter. Hal ini tentu suatu hambatan bagi guru. Namun penulis ingin mengubah hambatan tersebut menjadi sebuah kekuatan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Untuk menjawab hal itu, penulis mencoba menampilkan pengelolaan kelas dengan metode lesson study. Yang mana setiap kelompok terdiri dari beberapa orang guru dengan tugas yang menyelidiki/menguji praktik mengajar mereka agar menjadi lebih efektif dan berkarakter, karena hal ini banyak memberikan manfaat dan kemudahan bagi guru dalam mengelola kelas dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.. B. Rumusan Masalah Berpijak pada permasalahan diatas, selanjutnya masalah dapat dirumuskan yaitu, Bagaimana metode yang efektif digunakan untuk mewujudkan pendidikan yang berkarakter?. C. Tujuan Penulisan Selain dengan permasalahan diatas, tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai solusi dan inovasi metode pembelajaran yang dapat mewujudkan sistem pendidikan yang berkarakter. D. Manfaat Penulisan Setelah berbagai masalah diatas diperoleh jawabannya, maka diharapkan hasil penulisan ini bermanfaat, antara lain: 1. Manfaat Teoritis a. Dapat menambah pengetahuan pendidik tentang metode pendidikan yang efektif dalam mewujudkan pendidikan yang berkarakter. b. Dapat mengetahui metode pendidikan yang memiliki karakter. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, dapat membimbing siswa-siswinya ke arah yang lebih kreatif, cerdas, dan maju. b. Bagi siswa, dapat memahami pola pembelajaran yang lebih berkarakter.

BAB II KAJIAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

Metode pengajaran dari kata Metho yang berarti melalui atau melewati, sehingga metode pengajaran berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu dalam hal ini tujuan pengajaran (Bambang Prawiro,1991). Jadi metode pengajaran merupakan suatu alat (di samping alat lain seperti alat penilaian, alat peraga) yaitu alat untuk meyampaikan bahan pelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Semakin majunya ilmu tentang mengajar (Metodologi Pengajaran), maka ada kriteria jenis metode modern dan metode tradisional. Kriteria yang dipergunakan pada umumnya adalah keaktifan siswa, metode dan dasar psikologis dari metode-metode itu. Menurut W.Gulo (2002:1) bahwa metode pengajaran adalah berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar mengajar (W.Gulo,2002:1). Secara umum metode-metode itu dapat digolongkan ke dalam 2 jenis (Bambang Prawiro,1991) : 1. Metode interaksi secara individual. 2. Metode interaksi secara kelompok. Program pengajaran adalah perangkat kegiatan belajar mengajar yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang kita sebut dengan tujuan instruksional (W.Gulo,2002:1). Sehingga, dibutuhkan suatu perencanaan dalam pelaksanaan program suatu program pengajaran. Definisi dari Prof. Dr. De Queljy dan prof. Gazali MA. Pembelajaran adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Dalam hal ini pengertian waktu yang singkat sangat penting. Guru kurang memperhatikan bahwa diantara murid ada perbedaan individual, sehingga memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua murid dianggap sama kemampuan dan kemajuannya, maka bahan pelajaran yang diberikan pun akan sama dengan kenyataan. Secara harfiah karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi (Hornby dan Panwell,1972:49). Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian (Kamisa,1997:281). Dalam Dorlands Pocket Medical Dictionary (1968:126) dinyatakan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu. Di dalam kamus psikologi dinyatkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau morl, misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat relative tetap (Dali Gulo,1982:29). Dan dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlah atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain (M. Furqon,2009:9).

BAB III PEMBAHASAN MATERI

A. Pengertian Lesson Study Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib dilakukan dan diberikan sorang guru kepada anak didik. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien dalam pendidikan yang berarakter adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan. Lesson Study yang dalam bahasa Jepang disebut Jugyokenkyu adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/ sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama/ guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainya), merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian di observasi oleh teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. Refleksi bersama merupakan diskusi oleh para pengamat dan guru pengajar untuk menyempurnakan proses pembelajaran dimana titik berat pembahasan pada bagaimana siswa belajar, kapan siswa belajar, kapan siswa mulai bosan mendapatkan pengetahuan dan kapan siswa mampu menjelaskan kepada temannya dan kapan siswa mampu mengajarkan kepada seluruh kelas. (Ridwan Johawarman, 2006). Lesson study memberi kesempatan nyata kepada para guru menyaksikan pembelajaran (teaching) dan pemelajaran atau proses belajar siswa (learning) di ruang kelas. Lesson study membimbing guru untuk memfokuskan diskusi-diskusi mereka pada perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan, dan refleksi pada praktik pembelajaran di kelas. Dengan menyaksikan praktik pembelajaran yang sebenarnya di ruang kelas, guru-guru dapat mengembangkan pemahaman atau gambaran yang sama tentang apa yang dimaksud dengan pembelajaran efektif, yang pada gilirannya dapat membantu siswa memahami apa yang sedang mereka pelajari. Karakteristik unik yang lain dari lesson study adalah bahwa lesson study menjaga agar siswa selalu menjadi detak jantung kegiatan pengembangan profesi guru. Lesson study memberi kesempatan pada guru untuk dengan cermat meneliti proses belajar serta pemahaman siswa dengan cara mengamati dan mendiskusikan praktik pembelajaran di kelas. Kesempatan ini juga memperkuat peran guru sebagai peneliti di dalam kelas. Guru membuat hipotesis (misalnya, jika kami mengajar dengan cara tertentu, anak-anak akan belajar) dan mengujinya di dalam kelas bersama siswanya. Kemudian guru mengumpul-kan data ketika melakukan pengamatan terhadap siswa selama berlangsungnya pelajaran dan menentukan apakah hipotesis itu terbukti atau tidak di kelas. Ciri lain dari lesson study adalah bahwa ia merupakan pengembangan profesi yang dimotori guru. Melalui lesson study, guru dapat secara aktif terlibat dalam proses perubahan pembelajaran dan pengembangan kurikulum. Selain itu, kolaborasi dapat membantu mengurangi isolasi di antara sesama guru dan mengembangkan pemahaman bersama tentang bagaimana secara sistematik dan konsisten memperbaiki proses pembelajaran dan proses belajar di sekolah secara keseluruhan. Selain itu, lesson study merupakan bentuk penelitian yang memungkinkan guru-guru mengambil peran sentral sebagai peneliti praktik kelas mereka sendiri dan menjadi pemikir dan peneliti yang otonom tentang pembelajaran

(teaching) dan pemelajaran atau proses belajar siswa (learning) di ruang kelas sepanjang hidupnya 1. Pengertian Pembelajaran Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari. Sedangkan mengajar sendiri memiliki pengertian : Upaya guru untuk membangkitkan yang berarti menyebabkan atau mendorong seseorang (siswa) belajar. (Rochman Nata Wijaya,1992) Menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjdinya proses belajar. (Hasibuan J.J,1992) Suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku. (Gagne) Dan Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata mengajar berasal dari kata dasar ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan pe dan akhiran an menjadi pembelajaran, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com) Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Instruction atau pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3) Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat 20) Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Pengajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan. (Purwadinata, 1967, hal 22). Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan

primer, sedangkan mengajar adalah kegiatan sekunder yang dimaksudkan agar terjadi kegiatan secara optimal. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama dan karena adanya usaha. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan beberapa komponen : 1. Siswa Seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 2. Guru Seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. 3. Tujuan Pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik, afektif) yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 4. Isi Pelajaran Segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 5. Metode Cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. 6. Media Bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa. 7. Evaluasi Cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. 2. Teori-Teori Pembelajaran A. Berhavioristik Pembelajaran selalu memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang kita inginkan. Hubunagn stimulus dan respons ini bila diulang kan menjadi sebuah

kebiasaan.selanjutnya, bila siswa menemukan kesulitan atau msalah, guru menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sehingga akhirnya diperoleh hasil. B. Kognitivisme Pembelajaran adalah dengan mengaktifkan indera siswa agar memeperoleh pemahaman sedangkan pengaktifan indera dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan media/alat Bantu. Disamping itu penyampaian pengajaran dengan berbagai variasi artinya menggunakan banyak metode. C. Humanistic Dalam pembelajran ini guru sebagai pembimbing memberi pengarahan agar siswa dapat mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai manusia yang unik untuk mewujudkan potensipotensi yang ada dalam dirinya sendiri. Dan siswa perlu melakukan sendiri berdasarkan inisisatif sendiri yang melibatkan pribadinya secara utuh (perasaan maupun intelektual) dalam proses belajar, agar dapat memperoleh hasil. D. Sosial/Pemerhatian/permodelan Proses pembelajaran melalui proses pemerhatian dan pemodelan Bandura (1986) mengenal pasti empat unsure utama dalam proses pembelajaran melalui pemerhatian atau pemodelan, iaitu pemerhatian (attention), mengingat (retention), reproduksi (reproduction), dan penangguhan (reinforcement) motivasi (motivion). Implikasi daripada kaedah ini berpendapat pembelajaran dan pengajaran dapat dicapai melalui beberapa cara yang berikut: Penyampaian harus interktif dan menarik Demonstasi guru hendaklah jelas, menarik, mudah dan tepat Hasilan guru atau contoh-contoh seperti ditunjukkan hendaklah mempunyai mutu yang tinggi. 3. Ciri-ciri Pembelajaran Menurut Eggen & Kauchak (1998) Menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif, yaitu: (1) siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan, (2) guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran, (3) aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, (4) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi, (5) orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta

(6) guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru. Adapun ciri-ciri pembelajaran yang menganut unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa sebagai berikut : Motivasi belajar Motivasi dapat dikatakan sebagai serangkaina usaha untuk menyediakan kondisi kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang dari luar, tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang. Adalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang/siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dihendaki dapat dicapai oleh siswa (Sardiman, A.M. 1992) Bahan belajar Yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk memecahkannya sehingga kelas menjadi hidup. Alat Bantu belajar Semua alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi)) dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa). Inforamsi yang disampaikan melalui media harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun gabungan beberaapa alat indera mereka. Sehingga, apabila pengajaran disampaikan dengan bantuan gambar-gambar, foto, grafik, dan sebagainya, dan siswa diberi kesempatan untuk melihat, memegang, meraba, atau mengerjakan sendiri maka memudahkan siswa untuk mengerti pengajaran tersebut. Suasana belajar Suasana yang dapat menimbulkan aktivitas atau gairah pada siswa adalah apabila terjadi : a. Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa maupun sebaliknya) yang intim dan hangat, sehingga hubungan guru-siswa yang secara hakiki setara dan dapat berbuat bersama. b.Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Hal ini dapat terjadi apabila isi pelajaran yang disediakan berkesusaian dengan karakteristik siswa. Kegairahan dan kegembiraan belajar jug adapat ditimbulkan dari media, selain isis pelajaran yang disesuaiakan dengan karakteristik siswa, juga didukung oleh factor intern siswa yang belajar yaitu sehat jasmani, ada minat, perhatian, motivasi, dan lain sebagainya. Kondisi siswa yang belajar

Mengenai kondisi siswa, adapat dikemukakan di sini sebagai berikut : a. Siswa memilki sifat yang unik, artinya anatara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda. b. Kesamaan siwa, yaitu memiliki langkah-langkah perkenbangan, dan memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran. Kondisi siswa sendiri sangat dipengaruhi oleh factor intern dan juga factor luar, yaitu segala sesuatau yang ada di luar diri siswa, termasuk situasi pembelajaran yang diciptakan guru. Oleh Karena itu kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominant, tetapi lebih berperan sebagai fasilitaor, motivator, dan pembimbing.

Negeri kita tercinta ini jika kita cermati telah banyak memiliki bnyak kesalahan baik dalam system, maupun penerapan di lapangan. Di negeri kita berlaku istilah pemerataan pendidikan di segala aspek. Memang sepintas nampak bagus dan cocok, namun pada kenyataannya telah banyak korban dari kesalahan fatal ini. Dengan bermahzab kesetaraan maka terciptalah berbagai macam kebijakan seperti Ujian Nasional, SNMPTN/SPMB/SIPENMARU, dan nama-nama lain yang bertujuan menyetarakan kualitas pendidikan. Namun di sisi lain dengan penyetaraan tersebut efek yang tidak di inginkan pun terjadi, anak-anak di negeri ini seolah-olah dicetak menjadi anak yang sama dan terpaku pada system sama dengan diferensiasi yang amat minim, sehingga output pekerja pun tak terelakkan akibat dari melimpahnya SDM dengan kualitas yang sama!. Padahal seharusnya sekolah tidak hanya harus menciptakan manusia robot namun juga harus mampu memback up segala potensi peserta didik yang unik yang memiliki potensi yang berbeda.

Dunia kampus yang telah dipandang sebagai tempat spesialis belajar pun tak jauh berbeda. Memang mereka mendapat porsi pendidikan sesuai bidangnya masing-masing, namun ternyata masih banyak mahasiswa yang mandul akan kretaifitas dan kalah dalam persaingan global dan timbullah panganguran masal dan para sarjana tentulah masih menduduki posisi nomer wahid!!. Jika kita lihat lagi ternyata system pendidikan di kampus masih banyak yang terkungkung dalam paradigma dosen yang sangat minim dalam dukungan terhadap kreatifitas dalam perkulihan. Sehingga tak dapat di elakkan mhasiswa yang berhasil menapatkan IP baik bukanlah mahasiswa yang kreatif dan dan berpandangan luas tentang bidangnya, namun meraka adalah anak dosen yang terkungkung dengan paradigma sang dosen dan cukuplah dengan apa yang dikatakan dosen. Karena telah banyak fakta bahwa mahasiswa yang kreatif dan berusaha memecahkan masalah dengan cara yang berbeda cenderung mengalami ksulitan dalam kehidupan akademik.
Kemudian jika kita tinjau lagi mengapa banyak pengusaha sukses yang hanya berpendidikan SMA bahkan SMP. Tentu saja karena mereka mapu menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang. Mereka mampu menangkap peluang dan mengembangkan kretifitas bahkan jauh diatas para punggawa kampus. Oleh karena itu, sudah saatnya pendidikan di negeri kita mulai sadar bahwa individu merupakan kesatuan unik, memilki diferensiasi, dan potensi yang mengagumkan tanpa

mengesampingkan standarisasi dasar. Sudah saatnya dunia pendidikan mencetak para creator bukan plagiator, sehingga para guru maupun dosen memahami bahwa peserta didik mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda, unik, dan memiliki kualitas yang akan jauh lebih baik, karena mereka akan belajar dengan karakter mereka bukan dengan keterpaksaan dan pongcopyan petuah sang guru maupun dosen!!! Hidup Pendidikan Indonesia!!!!

No Comments

Tangga Menuju Sukses!!


