Anda di halaman 1dari 36

1

PROPOSAL PENELITIAN

PENGEMBANGAN PROSES PEMBELAJARAN DENGAN


PEMANFAATAN MEDIA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN
KOMUNIKASI (TIK) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI
KELAS V SDN 05 PETUKANGAN SELATAN PESANGGRAHAN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Disusun Oleh :
Nama : Agus Salim
NIM : 2018860016

PROGRAM STUDI : MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN


KAWASAN PENELITIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Dr. R. Andi Ahmad Gunadi, M.Pd

Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ)


Magister Teknologi Pendidikan
Jakarta 2019
2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia Pendidikan diharapkan dapat membentuk manusia yang berpikir
kritis, kreatif, inovatif, produktif, bertanggung jawab, dan berkepribadian
yang baik. Pada dasarnya pendidikan adalah suatu lembaga atau instansi
pemerintahan yang berusaha untuk mengajar dan mendidik anak-anak bangsa
untuk menjadi orang dewasa yang cerdas dan berkepribadian luhur.
Sebagaimana cita-cita bangsa kita yang tertuang dalam alinea ke empat UUD
1945. Pendidikan sangat dibutuhkan masyarakat kita, baik dari kalangan
ekonomi tinggi maupun rendah. Dengan pendidikan, masyarakat akan
mendapatkan ilmu dan pengalaman sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia.
Namun demikian, kenyataan menunjukkan mutu pendidikan di Indonesia
sampai saat ini masih rendah. Menurut Jusuf Kalla seperti yang dilansir
Apakabar.ws tanggal 24 April 2009, dilihat dari peringkat Negara, kualitas
pendidikan Indonesia berada pada urutan ke-160 dunia dan urutan ke-16 di
Asia. Bahkan secara rata-rata, Indonesia masih berada di bawah Vietnam.
(Sumber: www.topix.com/forum/world/malaysia/)
Menurut M. J Langeveld (Rubiyanto dkk, 2003:20) Pendidikan adalah
kegiatan membimbing anak manusia menuju pada kedewasaan dan mandiri.
Dalam pendidikan terdapat perbuatan belajar baik siswa maupun guru. Kegiatan
belajar menimbulkan terbentuknya kebiasaan yang berupa tingkah laku yang
semakin terampil dan efisien. Kegiatan belajar ini bertujuan untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang permanen dan lebih maju.
Seiring dengan perubahan paradigma pembelajaran, maka
keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar tidak hanya
ditentukan oleh faktor pengajar/guru, melainkan sangat dipengaruhi oleh
penggunaan media pembelajaran dan keaktifan siswa. Kurikulum baru tahun
2006 mempertegas bahwa proses pembelajaran harus berpusat pada peserta
belajar, pengajar bukan sebagai satu-satunya sumber belajar atau sumber
3

informasi, melainkan berperan sebagai fasilitator, dinamisator, dan motivator


dalam pembelajaran.
Dalam paradigma belajar, siswa diposisikan sebagai subjek. Pengetahuan
bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang harus digeluti,
dipikirkan, dan dikonstruksi oleh siswa., tidak dapat ditransfer kepada mereka
yang hanya menerima secara pasif. Dengan demikian, siswa sendirilah yang
harus aktif. Selain itu dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang membuat
proses pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami. Tren
pembelajaran saat ini adalah pembelajaran kontekstual. Belajar secara
kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata peserta didik, dan mendorong peserta
didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. (Masnur Muslich: 2007)
Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah dengan
pengembangan media pembelajaran yang digunakan. Dalam kegiatan belajar
mengajar diperlukan suatu media. Syaiful Bahri (1995: 136) menjelaskan di
dalam kegiatan belajar mengajar ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat
dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Media dapat mewakili
apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat.
Kemajuan bidang teknologi dan informasi telah mendorong manusia
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya pada setiap kegiatan. Informasi
dan komunikasi dapat diakses dengan mudah dan cepat sesuai kebutuhan. Pada
masa mendatang diyakini bahwa tidak ada bidang kehidupan manusia yang tidak
memanfaatkan teknologi dan komunikasi, begitu pula dalam pendidikan.
Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (komputer khususnya)
dalam pembelajaran ditingkat Sekolah Dasar mampu menyajikan media dalam
bentuk grafik dan audio-video. Saat ini pemanfaatan komputer sebagai media
pembelajaran masih jarang diterapkan di sekolah, karena belum banyak produsen
yang menawarkan software khusus sebagai media pembelajaran. Media
komputer bukan alat untuk membantu siswa menyelesaikan soal-soal seperti
halnya penggunaan kalkulator untuk mempercepat proses perhitungan.
4

Penggunaan komputer hanyalah untuk membantu siswa dalam memahami


konsep, sedangkan penyelesaian soal tetap diserahkan pada kemampuan siswa.
Kerucut pengalaman belajar yang dikemukakan oleh Masnur Muslich
dalam bukunya yang berjudul “KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual panduan bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah”
menunjukkan bahwa persentase kadar yang dapat diingat dari yang didengar
adalah 20%, 30% dapat diingat dari yang dilihat, dan 50% dapat diingat dari
yang dilihat dan didengar, maka media pendidikan dapat berfungsi untuk
membantu tercapainya kadar prestasi belajar peserta didik karena mampu
menghadirkan audio-visual seperti yang diharapkan.
Ketika seseorang sedang berbicara maka ia akan bersuara, menggunakan
gerak-gerik, ekspresi wajah, mungkin menggunakan pengeras suara dan gerakan-
gerakan lainnya, maka orang tersebut sudah dapat dikelompokkan berkomunikasi
menggunakan beberapa media atau multimedia. Sementara komputer
menggunakan media visual berupa gambar, foto, chart, grafik, diagram dan
lainnya, audio berupa orang bicara, musik, suara alam gesekan dedaunan, air
yang menetes di batu kali, burung berkicau, lenguh suara lembu, kucing
mengeong dan lainnya, termasuk media lain yang diakses dari sumber yang amat
jauh melaui internet. Pembelajaran yang menggunakan komputer dan perangkat
jaringan lainnya itulah yang dimaksud sebagai multimedia.
Dalam pengajaran yang dibantu dengan multimedia, tingkat penguasaan
materi yang dicapai peserta didik disesuaikan dengan kemampuannya. Setelah
menguasai suatu materi maka dilanjutkan ke materi berikutnya, ini akan
membantu memecahkan masalah siswa-siswa yang lamban.
Media yang difungsikan sebagai sumber belajar bila dilihat dari
pengertian harfiahnya juga terdapat manusia di dalamnya, benda, ataupun
segala sesuatu yang memungkinkan untuk anak didik memperoleh informasi
dan pengetahuan yang berguna bagi anak didik dalam pembelajaran, dan
bagaimana dengan adanya media berbasis TIK tersebut, khususnya
menggunakan presntasi power point Animasi di mana anak didik mempunyai
keinginan untuk maju, dan juga mempunyai kreatifitas yang tinggi dan
memuaskan dalam perkembangan mereka di kehidupan kelak.
5

