Amalan di dalamnya
َم ْن،ت َأ ْع َمالِنَا
ِ َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا،ُِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُره
ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّنَ َأ ْشهَ ُد َأ َّن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي.ُي لَه
َ ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد ِ يَ ْه ِد هللاُ فَالَ ُم
ُُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه
صلَّى ا هللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم
َ ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى نَبِيِّنَا َو َرسُوْ لِنَا ُم َح َّم ٍد َ اَللَّهُ َّم
ان ِإلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن
ٍ بِِإحْ َس
ًث ِم ْنهُ َما ِر َجاالً َكثِيرا
َّ َق ِم ْنهَا َزوْ َجهَا َوب َ َاح َد ٍة َو َخل
ِ س َو ٍ يَا َأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ْم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف
ً َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَتَ َسا َءلُونَ بِ ِه َواَألرْ َحا َم ِإ َّن هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبا
َق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون
َّ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح
يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع، يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا
ِ هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَوْ ًزا ع
َظي ًما
Oleh karenanya, marilah kita mengambil bekal yang cukup, kita persiapkan
jawaban yang memadai dan memperbanyak kebaikan pada umur kita yang
tersisa, untuk menutupi berbagai kekurangan dan ketergelinciran di masa lalu,
sebelum habis jatah umur kita dan datang malaikat maut untuk menjemput
kita.
Oleh karena itu, saat musim haji yang diberkahi sudah berlalu, datanglah
bulan yang mulia yaitu bulan Allah, Syahrullah Muharam. Bulan Muharram
merupakan bulan yang penuh berkah dan keutamaan. Di antara
keutamaannya adalah:
َات وَ اَأْلرْ ضَ ِم ْن َها َأرْ بَ َع ٌة ُحرُ ٌم ۚ ٰ َذ ِلك ِ َسمَاو َّ ب اللَّ ِه يَوْ َم خَ لَ َق الِ ش ْهرً ا ِفي ِكتَا َ َشر َ َور ِع ْن َد اللَّ ِه ا ْثنَا ع ُّ ِإنَّ ِع َّد َة ال
ِ ش ُه
َش ِر ِكينَ َكا َّف ًة َكمَا يُ َقا ِتلُونَ ُك ْم َكا َّف ًة ۚ وَ اعْ لَمُوا َأنَّ اللَّ َه مَعَ ا ْل ُمتَّ ِقين َ يهنَّ َأ ْن ُف
ْ س ُك ْم ۚ وَ َقا ِتلُوا ا ْل ُم ِ ال ِّدينُ ا ْل َقيِّ ُم ۚ فَاَل تَظْ ِلمُوا ِف
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan
perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun
memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-
orang yang bertakwa. [At-Taubah- 36]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan tentang ayat ini dalam tafsirnya
sebagai berikut:
“Allah memberitahukan bahwa bilangan bulan pada sisinya adalah dua belas
bulan sejak Dia menciptakan langit dan bumi.” Kemudian di bagian lain dari
tafsir ayat ini beliau menjelaskan:
”Dari dua belas bulan dalam setahun itu terdapat empat bulan haram. Orang-
orang haram melakukan peperangan di dalamnya. Orang-orang Arab pada
masa jahiliyah sangat menghormati keharaman bulan-bulan tersebut.
Ini seperti larangan berbuat maksiat di Masjidil Haram. Allah Ta’ala berfirman,
َّاس سَوَ ا ًء ا ْلعَاكِفُ ِفي ِه وَ ا ْلبَا ِد ۚ وَ مَنْ ي ُِر ْد
ِ س ِج ِد ا ْل َحرَ ِام الَّ ِذي َج َع ْلنَا ُه ِللن
ْ ِإنَّ الَّ ِذينَ َك َفرُ وا وَ يَصُ دُّونَ عَ نْ س َِبي ِل اللَّ ِه وَ ا ْل َم
ب َأ ِل ٍيم
ٍ ِفي ِه بِِإ ْل َحا ٍد ِبظ ُ ْل ٍم نُ ِذ ْق ُه ِمنْ عَ َذا
Dalam sebuah hadits dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwa
Nabi ﷺberkhutbah dalam hajinya, beliau bersabda,
َ ُذو ا ْل َق ْع َد ِة وَ ُذو ا ْل ِح َّج ِة وَ ا ْلم: ٌش ْهرً ا ِم ْن َها َأرْ بَ َع ٌة ُحرُ ٌم ثَاَل ثَ ٌة ُمتَوَ ا ِليَات
َ~ وَ رَ َجبُ مُضَ رَ الَّ ِذي بَيْن،ُحرَّ ُم َ َشرَ َسنَ ُة ا ْثنَا ع
َّ ال
َ َُجمَادَى و
َش ْعبَان
”Satu tahun itu dua belas bulan. Di antara bulan-bulan itu ada empat bulan
haram. Tiga bulan dari bulan haram itu berurutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah
dan Muharram lalu Rajab Mudhar yang terletak di antara Jumada dan
Sya’ban.” [Hadits riwayat Al-Bukhari]
Abdurrahman An-Nahdi berkata, ”Mereka (kaum Salaf) dahulu mengagungkan
tiga jenis sepuluh hari, yaitu 10 hari terakhir bulan Ramadhan, 10 hari pertama
bulan Dzulhijjah dan 10 hari pertama bulan Muharram.” [Lathaif: 84]
Di dalam Tafsir Fathul Qadir (5/429 ) disebutkan bahwa Qatadah rahimahullah
berkata,”
: [فتح القدير.»إن الفجر الذي أقسم هللا به في أول سورة الفجر هو فجر أول يوم من المحرم تنفجر منه السَنة
]5/429.
بعد شهر رمضان أعظم عند هللا، فليس شهر في السنة، وختمها بشهر حرام،إن هللا افتتح السنة بشهر حرام
من المحرم
”Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah Syahrullah (bulan Allah)
Muharram.” [Hadits riwayat Muslim]
Penyandaran bulan Muharram kepada Allah Ta’ala menunjukkan kemuliaan
dan keutamaannya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak
menyandarkan kepada diri-Nya kecuali makhluk-makhluknya yang sangat
khusus.
Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang
menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi
Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang
akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat.” [Hud: 64]
3. Disunnahkan memperbanyak puasa sunnah di bulan
Muharram
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Muslim tadi,
”Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah Syahrullah (bulan Allah)
Muharram.” [Hadits riwayat Muslim]
4. Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari Fir’aun dan
kaumnya di bulan Muharram.
Hal sebagaimana dalam riwayat dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia
berkata,”Nabi ﷺmemasuki Madinah lalu melihat orang-orang Yahudi
berpuasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram). Maka beliau bertanya,”Apa ini?”
Mereka menjawab,”Ini hari baik. Allah menyelamatkan Bani Israel dari musuh
mereka maka Musa berpuasa pada hari ini sebagai syukur kepada Allah.” Nabi
ﷺbersabda,”Aku lebih berhak atas Musa dibandingkan kalian. Kami berpuasa
pada hari ‘Asyura sebagai bentuk penghormatan terhadap hari tersebut.” Beliau
kemudian berpuasa pada hari tersebut dan memerintahkan untuk berpuasa.”
[Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim dan yang lainnya]
”Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah Syahrullah (bulan Allah)
Muharram.”
Berarti amalan yang paling utama untuk dilakukan dan diperbanyak adalah
berpuasa. Oleh karenanya, setiap Muslim yang mampu berpuasa hendaknya
memperbanyak puasa sunnah di bulan Muharram.
”Tidak seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah ‘Azza wa Jalla,
kecuali Allah ‘Azza wa Jalla menjauhkan wajahnya dari neraka dengan puasa
sehari tersebut sejauh 70 tahun.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (2840), Muslim
(1153) dan An-Nasa’i (2248)]
Penjelasan tentang kandungan makna dari hadits ini dalam Al-Mausu’ah Al-
Haditsiyah disebutkan:
”Pengertian dari berpuasa di jalan Allah adalah ketika sedang berjihad dalam
arti berperang. Kecuali orang yang berpuasa itu khawatir menjadi lemah saat
bertemu dengan musuh maka tidak berpuasa adalah lebih utama baginya
untuk memperkuat tubuhnya dalam berperang.
