PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hukum islam, soal bersuci dan segala seluk-beluknya adalah
amalan yang sangat penting, karena rukun islam yang kedua ialah shalat,
shalat tidak sah kecuali dengan thoharoh. Dan thoharah tidak bisa
dilakukan kecuali dengan air dan debu. Wudhu, tayamum dan mandi
beberapa diantaranya. Seorang muslim wajib mengetahui hal tersebut,
Mulai dari hukum, syarat-syarat, serta tata cara pelaksanaannya. Dan
berikut akan kami paparkan tentang ketiganya. Yakni wudhu, tayamum,
dan mandi.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan wudhu, mandi dan tayamum secara
bahasa dan Syariat ?
b. Apa hukum wudhu, mandi dan tayamum menurut syariat?
c. Bagaimana tata cara pelaksanaan wudhu, mandi dan tayamum yang
baik dan benar sesuai syariat ?
C. Tujuan Penulis
a. Mengetahui dan memahami pengertian wudhu, mandi dan tayamum
secara bahasa dan Syariat.
b. Mengetahui hukum wudhu, mandi dan tayamum menurut syariat.
c. Dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tata cara
pelaksanaan wudhu, mandi dan tayamum yang baik dan benar sesuai
syariat.
1
BAB II
PEMBAHASAN
b) Membasuh Wajah
1
Qamuus al-muhit (1/41), Mukhtarush Shihaah, Hal. 726
2
Yazid bin abdul qadir jawas, Shifat Wudhu Nabi (Bogor: CV. Media Tarbiyah, 2008), Hal. 11
2
Yaitu dengan mengalirkan air padanya. Batas wajah yang
wajib dibasuh adalah dari kening sampai tulang dagu dan yang ada
diantara telinga kiri dan telinga kanan.
...
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu ... (QA. Al-Maidah
[5]: 6).
c) Membasuh kedua tangan hingga siku
...
... (dan basuhlah) tangan kalian sampai siku ... (QS. Al-Maidah
[5]: 6.
d) Membasuh kepala dari kening hingga tengkuk
...
... (Dan sapulah kepala kalian ... (QS. Al-Maidah [5]: 6).
e) Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki
...
... Dan basuhlah kaki kalian hingga kedua mata kaki ... (QS. Al-
Maidah [5]: 6).
f) Tertib dalam urutan sebagaimana yang dilakukan Rasulullah dari
mulai niat sampai membasuh kedua kaki
Mulailah pekerjaanmu dengan apa yang dimulai (dengan nama)
Allah. (HR. Nasai dari jabir).
b. Sunnah Wudhu
Yaitu hal yang sunah dikerjakan dalam berwudhu sehingga tetap sah
wudhu seseorang tanpa melakukannya walaupun akan mengurangi
kesempurnaannya.
a) Membaca basmalah pada saat memulai wudhu
Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah
padanya. (HR. Imam Ahmad dan Abu Daud dengan sanad yang
3
doif, tetapi karena jalurnya banyak sebagian ulama
mengamalkannya).
b) Bersiwak atau menggosok gigi
Jika tidak memberatkan umatku, aku pasti menyuruh mereka
menggunakan siwak pada setiap kali berwudhu. (HR. Malik).
c) Membasuh kedua telapak tangan sebelum berwudhu jika baru
bangun tidur
d) Berkumur-kumur
)(.
jika engkau berwudhu, berkumurlah. (HR. Abu Daud dengan
sanad yang baik).
e) Memasukkan air ke dalam hidung (istinsyaq), lalu
mengeluarkannya kembali (istintsar)
bersungguh-sungguh dalam melakukan istinsyak, kecuali dalam
keadaan berpuasa.(HR. Imam Ahmad dan Tirmidzi).
c. Hal-hal yang membatalkan Wudhu
Ada beberapa hal yang dapat membatalkan wudhu.
a) Keluarnya sesuatu baik dari qubul maupun dubur seperti kencing
dan buang air besar, kentut, keluar madi, dan mani.
b) Tidur nyenyak tanpa adanya pinggul di atas lantai, atau tidur
dengan terlentang.
) (
Mata adalah tali dubur. Barangsiapa tidur, ia harus berwudhu
lagi. (HR. Abu Daud).
c) Hilang akal atau kesadaran karena gila, pingsan, mabuk atau
disebabkan obat-obatan, baik sedikit maupun banyak.
d) Menyentuh wanita dengan syahwat
e) Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan tanpa alas, baik
kemaluan sendiri maupun kemaluan orang lain.
f) Keluar dari agama Islam (murtad)
4
d. Perkara yang Dimakruhkan dalam Wudhu
Secara umum, makruh hukumnya bagi orang yang berwudhu
meninggalkan perbuatan sunnah dari hal-hal sunnah yang telah di uraikan
di muka agar tidak diharamkan untuk memperoleh pahalanya,
sebagaimana ketika ia mengerjakan hal-hal yang dimakruhkan dalam
wudhu.
Adapun perkara-perkara yang dimakruhkan dalam wudhu antar lain
sebagai berikut :
a) Berlebih-lebihan (boros) dalam menggunakan air, atau dalam
bahasa lain menggunkan air melebihi kebutuhan syara. Ibnu Al-
Mubarak mengatakan: Barangsiapa yang membasuh/mengusap
lebih dari tiga kali dalam berwudhu, maka ia tidak aman dari
melakukan dosa. Imam Ahmad dan Ishaq menambahkan: Tidak
menambah-nambah hitungan (membasuh/mengusap) melebihi tiga
kali dalam berwudhu kecuali orang yang dilanda musibah (rajul
mubtala).3
b) Terlalu irit dalam penggunaan air hingga bisa meninggalkan
perkara yang disunnahkan. Jika ada orang yang meringkas
wudhunya kurang dari hitungan tiga kali, maka ada perbuatan
tersebut dilakukan berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan.
c) Berkumur dan menghisap air ke dalam hidung secara berlebihan
bagi orang yang berpuasa, sehingga dikhawatirkan dapat merusak
puasanya. Hal ini merujuk pada hadits narasi Laqith bin Shabirah
bahwasanya Nabi bersabda,
Keraslah dalam menghirup air ke dalam hidung kecuali jika kamu
sedang berpuasa.
Kesimpulannya, dimakruhkan bagi orang yang sedang berwudhu
melakukan segala sesuatu yang dapat menghantarkannya pada
3
Nail Al-Authar (1/216).
5
situasi yang meninggalkan hal-hal sunnah atau mustahab yang telah
diuraikan dalam pembahasan sebelumnya.4
B. Tayamum
Pengertian Tayamum secara lughat (etimologi) yaitu menyengaja,
sedangkan secara sraya (terminologi) yaitu Mendatanakan debu yang
suci ke wajah dan kedua tangan sampai sikut dengan syarat dan rukun
tertentu
) : (
Jika kamu hendak melakukan shalat, basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai ke siku. Dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai ke mata kaki. Dan kalau kamu junub (wajib mandi) bersihkanlah
dirimu (mandilah). Dan kalau kamu sedang sakit atau sedang bepergian
atau kembali dari tempat buang air (kakus), atau bersetubuh dengan
perempuan, lalu kamu tidak menemukan air, maka bertayamumlah dengan
tanah yang baik (bersih), kemudian sapulah wajah dan tangan kamu
dengan tanah tersebut(QS. Al-maidah : 6)
4
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed hawwas, Fiqh Ibadah (Jakarta:
Amzah, 2009). Hlm. 51-52
6
Dan salah satu hadits Nabi yang berbunyi :
) (
Artinya :
Bumi dijadikan untuk-Ku sebagai mesjid dan debunya dapat
mensucikan.(HR.Muslim)
Dari Firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 6 tersebut telah jelas
bahwa tayamum merupakan pengganti wudhu atau mandi ketika seseorang
dalam keadaan udzur, baik seperti sedang sakit, sedang dalam perjalanan
jauh ataupun tidak adanya air ketika hendak berwudhu atau mandi.