June 22nd, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Suatu lompatan besar dalam hidup hanya mungkin terjadi dengan gerakan menuju yang terbaik secara berkesinambungan. Ini adalah satuAkan sangt membantu jika kita dapat karkteristik, sifat, cirri-ciri, dan satunya cara untuk mencapai tujuan. mengidentifikasi dan menyamai

kebiasaan individu sukses. Setiap dalam dengan belum meraih menanamkan termasuk kesuksesan. sifat-sifat dari

orang memiliki metode tersebdiri Kesuksesan mungkin dapat tercapai tersebut. Karakteristik berikut ini

semua

karakteristik yang dibutuhkan, tetapi merupakan unsure-unsur yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan: >Bersikaplah antusias dan pastikan adanya tujuan Tidak pernah akan datang kesuksesan pada orang yang tidak memiliki minat dan ketentuan baku tentang tujuan akhir yang kan dicapai. Karena itu dibutuhkan suatu niat yang amat kokoh dan sebuah criteria khusus sebagai penuntun dan kompas dalam meraih sebuah kesuksesan. >Keyakinan Pernahkan kalian melihat seseorang yang rela melewati hal-hal yang mungkin kita anggap diuar nalar,namun mereka dapat meraihnya bahkan penuh kegemilangan. Ya, karena mereka memiliki keyakinan yang luar biasa terhadap diri mereka yang mampu mendorong mereka hingga meraih sebuah kesuksesan. >Integritas

Mungkin pernah ada orang yang berbicara bahwa untuk meraih sebuah tujuan tau kesuksesan harus diginakan semua cara termasuk cara yang tidak benar. Mungkin saja bias namun tanpa sebuah integritas itu hanyalah kesuksesan semu dan sesaat. Karena tak ada sebuah sandaran kokoh penguat sebuah tujuan, yang tentu saja takkan pernah ada sebuah kesuksesan yang disusun dari berbagai kejelekan. >Totalitas Dimanapun anda berada takpernah ada kata tidak untuk sebuah totalitas. Karena dengan tdak adanya totalitas berari anda telah menggadaikan waktu yang anda miliki dengan kasia-siaan belaka. >Bertemnlah dengan Peraih kesuksesan Ini adalah syrat yang mutlak yang harus anda lakukan. Karena itu selalu dekatlah dengan orang atau sebuah komunitas orang-orang sukses, yang tentu saja jika anda didalamnya akan terbentuk sebuah motivasi dan action baik sadar maupun tidak sadar untuk mengarah kepad sebuah kesuksesan.( k1/22/6/09)

No Comments

Evaluasi UN, Perlukah??


June 19th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Pemerintah sebaiknya mengevaluasi kerap diwarnai praktik kecurangan.

pelaksanaan ujian nasional (UN) yang

Kecurangan yang terjadi hampir UN tidak efektif dalam secara nasional. Bahkan, makna dangkal karena hanya mengejar nilai kelulusan.

setiap tahun menunjukkan sistem meningkatkan mutu pendidikan pendidikan tereduksi dan semakin

Menurut koordinator Education Forum Mohammad Abduhzen, kecurangan yang terjadi bukan karena rendahnya moral guru dan kepala sekolah. Namun, pelanggaran tersebut dilakukan karena keterpaksaan para tenaga pendidik akibat tekanan dari sejumlah pihak. Posisi guru dan kepala sekolah sebagai jajaran paling ujung dari rantai birokrasi pendidikan tergiring pada posisi dilematis yang sulit. Situasi ini mendorong mereka melakukan tindakan melawan hati nurani, ungkap Mohammad Abduhzen di Jakarta kemarin.

Seperti diketahui, kecurangan UN ditemukan di empat daerah, yakni Deliserdang (Sumatera Utara), Makassar (Sulawesi Selatan), Solo (Jawa Tengah), dan Batam (Kepulauan Riau). Delapan oknum kepala sekolah, 26 oknum guru, dan 13 orang oknum petugas tata usaha terpaksa berurusan dengan aparat hukum akibat kecurangan tersebut. Diakui, kecurangan kepala sekolah, guru, dan murid, secara implisit juga menanamkan karakter buruk kepada anak-anak. Pandangan luhur terhadap lembaga sekolah dan martabat guru diingkari sembari mengafirmasi mentalitas korup yang merebak di masyarakat. Namun, di lain sisi, posisi terjepit tenaga pendidik menghadapi UN harus juga dipahami. Mendiknas Bambang Sudibyo menjelaskan, secara umum kredibilitas UN masih terjaga dan terpelihara kecuali di lima lokasi yang bermasalah. Kelima lokasi tersebut adalah Deli Serdang (Sumut), Batam, Surakarta, Makasar, dan Bone. Namun, dia belum mengetahui apakah hasil UN di lima lokasi tersebut dibatalkan atau tidak. Hari ini (Selasa kemarin) pihak Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menentukan status dari hasil ujian di sekolah-sekolah itu. Apakah akan dibatalkan atau yang lainnya, yang pasti saya belum tahu apa yang akan mereka usulkan kepada saya, ujarnya. Dia menjelaskan, untuk menjaga UN SMP yang akan berlangsung dalam waktu dekat, pihaknya meminta aparat kepolisian memidanakan pihak-pihak yang sengaja melakukan pembocoran dan intervensi rahasia negara. Jadi pembelajaran ini berguna untuk para pihak pengajar sekolah, kepala sekolah, siswa, pengawas ujian, dan seluruh panitia UN untuk betul-betul menjaga kesakralan dan kesucian rahasia negara, paparnya. (sindo//kem/19/6/09) No Comments

Kemana Arah Pendidikan Kita ?


June 17th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Pendidikan merupakan seseorang semakin baik menuju dan

proses kualutas meningkat fisik

pengubahan hidup yang drajat secara

hidupnya, baik secara psikis. Dinegara kita masih yang kualitas

maupun

sekolah-sekolah menerapkan system

kebanyakan pembelajaran peningkatan

hanya menginduk pada pendidikan secra merata

dan bersama-sama, mereka menjalankannya seolah-olah menutup mata dari kenyataan bahwa pendidikan di negeri kita memiliki perbedaan kondisi sarana dan prasarana yang berbeda. Sehingga timbullah banyak kesenjangan dalam pendidikan antar daerah yang lebih banyak lagu memici berbagai tindakan yang seharusny tak pantas dilakukan hanya gara-gara pemaksaan standarisasi pendidikan, sebagai contoh sisitem pelaksanaan UN yang dipukul rata untuk semua wilayah, padahal tiap wilayah memiliki kondisi yang berbeda. Akhirnya banyak siswa dan sekolah yang terpaksa mengguakan jalan singkat hanya karena memburu standar batas batas minimal yang ditetapkan. Sekali lagi tunas muda kita dilatih menjadi pencuri hanya karena kesalahan system yang carut marut. Belum lagi masih kurangnya kesadaran pemerintah akan kurang spesialisasi pendidikan sebagaimana yang telh dilakukan negara-negara maju. Seharusnya siswa didik sesuai dengan bakat dan spesialisasi mereka masing-masing sehingga mereka ahli dibidangnya dan tidak ada lagi istilah pekerjaan kelas dua atau kelas sekian, karena mereka adalah ahli dibidangnnya dan mereka sendiri yag memilih sesuai situasi keadaan yang sebenarnya. Karena itu system pendidikan harus dirubah tidak hanya memburu persamaan dalam hal materi-materi tertentu, namun masih banyak lagi yang harus dipertimbangkan, guna peningkatan kualitas pendidikan maupun kualitas hidup di negeri kita tercinta ini.(k-1/17/6/09)

No Comments

Pendidikan Di Negeri Tercinta


June 15th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Sistem sekolah Indonesia sangat luas dan bervariasi. Dengan lebih dari 50 juta siswa dan 2,6 juta guru di lebih dari 250.000 sekolah, sistem ini merupakan sistem pendidikan terbesar ketiga di wilayah Asia dan bahkan terbesar keempat di dunia (berada di belakang China, India dan Amerika Serikat). Dua menteri bertanggung jawab untuk mengelola sistem pendidikan, dengan 84 persen sekolah berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan sisa 16 persen berada di bawah Departemen Agama (Depag). Sekolah swasta pun memainkan peran penting. Walaupun hanya 7 persen sekolah dasar merupakan sekolah swasta, porsi ini meningkat menjadi 56 persen di tingkat menengah pertama dan 67 persen di tingkat menengah umum. Tingkat pendaftaran murni sekolah dasar berada di bawah 60% di kabupaten-kabupaten tertinggal dibandingkan dengan di kabupaten maju yang memiliki pendaftaran umum. Tingkat pendaftaran murni untuk pendidikan menengah mengalami peningkatan kuat (saat ini 66% untuk Sekolah Menengah Pertama dan 45% untuk Sekolah Menengah Umum) tapi tetap lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di wilayah ini. Indonesia juga tertinggal dengan para tetangganya dalam Pendidikan

Anak Usia Dini dan Pendidikan Tinggi, dengan tingkat pendaftaran kotor sebesar 21% dan 11,5% secara berurutan. Pendidikan merupakan hal penting bagi agenda pembangunan Pemerintah Indonesia. Belanja pendidikan telah meningkat secara signifikan di tahun-tahun terakhir setelah terjadinya krisis ekonomi. Secara nyata, belanja pendidikan meningkat dua kali lipat dari tahun 2000 sampai 2006. Di tahun 2007, belanja untuk pendidikan lebih besar daripada sektor lain, nilainya mencapai US$14 miliar, atau lebih dari 16 persen dari total pengeluaran pemerintah. Sebagai bagian dari PDB (3,4 persen), jumlah ini setara dengan jumlah di negara lain yang sebanding. Undang-Undang mengenai Pendidikan Nasional (No. 20/2003) dan Amandemen Konstitusi III menekankan bahwa semua warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan; bahwa Pemerintah wajib untuk mendanai pendidikan dasar tanpa biaya; dan bahwa Pemerintah menerima mandat untuk mengalokasikan 20% dari pengeluarannya untuk pendidikan. Undang-Undang Guru (No. 14/2005) menyebutkan perubahan-perubahan penting atas syarat dan ketentuan pemberian kerja untuk sertifikasi guru, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Rencana strategis Departemen Pendidikan untuk tahun 2005-2009 memiliki tiga pilar utama:

1. Peningkatan akses terhadap pendidikan; 2. Peningkatan kualitas pendidikan; dan 3. Pemerintahan yang lebih baik dalam sektor pendidikan.
Di tahun 2005, Pemerintah meluncurkan sebuah program besar yang disebut BOS (Biaya Operasional Sekolah), sebagai upaya untuk menyalurkan dana secara langsung ke sekolah-sekolah agar anak-anak dapat tetap bersekolah dan sekaligus memberikan kebebasan bagi sekolah untuk mengelola dana mereka sendiri. Untuk mendukung hal ini sekaligus upaya desentralisasi secara umum, Pemerintah telah menetapkan prinsip Pengelolaan Berbasis Sekolah dalam sistem pendidikan nasional serta menyediakan kerangka untuk Standar Nasional Pendidikan (worldbank/15/6/09)

1 Comment

Prinsip Mengaktifkan Belajar!


June 5th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Salah satu tugas seorang guru adalah membimbing, mengarahkan siswa untuk aktif belajar. Dengan demikian seorang guru perlu mengetahui bagaimana cara mengaktifkan siswa untuk belajar yaitu dengan cara menciptakan kondisi yang merangsang, menantang daya pikir dan cipta si belajar sehingga ia aktif dalam merespon pelajaran. Menurut para ahli psikologi belajar ada beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk mengaktifkan siswa belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah : 1.Motivasi Motiv adalah daya yang dimiliki seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuaktu. Seorang guru perlu mengetahui apa yang menjadi pendorong siswanya dalam belajar atau melakukan sesuatu, hal ini sesuai dengan peran seorang guru yaitu sebagai motivator, agar senantiasa membangkitkan dan meningkatkan motiv positif untuk belajar. Ada dua motivasi yaitu motiv yang muncul dari dalam diri anak disebut motivasi intrinsik dan motiv dari luar diri si belajar (motivasi ekstrinsik). Motiv dari dalam dapat dilakukan

dengan menggairahkan perasaan ingin tahu anak, mencoba-coba, keinginan untuk berhasil. Motivasi dari luar dapat dilakukan dengan memberikan ganjaran melalui pemberian pujian, atau hukuman dll. Motivasi intrinsik senantiasa untuk ditumbuhkan dalam diri siswa. 2.Latar dan konteks Agar pemahaman si belajar meningkat dan terarah, maka materi pelajaran yang diberikan harus saling berkait sesauai dengan konteknya. Untuk itu pada setiap pembelajaran guru perlu mengetahui terlebih dahulu tingkat pengetahuan, ketrampilan,dan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Agar materi yang dipelajari siswa bermakna dan mempunyai kesan dalam kehidupannya maka pada setiap pembelajaran materi yang akan diajarakan harus dikaitkan dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya. Dengan cara ini anak akan mudah menguasai pelajaran yang baru. 3.Keterarahan atau Fokus Agar proses pembelajaran berjalan terarah, terfokus dan lancar, pada setiap akan mengajar perlu dibuat perencanaan yang matang. Perencanaan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai atau masalah apa yang akan dipecahkan dan bagimana cara memecahkannya. Misalnya akan mengajarkan tentang manfaat udara dalam kehidupan manusia maka fokus pengajaran adalah tentang Udara, meliputi : pengertian udara, dimana terdapat udara, manfaat udara bagi kehidupan manusia, hewan dll. Upayakan pembahasan tidak dimonopoli oleh guru, lakukan secara interaktif antara guru dan siswa. Mintalah pendapat siswa untuk menjawab hal tersebut menurut pengetahuan dan penghalamannya. 4.Hubungan sosial atau sosialisasi Kerjasama guru dan siswa atau antara siswa dan keaktifan siswa dalam PBM sudah harus disiapkan pada saat membuat rencana pembelajaran. Siswa perlu dilatih untuk belajar bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas. 5.Belajar sambil Bekerja Pada dasarnya anak-anak menyukai belajar sambil bekerja atau melakukan suatu kegiatan, karenyanya dalam pbm dirancang dengan memberi kesempatan kepada anak untuk bekerja atau beraktifitas yang merangsang kemampuan otot dan berfikirnya. Semakin dewasa kadar bekerja anak akan berkurang dan kadar berfikirnya akan meningkatkan. Hal ini bukan berarti anak tidak memiliki kemampuan bekerja tetapi kemampuannya untuk berfikir kearah yang lebih tinggi akan meningkat. Sesuai dengan tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran. 6.Perbedaan perorangan Setiap siswa memiliki bakat, latarbelakang kehidupan, kemampuan , tingkat pengetahuan, sikap dan kebiasaan yang berbeda. Dengan kata lain setiap individu memiliki keunikan diri. Dalam belajar guru perlu memperhitungkn keunikan atau perbedaan siswa agar pembelajaran berjalan lancar. Pemahaman tentang kondisi siswa mendorong guru untuk memperlakukan siswa secara berbeda dan bersikap lebih bijaksana dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada dalam kelas. 7.Prinsip Menemukan Dalampembelajara tidak semua materi yang akan diajarkan disampaikan kepada siswa. Pada dasarnya setiap anak telah memiliki pengetahuan awal dan potensi untuk

menemukan sendiri pengetahuan tersebut. Berikan siswa konsep-konsep inti dan mintalah siswa untuk menemukan dan membuktikannya sendiri konsep-konsep lain yang terkait dengan cara memberi pertanyaan yang merangsang daya pikir, menumbuhkan rasa ingin tahu dan menemukannya sendiri. Proses belajar aktif dapat mengurangi rasa bosan anak dalam belajar. 8.Memecahkan Masalah Untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri yang dihadapi dalam kehidupan siswa, maka kbm harus diarahkan pada pemecaham masalah.hal ini diperlukan untuk menumbuhkan kepekaan siswa pada masalah-masalah yang ada disekiratnya. Terlebih dahulu siswa dihadapkan pada masalah kemudian dilatih untuk memecahkan masalahnya dengan baik. Yang penting adalah siswa memahami apa yang dihadapinya dan diajarkan untuk bertanggungjawab untuk memecahkannya sendiri seuai kemampuan. Bila cara belajar untuk memecahkan masalah dilatihkan pada anak maka proses cara belajar siswa aktif akan berhasil. Sumber : Semiawan Conny, dkk. 1986, Pendekatan Ketrampilan Proses, bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta.PT Gramedia. No Comments

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK!


