Anda di halaman 1dari 19

‫الحمد هلل الذي وصل من أسند أمره إليه‬ 

segala puji bagi Allah yang menyambung orang yang


menyandarkan perkaranya kepada-Nya
‫ورفع من وقف رجاءه على فضله‬ 
dan mengangkat orang yang menaruh harapannya kepada
anugrahnya
‫وقطع بأن الخير كله لديه‬ 
dan memastikan bahwa semua kebaikan itu di sisinya
‫والصالة والسالم على سيدنا محمد أفضل األنام‬ 
selawat serta salam semoga untuk junjungan kita Muhamad
sebaik manusia
‫اآلتي بأحسن الحديث وأصدق الكالم‬ 
yang datang membawa ucapan yang paling bagus dan ucapan
yang paling jujur
‫وعلى آله وأصحابه الطاهرين‬ 
serta untuk keluarganya dan sahabat-sahabatnya yang suci
‫الذين صحت عزائمهم وحسنت نياتهم فلم يضعفوا عن إقامة شعائر الدين‬
yang bagus harapannya dan bagus niat mereka maka mereka
tidak lemah untuk menegakkan panji-panji agama
‫ارفِين‬ ِ ُ‫صا ٌر ِم ْن ُكت‬
ِ ‫ب ال َع‬ ْ ‫َأ َّما َب ْع ُد فَهَ َذا‬ 
َ ِ‫اخت‬
adapun setelah itu, ini adalah ringkasan dari kitab-kitab para
ulama
‫وتلخيص من كالم األئمة المتقدمين‬
dan sari dari ucapan imam-imam terdahulu
 ‫أوردت فيه أحسن الملح‬ 
aku taruh di situ sebaik ucapan
‫وأردت به تقريب علم المصطلح‬ 
dengan itu saya berharap memudahkan ilmu mustholah
‫فهو من أجل المؤلفات‬ 
itu dari karya karya-karya yang agung
‫وإن كان منتظما في سلك المقدمات‬
walaupun tersusun dalam rantaian permulaan
‫وقد سميته منحة المغيث في علم مصطلح الحديث‬ 
dan aku beri nama minhatul mughits tentang ilmu musthalah
hadits
‫راجيا من هللا تعالى التوفيق والهداية إلى أقوم طريق‬
seraya mengharap kepada Allah petunjuk dan hidayah kepada
jalan yang paling lurus
‫ولقد أقول لطالب العلم الذي * يبقى الهدى ويروم وجه صواب‬
aku katakan kepada pencari ilmu yang menetapkan petunjuk dan
ingin arah kebenaran
‫يا قارئا علم الحديث دراية * إن رمت تحريرا فلذ بكتاب‬
wahai pembaca ilmu hadis secara dirayah jika kamu ingin
penjelasan maka ambillah kitab ku
‫ولقد حوى مع االختصار فوائدا * لم يحوها سفر مع اإلطناب‬
benar benar mengandung faedah-faedah dengan ringkasnya, yang
tidak dikandung kitab kitab dengan panjangnya
‫وأتى بيوت الفن من أبوابها * وجنى من المقصود خير لباب‬
dan mendatangi rumah-rumah fan ini dari pintunya, dan sebaik
sari condong dari yang diharapkan
‫وإلى المع أني قد أشار فأصبحت * للعقل سافرة بغير نقاب‬
 

BAB I ILMU MUSTHOLAH HADIST


 
1. Pembagian Ilmu Hadist
Ilmu Hadist terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Ilmu Hadist Dirayah


2. Ilmu Hadist Riwayah
Tiap-tiap dari dua hadist tersebut memiliki dasar-dasar yang
harus diketahui dan dikuasai, agar orang yang memulai
mempelajarinya, benar benar mengerti. Marilah kita
menguraikannya.

1. Pokok-pokok Ilmu Hadist Dirayah


Batasan ilmu hadist Dirayah yang lebih dikenal dengan ilmu
mustholah hadist adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan untuk
mengetahui hal ihwal sanad dan materi hadist, cara-cara
penerimaan dan penyampaian hadist, serta sifat-sifat para perawi
dan lain lainnya.
Objek ilmu hadist dirayah adalah sanad dan matan, sehubungan
dengan kesahihan, hasan dan dhaifnya.
Buah atau faedah ilmu hadist dirayah adalah dapat mengetahui
hadist yang shahih.
Penyusun pertama ilmu hadist dirayah ialah AL Qadhi Abu
Muhammad Al Hasan bin Abdurrahman Ar Ramahurmuz. Beliau
memberi judul karya tulisnya itu dengan Al Muhaddits Al Fashil.
Nama disiplin ilmu pengetahuan ini adalah ilmu Hadist Dirayah,
disebut juga dengan Ilmu Mustholah Hadist.
Pengambilan Ilmu hadist dirayah adalah hasil penelitian terhadap
perilaku dan keadaan para perawi hadist.
Hukum mempelajari ilmu hadist dirayah adalah fardhu ‘ain bagi
orang yang sendirian dalam mempelajari fardhu kifayah, apabila
jumlah orang yang mempelajarinya banyak.
Perbandingan ilmu hadist dirayah jelas. Ia merupakan ilmu
pengetahuan yang paling mulia. Sebab, dengan ilmu pengetahuan
ini, hadist yang harus diterima dan yang harus ditolak dapat
diketahui.
Persoalan ilmu hadist dirayah adalah persoalan yang berkaitan
dengan ucapan. Setiap hadist yang shahih itu dapat digunakan
sebagai bukti atau dalil.
 