Sasaran penggunaan media adalah agar anak didik mampu


mencipatakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang
telah ada untuk dipergunakan dengan bentuk dan variasi lain yang berguna
dalam kehidupannya,. Dengan demikian mereka dengan mudah mengerti dan
mamahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada mereka.
Arief S. Sadiman ( 1984:6 ) mengatakan bahwa media “ adalah segala
alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar
seperti film, buku dan kaset “. RE Clark ( 1996 : 62 ) mengungkapkan bahwa
“ the of of media to encourage student to invest more afford in hearing has
along history “.
Dari pandangan yang ada di atas dapat dikatakan bahwa media
merupakan alat yang memungkinakn anak muda untuk mengerti dan
memahami sesuatu dengan mudah dan dapat untuk mengingatnya dalam
waktu yang lama dibangdingkan dengan penyampaian materi pelajaran
dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantuan.
Menurut Soeparno (1987:8) menyebutkan ada beberapa alasan
memilih media dalam proses belajar mengajar, yakni :
a. ada berbagai macam media yang mempunyai kemungkinan dapat kita
pakai di dalam proses belajar mengajar,
b. ada media yang mempunyai kecocokan untuk menyampaikan informasi
tertentu
c. ada perbedaan karakteristik setiap media
d. ada perbedaan pemakai media tersebut
e. ada perbedaan situasi dan kondisi tempat media dipergunakan
Bertitik tolak dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa memilih media
tidak mudah. Media yang akan digunakan harus memperhatikan beberapa
ketentuan dengan pertimbangan bahwa penggunaan media harus benar-benar
berhasil guna dan berdaya guna untuk meningkatkan dan memperjelas
pemahaman siswa.
6

B. Batasan Masalah
Meskipun banyak permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan
media dan sumber belajar dalam proses pembelajaran yang berbasis TIK,
namun dalam penelitian ini hanya membatasi pada masalah sebagai berikut:
a. media yang digunakan adalah Komputer dan LCD Proyektor.
b. perancangan media pembelajaran menggunakan progam Microsoft Power
Point Animasi.
c. pengembangan media pembelajaran pada mata pelajaran Matematika
Kelas V.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka untuk
memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka masalah tersebut
dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan media


pembelajaran berbasis TIK pada mata pelajaran Matematika melalui progam
Microsoft Power Point Animasi?
b. Bagaimana tanggapan guru tentang media pembelajaran berbasis TIK dengan
progam Microsoft Power Point Animasi dalam kegiatan belajar mengajar?
c. Sejauh mana efektifitas pengggunaan media pembelajaran berbasis TIK
progam Microsoft Power Point Animasi dalam menumbuhkan minat belajar
siswa?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah ingin :
1. Mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan media
pembelajaran berbasis TIK pada mata pelajaran Matematika melalui progam
Microsoft Power Point Animasi?
2. Mendeskripsikan tanggapan guru tentang media pembelajaran berbasis TIK
dengan progam Microsoft Power Point Animasi dalam kegiatan belajar
mengajar?
7

3. Mendeskripsikan efektifitas pengggunaan media pembelajaran berbasis TIK


progam Microsoft Power Point Animasi dalam menumbuhkan minat belajar
siswa?

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
perkembangan pendidikan di Indonesia. Terutama bagi perkembangan media
pembelajaran IPA berbasis komputer pada jenjang Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, untuk lebih meningkatkan pemanfaatan media pembelajaran
berbasis TIK sebagai sumber belajar, sehingga mempercepat
pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pembelajaran.
b. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan
dan program kerja yang berkaitan dengan fasilitas sumber belajar.
c. Bagi peneliti, sebagai dorongan untuk lebih meningkatkan penguasaan
teknologi informasi sehingga dapat memperbaiki kemampuan dalam
mengajar.

F. Definisi Operasional
1. Media
Media adalah alat yang memungkinkan anak muda untuk mengerti dan
memahami sesuatu dengan mudah dan dapat untuk mengingatnya dalam
waktu yang lama dibangdingkan dengan penyampaian materi pelajaran
dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantuan.
2. Prestasi belajar adalah seluruh kecakapan hasil (achievement) yang
diperoleh melalui belajar di sekolah, yang dinyatakan dengan nilai-nilai
prestasi belajar berdasarkan hasil tes prestasi belajar.
3. Sumber Belajar
Segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara
terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar
8

mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan


pembelajaran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9

A. Kajian Pustaka
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana
proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik.
Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi
tindakannya yang berhubungan dengan belajar. Dan tidak setiap orang
mempunyai pandangan yang sama dalam belajar. Diantara para ahli
psikologi maupun ahli pendidikan terdapat keragaman dalam cara
mendefinisikan dan menjelaskan tentang belajar.
Namun demikian baik secara eksplisit pada akhirnya nampak ada
suatu kesamaan dalam hal maknanya. Pengertian belajar adalah : “suatu
proses yang mengarah kepada perubahan tingkah laku seseorang berkat
adanya pengalaman” (Slameto,2003:2).
Syah (1995:13) menyatakan bahwa belajar dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan tingkah lau individu yang relatif menerap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasatkan praktek atau pengalaman tertentu. Belajar adalah
memodifikasi atau mempertangguh kelakuan melalui pengalaman
(learning is defined as the modification or strengthening of behavior
through experiencing) (Hamalik, 1998:36)
Perubahan dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu
kebiasaan, suatu sikap, suatu pengertian, sebagai pengetahuan atau
apresiasi (penerimaan atau penghargaan). Tentang berbagai definisi
belajar, Surachman (1979 dalam Mulyadi,1998:18) memandang belajar
dari kenyataan-kenyataan yang timbul daripada proses belajar. Dan
menyimpulkan bahwa :
“Belajar dapat dipandang sebagai hasil, di mana guru di
mana melihat bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi
edukatif. Belajar dapat pula dipandang sebagai proses di mana guru
terutama melihat apa yang terjadi selama siswa menjalani
pengalaman-pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan.
10

Dan akhirnya belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah fungsi,


yang dalam hal ini ditunjukkan pada aspek-aspek yang menentukan
atau memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku dalam
pengalaman edukatif”.

