Hasibuan,J.J. & Moedjiono. 1988. Proses Belajar Mengajar. Remadja karya : Bandung, hal
14-20
Dikutip dari:
(imansjah alipandie.1984 . Didaktik metodik pendidikan umum. Usaha nasional:Surabaya.)
3. Tanya Jawab
Teknik ini amat sering digunakan untuk melengkapi metode ceramah. Setelah
kegiatan mengajar dengan bertutur maka seringkali diikuti dengan tanya jawab atau
sering digunakan diantara pelaksanaan metode ceramah atau digunakan pula untuk
berbagai tujuan.
Hal-hal yang perlu sebelum siswa memberi jawabannya yaitu:
a. Menganalisis keadaan
b. Mempertimbangkan semua alas an yang mungkin digunakan,
c. Masing-masing dinilai sesuai dengan tingkat kepentingannya,
d. Pilih satu diantaranya yang dianggap paling penting.
Metode Diskusi
4. Diskusi
Pengertian
Menurut Suryosubroto (1997 : 179), diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh
beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat
tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan
kebenaran atas suatu masalah.
4.1.1 Sintaks
Langkah-langkah Penyelenggaraan Model Diskusi
Tahap Kegiatan Guru
(1) Menyampaikan pendahuluan;
(a) motivasi,
1. Menyampaikan tujuan dan (b) menyampaikan tujuan dasar
mengatur siswa diskusi,
(c) apersepsi.
(2) Menjelaskan tujuan diskusi.
(1) Mengajukan pertanyaan
2. Mengarahkan diskusi
awal/permasalahan,
(2) Modeling.
(1) Membimbing/mengarahkan siswa
dalam mengerjakan LKS secara
mandiri (think),
(2) Membimbing/ mengarahkan siswa
3. Menyelenggarakan diskusi dalam berpasangan (pair),
(3) Membimbing/ mengarahkan siswa
dalam berbagi (share),
(4) Menerapkan waktu tunggu,
(5) Membimbing kegiatan siswa.
4. Mengakhiri diskusi Menutup diskusi.
5. Melakukan tanya jawab singkat Membantu siswa membuat rangkuman
tentang proses diskusi diskusi dengan tanya jawab singkat.
2. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi
kesempatan kepada para siswa (kelompok – kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan
ilmiah guna mengumpulakan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai
alternative pemecahan atas suatu masalah.
Hasibuan,J.J. & Moedjiono. 1988. Proses Belajar Mengajar. Remadja karya : Bandung, hal
20-24
3. Metode Diskusi
Engkoswara. 1984. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran. Bumi aksara :Bandung, Hal 50-51
4. Metode diskusi
Menurut bridges (1979) dalam proses pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar :
Agar penggunaan diskusi berhasil dengan efektif, makaperlu dilakukan langkah-langkah berikut
ini:
1. Langkah persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi diantarannya:
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan
khusus. Tujuan yang ingin dicapai mesti dipahami oleh setiap siswa sebagai peserta
diskusi. Tujuan yang jelas dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaksanaan.
Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuanyang ingin
dicapai. Misalnya, apabila tujuan yang ingin dicapai adalah penambahan wawasan siswa
tentang suatu persoalan, maka dapat digunakan diskusi panel; sedangkan jika yang
diutamakan adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam mengembangkan gagasan ,
maka simposium dianggap sebagai jenis diskusi yang tepat.
Menetapkan masalah yang dibahas. Masalah dapat ditentukan dari isi materi
pembelajaran atau masalah-masalah yang aktualyang terjadi di lingkungan masyarakat
yang dihubungkan dengan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkan.
Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi,
misalnya ruang kelas dengan fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator,
notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan.
2. Pelaksanaan diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi.
Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan
yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan
dilaksanakan.
Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatikan suasana atau iklim belajar yang
menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainnya.
Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan
gagasan dan ide-idenya.
Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini
sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar
dan tidak fokus.
3. Menutup diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai
umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
(Sanjaya, Wina (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.)
5. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterkaitan pada
suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur
berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati
bersama.
Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan atau guru meminta
kepada siswa mengemukakan suatu pokok yang akan didiskusikan.
Guru menjelaskan tujuan diskusi
Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab mengenai materi pelajaran yang
didiskusikan
Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak berbicara
mengeluarkan pendapat
Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat
mendengarkan apa yang sedang dikemukakan
Mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan berambisi menonjolkan
diri saja yang menggunakan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya
Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok atau problem
Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera dikoreksi yang
memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat yang salah
Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antar siswa dengan siswa
Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur pembicaraan.
6. Metode diskusi
Metode diskusi ialah cara mengajar dengan jalan mendiskusikan suatu topik mata
pelajaran tertentu, sehingga menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid.
