1. Aisyah (2130101136)
2. Ilham ( 2130101112)
3. Adellia Safitri (2130101130)
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugus mata kuliah Ulumul Qur’an tahun ajaran
2022. Selanjutnya kami sampaikan terimakasih kepada dosen pengampu Bapak Fatah
Hidayat, S.Ag, M.Pd.I. yang telah membimbing kami dan mengajarkan kami dalam mata
kuliah Ulumul Qur’an.
Dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak kekurangan dan keterbatasan, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang mungkin dapat membangun untuk
kedepannya lebih baik lagi. Semoga Makalah ini dapat bermafaat.
Hal ini tidak lain bertujuan untuk mengklasifikasikan hadis dari aspek kualitas hadis baik ditinjau dari
segi matan hadis maupun sanad hadis. Sehingga dapat ditemukan hadis-hadis yang layak sebagai
hujjah dan hadis yang tidak layak sebagai hujjah.Dalam memahami hadis Nabi, realitas mempunyai
posisi yang sangat penting. Agar hadis Nabi mampu mengakomodir segala realitas yang komplek dan
beragam. Dengan itu, maka hadis Nabi tidak akan pernah mati dan terus hidup sampai penutupan
zaman.Berbeda ketika kondisi umat islam pada masa Rasulullah tidak dapat begitu mendapat
kesulitan dalam memecahkan berbagai macam problematika yang berkaitan dengan masalah
agama, hal tersebut di karenakan setiap terjadi sesuatu yang memerlukan hukum mereka langsung
datang menemui rasulullah dan bertanya tentang hukum dan sekaligus solusi terhadap masalah-
masalah yang terjadi saat itu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian istilah ilmu hadits?
1. Mutawatir
Hadits yang diriwayatkan dari banyak jalan (sanad) yang lazimnya dengan jumlah dan sifatnya itu,
para rawinya mustahil bersepakat untuk berdusta atau kebetulan bersama-sama berdusta. Perkara
yang mereka bawa adalah perkara yang indrawi yakni dapat dilihat atau didengar. Hadits mutawatir
memberi faedah ilmu yang harus diyakini tanpa perlu membahas benar atau salahnya terlebih
dahulu.
2. Ahad
3. Shahih (sehat)
Hadits yang dinukilkan oleh orang yang adil (muslim, baligh, berakal, bebas dari kefasiqan yaitu
melakukan dosa besar atau selalu melakukan dosa kecil, dan bebas dari sesuatu yang menjatuhkan
muru’ah/kewibawaan) dan sempurna hafalan/penjagaan kitabnya terhadap hadits itu, dari orang
yang semacam itu juga dengan sanad yang bersambung, tidak memiliki ‘illah (penyakit/kelemahan)
dan tidak menyelisihi yang lebih kuat. Hadits sahih hukumnya diterima dan berfungsi sebagai hujjah.
4. Hasan (baik)
Hadits yang sama dengan hadits sahih kecuali pada sifat rawinya di mana hafalan/penjagaan
kitabnya terhadap hadits tidak sempurna, yakni lebih rendah. Hadits hasan hukumnya diterima.
5. Dha’if
Hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits sahih atau hasan. Hadits dha’if hukumnya ditolak.
6. Maudhu’ (palsu)
Hadits yang didustakan atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam padahal beliau tidak pernah
mengatakannya, hukumnya ditolak.
7. Mursal
Yaitu seorang tabi’in menyandarkan suatu ucapan atau perbuatan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Hukumnya tertolak karena ada rawi yang hilang antara tabi’in tersebut dan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan mungkin yang hilang itu adalah rawi yang lemah.
8. Syadz
Hadits yang sanadnya sahih atau hasan namun isinya menyelisihi riwayat yang lebih kuat dari hadits
itu sendiri, hukumnya tertolak.
9. Mungkar
Hadits yang sanadnya dha’if dan isinya menyelisihi riwayat yang sahih atau hasan dari hadits itu
sendiri, hukumnya juga tertolak.
10. Munqathi’
Hadits yang terputus sanadnya secara umum, artinya hilang salah satu rawinya atau lebih dalam
sanad, bukan di awalnya dan bukan di akhirnya dan tidak pula hilangnya secara berurutan.
Hukumnya tertolak.
11. Sanad
12. Matan
13. Rawi
14. Atsar
Suatu ucapan atau perbuatan yang disandarkan kepada selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, yakni kepada para sahabat dan tabi’in.
15. Marfu’
Suatu ucapan, perbuatan, atau persetujuan yang disandarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
16. Mauquf
18. Muhaddits
Orang yang menyibukkan diri dengan ilmu hadits secara riwayat dan dirayat (fiqih hadits), serta
banyak mengetahui para rawi dan keadaan mereka.