Ada ulama yang berpendapat lain bahwa yang dimaksud dengan “ di jalan
Allah” adalah mengikhlaskan puasa hanya untuk Allah ‘Azza wa Jalla semata
meskipun tidak sedang berjihad. Nabi ﷺmenyebutkan bahwa Allah ‘Azza wa
Jalla menjanjikan orang yang berpuasa di jalan Allah akan dijauhkan antara
dirinya dengan neraka sejauh 70 kharif ( musim (dingin)), maksudnya 70 tahun
karena setiap berlalu kharif maka telah selesailah satu tahun.
Hal ini menunjukkan jauhnya neraka dari mujahid yang berpuasa atau orang
berpuasa yang hanya mengharap pahala dari Allah ‘Azza wa Jalla.”
”Puasa pada hari ‘Asyura, aku berharap kepada Allah Agar Allah menghapus
(dosa) tahun yang sebelumnya.” {Hadits riwayat Muslim]
Puasa satu hari yang tidak lebih dari 15 jam bisa menghapus dosa selama satu
tahun penuh. Ini merupakan rahmat dan kelembutan Allah Ta’ala kepada kita.
Lantas, dosa apakah yang akan terhapus oleh puasa ‘Asyura’?
Para ahli ilmu mengatakan bahwa dosa yang akan dihapus oleh puasa ‘Asyura
adalah dosa-dosa kecil saja bukan dosa-dosa besar. Dosa-dosa besar itu tidak
akan bisa terhapus kecuali melalui taubat nasuha yang diterima oleh Allah
Ta’ala. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh para ulama yang melakukan
penelitian dalam persoalan ini seperti Imam An-Nawawi dan Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah.
”Untuk tahun depan, insya Allah kita akan berpuasa juga pada hari
kesembilan.”
Ibnu ‘Abbas berkata,”Tahun yang akan datang belum tiba, namun Rasulullah
ﷺtelah meninggal dunia.” [Hadits riwayat Muslim]
وَ خَ ا ِلفُوا ا ْليَ ُهو َد صُ ومُوا يَوْ مًا َق ْبلَ ُه َأوْ يَوْ مًا بَ ْع َد ُه,َصُ ومُوا يَوْ َم عَ اشُورَ اء
Umat Islam adalah umat yang diikuti bukan mengikuti. Islam menghendaki
agar kita memiliki kekhasan dalam perilaku, penampilan dan ibadah dan juga
memiliki kepribadian istimewa sebagai kaum Muslimin yang dibangun di atas
kemuliaan karena iman.
. ت َأ ْع َمالِنَا
ِ ُور َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا
ِ ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِعينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُو ُذ بِاهَّلل ِ ِم ْن ُشر
َ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر. ُى لَه
يك َ ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد ِ َم ْن يَ ْه ِد ِه هَّللا ُ فَالَ ُم
ار ْك َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َألِ ِه َ اَللَّهُ َّم. ُلَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه
ِ َص ِّل َو َسلِّ ْ[م َوب
َوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَ ْو ِم ال ِّد ْي ِن
ين َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْواًل َس ِديدًا يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن
َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذ
ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ[ فَقَ ْد فَا َز فَ ْو ًزا[ َع ِظي ًما
Hari ini kita berada di Jumat terakhir bulan Shafar 1441 hijriyah. Tepatnya
tanggal 26 Shafar 1441. Tepat pada hari ini, 1441 tahun yang lalu, Rasulullah
Salah satu hadits yang beliau sabdakan di awal-awal berada di Madinah adalah
empat amal berhadiah surga. Beliau mengajarkan kepada para sahabat di
Madinah:
َصلُّوا بِاللَّ ْي ِل َوالنَّاسُ نِيَا ٌم تَ ْد ُخلُوا ْال َجنَّة
َ صلُوا اَألرْ َحا َم َو ْ َأ ْف ُشوا ال َّسالَ َم َوَأ
ِ ط ِع ُموا[ الطَّ َعا َم َو
ِب َسالَ ٍم
“Sebarkan salam/kedamaian, berilah makanan, sambunglah silaturahim,
shalatlah di malam hari ketika orang lain sedang tidur, niscaya kalian masuk
surga dengan penuh keselamatan.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad; shahih)
1. Sebarkan Kedamaian
Jamaah Jum’at hafidhakumullah,
Pesan pertama Rasulullah adalah afsyus salaam. Sebarkan salam. Sebarkan
kedamaian. Rasulullah menganjurkan umatnya ketika bertemu dengan sesama
muslim untuk mengucapkan salam. Beliau juga memerintahkan umatnya untuk
menyebarkan kedamaian.
