Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ISTILAH – ISTILAH DALAM ILMU HADITS


Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits

Disusun oleh Kelompok 6:

1. Aisyah (2130101136)
2. Ilham ( 2130101112)
3. Adellia Safitri (2130101130)

Dosen Pengampu: Fatah Hidayat, S.Ag, M.Pd.I

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita
semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Istilah-Istilah
Dalam Ilmu Hadits”.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugus mata kuliah Ulumul Qur’an tahun ajaran
2022. Selanjutnya kami sampaikan terimakasih kepada dosen pengampu Bapak Fatah
Hidayat, S.Ag, M.Pd.I. yang telah membimbing kami dan mengajarkan kami dalam mata
kuliah Ulumul Qur’an.

Dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak kekurangan dan keterbatasan, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang mungkin dapat membangun untuk
kedepannya lebih baik lagi. Semoga Makalah ini dapat bermafaat.

PALEMBANG, 14 Maret 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………….iii
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………………..iv
a. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………….iv
b. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………….iv
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………….1
a. Pengertian Istilah…………………………………………………………………………………1
b. Istilah-istilah dalam periwayatan
1. Sanad………………………………………………………………………………………………3
2. Lambang Periwayatan…………………………………………………………………….3
3. Matan…………………………………………………………………………………………….4
4. Mukharrij atau Perawi Hadits…………………………………………………………4
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………….5
A. KESIMPULAN………………………………………………………………………………………5
B. SARAN………………………………………………………………………………………………..5
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………..6
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Hadis merupakan salah satu dasar pengambilan hukum Islam setelah al-Quran. Sebab hadis
mempunyai posisi sebagai penjelas terhadap makna yang dikandung oleh teks suci tersebut. Apalagi,
banyak terdapat ayat-ayat yang masih global dan tidak jelas Maknanya sehingga seringkali seorang
mufassir memakai hadis untuk mempermudah pemahamannya.Seiring dengan perkembangan
ulumul hadis, maka terdapat beberapa kalangan yang serius sebagai pemerhati hadis.

Hal ini tidak lain bertujuan untuk mengklasifikasikan hadis dari aspek kualitas hadis baik ditinjau dari
segi matan hadis maupun sanad hadis. Sehingga dapat ditemukan hadis-hadis yang layak sebagai
hujjah dan hadis yang tidak layak sebagai hujjah.Dalam memahami hadis Nabi, realitas mempunyai
posisi yang sangat penting. Agar hadis Nabi mampu mengakomodir segala realitas yang komplek dan
beragam. Dengan itu, maka hadis Nabi tidak akan pernah mati dan terus hidup sampai penutupan
zaman.Berbeda ketika kondisi umat islam pada masa Rasulullah tidak dapat begitu mendapat
kesulitan dalam memecahkan berbagai macam problematika yang berkaitan dengan masalah
agama, hal tersebut di karenakan setiap terjadi sesuatu yang memerlukan hukum mereka langsung
datang menemui rasulullah dan bertanya tentang hukum dan sekaligus solusi terhadap masalah-
masalah yang terjadi saat itu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian istilah ilmu hadits?

2. Apa itu sanad?

3. Bagaimana lambang periwayat?

4. Apa itu matan ?

5. Apa itu mukharij dan perawi hadits?


BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ISTILAH
Berikut ini beberapa istilah hadits yang sering dipakai:

1. Mutawatir

Hadits yang diriwayatkan dari banyak jalan (sanad) yang lazimnya dengan jumlah dan sifatnya itu,
para rawinya mustahil bersepakat untuk berdusta atau kebetulan bersama-sama berdusta. Perkara
yang mereka bawa adalah perkara yang indrawi yakni dapat dilihat atau didengar. Hadits mutawatir
memberi faedah ilmu yang harus diyakini tanpa perlu membahas benar atau salahnya terlebih
dahulu.

2. Ahad

Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir.

3. Shahih (sehat)

Hadits yang dinukilkan oleh orang yang adil (muslim, baligh, berakal, bebas dari kefasiqan yaitu
melakukan dosa besar atau selalu melakukan dosa kecil, dan bebas dari sesuatu yang menjatuhkan
muru’ah/kewibawaan) dan sempurna hafalan/penjagaan kitabnya terhadap hadits itu, dari orang
yang semacam itu juga dengan sanad yang bersambung, tidak memiliki ‘illah (penyakit/kelemahan)
dan tidak menyelisihi yang lebih kuat. Hadits sahih hukumnya diterima dan berfungsi sebagai hujjah.

4. Hasan (baik)

Hadits yang sama dengan hadits sahih kecuali pada sifat rawinya di mana hafalan/penjagaan
kitabnya terhadap hadits tidak sempurna, yakni lebih rendah. Hadits hasan hukumnya diterima.