Dalam metode ini semua anak diikut sertakan secara aktif untuk mencari pemecahan tentang
topik tersebut (diskusi = debat). Karena dalam diskusi memerlukan dan melibatkan beberapa
orang murid yang bekerja sama dalam mencapai kemungkinan pemecahan yang terbaik,
maka metode ini biasa juga disebut metode musyawarah.
Pada umumnya ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh pemimpin diskusi berupa tiga
peranan penting yang harus dilaksanakannya, yakni :
1. Sebagai pengatur lalu lintas :
Mencegah agar diskusi tidak dikuasai anak-anak tertentu saja yang memang
gemar berbicara.
Anak-anak yang pemalu atau pendiam supaya diberi kesempatan
mengemukakan pendapatnya, sebab tidak jarang pikirannya bahkan dapat
memberikan sumbangan yang sangat penting terhadap jalannya diskusi.
Pembicara supaya diatur secara bergilir dan merata, jangan sampai semua
peserta berbicara serempak.
Membimbing serta mengarahkan semua pendapat, usul maupun saran para
peserta agar diskusi berjalan lancar tidak macet dan tidak menyimpang dari
topik pembahasan yang telah diteteapkan.
2. Sebagai dinding pengaman :
Setiap kali menerima pertanyaan dari para peserta, mana-mana yang perlu,
dipantulkan kembali kepada kelompok.
Menjaga agar diskusi tetap berlangsung wajar tidak sekedar berupa tanya
jawab antara murid dengan guru.
Harus bertindak sebagai juru pengaman yang menerima, menolak atau
menyampaikan segala pendapat dan usul-usul serta saran dari anggota kepada
seluruh peserta diskusi.
Pimpinan sendiri tidak perlu menjawab pertanyaan melainkan memberi
kesempatan kepada murid-murid untuk memberikan tanggapan-tanggapan.
3. Sebagai penunjuk jalan :
Memberi petunjuk-petunjuk umum agar setiap peserta menyadari dan
mengetahui tentang struktur pokok atau bentuk diskusi.
Membetulkan bila terdapat pertanyaan anggota serta yang keliru serta
meluruskan jalannya diskusi bila terjadi kevacuman pembicaraan dan
penyimpangan.
c. Evaluasi hasil diskusi :
Untuk mengetahui trcapai tidaknya tujuan-tujuan khusus diskusi, perlu dilakukan
penilaian dengan teknik evaluasi yang wajar, dengan memperhatikan beberapa hal :
Apakah sudah menjelaskan masalah-masalah pokok tentang hakekat diskusi serta
bahan-bahan yang akan didiskusikan.
Permasalahan-permasalahan baru yang timbul, apakah diserahkan ke forum
diskusi atau dijawab sendiri oleh guru.
Bagaimana cara yang dilakukan untuk menggugah partisipasi murid-murid dalam
diskusi itu.
Bagaimana cara menghadapi murid yang ingin menguasai jalannya diskusi.
Bagaimana sikap guru terhadap pembahasan yang salah.
Guru ataukah peserta yang lebih banyak berbicara dalam diskusi.
Dapatkah tatatertib terpelihara selama berlangsungnya diskusi.
Mampukah guru dan bagaimana caranya mengatasi perbedaan pendapat di antara
para peserta.
Apakah diskusi berjalan lancar dan penuh semangat.
(imansjah alipandie
Metode Penugasan
1. Penugasan/Superitem
Pembelajaran superitem merupakan strategi pembelajaran yang dimulai dari tugas
yang sederhana kemudian meningkat pada tugas yang lebih kompleks. Karakteristik soal-
soal superitem, yang di dalamnya memuat konsep dan proses yang makin tinggi tingkat
kognitifnya, memberi peluang kepada siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan
memahami hubungan antarkonsep
Karena pembelajaran ini mengharuskan siswa untuk mengerjakan tugas yang
levelnya semakin meningkat, maka sintak strategi pembelajaran superitem juga
seharusnya didasarka pada beberapa karakteristik berikut.
1. Guru mengilustrasikan konsep-konsep konkret dan menggunakan analogi-analogi.
2. Guru memberikan latihan soal bertingkat.
3. Guru memberikan soal tes bentuk superitem.
4. Siswa menggabungkan informasi yang terdapat dalam soal-soal tersebut.
5. Siswa menghubungkan beberapa informasi dari soal-soal.
6. Siswa menggabungkan informasi dalamm soal dengan informasi lain di luar soal.
7. Siswa membuat hipotesis atas soal-soal superitem. Menurut Wilson dan Chavarria
(1993), untuk mengkonstruksi bentuk soal superitem, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
Konstruksi superitem harus dimulai dengan menentukan terlebih dahulu prinsip umum yang
menjadi fokus pada item level empat. Prinsip tersebut akan menjadi