Kapan pun waktunya dan di mana pun berada, seorang muslim harus menjadi
penebar kedamaian. Sebab salah satu makna Islam adalah kedamaian. Dan
sejak awal Islam mencintai kedamaian.
Perang Badar, karena awalnya kaum muslimin ingin mengambil harta mereka
yang dirampas dan dijarah sewaktu ditinggal hijrah. Namun setelah kafilah
dagang Abu Sufyan lolos, pasukan kafir Quraisy dibawah pimpinan Abu Jahal
justru ingin menghancurkan Islam. Maka terjadilah perang badar.
Demikian pula fakta historis sepanjang sejarah. Islam adalah agama yang cinta
kedamaian. Maka jika ada yang menuduh Islam agama kekerasan, tanyakah
kepada mereka. Siapakah yang menyulut perang dunia pertama? Bukan orang
Islam. Siapakah yang menyulut perang dunia kedua? Bukan orang Islam.
Siapakah yang menjatuhkan bom atom atas Hiroshima? Bukan orang Islam.
Siapakah yang membantai 20 juta suku Aborigin di Australia? Bukan orang
Islam. Siapakah yang membantai lebih dari 100 juta suku indian merah di
Benua Utara Amerika? Bukan orang Islam. Siapakah yang membantai lebih dari
lebih dari 50 juta Indian merah di benua Selatan Amerika? Bukan orang Islam.
Siapakah yang menjadikan lebih dari 150 juta manusia dari Afrika sebagai
budak (apartheid), Diantara 77 % dari mereka mati di perjalanan dan dikubur
di lautan Atlantik? Bukan orang Islam.
Siapa yang membunuh jutaan orang Indonesia selama 350 tahun penjajahan?
Bukan orang Islam. Siapa yang membunuh ratusan ribu orang Palestina dan
mengusir dari tanah kelahirannya? Bukan orang Islam.
2. Berikan Makan
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Pesan kedua yang disampaikan Rasulullah adalah berikan makanan kepada
orang yang membutuhkan. Inilah humanisme Islam. Inilah kepedulian Islam.
Islam menghendaki manusia saling tolong menolong. Maka jika ada yang
membutuhkan, hendaklah ditolong dan umat Islam harus menjadi pelopor
dalam menolong orang lain. Apalagi jika yang dibutuhkan adalah kebutuhan
primer yang mendesak. Seperti makanan.
Sejak di Makkah, spirit menolong orang lain sudah ditanamkan. Yang paling
monumental adalah turunnya Surat Al Maun yang mencela para pendusta
agama yakni mereka yang suka menghardik anak yatim dan tidak mau
memberi makan fakir miskin.
َواَل يَحُضُّ َعلَى طَ َع ِام ْال ِم ْس ِكي ِن. ك الَّ ِذي يَ ُد ُّع ْاليَتِي َم َ َأ َرَأي
َ ِ فَ َذل. ْت الَّ ِذي[ يُ َك ِّذبُ ِبالدِّي ِن
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin. (QS. Al Ma’un: 1-3)
Tiga ayat ini turun berkenaan dengan tokoh kafir Quraisy yang biasa
menyembelih unta setiap pekan. Suatu ketika, seorang anak yatim datang
meminta sedikit daging dari unta yang telah disembelih itu. Namun ia tidak
diberi justru dihardik dan diusir.
3. Menyambung Silaturahim
Pesan ketiga yang diajarkan Rasulullah adalah menyambung silaturahim. Bukan
hanya kepada keluarga dekat tetapi juga tetangga, sahabat dan teman.