5. Dha’if

Hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits sahih atau hasan. Hadits dha’if hukumnya ditolak.

6. Maudhu’ (palsu)

Hadits yang didustakan atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam padahal beliau tidak pernah
mengatakannya, hukumnya ditolak.

7. Mursal

Yaitu seorang tabi’in menyandarkan suatu ucapan atau perbuatan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Hukumnya tertolak karena ada rawi yang hilang antara tabi’in tersebut dan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan mungkin yang hilang itu adalah rawi yang lemah.

8. Syadz

Hadits yang sanadnya sahih atau hasan namun isinya menyelisihi riwayat yang lebih kuat dari hadits
itu sendiri, hukumnya tertolak.

9. Mungkar
Hadits yang sanadnya dha’if dan isinya menyelisihi riwayat yang sahih atau hasan dari hadits itu
sendiri, hukumnya juga tertolak.

10. Munqathi’

Hadits yang terputus sanadnya secara umum, artinya hilang salah satu rawinya atau lebih dalam
sanad, bukan di awalnya dan bukan di akhirnya dan tidak pula hilangnya secara berurutan.
Hukumnya tertolak.

11. Sanad

Rangkaian para rawi yang berakhir dengan matan.

12. Matan

Ucapan rawi atau redaksi hadits yang terakhir dalam sanad.

13. Rawi

Orang yang meriwayatkan atau membawakan hadits.

14. Atsar

Suatu ucapan atau perbuatan yang disandarkan kepada selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, yakni kepada para sahabat dan tabi’in.

15. Marfu’

Suatu ucapan, perbuatan, atau persetujuan yang disandarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam.

16. Mauquf

Suatu ucapan atau perbuatan yang disandarkan kepada sahabat.

17. Jayyid (bagus)

Suatu istilah lain untuk sahih.

18. Muhaddits

Orang yang menyibukkan diri dengan ilmu hadits secara riwayat dan dirayat (fiqih hadits), serta
banyak mengetahui para rawi dan keadaan mereka.

19. Al-Hafizh

Orang yang kedudukannya lebih tinggi dari muhaddits, yang ia lebih banyak mengetahui rawi di
setiap tingkatan sanad.

20. Majhul

(Rawi yang) tidak dikenal, artinya tidak ada yang menganggapnya cacat sebagaimana tidak ada yang
men-ta’dil-nya (lihat istilah ta’dil di poin 23, red.), dan yang meriwayatkan darinya cenderung sedikit.
Bila yang meriwayatkan darinya hanya satu orang maka disebut majhul al-‘ain, dan bila lebih dari
satu maka disebut majhul al-hal. Hukum haditsnya termasuk hadits yang lemah.

21. Tsiqah
(Rawi yang) terpercaya, artinya terpercaya kejujuran dan keadilannya serta kuat hafalan dan
penjagaannya terhadap hadits.

22. Jarh

Cacat, dan majruh artinya tercacat.

23. Ta’dil

Menilai adil.

24. Muttafaqun ‘alaih

Maksudnya hadits yang disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah dalam kitab Shahih
mereka.

25. Mu’allaq/ta’liq

Hadits yang terputus sanadnya dari bawah, satu rawi atau lebih.■

.Kata “istilah” dalam bahasa Arab berasal dari kata : ‫ اصطلح يصطلح اصطال حا‬diartikan: persesuaian
paham dan tidak adanya perselisihan. Jadi, kata istilah mempunyai makna:

Kesepakatan sekelompok orang tentang sesuatu yang khusus.

B. ISTILAH-ISTILAH DALAM PERIWAYATAN

1. Sanad

Sanad menurut bahasa adalah sandaran atau tempat bersandar. Sedangkan sanad menurut istilah
adalah jalan yang menyampaikan kepada jalan hadits.

Contoh :

َ َ‫صلّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬


‫ال‬ َ ِ‫ك ع َْن نَافِ ٍع ع َْن َع ْب ُدهللاِ ْب ِن ُع َمر َأ َّن َرسُوْ َل هللا‬
ٌ ِ‫اخَ بَرنَا مال‬

(Dikabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari Nafi, yang menerimanya dari Abdullah
ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda..)