1. Pokok-pokok Ilmu Hadist Riwayah


Batasan ilmu hadist Riwayah adalah suatu disiplin ilmu
pengetahuan untuk mengetahui cara-cara pengutipan segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw., baik
berupa perkataan, perbuatan, ikrar (pengakuan) maupun sifat.

Objek ilmu hadist riwayah adalah pribadi Nabi Muhammad saw.,


yakni sesuatu yang khusus berkaitan dengan beliau.
Buah atau faedah ilmu hadist riwayah adalah untuk menghindari
kesalahan mengutip terhadap hal-hal yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad saw.
Perintis pertama ilmu hadist riwayah adalah Imam Muhammad
bin Syihab Az Zuhri, pada masa pemerintahan Umar bin Abdul
Aziz, atas intruksi beliau sesudah Nabi Muhammad saw, wafat.
Nama ilmu tersebut adalah Ilmu Hadist Riwayah.
Pengambilan ilmu hadist riwayah adalah dari perkataan,
perbuatan, dan ikrar atau  pengakuan-pengakuan Nabi
Muhammad saw.
Hukum mempelajari ilmu hadist riwayah adalah fardhu ‘ain jika
tidak ada orang lain yang mempelajarinya dan fardhu kifayah jika
jumlah orang yang mempelajarinya banyak.
Kedudukan ilmu hadist riwayah termasuk ilmu pengetahuan yang
paling mulia. Sebab, dengan ilmu pengetahuan ini dapat diketahui
cara-cara megikuti dan mematuhi Nabi Muhammad saw.
Persoalan ilmu hadist riwayah itu bersifat juz-iyyah (partial),
seperti ucapanmu. Nabi Muhammad saw, bersabda :
“ Orang islam (muslim) itu adalah orang yang dapat membuat
orang-orang lain merasa tidak pernah terganggu atau disakiti oleh
ucapan atau perbuatan.”

Sesungguhnya sebagian sabda Nabi saw. tersebut, yang kamu


ucapkan itu menjadi inti kekuatan perkataanmu. Sebagian sabda
Nabi saw. adalah : “Orang islam adalah orang yang bisa
menjaga….”

1. PENJELASAN TENTANG ISTILAH-ISTILAH AHLI


HADIST
Ketahuilah, bahwa istilah-istilah yang biasa digunakan oleh para
ulama ahli hadist itu ada 13, yaitu :

1. Al Hadist, yaitu : Segala yang disandarkan kepada Nabi


Muhammad saw., baik berupa ucapan, perbuatan, ikrar
(pengakuan) maupun sifat.
2. Al Khabar. Menurut pendapat yang sahih, Al Khabar itu sama
(sinonim) Al Hadist. Ada pendapat lain  mengatakan, bahwa
Al Hadist dan Al Khabar itu berbeda. Kalau Al Hadist hanya
terbatas pada apa yang  datang dari Nabi Muhammad saw.,
sedangkan Al Khabar terbatas pada apa yang datang dari
selainnya. Pendapat lain mengatakan, bahwa Al Khabar itu
lebih luas dan umum daripada Al hadist, sebab Al Khabar
mencakup apa yang datang dari Nabi saw. dan selainnya,
sedangkan Al Hadist hanya terbatas pada apa yang datang dari
Nabi saw.
3. Al Atsar. Menurut pendapat yang autentik Al atsar itu sama
(sinonim) Al Hadist. Ada yang mengatakan, bahwa Al atsar itu
adalah Hadist Mauquf, yaitu apa saja yang datang dari sahabat.
4. As-Sunah. Menurut salah seorang ulama As-sunah itu sama
(sinonim) Al Hadist. Disamping itu, ada pendapat yang
menyatakan, bahwa Al Hadist itu hanya terbatas pada ucapan
dan perbuatan Nabi saw. sedangkan As- sunah lebih umum
(mencakup perkataan, perbuatan, pengakuan dan sifat).
5. Al Matan, adalah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang
diover oleh sanad yang terakhir.
6. As Sanad, adalah jalan yang dapat menghubungkan pada
matnul hadist.
7. Al-Isnad, adalah usaha seseorang ahli hadist dalam
menerangkan suatu hadist yang diakuinya dengan penjelasan
kepada siapa hadist itu disandarkan. Pendapat lain mengatakan,
bahwa Al-Isnad itu sama (sinonim) As-Sanad.
8. Al Musnid, ialah orang yang meriwayatkan hadist dengan
menyebutkan sanadnya.
9. Al Musnad, adalah sebutan untuk kitab kumpulan hadist yang
diiriwayatkan oleh seorang sahabat atau lebih, seperti Musnad
Imam Ahmad bin Hambal. Kadang-kadang musnad disamakan
dengan sanad dan dipai pula sebagai nama suatu macam hadist,
sebagaimana akan diterangkan nanti.
10. Al Muhaddits, ialah orang yang hafal banyak hadist dan
mengetahui keadilan (sisi positif) dan kelemahan (sisi negatif)0
para rawi.
11. Al Hafidz, ialah orang yang hafal 100.000 hadist dengan
sanadnya.
12. Al Hujjah, ialah orang yang hafal 300.000 hadist dengan
sanadnya.
13. Al Hakim, ialah orang menguasai seluruh sunah (hadist)
Nabi Muhammad saw.
 
BAB II KLASIFIKASI HADIST DAN SANAD
BERDASARKAN MAQBUL DAN MARDUDNYA
Hadist dan isnad dari segi maqbul (diterima) dan mardud
(ditolak) sebagai hujjah itu terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Sahih, Hasan, dan Dhaif.

Tiap-tiap dari tiga bagian hadist tersebut memiliki beberapa


macam, berdasarkan tingkat kekuasaan atau kelemahanya.
Berikut ini akan kami uraikan seluruhnya beserta bagian-
bagiannya, insya Allah.

1. Hadist Shahih Lidzati


2. Definisi
Hadist Shahih Lidzati adalah hadist yang sanadnya bersambung-
sambung, diriwayatkan oeleh orang yang adil, sempurna
hafalannya dari orang yang skualitas dengannya hingga akhir
sanad, tidak janggal dan tidak mengandung cacat yang parah.
1. Penjelasan Syarat- Syarat Hadist Shahih
2. Sanadnya bersambung, maksudnya adalah rawi dalam sanad
hadist bertali-temali, tidak ada yang gugur seorang pun.
Dengan demikian, berarti tiap-tiap rawi pasti mendengar
langsung dari gurunya. Oleh karena itu, hadist Al- Mu’allaq,
Al Mu’adhdhal, Al Mursal, dan Al Munqati’ tidak termasuk
hadist sahih, sebab sanadnya tidak bersambung.
3. Perawi adil, artinya adil dalam periwayatan. Maksutnya rawi
hadist mesti orang islam, dewasa, berpikiran sehat, selamat
dari perbuatan dosa besar atau dosa-dosa kecil yang terus
menerus, bebas dari hal-hal yang menodai kepribadian,
misalnya makan di pasar, berjalan tanpa alas kaki atau tidak
memakai tutup kepala. Oleh karena itu, riwayat orang yang
fasik dan tidak dikenal kepribadian dan tingkah lakunya tidak
dapat dikategorikan shahih, karena belum jelas keadilannya.
4. Dhabith, artinya kuat ingatan. Dhabith ini ada dua macam,
yakni:
5. Dhabithush Shadri, artinya ingtan rawi itu benar-benar kuat
menyimpan dalam pikirannya apa yang dia dengar, dan
ingatannya itu sanggup dikeluarkan kapan dan dimana saja
dikehendaki.
6. Dhabithul Kitab, artinya rawi itu kuat ingatanya berdasarkan
buku catatannya yang dia tulis sejak dia mendengar atau
menerima hadist dan dia mampu menjaga tulisan itu dengan
baik dari kelemahan, apabila dia meriwayatkan dari kitabnya.
Hal ini berlaku pada zaman pertama periwayatan hadist dimasa
lapau. Sedangkan untuk zaman sekarang, cukup berdasarkan
pada naskah-naskah yang telah disepakati kesahihannya.
Dhabithul Tam, maksudnya ingatan atau hafalan yang sempurna
dan tidak cacat. Karenannya, orang yang kadang-kadang baik
ingatannya dan kadang-kadang llupa, tidak dapat dianggap
sebagai orang yang sempurna ingatan atau hafalannya. Oleh
sebab itu, Hadist Hasan Lidzati tidak termasuk bagian ini, sebab
di dalamnya tidak dicantumkan syarat Dhabth yang sempurna.
Perkataan kami tentang: Perawi yang berkualitas sama awal
hingga akhir sanad dalam definisi Hadist Shahih Lidzati diatas
mencakup Hadist Marfu’, Mauquf, Maqthu’.
4. Kejanggalan, Maksudnya adalah adanya perlawanan antara
suatu hadist yang diriwayatkan oleh rawi yang dapat dipercaya
dengan hadist yang diriwayatkan oleh jamaah atau sekelompok
orang yang terpercaya pula, disebabkan dengan adanya
penambahan atau pengurangan jumlah sanad atau tambahan
dan kekurangan dalam materi hadist.
5. Cacat yang parah, maksudnya cacat yang ada pada hadist
dyang dari segi lahir hadist tersebut dapat diterima, tetapi
setelah diselidiki dengan seksama jalur periwayatannya
ternyata mengandung cacat yang menyebabkan hadist itu
ditolak, misalnya hadist mursal atau munqathi’ yang
diriwayatkan secara muttashil.
 Contoh Hadist Shahih Lidzati
Contoh hadist sahih lidzati adalah hadist yang diriwayatkan oleh
Imam Al Bukhari, dari jalur Al-A’raj, dari Abu Hurairah r.a.,
sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda:
“ Seandainya aku tidak khawtair memberatkan umatku, pasti aku
memerintahkan mereka agar bersiwak setiap kali hendak
mengerjakan shalat.”
 
1. Hadist Hasan Lidzati
2. Definisi
Hadist hasan lidzati adalah hadist yang diriwayatkan oleh seorang
yang adil, yang kuat ingatannya, bersambung-sambung sanadnya,
tidak mengandung cacat dan tidak ada kejanggalan.

1. Contoh Hadist Hasan Lidzati


Contoh Hadist Hasan Lidztai adalah hadist yang diriwayatkan
oleh At-turmudzi, dari jalur Muhammad bin Amer, dari Abu
Salamah, dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah saw.
Bersabda:

“Kalau sekiranya aku tidak khawatir memberatkan umatku, pasti


aku perintahkan mereka bersiwak tiap-tiap akan shalat.”

                Dalam sanad hadist riwayat Imam At Turmudzi


tersebut tersapat rawi bernama Muhammad bin Amer. Menurut
ulama ahli hadist, dia dinilai kurang kuat hafalannya.

 Hasan Lidzati Menjadi Sahih Lighairih


Hadist Hasan Lidzati bisa menjadi Shahih Lighairih, apabila
menjadi kuat dengan adanya hadist yang sama dari jalur lain,
yang serupa atau lebih banyak, sekalipun lebih rendah.

