Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGEVALUASIAN DAKWAH DI MEDIA SOSIAL

Diajukan untuk Memenuhi Tugas UTS Salah Satu Mata Kuliah Wacana Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Yuliani, M.Pd

Oleh Kelompok 6:
Rizal Fathurrohman 1204030093
Salima Mei Lubis 1204030099
Siti Alizah Insani NK 1204030101
Siti Moethiara 1204030104
Wahyudi Ramadhan 1204030114

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Puji dan
syukur mari kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-nya peneliti
dapat menuntaskan makalah tentang “Pengevaluasian dakwah Di Media Sosial”. Begitu
pula dengan sebuah kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya.

Peneliti ucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Wacana Bahasa Indonesia
yaitu Dra. Hj. Yuliani, M.Pd yang telah memberi tugas ini sehingga kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan yang baru. Peneliti ucapkan terima kasih juga kepada semua pihak
yang telah membantu mendukung dalam proses penyelesaian makalah ini.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih membutuhkan banyak perbaikan.Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang
membangun sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah-makalah yang
akan datang. dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, 25 April 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu unsur terpenting dalam berdakwah yakni pemilihan media untuk
berdakwah. Di dalam prakteknya, dawah memerlukan media tertentu agar pesan yang
disampaikan seorang da‟i bisa diterima oleh mad‟u tertentu pula. Media berdakwah
dari masa ke masa mengalami perubahan seiring perkembangan ilmu dan teknologi.
Pada masa belum adanya teknologi, dakwah dilakukan dengan melalui akulturasi
budaya dan kesenian. Wali Songo atau Wali Sembilan yang meliputi Maulana Malik
Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat,
Sunan Muria, Sunan Kudus, dan Sunan Gunung Jati, pesan dakwahnya dengan
mengenalkan budaya baru di masyarakat, juga akulturasi dari kebudayaan yang sudah
ada. Selain dengan pengenalan budaya baru, dakwah pada zaman wali songoo juga
dilakukan dengan melalui pendidikan, seperti contohnya mendirikan yayasan
pendidikan Islam, dan juga pesantren. Dakwah juga dilakukan melalui sebuah
pengajian yang dihadiri oleh masyarakat umum.
Seiring perkembangan teknologi, dakwah dapat dilakukan dengan berbagai
cara dan menggunakanberbagai platform media. Dakwah pada zaman sekarang ini
tidak hanya dilakukan pada saat saat tertentu, seperti acara pengajian, atau acara-acara
hari besar Islam. Dakwah juga tidak hanya dilakukan di tempat-tempat tertentu seperti
masjid, majlis ta‟lim maupun tempat ibadah muslim lainnya.
Perkembangan media tanpa batas tempat dan waktu memungkinkan dakwah
agar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Dalam hal ini media yang dimaksud merujuk pada alat maupun bentuk pesan,
baik verbal maupun nonverbal. Saluran juga bisa merujuk pada cara penyajian, seperti
tatap muka (langsung) atau lewat media, seperti surat kabar, majalah, radio, telepon
dan televisi. Cara dakwah dengan menerangkan maupun menginformasikan lewat
lisan misalnya, sering disebut dengan dakwah bi-al-lisan, karena menginformasikan
dan menerangkannya dengan lisan.
Kemunculan berbagai macam media seperti saat ini memberikan kemudahan
dalam berdakwah untuk menjangkau masyarakat secara luas. Media yang digunakan
berdakwah saat ini bermacam-macam. Salah satu media dakwah yang populer adalah
media sosial yang memberikan berbagai kemudahan, lebih cepat, dan dapat
menyampaikan dakwah secara singkat, simple dan luas. Kemudahan yang diberikan
oleh media sosial, menjadikan para da‟i untuk pintar-pintar mengolah dan
memanfaatkan media tersebut.
Media sosial merupakan media yang menawarkan jaringan yang terhubung
melalui internet terkait pembuatan pesan dan penyampaian pesannya. Kemampuan
dalam menawarkan interaktivitas ini memungkinkan pengguna dari media sosial
memiliki pilihan informasi apa yang dikonsumsi, sekaligus mengendalikan keluaran
informasi apa yangdikonsumsi, sekaligus mengendalikan keluaran informasi yang
dihasilkan serta melakukan pilihan-pilihan yang diinginkannya. Kemampuan
menawarkan aktifitas interaksi inilah yang merupakan konsep sentral dari pemahaman
tentang new media.
Dari berbagai macam media sosial yang digunakan dalam berdakwah, salah
satu media sosial yang marak digunakan sebagai media dakwah adalah Instagram.
Efektivitas Instagram sebagai media informasi berupa gambar dan video yang lebih
mudah dan cepat diterima masyarakat. Perkembangan Instagram juga memungkinkan
gambar berbagai bentuk dan video dengan durasi lebih panjang. IGTV menjadi wadah
berbagai pengguna Instagram untuk berbagi informasi, selayaknya media televisi di
era digital.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pengevaluasian Dakwah ?
2. Apa pengertian Media Sosial ?
3. Bagaimana cara Pengevaluasian Dakwah pada Media Sosial ?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengetian dari pengevaluasian dakwah
2. Untuk mengetahui pengertian dari media soaial
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengevaluasiam dakwah pada media sosial
BAB II
PENJELASAN