2. Lambang Periwayatan

Penyandaran berita yang dilakukan oleh setiap pembawa berita dalam mata rantai sanad
menggunakan ungkapan kata-kata yang melambangkan pertemuan langsung (muttashil) atau
tidaknya. Kata-kata yang melambangkan pertemuan langsung, masing-masing mempunyai
metodologis yang khusus, misalnya sebagai berikut:[10]

a. Lambang periwayatan : ‫سمعت – حدثي – حدثنا‬dipergunakan dalam metode As-sama’ (‫ )السماع‬artinya


seoroang murid mendengarkan penyampaian hadis dari seorang guru (syaikh) secara langsung. Guru
membaca, murid mendengar bacaannya. Hadis yang menggunakan lambang periwayatan tersebut
dalam segala tingkatan sanad berarti bersambung (muttashil), masing-masing periwayat dalam
sanad bertemu secara langsung dengan syeikhnya.

b. Lambang periwayatan : ‫ اخبرني – اخبرنا‬dipergunakan dalam metode Al-qira’ah atau Al-‘ardh ( ‫القراءة‬
‫ ) او الغرض‬artinya seorang murid membaca atau yang lain ikut mendengarkan dan didengarkan oleh
seorang guru, guru mengiyakan jika benar dan meluruskan jika terjadi kesalahan. Metode ini juga
dihukumi muttashil antara murid dan guru.
c. Lambang periwayatan : ‫ انباني – انبا نا‬dalam metode ijazah seorang guru memberikan ijin
periwayatan kepada seorang atau beberapa orang muridnya. Murid yang diberikan ijin untuk
menyampaikan periwayatan tidak sembarang murid, akan tetapi hanya murid-murid tertentu yang
memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Kualitas hadis terpulang kepada periwayatan
antara guru dengan para periwayat sebelumnya atau naskah yang diijazahkan.

d. Lambang periwayatan : ‫ قل لي‬: ia berkata kepadaku atau ‫ دكرلي‬: ia menyebutkan kepadaku


dipergunakan dalam menyampaikan hadis metode sama’ al-mudzakarah .

e. Lambang periwayatan : ‫عن‬

3. Matan

"Matan" atau "al-matn" menurut bahasa adalah mairtafa'a min al-ardi atau tanah yang meninggi.
Sedangkan menurut istilah adalah "kalimat tempat berakhirnya sanad".

Contoh:

‫ عَن‬،‫ ع َْن َأبِي ِه‬،‫ك ْب ِن َأبِي عَا ِم ٍر َأبُو ُسهَ ْي ٍل‬


ِ ِ‫ َح َّدثَنَا نَافِ ُع بْنُ َمال‬:‫ال‬ ِ ِ‫َح َّدثَنَا ُسلَ ْي َمانُ َأبُو ال َّرب‬
ِ ‫ َح َّدثَنَا ِإ ْس َم‬:‫ قَا َل‬،‫يع‬
َ َ‫ ق‬،‫اعي ُل بْنُ َج ْعفَ ٍر‬
َ‫ َوِإ َذا اْؤ تُ ِمنَ خَ ان‬، َ‫ وَِإ َذا َو َع َد َأ ْخلَف‬،‫ب‬
َ ‫ث َك َذ‬ ٌ َ‫ق ثَال‬
َ ‫ ِإ َذا َح َّد‬:‫ث‬ ِ ِ‫ آيَةُ ال ُمنَاف‬:‫ال‬ َ ‫ ع َِن النَّبِ ِّي‬،َ‫َأبِي ه َُري َْرة‬
َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar Rabi' berkata, telah menceritakan kepada kami
Isma'il bin Ja'far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi' bin Malik bin Abu 'Amir Abu Suhail
dari bapaknya dari Abu Hurairah

4. Mukharrij atau Pewaris Hadits

didefinisikan sebagai orang yang meriwayatkan hadis dengan menyebutkan urutan rangkaian sanad
dalam kitab hadis yang dia bukukan. Seperti Imam Malik dalam kitab al-Muwattho, Imam Bukhariy,
Imam Muslim dalam kedua kitab Shohihnya dan lain-lainya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu, bahwa hadits adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW., baik itu berupa perkataan, perbuatan, ketetapan maupun
persetujuannya.

Selain hal yang kami sebut di atas, ada hal lain yang harus dipahami dalam mempelajari ilmu hadist,
yaitu istilah-istilah yang ditetapkan para ulama dalam ilmu hadits, seperti; matan, sanad, rawi dan
lain sebagainya.

B. SARAN
1.Kepada seluruh umat untuk terus mendalami dasar hukum umat Islam yaitu Alquran dan as-
sunnah

2. Mempelajari ilmu hadis dapat dilakukan dengan mencari referensi referensi yang terkait kepada
seorang ahli ilmu
DAFTAR PUSTAKA
http://hidayatullahmakassar.id/2020/11/15/istilah-istilah-hadits-perlu-
diketahui/
https://www.atsar.id/2015/09/istilah-istilah-dalam-ilmu-hadits.html
http://qoidkiddoida.blogspot.com/2016/10/iat3-tarif-istilah-dalam-
periwayatan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai