Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) merupakan
upaya pelayanan komprehensif di Rumah Sakit untuk menanggulangi kasus
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang kegiatannya disamping mampu
melaksanakan seluruh Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED)
ditambah tranfusi darah, bedah Caesar dan perawatan neonatal secara intensif,
dimana kegiatan ini sangat penting dilaksanakan mengingat Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih sangat tinggi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam implementasi PONEK adalah : pengetahuan, masa kerja,
kepemimpinan, imbalan, kebijakan dan sikap.

II. LATAR BELAKANG


Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
masih tertinggi di antara negara ASEAN dan penurunannya sangat lambat. AKI dari
390/ 100.000 kelahiran hidup (SDKI tahun 1994), menjadi 307/ 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2002-2003. Demikian pula angka kematian neonatal 28,2/ 1000
kelahiran hidup 1987-92 menjadi 28,1/ 1000 kelahiran hidup pada tahun 1992-1997.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa - Bangsa pada tahun
2000 disepakati bahwa terdapat Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium
Development Goals) pada tahun 2015. Dua diantara tujuan tersebut mempunyai
sasaran dan indikator yang terkait dengan kesehatan ibu, bayi dan anak. Meskipun
tampaknya target tersebut cukup tinggi, namun tetap dapat dicapai apabila dilakukan
upaya terobosan yang inovatif untuk mengatasi penyebab utama kematian tersebut
yang didukung kebijakan dan sistem yang efektif dalam mengatasi berbagai kendala
yang timbul selama ini. Angka kematian ibu (AKI) atau maternal mortality rate
(MMR) disamping merupakan indikator tingkat kesehatan wanita, juga
menggambarkan tingkat akses, integritas dan efektifitas sektor kesehatan. AKI sering
dipergunakan sebagai indikator tingkat kesejahteraan dari suatu negara.
Kematian bayi baru lahir umumnya dapat dihindari penyebabnya seperti Berat
Badan Lahir Rendah, asfiksia dan infeksi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh
keterlambatan pengambilan keputusan, merujuk dan mengobati. Sedangkan kematian
ibu umumnya disebabkan perdarahan, infeksi, pre-eklampsia / eklampsia, persalinan
macet dan abortus. Mengingat kematian bayi mempunyai hubungan erat dengan mutu
penanganan ibu, maka proses persalinan dan perawatan bayi harus dilakukan dalam
sistem terpadu.
Keterbatasan akses pada pertolongan persalinan oleh tenaga terampil dan
sistem rujukan yang tidak memadai mengakibatkan hampir 50% wanita melahirkan
tanpa pertolongan tenaga kesehatan dan 70% tidak mendapatkan pertolongan pasca
persalinan dalam waktu 6 minggu setelah persalinan.
Pelayanan obstetri dan neonatal merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi
ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK).

III. TUJUAN
a. Tujuan umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu
b. Tujuan khusus
Menurunkan angka kematian ibu ( AKI ) dan angka kematian bayi ( AKB )

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


1. Pelayanan PONEK ( Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif ) 24 jam
 Membuat pedoman penyelenggaraan PONEK 24 jam
 Membentuk tim PONEK
 Membuat pedoman pengorganisasian PONEK
 Sosialisasi tentang PONEK kepada seluruh unit-unit terkait.
2. Penyediaan SDM ( Sumber Daya Manusia ) terlatih untuk PONEK 24 jam
 Dokter spesialis obstetric yang melayani pelayanan maternal dan
kegawatdaruratan maternal
 Dokter spesialis anak yang melayani pelayanan neonatal dan
kegawatdaruratan neonatal.
 Dokter umum yang melayani pelayanan kegawatdaruratan medik
dan pelayanan maternal ( normal ).
 Bidan atau perawat di IGD atau unit perinatal melaksanakan
asuhan keperawatan dan kegawatdaruratan keperawatan
3. Pelayanan BBLR ( Berat Badan Lahir Rendah ) dengan PMK
( Perawatan Metode Kangguru)
 Membuat Panduan PMK
 Membuat SOP PMK
 Melaksanakan program BBLR dengan PMK
4. Pelayanan IMD ( Inisiasi Menyusu Dini ) dan ASI ( Air Susu Ibu )
ekslusif
 Membuat Panduan IMD dan ASI ekslusif
 Membuat SOP IMD dan ASI ekslusif
 Melaksanakan IMD dan ASI ekslusif
5. Pelayanan Rawat Gabung
 Membuat Panduan Rawat Gabung
 Membuat SOP Rawat Gabung
 Melaksanakan Rawat Gabung
6. Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
 Membuat Panduan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
7. Pembenahan sarana dan prasarana dalam mendukung PONEK 24 jam
 Membuat penambahan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
untuk PONEK 24 jam.
8. Melakukan pelatihan internal. Pelatihan yang dapat dilaksanankan antara
lain:
 Pelatihan resusitasi neonatus
 Pelatihan penatalaksannan bayi berat lahir rendah dengan metode
kangguru
 Pelatihan manajemen laktasi
 Pelatihan IMD ( Inisisasi Menyusu Dini)
 Pelatihan rawat gabung
9. Mengikuti pelatihan eksternal yang diadakan oleh dinaskesehatan,
perinasia, dll
10. Melaksanakan promosi kesehatan  bekerja sama dengan tim PKRS
 Penyuluhan tentang IMD dan ASI ekslusif di poli kebidanan setiap
hari senin
 Penyuluhan di ruang penyuluhan di ruang penyuluhan lt.3 setiap
hari sabtu minggu ke 4
 Pembagian leaflet ASI, IMD, PMK di poli kebidanan, dan unit
perinatal
11. Program Kontrol mutu
 pemberi pelayanan persalinan normal
 pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit
 pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi
 pertolongan persalinan melalui section sesaria
 kemampuan menangani BBLR 1,5-2,5 kg
 jumlah kematian ibu
 jumlah kematian bayi
 survey kepuasan pelanggan

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


 Membentuk tim untuk melaksanakan program kerja dan menunjuk
penanggung jawab untuk setiap kegiatan dalam program kerja
 Menyusun buku panduan untuk pelaksanaan program kerja
 Menyusun kerangka acuan dari setiap program
 Melakukan rapat untuk evaluasi program setiap 3 bulan sekali dan
dilakukan rapat insidentil apabila diperlukan
 Menghitung angka kematian ibu dan angka kematian bayi pertahun

VI. SASARAN
Sasaran / target yang ingin dicapai dalam program kerja ini dalam waktu 1
(satu) tahun sejak program dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. kinerja kelompok kerja di unit gawat darurat, unit perinatal, kamar operasi (mampu
melakukan operasi dalam waktu kurang dari 30 menit setelah diputuskan oleh dokter
spesialis obsgyn)
2. angka ratio kematian ibu ( < 126/100.000 kelahiran hidup)
3. angka ratio kematian neonatal ( < 18/100.000 kelahiran hidup)
4. pembenahan fasilitas fisik ( saran dan prasarana )
5. pelatihan internal untuk meningkatkan kemampuan petugas kesahatan

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN ( lampiran )

Pekanbaru, 8 Juni 2012


Diketahui,
Direktur RS Santa Maria Ka. Tim PONEK

( dr. Arifin ) ( dr. Yuliati, SpA)

Anda mungkin juga menyukai