Dalam hal ini tayamum berkedudukan hanya sebagai pengganti
wudhu, oleh karenanya tayamum tidak bisa dikiaskan dengan wudhu,
sebab tayamum itu adalah bersuci dalam keadaan darurat. Jika
dimungkinkan masih bisa melaksanakan wudhu maka tidak diperbolehkan
untuk bertayamum.6
1. Penyebab diperbolehkan Melakukan Tayamum
Seorang muslim diperkenankan untuk tayamum sebagai
pengganti wudhu dalam keadaan berikut.
a. Sakit
Diperbolehkan bertayamum bagi orang sakit yang jika
menggunakan air untuk berwudhu akan dapat
membahayakan dan menambah sakitnya.
b. Karena melakukan perjalanan jauh.
c. Tidak menemukan air, walau ada hanya terbatas untuk
diminum saja.
2. Syarat Tayamum
a. Masuk waktu shalat.
b. Tidak menemukan air, sedangkan sudah masuk wkatu
shalat.
c. Menggunakn debu yang suci tidak terkena najis.
6
Hidayat, Thaharah dan Shalat Bagi Orang Sakit, (Bandung: IMTIHA, 2009).Hlm. 16
7
3. Rukun Tayamum
a. Niat, sebelum tayamum niatkan untuk melaksanakan Shalat
dan sebagainya.
b. Menggunakan tanah yang suci.
c. Sekali sentuh, maksudnya meletakkan kedua tangan di atas
tanah.
d. Mengusap waja dengan telapak tangan.
e. Mengusap kedua punggung telapak tangan hingga ke
pergelangan.
f. Tertib, maksudnya mendahulukan wajah dari tangan
(berurutan).
4. Sunnah Tayamum
a. Mengucapkan basmalah seperti ketika berwudhu
b. Menyentuh tana dua kali, sentuhan pertama adalah wajib,
sedangkan sentuhan kedua adalah sunnah.
c. Mengusap kedua lengan ketika mengusap telapak tangan.
d. Membaca doa ketika selesai tayamum seperti ketika
berwudhu
5. HAl-hal yang membatalkan Tayamum
a) Semua yang membatakan wudhu juga membatalkan
tayamum
b) Menemukan air sebelum melakukan shalat dan tepat
menggunakannya. Namun, jika ia menemukannya setelah
selesai shalat maka shalatnya tetap sah dan tidak perlu
mengulanginya lagi.
6. Tata cara tayamum
Tayamum ini digunakan baik untuk menghilangkan hadast
besarmaupun hadast kecil. Adapun tata caranya sebagai
berikut.
a) Diawalai dengan membaca basmalah seperti ketika akan
berwudhu dan berniat dalam hati karena Allah.
8
b) Meletakkan kedua tangan di atas debu atau tanah yang suci.
c) Meniup kedua telapak tangan agar debu yang kasar tidak
ikut menempel.
d) Mengusap dan menyapu wajah dengan kedua telapak
tangan sampai merata.
e) Kemudian langsung menyapu kedua punggung telapak
tangan sampai pergelangan dengan mendahulukan tangan
kanan, kemudian tangan kiri.7
C. Mandi
Mandi artinya meratakan air keseluruh tubuh dengan maksud untuk
mensucikan diri dari hadast besar.
...
...
... Dan jika kamu junub maka mandilah ... (QS. Al-Maidah[5]: 6).
...
...
... (Jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub,
terkecuali sekedar berlalu saja hingga kamu mandi ... (QS. An-Nisa [4]:
43).
)(
... Jika khitan (kemaluan laki-laki) telah menyentuh khitan
(kemaluan wanita) maka wajib mandi. (HR.Muslim).
a. Rukun Mandi
Mandi yang dimaksudkan untuk mensucikan diri dari hadast
besar harus sesuai dengan rukun-rukun yeng telah ditentukan
oleh syariat Islam. Adapun rukun-rukunnya sebagai berikut.
a) Niat adalah berniat mandi untuk menghilangkan hadast
besar semata-mata karena Allah.
)(...
sesungguhnya setiap amalan itu tergantung niatnya
...(HR.Bukhari Muslim).
7
Asep Nurhalim, Buku Lengkap Panduan Shalat, (Jakarta: Belanoor, 2010).Hlm.43-46
9
b) Meratakan air ke seluruh anggota tubuh dengan
menyiramkannya, menggosok bagian yang bisa
digosok dan hendaknya memperhatikan beberapa
anggota tubuh yang tidak mudah langsung teraliri air
seperti rambut, bagian dalam telinga, bagian bawah
kuku bagi yang memanjangkan, pusar, dan ketiak.
b. Sunnah-sunnah Mandi
Ada beberapa hal yang disunahkan dalam mandi janabah atau
mandi junub yang akan menambahkan kesempurnaannya.
a) Membaca basmalah.
b) Membersihkan kedua telapak tangan sebelum mandi.
c) Memulai dengan menghilangkan kotoran terlebih
dahulu.
d) Membersihkan kemaluan terlebih dahulu.
e) Berwudhu secara sempurna seperti whudu untuk
shalat, tetapi menangguhkan membasuh kedua kaki.
Mandi seperti inilah juga termasuk berwudhu.
f) Menuangkan air diatas kepala sebanyak tiga kali
disertai dengan menyela-nyela rambut agar air sampai
ke pangkal rambut.
g) Bagi para wanita haid atau nifas disunahkan
mengambil kapas yang dibubuhi minyak wangi dan
menggosokkannya pada bekas darah dan kemaluannya
untuk menghilagkan bau tidak sedap dan
mengharumkannya.
c. Tata Cara Mandi
a) Membaca basmalah.
b) Niat menghilangkan hadast.
c) Membersihkan telapak tangan sebanyak tiga kali.
d) Membasuh kemaluan untuk menghilangkan kotoran
yang ada di sekitar kemaluan.
10
e) Berwudhu seperti biasa, kecuali untuk kaki
ditangguhkan terlebih dahulu.
f) Mencelupkan kedua tangan ke dalam air.
g) Memasukkan air ke atas rambut sampai terasa air
meresap dan merata di kulit kepala.
h) Membasuh kepala sekaligus kedua telinga tiga kali
dengan tiga siraman.
i) Menyiramkan air keseluruh tubuh dengan
mendahulukan bagian tubuh sebelah kanan dimulai dari
bagian atas sampai bawah, kemudian bagian kiri.
j) Memperhatikan tempat-tempat tersembunyi seperti
ketiak, bagian belakang lutut, tali pusar, dan bagian
tersembunyi lainnya.
d. Alasan Diwajibkan Mandi
Beberapa alasan yang mewajibkan seorang muslim mukhalaf
(terkena beban hukum) untuk mandi janabah.
a) Keluar air mani, baik disertai syahwat ataupun tidak,
dalam keadaan tidur atau terjaga, oleh laki-laki maupun
wanita.
)(
Air itu dari air( HR.Muslim).
Air mani dapat keluar tanpa disertai syahwat, seperti
karena sakit, kedinginan, kelelahan, dan sebagainnya.
Imam syafii rahimahullah mewajibkan mandi karena
keluar mani dengan sebab apapun, sedangkan ketiga
imam lainnya tidak mewajibkan mandi jika keluar
mani tanpa disertai syahwat.
11
b) Jimak atau berhubungan seksual, meskipun tidak
keluar mani.
.)(
ketika sudah duduk dengan empat kaki, kemudian
khitan bertemu khitan maka wajib mandi.
(HR.Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi)
c) Selesai haid atau nifas bagi wanita.
d) Maut atau kematian, mayat seorang muslim waib
dimandikan oleh orang muslim yang masih hidup
kecuali mayat orang yang mat syahid atau gugur di
medan perang.
) (
... Dan mandikanlah dengan air dan daun bidara.
(HR. Bukhari Muslim).
e) Orang kafir ketika masuk islam.8
8
Asep Nurhalim, Buku Lengkap Panduan Shalat, (Jakarta: Belanoor, 2010). Hlm.50-55
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. 2008. Sifat Wudhu Nabi. Bogor: CV. MEDIA
TARBIYAH
Hidayat. 2009. Thaharah dan Shalat Bagi Orang Sakit. Bandung: IMTIHA
Abd. Aziz muhammad azzam dan Abd. Wahhab Sayyed Hawwas. 2009. Fiqh
Ibadah. Jakarta: Amzah
14