June 4th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Sebagai seorang guru, sangat perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan sosio sosial mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mental atau perkembangan kognitif siswa. Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik di atas, sangat diperlukan untuk merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan. 1. Perkembangan Fisik Anak/Siswa Anak masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD. Pada usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki laki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih langsing dari anak laki laki.

Pada akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat. Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak laki laki. Anak laki laki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun. Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 12 13 tahun. Anak laki laki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia 13 16 tahun. Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertas awal (prepubertal) dan remaja pubertas akhir (postpubertal) berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta perkembangan ciri ciri seks primer dan sekunder. Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang, waktu terjadinya dan kecepatan berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Rata rata anak perempuan memulai perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anak laki laki. Kecepatan perubahan itu juga bervariasi, ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai kematangan reproduksi, tetapi ada yang memerlukan waktu 6 tahun. Dengan adanya perbedaan perbedaan ini ada anak yang telah matang sebelum anak matang yang sama usianya mulai mengalami pubertas. 2. Perkembangan Sosio emosional Anak/Siswa Menjelang masuk SD, anak telah rnengembangkan keterampilan berpikir bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat pada diri sendiri), dan dunia mereka adalah rumah keluarga, dan taman kanak kanaknya. Selama duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini mereka mulai mencoba membuktikan bahwa mereka dewasa. Mereka merasa saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahap ini disebut tahap I can do it my self. Mereka dimungkinkan untuk diberikan suatu tugas. Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas tinggi SD. Mereka dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali mereka dengan senang hati menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama dengan kelompok, dan bertindak menurut cara cara yang dapat diterima lingkungan mereka. Mereka juga mulai peduli pada permainan yang jujur. Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan membandingkannya dengan orang lain. Anak anak yang lebih muda menggunakan perbandingan sosial (social comparison) terutama untuk norma norma sosial dan kesesuaian jenis jenis tingkah laku tertentu. Pada saat anak anak tumbuh semakin lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi dan menilai kemampuan kemampuan mereka sendiri. Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada kelas besar di SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Mereka ingin diperlakukan sebagai orang dewasa.Terjadi perubahan perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional mereka. Di kelas besar SD anak laki laki dan perempuan menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional yang serius Teman teman mereka menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi. Remaja sering berpakaian serupa.

Mereka menyatakan kesetiakawanan mereka dengan anggota kelompok teman sebaya melalui pakaian atau perilaku. Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Pada saat di SD kelas rendah, anak dengan mudah menerima dan bergantung kepada guru. Di awal awal tahun kelas tinggi SD hubungan ini menjadi lebih kompleks. Ada siswa yang menceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidak mereka ceritakan kepada orang tua mereka. Beberapa anak pra remaja memilih guru mereka sebagai model. Sementara itu, ada beberapa anak membantah guru dengan cara cara yang tidak mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Malahan, beberapa anak mungkin secara terbuka menentang gurunya. Salah satu tanda mulai munculnya perkembangan identitas remaja adalah reflektivitas yaitu kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang sedang berkecamuk dalam benak mereka sendiri dan mengkaji diri sendiri. Mereka juga mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan serta bagaimana mereka berperilaku. Mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan. Remaja mudah dibuat tidak puas oleh diri mereka sendiri. Mereka mengkritik sifat pribadi mereka, membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mencoba untuk mengubah perilaku mereka. Pada remaja usia 18 tahun sarnpai 22 tahun, urnumnya telah rnengembangkan suatu status pencapaian identitas. RINGKASAN Pada anak perempuan sekitar kelas 6 SD, sudah mencapai puncak lonjakan tinggi badan pada umur (10,5 13,5) tahun dan sudah mulai menstruasi umur (10,5 15,5) tahun. Sementara itu pada anak laki laki puncak lonjakan tinggi badan tercapai (12,515,5) tahun serta mereka juga sudah dewasa pada alat reproduksinya pada umur (12 16) tahun yaitu dengan ditandainya penyemburan pertama air mani. Perkembangan sosio emosional, pada anak permulaan masuk SD mulai mengembangkan keterampilan berpikir, bertindak, dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Seiring bertambahnya kelas dan dengan berlangsungnya pendidikan dan pengajaran di sekolah, anak semakin rnengembangkan konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu termasuk mengerjakan tugas sekolah, mengevaluasi diri sendiri dibandingkan dengan orang lain. Pada akhir SMP anak sudah mencapai perkembangan sosio emosional yang lebih stabil dan sudah mengembangkan status pencapaian identitas.(faiq zaqy/4/6/09) 1 Comment

Arti Penting Pendidik dalam Menciptakan Kekuatan pada proses pendidikan


June 3rd, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR Pelayanan Masyarakat paling mulia yang dapat disumbangkan siapapun pada negeri dan kemanuasiaan adalah mengasuh keluarga dengan benar (George B. Shaw)

A. Tinjauan Masalah Saat Ini

Pada data yang tercatat tahun 2007, masih banyak kondisi yang mempengaruhi pembentukan tingkah laku anak negeri ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa kondisi seperti jumlah pengangguran tahun 2006 sebesar 11, 63 juta jiwa, inflasi beras yang menyebabkan masalah kurang gizi dan kelaparan, serta 35% anemia pada balita, semuanya berimbas langsung pada anak dalam status kesehatan, tingkat kecerdasan, serta gangguan perilakunya (Kompas, 2007). Selain itu dari waktu ke waktu, kasus perceraian tampaknya terus meningkat. Maraknya tayangan infotainment di televisi yang menyiarkan parade artis dan public figure yang mengakhiri perkawinan mereka melalui meja pengadilan, seakan mengesahkan bahwa perceraian merupakan tren (Republika, 2007). Hasil studi menunjukkan bahwa perceraian memiliki efek terhadap timbulnya tingkah laku bermasalah pada anak. (Khumas, 2006). Berbagai akibat yang muncul adalah fenomena perilaku negatif yang ditampakkan anak-anak; perkelahian, narkoba, kekerasan, bahkan perilaku yang bersifat kriminal yang mengarah pada konflik sosial. Gambaran permasalahan di atas yang tidak kunjung usai mengarahkan pada pertanyaan apa yang menyebabkan semua ini. Banyak faktor yang dianggap sebagai penyebab, diantaranya adalah kebijakan pemerintah yang carut-marut dan tidak konsisten, penegakan hukum yang lemah, korupsi yang merajalela, kemiskinan, pengaruh globalisasi ataupun kebebasan yang kebablasan atau melewati batas.

Nampaknya dari berbagai hal tersebut, ada satu kata yang dapat menjadi benang merah sebagai akar dari hal yang dianggap sebagai penyebab berbagai kondisi yang menyebabkan krisis ini, yaitu PENDIDIKAN yang jauh dari kata BERHASIL ataupun BERMAKNA. Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi pendidikan di Indonesia memang memprihatinkan. Dana pendidikan dari pemerintah yang kecil, institusi pendidikan jadi bagian dari dunia komersial, sampai kondisi bangunan yang memprihatinkan bahkan ambruk. Hal ini juga diperkuat dari adanya hasil penelitian bahwa mutu pembelajaran di sekolah, di Indonesia saat ini,menurut Blazely dkk (1997) masih cenderung teoritik dan tidak terkait dengan konteks lingkungan dimana peserta didik itu berada. Akibatnya, peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang dipelajari dalam pemecahan masalah kehidupannya. Dari tinjauan permasalahan di atas, tentu saja kita tidak hanya diam melihat permasalahan diatas, dengan hanya menunggu kebijakan pemerintah yang lebih baik datang. Tindakan yang nyata yang dilakukan oleh semua pihak menyebabkan kita harus melakukan sesuatu untuk bebas dari keadaan ini semua. Dari sini dapat diintisarikan bahwa begitu berartinya peran pendidikan dalam membantu memecahkan berbagai masalah. Pendidikan sebagai basis individu dalam belajar merupakan sistemasi dari proses perolehan berbagai macam kemampuan untuk bertahan hidup dalam konteks sosial dengan berbagai aturan main dari setiap interaksi. Dalam hal ini begitu pentingnya peran pendidik dalam membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan hidup beriringan dengan pembentukan akhlak mulia yang dapat membentuk anak negeri yang handal dalam meneruskan negeri ini. B. Bagaimana Peran Pendidikan sebagai Solusi Berbagai Masalah? Untuk menghasilkan generasi penerus bangsa ini, tentu saja harus membuatkan pondasi yang kuat. Ibarat ingin menegakkan bangunan yang kokoh, maka diperlukan pilar-pilar penyangga dan pondasi yang kuat. Pondasi yang kuat diibaratkan dibentuk dari sejak usia awal kehidupan individu (pra natal). Gizi yang berkecukupan, orangtua yang sehat jasmani dan rohani, serta penerapan hidup sehat. Pilar-pilar penyangga diibaratkan adalah sistem pendidikan yang terpadu dari semua pihak. Hal ini sejalan dengan Ki Hajar Dewantara yang memiliki keyakinan bahwa proses pendidikan dapat berjalan baik bila adanya kerjasama antara tiga pihak yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Pihak pertama, yaitu keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang sangat berpengaruh terhadap segala proses yang berkembang pada diri anak, baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Dalam konteks ini, semua orang dapat dikatakan sebagai pendidik yang sumbangsihnya dapat berimbas pada lingkungan sekitarnya, apakah itu anak, pasangan, ataukah anggota masyarakat lainnya. Ibu rumah tangga atau pekerja/profesi yang bukan berasal dari area keguruan, bukan berarti tidak memiliki kemampuan dalam mendidik sekolah, dengan alasan latar belakang pendidikan yang tidak memadai. Hal ini tidaklah demikian, ada 2 contoh yang dapat dicermati berikut ini (dalam Retnaningsih, 2007) Ibu Imam Syafi i mewakili perjuangan ibu dari tokoh-tokoh agama. Suaminya meninggal sebelum Imam Syafii lahir. Ia membesarkan Syafii sendirian. Memotivasinya untuk belajar. Usia 7 tahun Syafi i sudah hafal Alquran. Guru-guru ia datangkan untuk mengajar Syafii, biarpun untuk itu ia harus bekerja keras untuk biaya belajar anaknya. Thomas Alva Edison, tentu kita semua mengenal nama ini. Dia adalah penemu besar yang memiliki ribuan hak paten. Namun tahukah anda bahwa dia hanya mengenyam dunia pendidikan formal hanya 3 bulan ? Thomas Alva Edison dikeluarkan dari sekolahnya karena gurunya beranggapan ia terlalu bodoh untuk bersekolah. Ibu Edison tidak mempercayai hal tersebut. Dengan gigih ia didik sendiri Edison di rumah. Apa yang dilakukannya tidak sis-sia. Edison menemukan potensi terpendamnya sebagai seorang peneliti. Usia 10 tahun, ia telah memiliki laboratorium pribadi. Lebih dari apa yang didapat Edison bila bersekolah, ibu Edison mengajarkan juga keuletan berjuang dan kemandirian. Di usia begitu muda, Edison berjualan koran untuk membiayai sendiri penelitian-penelitiannya. Bayangkan apa yang terjadi bila ibu Edison bersikap sama dengan gurunya. Mungkin listrik akan terlambat ditemukan. Dan itu berarti penemuan-penemuan yang terkait listrik juga akan terhambat. Kedua tokoh diatas, nama dan hasil telaahan ilmunya tergores dengan tinta emas. Hasil pendidikan yang diberikan orangtuanya (dalam hal ini adalah ibu) menjadi sangat berarti dalam setiap langkahnya. Pihak kedua, yaitu institusi pendidikan formal, yang diwakili oleh pengambil kebijakan, sistem sekolah dan pendidik di institusi tersebut. Dalam hal ini para pengambil kebijakan mengeluarkan kebijakan yang akhirnya tertuang dalam bentuk peraturan haruslah berpegang untuk kesejahteraan peserta didik yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Arah kebijakan yang berkesinambungan yang berdasarkan kebutuhan para peserta didik maupun pendidik dipadukan dengan konteks sosio kultur yang ada , maka dapat diprediksikan akan mempercepat tercapainya tujuan pendidikan yang intinya mensejahterakan diri baik pendidik maupun peserta didik, lingkungan, agama, maupun bangsa dan negaranya. Selain itu, pihak lain dalam kategori ini yaitu pendidik atau guru yang merupakan motor penggerak jalannya proses pendidikan di sekolah. Penelitian Roeser dkk (2001) menjelaskan bahwa perkembangan fungsi-fungsi emosi dan sosial anak banyak dipengaruhi oleh sistem sekolah. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Kupperminc (2001) mengatakan bahwa pengaruh sekolah tidak hanya pada kemampuan akademik dan prestasi saja, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan psikososial peserta didik itu sendiri. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gettinger (2001), kurikulum pada pendidikan harus merefleksikan pemahaman pendidikan mengenai bagaimana anak-anak belajar, dan bagaimana memberikan pengalaman belajar yang penuh makna untuk menstimulasi pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek-aspek psikologisnya. Hal inilah yang diungkap oleh para ahli pendidik seperti Dewey, Montessori, Vygotsky, Erikson, dan Piaget (Mooney, 2003) yaitu pendidikan harus terfokus pada peserta didik, yang berisikan program kegiatan belajar yang aktif dan interaktif, serta melibatkan dunia peserta didik dan sekitarnya. Aktif dimaksudkan bahwa program kegiatan belajar yang

diterapkan harus menstimulasi peserta didik untuk terus belajar melalui pengalaman-pengalaman di sekolah. Interaktif yaitu peserta didik terlibat di setiap program kegiatan belajar serta adanya komunikasi yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik, atapun peserta didik dengan peserta didik lainnya. Pada intinya, proses pembelajaran ini diharapkan untuk menstimulasi atau merangsang pertumbuhan fisik dan perkembangan aspek-aspek psikologis peserta didik secara optimal yang pada intinya bertujuan agar peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan baik dengan membawa nilai-nilai yang diterima secara sosial. Hal yang harus diingat bersama, antara pihak pertama dan kedua juga memerlukan kerjasama yang baik. Keterlibatan orangtua pada pendidikan di sekolah begitu pentingnya peranan orangtua dalam pendidikan peserta didik telah disadari banyak pihak sebagai salah satu pilar keberhasilan pendidikan peserta didik. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa bila orangtua berperan terhadap pendidikan peserta didik di sekolah, maka dampak-dampak positif yang dirasakan adalah : 1. Peserta didik akan meningkat prestasi belajarnya, adanya perbaikan sikap, stabilitas sosio emosional, kedisiplinan, serta mendorong aspirasi peserta didiknya untuk belajar sampai perguruan tinggi (Daugherti dan Kurosaka dalam Slameto, 2004). 2. Adanya kesuksesan adaptasi peserta didik di sekolah, ditandai dengan adanya prestasi yang diraih atau mudahnya penguasaan dasar-dasar bidang akademik (Anderson, 2000) 3. Sangat berkaitan dengan peningkatan harga diri peserta didik, berrkurangnya permasalahan perilaku serta meningkatkan motivasi untuk menjalankan program kegiatan belajar (Grenberg dan Galinsky dalam Arthur, 1998) 4. Bagi orangtua, memotivasi untuk mengetahui metode pengembangan potensi dan mendeteksi secara awal bilamana ada keterlambatan (Beaty, 1996) 5. Bagi pihak sekolah, terjalinnya kerjasama dengan orangtua akan membawa kemudahan pendidik dalam menentukan strategi yang benar dalam menghadapi peserta didik serta memunculkan perlakuan yang konsisten antara orangtua dan pihak pendidik (Arthur, 1998) Pihak Ketiga, yaitu masyarakat. Peran aktif masyarakat berupa partisipasi langsung merupakan hal penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif. Lingkungan yang menciptakan kegairahan masyarakat dari usia dini sampai lansi untuk selalu belajar dan memperbaiki setiap langkah ataupun keputusan yang diambil untuk kesejahteraan bersama merupakan lingkungan yang diidamkan. Pranata sosial dan penegakan aturan yang adil menjadi landasan peserta didik bebas menuangkan ide-ide yang sifatnya kreatif dan inovatif. C. Hal Apa Saja yang diharapkan Menjadi Modal Seorang Pendidik? Kesiapan diri dari pendidik dalam mensikapi perbedaan berupa pemahaman, kesadaran akan pentingnya penanaman berbagai macam nilai, serta penerimaan akan sesama merupakan modal awal yang penting, sehingga pendidik dapat menjadi model bagi anak-anak. Dari hasil pengamatan dan pengalaman belajar, maka peserta didik akan mudah mentransfer nilai-nilai pada dirinya. Kesabaran, kasih sayang, dan memandang keindahan akan keanekaragaman masing-masing anak pada diri pendidik yang terlihat dari pendekatan dan interaksinya merupakan salah satu komponen penting untuk mewujudkan nilai-nilai di atas. Secara umum, modal dasar yang diharapkan dimiliki oleh seorang pendidik adalah : 1. Menambah pengetahuan secara terus menerus-baik ilmu agama, pengetahuan umum, ataupun pengetahuan dalam konteks akademik. Pemahaman yang baik, maka akan menambah kearifan dalam menentukan langkah. Dengan adanya pemahaman yang benar dan tepat akan membuat kita selalu berfikir untuk bertindak tanpa harus gegabah atau terburu-buru dalam melakukan sesuatu. 2. Sadar akan semua kewajiban dan haknya sesuai dengan status, kedudukan, atau profesi apapun. 3. Memiliki kepercayaaan diri yang baik dengan meyakini bahwa kita dapat melakukan hal yang terbaik bagi individu di luar lingkungan kita. Sekecil apapun yang kita lakukan dengan sadar dan

ikhlas, Insya Allah akan jauh lebih hasilnya dibandingkan sesuatu yang besar, namun tidak disadari dan gegabah serta tidak ikhlas apalagi dibandingkan dengan tidak melakukan apapun. D. Hal Apa Saja yang dididikkan pada Peserta Didik? Semua pengetahuan, baik itu pengetahuan agama sebagai landasan moral, maupun pengetahuan yang sifatnya akademik. Namun, tentu saja hal ini tidak semata teoritis saja, namun yang bersifat aplikatif atau dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai kecakapan yang mendukung pengetahuan tersebut, yang tidak kalah pentingnya sebagai modal untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan baik patut diajarkan dari sejak usia dini. Secara Psikologis, salah satu kecakapan utama yang patut dibelajarkan pada setiap peserta didik adalah kecakapan emosi dan sosial yang merupakan bagian dari kecakapan umum pada manusia, yang meliputi kemampuan berempati, berkomunikasi dua arah, bekerjasama dan bersikap penuh pengertian tentang perbedaannya dengan orang lain (Depdiknas, 2002). Dari studi literatur yang dilakukan Lawhon (2000) bahwa bila kecakapan sosial ditanamkan sejak dini, maka pada masa selanjutnya akan terbentuk kecakapan dalam bekerjasama, persahabatan, hubungan yang harmonis, pola hidup yang sehat, kestabilan diri dan kebahagiaan. Ashiabi (2000) menyebutkan ada beberapa strategi pendidik untuk meningkatkan perkembangan emosi dan sosial anak-anak, yaitu : 1. Memberikan waktu untuk menghargai orang lain Pendidik mendorong anak untuk mengekpresikan perhatian atau penghargaan kepada orang lain yang memiliki sifat baik kepadanya 2. Menyediakan waktu untuk mengekspresikan perasaan Tujuan dari adanya waktu ini adalah membiarkan anak-anak untuk berbicara tentang penyebab dari emosi yang dirasakannya, apa yang mereka lakukan dengan emosi tersebut, bagaimana mereka berfikir akan membuat emosi itu hilang, dan apa yang mereka pikirkan tentang cara anak lain dalam menghadapi emosi tersebut. 3. Adanya kegiatan yang mendorong kasih sayang Pendidik dapat membuat beberapa aktivitas dimana anak dapat menunjukkan afeksinya kepada anak lain. Tujuannya adalah mengajarkan anak-anak bagaimana menjalin pertemanan dan mengekspresikan emosinya secara tepat. 4. Mengajarkan teknik pengelolaan emosi Tujuan dari cara ini adalah agar anak dapat mengatur diri dan kemampuannya apabila mengekspresikan emosi negatif di luar kendali dirinya. 5. Pendekatan Pemecahan Masalah Sosial Tujuan pendekatan ini adalah menolong anak untuk menyelesaikan permasalahan dalam hubungan interpersonalnya, dengan melibatkan sifat empati, cara berkomunikasi yang baik, negosisasi, serta kompromi. 6. Pendekatan modelling (Arthur, 1998). Dalam berinteraksi dengan anak, pendidik mempunyai gaya yang masing-masing memiliki kekhasan sebagai cermin dari kepribadiannya. Hal ini terlihat dari bagaimana pendidik berperilaku, berkomunikasi, serta pendekatan terhadap anak yang secara langsung atau tidak langsung akan diamati oleh anak. Tujuan dari pendekatan ini adalah agar pendidik benar-benar memahami bahwa segala sesuatu hal yang berkenaan dengan dirinya, seringkali ditiru oleh anak. Sehingga diharapkan pendidik memberikan contoh yang baik, terutama dalam mengekspresikan emosi serta pemberian perlakuan yang tepat dari berbagai macam situasi yang dihadapinya. Pada intinya pembentukan kecakapan emosi dan sosial pada peserta didik diawali dengan adanya pemahaman dan sikap toleransi diharapkan akan menumbuhkan sikap keperdulian dan penerimaan individu akan sesama, baik individu maupun kelompok yang dianggap minoritas, tanpa mempersoalkan perbedaan yang ada. Kesadaran akan beragamnya nilai-nilai agama, budaya, suku/ras, status sosial ekonomi, jenis kelamin dan sebagainya dapat ditanamkan sejak

awal. Artinya, proses pembelajaran nilai-nilai yang diberikan kepada anak jangan bersifat hafalan, namun lebih diterapkan pada praktek sehari-hari, sehingga menjadi pola kebiasaan sikap dan tindakan yang tertanam kuat dari sejak usia dini. Nilai-nilai kedamaian, penghargaan, cinta kasih, tanggung jawab, kebahagiaan, kerjasama, kejujuran, kerendahan hati, toleransi, kesederhanaan dan persatuan merupakan nilai-nilai pokok yang harus ditanamkan sejak awal. Tertanamnya nilai-nilai ini, secara berproses, akan membentuk konsep diri yang kuat pada anak, yang pada intinya mampu membawa dirinya dengan baik. Insya Allah, dengan landasan ilmu agama dan pengetahuan yang kuat, serta memiliki kecakapan emosi dan sosial menjadi modal generasi penerus untuk menjadikan negeri ini semakin hari semakin baik dengan jalan yang benar, Amin.(rita/3/6/09) No Comments

Memaknai Kehidupan!!!!
June 1st, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Alkisah, seorang mendatangi orang tinggal di sebuah damai. Setelah santun, si menyampaikan tujuannya. Saya perjalanan jauh menemukan cara sendiri selalu membuat orang lain selalu gembira.

pemuda tua bijak yang desa yang begitu menyapa dengan pemuda maksud dan menempuh ini untuk membuat diri bahagia, sekaligus

Sambil tersenyum bijak, orang tua itu berkata, Anak muda, orang seusiamu punya keinginan begitu, sungguh tidak biasa. Baiklah, untuk memenuhi keinginanmu, paman akan memberimu empat kalimat. Perhatikan baik-baik ya Pertama, anggap dirimu sendiri seperti orang lain! Kemudian, orang tua itu bertanya, Anak muda, apakah kamu mengerti kalimat pertama ini? Coba pikir baik-baik dan beri tahu paman apa pengertianmu tentang hal ini. Si pemuda menjawab, Jika bisa menganggap diri saya seperti orang lain, maka saat saya menderita, sakit dan sebagainya, dengan sendirinya perasaan sakit itu akan jauh berkurang. Begitu juga sebaliknya, jika saya mengalami kegembiraan yang luar biasa, dengan menganggap diri sendiri seperti orang lain, maka kegembiraan tidak akan membuatku lupa diri. Apakah betul, Paman?

Dengan wajah senang, orang tua itu mengangguk-anggukkan kepala dan melanjutkan katakatanya. Kalimat kedua, anggap orang lain seperti dirimu sendiri! Pemuda itu berkata, Dengan menganggap orang lain seperti diri kita, maka saat orang lain sedang tidak beruntung, kita bisa berempati, bahkan mengulurkan tangan untuk membantu. Kita juga bisa menyadari akan kebutuhan dan keinginan orang lain. Berjiwa besar serta penuh toleransi. Betul, Paman? Dengan raut wajah makin cerah, orang tua itu kembali mengangguk-anggukkan kepala. Ia berkata, Lanjut ke kalimat ketiga. Perhatikan kalimat ini baik-baik, anggap orang lain seperti mereka sendiri! Si anak muda kembali mengutarakan pendapatnya, Kalimat ketiga ini menunjukkan bahwa kita harus menghargai privasi orang lain, menjaga hak asasi setiap manusia dengan sama dan sejajar. Sehingga, kita tidak perlu saling menyerang wilayah dan menyakiti orang lain. Tidak saling mengganggu. Setiap orang berhak menjadi dirinya sendiri. Bila terjadi ketidakcocokan atau perbedaan pendapat, masing-masing bisa saling menghargai. Kata orang tua itu, Bagus, bagus sekali! Nah, kalimat keempat: anggap dirimu sebagai dirimu sendiri! Paman telah menyelesaikan semua jawaban atas pertanyaanmu. Kalimat yang terakhir memang sesuatu yang sepertinya tidak biasa. Karena itu, renungkan baik-baik. Pemuda itu tampak kebingungan. Katanya, Paman, setelah memikirkan keempat kalimat tadi, saya merasa ada ketidakcocokan, bahkan ada yang kontradiktif. Bagaimana caranya saya bisa merangkum keempat kalimat tersebut menjadi satu? Dan, perlu waktu berapa lama untuk mengerti semua kalimat Paman sehingga aku bisa selalu gembira dan sekaligus bisa membuat orang lain juga gembira? Spontan, orang tua itu menjawab, Gampang. Renungkan dan gunakan waktumu seumur hidup untuk belajar dan mengalaminya sendiri. Begitulah, si pemuda melanjutkan kehidupannya dan akhirnya meninggal. Sepeninggalnya, orang-orang sering menyebut namanya dan membicarakannya. Dia mendapat julukan sebagai: Orang bijak yang selalu gembira dan senantiasa menularkan kegembiraannya kepada setiap orang yang dikenal. Sebagai makhluk sosial, kita dituntut untuk belajar mencintai kehidupan dan berinteraksi dengan manusia lain di muka bumi ini. Selama kita mampu menempatkan diri, tahu dan mampu menghargai hak-hak orang lain, serta mengerti keberadaan jati diri sendiri di setiap jenjang proses kehidupan, maka kita akan menjadi manusia yang lentur. Dengan begitu, di mana pun kita bergaul dengan manusia lain, akan selalu timbuk kehangatan, kedamaian, dan kegembiraan. Sehingga, kebahagiaan hidup akan muncul secara alami luar biasa!(From: my cmonity) 1 Comment

PENDEKATAN DAN METODE DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH


May 29th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Guru yang profesional tidak hanya pembelajaran, namun penguasaan pembelajaran yang tepat dan itu perlu kiranya para guru mampu metode yang tepat agar kreatif, efektif dan

menguasai sejumlah materi pendekatan dan metode sesuai mutlak diperlukan. Untuk menggunakan pendekatan dan pembelajaran aktif, inovatif, menyenangkan.