Rumusan belajar tersebut dapat berguna bagi guru untuk dapat


meningkatkan atau memotivasi siswa dalam belajar. Tidak hanya itu
saja guru juga dapat melihat setiap perubahan yang terjadi pada siswa
dalam proses pembelajaran.
b. Prinsip-prinsip belajar
Menurut William Burton dalam Hamalik (2004:31) prinsip–
prinsip belajar adalah sebagai berikut :
1) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampui
(under going).
2) Proses itu melalui bermacam–macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
3) Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan
murid.
4) Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid
sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.
5) Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan
lingkungan.
6) Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi
oleh perbedaan-perbedaan individual dikalangan murid-murid.
7) Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman–
pengalaman dan hasil–hasil yang diinginkan disesuaikan dengan
kematangan murid.
8) Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan
kemajuan.
9) Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagi
prosedur.
10) Hasil–hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi
dapat didiskusikan secara terpisah.
11) Proses belajar berlangsung secara efektif dibawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan pemeriksaan.
12) Hasil–hasil belajar adalah pola–pola perbuatan, nilai–nilai ,
pengertian–pengertian, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.
11

13) Hasil–hasil belajar diterima murid apabila memberi kepuasan


kepada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
14) Hasil–hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian
pengalaman–pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan
pertimbangan yang baik.
15) Hasil–hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi
kepribadian dengan kecepatan yang berbeda–beda
16) Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan
dapat berubah-ubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis.
c. Faktor-Faktor Belajar
Menurut Hamalik (2004:32) faktor–faktor belajar adalah sebagai
berikut:
1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar
melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti
melihat, mendengar, merasakan, berfikir, kegiatan motoris, dan
sebagainya maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang diperlukan untuk
memperoleh pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan minat. Apa yang
telah dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan
secara kontinu dibawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan
hasil belajar menjadi lebih baik.
2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan ; relearning,
recalling, dan reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat
dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih
mudah dipahami.
3) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika
siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya. Belajar
hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau
gagal dalam belajarnya. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan
dan mendorong belajar lebih baik, sedangkan kegagalan akan
menimbulkan frustasi.
5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua
pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara
12

berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi satu kesatuan dalam


pengalaman.
6) Pengalaman masa lalu (bahan apersepsi) dan pengertian-
pengertian yang telah dimiliki siswa, besar peranannya dalam proses
belajar. Pengalaman dan pengertian itu menjadi dasar untuk
menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian
baru.
7) Faktor kesiapan belajar, siswa yang telah siap belajar akan
dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.
Faktor kesiapan ini erat hubungannya dengan masalah kematangan,
minat, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan.
8) Faktor minat dan usaha, belajar dengan minat akan mendorong
siswa belajar lebih baik daripada yang tanpa minat. Namun
demikian, minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar sulit
untuk berhasil.
9) Faktor-faktor fisiologis, kondisi fisik siswa yang belajar akan
sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar.
10) Faktor intelegensi, siswa yang cerdas akan lebih berhasil dalam
kegiatan belajar, karena ia akan lebih mudah menangkap dan
memahami pelajaran dan lebih mudah mengingat-ingatnya.
d. Proses Belajar
Proses belajar adalah perubahan di dalam diri siswa yang terjadi
sebagai akibat pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan
lingkungannya. Syah (dalam Setiani,2008:12), menyatakan bahwa
“proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku
kognitif, afektif dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa”.
Perubahan tersebut bersifat pasif dalam arti berorientasi ke arah yang
lebih maju dari pada keadaan yang sebelumnya.
Pandangan bahwa hubungan proses belajar mengajar yaitu timbal
balik antara guru dengan siswa dan antara siswa sendiri. Guru
menyampaikan materi pelajaran dengan berbagai teknik dan metode
yang tpat, siswa menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan
respon terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku
baru. Selain itu siswa harus mengikuti secara aktif kegiatan belajar
13

mengajar untuk mengembangkan kemampuan, mengamati,


menginterpretasikan,menggeneralisasikan materi hasil penerimaannya.
Oleh karena itu tugas guru ialah harus bisa mengelola faktor
variabel-variabel yang mendukung proses belajar mengajar, kegiatan
belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di
dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-
perubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang satu dengan yang
lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Bruner
(dalam Setiani, 2008:14) menyatakan “ ... dalam proses pembelajaran
siswa menempuh tiga fase sebagai berikut a). Fase informasi b). Fase
transformasi c). Fase evaluasi (tahap penilaian materi)”.

2. Model Pembelajaran
Menurut R. Widodo (2009) model pembelajaran dapat diartikan
sebagai “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran
dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar
mengajar”. Sedangkan menurut A. Suyitno (dalam Hernawati, 2007:22)
‘Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah
pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari
hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat dicapai dengan lebih efektif
dan efisien’.
Model pembelajaran mempunyai makna yang berbeda dari pada
pendekatan, strategi, metode, maupun teknik pembelajaran. Menurut A.
Sudrajat (2008) dalam artikelnya yang berjudul ‘Pengertian Pendekatan,
Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran’ menyatakan
bahwa:
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Sedangkan strategi pembelajaran
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-
keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran. Menurut Kemp (dalam Wina Senjaya, 2008)
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
14

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Lalu, metode


pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan
gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat
diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Sementara
taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual. Kemudian Apabila antara pendekatan, strategi,
metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai
menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang
disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran
pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Menurut Nn (2008) Istilah model pembelajaran mempunyai 4 ciri


khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode pembelajaran, yaitu :
1) Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik.
2) Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3) Langkah-langkah mengajar yang diperlukan agar model pembelajaran
dapat dilaksanakan secara optimal.
4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai.
Dalam pelaksanaannya di lapangan, model pembelajaran banyak
jenisnya beberapa diantaranya adalah model pembelajaran berbasis TIK,
model pembelajaran berbasis pemecahan masalah, dan model yang
lainnya. Masing-masing model pembelajaran tersebut tentu saja memiliki
kelebihan sekaligus kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, hal
tersebut dapat diatasi dengan cara menerapkan model-model pembelajaran
yang sesuai dengan materi yang diajarkan, maka dengan demikian
pencapaian tujuan pembelajaran pun diharapkan dapat diperoleh secara
maksimal.

3. Model Pembelajaran berbasis TIK


a. Hakikat dan Pengertian Model TIK
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam rentang waktu
yang sangat signifikan telah menjadi salah satu fondasi pembangunan
15

bagi masyarakat modern. Sebagian negara saat ini menganggap


pemahaman tentang TIK dan penguasaan keahlian-keahlian dasar dan
konsep-konsep TIK sebagai bagian dari jenjang pendidikan, bersama
dengan membaca, menulis dan berhitung.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah ke
berbagai sektor bidang kehidupan, bukan saja bidang pendidikan akan
tetapi hampir semua aspek dalam kehidupan umat manusia yang
bersifat multi dimensional. Teknologi memberikan kemudahan,
kebaikan, dan mempercepat proses komunikasi yang lebih efektif serta
efesien yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Manusia
sebagai mahluk homo sapiens dan sekaligus sebagai homo faber telah
mengembangkan teknologi yang menghasilkan berbagai keajaiban.
Manusia disebut homo faber karena ia mahluk yang suka membuat
peralatan, sedangkan sebagai homo sapiens karena ia selalu berpikir
yang mencerminkan kaitan antara pengetahuan yang bersifat teoritis
dengan teknologi yang bersifat praktis. Pada dasarnya ilmu merupakan
kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam
yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk
menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada
(Suriasumantri, 1999).
Untuk mendefinisikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
terdapat dua istilah yang perlu diperhatikan, yaitu informatika (ilmu
komputer) dan teknologi informatika. Informatika merupakan sebuah
ilmu pengetahuan yang membahas tentang desain, realisasi, evaluasi
dan penggunaan, dan pemeliharaan
b. Pengertian TIK
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merambah ke
berbagai sektor bidang kehidupan, bukan saja bidang pendidikan akan
tetapi hampir semua aspek dalam kehidupan umat manusia yang
bersifat multi dimensional. Teknologi memberikan kemudahan,
kebaikan, dan mempercepat proses komunikasi yang lebih efektif serta
efesien yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Manusia
16

