Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AGAMA ISLAM

Dakwah Rahmatan lilalamin

Disusun Oleh :

Adelina Marliana N. (121270006) Gina Mulya Nuroktapiana (121270050)


M. Khoirul Anam (121270007) Liska Windasari (121270053)
Ajeng Febri Rismawati (121270013) Adelia Veni Savira (121270054)
Shofira Zaura Utami (121270015) Rizqa Amelia Fitri (121270055)
Rian Sasika Rani (121270043) Nava Evrilia (121270058)
Nurul Darmayati (121270045) Robiatul Adawiyah (121270066)
Rahmat Rohadi (121270048) Wulan Amalia (121270073)
Vianti Rista Anggraini (121270049) M. Lutfi Aditya (121270079)

AGAMA ISLAM

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

LAMPUNG SELATAN

2022
A. DAKWAH
Dalam pengertian integralistik, dakwah adalah proses berkesinambungan yang ditangani
oleh para pendakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar mereka mau masuk jalan Allah dan
berangsur-angsur menuju kehidupan yang islami. Proses yang berkesinambungan adalah sebuah
proses yang tidak insidental atau kebetulan, tetapi benar-benar direncanakan, dilakukan dan
dievaluasi secara terus menerus oleh para pendakwah dalam rangka mengubah perilaku sasaran
dakwah sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Sudah bukan saatnya lagi dakwah
dilaksanakan asalk jalan, tidak dilakukan tanpa perencanaan yang matang, baik mengenai materi,
pelaksanaan, maupun metode yang digunakan sudah benar. Sudah menjadi sunnatullah karena
yang benar akan menghancurkan yang batil (Al-Isra`:18). Namun sunnatullah ini juga berkaitan
dengan sunnatullah yang lain, yaitu bahwa Allah mencintai dan sangat ridha dengan kebenaran
yang diperjuangkan dalam garis yang rapi dan teratur (Ash-Shaff:4).
Dakwah memiliki kedudukan yang sangat penting, secara hukum dakwah ini merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Ada banyak argumen yangdapat
dijadikan acuan untuk mendukung pernyataan kewajiban melaksanakan tugas dakwah, baik dari
Al-Qur'an maupun Hadits Nabi. Dalam surah An Nahl 125:1

‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوه َُو اَ ْعلَ ُم‬ َ َّ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َرب‬
َ ‫ك ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬
ُ ‫اُ ْد‬

َ‫بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬


Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang
mendapat petunjuk.
Dalam perspektif dakwah, Al-Qur'an dipandang sebagai kitab dakwah yang adalah
referensi pertama dan utama. Al-Qur'an memperkenalkan sejumlah istilah kunci yang melahirkan
konsep dasar dakwah. Di dalam Al-Qur'an, istilah dakwah selalu diungkapkan dalam konteks
bagaimana kedudukan, fungsi, dan peran manusia sebagai mukhatab utama, dalam kaitannya
dengan hak dan kewajiban yaitu hablum mina allah, hablum minan nas dan hablummaa alam.
Tanda-tanda ayat yang berkaitan dengannya menegaskan adanya gagasan, visi, misi dan prinsip
dakwah dalam wawasan al-Qur'an. Ada beberapa pengertian dakwah dalam Al-Qur'an,
setidaknya ada sepuluh berbagai makna dakwah, diantaranya doa, seperti dalam Surah Ali 'Imran
ayat 38:

1
Depertemen Agama RI, Al-Qur,an Dan Terjemahnya, (Bandung :PT.Syaamil Cipta Media : 2005), h. 421
َ ‫ك َد َعا َز َك ِريَّا َرب َّٗه ۚ قَا َل َربِّ هَبْ لِ ْي ِم ْن لَّ ُد ْن‬
ً‫ك ُذرِّ يَّة‬ َ ِ‫هُنَال‬
‫ك َس ِم ْي ُع ال ُّد َع ۤا ِء‬
َ َّ‫طَيِّبَةً ۚ اِن‬
“Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku
keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.”

Jika definisi dakwah dari para ahli dikaitkan dengan beberapa fenomena, dakwah dari
segi bahasa, serta perkembangan makna konsep dakwah di atas, maka dapat dikatakan bahwa
dakwah adalah proses peningkatan keimanan pada diri sendiri manusia menurut hukum Islam.
Peningkatan iman terwujud dalam peningkatan pemahaman, kesadaran dan tindakan. Dakwah
adalah penyebaran ajaran Islam yang memiliki ciri-ciri tertentu. Dakwah terbuka untuk siapa saja
dari berbagai kategori. Dia terkait dengan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan manusia
secara individu maupun kolektif. Karena dakwah kini diyakini sebagai sistem sosial, maka
faktor-faktor yang terkandung dalam dakwah Islam dapat dianalisis dengan teori system
khususnya dan teori sosial pada umumnya.2