A. 1.

PENDEKATAN Pendekatan Konsep

Pada pendekatan model ini siswa dibimbing memahami suatu bahasan dengan memahami konsep-konsep yang terkandung didalamnya. Dalam proses pembelajaran tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi sasaran utama pembelajaran. Pendekatan ini kurang memperhatikan aspek student centre. Guru terlalu dominan dan siswa membimbing untuk memahami konsep. 2. Pendekatan Lingkungan

Penggunaan pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar. Lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sering digunakan pendekatan lingkungan. 3. Pendekatan Inkuiri

Melakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri berarti membelajarkan siswa untuk mengendalikan situasi yang dihadapi ketika berhubungan dengan dunia fisik, yaitu dengan menggunakan teknik yang digunakan oleh para ahli penelitian (Dettrick, G.W. 2001). Dalam pendekatan inkuiri berarti guru merencanakan situasi sedemikian rupa sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur yang digunakan para ahli penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg, membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang pengalaman. 4. Pendekatan Proses

Pada pendekatan proses, tujuan utama pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses atau langkah-langkah ilmiah seperti melakukan pengamatan, menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan. 5. Pendekatan Interaktif

Dikenal juga sebagai pendekatan pertanyaan anak, memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan. 6. Pendekatan Pemecahan Masalah

Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan pemecahan masalah ini ada dua versi. Versi yang pertama siswa dapat saja menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Dalam versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi pentunjuk. 7. Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)

Dalam rangka mewujudkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat telah dikembangkan bahan kajian pengajaran sains dalam bentuk Sains, Teknologi, dan Masyarakat (S-T-M) (Depdikbud, 1992). STM ini merupakan peng-Indonesiaan dari Science, Technlogy and Society. Dalam pengajaran sains siswa tidak hanya mempelajari konsep-konsep sains, tetapi juga diperkenalkan pada aspek teknologi, dan bagaimana teknologi itu berperan di masyarakat (Depdikbud, 1992). 8. Pendekatan Terpadu (Integrated Approach)

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang intinya memadukan dua unsure atau lebih dalam suatu kegiatan pembelajaran. Unsure pembelajaran yang dipadukan dapat berupa konsep dengan proses, konsep dari satu mata pelajaran dengan konsep mata pelajaran lain, atau dapat juga berupa penggabungan suatu metode dengan metode lain.

B. 1.

METODE Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. 2. Metode Tanya Jawab

Dalam tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sudah direncanakan sebelumnya. Perencanaan pertanyaan dapat berdasarkan pada konsep yang ingin diperoleh atau dipahami siswa. 3. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Metode diskusi ini sering dipertukarkan dalam penggunaannya dengan metode tanya jawab. Dalam diskusi dapat saja muncul pertanyaan, tetapi pertanyaan tersebut tidak direncanakan terlebih dahulu. Dalam diskusi terjadi menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat.

4.

Metode Kooperatif

Pada belajar kooperatif ini siswa berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak 4-5 orang. Dalam belajar secara kooperatif ini terjadi interaksi antara anggota kelompok. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok di tunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Metode ini sering digunakan dalam kegiatan praktikum dan diskusi. 5. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Peragaan suatu proses dapat dilakukan oleh guru sendiri atau dibantu beberapa siswa, dapat pula dilakukan oleh sekelompok siswa. Metode ini dapat membantu pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga diharapkan siswa menjadi lebih mudah memahami. 6. Metode Karyawisata/Widyawisata

Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Widyawisata ini suatu kunjungan yang direncanakan kepada suatu objek tertentu untuk dipelajari atau untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Karyawisata dapat dilakukan di sekitar sekolah atau ditempat lain. Kegiatan belajar di luar kelas ini mungkin dipimpin oleh guru sendiri, atau oleh pembimbing lain seperti petugas lapangan di kebun raya, museum, dan sebagainya. 7. Metode Penugasan

Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang diberikan guru dapat berupa masalah yang harus dipecahkan dan prosedurnya tidak diberitahukan. Metode penugasan ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Kekurangan metode ini terletak pada sulitnya mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri. 8. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen berarti siswa melakukan kegiatan yang mencakup pengendalian variabel, pengamatan, melibatkan membanding atau kontrol, dan penggunaan alat-alat praktikum. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri. 9. Metode Bermain Peran

Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah-olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep.

Oleh :

Drs. Amiruddin, M. Pd/Widyaiswara LPMP NAD

2 Comments

Nasib Anggaran Pendidikan!


May 28th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Perjalanan untuk mewujudkan panjang. Selama ini bantuan untuk 400.000 per anak per tahun, pendidikan berkualitas dana yang anak per tahun.

sekolah gratis tampaknya masih jenjang SMP hanya sebesar Rp padahal untuk mewujudkan diperlukan sebesar Rp 1,8 juta per

Hal tersebut terjadi karena pemerintah masih memandang pendidikan sebagai cost dan harus dikurangi. Keadaan diperparah lagi dengan adanya korupsi pada anggaran pendidikan. Anggaran pendidikan hanya 20 persen dari APBN, itu pun sudah termasuk biaya untuk menggaji pendidik dan pelatihan bagi pendidik, kata Ade Irawan, Koordinator Divisi Pelayanan Publik dan Monitoring Indonesia Coruption Watch (ICW) seusai diskusi Mengkaji Kebijakan Pendidikan Sekolah Gratis vs Sekolah Mahal di Kedai Tempo, Jakarta, Kamis (7/5). Selanjutnya, Ade menerangkan, dari Rp 207, 8 triliun APBN, anggaran pendidikan untuk semua jenjang di seluruh daerah hanya sebesar 60 triliun-65 triliun. Dana seminim itu masih berkurang lagi dengan adanya korupsi yang terjadi di tubuh Departemen Pendidikan Nasional. Berdasarkan penelitian ICW, mulai awal 2008 sampai April 2009, ICW menemukan 134 kasus korupsi yang merugikan negara sebesar Rp 136 miliar rupiah. Korupsi terjadi sampai ke tingkat daerah karena dana dari pusat untuk daerah pasti dipotong terlebih dahulu. Kebanyakan aktornya dari dinas dan motif yang paling banyak adalah mark up dan manipulasi, ujarnya. Ade melanjutkan, kebijakan pengajuan anggaran pendidikan pun belum menguntungkan karena masih bersifat dari atas ke bawah. Dengan sistem top down, berarti dana diberikan langsung dari pusat. Jika terjadi kekurangan, pemerintah tidak menanggung lagi. Seharusnya sekolah mengajukan permintaan terlebih dulu, baru ada anggarannya, ujar dia.(kompas/7/5) No Comments

Menggapai Mimpi Dengan Merangkai Pagi


May 27th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Betapa banyak orang di dunia ini menaklukkan dunia, namun kenapa mewujudkan mimpinya itu?!! Ya, itu sendiri. Kebanyakan hanyalah dan takut untuk memulai langkah mimpinya itu.

yang memilki mimpi untuk hanya ada sedikit orang yang mampu karena mereka taku dengan mimpi mereka yang takut unutk bergerak pertamanya dalam mewujudkan

Bangunan yang kokoh tentulah tersusun dari hampir semua material pilihan, begitu pula mimpi yang besar hanya akan dapat terwujud dengan langkah-langkah yang sempurna pula. Banyak orang yang ingin sukses namun tidak mau memulainya sekarang, mereka berfikir waktu esok masih ada, padahal itu hanyalah bayangan semu untuk menutupi kemalasan dan ketakutan mereka. Sehingga hendaknya kita memiliki rencana harian yang terorganisir dan terencana. Watu yang paling baik untuk merencanakan rencana harian adalah pagi sebelum atau sesudah subuh, kenapa?? Karena pada saat itulah fikiran kita masih jernih dan sangat baik untuk menentukan target waktu kita dalam satu hari. Lalu apa yang harus dilakukan : 1. Tentukan mimpi-mimpi besar yang akan anda capai secara nyata dan realistis 2. Luangkan waktu 5 menit tiap pagi untuk berfikir tentang hal yang dilakukan hari ini sebagai rangkaian untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. 3. Lalu tuliskan secara nyata dan jujur dalam secarik kertas 4. Baca berulang-ulang sampai timbul bara semangat dalam diri anda 5. Take Action and go fight !! yakinlah dunia anda adalah apa yang anda fikirkan dan anda usahakan Namun akan lebih baik lagi jika anda merangkai rencana tadi dengan seauatu amalan yang baik pula semacam tilawah, amalan-amalan sunah, dan jangan lupa olahraga agar badan tetap fit. Teruslah berusaha dan belajar, karena kita tidak pernah tau kapan kesempatan emas itu akan datang,maka bersiap lah!!! Nabi Muhammad SAW bersabda: Orang yang cerdas adalah orang yang menjaga dirinya dan berusaha untuk kehidupan setelah mati. Orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan hanya berangan-angan saja untuk karunia Allah.

1 Comment

My Word!!
May 26th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

No Comments

Tipe Belajar Manusia!!!


May 25th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Cobalah anda perhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Ada orang yang mudah menerima informasi baru dengan mendengarkan langsung dari sumbernya, ada juga yang cukup dengan tulisan/memo dan ada juga yang harus didemonstrasikan aktivitasnya. Hal tersebut menunjukkan adanya tiga tipe belajar pada manusia yaitu tipe visual, tipe auditorik dan tipe kinestetik. Termasuk yang manakah anda? Tipe Visual. Mereka dengan tipe ini lebih menyukai belajar ataupun menerima informasi dengan melihat atau membaca. Bila berkomentar demikian; Hal itu bisa saya lihat sekarang. Saya ingin mengetahui gambaran detailnya. Kelihatannya perbuatan orang itu benar. Saya bisa membayangkan betapa menderitanya anda. Saya harus menyusun dulu skema kerjanya. Adapun ciri-ciri yang lain; (1) Mudah mengingat apa yang dilihat (2) Lebih senang membaca sendiri (3) Dapat membaca cepat (4) Dapat membayangkan kata-kata (5) Tidak terganggu oleh suara (6) Berpenampilan rapi (7) Menyukai mendemontrasikan daripada menjelaskan (8) Kebiasaan mencoret-coret

(9) Menyukai seni yang tidak berhubungan dengan musik. Tipe Auditorik. Mereka cenderung belajar atau menerima informasi dengan mendengarkan atau secara lisan. Biasanya perkataannya; Perkataan orang itu kedengarannya benar. Saya dengar apa yang kamu bilang. Dengarkan saya dulu. Saya dengar anda tidak senang atas perlakuan orang itu. Adapun ciri-ciri yang lain adalah; (1) Lebih senang belajar dengan cara mendengarkan (2) Mudah mengingat yang diterangkan daripada melihat (3) Membaca dengan bersuara (4) Mudah terganggu oleh suara berisik (5) Biasanya pembicara ulung (6) Senang berbicara dan berdiskusi (7) Lebih menyukai musik. Tipe Kinestetik. Lebih menyukai belajar atau menerima informasi melalui gerakan atau sentuhan. Biasanya kata-katanya; Rasanya hal itu ada benarnya. Saya kesulitan menangani masalah itu. Coba beri saya contoh konkritnya. Saya masih belum menemukan kepastian. Sepertinya kata-kata orang itu bisa saya pegang. Adapun ciri-ciri yang lain adalah: (1) Tidak bisa diam saat belajar (2) Tidak dapat duduk diam dalam jangka waktu yang lama (3) Mendekati orang yang diajak berbicara (4) Menggunakan jari sebagai petunjuk (5) Suka menyentuh orang saat bicara (6) Sulit mengingat tempat bila belum pernah ke sana (7) Menyukai bahasa isyarat (8) Menyukai seni tari. 1 Comment

Pengembangan Aktivitas, Kreativitas dan Motivasi Siswa


May 22nd, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Efektivitas pembelajaran banyak bergantung kepada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri, baik yang dilakukan secara mandiri maupun kelompok. Dalam hal ini, E. Mulyasa ( 2003) menekankan pentingnya upaya pengembangan aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa di dalam proses pembelajaran. Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa (2003) mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajarnya, adalah: 1. Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa takut; 2. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah; 3. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya; 4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter; 5. Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Sementara itu, Widada (1994) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa, guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut : 1. Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self esteem (kesadaran akan harga diri) siswa. 2. Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain storming, inquiry, dan role playing. 3. Value clarification and moral development approach; guru mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan holistik dan humanistik untuk mengembangkan segenap potensi siswa menuju tercapainya self actualization, dalam situasi ini pengembangan intelektual siswa akan mengiringi pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik dan moral. 4. Multiple talent approach; guru mengupayakan pengembangan seluruh potensi siswa untuk membangun self concept yang menunjang kesehatan mental. 5. Inquiry approach; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah serta meningkatkan potensi intelektualnya. 6. Pictorial riddle approach; guru mengembangkan metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil guna membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif. 7. Synetics approach; guru lebih memusatkan perhatian pada kompetensi siswa untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka inteligensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan yang tidak rasional, kemudian berkembang menuju penemuan dan pemecahan masalah secara rasional. Sedangkan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, menurut E. Mulyasa (2003) perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya; 2. Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga dilibatkan dalam penyusunan tersebut; 3. Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya; 4. Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan;

5. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu siswa; 6. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti : perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu; 7. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri. Sumber : All About Educations No Comments

Tipe Mahasiswa!!
May 22nd, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Sekedar informasi, mahasiswa bisa dibedakan menjadi beberapa kelas Setidaknya ada 5 tipe dalam kalangan mahasiswa.

Yang pertama adalah tipe mahasiswa anak dosen.. Mahasiswa dalam tipe ini biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut Mereka selalu hadir 100% dalam perkuliahan, bahkan mendahului sebelum dosen datang. Mahasiswa tipe ini memiliki catatan paling lengkap dan biasanya diburu teman-temannya pada saat menjelang ujian Biasanya mereka menguasai kursi-kursi bagian depan pada saat kuliah Mereka tidak pernah mengenal istilah seperti membuat krepekan, bolos maupun titip absen. Nilai mereka selalu berkisar antara A sampai B Biasanya mereka nyambi menjadi asisten dosen. Setelah mereka lulus pun biasanya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan kemudian mengabdikan diri kembali di kampus dengan menjadi dosen atau guru.

Tipe kedua disebut dengan tipe mahasiswa organisatoris. Mahasiswa tipe ini adalah mahasiswa yang senang dengan hal-hal berkaitan dengan birokrasi dan organisasi Biasanya anda akan mendengar kata-kata LPJ, raker, fungsionaris, proposal ketika berdekatan dengan mahasiswa tipe ini Dalam hal kuliah, mereka tidak selalu hadir 100% meskipun mereka tetap memberikan prioritas pada kuliah mereka. Selain itu, mahasiswa tipe ini juga dikenal (hyper) aktif atau lantang dalam bersuara Tak jarang jika mereka sering terlibat dalam aksi massa atau demonstrasi, meskipun mereka sendiri kadang nggak ngerti apa yang mereka

demonstrasikan Banyak dari anggota klan ini yang kemudian menjadi birokrat atau politisi.

Yang ketiga adalah tipe mahasiswa Money Train.. Mahasiswa anggota tipe ini adalah tipikal mahasiswa yang seneng ngobyek Obyekannya pun macam-macam.. Ada yang nyambi jaga wartel, jadi operator warnet, jualan, jadi penulis, dan semacamnya Mata mereka memang nggak berwarna hijau, tapi mereka mulai memandang penting arti dari sebuah uang.. Bahkan mereka seringkali mengabaikan kuliah mereka demi mendapatkan segepok duit. Wajar kalau mahasiswa golongan ini sering absen dalam kuliah Tapi begitu lulus, mereka inilah klan yang paling siap dalam bertarung. Tak jarang bila anggota klan ini nantinya menjadi eksekutif top atau pengusaha yang sukses..