19. Al-Hafizh
Orang yang kedudukannya lebih tinggi dari muhaddits, yang ia lebih banyak mengetahui rawi di
setiap tingkatan sanad.
20. Majhul
(Rawi yang) tidak dikenal, artinya tidak ada yang menganggapnya cacat sebagaimana tidak ada yang
men-ta’dil-nya (lihat istilah ta’dil di poin 23, red.), dan yang meriwayatkan darinya cenderung sedikit.
Bila yang meriwayatkan darinya hanya satu orang maka disebut majhul al-‘ain, dan bila lebih dari
satu maka disebut majhul al-hal. Hukum haditsnya termasuk hadits yang lemah.
21. Tsiqah
(Rawi yang) terpercaya, artinya terpercaya kejujuran dan keadilannya serta kuat hafalan dan
penjagaannya terhadap hadits.
22. Jarh
23. Ta’dil
Menilai adil.
Maksudnya hadits yang disepakati oleh al-Bukhari dan Muslim rahimahumallah dalam kitab Shahih
mereka.
25. Mu’allaq/ta’liq
Hadits yang terputus sanadnya dari bawah, satu rawi atau lebih.■
.Kata “istilah” dalam bahasa Arab berasal dari kata : اصطلح يصطلح اصطال حاdiartikan: persesuaian
paham dan tidak adanya perselisihan. Jadi, kata istilah mempunyai makna:
1. Sanad
Sanad menurut bahasa adalah sandaran atau tempat bersandar. Sedangkan sanad menurut istilah
adalah jalan yang menyampaikan kepada jalan hadits.
Contoh :
(Dikabarkan kepada kami oleh Malik yang menerimanya dari Nafi, yang menerimanya dari Abdullah
ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda..)
2. Lambang Periwayatan
Penyandaran berita yang dilakukan oleh setiap pembawa berita dalam mata rantai sanad
menggunakan ungkapan kata-kata yang melambangkan pertemuan langsung (muttashil) atau
tidaknya. Kata-kata yang melambangkan pertemuan langsung, masing-masing mempunyai
metodologis yang khusus, misalnya sebagai berikut:[10]
b. Lambang periwayatan : اخبرني – اخبرناdipergunakan dalam metode Al-qira’ah atau Al-‘ardh ( القراءة
) او الغرضartinya seorang murid membaca atau yang lain ikut mendengarkan dan didengarkan oleh
seorang guru, guru mengiyakan jika benar dan meluruskan jika terjadi kesalahan. Metode ini juga
dihukumi muttashil antara murid dan guru.
c. Lambang periwayatan : انباني – انبا ناdalam metode ijazah seorang guru memberikan ijin
periwayatan kepada seorang atau beberapa orang muridnya. Murid yang diberikan ijin untuk
menyampaikan periwayatan tidak sembarang murid, akan tetapi hanya murid-murid tertentu yang
memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Kualitas hadis terpulang kepada periwayatan
antara guru dengan para periwayat sebelumnya atau naskah yang diijazahkan.
3. Matan
"Matan" atau "al-matn" menurut bahasa adalah mairtafa'a min al-ardi atau tanah yang meninggi.
Sedangkan menurut istilah adalah "kalimat tempat berakhirnya sanad".
Contoh:
didefinisikan sebagai orang yang meriwayatkan hadis dengan menyebutkan urutan rangkaian sanad
dalam kitab hadis yang dia bukukan. Seperti Imam Malik dalam kitab al-Muwattho, Imam Bukhariy,
Imam Muslim dalam kedua kitab Shohihnya dan lain-lainya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu, bahwa hadits adalah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi SAW., baik itu berupa perkataan, perbuatan, ketetapan maupun
persetujuannya.
Selain hal yang kami sebut di atas, ada hal lain yang harus dipahami dalam mempelajari ilmu hadist,
yaitu istilah-istilah yang ditetapkan para ulama dalam ilmu hadits, seperti; matan, sanad, rawi dan
lain sebagainya.
B. SARAN
1.Kepada seluruh umat untuk terus mendalami dasar hukum umat Islam yaitu Alquran dan as-
sunnah
2. Mempelajari ilmu hadis dapat dilakukan dengan mencari referensi referensi yang terkait kepada
seorang ahli ilmu
DAFTAR PUSTAKA
http://hidayatullahmakassar.id/2020/11/15/istilah-istilah-hadits-perlu-
diketahui/
https://www.atsar.id/2015/09/istilah-istilah-dalam-ilmu-hadits.html
http://qoidkiddoida.blogspot.com/2016/10/iat3-tarif-istilah-dalam-
periwayatan.html?m=1