Adapyun beberapa pengertian dakwah menurut parah ahli, diantaranya adalah sebagai

berikut;

a. Prof. H.M. arifin M.Ed. dalam bukunya Psikologi dakwah Suatu Pengantar
Studi,mendefinisikan dakwah sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan,
tulisan,tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha
mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam
dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap agama
sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan .3

b. Prof. Toha Yahya Umar, M.A. dalam bukunya Ilmu Dakwa mendefinisikan dakwah adalah
mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan
untuk keselamatan dan kebahasiaan mereka di dunia dan akhirat4 (Omar, 2004)

c. Syaikh Ali Mahfudz, dakwah adalah memotivasi memotivasi manusia untuk berbuat kebaikan,
mengikuti petunjuk, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran agar mereka
memperoleh kebahagiaan didunia dan akhirat.5

B. DAKWAH RAHMATAN LIL ALAMIN

2
Asep Kusnawan ,Ilmu Dakwah (Kajian Berbagai Aspek), (Bandung, Pustaka Bani Quraisy, 2004). hh 183- 184
3
Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah. Jakarta: Hamzah, 2009.
4
Omar, Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah. Jakarta: Zakia Islami Press, 2004.
5
Mahfudz, Ali, Hidayat Al-Mursyidin. Cairo; Dar Al-Kutub Al-Arabiyah, 1952
Dakwah rahmatan lil alamin adalah dakwah rasulullah yang mengajak manusia ke jalan
allah dengan semangat dasar kelembutan dan kasih saying, dengan cara berpegang teguh dengan
al-quran dan mengikuti jalan hidup nabi, agar mendapatkan barokah didunia dengan rezeki yang
cukup, hujan yang cukup dan tanah yang suburserta mendapatkan nikmat surge di akhirat kelak.

Rumusan di atas diramu dari tujuh makna rahmat dalam al-Quran: pertama, kelembutan (riqqah),
empati (ta’ aththuf), memberikan maaf (maghfirah), penyayang (hanan) yang merupakan lawan kata dari
azab, kejahatan, kemudharatan, kekasaran. Kedua, rezeki. Ketiga, kenabian. Keempat, tanah yang subur.
Kelima, alQuran. Keenam, hujan. Ketujuh, surga.

Rahmatan Lil‘alamin merupakan istilah yang dipopulerkan oleh al-Quran untuk merujuk kepada
tujuan utama dakwah yang diusung oleh Nabi Muhammad SAW. Istilah ini sering digunakan untuk
menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang damai, kasih sayang, toleran, dan cinta kebaikan. Sehingga,
seetiap tindakan yang bertujuan untuk menegakkan syariat Islam yang terkesan ‘bertentangan’ dengan
makna di atas  disebut sebagai tindakan yang tidak ‘rahmatan lil‘alamin.’  Namun dalam al-Quran,hadis
dan sejarah dakwah Nabi Muhammad dan para sahabatnya menunjukkan bahwa tidak semua aktivitas
yang bertujuan untuk menegakkan rahmatan lil’alamin bisa dihadirkan dengan damai, kasih sayang,
toleran, dan cinta kebaikan. Di sana ada jihad, amar ma’ruf nahi munkar dan wala’ dengan sesama
mukmin.  Untuk menghindari kesalahan dalam penggunaaan istilah ini dan untuk mewujudkan rahmatan
lil’alamin yang sesuai dengan ruh al-Quran itu sendiri maka penelitian ini dilakukan. Tulisan ini mencoba
untuk menggali makna rahmat dalam al-Quran serta bagaimana cara mewujudkannya dengan pendekatan
tafsir tematik.  Sebagai kesimpulan rahmatan lil’alamin akan terwujud manakala terjadi keseimbangan
hablun minallah dan hablun minannas, yaitu menerapkan duabelas aktivitas yang terkait dengan
hubungan hablun minallah  dan duabelas aktivitas yang terkait dengan hablun minannas (Budiantoro,
2017)

Untuk mewujudkan Islam rahmatan lil‘ alamin, al-Quran dan hadis mengajarkan nilai
keseimbangan antara hablun minallah dan hablun minannâ s. Hablun minallah tergambar dalam duabelas
poin, yaitu:

1). Beriman kepada Allah dan berpegang teguh dengan keimanan;

2). Menaati Allah dan Rasul-Nya;

3). Mendirikan sholat;

4). Memakmurkan masjid;

5). Mengkaji ayat- ayat Allah di masjid;

6). Merasa diri banyak memiliki kekurangan dan berdoa supaya mendapatkan rahmat;

7). Istighfar, taubat, dan memperbaiki diri;

8). Mengikuti al-Quran dan mendengarkannya dengan seksama;

9). Bertaqwa;
10). Berjihad dengan harta dan jiwa;

11). Sabar ketika menghadapi musibah;

12). Tawakkal kepada Allah.

Sedangkan ajaran tentang Hablun Minannâs tergambar dalam dua belas berikut:

1). Profesional dalam bekerja;

2). Saling berwala’ dengan sesama mukmin;

3). Amr ma’ ruf nahi munkar;

4). Membayar zakat;

5). Berbuat baik kepada orang tua;

6). Ukhuwwah yang dibangun di atas dasar taqwa;

7). Hijrah;

8). Menjadi orang saleh;

9). Infaq fi sabilillah untuk mendekatkan diri kepada Allah;

10). Makan harta yang baik;

11). Berbuat baik kepada orang lemah, orang sakit, dan orang miskin;

12). Berlomba melakukan kebaikan di antara suami dan istri

Bentuk-bentuk rahmat allah

Bentuk rahmat Allah dalam al-Quran ada tiga :

1). Rahmat Allah untuk seluruh manusia;

2). Rahmat Allah yang khusus untuk orang yang beriman;

3). Rahmat Allah untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.