Kemudian adalah kelas yang disebut tipe mahasiswa kongkow. Mahasiswa yang tergabung dalam klan ini boleh dibilang mahasiswa yang extrovert, gaul, funky abis, dan aware terhadap hal-hal terkini, seperti lagu terbaru, tren fashion, gosip artis, sampai gosip terbaru di kampus. Mereka ini sering stand by di kampus, walaupun bukan untuk melakukan kegiatan-kegiatan akademis. Selain di kampus, mereka sering terlihat di mall, pusat perbelanjaan, warung makan, kafe, bioskop, atau tempat billiard. Tipe mahasiswa ini sebagian adalah mereka yang nggak lulus-lulus kuliahnya alias mahasiswa abadi hehe

Dan yang terakhir adalah tipe mahasiswa Sempurna. Mahasiswa dari suku ini biasanya terbilang mahasiswa tanpa cacat, selain nilai IP di kelas yang tidak pernah kurang dari 3.5, dalam hal organisasi dia termasuk piawai dan jago, dan tidak pernah ia kekurangan uang karena disisi yang lain ia juga tidak pernah lupa untuk kerja menyambung hidup!!!. Doakan saja sya bisa jadi yang kaya gini!! Amienn! Kira-kira Anda masuk kategori mana? 1 Comment

Sayembara Berhadiah!!
May 22nd, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Pengumuman, syembara bagi baik dalam keadaan hidup atau

yang bisa menemukan flas ku mati akan tak beri hadiah

menarik* Ciri-ciri : flas dengan bandul yang berlogo SMAN 6 Surakarta!! *Syarat dan ketentuan berlaku!! No Comments

Karakter Pendidik teladan!!!


May 19th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Bila semua pendidik tidak bisa Lalu pada siapa kita berguru

menjadi teladan tentang kearifan dan ketulusan?

Rasulullah Saw. pernah bersabda, Aku hanya diutus sebagai seorang pendidik. Dalam hadis lain, beliau bersabda, Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Sabda Nabi ini membuktikan bahwa Islam mengapresiasi siapa pun yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Rasulullah Saw. pun mempertegas apresiasinya itu dengan sabdanya yang lain, Yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya. Dalam hadis lain, beliau juga bersabda, Yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya. Dua hadis ini semakin menegaskan kepada kita bahwa profesi sebagai pendidik itu amat luhur. Enam etika seorang pendidik: 1. Mengajarkan dan mempraktikkan etika Islam. 2. Menghiasi wajahnya dengan senyum. 3. Menggunakan kata-kata yang baik dan bijak. 4. Memperingatkan anak didiknya yang melakukan kesalahan. 5. Menjawab pertanyaan anak didiknya. 6. Menjaga kebersihan diri dan pakaiannya. Untuk itu, seorang pendidik harus menyadari betul keagungan profesinya. Ia harus menghiasi dirinya dengan akhlak mulia dan menjauhi semua akhlak yang tidak terpuji. Ia tidak boleh kikir dalam menyampaikan pengetahuannya dan menganggap remeh semua aral yang merintangi tercapainya target misinya. Sikap seperti ini akan mampu mendorong seorang pendidik untuk melakukan hal-hal besar dalam menjalani profesinya demi mendapatkan hasil yang maksimal. Membersihkan diri, menyucikan hati, dan menjauhi hal-hal yang belum legal merupakan hal penting. Ini merupakan dasar dalam mendidik peserta didik, yang terkait dengan teladan yang harus ditunjukkan seorang pendidik pada peserta didiknya. Dengan cara itu, secara tidak langsung dia telah menanamkan etika luhur dan nilai-nilai tinggi pada anak didiknya. Bagi peserta didik, seorang pendidik merupakan contoh ideal dan teladan yang bisa mengarahkan semua masalah dalam kehidupannya baik berbentuk ucapan maupun tindakan. Teladan juga

penting dan paling efektif untuk menyiapkan etika dan mencetak kepribadian seorang peserta didik. Syarat-syarat menjadi pendidik sukses: 1. Menguasai bidang pelajaran yang diasuh. 2. Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan. 3. Mampu mengamalkan apa-apa yang diajarkan. 4. Berperan sebagai pelanjut perjuaran para nabi. 5. Memiliki keluhuran akhlak dan tingkat pendidikan. 6. Saling membantu dengan sesama pendidik. 7. Mengakui suatu kebenaran sebagai hal yang utama. 8. Senantiasa berlaku jujur dalam bertutur. 9. Menghiasai diri dengan sifat sabar dalam setiap hal. - Muhammad Jameel Zeeno Kata pendidik itu meliputi semua orang yang memberi pendidikan, seperti guru, ustad, kyai, pengajar, dan orangtua. Seorang pendidik adalah teladan bagi generasi di zamannya. Ia memegang peranan penting dalam perkembangan suatu masyarakat. Oleh karenanya, jika ia dapat melaksanakan kewajibanya dalam mengajar, ikhlas dalam melaksanakan tugas, dan mengarahkan anak didiknya kepada pendidikan agama serta perilaku yang baik, maka ia akan mendapat keberuntungan baik di dunia maupun di akhirat. Pesan dan anjuran paling mendasar bagi pendidik sukses: 1. Menjauhi kemusrikan. 2. Menghormati orangtua. 3. Mendirikan salat. 4. Beramar makruf nahi munkar. 5. Menghindari sombong dan angkuh. 6. Berjalan dan bersuara secara wajar. - disarikan dari nasihat Luqman Al-Hakim pada anaknya Rasulullah Saw. suatu waktu berkata pada kemenakannya, Ali r.a., Demi Allah, seseorang yang memperoleh petunjuk dari Allah Swt. karena ajakanmu, niscaya hal itu lebih baik dari unta yang berwarna merah, (HR Al-Bukhari dan Muslim). Rasulullah menyebut unta merah, karena unta merah adalah unta yang bagus kala itu. Pada zaman sekarang, nilai kebanggannya sepadan dengan mobil mewah. Rasulullah Saw. juga pernah bersabda, Seseorang yang mengajarkan kebaikan akan dimintakan ampun oleh segala sesuatu hingga ikan-ikan yang ada di lautan, (HR At-Thabarani dan perawi yang lain). Berdirilah untuk gurumu dan penuhilah hak penghormatannya Seorang guru itu hampir saja menjadi seorang rasul - syair anonim Sebaliknya, jika ia melalaikan tanggung jawabnya, mengarahkan anak didiknya kepada hal yang menyimpang, dan memiliki pondasi akhlak yang rapuh, maka celakalah anak didiknya. Selain anak didiknya, ia juga sebetulnya telah celaka. Ia menanggung dosa dan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah Saw., Masing-masing kalian adalah pemimpin. Kalian pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kalian pimpin, (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Seorang guru yang memenuhi kualifikasi adalah guru yang ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya dan mengikuti aturan islami dalam mendidik dan mengajar. - Muhammad Jameel Zeeno Seorang guru adalah pemimpin di sekolah yang menjadi tempat mengabdikan ilmunya. Ia bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada anak didiknya. Oleh karenanya, sebelum menjadi seorang guru, Anda harus terlebih dulu memperbaiki diri. Perbaiki sikap Anda terhadap anakanak Anda di rumah, baru praktikkan hal itu di sekolah. Jauhi sikap buruk baik pada anak Anda sendiri maupun pada anak didik Anda. Sikap yang baik dari seorang pendidik tentu akan sangat bermanfaat pada pendidikan mereka. Seorang pendidik berkewajiban untuk menasihatkan hal-hal yang bermanfaat bagi masa depan anak didiknya. Seorang kyai atau ustad juga pemimpin bagi jamaah dan santrinya. Sayang, orientasi tokoh agama seperti kyai dan ustad kini sudah berubah. Ada yang tertarik ke bisnis, ke politik, bahkan ke perdukunan sehingga tugas utamanya menjadi terabaikan. Ada juga yang sibuk manggung di sana-sini sehingga tugas awalnya sebagai penyampai ajaran agama pun sering kali dinomorsekiankan. Anakku, aku akan mengajarkan beberapa hal berikut: (1) jagalah Allah, maka Dia akan menjagamu; (2) jagalah Allah, maka kamu akan mendapati Allah ada di hadapanmu; (3) jika kamu meminta, maka memintalah kepada Allah. Begitu pula jika kamu meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan pada Allah; (4) ketahuilah, andai seluruh umat manusia bersepakat untuk membantumu, mereka tidak akan dapat membantumu kecuali bila apa yang mereka bantu itu telah ditetapkan oleh Allah. Sebaliknya, andai mereka bersepakat untuk tidak membantumu, maka mereka tetap tidak akan dapat mencelakaimu kecuali atas kehendak Allah. Kala itulah pena pencatat amal tidak dipergunakan lagi dan buku catatan amal juga telah mengering dari tinda pena. - nasihat Nabi Muhammad Saw. pada Ibnu Abbas Allah Swt. sendiri menjamin derajat orang yang berilmu, seperti seorang pendidik, yang pasti terangkat. Allah Swt. berfirman, Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, (QS Al-Mujadilah [58]: 11). Mengapa? Karena menjadi pendidik adalah menjadi nurani masyarakat. Suatu masyarakat yang memiliki pendidik yang mampu menjadi teladan positif, pastilah masyarakat itu menjadi masyakat yang ideal. Begitupun sebaliknya.[ cahaya-islam.com] No Comments

Pendidikan bagi anak yang terpinggirkan


May 18th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

MENGENAKAN pakaian kumal dan kumuh, sekitar 10 anak Sekolah Dasar Khusus Pasar Lama Kota Banjarmasin dari kelas I sampai kelas V mengikuti pelajaran di satu ruangan. Rambut mereka terlihat awut-awutan pertanda jarang keramas. Tidak ada yang mengenakan seragam di sekolah itu. Semua anak bebas mengenakan pakaian yang mereka miliki. Masalahnya, anak-anak di sekolah tersebut tidak memiliki pakaian bersih dan layak pakai. Mereka hanya menggunakan pakaian harian yang biasa dipakai untuk bermain, bekerja, dan tidur malam. Sebagian anak di kelas tersebut memang sudah bekerja, ada yang mencari kardus di pasar dan ada pula yang menjadi pengupas bawang, bahkan ada yang menjadi anak jalanan. JUMLAH siswa yang hari itu masuk sekitar 10 anak terdiri dari kelas I hingga kelas V. Di pekan pertama tahun ajaran baru dan di saat semua anak dimanja dalam rangka memperingati Hari Anak, di kelas tersebut tak ada yang sempat bermanja-manja, semua terlihat kusam, tak ada buku baru, tas baru, apalagi baju baru. Hari itu tahun ajaran baru, semua berlangsung apa adanya, tidak berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Yang masuk sedikit, memang seperti ini keadaannya karena mereka banyak yang bekerja, kata M Husaini, guru yang mengajar di kelas tersebut. Husaini mengatakan, murid kelas I hingga kelas V jumlahnya mencapai 30 anak. Walaupun anak-anak banyak yang tidur di pasar dan di sekolah tersebut, namun karena mayoritas adalah gelandangan, anak jalanan, dan anak dari keluarga tak mampu, mereka banyak yang tidak masuk karena harus kerja. Kebanyakan anak-anak itu menjadi tulang punggung ekonomi keluarganya. Karena itu, banyak yang sering tidak masuk karena harus bekerja. Anak- anak biasanya masuk sekolah jika mereka dijanjikan akan mendapat hadiah, kata Husaini. Bangunan sekolah khusus itu berada di Lantai II Pasar Lama Banjarmasin. Lokasinya di tengah-tengah kota. Namun demikian belum tentu kepala dinas pendidikan, wali kota, atau gubernur mengetahui sekolah itu. Ini adalah sekolah yang terlupakan, kata Husaini. Anak-anak di kelas itu tampak akrab dengan guru yang kini seperti orangtua asuh mereka. SD Khusus Pasar Lama yang resminya bernama Sekolah Khusus Filial SD Negeri I Mawar Banjarmasin Tengah itu berdiri sejak tahun 1988. Yang memprakarsai adalah Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Selatan almarhum Drs Samsi, kata Husaini. Sekolah khusus itu membawa misi mendidik anak-anak jalanan yang rata- rata tunawisma di sekitar pasar itu. Misi lain adalah bagaimana mengerem munculnya preman-preman kecil yang kelak akan menjadi preman besar di pasar tersebut. Dulu di pasar ini banyak premannya, mulai preman kecil sampai preman besar, mereka biasa mencuri dan mencopet, kata Husaini. Kini setelah sekolah tersebut berdiri angka premanisme di pasar tersebut turun drastis. Coba tanya ke toko-toko apakah mereka sekarang masih sering menggergaji pintu karena kunci pintunya dirusak preman? Sekarang sudah tidak lagi, pendidikan ini menekankan perubahan perilaku dan akhlak yang baik, katanya.

Husaini berprinsip misi mendidik anak-anak adalah mengubah sikap kerja dari etos kerja mencuri menjadi etos kerja mencari. Sudah banyak yang berhenti mencuri, kata Husaini. Seorang anak kelas V, Jumbri, saat ini mencari kardus untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Satu hari dapat sekitar Rp 10.000, katanya. ANAK-anak lain kini juga bekerja setiap hari mencari kardus atau mengupas kulit bawang merah. Ada juga yang mencari bawang merah jatuh di pasar, dikumpulkan, kemudian dijual. Hidayatullah, siswa kelas V lainnya, mengatakan, dulu banyak kawan-kawannya yang suka berbohong dan berprofesi sebagai pencopet. Sekarang mereka banyak yang berhenti, tak ada lagi yang seperti itu, katanya. Di tengah gegap gempita komersialisasi pendidikan, sekolah khusus itu tetap berjalan walau terengahengah. Saya hanya digaji Rp 100.000 per bulan. Kalau bukan karena panggilan moral, saya tidak akan mengajar di sini, kata Husaini, pensiunan guru di SDN I Mawar.(amr)/kompas

No Comments

Mimpi dan Berjuang


May 15th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Dikisahkan, pada tahun 1867, hiduplah seorang ahli teknik kelahiran Jerman bernama John Augustus Roebling. Ia bermimpi membangun sebuah jembatan yang menghubungkan Kota New York dan Long Island. Impian John tidak mendapat dukungan bahkan ditertawakan oleh banyak temannya. Mereka mengganggap proyek itu adalah ide yang paling gila dan impossible di zaman itu. Maka, John pun hanya bisa berbagi impian dengan anaknya, Washington Roebling. Washington juga seorang ahli teknik. Ayah dan anak itu berjuang bersama untuk mewujudkan impian itu. Ketika proyek itu baru berjalan beberapa bulan, terjadi kecelakaan yang fatal. Sayangnya, karena pertolongan yang terlambat, John Roebling tidak bisa diselamatkan. Sedangkan Washington, walaupun nyawanya selamat, tetapi mengalami cedera parah pada kepalanya yang mempengaruhi motoriknya. Washington menjadi lumpuh dan tidak mampu berbicara. Namun demikian, impaian ayahnya tentang jembatan tidak pernah padam dalam pikirannya. Suatu hari, saat Washington terbaring tidak berdaya di tempat tidurnya, ia melihat cahaya matahari melewati jendela kamarnya, menyilaukan dan menyakitkan mata. Segera ditutupnya kelopak matanya, dan saat itu pula, seakan Tuhan berbicara dengan pertanda, tiba-tiba muncullah sebuah kesadaran, Hari ini aku masih bisa menikmati indahnya kilau mentari, artinya, Tuhan masih memberiku waktu untuk berbuat. Dan aku sadar, aku tidak boleh menyerah! Dengan sekuat tenaga ia berkonsentrasi penuh dan berusaha untuk menggerakkan satu jarinya. Usaha yang dilakukan berulang-ulang dengan semangat dan konsentrasi penuh, ternyata tidak sia-sia.