Contoh hadist Hasan Lidzati yang naik tingkatannya menjadi


hadist shahih lighairih adalah hasit siwak riwayat Imam At-
Tirmidzi, menjadi sahih lighairih, karena adanya hadist seperti itu
melalu jalur Al-A’raj.

1. Hadist Hasan Lighairih


Hadist Hasan Lighairih adalah hadist yang snaadnya tidak sepi
dari seorang yang tidak jelas perilakunya atau kurang baik
hafalannya dan lain-lainnya. Hadist hasan lighairih ini harus
memenuhi tiga syarat:
1. Bukan pelupa yang banyak salahnya dalam hadist yang
diriwayatkan.
2. Tidak tampak ada kefasikan pada diri perawinya.
3. Hadist yang diriwayatkan benar-benar telah dikenal luas,
karena ada periwayatan yang serupa dengannya atau semakna,
yang diriwayatkan dari satu jalur lain atau lebih.
4. Catatan Istilah-Istilah Yang Berkaitan dengan Hadist
Shahih dan Hasan
5. Istilah Jayyid dan Qawiy itu sama dengan istilah sahih. Adapun
istilah Tsabit, Mujawwad dan Shahih, diterapkan
penggunannya pada hadist sahih dan hasan. Sedangkan
istilah Musyabbih hanya diterapkan pada hadist hasan atau
yang mendekati hasan.
6. Perbedaan tingkat kekuatan hadist sahih itu menurut perbedaan
sifat-sifat yang mempengaruhi kesahihan, baik dalam sanad
atau matan hadist. Urut-urutan ketinggian hadist sahih adalah
sebagai berikut:
7. Hadist yang paling tinggi sanadnya, yaitu hadist yang sanadnya
dikatakan oleh sebagian imam hadist sebagai Ashohhul
Asaanid (yang paling baik sanadnya), sebagaimana perkataan
Imam Al-Bukhari: Ashahul Asaanid (sanad yang paling baik)
adalah riwayat Imam Malik, dari Nafi’, dari Ibnu Umar,
menyusul kemudian riwayat Buraid bin Abdillah bin Abu
Burdah, dari ayahya, dari datuknya, dari Abu Musa Al-Asy’ari.
8. Hadist yang paling tinggi kesahihan matannya adalah :
 Hadist sahih yang telah disepakati oleh kedua Imam Hadist,
yakni Bukhari dan Muslim.
 Hadist sahih yang hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari
sendiri.
 Hadist yang hanya diriwayatkan oleh Imam Muslin sendiri.
 Hadist sahih yang diriwayatkan menurut syarat-syarat Imam
Bukhari dan Muslim
 Hadist sahih yang diriwayatkan menurut syarat-syarat Imam
Bukhari.
 Hadist sahih yang diriwayatkan menurut syarat-syarat Imam
Muslim
 Hadist sahih menurut syarat selain Bukhari dan Muslim
Adapun hadist hasan itu sebagaimana hadist shahih, derajat sanad
dan matannya juga berbeda. Hadist hasan yang paling tinggi
derajat sanadnya adalah hadist hasan yang oleh salah seorang ahli
hadist dikatakan sebgaai Ahsanul Asanid (bersanad paling hasan)
sedangkan yang paling rendah tingkatan sanadnya adalah yang
tidak seperti diatas.
Adapun hadist hasan yang paling tinggi derajat matannya adalah
hadist yang diperdebatkan antara sahih dan hasannya, sedangkan
yang rendah tingkatannya adalah hadist yang diperselisihkan
tentang sahih dan dhaifnya.

3. Kesahihan antara sanad dan matan itu tidak harus sama nilai
derajatnya dalam satu hadist shaih. Sebab, satu hadist itu
dinyatakan sahih dari segi sanad, karena sudah memenuhi
syarat-syaratnya, seperti bersambung terus-meneurs dan
lainnya, tetapi dari segi matannya tidak sahih, dikarenakan ada
kejanggalan. Bisa juga terjadi sebailiknya, yakni sanad tidak
shahih, karena tidak memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan, tetapi matan hadist sahih berdasarkan jalur lain.
Demikian pula halnya hadist hasan, mungkin satu hadist dinilai
hasan dari segi sanad, tetapi dari segi matan tidak hasan.
4. Kadang-kadang para ahli hadist memberi nilai satu hadist
dengan dua nilai, dengan istilah hasan sahih. Istilah seperti ini
pada dasarnya membingungkan, karena pengertian hasan
berbeda dengan pengertian sahih. Menanggapi hal ini, ada
jawaban yang simpel, yaitu diantara kata hasan dan sahih itu
terdapat huruf Auw artinya “atau” yang dibuang jadi asalnya,
hasan atau sahih. Maksudnya hadist tersebut bersifat sahih
menurut jalur tertentu dan hasan menurut jalur lainnya.
5. Penambahan yang dilakukan seorang rawi yang memenuhi
syarat sahih dan hasan itu dapat diterima, selama penambahan
itu tidak berlawanan dengan riwayat orang yang tidak
melakukan penambahan. Apabila ada pertentangan, maka
harus di-tarjih (memperbandingkan kekuatan riwayat masing-
masing). Jika satu dari riwayat ada yang lebih kuat dari yang
lain, maka yang kuat itulah yang diakui, sedangkan satu yang
lainnya dianggap syad atau janggal.
 