C. MACAM-MACAM JENIS DAKWAH

 Dakwah Fardiah
Merupakan salah satu dakwah yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau
dilakukan dengan jumlah yang terbatas. Dakwah ini biasanya di lakukan tanpa adanya
persiapan.
Contoh Dakwah Fardiah: Menasehati dengan baik kepada rekan kerja ataupun teman.
 Dakwah Ammah
Merupakan salah satu dakwah yang dilakukan melalui lisan dari satu orang kepada orang
lain yang lebih banyak dengan tujuan memberikan pengaruh.
Contoh Dakwah Ammah: Khutbah yang bertujuan menyuarakan ajaran islam melalui
lisan.
 Dakwah Bil-Lisan
Merupakan salah satu dakwah yang dilakukan dengan interaksi secara langsung anatara
pendakwah dan pendengarnya melalui tanya jawab.
Contoh Dakwah Bil-Lisan : Ceramah, pengajian maupun khutbah jumat.
 Dakwah Bit-Tadwin
Merupakan salah satudakwah yang dilakukan secara tidak langsung atau dengan
menggunkan perantara melalui tulisan, media social, Koran ataupun TV
 Dakwah Bil-Hikmah
Merupakan salah satu dakwah yang melakukan pendekatan sehingga dakwah mampu
melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri tidak merasa adanya paksaan, tekanan
ataupun konflik. Cara penyampaian dakwah ini arif dan bijaksana.
 Dakwah Bil-Hal
Merupakan salah satu dakwah yang mengedepankan pada aksi, hal tersebut bertujuan
agar yang menerima dakwah dapat mengikuti jejak dari juru dakwah
Contoh :Mendirikan masjid Quba untuk mempersatukan kaum Anshor dan kaum
Muhajirin pada ikatanUkhuwah Islamiyah.
 Dakwah bi Al-Qalam
Dakwah bi Al-Qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan keahlian
menulis di surat kabar, majalah, buku, maupun internet. Jangkauan yang dapat dicapai
oleh dakwah bi al-qalam ini lebih luas daripada melalui media lisan, demikian pula
metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya.
Kapan saja dan di mana saja mad’u atau objek dakwah dapat menikmati sajian dakwah bi
alqalam ini.
 Dakwah Fardiah
Merupakan salah satu dakwah yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau
dilakukan dengan jumlah yang terbatas. Dakwah ini biasanya di lakukan tanpa adanya
persiapan.
Contoh Dakwah Fardiah : Menasehati dengan baik kepada rekan kerja ataupun teman.
 Dakwah Ammah
Merupakan salah satu dakwah yang dilakukan melalui lisan dari satu orang kepada orang
lain yang lebih banyak dengan tujuan memberikan pengaruh.
Contoh Dakwah Ammah : Khutbah yang bertujuan menyuarakan ajaran islam melalui
lisan.
 Dakwah Bil-Lisan
Merupakan salah satu dakwah yang dilakukan dengan interaksi secara langsung anatara
pendakwah dan pendengarnya melalui tanya jawab.
Contoh Dakwah Bil-Lisan : Ceramah, pengajian maupun khutbah jumat.
 Dakwah Bit-Tadwin
Merupakan salah satudakwah yang dilakukan secara tidak langsung atau dengan
menggunkan perantara melalui tulisan, media social, Koran ataupun TV
 Dakwah Bil-Hikmah
Merupakan salah satu dakwah yang melakukan pendekatan sehingga dakwah mampu
melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri tidak merasa adanya paksaan, tekanan
ataupun konflik. Cara penyampaian dakwah ini arif dan bijaksana.
 Dakwah Bil-Hal
Merupakan salah satu dakwah yang mengedepankan pada aksi, hal tersebut bertujuan
agar yang menerima dakwah dapat mengikuti jejak dari juru dakwah
Contoh :Mendirikan masjid Quba untuk mempersatukan kaum Anshor dan kaum
Muhajirin pada ikatanUkhuwah Islamiyah.
 Dakwah bi Al-Qalam
Dakwah bi Al-Qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan keahlian
menulis di surat kabar, majalah, buku, maupun internet. Jangkauan yang dapat dicapai
oleh dakwah bi al-qalam ini lebih luas daripada melalui media lisan, demikian pula
metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya.
Kapan saja dan di mana saja mad’u atau objek dakwah dapat menikmati sajian dakwah bi
alqalam ini.

D.MANFAAT DAN TUJUAN DAKWAH

1. Tujuan dakwah

Tujuan dakwah adalah program kegiatan dakwah dan pencerahan agama, yang tidak lebih
dari pemajuan pemahaman, penyadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang
dibawa oleh para pejabat dakwah atau ustadz, membentuk sikap-sikap spiritual. dan
pengembangan motivasi positif untuk memahami bahwa tujuan dakwah yang sebenarnya adalah
menyadarkan manusia akan tugas dan aktivitasnya sebagai fil ardhi khalifah yang mengayomi
kalam Allah di muka bumi. Artinya, tujuan dakwah adalah mengembangkan pola pikir spiritual
yang tinggi. Dimulai sejak seseorang dilahirkan ke dunia, ajaran Islam harus diterapkan. Karena
secara tidak langsung manusia perlu mempelajari agama Islam karena agama adalah pedoman
bagi manusia agar manusia tidak tersesat. lebih baik.

Tujuan dakwah sebagai bagian dari semua kegiatan dakwah sama pentingnya dengan
unsur-unsur lain seperti subjek dan objek dakwah, metode dan lain-lain. Bahkan lebih dari tujuan
dakwah sangat menentukan dan berpengaruh dalam penggunaan metode dan media dakwah,
tujuan dakwah juga menentukan tujuan baik dari strategi dakwah maupun dakwah. Hal ini
karena tujuan adalah arah gerakan yang dituju oleh semua kegiatan dakwah, sehingga tujuan
dakwah terbagi menjadi dua :

a. Tujuan Umum adalah mendorong, mengarahkan, mendorong. umat manusia (baik yang
memeluk islam maupun yang masih dalam keadaan kafir atau musyrik) ke jalan yang
lurus yang diridhai Allah SWT. Hidup dalam bahasa dan jadilah sukses di dunia ini dan
di akhirat.

b. Tujuan khusus :

1. Mengajak umat manusia yang telah memeluk agama Islam untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT.

2. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih muallaf.

3. Mengajak manusia agar beriman kepada Allah SWT (memeluk agama Islam).

4. Mendidik manusia dan mengajarkan manusia mengajarkan anak-anak agar tidak


menyimpang dari fitrahnya.

c. Tujuan dakwah dari segi objeknya :

1. Tujuan perorangan, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang mempunyai iman


yang kuat, perilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyariatkan Allah SWT
dan berakhlak ‟ karimah.

2. Tujuan untuk keluarga, yakni terbentuknya keluarga bahagia penuh ketentraman


dan cinta kasih antara anggota keluarga.

3. Tujuan untuk masyarakat, yaitu terbentuknya masyarakat yang sejahtera yang


penuh dengan suasana keIslaman.

4. Tujuan untuk seluruh umat manusia, yaitu terbentuknya masyarakat dunia yang
penuh dengan kedamaian dan ketenangan.

d. Tujuan dakwah dari segi materinya

1. Tujuan akidah, yaitu tentramnya suatu akidah yang mantap di setiap hati
seseorang, sehingga keyakinan - keyakinan tentang ajaran-ajaran Islam tidak lagi
dicampuri dengan keraguan.

2. Tujuan hukum, yaitu kebutuhan setiap orang kepada hukum-hukum yang


disyariatkan ‟ oleh Allah SWT.
3. Tujuan akhlak, yaitu terbentuknya muslim yang berbudi luhur dihiasi dengan sifat
sifat yang terpuji dan bersih dari sifat yang tercela

2. Manfaat dakwah

Manfaat berdakwah adalah untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup baik di
sini maupun di sini. Warga harus tetap menjalankan dakwah Islam dan turut serta dalam kegiatan
Maudzah Hasanah yang diselenggarakan oleh para ulama. Dakwah Islam adalah misi suci yang
diturunkan oleh Nabi Muhammad SAW. (Hasan, 2018)

E. ETIKA DAKWAH DALAM ISLAM

1. Pengertian Etika
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, ethos yang memmiliki makna adat,
kebiasaan, akhlak, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Etia dalam bentuk jamak, yaitu ta
etha artinya adat kebiasaan. Sehingga etika berarti bertindak atas dasar moralitas atau selaras
dengan patokan moral yang berlaku dalam masyarakat sosial, atau menyelaraskan dengan
standar perilaku dari suatu profesi atau daerah tertentu. Dalam bahasa Arab, etika dikenal dengan
akhlak, sehingga tidak jauh berbeda dengan etika, kecuali ketika kata akhlak ditambah dengan
Islam menjadi akhlak Islam yang sepadan dengan etika Islam.

Etika adalah nilai-nilai kebaikan yang tumbuh selama kehidupan Manusia yang sengaja
diciptakan sebagai kebutuhan yang wajib dipenuhi dalam bermasyarakat. Nilai-nilai ini biasanya
diwariskan secara turun-temurun guna menjamin kebahagiaan serta kesejahteraan sehingga
menjadi norma atau aturan yang harus dipatuhi dan memiliki sanksi jika melanggarnya.
Seseorang yang memiliki etika biasanya dilabelkan dengan perlakuan baik yang tidak
menimbulkan keresahan. Namun, tergantung pada kebiasaan yang dipakai oleh tiap-tiap
kelompok. Meskipun demikian, etika berlainan dengan adat, karena adat hanya memandang
lahir, melihat tindakan yang di lakukan, sementara etika lebih memperhatikan hati dan jiwa
orang yang melakukan dengan maksud apa
dilakukan.