Dia berhasil menggerakkan jarinya! Perlahan-lahan, Washington mampu membuat kode untuk berkomunikasi dengan istrinya, Emily, melalui satu jari itu. Walaupun begitu perlahan pada awalnya, dengan cara seperti itulah, Washington memberi petunjuk kepada Emily untuk melanjutkan pembuatan jembatan. Semua instruksi diberikan kepada Emily dan kemudian disampaikan lebih lanjut kepada para pekerjanya yang setia membantu mewujudkan impiannya. Begitu berulang-ulang. Mereka melalui berbagai kendala yang tidak sedikit jumlahnya. Butuh waktu panjang untuk berjuang dengan semua sisa kekuatan dan ketegarannya, dan butuh waktu selama 13 tahun untuk mewujudkan impiannya. Akhirnya, pada tahun 1883, Jembatan Brooklyn (Brooklyn Bridge) berdiri megah di Kota New York, Amerika Serikat. Teman-teman yang luar biasa, Cerita di atas merupakan sebuah contoh bahwa pikiran positif dan perjuangan nyata mampu memegang erat mimpi dan bisa mewujudkan apa yang sekiranya tidak mungkin menjadi mungkin! Betapa luar biasanya kekuatan pikiran manusia! Pikiran manusia bisa membuat hidup menjadi sengsara atau bahagia, gagal atau sukses, biasa-biasa saja atau luar biasa. Kalau kita mengikuti pikiran yang negatif, maka kehidupan kita isinya akan negatif pula - hidup penuh kecemasan, pasif, ketakutan dan kekurangan. Namun jika kita mampu mengembangkan pikiran yang positif, optimis, dan senantiasa berpengharapan yang positif, serta punya komitmen tinggi dalam mewujudkan segala impiannya, maka kita akan hidup penuh gairah, syukur, gembira, sukses, dan bahagia setiap hari. Mari kita pilih hidup dengan pola pikir yang positif. Kita pilih hidup dengan aktivitas yang positif. Dan kita pilih agar kualitas kita hidup berguna bagi kita dan bagi banyak orang! Demikian dari saya, Andrie Wongso, action and wisdom motivation training. Success is my right! Salam sukses luar biasa! From : Cybermq No Comments

Pendidikan Ala Islam!!


May 14th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Ilmu adalah harta titipan terbesar bagi seorang manusia, yang wajib untuk dicari, dijaga, dan diamalkan. Karena, dengan ilmu inilah seoang manusia akan mampu bertahan hidup dengan baik, mengenal dirinya, mengenal Rabb-nya, mengerti tugas, tujuan, dan kewajiban di dalam kehidupan. Ilmu adalah salah satu faktor penting yang turut menentukan nilai seseorang baik dunia maupun di akhirat.

.Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Mujaadilah (58) : 11) Pendidikan adalah titik tolak yang akan menghantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan adanya sistem pendidikan, maka proses belajar mengajar dan penyerapan ilmu akan berjalan dengan lebih fokus dan terarah. Banyak sistem pendidikan yang kini telah dipraktekkan di seluruh dunia, baik pendidikan formal maupun pendidikan informal. Adapun pendidikan yang sepatutnya diutamakan bagi umat muslim adalah pendidikan Islam, yaitu sistem pendidikan yang sesuai dengan kaidah-kaidah Islam. Pendidikan Islam adalah sebuah sistem pendidikan yang di dalamnya terdapat keseimbangan pemberian materi antara materi agama Islam dengan materi umum, antara materi ukhrowi dengan materi yang bersifat keduniawian. Tidak berat sebelah, dan tidak semata mengarah kepada pemberian ilmu pengetahuan umum. Di dalam pendidikan Islam terdapat 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan talimul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Ketiga unsur ini haruslah senantiasa menyandingi proses pendidikan dan materi-materi umum yang diberikan. Segala bentuk materi umum yang diberikan hendaknya semaksimal mungkin juga harus diberikan pandangannya dari sudut agama (Islam). Sehingga, materi umum tersebut dapat turut meningkatkan kualitas iman dan islam seorang muslim. Hal ini sesuai dengan sistem pendidikan islam yang telah dibawa dan dijalankan oleh Rasulullah saw, yang dapat mengeluarkan umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman yang islami. Pendidikan seyogyanya mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal. Insya Allah, pendidikan Islam akan menuntun ilmu-ilmu umum menjadi lebih bermanfaat di dunia dan di akhirat kelak. Pendidikan Islam adalah penyeimbang pada semakin kompleks-nya permasahan kehidupan. Pendidikan Islam tidak hanya mengarah pada salah satu aspek yang terdapat dalam diri manusia (misalnya aspek fisik saja, atau pikiran saja). Pendidikan Islam adalah sebuah sistem pendidikan yang menrambah seluruh aspek, baik ruhiyah, fikriyah (pemahaman/pemikiran) maupun amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan, dan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan. Pendidikan Islam inilah yang akan menjadi pembersih pada seluruh kegiatan kehidupan. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bersumber pada Al Quran dan As Sunnah. Al Quran dan As Sunnah merupakan rujukan utama dalam pengajaran, yang akan membentuk masyarakat terdidik, yang akan menyadari tugas, tujuan, dan kewajiban hidup yang dilimpahkan oleh Allah swt. Dengan demikian, niscaya kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan. Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR.Muslim)

Pada dasarnya, pendidikan Islam memiliki tujuan utama, yaitu agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh. Pencapaian tujuan tersebut kemudian akan berpengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlak yang baik. Akhlak ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji Al Quran, sholat malam, shaum (puasa) sunnah, berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Pendidikan Islam yang ditanamkan sejak dini insya Allah akan lebih mudah terserap dan bertahan. Dan semua itu juga tidak terlepas dari kemauan pendidik dan terdidik untuk senantiasa mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang akan sangat sulit untuk ditinggalkan.

Kesinambungan dalam Pendidikan Islam Dalam bahasa Arab, pendidikan Islam disebut tarbiyah Islamiyah, yang merupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW: Tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat. (HR. Bukhari) Dalam menuntut ilmu tidak memandang tingkatan usia. Menuntut ilmu bukanlah kewajiban yang hanya diwajibkan kepada pemuda atau orang tua saja. Menuntut ilmu bukan hanya kewajiban laki-laki atau perempuan saja. Di dalam Islam, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi umat muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Di dalam pendidikan Islam dikenal istilah kesinambungan dalam menuntut ilmu. Artinya, ilmu tersebut tidak boleh berhenti pada satu kaum atau pihak tertentu. Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Selain itu, islam juga mewajibkan umatnya untuk menyampaikan ilmu tersebut kepada orang lain. Semakin banyak ilmu yang kita miliki, maka akan semakin besar pula tanggung jawab kita untuk meneruskan ilmu tersebut. Inilah yang disebut dengan kesinambungan di dalam pendidikan Islam, agar ilmu tersebut terus berputar dan menjadi petunjuk bagi umat manusia. Adanya kesinambungan di dalam pendidikan Islam, merupakan sebuah usaha untuk menunaikan pertanggung jawaban yang kelak akan diminta di akhirat nanti. Karena, pada dasarnya ilmu yang kita miliki akan ditanya dari mana mendapatkannya, bagaimana caranya, dan dipergunkaan untuk apa. Untuk itulah, maka islam mengajarkan kesinambungan dalam menuntut ilmu. Adapun kesinambungan yang diajarkan di dalam pendidikan Islam ini bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Ada beberapa hal yang hendaknya dipenuhi oleh seorang terdidik maupun pendidik, sehingga kesinambungan pendidikan Islam ini dapat berjalan dengan baik. Agar pendidikan islam dapat berjalan dengan berkesinambungan, maka minimal seorang terdidik dan terdidik haruslah memiliki sikap sebagai berikut: 1. Istiqomah Salah satu sifat yang pasti akan kita dapatkan manakala menuntut ilmu adalah berlelah-lelah. Untuk itulah, maka setiap penuntut ilmu maupun penyampai ilmu dituntut untuk senantiasa beristiqomah dan bersabar.

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud (11) : 112 Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al Kahfi (18) : 28) Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nimat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nimat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran (3) : 103) 2. Disiplin dalam tanggung jawab Ilmu bukanlah sesuatu yang dapat kita peroleh dengan seenaknya. Salah satu hal yang perlu kita lakukan dalam mengajar dan belajar adalah memiliki disiplin dan tanggung jawab. Sekiranya salah satu dari kita tidak hadir, maka akan mengganggu proses belajar. Apabila kita sering bolos sekolah, apakah kita akan mendapatkan ilmu yang maksimal. Kita akan tertinggal dengan temanteman kita, demikian pula dengan guru, apabila ia sering membolos tentu anak didiknya tidak akan maju karena pelajaran tidak bertambah. Disiplin dan tanggung jawab kedua pihak ini memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar dan mengajar. 3. Menyuruh memainkan peran dalam pendidikan Hendaknya, kita senantiasa mengaplikasikan peranan sebagai seorang guru dalam setiap keadaan. Maksudnya adalah senantiasa menampilkan segalan bentuk aktivitas yang mendidik, yang didasari dengan ilmu. Senantiasa bersikap sebagai seorang guru akan memberikan tuntutan untuk senantiasa berinstrospeksi. Dengan demikian, ilmu yang dimiliki tidak hanya terpendam dan mati. Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang wajib diterapkan dan dipilih oleh seorang muslim. Karena, pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang merujuk pada Al Quran dan As Sunnah. Dan hendaknya, sudah waktunya pula bagi umat islam untuk semakin meningkatkan kualitas pendidikan islam. Hanya dengan jalan itulah maka pendidikan islam dapat berjalan dan menjadi sasaran utama umat islam. Dengan demikian, umat islam akan menjadi umat yang terbaik melalui sistem pendidikan islamnya. No Comments

Artikel Hardiknas 2009


May 1st, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

Peran dan kesejahteraan Pendidik Sebagai Cerminan Kemajuan Pendidikan di Indonesia Oleh Krisnawan

Bukan lagi sebuah hal yang diragukan dilihat dari kualitas pendidikan yang pendidikan sangat ditentukan oleh berperan dalam penentu utu

jika keberhasilan suatu bangsa dapat ada di Negara tersebut. Dan kualitas faktor pendidik yang secara langsung pendidikan terutama di Indonesia. Negara Indonesia mamiliki kualitas

Melihat realita yang ada ternyata

pendidikan yang sangat rendah hal ini terbukti pada data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP). Dari data di atas nampak sekali tingkat pendidikan di Indonesia yang masih sangat rendah. Dan guru tentu saja juga merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab dari rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia. Dan ternyata sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta). Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3).

Sealain itu rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005). Meskipun telah diamanahkan dalam pasal 10 UU tentang kesehjateraan guru dan dosen yang sudah menjamin tentang kelayakan hidup para pendidik. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas. Namun pada kenyataanya kesejahteraan guru masih sangat rendah terutama dikalangan guru swasta. Sebagaimana diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9 Januari 2006). Meskipun dengan dinamika yang sedemikian sulit guru tetap memegang peranan yang sangat penting dalam penentu arah dan kualitas pendidikan di Indonesia. Terutama dalam penentu efektivitas dan efisiensi peserta didik. Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan bahwa dalam pengertian pendidikan secara luas, seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan sebagai : 1. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan 2. sumber norma kedewasaan 3. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik 4. Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi dengan sasaran didik 5. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada sasaran didik, serta Tuhan yang menciptakannya). Sehingga peningkatan kualitas guru merupakan jalan yang sangat bijaksana untuk meningkatkan tingkat pendidikan di Indonesia. Baik itu dalam hal peningkatan kualitas maupun tingkat kesejahteraan guru demi mengoptimalkan peran guru sebagai pendidik dan meningkatkan kulitas pendidikan. Pada pertemuan Better Education Through Reformed Management And Universal Teacher Upgrading (BERMUTU), 29 Januari 2009 di Hotel Kaisar Jakarta, Prof. Dr. SUDJARWO, M.S., menyampaikan pemikirannya tentang Peran Pendidikan. Menuju Bangsa yang Bermartabat. Dikatakannya bahwa mendidik merupakan usaha sadar manusia mengorganisir lingkungan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses pembelajaran. Mengorganisir lingkungan adalah upaya sadar dengan melihat potensi lingkungan kemudian merespon peserta didik sehingga terjadi transformasi menuju pada terbentuknya proses pembelajaran. Karena itu untuk mewujudkan suatu bangsa yang bermartabat dan memiliki

kualitas pendidikan yang tinggi dibutuhkan pula tingkat kesejahteraan dan peran guru yang maksimal, efektif, dan efisien. 5 Comments

Tips Ujian Biar ga Pusinggg!!!!!


April 29th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR ujian,ujian,ujian..

kuliah baru masuk deh rasanya tapi dah mesti siap-siap belajar buat ujian. wah yang pasti jangan ngeluh dulu kalo mungkin ujian sebentar lagi datang menghadang,wah kaya badai aja. dan irene mau berbagi tips yang irene dapet duh lupa lagi dari mana dapetnyayang pasti semoga bermanfaat buat kamu yang mungkin sebentar lagi ngadepin ujian entah itu ujian tengeh semester (UTS) atau ujian Akhir semester ( UAS ). 1.Jangan biarkan gangguan itu datang Biasanya ketika kita belajar, pasti akan datang yang namanya gangguan. Gangguan ini bentuknya bisa macam-macam. Mulai dari televisi, telepon hingga nyamuk yang menyerang. Kalau sudah diganggu, biasanya konsentrasi belajar jadi buyar. Untuk menghindari itu semua, kondisikan situasi disekitar kamu supaya gangguan-gangguan tadi bisa dihindari. Misalnya, matikan ponsel. 2.Siapkan catatan kecil Jangan pernah meremehkan kekuatan dari sebuah catatan. Selalu siapkan beberapa lembar kertas berukuran kecil. Catat hal-hal yang penting untuk diingat. 3.Buat target yang hendak dicapai Belajarlah dengan target. Tetapkanlah berapa jumlah halaman yang akan dibaca. Juga tetapkan berapa lama kamu akan belajar saat itu. 4.Siapkan penghargaan untuk dirimu Setelah serius belajar, kamu butuh menyenangkan diri sendiri. Tetapkanlah satu imbalan untuk diri kamu sendiri. Misalnya, kalau kamu bisa mencapai target belajar kamu hari itu, kamu akan makan ice cream rasa coklat. 5.Belajar nggak akan membuat temanmu hilang Jangan pernah merasa kamu akan kehilangan teman-temanmu karena kamu serius belajar. Teman-teman kamu nggak bakalan ninggalin kamu. Kalau mereka ninggalin kamu, berarti mereka bukan teman yang baik. 6.Yang perlu diperhatiin kadang yang namanya ngantuk cape pasti ada saat kita lagi belajar apa lagi klo kita punya kegiatan yang seabrek di siang harinya pasti donk kita bakalan kecapean dan ngantuk saat

belajar. Penting banget yang namanya istirahat ketika kamu belajar, belajar boleh asal jangan terlalu di forsir. Segelas susu hangat pas banget buat nemenin kamu belajar, kalo mungkin kamu ngga suka susu jus buah juga oke. selain bisa bikin badan kamu segar kembali, minum jus atau susu juga bikin badan kamu sehat dan stamina tubuh kamu terjaga, dan siap belajar lagi deh. By : Krisna-1 1 Comment

Belajar Dari Dengkul


April 24th, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

By : Krisna-1 Di zaman yang semakin global ini kekuasaan materi. Sedikit-sedikit (baca : Edan) tak ada yang lepas dari uang, padahal uang yang kita miliki putus asa (mungkin aja asanya yang

cuma sedikit, lalu banyaklah orang

putus!! ) dalam menempuh pendidikan gara-gara tak punya materi. Pendidikan kian mahal dan kian banyak pula kalangan yang tidak mampu unutk meneruskan pendidikan. Wahh tambah pusing tuh!!! Nah dari pada pusing-pusing mending kita berfikir lagi, apa solusi untuk semua masalah diatas??? Jawabnya adalah dengkul. Sebagaimana prinsip yang selalu saya pegang teguh ketika mencari yaitu Belajar itu Bermula Dari Dengkul dan Akan Kembali Ke Dengkul pula. Maksudnya adalah manusia itu ketika dilahirkan hanya bermodal dengkul (Fisik) dan dengan luar biasa mereka dapat mempelajari segala sesuatu, dan mereka pun terus berkembang dan hanya dnegan dengkul dan semangat mereka dapat menempuh kesuksesan. Lho memang gak perlu beli buku, sepatu, bayar sekolah, DLLLL??? Untuk menjawab berbagai keribetan diatas mari kita berfikir lagi, di dunia ini hal yang benar adalah ibu melahirkan anak, bukan sebaliknya. Nah,, seperti itu pula ilmu, seharusnya materi itu yang mendatangi sang pemilik ilmu, bukan malah sebaliknya. Jika kita fikir lagi, tingkat penganguran tertinggi di Negara kita ternyata masih dipegang oleh para sarjana, padahal mereka itu orang yang bisa dianggap orang yang berpendidikan tinggi dan tak terkira harta yang telah di habiskan untuk sampai tingkatan sarjana!! Jawabnya adalah karena mereka melupakan asal usul mereka yaitu dengkul. Kebanyakan dari mereka sudah terkungkung bahwa sekolah itu bak seorang pedagang, bermodal materi unutk mencari ilmu dan akhirnya harta / pekerjaan lah yang herus didapat. Padahal, seharusnya mereka itu sadar pada semangatlah yang mereka harus miliki dalam belajar, hingga berujung pada kebahagiaan dunia akherat!!

Ketika semua orang sudah berfikir seperti itu, maka takperlu lagi ada kasus nyontek demi nilai yang baik, atau kecurangan lain. Ingatlah betapa banyak orang sukses di dunia hanya berasal dari kalangan bawah, kenapa?? Karena mereka memahami benar akan prinsip Para Pejuang Penuntut Ilmu, yaitu dengkul atau Semangat!!! Karena itu selalu bersemangatlah dalam mencari ilmu, selama kita masih punya dengkul maka selama itu pula pintu kesuksesan tetap terbuka lebar untuk kita!!(kris/4-09)
Barang siapa yang teguh pendiriannya, ia akan bisa tumbuhdan berkembang. Dan barang siapa yang bersungguh-sungguh, ia akan mendapatkan apa yang diinginkannya. Barang siapa yang menanam, maka ia akan menuainya. Barang sispa yang bersabar dan punya harga diri, ia akan memenangkannya. (Aid Abdulah al-Qarni)

No Comments

Wahai Waktu!!!
April 22nd, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR
Pengurusan masa merupakan suatu elemen kehidupan yang sangat penting. Kelemahan sesorang menguruskan masa dengan efektif akan menyebabkannya mudah terjebak ke kancah kegagalan dan kekecewaan. Pengurusannya yang baik pula pastinya membuahkan natijah yang berkesan di samping memberi impak yang besar dalam kehidupan seseorang. Bagi remaja, masa muda adalah sangat kritikal untuk disia-siakan begitu sahaja. Banyak masa diperlukan untuk mengulangkaji pelajaran, waktu bersama keluarga dan rakan-rakan, bacaan tambahan, riadah dan rehlah dan sebagainya lagi.

Salah satu ciri remaja muslim cemerlang adalah Munazzomun fi syuunihi (terurus dalam urusan hariannya). Apa yang dimaksudkan dengan terancang urusan harian adalah: Tersusun dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik. Di sini dikongsikan 10 Tips Pengurusan Waktu berkesan yang disunting dari petikan buku siri motivasi Jatidiri Penggerak Perubahan. 1. Buatlah perencanaan Anda memerlukan perencanaan kerja harian. Kalau tidak demikian, anda akan mengalokasikan waktu menurut apa sahaja yang kebetulan tiba dimeja tulis anda. Awasilah setiap hari dengan

membuat jadual umum, dengan penekanan khusus pada dua atau tiga hal yang ingin anda selesaikan. Makin banyak waktu yang kita lewatkan untuk merencanakan sesebuah projek, makin sedikit waktu total yang diperlukan untuk menyelesaikannya. 2. Pusatkan perhatian Golongan yang menghadapi masalah serius dalam hal pengurusan waktu biasanya mencuba melakukan banyak hal sekaligus. Jumlah waktu yang digunakan dalam suatu projek bukanlah hal yang penting. Tetapi yang lebih penting ialah menyediakan jumlah waktu yang tidak terganggu. 3. Ambillah waktu rehat Bekerja dalam tempoh yang lama tanpa rehat bukanlah penggunaan waktu yang efektif. Tenaga makin menurun, kebosanan makin mempengaruhi serta ketegangan fizikal dan mental makin terkumpul. Oeh itu, anda memerlukan masa rehat yang secukupnya kerana hanya berehat sahaja merupakan cara yang paling baik. 4. Jauhkan suasana berkecamuk Sesetengah orang selalu membiarkan meja tulisnya dipenuhi kertas yang berselerak. Mereka merasa bahawa dengan cara itu persoalan yang penting akan naik sendiri ke atas timbunan kertas itu. Sebenarnya keadaan berkecamuk seperti ini mengganggu tumpuan serta meningkatkan ketegangan dan prestasi seperti orang yang tertimbus batu. 5. Jangan menjadi perfectionist Ada perbezaan yang besar antara berusaha mendapat hasil yang baik dan bermati-matian mengejar kesempurnaan. Langkah yang pertama , dapat dicapai, memberi kepuasan dan sihat. Sementara langkah yang kedua, selalunya mustahil, mengakibatkan kekecewaan dan gangguan jiwa. Ia juga mengakibatkan pmbaziran waktu yang sia-sia. 6. Jangan takut mengatakan tidak Daripada semua teknik menghemat waktu yang pernah dikembangkan, barangkali yang paling efektif ialah selalu menggunakan perkataan tidak. Belajarlah menolak dengan mengunakan kebijaksanaan tetapi tegas terhadap setiap permintaan yang tidak menunjang pencapaian sasaran anda.
7. Jangan menangguhkan kerja Penangguhan kerja pada umumnya merupakan kebasaan yang sudah berakar umbi. Sungguhpun begitu, kita mampu mengubah kebiasaan ini asalkan kita menggunakan sistem yang tepat seperti putuskan untuk berubah segera setelah anda selesai membaca artikel ini, sementara hati anda tergerak oleh motivasinya. Mengambil langkah pertama dengan segera adalah amat penting. Seterusnya jangan mencuba terlalu banyak perkara dalam waktu yang singkat. Apa yang perlu dilakukan ialah memaksa diri melakukan pekerjaan yang sudah tertunda sekarang juga. 8. Lakukanlah bedah siasat radikal Kegiatan membuang waktu sama seperti kanser. Ia menghabiskan tenaga dan ketumbuhan semakin besar. Satusatunya cara penyembuhan adalah pembedahan radikal. Jika anda membuang waktu dalam kegiatan yang membuatkan anda bosan, alihkan perhatian daripadanya kerana ia mensia-siakan tenaga anda. Buanglah kegiatan ini, sekali untuk selama-lamanya.

9. Delegasikan pekerjaan Anda tidak perlu menjadi pemimpin nasional atau eksekutif firma gergasi untuk mampu mendelegasikan pekerjaan. Belajarlah mendelegasikan tugas yang penuh cabaran dan memberikan imbalan, bersama dengan kuasa secukupnya untuk membuat keputusan yang perlu. Ini dapat membantu melonggarkan waktu anda. 10. Jangan ketagihan kerja

Hampir semua manusia berjaya mempunyai waktu bekerja yang panjang, tetapi mereka tidak membiarkan pekerjaan mengganggu hal-hal yang pentig dalam hidup mereka, seperti bergaul dengan teman-teman dan bersama keluarga. Ini membezakan mereka daripada orang yang ketagihan kerja (workaholic) yang sama tarafnya seperti orang yang ketagihan alkohol.
DEMI MASA (1) SESUNGGUHNYA MANUSIA ITU BENAR-BENAR BERADA DALAM KERUGIAN (2) KECUALI ORANG-ORANG YANG BERIMAN DAN MENGERJAKAN AMAL SOLEH DAN NASIHAT MENASIHATI SUPAYA MENAATI KEBENARAN DAN NASIHAT MENASIHATI SUPAYA MENETAPI KESABARAN (3) [103:1-3]

No Comments

MOTIVASI BUKAN BUALAN BELAJAR


April 22nd, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR

By : Krisna-1 Dulu waktu saya masih tergila-gila saya sempat memiliki seorang teman kenapaJ? Karena tiada pernah ia belajar,bak sejoli yang baru dengan yang namanya nilai UAN, yang bisa di sebut kutu belajar terpisah dari yang namanya kasmaran. Wuiihh gila,,, bahkan demi

sang nilai UAN tercinta, puluhan Bimbel telah ia ikuti!!sampai tibalah saat yang ditunggu yaitu saat pengumuman hasil UAN, apakah ada perubahan?? tidak bahkan hampir dapat dikatakan nilainya tetap berasa nasi tanpa garamJ,alias tak ada rasanya hanya hampa, pengharapan mendapatkan nilai bagus hanya sebuah angan-angan. LHo kok bias?? Ternyata setelah diusut dengan penelitian secara seksama(halah Ngaco!!!) dia telah kalah sebelum bertarung, meskipun semangat belajarnya bak tentara, namun dia memiliki motivasi yang salah dalam belajar. Fenomena ini memang banyak terjadi dikalangan remaja sekarang, apalagi dengan kian menjamurnya bimbel ditambah lagi tekanan nilai yang dihadapi para pelajar. Kebanyakan dari bimbel hanya mengajarkan ketakutan dalam hal nilai dan kenyataan, tentu saja bukan memberi solusi malah

menimbulkan ketekutan. Nah motivasi belajar karena takut nilai buruk adalah celah dalam yang dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit seperti nyontek, belajar yang Over Dosis, susah tidur (bias jadi Insomnia tuh!!) J, dan banyak lagi penyakit lain, bahkan yang paling parah adalah sikap done saat manghadapi hari ujian. Jika dikaji dalam hal motivasi belajar yang membuat para pengikutnya sampai gila dalam belajar , dapat dibagi dua tipe pelajar: 1. Pelajar yang tekun belajar demi menutupi ketakutan L Tipe pelajar seperti ini biasanya memiliki jam terbang yang tidak wajar bahkan cenderung diluar batas. Karena mereka tidak memiliki motivasi yang benar. Mereka hanya belajar saat terpaksa karena untuk menutupi ketakutan yang sebenarnya tidak perlu, sehingga segiat apapun mereka belajar hasilnya tetap tidak ada perubahan karena sebenarnya mereka telah kalah sebelum mengerjakan soal 2. Pelajar yang tekun belajar karena ia yakin pasti Bisa J Nah untuk tipe palajar ini biasanya mereka lebih cenderung belajar dengan porsi yang wajar dan kontinyu, karena dalam diri mereka telah tertanam kepercayaan diri dan kekuatan untuk menghadapi setiap soal yang datang. Mereka percaya mereka memiliki kemampuan, sehingga harus terus diasah untuk mendapatkan nilai yang maksimal. Sebenarnya 60% hasil suatu ujian ditentukan pula oleh mental dan motivasi, selebihnya ditentuan oleh kapasitas mereka dalam belajar. Sesungguhnya tidak ada manusia yang bodoh, yang ada hanya mereka yang belum menemukan cara untuk membangkitkan kecerdasan yang ada dalam dirinya. Karena itu keyakinan akan kemampuan diri merupakan motivasi mutlak yang harus dimiliki seseorang!! Nah ayo belajar dan tetap semangat!!

2 Comments

Upgrade your motivation


April 21st, 2009 in Uncategorized by Krisnawan SR
Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya. Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar lulus dengan predikat cum laude. Setelah itu, dia bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan orangtuanya.

Apa saja, sih, faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang dengan yang lainnya?Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya: -Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual -Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual -Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya -Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain. -Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Stimulus motivasi belajarTerdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu: Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan. Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan. Tips-tips meningkatkan motivasi belajarMotivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi.Yuk, ikuti tips-tips berikut untuk meningkatkan motivasi belajar kita: 1.Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajarBergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar. 2.Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi.Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi. Belajar apapunPengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya. Belajar dari internetKita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orangorang yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free-English-Course@yahoogroups.com.Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positifDi dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya. Cari motivatorKadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/komunitas yang dapat membantu mengarahakan atau memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi.Resep sukses: Belajar ketika orang lain tidur, bekerja ketika orang lain bermalasan, dan bermimpi ketika orang lain berharap. William A. Ward

2 Comments

UNS Social Network

Anda mungkin juga menyukai