sebagai mahluk homo sapiens dan sekaligus sebagai homo faber telah
mengembangkan teknologi yang menghasilkan berbagai keajaiban.
Manusia disebut homo faber karena ia mahluk yang suka membuat
peralatan, sedangkan sebagai homo sapiens karena ia selalu berpikir
yang mencerminkan kaitan antara pengetahuan yang bersifat teoritis
dengan teknologi yang bersifat praktis. Pada dasarnya ilmu merupakan
kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam
yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk
menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada
(Suriasumantri, 1999).
Model pembelajaran TIK adalah sebuah model dalam
pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran dengan
bahan pembelajaran interaktif dengan media komputer.
c. Pembelajaran Berbasis TIK
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional , pembelajaran interaktif dengan media
computer memiliki beberapa keuntungan, misalnya penggunaan
komputer yang tepat akan mampu meningkatkan kemampuan siswa,
kecepatan siswa dalam menguasai konsep yang dipelajari, dan retensi
(daya ingat) yang lebih lama.
Komputer merupakan salah satu media audio visual yang mampu
mengemas bahan ajar dalam sebuah rangkaian animasi gambar atau
suara sehingga membuat kesan menarik bagi siswa. Seperti yang
dinyatakan oleh Kusumah (2004:3), bahwa komputer dapat
memberikan pelayanan secara repetitif, menampilkan sajian dalam
format dan desain yang menarik, animasi gambar dan suara yang baik,
serta melayani perbedaan individual.
Pembelajaran berbasis komputer adalah salah satu strategi atau
bentuk pembelajaran dengan menggunakan media komputer untuk
menyampaikan seluruh atau sebagian dari isi kandungan mata
pelajaran. Pembelajaran berbasis komputer ini diperlihatkan dalam
suatu tampilan yang menjadikan aktivitas pembelajaran menjadi lebih
menarik dan berkesan. Pembelajaran ini akan memberikan nuansa baru
17

yang mampu membangkitkan motivasi dan kreativitas siswa sehingga


menuntut siswa terlibat aktif dan partisipatif dalam proses
pembelajarannya.
Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan
media turut memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian
siswa dalam PBM, karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi
utama, yaitu media sebagai alat bantu dan media sebagai sumber belajar
bagi mahasiswa (Djamarah, 2002; 137). Umar Hamalik (1986),
Djamarah (2002) dan Sadiman, dkk (1986), mengelompokkan media ini
berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :
a) Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan
suara saja, seperti taperecorder.
b) Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan dalam wujud visual.
c) Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan
unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih
baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis audiovisual diam,
yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide.
Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur
suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan
VCD.
d. Fungsi TIK dalam Pembelajaran
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam hal
internet sudah sedemikian pesatnya. Penggunaan internet tidak hanya
terbatas pada kegiatan bisnis semata, namun pada saat ini kegunaan
internet juga dapat digunakan untuk pembelajaran. Teknologi Informasi
dan Komunikasi memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu (1) teknologi berfungsi sebagai alat
(tools), untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata,
2) Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan (science), (3)
Teknologi berfungsi sebagai bahan dan alat bantu untuk pembelajaran
(literacy). Dalam hal ini teknologi dimaknai sebagai bahan
pembelajaran sekaligus sebagai alat bantu untuk menguasai sebuah
18

kompetensi berbantuan komputer. Dalam hal ini posisi teknologi tidak


ubahnya sebagai guru yang berfungsi sebagai: fasilitator, motivator,
transmitter, dan evaluator. Sebagai bagian dari pembelajaran,
teknologi/TIK memiliki tiga kedudukan, yaitu sebagai suplemen,
komplemen, dan substitusi (Riyana, 2008). Dikatakan berfungsi sebagai
suplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan
memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran melalui TIK
atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta
didik untuk mengakses materi pembelajaran melalui TIK. Sekalipun
sifatnya hanya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu
akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan. Walaupun materi
pembelajaran melalui TIK berperan sebagai suplemen, para guru
tentunya akan senantiasa mendorong, mengggugah, atau menganjurkan
para peserta didiknya untuk mengakses materi pembelajaran melalui
TIK yang telah disediakan. Dikatakan berungsi sebagai komplemen
(pelengkap), apabila materi pembelajaran melalui TIK diprogramkan
untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima peserta didik di
dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran melalui
TIK diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan)
yang bersifat enrichment atau remedial bagi peserta didik di dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Beberapa perguruan
tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model
kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswanya.
Tujuannya adalah untuk membantu mempermudah para siswa
mengelola kegiatan pembelajaran sehingga para mahasiswa dapat
menyesuaikan waktu dan aktivitas lainnya dengan kegiatan
pembelajaran.
e. Keunggulan dan kelemahan TIK
1) Keuntungan bagi siswa:
a) Interaksi siswa dengan guru bisa dilakukan melalui e-mail
b) Interaksi siswa dengan siswa bisa dilakukan melalui milis
c) Interaksi siswa dan siswa dengan guru bersama-sama
d) Interaksi siswa dengan pelajaran akan lebih dekat
19

e) Mendapat sumber belajar alternatif yang tersedia secara luas.


2) Keuntungan bagi guru:
a) Efisien dan efektif
b) Memperkecil kesalahan persepsi
c) Mengatasi masalah kekurangan alat
d) Mengembangkan kompetensi guru di bidang TIK.
e) Mengembangkan TIK dengan belajar mandiri, berinisiatif,
kreatif dan inovatif.
f) Berkomunikasi dengan sesama guru secara nasional maupun
internasional
g) Memperoleh materi ajar secara cepat dan murah berbasis TIK
3) Kelemahan pemanfaatan TIK:
a) Penggunaan internet memerlukan infrastruktur yang memadai.
b) Penggunaan internet mahal
c) Komunikasi melalui internet sering kali lamban.
4. Pemanfaatan TIK dalam kegiatan pembelajaran
Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran tidak hanya terbatas dalam
pengunaannya sebagi alat bantu dalam mengajar di kelas tetapi juga dapat
dimanfaatkan untuk pengerjaan tugas-tugas siswa. Guru dapat
memnfaatkan teknologi tersebut untuk memberikan tugas kepada siswa
melalui email dan pengumpulan tugas siswa juga dapat dilakukan melalui
email. Dengan menerapkan metode tersebut diharapkan efektifitas dan
efesiensi pengajaran dapat ditingkatkan. Artinya, keterbatasan ruang dan
waktu dapat teratasi karena siswa dapat mengupulkan tugasnya atau guru
dapat memberikan tugas tanpa terhalang oleh keterbatasan ruang dan
waktu. Selain itu, penerapan TIK dalam pembelajaran biologi juga dapat
dilakukan dalam bentuk e-learning. Hal ini dimaksudkan agar
pembelajaran yang ada tidak selalu menggunakan buku–buku saja akan
tetapi juga menggunakan dan memanfaatkan perkembangan teknologi,
yaitu internet.
Salah satu cotoh bahan ajar TIK adalah :
a. Microsoft Powerpoint
Microsoft Powerpoint merupakan aplikasi yang disiapkan oleh
Microsoft Corporation untuk melakukan presentasi di depan publik
yang terbatas. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur-fitur dan menu
yang lengkap sehingga sebuah presentasi dapat dibuat semenarik dan
seatraktif mungkin.
20

Dalam prakteknya di kelas, pemanfaatan aplikasi powerpoint


membutuhkan dukungan perangkat keras (hardware) yaitu satu unit
komputer portable yaitu laptop dan in-focus yang berfungsi sebagai
wide-screen Dengan tersedianya aplikasi ini di pasaran, guru dapat
memanfaatkan aplikasi powerpoint untuk kepentingan presentasi di
kelas.
Kegiatan pembelajaran akan sangat menarik dan menyenangkan
di mata siswa, karena guru dalam presentasinya dapat menyisipkan
suara tertentu atau bahkan lagu, gambar lucu ataupun animasi yang
menarik sehingga siswa merasa senang dan tidak bosan di kelas.
Dengan powerpoint telah terjadi revolusi cara mengajar guru, jika
selama ini kelas dianggap siswa sebagai “penjara”, maka setelah guru
menggunakan powerpoint, kelas berubah menjadi “kelas” yang
menyenangkan di mana di dalamnya terjadi kegiatan pembelajaran.
Pemanfaatan aplikasi powerpoint sebagai technology based
education dan multimedia learning secara bertahap sejatinya mulai
diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Powerpoint sebagai software presentasi ternyata sangat membantu
guru dalam memancing minat dan motivasi siswa untuk belajar. Di
samping itu, suasana kelas menjadi aktif dan siswa merasa senang
dengan presentasi yang ditampilkan guru. Dengan powerpoint guru
menjadi leluasa untuk berimprovisasi merencanakan pembelajaran
yang atraktif karena fasilitas yang ada pada aplikasi powerpoint sangat
lengkap untuk membuat presentasi yang tidak membosankan. Di
samping itu, guru memiliki banyak pilihan menampilkan kegiatan
pembelajaran sekreatif mungkin untuk kepentingan belajar siswa.
Di antara fitur yang tersedia dalam microsoft powerpoint yang
dapat digunakan oleh guru dalam membuat presentasi pembelajaran
adalah:
1. Variasi background
2. Variasi teks, warna dan grafik
3. Menggabungkan file;
4. Hyperlink
5. Navigasi
21

6. Insert pTIKure, video dan audio


7. Variasi animasi
8. Insert flash.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan ketika akan membuat
presentasi pembelajaran dengan menggunakan microsoft
powerpoint adalah:
a) Aspek Pembelajaran:
1) Substansi materi harus sesuai dengan konsep dan teori yang
benar.
2) Pemilihan topik harus sesuai dengan kurikulum
3) Adanya konsistensi antara materi dan tujuan pembelajaran
4) Aktualitas (sesuai dengan perkembangan mutakhir).
5) Adanya kejelasan pesan yang membantu mempermudah
memahami konsep dan memperjelas pemahaman.
6) Pemberian contoh untuk membantu penjelasan
7) Pemilihan KD yang divisualkan terutama yang bersipat
verbal.
b) Aspek Teknis:
1) Suara (audio) digunakan untuk memperjelas konsep dan
mencairkan suasana kelas.
2) Tampilan layar presentasi seperti warna dan tata letak harus
memperjelas ilustrasi.
3) Teks harus memperhatikan jenis font, ukuran dan warna.
4) Movie dan animasi untuk memperjelas pesan.
5) Navigasi perlu memperhatikan penempatan navigasi dan
bentuknya yang mudah menarik perhatian.
6) Efisiensi dengan memperhatikan waktu, tenaga dan biaya.
b. E-learning
Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai
sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan
rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan
isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang
menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang
dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga,
2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar
asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang
memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Atau e-
learning didefinisikan sebagai berikut: e-Learning is a generic term
22

for all technologically supported learning using an array of teaching


and learning phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing,
satellite transmissions, and the more recognized web-based training
or computer aided instruction also commonly referred to as online
courses (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada
penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi
yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini
senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya
menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat
e-learning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah
“e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai
istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung
usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Internet,
Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah
sebagian dari media elektronik yang digunakan Pengajaran boleh
disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun
‘asynchronously’ (pada waktu yang berbeda). Materi pengajaran dan
pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks,
grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus menyediakan
kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional
dalam bidangnya.
Ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan
pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai
suplemen yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap (komplemen),
atau pengganti (substitusi).(Siahaan, 2002).
1) Suplemen
Dikatakan berfungsi sebagai supplemen (tambahan), apabila
peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan
memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam
hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi pesertadidik untuk
mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya
23

opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki


tambahan pengetahuan atau wawasan.
2) Komplemen (tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila
materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi
materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas (Lewis,
2002). Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik
diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan)
atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik
dikatakan sebagai enrichment, apabila kepada peserta didik yang
dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang
disampaikan guru secara tatap muka (fast learners) diberikan
kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang
memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya
agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik
terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas.
Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik
yangmengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang
disajikan guru secara tatapmuka di kelas (slow learners) diberikan
kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik
yang memang secara khusus dirancang untuk mereka.
Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami
materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.
3) Substitusi (pengganti)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan
beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan
kepada para mahasiswanya.Tujuannya agar para mahasiswa dapat
secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan
waktu dan aktivitas lain sehari-harin siswa.
E-learning juga membeerikan manfaat yang bersar dalam proses
pembelajaran. Menurut A. W. Bates (Bates, 1995) dan K. Wulf
(Wulf, 1996) manfaat Pembelajaran elektronik Learning (e-
24

Learning) itu terdiri atas 4 hal, yaitu:


a) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik
dengan guru atau instruktur (enhance interactivity). Apabila
dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat
meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta
didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik,
maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance
interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang
bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai
kesempatan untuk mengajukanpertanyaan ataupun
menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini
disebabkan karena pada pembelajaran yang bersifat
konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan
dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab
sangat terbatas.
b) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan
kapan saja (time and place flexibility). Mengingat sumber
belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk
diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik
dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja
dan dari mana saja (Dowling, 2002). Demikian juga dengan
tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada
guru begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai
ada janji untuk bertemu dengan guru.
c) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to
reach aglobal audience). Dengan fleksibilitas waktu dan
tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui
kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau
meluas. Ruang dan tempat sert waktu tidak lagi menjadi
hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang
dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui
25

internet. Kesempatan belajar benar-benarterbuka lebar bagi


siapa saja yang membutuhkan.
d) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi
pembelajaran (easy updating of content as well as archivable
capabilities). Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet
dan berbagai perangkat lunak (software) yang terus berkembang
turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar
elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau
pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan
perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara
periodik dan mudah. Di samping itu,penyempurnaan metode
penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang
didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil
penilaian guru selaku penanggungjawab atau pembina materi
pembelajaran itu sendiri.

5. Langkah-langkah pembelajaran TIK


a. Siswa ditugasi untuk menjelajahi internet dan berbagai situs yang
tersedia sebanyak mungkin untuk mencari, menemukan, dan
mengunduh pelajaran yang akan dicapai.
b. Guru mempersiapkan bahan ajar berbasis TIK dalam pembelajaran.
c. Siswa berinteraksi dengan guru tentang yang disampaikan guru.
d. Siswa diberi tugas dan siswa mengirimkan tugas tersebut melalui e-
mail.
e. Untuk setiap tugas, siswa diminta memberikan komentar terhadap
pekerjaan siswa yang lain.
f. Guru memberikan kesimpulan.

6. Model Pembelajaran Konvensional


Menurut Djamarah (dalam Ariyanti, 2010 : 13) “ metode
pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau
disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik
dalam proses belajar dan pembelajaran dalam pembelajaran konvensional
26

ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian


tugas dan latihan “.
Menurut Subiyanto (dalam Siska, 2008 : 16), bahwa pembelajaran
konvensional mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
a. Peserta didik tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu
b. Guru biasanya mengajar dengan berpedoman pada buku
c. Tes atau evaluasi biasanya bersifat sumatif dengan maksud untuk
mengetahui perkembangan siswa
d. Siswa harus mengikuti cara belajar yang dipilih oleh guru dengan patuh
mempelajari urutan yang diterapkan dan kurang sekali mendapatkan
kesempatan untuk menyatakan pendapatnya.
Pembelajaran konvensional cenderung mengakibatkan siswa
menjadi pasif karena siswa hanya menerima semua materi yang dijelaskan
oleh guru. Semua kegiatan didominasi oleh guru, sehingga siswa kurang
aktif dalam kegiatan pembelajaran.

7. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Jika kita membicarakan mengenai belajar, tentu saja kita tidak
akan terlepas dari bagaimana hasil belajar itu sendiri, dan jika kita
membicarakan mengenai hasil belajar maka kita tidak akan pula
terlepas dari membicarakan bagaimana prestasi belajar. Apalagi jika
hal ini dibahas dalam konteks belajar di lingkungan pendidikan
terutama di sekolah.
Untuk mengetahui hasil belajar para peserta didiknya, maka
guru akan mengukur hasil belajar para peserta didiknya tersebut
dengan melakukan penilaian terhadap hasil belajar mereka misalnya
melalui tes, dapat berupa tes pada setiap akhir pembelajaran, setelah
selesai membahas satu pokok bahasan atau bab, atau pula dapat
berupa tes pada setiap akhir semester atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Ujian Akhir Semester (UAS). Kemudian setelah penilaian
terhadap hasil belajar ini selesai barulah dapat dilihat sejauh mana
prestasi para peserta didik tersebut. Bagaimana pula prestasi belajar
para peserta didik ini jika dibandingkan dengan peserta didik yang
lain.
27

“Istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu dari kata


“prestatie”, dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti
hasil usaha” (A. Muhamad : 2008). Kemudian M. Syah (dalam A.
Muhamad:2008) menjelaskan bahwa ‘Prestasi belajar merupakan taraf
keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi pelajaran di
sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.’
Sedangkan menurut A. Muhamad (2008):
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan
atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat
diukur dengan alat atau tes tertentu. Dalam proses pendidikan
prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar
yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah
laku yang dapat diukur dengan tes tertentu.

b. Jenis Jenis Prestasi Belajar


Menurut Taksonomi Blood dalam Sa’diyah (1992: 82-90),
terdapat tiga domain pengembangan individu dalam proses belajar
untuk mendapatkan perubahan dan pengembangan potensi diri yang
dimiliki sehingga dapat diperoleh karakter yang dikehendaki. Ketiga
domain itu adalah penetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotor).
1) Wilayah pengembangan intelektual (kognitif) meliputi aspek-
aspek sebagai berikut.
2) Ilmu pengetahuan (pengenalan, perseptual, dan hapalan), yang
meliputi pengetahuan tentang terminologi, ukuran fakta,
kebiasaan, penggolongan jenis, metodologi, azas, dan kelaziman,
serta teori dalam bentuk kemampuan menunjukan kembali.
3) Pengertian (pemahaman) yang meliputi terjemahan, penafsiran,
dan ekstrapolation dalam bentuk kemampuan menjelaskan,
menafsirkan, dan dapat mendefinisikan dengan bahasa sendiri.
4) Aplikasi (penerapan) dalam bentuk kemampuan memberikan
contoh, menggunakan dengan tepat, dan memecahkan masalah.
5) Analisis, meliputi analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis
prinsip-prinsip, dalam bentuk kemampuan menguraikan,
menghubungkan menyimpilkan dan mengklasifikasikan
28

6) Sintesis (membuat perpaduan) meliputi hasil komunikasi tunggal,


hasil atau rencana, hasil dari hubungan yang abstrak, dalam
bentuk kemampuan menghubungkan, menyimpulkan, dan
menggeneralisasikan.
7) Evaluasi/ kesimpulan meliputi pembuktian dari dalam luar, dalam
bentuk menafsirkan, memberi kritik dan memberikan
pertimbangan dan penilaian.
Kelima aspek di atas merupakan fokus penelitian ini, walaupun
penelitian tentang prestasi peserta didik ini berfokus pada domain
kognitif saja atau bidang akademik siswa, penulis juga akan mengulas
sedikit domain yang lain walaupun tidak diteliti dalam penelitian ini.
1) Wilayah Pengambangan sikap (afektif) mencakup aspek-aspek
sebagai berikut.
a) Receiving (penerimaan) yang meliputi kesadaran, kerelaan
menerima, dan mengontrol perhatian yang terpilih, dalam
bentuk kemampuan menunjukkan sikap meneerima atau
menolak.
b) Responding (reaksi jawaban) yang meliputi menyerahkan
dalam jawaban, kerelaan untuk menjawab, kepuasan dan
tanggapan, dalam bentuk kemampuan kesediaan terlibat,
berperan serta, memanfaatkan atau meninggalkan.
c) Valuing (penilaian) meliputi penerimaan suatu nilai,
kecondongan untuk suatu nilai, kepercayaan akan hal-hal
tertentu, dalam bentuk kemampuan memandang penting,
bermanfaat, indah dan harmonis.
d) Internalisasi (pendalaman) meliputi pemberian makna atau
paham suatu nilai, organisasi sistem penilaian, dalam bentuk
kemampuan meyakini, mengakui, dan mengingkari.
e) Karakterisasi (penghayatan) nilai, lukisan yang sesuai dengan
sifat, dalam bentuk kemampuan melembagakan atau
meniadakan, meniadakan dalam pribadi atau tingkah laku
sehari-hari.
2) Wilayah Pengembangan psikomotor (keterampilan), yang
mencakup aspek-aspek berikut:
29

a) Imitation (peniruan), meliputi dorongan hari dan pengulangan


terang-terangan.
b) Manipulation (memperbanyak) meliputi mengikuti secara
langsung, pemilihan, dan pendekatan
c) Precision (ketelitian), memproduksi kembali dan memeriksa
d) Artixulation (pengucapan dengan nyata sesuai dengan apa
adanya), meliputi mengurutkan dan menyelaraskan.
e) Naturalization (mengalamikan), meliputi otomatisasi dan
menghias interior.
Berdasarkan banyak wilayah pengembangan dalam proses
belajar menurut Bloom di atas, maka prestasi belajar digolongkan
dalam tiga jenis, yaitu:
1) Prestasi Kognitif, yang meliputi kemampuan pengetahuan,
pengertian aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Prestasi afektif, yane meliputi kemampuan receiving,
responding, valuing, internalisasi, dan karakterisasi.
3) Prestasi psikomotor, yang meliputi imitation, manipulation,
precision, artixulation, naturalization.

8. Indikator Prestasi Belajar


Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dari data hasil belajar
siswa sebagaimana terurai di atas, adalah mengetahui garis-garis besar
indikator dikaitkan jenis prestasi yang hendak diungkap atau diukur.
Adapun yang menjadi indikator prestasi menurut taksonomi Bloom
(Winkel:1996:245-247) sebagai barikut.
a. Pengetahuan (knowledge), mengacu pada kemampuan mengenal, atau
mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sedarhana sampai
pada teori yang sukar. Yang penting adalah kemampuan mengingat
keterangan dengan baik dan banar.
b. Pemahaman, mengacu kepada kemampuan memahami makna materi.
c. Penerapan, mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan
materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut
penggunaan aturan.
d. Analisis, mengacu pada kemampuan menguraikan materi kedalaman
komponen-komponen atau faktor penyebabnya dan mampu memahami
hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya, sehingga
30

struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.


e. Sintesis, mengacu pada kemampuan memadukan atau komponen-
komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
f. Evaluasi, mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan
terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.
9. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Muhibin Syah, 1995:132), faktor yang mempengaruhi belajar
siswa diantaranya :
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni jasmani dan
rohani siswa.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
siswa.
10. Pengertian Media
Media merupakan alat yang harus ada apabila kita ingin
memudahkan sesuatu dalam pekerjaan. Media merupakan alat Bantu
yang dapat memudahkan pekerjaan. Setiap orang pasti ingin pekerjaan
yang dibuatnya dapat diselesaikan dengan baik dan dengan hasil yang
memuaskan.
Kata media itu sendiri berasal dari bahasa latin yang merupakan
bentuk jamak dari kata “ medium “ yang berarti “ pengantar atau
perantara “, dengna demikian dapat diartikan bahwa media merupakan
wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.
Kit Lay Bourne ( 1985 : 82 ) menyatakan bahwa “ penggunaan
media tidak harus membawa bungkusan berita-berita semua, siswa cukup
dapat mengawasi suatu berita.” Dari pendapat tersebut dapat
dihubungkan bahwa penyampaian materi pelajaran dengan cara
komunikasi masih dirasakan adanya penyimpangan pemahaman oleh
siswa. Masalahnya adalah bahwa siswa terlalu banyak menerima sesuatu
ilmu dengan verbalisme. Apalagi dalam proses belajar mengajar yang
tidak menggunakan media dimana kondisi siswa tidak siap, akan
memperbesar pekuang terjadinya verbalisme.
31

Media yang difungsikan sebagai sumber belajar bila dilihat dari


pengertian harfiahnya juga terdapat manusia didalamnya, benda, ataupun
segala sesuatu yang memungkinkan untuk anak didik memperoleh
informasi dan pengetahuan yang berguna bagi anak didik dalam
pembelajaran, dan bagaimana dengan adanya media berbasis TIK
tersebut, khususnya menggunakan presntasi power point dimana anak
didik mempunyai keinginan untuk maju, dan juga mempunyai kreatifitas
yang tinggi dan memuaskan dalam perkembangan mereka di kehidupan
kelak.
Sasaran penggunaan media adalah agar anak didik mampu
mencipatakan sesuatu yang baru dan mampu memanfaatkan sesuatu yang
telah ada untuk dipergunakan dengan bentuk dan variasi lain yang
berguna dalam kehidupannya,. Dengan demikian mereka dengan mudah
mengerti dan mamahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru
kepada mereka.
Arief S. Sadiman ( 1984:6 ) mengatakan bahwa media “ adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa
untuk belajar seperti film, buku dan kaset “. RE Clark ( 1996 : 62 )
mengungkapkan bahwa “ the of of media to encourage student to invest
more afford in hearing has along history “.
Dari pandangan yang ada di atas dapat dikatakan bahwa media
merupakan alat yang memungkinakn anak muda untuk mengerti dan
memahami sesuatu dengan mudah dan dapat untuk mengingatnya dalam
waktu yang lama dibangdingkan dengan penyampaian materi pelajaran
dengan cara tatap muka dan ceramah tanpa alat bantuan.
Bertitik tolak dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa memilih
media tidak mudah. Media yang akan digunakan harus memperhatikan
beberapa ketentuan dengan pertimbangan bahwa penggunaan media
harus benar-benar berhasil guna dan berdaya guna untuk meningkatkan
dan memperjelas pemahaman siswa.
32

11. Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi


dan Penggunaannya
Penggunaan media pembelajaran yang berbasis TIK merupakan
hal yang tidak mudah. Dalam menggunakan media tersebut harus
memperhatikan beberapa teknik agar media yang dipergunakan itu dapat
dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak menyimpang dari tujuan media
tersebut, dalam hal ini media yang digunakan adalah Komputer dan LCD
Proyektor. Arief S. Sadiman ( 1996 : 83 ) mengatakan bahwa :
Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan
dalam dua jenis, yaitu media jadi karena merupakan komoditi
perdagangan yang terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai
( media by utilization ) dan media rancangan yang perlu dirancang dan
dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran
tertentu.
Dari pernyataan tersebut di atas dapat dikategorikan bahwa media
Komputer dan LCD Proyektor meupakan media rancangan yang mana di
dalam penggunaannya sangat diperlukan perancangan khusus dan
didesain sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan. Perangkat keras (hard
ware) yang difungsikan dalam menginspirasikan media tersebut adalah
menggunakan satu unit computer lengkap yang sudah terkoneksikan
dengan LCD Proyektor. Dengan demikian media ini hendaknya menarik
perhatian siswa dalam proses pembelajaran khususnya Matematika.
12. Pengkajian hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh saudara
Herman Dwisurjono dan Abdul Gafur tentang pemanfaatan TIK untuk
peningkatan mutu pembelajaran SMA menunjukan bahwa responden
termasuk baik atau tinggi. Dengan kata lain, potensi untuk
mengimplementasikan TIK di SMA termasuk tinggi karena didukung
oleh SDM yang memiliki kompetensi tinggi. Implementasi TIK pada
umumnya telah dilaksanakan secara sistematis dengan mengikuti model
mulai dari disain, pengembangan/produksi, pemanfaatan, pengelolaan,
33

dan evaluasi. Namun terdapat beberapa langkah pada masing-masing


tahap yang belum dilaksanakan secara jelas, misalnya pengembangan
sistem pembelajaran yang terintegrasi dengan TIK, pemanfaatan TIK
sebagai suatu sistem, pengelolaan sistem penyampaian, dan evaluasi
fektifitas implementasi TIK secara menyeluruh, juga masih memiliki
beberapa hambatan.
13. Kerangka Pemikiran
Pemilihan dan penggunaan metode mengajar memiliki arti
penting untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan. Keberhasilan
pendidikan banyak ditentukan oleh pendidik dalam menggunakan model
pembelajaran.
Adapun tujuan umum pembejalaran matematika adalah agar
siswa dapat memahami pelajaran matematika. Berdasarkan tujuan ini,
maka pendidik harus memiliki keahlian dalam menggunakan metode dan
model yang efektif dan efisien, agar bisa memberikan kecerahan berfikir
bagi peserta didik yang dapat menghasilkan hasil belajar yang baik bagi
peserta didik. Dan tentunya prestasi peserta didik tidak terlepas dari
pengaruh indikator, kurikulum, daya serap, presensi guru, presensi siswa,
dan prestasi belajar. Tentunya dengan mengikuti perkembangan
teknologi.
Maka dari itu penulis menilai model pembelajaran berbasis TIK
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pembelajaran TIK adalah
pendekatan pembelajaran menggunakan bahan pembelajaran interaktif
dengan media komputer.
Tujuan dari pembelajaran adalah untuk mehghasilkan prestasi
bagi peserta didik, tentunya tidak akan lepas dari indikator-indikator
prestasi belajar, yang secara singkat menjadi kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Indikator-indikator tersebut berlaku untuk menentukan pengaruh
model pembelajaran berbasis TIK dalam pembelajaran matematika.
14. Hipotesis Kerja
34

Dari kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis Kerja penelitian


ini adalah :
a. Prestasi belajar mata pelajaran Matematika di kelas V SDN 05
Petukangan Selatan Pesanggrahan dapat ditingkatkan dengan
menggunakan media pembelajaran berbasis TIK melalui program
Microsoft Power Point.
b. Tanggapan guru tentang media pembelajaran berbasis TIK dengan
progam Microsoft Power Point dalam kegiatan belajar mengajar
positif.
c. Efektifitas pengggunaan media pembelajaran berbasis TIK progam
Microsoft Power Point dapat menumbuhkan minat belajar siswa.
15. Metodologi Penelitian
a. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian pengembangan,
yang dipakai untuk tujuan eksplorasi. Penelitian ini bertujuan untuk
menggali informasi tentang penggunaan teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) progam Microsoft Power Point sebagai media
pembelajaran inovatif.
b. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dan wilayah generalisasi penelitian ini adalah siswa
kelas V SDN 05 Petukangan Selatan Pesanggrahan tahun pelajaran
2019/2020
Populasi terdiri dari siswa putra 18 dan siswa putri 16 dengan
jumlah seluruhnya 34 siswa. Sampel penelitian diambil secara total
sampling.
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah tes dan observasi.
d. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif dengan
tabulasi dan persentase.
35

e. Alokasi Waktu
Tabel rencana waktu pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :
Waktu
No Kegiatan Jun Jul Agt Sep Okt Nov
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
1 Proposal
Bimbingan
2 Proposal
Seminar
3 Proposal
Persiapan
4 Penelitian
5 Penelitian
Pengumpulan
6 Data
Pengolahan
7 Data
Analisis
8 Data

BAB III
PENUTUP
f. Daftar Pustaka

Ahmad dan Nana. (2009). Teknologi Pengajaran. Bandung : Sinar Baru


Algesindo
36

Andhika. (2005). Apa itu Internet ? (www.andhika.com). diambil 25 Februari


2006.
Arif A Mangkoesapoetro. (2004). Pemanfaatan Media Massa Sebagai Sumber
Pembelajaran IPS Di Tingkat Persekolahan.
(http://artikel.us/mangkoes6-04-2.html). diambil 27 Februari 2006.
Hamalik, O .(2005). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara
Hamzah. (2007). Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Marsell Ruben Payong. (2005). Good Bye Teacher. (www.kompas.com).
diambil 24 Februari 2006.
Noni,N.Penerapan TIK dalam pembelajaran. [online].tersedia:
http://www.scribd.com/doc/32973174/Pembelajaran-Berbasis-Ict.
Philip Rechdalle.(2005). Internet dan Pendidikan. (www.pendidikan.net).
Diambil 24 Februari 2006.
Rahadi, M. Evaluasi Proses Hasil Pembelajaran Matematika (PHPM).
Modul STKIP. Garut: tidak diterbitkan.
Rahadi, M. (2010). Penelitian Tindakan. Modul STKIP. Garut: tidak
diterbitkan.
Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:
CV Alfabeta
Rusli. (2009). Teknologi Komunikasi dan Informasi dalam Pendidikan.
Jakarta: Gaung Persada.
Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sundayana, R. (2010). Komputasi Data Statistik. Garut:STKIP.

Sundayana, R. (2002).. Garut: STKIP.


Surjono dan abdul. 2010. Potensi Pemanfaatan ICT Untuk Peningkatan Mutu
Pembelajaran Sma Di Kota Yogyakarta.[online].tersedia:
http://www.journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/337/pd

Anda mungkin juga menyukai