Secara terminologi yaitu menurut Achmad Charis Zubair, istilah etika sering diidentikkan
dengan susila yang memiliki arti prinsip, dasar, atau aturan hidup yang lebih baik. Tak hanya itu,
menurut Ahmad Amin, etika sepadan dengan akhlak atau ilmu akhlak, yaitu ilmu tentang arti
baik dan buruk perilaku yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada lainnya.
Sumber: Konsep Etika dalam Dakwah Siti Rohmatul Fatihah 244-245

َ‫ال ِإنَّنِى ِمنَ ْٱل ُم ْسلِ ِمين‬ َ ٰ ‫َو َم ْن َأحْ َسنُ قَوْ اًل ِّم َّمن َدعَٓا ِإلَى ٱهَّلل ِ َو َع ِم َل‬
َ َ‫صلِحًا َوق‬
Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
menyerah diri?" QS. Al-Fussilat ayat 33.

ٓ
َ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْٱل ُمن َك ِر ۚ َوُأ ۟و ٰلَِئكَ هُ ُم ْٱل ُم ْفلِحُون‬
ِ ‫َو ْلتَ ُكن ِّمن ُك ْم ُأ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ ِإلَى ْٱل َخي ِْر َويَْأ ُمرُونَ بِ ْٱل َم ْعر‬
Artinya:” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.” QS. Ali Imran ayat 104.

َ ‫َولَوْ َش ۤا َء هّٰللا ُ َمٓا اَ ْش َر ُكوْ ۗا َو َما َج َع ْل ٰن‬


‫ك َعلَ ْي ِه ْم َحفِ ْيظً ۚا َو َمٓا اَ ْنتَ َعلَ ْي ِه ْم بِ َو ِكي ٍْل‬

Artinya: “Dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mempersekutukan-Nya.


Dan Kami tidak menjadikan engkau penjaga mereka; dan engkau bukan pula pemelihara
mereka.” QS. Al-An‘ām ayat 107

َ ِ‫ َك ٰذل‬ ‫َواَل تَ ُسبُّوا الَّ ِذ ْينَ يَ ْد ُعوْ نَ ِم ْن ُدوْ ِن هّٰللا ِ فَيَ ُسبُّوا هّٰللا َ َع ْد ًو ۢا بِ َغي ِْر ِع ْل ۗ ٍم‬
‫ك زَ يَّنَّا لِ ُكلِّ اُ َّم ٍة َع َملَهُ ۖ ْم ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ِه ْم َّمرْ ِج ُعهُ ْم فَيُنَبُِّئهُ ْم بِ َم««ا َك««انُوْ ا‬
َ‫يَ ْع َملُوْ ن‬

Janganlah kamu memaki (sesembahan) yang mereka sembah selain Allah karena mereka nanti
akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa (dasar) pengetahuan. Demikianlah, Kami
jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah
tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka
kerjakan.  QS. Al-An‘ām ayat 108

Referensi : https://tafsirweb.com/38736-ayat-tentang-dakwah.html

2. Macam-Macam Etika Dakwah


A. Etika Dakwah Dai
Etika dai adalah akhlak dalam Islam yang Allah nyatakan secara terperinci dalam
Alquran dan Sunnah Rasul. Ada beberapa etika dakwah yang harus dimiliki oleh seorang
Da’I, yaitu: (1) Al-Shidq (benar), yakni meliputi kasad (niat), perkataan dan perbuatan
tidak dusta. (2) Al-Shabr (sabar dan tabah) yang terbagi menjadi tiga, yakni; sabar dalam
ketaatan kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan, dan menghadapi musibah atau
bahaya yang sedang dialami. (3) Ar-rahmah (rasa kasih sayang), sikap kasih sayang dalan
segala hal sangat diharapkan dan dianjurkan, baik dalam syariat maupun secara akal.
Dengan begitu, seorang Da’i harus memiliki sikap rasa kasih sayang dalam berdakwah,
tetapi dengan batasan yang jelas. (4) Tawadu’ (merendahkan diri, tidak sombong)
merendahkan diri dan penuh cinta kasih terhadap orang-orang yang beriman. (5) Tidak
mempersulit, baik dalam ilmu yang disampaikan maupun perilaku yang dicontohkan. (6)
Amanah (terpercaya), termasuk kepada sifat utama yang harus dimiliki seorang dai,
sebelum sifat-sifat yang lain serta hiasan bagi para nabi, para rasul, dan orang-orang
shaleh. (7) Tidak memelihara penyakit hati, ghibah/menggunjing orang lain,
takabur/kagum terhadap diri sendiri, hasut/iri hati terhadap orang lain, kikir/pelit terhadap
harta atau kebaikan kepada semua orang.