ِ َ فَ ْلي, َوَأ ْن يُ ْن َسَأ لَهُ فِي َأثَ ِر ِه,َم ْن َأ َحبَّ َأ ْن يُ ْب َسطَ َعلَ ْي ِه فِي ِر ْزقِ ِه
ُصلْ َر ِح َمه
Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya, dan dipanjangkan umurnya, maka
hendaknya ia menyambung tali silaturahim. (HR. Bukhari)
4. Sholat malam
Yang keempat adalah sholat malam. Qiyamul lail. Ini merupakan sholat sunnah
yang paling utama.
Semoga kita semua dimudahkan Allah untuk mengamalkan empat amal ini dan
Allah memasukkan kita ke dalam surga-Nya.
َأقُ ْو ُل قَ ْو ِل هَ َذا َوا ْستَ ْغفِر ُْوهَّللا َ ْال َع ِظي ِْم ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُو ُر ال َّر ِحي ُم
Bulan Rabiul Awwal dan
Peristiwa Penting di Dalamnya
ال ات َأعْ مَا ِلنَا ،مَنْ يَ ْه ِد ُ
هللا َف َ سيَِّئ ِ
ُسنَا وَ ِمنْ َ شرُ وْ ِر َأ ْنف ِ ستَ ْغفِرُ هُ ،وَ نَعُو ُذ ِبا ِ
هلل ِمنْ ُ ِإنَّ ا ْل َحمْ َد ِللَّ ِه نَ ْح َم ُد ُه وَ نَ ْ
ستَ ِع ْينُ ُه وَ نَ ْ
ش َه ُد َأنَّ م َ
ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه وَ رَ سُوْ لُ ُه ش ِريْكَ لَ ُه وَ َأ ْ ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ ُ
هللا وَ ْح َد ُه الَ َ ي لَهَُ .أ ُْض َّل لَ ُه وَ مَنْ يُضْ ِل ْل َفالَ َها ِد َ م ِ
يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه َحقَّ تُ َقا ِت ِه وَ اَل تَمُوتُنَّ ِإاَّل وَ َأ ْنتُ ْم ُم ْ
س ِلمُونَ
س ِديدًا ،يُصْ ِلحْ لَ ُك ْم َأعْ مَالَ ُك ْم وَ يَ ْغ ِفرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم وَ مَنْ ي ُِط ِع اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه
يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ُقولُوا َقوْ اًل َ
َف َق ْد َفازَ َفوْ زً ا عَ ِظيمًا
َأمَّا بَ ْع ُد
Segala puji kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang atas
rahmat dan karunia-Nya, pada hari ini kita masih diberi hidayah iman dan
Islam serta kesehatan dan kekuatan untuk menjalankan salah satu kewajiban
dan syiar yang agung dalam Islam, yaitu shalat Jumat, di masjid yang mulia ini.
Hanya dengan jalan itulah kita bisa mewujudkan ketakwaan kepada Allah
Ta’ala. Dan hanya takwa saja yang menyebabkan kita selamat dan bahagia
serta mulia di dunia dan akhirat.
Sekarang ini kita berada di bulan Rabiul Awal. Di bulan ini, terdapat beberapa
penting dalam sejarah Islam yang semestinya layak untuk kita jadikan bahan
renungan, mengingat pentingnya peristiwa tersebut.
Kebanyakan kaum Muslimin hanya terfokus pada satu peristiwa penting saja
yang diperingati setiap tahunnya di bulan Rabiul Awwal, yaitu kelahiran Nabi
Muhammad .
Ibnu Sa’ad meriwayatkan bahwa Ibu Rasulullah SAW berkata, “Setelah bayiku
keluar, aku melihat ada cahaya yang keluar dari kemaluanku, menyinari istana-
istana di Syam.”
Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Al-Irbadh bin Sariyah, yang isinya serupa
dengan perkataan tersebut.”
Bahwa Rasulullah SAW lahir di hari senin ini sesuai dengan sebuah hadits
riwayat Muslim, Rasulullah SAW ditanya tentang puasa pada hari Senin dan
Kamis kemudian dijawab oleh beliau,”Aku dilahirkan pada hari itu dan
diangkat sebagai nabi pada hari itu serta wahyu diturunkan kepadaku juga
hari itu.”
Mengenai tahun gajah sebagai tahun kelahiran beliau, menurut Dr. Akram
Dhiya’ Al-Umari, indikasi-indikasi sejarah yang sesuai dengan riwayat yang
menyatakan bahwa nabi SAW lahir pada tahun Gajah sangat kuat. ‘
Menurut Ibnul Qayyim yang didukung oleh Al-Qalashthani, Nabi SAW lahir
pada tahun Gajah paska Peristiwa Gajah. Peristiwa tersebut merupakan
momen bagi persiapan kejayaan Islam ketika Allah mengusir orang-orang
Kristen Habasyah dari ka’bah yang saat itu dikuasai oleh kaum Musyrik Arab
demi memuliakan rumah-Nya tersebut.
2. Rasul Hijrah Pada Bulan Rabiul Awal
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Peristiwa monumental kedua pada bulan Rabiul awal adalah hjrahnya Nabi
Muhammad SAW ke Madinah dengan ditemani oleh sahabat setianya, Abu
Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.
Perlu dijelaskan di sini, bahwa sistem kalender dalam Islam di mulai pada
bulan Muharram. Padahal sebab penentuan tahun hijriah adalah hijrah Nabi
SAW. Bila demikian halnya, lantas mengapa permulaan tahun hijriah adalah
bulan Muharram bukan bulan Rabiul Awwal yang merupakan bulan hijrahnya
Nabi SAW ?
Al-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan di dalam kitab Fathul Bari (7/268), (Penerbit
Darul Ma’rifah), “Pengunduran sejarah hijrah dari Rabiul awal ke Muharram
adalah karena permulaan tekad untuk berhijrah itu terjadi pada bulan
Muharram, karena Baiat yang terjadi saat itu di pertengahan bulan Dzulhijjah.
Ini merupakan pengantar hijrah. Maka Hilal pertama yang terbit setelah baiat
dan tekad untuk melaksanakan hijrah adalah hilal bulan Muharram, sehingga
pantas bila dijadikan sebagai permulaan. Inilah yang terkuat yang saya
dapatkan tentang kesesuaian permulaan tahun hijriah dengan Muharram.”
Tujuan dari hijrah adalah untuk mewujudkan adanya tempat yang baru untuk
dakwah Islam dan terwujudnya rasa aman pada diri kaum Muslimin mengenai
nyawa dan agama mereka.
Sebuah riwayat yang shahih menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sudah mulai
mengeluh sakit sejak tahun ke 7 paska penaklukan Khaibar, yakni setelah
beliau sempat mencicipi sepotong daging panggang beracun yang
disuguhkan oleh seorang perempuan Yahudi, istri Sallam bin Masykam.
Ketika sedang dalam keadaan kritis, Rasulullah SAW bersabda kepada para
sahabat,”Kemarilah, aku ingin menulis sepucuk surat wasiat yang setelah
membacanya kalian tidak akan sesat.”
Terjadi perselisihan kecil di antara para sahabat. Sebagian ada yang ingin
menyodorkan alat-alat tulis dan sebagian yang lain tidak setuju, dengan
alasan hal itu justru akan memberatkan beliau.
Belakangan diketahui secara jelas bahwa perintah untuk menyodorkan alat
tulis itu bukan wajib tapi pilihan. Sebuah riwayat yang shahih menyebutkan
bahwa Rasulullah SAW minta alat tulis itu terjadi pada hari Kamis, empat hari
sebelum beliau wafat.
Sakit yang diderita Rasulullah SAW semakin berat sehingga beliau tidak
sanggup keluar rumah untuk ikut shalat bersama para sahabat. Beliau
bersabda kepada ‘Aisyah,”Suruhlah Abu Bakar untuk menjadi imam Shalat.”
Pagi hari menjelang wafat, Rasulullah SAW membuka tirai kamar ‘Aisyah dan
memandang kaum Muslimin yang tengah shalat dalam barisan rapi. Sejenak
beliau tersenyum lalu tertawa kecil, seolah-olah beliau sedang berpamitan
dengan mereka.
Menyaksikan beliau keluar, kaum Muslimin merasa gembira. Abu Bakar ingin
mundur karena mengira Rasulullah SAW akan ikut shalat. Tetapi beliau segera
memberi isyarat tangan kepada Abu Bakar agar meneruskan shalatnya.
Setelah itu beliau masuk kamar lagi sambil menutup tirai.
Pada saat menjelang ajal, beliau bersandar di dada ‘Aisyah. ‘Aisyah mengambil
siwak pemberian saudaranya, Abdurrahman bin Abu Bakar. Ia lalu memberikan
siwak tersebut kepada beliau yang kemudian beliau gunakan untuk
membersihkan mulutnya.
‘Aisyah tahu pada saat itu Rasulullah SAW disuruh untuk memilih dan beliau
memilih bertemu dengan Tuhannya Yang Maha Tinggi.” Rasulullah SAW
akhirnya wafat di pangkuan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menjelang tengah hari.
Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, Allahumma
shalli wasallim wabarik ‘alaih, karena dengan ajaran yang ia bawa sebagai rasul, kita
bisa mengerti apa yang harus kita tinggalkan (kejahiliyaan) dan apa yang senantiasa
harus kita amalkan, sehingga kita sebagai manusia, terus berproses (fa yakun) untuk
menjadi Al-insan Al-kamil, manusia yang senantiasa mengoptimalkan hati dan akalnya
untuk melaksanakan kebaikan, dan kedepan akan meninggalkan dunia fana ini dalam
keadaan yang baik pula, khusnul khotimah. Aamin.
Untuk mencapai predikat Al-insan Al-kamil kita harus dicintai oleh Allah SWT, lantas
apa saja ciri-ciri manusia yang dicintai oleh Allah SWT, antara lain adalah:
Dengan artian, ketika seorang hamba tersebut meninggal, maka yang terkenang dari
orang sekitarnya hanyalah kebaikan-kebaikan dari hamba tersebut.
Kedua, jika melaksanakan dosa, akan diberikan hukuman langsung di dunia. Manusia
yang dicintai oleh Allah tidak akan dibiarkan oleh Allah untuk mendapatkan siksaan di
Akhirat.
Akhirat sebagai tempat yang abadi adalah saat untuk memetik buah dari amal saleh,
karena dosa yang dilakukan telah mendapatkan hukuman ketika masih hidup di dunia.
Dalam hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dijelaskan, Nabi Muhammad saw bersabda;
“sesungguhnya besarnya balasan tergantung besarnya ujian, dan apabila Allah cinta
kepada suatu kaum, Dia akan menguji mereka, barang siapa yang ridla maka baginya
keridlaan Allah, namun barangsiapa yang murka, maka murka Allah baginya”.
Ujian yang dimaksut disini adalah kesusahan atau kesengsaraan, baik itu ujian fisik
dengan sakit, ataupun ujian sosial dengan kemiskinan dan kefakiran.
Suatu kaum bisa saja ditimpa ujian ataupun azab, bedanya adalah, azab akan
ditimpakan bagi kaum yang ingkar dan mengkufuri nikmat Allah, seperti kaum Ad dan
kaum Tsamud. Namun ujian akan ditimpakan bagi kaum yang senantiasa mensykuri
nikmat Allah dan berbuat amal saleh.
Yang bisa membedakan jika kita ditimpa musibah atau azab adalah hati kita masing-
masing. Semoga setiap bencana dan kesusahan yang ditimpakan bagi kita adalah ujian
bagi kita, bukan azab. Aminn Ya Rabbal Alamin.
Bahkan bagi orang yang bersabar dalam segala musibah maupun ujian
hidup, Allah janjikan baginya pahala secara unlimited, tanpa batas, seperti dijelaskan
dalam firmaNya:
ْ َأقُ ْو ُل َق ْولِيْ َه َذا َوَأسْ َت ْغفِ ُر هللاَ ْال َعظِ ْي َم لِي.الذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم
ِّ ت َو ِ َو َن َف َعنِيْ َوِإيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه م َِن ْاآل َيا،آن ْال َعظِ ي ِْم
ِ ْك هللاُ لِيْ َولَ ُك ْم فِي ْالقُر َ ار َ َب
ِإ َّن ُه ه َُو ال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم،ُ َفاسْ َت ْغفِر ُْوه.ٍاِئر ْالمُسْ لِ ِمي َْن مِنْ ُك ِّل ذ ْنب
ْ َ ِ سَ ِ لوَ م
ْ ُ
ك ََول