1. Hadist Dhaif
2. Definisi
Hadist Dhaif adalah hadist yang tidak memenuhi satu syarat
maqbul (diterima) atau lebih. Hadist dhaif itu banyak cabang dan
bagiannya. Tingkat kedhaifan hadist dhaif itu berbeda-beda,
menurut bobot, ringan, atau berat kedhaifan sanad dan matannya.
1. Hukum Hadist Dhaif
Sebenarnya hadist dhaif itu bisa diamalkan, selama kedhaifannya,
tidak terlalu parah dengan syarat:

1. Hadist yang dhaif itu masih dibawah satu hadist yang dapat
diamalkan (sahih dan hasan).
2. Dalam mengamalkan hadist dhaif harus dengan itikad untuk
berhati-hati.
 Sikap Pakar Hadist Terhadap Hadist Dhaif
Kedhaifan satu hadist menurut pakar ilmu Mustholah Hadist tidak
pasti, bahwa ia tidak sahih dan tidak hasan. Sebab, boleh jadi
hadist yang dhaif itu hakikatnya sahih atau hasan.

Demikian pula hadist shahih atau hasan, menurut mereka tidak


pasti, bahwa hakikatnya sahih atau hasan. Sebab, boleh jadi ada
kesalahan dan kealpaan pada orang yang adil dari kebenaran ada
pula orang yang tidak adil.

1. Skema Pembagian Hadist Berdasar Maqbul dan Mardudnya


BAB III KLASIFIKASI HADIS DARI SEGI BANYAK DAN SEDIKIT RAWINYA
Hadis ditinjau dari segi jumlah orang yang meriwayatkannya

itu ada tiga, yaitu:

Hadis Mutawatir
Pembagian dan Definisi
Hadis Mutawatir itu terdapat dua bagian, yaitu:

Hadis Mutawatir yang memiliki satu tingkatan, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh
sekelompok orang yang menurut adat (kebiasaan) mustahil mereka berkumpul dan
bersepakat dusta, dan hadis tersebut hasil tanggapan dari pancaindera mereka sendiri.
Hadis Mutawatir yang memiliki lebih dari satu tingkatan, yaitu hadis yang diriwayatkan
oleh segolongan orang dari segolongan orang lain, mulai dari permulaan sanad hingga
akhir sanad, yangmenurut adat (kebiasaan), mereka tidak mungkin bisa berkumpul dan
bersepakat dusta serta hadis tersebut hasil tanggapan dari pancaindera mereka sendiri.

Faedah Hadis Mutawatir


Hadis Mutawatir dengan dua bagian tersebut memberi faedah ilmu dharury, bukan
nazhary, tidak terbatas pada jumlah tertentu, harus diterima bulat-bulat, karena tidak
perlu lagi penelitian terhadap keadaan para rawinya.

Hadis Mutawatir itu ada dan banyak jumlahnya.

Berbeda dengan orang yang tidak mengakui keberadaannya atau mengakui


keberadaannya, tetapi jumlahnya hanya terlalu kecil (jarang).

Klasifikasi Hadis Mutawatir


Hadis Mutawatir Lafzhi adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak rawi dengan
susunan redaksi dan makna yang sama. Contoh Hadis Mutawatir lafzhi adalah:

“Barangsiapa yang membuat kebohongan kepadaku secara sengaja,maka hendaklah dia


menempati tempatnya di neraka.”

Hadis Mutawatir Maknawi adalah hadis yang para rawinya berlainan dalam susunan
redaksi dan maknanya, tetapi ada pengertian global yang sama, seperti hadis
mengangkat kedua tangan ketika berdoa.

Tentang berita mengangkat kedua tangan ketika berdoa ini telah banyak diriwayatkan,
bahkan jumlahnya ratusan dalam berbagai persoalan yang tiap-tiap hadis tersebut tidak
mutawatir. Kendatipun demikian, tetapi tiap-tiap riwayat tersebut memiliki kadar
musytarak (titik persamaan) yang sama, yakni keadaan mengangkat kedua tangan di
kala berdoa, telah mencapai derajat mutawatir secara keseluruhan.

Hadis Masyhur
Definisi
Hadis Masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, meskipun
dalam satu thobaqah (tingkatan) dan belum mencapai derajat mutawatir.

Klasifikasi Hadis Masyhur


Hadis Masyhur itu ada dua bagian, yaitu:
Masyhur Mutlak, yaitu hadis terkenal di kalangan ulama ahli hadis dan orang umum.
Contoh sabda Nabi Muhammad saw.: “Sesungguhnya semua amal perbuatan itu
terserah pada niatnya.
Masyhur Muqayyad, adalah hadis terkenal di kalangan ulama ahli hadis saja. Seperti
hadis riwayat Anas: “Sesungguhnya Rasulullah saw. berqunut sebulan lamanya, setelah
rukuk dalam salat, untuk mendoakan keluarga Ri’il dan Dzakwan.”
Adapun istilah Hadis Mustafidh konon sama (sinonim) Hadis Masyhur, ada pula yang
berpendapat, bahwa Hadis Mustafidh adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga atau
lebih dalam semua tingkatan (thobaqah).

Hadis Aziz
Hadis Aziz adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang. walaupun dua orang rawi
tersebut terdapat pada satu thobaqah. Contoh Hadis Aziz adalah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam

Bukhari dan Muslim, dari Anas:

“Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Tidak sempurna iman seseorang di antara


kaum, sehingga aku lebih dicintainya daripada orangtua dan anaknya serta seluruh
manusia”.”

Hadis tersebut diriwayatkan Qatadah dan Abdul Aziz bin Shuhaib, dari sahabat Anas.
Kemudian Syu’bah dan Said meriwayatkannya dari Qatadah. Lalu Ismail dan Ulaiyyah,
meriwayatkan dari Abdul Aziz. Sesudah itu banyak orang meriwayatkannya dari masing-
masing.

Hadis Gharib
Definisi
Hadis Gharib adalah hadis yang dalam sanadnya terdapat seorang rawi yang menyendiri.

Penyendirian (gharib) itu adakalanya terjadi dalam sanad saja. Artinya, bahwa matan
hadis itu sudah diriwayatkan oleh banyak sahabat, tetapi ada seorang yang
meriwayatkannya dari salah seorang sahabat yang lain. Misalnya hadis niat Hadis
tersebut diriwayatkan oleh Abdul Majid bin Abdul Aziz, dari Abu Rawad, dari Malik, dari
Zaid bin Aslam, dari Atha’ bin Yasar, dari Abu Sa’id Al-Khudry r.a., dari Nabi Muhammad
saw.

Abu Ya’la Al-Khalily berkata: Abdul Majid melakukan kekeliruan dan dia yang
meriwayatkan dari Zaid bin Aslam itu tidak Mahfuzh dalam segi sanadnya, sebab sanad
Abdul Majid itu seluruhnya gharib.

Gharib (penyendirian) dalam sanad dan Matan, seperti hadis larangan menjual wala’
atau menghibahkannya. Hadisnya sebagai berikut:
“Wala’ adalah kerabat, seperti kerabat orang yang mati sendiri, yang tidak boleh dijual,
dihibahkan dan tidak boleh diwariskan.”

Dalam sanad hadis di atas terjadi tafarrud (penyendirian) oleh Abdullah bin Dinar. Dialah
satu-satunya rawi yang menerima dari Ibnu Umar.

Gharib (penyendirian) pada sebagian sanad, seperti hadis Ummu Zar’in. Karena
sesungguhnya Imam Thabrani meriwayatkan dari Abdul Aziz, dari Hisyam bin Urwah,
dari ayahnya, dari Aisyah.

Yang populer di kalangan ahli hadis adalah hadis tersebut dari Isa bin Hisyam, dari
saudaranya, Abdullah bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah. Dengan demikian berarti
Abdul Aziz sendiri yang menuturkan sanad tersebut.

Gharib (penyendirian) pada sebagian matan, seperti hadis tentang zakat fitrah, yaitu:
“Rasulullah saw. telah mewajibkan zakat fitrah satu sha’ kurma atau gandum kepada
hamba sahaya, orang merdeka, orang laki-laki, perempuan, anak-anak dan orang-orang
dewasa golongan muslimin.”

Imam Malik meriwayatkan hadis tersebut menyendiri (berbeda) dengan periwayatan


rawi-rawi lain, yaitu dengan menambah kalimat ‫من المسلمين‬

Klasifikasi Hadis Gharib


Hadis gharib itu ada dua bagian, yaitu:

Gharib Mutlak, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh satu orang sahabat atau tabiin secara
sendirian.
Gharib Nisby, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seseorang selain sahabat dan tabiin
secara sendirian.

BAB IV KLASIFIKASI HADIS BERDASARKAN ASAL ATAU SUMBERNYA

Hadis Musnad
Hadis Musnad, adalah hadis yang disandarkan kepada Nabi saw. dengan sanad yang
bersambung-sambung, dari perawinya hingga Nabi saw.

Gambaran contoh hadis musnad adalah ucapan Imam Malik:

“Nafi’ bercerita kepada kami, dia berkata: ‘Ibnu Umar bercerita kepada kami, dia
berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda:…. “

Imam Al-Khatib Al-Baghdady berkata: “Hadis Musnad adalah hadis yang sanadnya
bersambung, dari awal rawi hingga akhir. Istilah Musnad lebih banyak digunakan untuk
hadis yang datang dari Nabi saw saja, bukan untuk hadis yang datang dari selain Nabi
saw., misalnya sahabat atau tabiin.
Hadis Marfu’
Definisi
Hadis Marfu’ adalah perkataan, perbuatan atau sifat yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad saw. secara hakiki atau hukumi, baik sanadnya bersambung atau tidak, dan
baik yang menyandarkan itu seorang sahabat, tabiin atau lainnya.

Klasifikasi Hadis Marfu


Marfu’ Qauly Hakiki, seperti ucapan perawi yang dikatakan dengan tegas, Nabi saw.
bersabda demikian…….
Marfu’ Qauly Hukmy, seperti ucapan sahabat yang berkaitan dengan persoalan-
persoalan masa lampau, sebagaimana awal penciptaan makhluk atau masalah yang akan
terjadi, sebagaimana tanda-tanda hari Kiamat. Karena pembicaraan peristiwa di atas,
tidak mungkin dikatakan oleh seorang sahabat, kecuali mendapat penjelasan dari Nabi
saw.
Marfu’ Fi’ly Hakiki, seperti adanya ucapan sahabat yang dinyatakan dengan tegas, Nabi
saw. telah berbuat demikian….
Marfu’ Fi’ly Hukmy, adalah perbuatan sahabat yang tidak mungkin hal itu dari pendapat
atau pemikirannya sendiri.
Marfu’ Taqriry Haqiqi, adalah tindakan sahabat di hadapan Nabi Muhammad saw. dan
beliau tidak mengingkarinya.
Marfu’ Taqriry Hukmy, adalah sebagaimana hadis riwayat Al-Mughirah bin Syu’bah:
“Sahabat-sahabat Nabi saw. biasa mengetuk pintu rumah Nabi saw. dengan kuku.”
Perbuatan sahabat tersebut pasti diketahui oleh Rasulullah saw. dan beliau mengakui
atau diam.