Sumber: JURNAL ILMU DAKWAH, Vol. 38, No.2, Juli – Desember 2018 ISSN 1693-8054

B. Etika Mad’u
Mad’u biasa disebut juga sebagai jamaah yang sedang menuntut ilmu agama dari
seorang da’i secara individu maupun kelompok.ada beberapa etika mad’u, antara lain: (1)
Menghormati dai sebagai gurunya, sebenarnya semua orang baik yang lebih muda atau
tua dari kita wajib dihormati. Namun, dalam hal ini seorang Da’i yang diutamakan. (2)
Memperhatikan keterangan yang disampaikan oleh dai. Dalam mengikuti kajian atau
dakwah, kita sebagai jamaah wajib mendengarkan dan memahami sedari awal hingga
akhir supaya tidak ada kesalahpahaman dalam memahami materi yang disampaikan. (3)
Sabar dalam proses mendapatkan ilmu melalui kegiatan dakwah yang diikuti. (4)
Menjaga etika di dalam majelis. (5) Mengkritk degan etik, jikalau ada hal yang harus
dikritik maka kewajiban kita mengkritik dengan sopan santun dan perkataan yang baik.

C. Landasan dan Etika Berdialog


Berikut ini beberapa landasan dan etika berdialog menurut Islam:
1) Kejujuran
Dialog hendaklah dibangun di atas pondasi kejujuran, bertujuan mencapai kebenaran,
menjauhi kebohongan, kebathilan dan pengaburan.
2) Thematik dan objektif
Tidak keluar dari tema sebuah dialog supaya arah pembicaraan jelas dan mencapai
sasaran yang diinginkan.

Sumber: Fathul Bahri An-Nabiry, Meneliti Jalan Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2008), h. 137-229.

Pembahasan tentang etika sudah banyak ditulis, salah satunya merujuk pada artikel Fatihah
tentang macam kode etik dakwah, ia menyebutkan bahwa etika dakwah antara lain:
1. Tidak melakukan tasamuh berlebihan pada agama
2. Tidak melakukan diskriminasi sosial (berdasar pada Q.S Abasa ayat 1-2)
َ َ‫) َعب‬1( ‫َأ ْن َجا َءهُ اَأْل ْع َم ٰى‬
(2) ‫س َوت ََولَّ ٰى‬
3. Tidak meminta imbalan
4. Tidak menghina sesembahan NonMuslim dan lain-lain.
Menurut Fatihah, apabila etika dakwah diaplikasikan dengan baik dan sungguh-sungguh maka
akan berdampak pada mad'u atau dai (Fatihah, 2019). Hal ini menunjukkan bahwa peran dai
sebagai agen perubahan, perlu memperhatikan etika dakwah dalam menyampaikan pesan-pesan
ilahi kepada masyarakat.
Ikhlas (QS. Al Bayyinah ayat 5)
َ ِ‫ص ْينَ لَهُ ال ِّد ْينَ ەۙ ُحنَفَ ۤا َء َويُقِ ْي ُموا الص َّٰلوةَ َويُْؤ تُوا ال َّز ٰكوةَ َو ٰذل‬
‫ك ِديْنُ ْالقَيِّ َم ۗ ِة‬ ‫هّٰللا‬
ِ ِ‫َو َمٓا اُ ِمر ُْٓوا اِاَّل لِيَ ْعبُدُوا َ ُم ْخل‬
Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena
(menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus (benar).

Konsisten antara ucapan dan perbuatan (QS. Ash Shaff ayat 2-3)

‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا لِ َم تَقُولُونَ َما اَل تَ ْف َعلُون‬

َ‫َكبُ َر َم ْقتًا ِع ْن َد هَّللا ِ َأنْ تَقُولُوا َما اَل تَ ْف َعلُون‬

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ?
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.

F. Tantangan Dakwah Di Era Industri 4.0

Kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki oleh seluruh umat manusia
tidak selamanya akan membuat manusia bahagia, karena banyaknya dampak negatif seperti dari
segi ilmu pengetahuan dan informasi yaitu terjadinya kecanduan mengikuti budaya di berbagai
negara di sana. Agama nilai-nilai moral tergantikan dengan nilai-nilai moral yang dihasilkan oleh
masyarakat, maraknya narkoba yang merusak generasi muda, terjadinya tindak kriminal yang
tidak hanya terjadi di desa bahkan di kota-kota besar pun merajalela. Rendahnya moral di
kalangan remaja, orang tua dan bahkan anak-anak, merupakan tantangan dakwah di era
globalisasi adalah dampak sosial budayanya yang menyebabkan padatnya masyarakat di dunia
industri dan informasi. Orang-orang seperti itu akan cenderung terjebak dalam suatu sistem
budaya sehingga menjadi tergantung pada sistem tersebut. Dampak seperti itu akan membuat
manusia menjadi condong dengan pemikirannya untuk menumbuhkan pemahaman materialis
dan rasionalitas. Pengertian materialisme sendiri adalah aliran yang pemikirannya hanya
mempercayai segala sesuatu yang berhubungan dengan materi material. Semuanya akan dilihat
dari pro dan kontra secara materi. Pemahaman ini tumbuh dalam kehidupan sehari-hari manusia
yang ilmu pengetahuan dan teknologinya maju tetapi tidak sejalan dengan keimanannya.
Sedangkan pengertian rasionalitas adalah pemahaman bahwa cara mengetahui kebenaran hanya
dengan menggunakan rasio6.
Era revolusi industri 4.0 ini berbagai permasalahan dalam kehidupan semakin banyak
sekali. Mulai dari isu politik, agama, ekonomi dan sosial. Munculnya permasalahan ini
menyebabkan orang - orang tidak harmonis dalam hubungan bermasyarakat. Banyak berita –
berita di media informasi memberitakan berita kejahatan ada dimana – mana. Umumnya berita
kejahatan berasal dari kondisi ekonomi dan sosial, bahkan tidak jarang minimnya pengetahuan
tentang agama turut ikut andil.