1. Pengevaluasian Dakwah
Evaluasi menurut kamus bahasa Indonesia adalah penilaian; Evaluasi juga
dimaknai sebagai penilaian berkala terhadap relevansi, penampilan, efisiensi dan
dampak proyek tentang waktu, daerah atau populasi Definisi lainnya menyatakan
bahwa evaluasi adalah suatu teknik penilaian kualitas program yang dilakukan secara
berkala melalui metode yang tepat. Dengan demikian evaluasi dakwah adalah tehnik
penilaian terhadap kualitas program dakwah yang dilakukan secara berkala melalui
metode yang tepat. Secara etimologi evaluasi berasal dari bahasa Inggris yang dikenal
dengan istilah evaluation. Dalam bahasa Arab; al-taqdir, dan bahasa Indonesia berarti
penilaian. Akar katanya value yang berarti nilai. Evaluasi secara umum dapat
diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan,
keputusan, unjuk kerja, proses, orang, ataupun objek) berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi merupakan suatu proses, dimana informasi dan pertimbangan diolah untuk
membuat suatu kebijakan yang akan datang. Wysong mengemukakan bahwa evaluasi
adalah proses untuk menggambarkan, memperoleh atau menghasilkan informasi yang
berguna untuk mempertimbangkan suatu keputusan. Uman mengemukakan bahwa
proses evaluasi adalah untuk mencoba menyesuaikan data objektif dari awal hingga
akhir pelaksanaan program sebagai dasar penilaian terhadap tujuan program. Pada
kaitannya dengan kegiatan dakwah, evaluasi dakwah adalah meningkatkan pengertian
manajerial dakwah dalam sebuah program formal yang mendorong para manajer atau
pemimpin dakwah untuk mengamati perilaku anggotanya, lewat pengamatan yang
lebih mendalam yang dapat dihasilkan melalui saling pengertian di antara kedua belah
pihak.
Evaluasi menjadi sangat penting karena dapat menjamin keselamatan
pelaksanaan dan perjalanan dakwah. Di samping itu, evaluasi juga penting untuk
mengetahui positif dan negatifnya pelaksanaan, sehingga dapat memanfaatkan yang
positif dan meninggalkan yang negatif. Selain dapat menghasilkan pengalaman
praktis dan empiris yang dapat dipandang sebagai aset dakwah danharakah
(pergerakan kegiatan di lapangan sosial) yang harus di wariskan kepada generasi
untuk dijadikan sebuah pelajaran. Dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah
suatu proses identifikasi untuk mengukur/menilai apakah suatu kegiatan atau program
yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau tujuan yang dicapai.
Ada beberapa jenis evaluasi, dalam hal ini penulis menggunakan model
evaulasi yang digunakan untuk mengawasi suatu program, yaitu:
a. Evaluasi input, evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsur yang masuk dalam
pelaksanaan suatu program, setidaknya ada variabel utama yang masuk dalam
evaluasi ini, yaitu masyarakat (peserta program), tim atau staf dan program.
b. Evaluasi proses, evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses yang telah
diaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan. Evaluasi ini
memfokuskan kepada efektivitas program yang melibatkan interaksi langsung
antara klien dengan staf terdepan merupakan pusat dari pencapaian tujuan
program, bagaimana pendampingan dilakukan, kebijakan lembaga dan kepuasan
dari peserta.
c. Evaluasi hasil, evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujuan-tujuan
yang sudah direncanakan tercapai, yakni diarahkan kepada evaluasi keseluruhan
dampak dari suatu program terhadap penerima layanan (Adi, 2003: 198-199).

Adapun Kriteria-kriteria keberhasilan evaluasi diantaranya:


1) Berorientasi pada program, kriteria keberhasilan. Pada umumnya
dikembangkan berdasarkan cakupan ataupun hasil dari suatu program.
2) Berorientasi pada masyarakat, pada umumnya dikembangkan berdasarkan
perubahan perilaku masyarakat. Misalnya, sikap kemandirian dan sebagainya.

Dakwah menurut etimologi berasal dari bahasa arab “da‟a-yad‟u-da‟watan”


yang berarti mengajak, menyeru dan memanggil. Dakwah merupakan suatu aktivitas
yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan pesan-pesan agama Islam
kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam dan menjalankannya dengan
baik. Hal-hal tersebut diimplikasikan dalam kehidupan individual maupun
bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Adapun cara
penyampaiaannya dengan menggunakan berbagai media dan cara-cara tertentu
(Amin, 2008: 3-8) Menurut Ibnu Taimiyah dakwah merupakan suatu proses usaha
untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah, percaya dan menaati apa yang
telah diberitakan oleh rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah
seakan-akan melihat-Nya. Dengan demikian tujuan dakwah sebagai bagian dari
seluruh aktivitas dakwah sama pentingnya dengan unsur-unsur lain, seperti subjek dan
objek dakwah, metode dan sebagainya. Bahkan lebih dari itu tujuan dakwah sangat
menentukan dan berpengaruh terhadap penggunaan metode dan media dakwah,
sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah juga berpengaruh olehnya (tujuan dakwah).
Menurut Moh. Ali Aziz, unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang
selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da‟i (pelaku
dakwah), mad‟u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah),
thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah) Sebagaimana telah disebutkan diatas
bahwa evaluasi adalahsuatu teknik penilaian kualitas program yang dilakukan secara
berkala melalui metode yang tepat .Dengan demikian bahwa evaluasi dakwah adalah
teknik penilaian kualitas dakwah yang dilakukan secara berkala melalui metode yang
tepat. Dalam hal ini evaluasi diarahkan pada perencanaan program. Evaluasi bagi
banyak organisasi adalah istilah umum yang digunakan bersama-sama dengan kaji
ulang. Organisasi lain menggunakannya dalam pengertian yang lebih ketat sebagai
penilaian yang komperhensif terhadap keluaran dan dampak proyek; apa
sumbangannya terhadap pencapaian tujuan sasaran.
Evaluasi dapat dilakukan :
1. terhadap perencanaan (ex-anteevaluation),
2. program / kegiatan yang sedang berjalan (on going evaluation)
3. program / kegiatan selesai dibangun (Terminal evaluation),
4. program / kegiatan sudah berfungsi (Ex post Evaluation) Secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa evaluasi dapat dilakukan dengan dua cara yakni evaluasi
terhadap perencanaan dan evaluasi terhadap program.
Evaluasi terhadap perencanaan dilakukan dalam rangka untuk mengetahui
apakah program yang dilakukan sesuai dengan visi dan misi serta tujuan
atau tidak . Sedangkan evaluasi terhadap program dilakukan dalam
rangka untuk mengetahui apakah program yang dijalankan sesuai dengan
kebutuhan umat atau tidak

2. Media Sosial
Media sosial adalah keniscayaan sejarah yang telah membawa perubahan
dalam proses komunikasi manusia. Proses komunikasi yang selama ini dilakukan
hanya melalui komunikasi tatap muka, komunikasi kelompok, komunikasi massa,
berubah total dengan perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini, khusunya
internet. Perubahan tersebut akan membawa konsekuensi-kosenkuensi proses
komunikasi. Proses komunikasi yang terjadi membawa kosekuensi di tingkat
individu, organisasi dan kelembagaan (Nurudin, 2010: 83). Pada dasarnya media
sosial merupakan hasil dari perkembangan teknologi baru yang ada di internet,
dimana para penggunanya bisa dengan mudah untuk berkomunikasi, berpartisipasi,
berbagi dan membentuk sebuah jaringan di dunia virtual, sehingga para pengguna bisa
menyebarluakan konten mereka sendiri (Zarella. 2010: 2-3).
Menurut Heidi Cohen media sosial terus berubah atau berkembang seiring
dengan perkembangan pengguna media sosial itu sendiri. Hal ini lantaran didukung
oleh fakta bahwa media sosial berkaitan dengan teknologi dan platform yang
memungkinkan pembuatan konten pada web interaktif sehingga terjadi kolaborasi dan
pertukaran pesan secara bebas antara pengguna (Liliweri, 2015: 288-289).

 Karakteristik Media Sosial


Media sosial merupakan salah satu jenis dari media cyber, walaupun
demikian antara media sosial dan media cyber memiliki karakteristik yang
jauh berbeda. Namun dalam media sosial ada karakteristik khusus yang
dimana karakteristik tersebut tidak dimiliki oleh media cyber. Media sosial
memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh media lainnya. adapun
karakteristik media sosial diantaranya : (Nasrullah, 2015: 16-34).
a. Jaringan
Jaringan adalah sebuah teknologi seperti komputer yang berguna untuk
menghubungi antara komuputer dengan perangkat keras lainnya. koneksi
seperti jaringan diperlukan agar terjadi komunikasi antara pengguna
komputer yang saling terhubung. Akan tetapi, kata jaringan telah
berkembang dari hanya sebatas istilah yang digunakan dalam teknologi
komputer menjadi istilah yang digunakan dalam kajian budaya maupun
sosial. Karakter dari media sosial adalah membentuk jaringan diantara
penggunanya. Walaupun kenyataannya antar pengguna itu saling kenal
ataupun tidak kenal di dunia nyata, akan tetapi munculnya media sosial
telah membentuk medium para pengguna untuk saling terhubung melalui
teknologi
b. Informasi
Informasi menajadi bagian penting dalam media sosial, karena berbeda
dengan media cyber lainnya, dimana pengguna media sosial
mereprentasikan identitasnya, memproduksi konten, dan melakukan
interaksi sesuai dengan informasi yang ada. Dalam media sosial informasi
menjadi sebuah komoditas dalam masyarakat informasi, karena informasi
diproduksi, dipertukarkan, dan dikonsumsi sehingga menjadikan informasi
itu komoditas bernilai dalam bentuk baru dan kapitalisme. Informasi
menjadi komoditas yang dikonsumsi oleh penguna media sosial, karena
komoditas tersebut dibentuk oleh antar pengguna itu sendiri dengan cara
memproduksi dan medistribusikannya. Dari kegiatan konsumsi tersebut
maka antar pengguna media sosial telah membentuk sebuah jaringan yang
secara sadar maupun tidak telah menjadi institusi masyarakat berjejaring.
c. Arsip
Arsip menjadi bagian penting dalam media sosial, karena arsip ini
yang akan menjadikan sebuah informasi tersimpan dan bisa diakses kapan
pun dan melalui perangkat apa pun. Sebagai contoh dari setiap informasi
yang diunggah ke instagram, informasi tersebut tidak akan hilang dan akan
terus tersimpan, sehingga mudah untuk diakses kembali. Banyak informasi
yang bisa diakses dimedia sosial, mulai dari data pribadi pengguna,
kumpulan foto atau video pengguna, lokasi mana saja yang pernah
dikunjungi oleh pengguna, hingga siapa saja orang yang berteman dengan
pengguna di media sosial. Inilah kekuatan atas media sosial, sebagai salah
satu jenis dari media cyber, yang tidak hanya membentuk jaringan antar
pengguna, tapi juga memberikan informasi serta memiliki arsip untuk
diakses dengan mudah.
d. Interaksi
Karakter dasar media sosial adalah untuk membentuk jaringan antar
pengguna. Jaringan tersebut tidak hanya untuk mendapatkan pertemanan
atau pengikut saja, tetapi juga harus membangun interaksi antar pengguna.
Pada media sosial interaksi sering terjadi biasanya berbentuk saling
memberikan tanda atau mengomentari, misal seperti tanda hati “Like” di
instagram atau komentar-komentar pada sebuah foto atau video yang
diunggah, atau membagi ulang “Repost” konten yang diunggah dengan
pengguna lainya baik dengan menggunakan media sosial yang sama atau
dengan jenis media sosial yang berbeda. Interaksi merupakan proses yang
terjadi diantara pengguna dan perangkat teknologi. Kehadiran teknologi
dan perangkatnya telah menjadikan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari
kehidupan sehari-hari, bahkan telah menjadi semacam apa yang disebut
digital technologies have become integral parts of our everyday live
(Nasrullah, 2015 : 28).
e. Simulasi Sosial
Media sosial memiliki karakter sebagai media guna berlangsungnya
aktivitas masyarakat dalam dunia virtual. Seperti layaknya masyarakat
dalam dunia virtual. Seperti layaknya masyarakat disebuah negara, di
media sosial pun terdapat aturan serta etika yang mengikat penggunanya.
Aturan tersebut ada karena teknologi ataupun muncul karena interaksi di
antara sesama pengguna. Untuk memahami makna simulasi, bisa ditelusuri
dari karya Jean Baudrilland, Simulations and Simularca. Baudrilland
mengungkapkan gagasan simulasi bahwa kesadaran akan yang nyata
“real” di benak khalayak semakin berkurang dan tergantikan dengan
realitas semu. Kondisi ini disebabkan oleh imaji yang disajikan media
secara terusmenerus. Khalayak seolah-olah tidak bisa membedakan antara
yang nyata dan yang ada di layar. Khalayak seolaholah berada diantara
realitas dan ilusi sebab tanda yang ada di media sepertinya telah terputus
dari realitas. Untuk memperjelas bagaimana konsep simularka ini terjadi di
media sosial, apa yang digambarkan oleh Tim
f. Konten
oleh pengguna Karakteristik selanjutnya dari media sosial adalah
konten oleh pengguna atau yang lebih populer disebut dengan User
Generated Content (UGC). Konten oleh pengguna ini adalah sebagai
penanda bahwa dalam media sosial, penggunanya tidak hanya
memproduksi konten tetapi juga mengkonsumsi konten yang juga di
produksi oleh pengguna lainnya. Ini yang menjadikan kata kunci bagi
media sosial sebagai media baru dalam teknologi Web 2.0. Kehadiran
teknologi memungkinkan terjadinya produksi dan sirkulasi konten yang
bersifat massa atau dari pengguna.
g. Penyebaran
Penyebaran adalah karakter lain dari media sosial yang mana ini juga
merupakan ciri khas dari media sosial yang menunjukan bahwa pengguna
di media sosial itu aktif dalam penyebaran konten bahkan
pengembangannya. Maksud dari pengembangan adalah konten yang
didapatkan seperti komentar misalnya, tidak hanya sekedar opini semata
tapi ada data dan fakta terbaru. Penyebaran konten di media sosial bisa
dilihat dalam dua jenis. Pertama, penyebaran melalui konten. Pada media
sosial, konten tidak hanya diproduksi oleh pengguna tapi juga
didistribusikan oleh pengguna lain. Uniknya konten yang didistribusikan
tidak hanya pada sebatas apa yang telah di unggah dan konten yang
disebarkan itu bisa berkembang melalui data tambahan, revisi, komentar,
dan lain sebagainya. Kedua, penyebaran melalui perangkat ini bisa terlihat
dari bagaimana teknologi menyediakan fasilitas untuk menyebar luaskan
konten, misalnya dengan adanya fitur “share” di instagram yang berguna
untuk menyebarkan konten video maupun foto, baik ke media sosial
lainnya maupun ke media cyber lainnya.

 Jenis-Jenis Media Sosial Media sosial


memiliki berbagai macam jenis sesuai dengan fungsi dan konten apa
yang disebarkan, adanya yang berbentuk tulisan pribadi, foto, video, dan
sebagainya. Namun Kaplan dan Haenlein membagi jenis media sosial menjadi
6 (Kaplan & Haenlein, 2010: 62-64), yaitu :
a. Proyek kolaborasi
Proyeksi kolaborasi ialah jenis media sosial ini bisa
memungkinkan penggunanya untuk membuat konten secara bersama-
sama. Contohnya wikipedia, dimana setiap pengguna bisa membuat
konten, atau bisa mengubah dan menghapus konten yang sudah ada.
b. Blog
Blog merupakan jenis media sosial yang didalamnya pengguna
bisa mengunggah tulisan pribadinya. Blog ini bentuknya situs pribadi
yang berisikan kumpulan konten yang dianggap menarik seperti tulisan
keseharian dari pengguna.
c. Komunitas konten
Komunitas konten merupakan jenis media sosial yang membuat
penggunanya bisa membagikan konten baik berupa tulisan, gambar
ataupun video. Contohnya youtubeyang membuat penggunanya bisa
membagikan konten berupa video.
d. Situs jejaring sosial
Situs jejaring sosial adalah jenis media sosial yang
memungkinkan penggunanya untuk berhubungan dengan pengguna
lain dengan cara saling berinteraksi, seperti pengiriman pesan, gambar
ataupun video. Contohnya instagram, facebook, path dan lain
sebagainya.
e. Virtual game world
Virtual game world adalah jenis media sosial yang membuat
penggunanya untuk saling berinteraksi dengan menggunakan avatar
pribadi. Setiap penggunanya bisa muncul dalam bentuk avatar dan
saling berinteraksi seperti dalam dunia nyata. Contohnya game online.
f. Virtual social world
Virtual social world merupakan jenis media sosial yang
penggunanya bisa memanipulasi kehidupan nyata melalui internet dan
penggunanya hidup dalam dunia virtual, dan merasakan nuansa tiga
dimensi. Selain beberapa jenis media sosial yang disebutkan diatas,
Rulli Nasrullah menyebutkan 2 jenis media sosial lainnya, yaitu:
(Nasrullah, 2015: 43-44).
g. Microblogging
Tidak jauh berbeda dengan blog ataupun jurnal online,
microblogging adalah jenis media sosial yang memfasilitasi
penggunanya untuk menulis dan mempublikasikan aktivitas dan
pendapatnya. Kehadiran jenis media sosial ini berawal dari munculnya
twitter yang bisa menyediakan ruang bagi pengunanya hanya 140
karakter. Sama seperti media sosial lainnya, di twitter penggunanya
bisa menjalin komunikasi, menyebarkan informasi, mempromosikan
pendapatnya, membahas suatu isu dengan pengguna lainnya.
h. Social bookmarking
Social Bookmarking atau penanda sosial ini adalah jenis media
sosial yang berguna untuk mengorganisasikan, menyimpan, mengelola
dan mencari informasi di dunia online. Informasi yang diberikan di
media sosial ini hanyalah sebagai pengantar yang nantinya pengguna
akan diarahkan pada tautan informasi yang lengkap. Cara kerja sosial
media ini seperti lemari katalog diperpustakaan yang menyediakan
berbagai macam informasi terkait buku dengan nomor panggilnya.
Beberapa contoh dari penanda sosial ini adalah delicious.com,
stumbleupon.com, digg.com, reddit.com, dan untuk di Indonesia ada
lintasme.
 Peran dan Manfaat Media Sosial
Media sosial merupakan bagian dari sistem relasi, koneksi dan
komunikasi. Menurut Buku Panduan Optimalisasi Media Sosial Untuk
Kementrian Perdagangan RI terkait dengan peran dan manfaat media sosial
adalah (Tim Pusat Humas Kementrian Perdagangan RI, 2014 : 34-37) :
1) Sarana belajar, mendengarkan dan menyampaikan Berbagai aplikasi
media sosial dapat dimanfaatkan untuk belajar melalui beragam
informasi, data dan isu yang termuat di dalamnya. Pada aspek lain,
media sosial juga menjadi sarana untuk menyampaikan berbagai
informasi kepada pihak lain. Konten-konten di dalam media sosial
berasal dari berbagai belahan dunia dengan beragam latar belakang
budaya, sosial, ekonomi, keyakinan, tradisi dan tendensi. Oleh karena
itu, benar jika dalam arti positif, media sosial adalah sebuah
ensiklopedi global yang tumbuh dengan cepat. Dalam konteks ini,
pengguna media sosial perlu sekali membekali diri dengan kekritisan,
pisau analisa yang tajam, perenungan yang mendalam, kebijaksanaan
dalam penggunaan dan emosi yang terkontrol.
2) Sarana dokumentasi, administrasi dan integrasi Bermacam aplikasi
media sosial pada dasarnya merupakan gudang dan dokumentasi
beragam konten, dari yang berupa profil, informasi, reportase kejadian,
rekaman peristiwa, sampai pada hasil-hasil riset kajian. Dalam konteks
ini, organisasi, lembaga dan perorangan dapat memanfaatkannya
dengan cara membentuk kebijakan penggunaan media sosial dan
pelatihannya bagi segenap karyawan, dalam rangka memaksimalkan
fungsi media sosial sesuai dengan target-target yang telah
dicanangkan. Beberapa hal yang bisa dilakukan dengan media sosial,
antara lain membuat blog organisasi, mengintegrasikan berbagai lini di
perusahaan, menyebarkan konten yang relevan sesuai target di
masyarakat, atau memanfaatkan media sosial sesuai kepentingan, visi,
misi, tujuan, efisiensi, dan efektifitas operasional organisasi.
3) Sarana perencanaan, strategi dan manajemen Akan diarahkan dan
dibawa ke mana media sosial, merupakan domain dari penggunanya.
Oleh sebab itu, media sosial di tangan para pakar manajemen dan
marketing dapat menjadi senjata yang dahsyat untuk melancarkan
perencanaan dan strateginya. Misalnya saja untuk melakukan promosi,
menggaet pelanggan setia, menghimpun loyalitas customer, menjajaki
market, mendidik publik, sampai menghimpun respons masyarakat.
4) Sarana kontrol, evaluasi dan pengukuran. Media sosial berfaedah
untuk melakukan kontrol organisasi dan juga mengevaluasi berbagai
perencanaan dan strategi yang telah dilakukan. Ingat, respons publik
dan pasar menjadi alat ukur, kalibrasi dan parameter untuk evaluasi.
Sejauh mana masyarakat memahami suatu isu atau persoalan,
bagaimana prosedur-prosedur ditaati atau dilanggar publik, dan seperti
apa keinginan dari masyarakat, akan bisa dilihat langsung melalui
media sosial. Pergerakan keinginan, ekspektasi, tendensi, opsi dan
posisi pemahaman publik akan dapat terekam dengan baik di dalam
media sosial. Oleh sebab itu, media sosial juga dapat digunakan
sebagai sarana reventif yang ampuh dalam memblok atau
memengaruhi pemahaman publik.

3. Pengevaluasian Dakwah pada Media Sosial


Media online dapat diberi makna media massa yang menyajikan berita/info
secara online yang tersedia di website/situs berita. Pada awalnya media online dibuat
oleh redaktur media massa cetak untuk memindahkan isi pemberitaan ke website.
Media online pertama kali adalah Chicago Online yang diluncurkan oleh Chicago
Tribune di Amerika yang tayang perdana pada Mei 1992 sehingga dijuluki The First
Newspaper Service on America Online. Adapun media online di Indonesia pertama
kali diluncurkan oleh Republika.co.id pada 17 Agustus 1995, disusul Kompas.com.,
Tempointeraktif.com., Detik.com. Media online tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
media dakwah.
Keberadaan media online lebih semarak dengan hadirnya Eramuslim.com.,
Islamedia.com., Suara-Islam.com., Mediaumat.com., Voa-Islam.com., NU Online
(nu.or.id) dan Hidayatullah.com., Tarekat Gadiriyah Naqsabandiyah/TQN Suryalaya
(Tqnnews.com), Jakarta Islamic Centre/JIC (www.info-jic.org), dsb. Menurut
Alexa.com, media online Islam pada 2012 yang paling populer di Indonesia pada
urutan kedelapan adalah Republika Online, yang lainnya adalah media online
konvensional (Kiki, 2013:9).
Peran media maya mengimbangi kondisi riil manusia masa kini karena
berbekal saling menyadari antarsesama manusia. Didukung kehidupan bermasyarakat
muncul kepedulian kolektif karena kemudahan menerima informasi dengan
kecanggihan media komunikasi yang didukung mudahnya mendapatkan informasi.
Imbasnya, muncul gerakan di dunia maya dan dunia nyata untuk mendukung jika
terdapat ulah warga masyarakat yang tidak sesuai dengan pakem atau di luar
kelaziman. Besarnya peran dunia maya sebagai media dakwah tersebut maka banyak
pengembang membuat aplikasi smartphone dengan sistem operasi iOS, Android,
Windows Phone, maupun BalckBerry yang aplikasinya dapat diunduh melalui App
World. Pertama, al-Quran digital yang diberi nama iQur‟an Lite. Aplikasi ini dapat
diunduh dan dipasang secara gratis pada smartphone berbasis iOS seperti iPhone, iPad
atau iPod dan pengguna ponsel Android. Dengan aplikasi ini, pengguna dapat
membuka kitab suci al-Quran kapanpun dan di manapun. Aplikasi ini juga
menampilkan terjemahan setiap ayat dengan multibahasa disertai audio yang dapat
dijadikan panduan membaca alQuran dengan tartil. Pengguna juga dapat menandai
batas akhir bacaan (book mark) bila pada kesempatan lain ingin melanjutkan bacaan.
Kedua, memandu bagi pengguna untuk menentukan arah kiblat dan mendengar azan
jika sudah masuk waktu salat sesuai tempat dan lokasi. Ketiga, doa harian disertai
suara atau audio yang memudahkan dalam melafalkan doa. Keempat, aplikasi radio
dakwah untuk smartphone Android.
Konten islami yang disediakan provider bagi pengguna HP dapat berperan
sebagai media dakwah dan perlu pengawasan bila terjadi penyalahgunaan, misalnya
kebenaran materi yang tersaji, dsb. Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia
(BRTI) menyatakan hingga April 2013 terdapat 200 content provider (CP) di
Indonesia dan belum ada sistem pengawasan konten religi dan CP. Hal ini disebabkan
dibutuhkannya ulama untuk men-tashih kebenaran setiap materi dari konten religi.
Sistem pengawasan konten provider berdasarkan UU No.36/1999 tentang
Telekomunikasi bahwa konten yang disediakan CP harus memenuhi norma yang
ditetapkan yakni tidak menyinggung SARA.
Para pengamat media massa berbasis jaringan memberi julukan generasi kini
adalah generasi yang melek teknologi karena berkoneksi (connected) dengan dunia
maya (cyber) sehingga disebut generasi C. Di sisi lain, generasi tersebut hanya
mementingkan dirinya sendiri (individualis) seperti sibuk dengan facebook, twitter
atau BBM (Blackberry Massanger). Generasi ini perlu dipertimbangkan dijadikan
obyek dakwah (mad‟u) dengan memanfaatkan jaringan dunia maya sebagai
kebutuhan pokoknya. Dalam konsep dakwah dikenal perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengembangan, dan evaluasi dakwah. Pengembangan dalam hal kualitas
unsur dakwah yakni pelaku (da‟i), sasaran (mad‟u), materi (maddah), media/sarana
(wasilah), dan metode (thariqah) dakwah. Pelaksanaan dakwah menurut Muhyiddin
dan Safei dalam bentuk tabligh (penerangan), irsyad (bimbingan), tadbir
(pemberdayaan lembaga dakwah), dan tathwir (pemberdayaan ekonomi umat
(2002:34). Pengembangan tersebut berpegang pada etika berdakwah (ED).
Menurut Enjang dan Tajiri, ED yakni membantu manusia berdakwah secara
bebas dan dapat dipertanggungjawabkan karena setiap tindakan selalu lahir dari
keputusan pribadi yang bebas dan selalu bersedia untuk mempertanggungjawabkan
(2009:32) Konsep dakwah tersebut perlu dievaluasi khususnya pelaksanaan dakwah
yang menggunakan media jurnalisme online untuk mengetahui efektivitas dan bila
melenceng dari frame yang benar. Standar kebenaran pelaksanaan dakwah bila
memenuhi syarat prinsip dakwah.
 Prinsip dakwah menurut Mubarak meliputi
a. memulai dari diri dan keluarga da‟i dalam berbuat kebajikan
b. da‟i menjadi pewaris nabi,
c. memerhatikan tahapan dakwah (bagi da‟i) karena memahami pesan
dakwah (bagi mad‟u) tidak selalu sekali dapat memahami materi dakwah,
d. memahami alur dan kadar pemikiran mad‟u dalam memahami materi
dakwah,
e. memprsiapkan mental bagi da‟i bila direspon negatif oleh mad‟u
f. berpegang pada penyampaian materi dakwah dengan substansi kabajikan
(al-khair) dan amar makruf nahi munkar
Mengkaji potret dakwah terdapat dua hal pokok yakni perihal dakwah dan
penyuluhan Islam. Dakwah identik dengan interaksi pendakwah (dai) dengan obyek
dakwah (mad‟u) yang menyampaikan materi keislaman. Interaksi tersebut antara dai
dengan seorang atau beberapa orang/komunitas. Kajian dakwah dapat bersumber dari
teori maupun hasil penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan dapat
bersumber dari data riil maupun data dari literatur.
Data riil dapat berupa kapling penelitian dakwah yang terfokus pada tiga hal
utama yakni pemikiran dakwah, aksi dakwah, dan relasi unsur dakwah Ketiganya
dapat dikembangkan meliputi pengembangan masyarakat Islam (optimalisasi mad‟u),
optimalisasi sumber daya dakwah, optimalisasi sarana dakwah, potret penyuluh,
pemikiran tokoh/ahli dakwah, dan optimalisasi lembaga dakwah. Naskah ini
mengembangkan dari aspek media dakwah berbasis media maya online yakni media
interaksi sosial yang memanfaatkan jaringan telekomunikasi nirkabel.
Mengulas „dakwah‟ sering terjadi kesalahan dalam memahami esensi dakwah itu
sendiri oleh publik.
Islam sebagai agama dakwah, pemeluknya mengajak orang yang belum
beragama agar menjadi muslim atau muslim non-kaffah menjadi muslim kaffah atau
mengokohkan keislaman muslim dengan berbagai kiat. Kiat yang diutamakan adalah
jalan bijaksana, tidak arogan atau pemaksaan (Surat An-Nahl:125). Dalam konteks
Indonesia bagi warga yang telah beragama tidak boleh didakwahi.
Berdasarkan Kepmenag No.70/1978 tanggal 1 Agustus 1978 Pertama,
pelarangan segala upaya menyebarluaskan agama kepada orang yang sudah memeluk
agama (yang tertera dalam perundangan).
Kedua, melakukan bujukan/pemberian materi, uang, pakaian, makanan
minuman, obat-obatan, dll. agar orang tertarik memeluk suatu agamaKetiga,
menyiarkan agama dengan menyebarkan pamflet, buletin, majalah, buku-buku, dsb. di
daerah/di rumah umat atau orang yang beragama lain. Keempat, melakukan penyiaran
agama dengan masuk keluar dari rumah ke rumah orang yang telah memeluk agama
lain dengan dalih apapun.
Seiring dengan perkembangan alat teknologi di bidang informasi, dakwah
dapat memerankan media sosial (layanan yang dapat menghubungkan orang per orang
dan sekupnya luas untuk diakses publik) secara online (akses langsung) sebagai media
dakwah seperti black berry messanger (BBM), facebook (FB), twitter atau lainnya.
Kondisi tersebut direspon oleh perusahaan telekomunikasi global seperti Microsoft,
Yahoo, Google, Facebook, Apple, Skype, Youtube, Verizon, AT&T, dsb. Pengguna
informasi melalui dunia maya tersebut lintas batas wilayah sehingga memiliki nilai
manfaat dengan prinsip cepat, akurat, dan tidak meluangkan waktu untuk mobilisasi
publik. Hal ini merupakan imbas revolusi informasi yang dimotori oleh
perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi bergerak, dan sistem posisi
global.
Revolusi ini mengubah cara kita berinteraksi yang telah menghilangkan
dimensi ruang. Teknologi ini memungkinkan penyebaran informasi secara langsung
menjangkau banyak orang. Kinerja ini terlaksana karena membidik mad‟u yang
mobilitasnya tinggi sehingga tidak mudah jika dikumpulkan dalam satu forum untuk
didakwahi tetapi berada pada tempat yang berbeda tetap.
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Evaluasi menurut kamus bahasa Indonesia adalah penilaian; Evaluasi juga
dimaknai sebagai penilaian berkala terhadap relevansi, penampilan, efisiensi dan
dampak proyek tentang waktu, daerah atau populasi Definisi lainnya menyatakan
bahwa evaluasi adalah suatu teknik penilaian kualitas program yang dilakukan secara
berkala melalui metode yang tepat.
Media sosial adalah keniscayaan sejarah yang telah membawa perubahan
dalam proses komunikasi manusia. Proses komunikasi yang selama ini dilakukan
hanya melalui komunikasi tatap muka, komunikasi kelompok, komunikasi massa,
berubah total dengan perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini, khusunya
internet.
Adapun media online di Indonesia pertama kali diluncurkan oleh
Republika.co.id pada 17 Agustus 1995, disusul Kompas.com., Tempointeraktif.com.,
Detik.com. Media online tersebut dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah.

2. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis berharap dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya. Oleh karena itu penulis menyarankan agar setiap orang khususnya
mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai Pengevaluasian Dakwah di Media
Sosial

Anda mungkin juga menyukai