Marfu’ Sifat Haqiqy, adalah perkataan sahabat yang menerangkan sifat kepribadian
Rasulullah saw., misalnya ucapan: “Rasulullah itu putih bersih kulitnya dan
perawakannya sedang.”
Marfu’ Sifat Hukmy, ucapan sahabat yang menggunakan kata-kata ‫ نهينا‬/ ‫( أمرنا‬kami
diperintah atau kami dilarang).
Dengan ini, jelas bahwa Rasulullah saw., telah mengerjakannya, dan pekerjaan itu
merupakan sifat bagu yang mengerjakannya.

Hadis Mauquf
Hadis mauquf adalah perkataan, perbuatan atau pengakuan yang disandarkan kepada
sahabat, baik sanadnya bersambung atau terputus, dengan syarat tidak ada tanda-tanda
marfu’. Apabila ada tanda-tanda marfu’, maka dihukumi marfu’. Sebagaimana hadis
riwayat Imam Al-Bukhari:

“Sahabat Ibnu Umar dan Ibnu Abbas berbuka (tidak puasa) dan mengqashar salat dalam
bepergian yang berjarak 12 mil. “
Hadis Maqthu’
Hadis maqthu’ adalah perkataan, perbuatan atau pengakuan yang disandarkan kepada
orang dari generasi tabiin dan orang generasi sesudahnya, baik sanadnya bersambung
maupun tidak.

Syarat hadis Maqthu’ harus sepi dari tanda marfu’ dan mauquf. Gambaran contoh hadis
maqthu’ adalah ucapan tabiin: “kami melakukan demikian…. “

Contoh hadis maqthu’ adalah perkataan Haram bin Jubair, seorang tabiin besar, dia
berkata: “Orang mukmin itu apabila telah mengenak Tuhannya Azza wa Jalla, niscaya
dia mencintai-Nya, dan apabila dia mencintai-Nya, niscaya Allah menerimanya. “

Contoh lain seperti perkataan Sufyan Ats Tsaury, seorang tabiin, yang mengatakan:
“Termasuk sunah, adalah mengerjakan salat 12 rakaat setelah salat idul fitri, dan 6
rakaat setelah salat idul adha. “

Hadis Muttashil
Hadis Muttashil adalah hadis yang sanadnya bersambung kepada Nabi saw. atau
sahabat, dengan cara setiap rawi mendengar dari atas (guru) nya. Gambaran contoh
hadis muttashil adalah ucapan Imam Malik: “saya mendengar dari Nafi’, dia berkata:
saya mendengar Nabi saw. bersabda:…. “

BAB V KLASIFIKASI HADIS BERDASARKAN KATA DALAM MERIWAYATKANNYA

Hadis Mu’an’an
Hadis mu’an’an adalah hadis yang diriwayatkan dengan menggunakan lafal ‘an. Seperti
perkataan ahli hadis: “dari Malik, dari Nafi’, dari Ibnu Umar r.a. dari Rasulullah saw.,
beliau bersabda:…… “

Syarat hadis mu’an’an dapat digolongkan Muttashil (bersambung) sanadnya adalah rawi
yang menggunakan kata ‘an, itu bebas dari kebiasaan menggelapkan (tadlis) dan dia
harus pernah bertemu langsung dengan orang yang memberi riwayat kepadanya.

Hadis Muannan
Hadis muannan adalah hadis yang diriwayatkan dengan menggunakan lafal anna,
sebagaimana ucapan rawi hadis: “Fulan menceritakan kepada kami, sesungguhnya Fulan
berkata: ‘sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda:…. “

Hadis muannan itu seperti halnya hadis mu’an’an. Bisa dihukumi muttashil dengan
syarat-syarat sebagaimana yang telah disebutkan diatas.

Contoh hadis mu’an’an lengkap adalah:


” Telah meceritakan kepadaku Malik, dari Ibnu Syihab, dari Humaid bin Abdur Rahman,
dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda :’Barangsiapa yang
beribadah puasa Ramadhan karena iman dan mengharap ridho Allah, maka dosa-
dosanya yang telah lewat diampuni’. “

BAB VI KLASIFIKASI HADIS BERDASARKAN JUMLAH RAWI DALAM SATU SANAD

Hadis ‘Aly
Definisi
Hadis ‘aly adalah hadis yang jumlah rawinya dalam sanad itu sedikit, dibandingkan
jumlah rawi yang ada pada sanad lain yang menyebut hadis yang sama.

Macam-macam Hadis ‘aly


Hadis ‘Aly itu ada 5 macam, yakni:

Aly Mutlak, merupakan bagian hadis ‘Aly yang paling penting dan paling dekat dengan
Rasulullah saw. dengan sanad yang bersih, tidak dhaif. Dinamakan ‘Aly mutlak, karena
tidak terikat oleh seorang imam atau kitab.
Aly Nisby, yaitu adanya kedekatan (rawi yang sedikit jumlahnya) kepada seorang imam
hadis, misalnya Imam Al-Auza’i dan Imam Malik, meskipun rawi sesudah imam tersebut
sampai Rasulullah saw. berjumlah banyak.
Aly Tanzil, yaitu bila kedekatan (rawi yang sedikit jumlahnya) itu pada kitab Bukhari-
Muslim, salah satunya atau kitab-kitab lain yang muktamad.
Aly bisagdimil wafat, yaitu unggul karena lebih dulu wafat rawi yang meriwayatkan dari
seorang guru, daripada wafat rawi lain yang juga meriwayatkan hadis dari guru tersebut,
meskipun jumlah rawi dalam masing-masing sanad sama.
Aly bitagaddumis sama, yaitu unggul karena lebih dahulu mendengar dari seorang guru,
dibandingkan mendengarnya rawi lain dari guru tersebut.
Dalam bagian hadis ‘Aly yang ketiga (Aly Tanzil) terjadi Muwafaqah, Badal, Musawat dan
Mushafahah.

Muwafaqah adalah sampai kepada guru salah seorang imam hadis melalui suatu jalur
sanad yang jumlah rawinya lebih sedikit di bandingkan jalur sanad imam hadis tersebut.

Badal adalah sampai kepada gurunya guru pengarang kitab hadis muktamad, melalui
jalur sanad yang lebih sedikit rawinya daripada jalur sanad perawi kitab tersebut.

Musawat adalah kesamaan jumlah rawi dalam sanad sampai akhir dengan sanad salah
seorang penyusun kitab hadis.

Mushafahah adalah kesamaan dengan murid penyusun kitab hadis.

Hadis Nazil
Hadis Nazil adalah hadis yang jumlah rawi dalam sanadnya banyak.

Pembagian hadis nazil ada lima. Untuk mengetahuinya, cukup memahami kebalikan
pembagian hadis ‘Aly. Aly Mutlak lawan Nazil Mutlak.

Contoh hadis ‘Aly dan Nazil.

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Al-Bukhari dengan sanad
berbeda. Berikut perbandingannya.

Sanad Muslim adalah Harmalah bin Yahya, Ibnu Wahb, Yunus, Ibnu Syihab, Abu Salamah
dan Abu Hurairah (6 orang), adalah hadis nazil.

Sedangkan riwayat Bukhari bersanad Qutaibah bin Sa’ad, Abul Akhwash, Abu Hashin,
Abu Shalih dan Abu Hurairah (5 orang) adalah hadis ‘aly, karena sanadnya lebih sedikit.

BAB VII KLASIFIKASI HADIS BERDASARKAN SIFAT DAN KEADAAN RAWI KETIKA
MERIWAYATKAN

Hadis Musalsal
Hadis Musalsal, adalah hadis yang rawi-rawi dalam sanad atau periwayatannya saling
mengikuti seorang demi seorang pada satu sifat.

Saling mengikutinya rawi-rawi seorang demi seorang pada suatu sifat itu lebih umum,
dan mencakup perkataan, perbuatan atau perkataan dan perbuatan sekaligus.

Misal pertama, yakni Musalsal Qauli adalah sabda Rasulullah saw. kepada Mu’adz r.a.:
“Hai, Mu’adz, sesungguhnya aku mencintaimu, maka ucapkanlah setiap selesai
mengerjakan salat: ‘Ya, Allah, bantulah aku, agar aku dapat zikir kepada-Mu, bersyukur
kepada-Mu dan beribadah kepada-Mu dengan baik”

Hadis tersebut disebut Musalsal Qauly, sebab setiap rawi selalu berkata: “Saya
mencintaimu” kepada orang yang di beri riwayat (hadis).

Misal kedua, yakni Musalsal Fi’ly, adalah hadis Abu Hurairah r.a. :

” Abu Al-Qasim saw. menjalinkan tangannya dengan tanganku dan bersabda: ‘Allah telah
menciptakan bumi pada hari sabtu, gunung pada hari ahad, pohon pada hari senin,
perkara yang tidak disukai pada hari selasa, cahaya pada hari rabu, binatang pada hari
kamis dan Adam pada hari jum’at. “

Hadis tersebut disebut Musalsal Fi’ly, sebab setiap rawi bila meriwayatkan hadis
tersebut, selalu menjalinkan tangannya kepada tangan orang yang diberi riwayat.
Misal ketiga, yakni hadis Musalsal Qauly dan Fi’ly adalah hadis Anas r.a.:

” Seorang hamba tidak akan menemukan kelezatan iman hingga beriman pada takdir,
baik dan buruknua, manis dan pahitnya. “

Beliau setelah menyampaikan hadis tersebut menggenggam jenggotnya dan bersabda :


“Aku beriman pada takdir, baik maupun buruk, manis maupun pahit. ”

Anas melakukan dan mengatakan seperti apa yang dilakukan dan diucapkan Rasulullah
sesudah memberi hadis tersebut kepada orang lain. Begitu pula seterusnya.

Kadang-kadang tasalasul itu terjadu ada sebagian besar sanad, aebagaimana hadis
Awwaliyah (yang dimulai dengan kalimat permulaan) sanadnya akan berakhir kepada
Sufyan Ats-Tsaury.

Adapun susul – menyusul periwayatan hadis dengan mengikuti satu sifat tertentu, maka
sifat itu bisa berupa shighat meriwayatkan hadis, zaman meriwayatkan, tempat
meriwayatkan atau tanggal meriwayatkan.

Misal pertama yang berkaitan dengan shighat meriwayatkan adalah bila setiap rawi
dalam meriwayatkan hadis menggunakan shighat ‫ “حدثني‬, ”‫ ” ”أنبأني‬atau lainnya.

Misal kedua, yakni sifat musalsal yang berkaitan dengan zaman adalah sabda Nabi saw.:
” Mengerat kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan itu pada hari
kamis, sedangkan mandi, memakai parfum dan ganti pakaian pada hari jum’at. “

Misal ketiga, yakni sifat musalsal yang berkaitan dengan tempat meriwayatkan adalah
hadis musalaal tentang doa yang diijabahi di tempat yang bernama multazam.

Misal keempat, yakni musalsal yang berkaitan dengan tarikh (tanggal) adalah musalsal
dengan kalimat akhir, sebagai mana keberadaan rawi selaku perawi paling akhir yang
meriwayatkan dari gurunnya, dan ketika meriwaytkan rawi selalu mengucapkan kata
( Fulan memberi tahu aku, dan aku orang yang paling terakhir meriwayatkan hadis
darinya).

Anda mungkin juga menyukai