6
Widodo dkk, Dakwah Islam di era revolusi industri 4.0, Komunikasi Penyiaran Islam, 2019 hal 17
Permasalahan-permasalahan yang muncul ditengah-tengah masyarakat tersebut harus
segara di selesaikan baik dari segi moral dan keimanan maupun dari segi kesejahteraannya. Hal
ini demi menciptakan kehdiupan yang damai aman dan sejahtera 7. Dalam hal ini, Islam
merupakan salah satu solusi yang dapat menyelesaikan persoalan tersebut, yaitu dengan cara
berdakwah.
Islam merupakan agama yang sejalan dengan perkembangan teknologi, contohnya adalah
pada zaman Wali Songo. Dakwah yang dilakukan Wali Songo ini merupakan contoh yang paling
tepat dalam menyiarkan agama Islam. Mereka dikenal dengan dakwah yang kultural, membaur,
dan memanfaatkan budaya setempat untuk menyiarkan ajaran Islam8.
Islam tidak melarang umatnya untuk menggunakan teknologi digital, selama hal tersebut
digunakan untuk kegiatan yang positif. Revolusi Industri 4.0 secara fundamental mengakibatkan
berubahnya cara manusia berpikir, hidup, dan berhubungan satu dengan yang lain 9. Era 4.0
menuntut semua pihak untuk berpikir progresif, inovatif, dan kreatif jika tidak ingin ketinggalan
langkah10. Hal ini yang menyebabkan para da’i harus menggunakan strategi saat berdakwah.
Dikarenakan khawatir ada oknum - oknum yang tidak bertanggung jawab menyebarkan video
hoaks, sehingga umat Islam dapat menjadi terpecah belah.
Beberapa tantangan dakwah di era industri 4.0 ini antara lain:

a) Faktor pendidikan dan fasilitas merupakan salah satu faktor yang membatasi sumber daya
manusia.
b) Keutamaan teknologi informasi yaitu internet yang masih rendah dikalangan sebagian
masyarakat dunia.
c) Masih banyak masjid, ponpes atau tempat ibadah yang belum memanfaatkan akses teknologi
informasi, seperti internet.
d) Keterbatasan sarana komunikasi bahkan interaksi antar kelompok Islam lainnya.
e) Informasi terkait Islam bertebaran melalui berbagai media, baik media cetak maupun media
elektronik seperti internet, namun karena tidak dikelola dan dikoordinasikan dengan baik,
kecenderungan ini menjadi “pemborosan informasi”.
f) Umat Islam berminat menggunakan teknologi informasi namun masih sangat terbatas.
g) Pemanfaatan dakwah di bidang internet masih kurang dan perlu mendapat perhatian dari
berbagai bidang organisasi profesi dan perusahaan.

7
Ainur Rofiq, Urgensi Dakwah Pemberdayaan Masyarakat Di Era Industry 4.0, Indonesian Journal Of Islamic
Communication, Vol. 3, No. 1, Juli 2020: 01-21
8
Yuliyatun Tajuddin, Wali Songo dalam Strategi Komunikasi Dakwah Jurnal Addin, Vol. 8, No. 2, Agustus 2014,
hal. 369
9
R Willya Achmad W dkk., Potret Generasi Milenial Pada Era Revolusi Industri 4.0, Vol. 2 No: 2, Desember
2019, hal 188
10
Umar Al Faruq, Peluang Dan Tantangan Pendidikan Muhammadiyah Di Era 4.0, Volume XVIII No. 1 2020,
September 2021, hal 14.
G. URGENSI AMAR MAKRUF DAN NAHI MUNKAR DALAM DAKWAH ISLAM
Memerintahkan kebajikan dan mencegah kemungkaran sangatlah penting bagi tegaknya masyarakat
Islam. Ada kekuatan dalam diri manusia yang secara alami mendorong kepada kebaikan.
Amar ma‟rûf nahi mungkar merupakan salah satu pilar ajaran Islam yang sangat fundamental.
Amar ma‟rûf nahi mungkar ibarat dua sisi dari satu keping mata uang yang sama. Amar ma‟rûf
mengandung anasir nahi mungkar dan nahi mungkar mengandung anasir amar ma‟ruf, satu sama
lain saling mengisi, melengkapi, mengukuhkan dan menyempurnakan eksitensinya. Aktivitas amar
ma‟rûf niscaya diikuti dengan nahi mungkar, sedangkan aktivitas nahi mungkar niscaya
ditindaklanjuti dengan amar ma‟rûf.
Kehadiran Islam bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk seluruh umat manusia. Islam
mengajarkan penyerahan diri hanya kepada Allah SWT. Manusia niscaya beriman, berbuat baik,
dan menjadi contoh kepada yang lain untuk melakukan perbuatan baik, dan memiliki kemampuan
melihat bahwa kebaikan dan kebenaran akan menang, menjauhkan diri dari kebathilan, kekafiran,
kemusyrikan dan menyalahi Rasulullah saw, dan menjadi contoh kepada yang lain untuk menjauhi
kebatilan serta meyakini bahwa kebatilan dan kezaliman akan kalah. Sebaikbaik manusia ialah yang
melakukan amar ma‟rûf nahi mungkar dan yang paling bertakwa kepada Allah.
Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa
aktif melakukan kegiatan dakwah menyuruh berbuat baik dan mencegah kemunkaran, bahkan maju
munduurnya umat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang
dilakukan.
Allah SWT berfirman

“Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, mereka
membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (shalat). Mereka beriman
kepada Allah dan hari akhir, meyuruh (berbuat) yang ma‟ruf dan mencegah
dari yang mungkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-
orang shaleh”. (Q.S.Ali Imran/3:110)
Amar ma‟rûf, menyuruh berbuat baik tidak lain merupakan sosialisasi nilai-nilai kebajikan,
sedangkan nahi mungkar, melarang perbuatan buruk adalah pencegahan dan penghapusan
kemungkaran.
Amar ma‟rûf merupakan suatu bentuk kesetiakawanan sosoial untuk menerapkan kebenaran dan
kebaikan dalam kehidupan manusia dan mempersatukan seluruh potensi untuk menegakkan
bangunan sosial atas landasan yang kokoh. Kalau individu dalam masyarakat dibiarkan
mengerjakan atau meninggalkan apa saja yang mereka inginkan, berarti masyarakat telah
ditundukkan pada keinginan-keinginan individu yang akan meruntuhkan keberadaan masyarakat,
karena tiadanya unsur yang bisa memelihara persatuan dan merealisasikan kekuatan masyarakat.
Itulah sebabnya maka amar ma‟rûf merupakan suatu kewajiban yang sangat berbobot nilainya
dalam syariat islam.
Kesediaan amar ma‟rûf nahi mungkar merupakan salah satu ciri utama orang-orang beriman,
seperti tertera dalam al-Qur‟an:

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong
bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
munkar, melakukan shalat dan menunaikan zakat dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka
akan diberi rahmat oleh Allah. Sunngguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana”. (Q.S. At-
Taubah/7:71)
Al-Qur‟an menegaskan sanksi meninggalkan nahi mungkar sebagai berikut:
”Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan (ucapan) Dawud dan Isa putra
Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.(78). Mereka
tidak saling mencegah perbuatan munkar yang selalu mereka perbuat. Sungguh sangat buruk apa
yang mereka perbuat. (79). (Q.S. AlMa‟dah/5:78-79)
Ajaran Islam mengembangkan ajaran missi yang mewajibkan dakwah kepada umatnya untuk
menyebarkan syiar agama, baik secara individu maupun kelompok. Sebagaimana tercantum dalam
Q.S. Ali Imran [3]:104 Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak
kepada kebaikan, mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, mereka itulah
orang-orang yang beruntung"
Kewajiban menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar, merupakan hal yang sangat esensi dalam
Islam, kehadirannya untuk membebaskan manusia dari keterbelakangan, ketertindasan, perbudakan,
kebodohan, kemusyrikan, karena dakwah amar ma’ruf dan nahi munkarmerupakan perpanjangan
tangan dari nabi/rasul kepada umatnya.Al-Qurtubi dalam Tafsirnya alJami’li Ahkam al Quran,
ُ ‫م ْن‬dalam ayat ini adalah untuk menunjukkan sebahagian (li al-tab’idh). Artinya
menjelaskan lafaz ِ‫ك ْم‬
juru dakwah itu mestilah dari kalangan ulama, sedangkan masyarakat itu tidak semuanya ulama.
Dengan demikian mufassir ini menarik kesimpulan hukum bahwa tugas amar makruf dan nahi
munkar itu adalah fardhu kifayah.
Pada hakikatnya amar maruf dan nahi munkarterdapat empat penggalan kata yang apabila
dipisahkan satu sama lain mengandung pengertian sebagai berikut: :«‫ ا«م«ر‬memerintah atau menyuruh
«‫ م«ع«ر«ف‬yang baik atau kebaikan/kebajikan, :«‫ن«ه«ي‬larangan dan «‫ م«ن«ك«ر‬perkara yang keempat kata tersebut
digabungkan, yang ««««‫ ا««««ل««««م««««ن««««ك««««ر««««ع««««ن««««و««««ا««««ل««««ن««««ه««««ي««««م««««ع««««ر««««و««««ف««««ا««««م««««ر««««ب««««ا‬:akan menjadi
artinya menyuruh yang baik dan melarang yang buruk
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai