Anda di halaman 1dari 25

Keutamaan Bulan Muharram &

Amalan di dalamnya
‫ َم ْن‬،‫ت َأ ْع َمالِنَا‬
ِ ‫ َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا‬،ُ‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُره‬
‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن‬َ ‫ َأ ْشهَ ُد َأ َّن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬.ُ‫ي لَه‬
َ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫يَ ْه ِد هللاُ فَالَ ُم‬
ُ‫ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬

 ‫صلَّى ا هللُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم‬
َ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى نَبِيِّنَا َو َرسُوْ لِنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ان ِإلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن‬
ٍ ‫بِِإحْ َس‬
ً‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجاالً َكثِيرا‬
َّ َ‫ق ِم ْنهَا َزوْ َجهَا َوب‬ َ َ‫اح َد ٍة َو َخل‬
ِ ‫س َو‬ ٍ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ْم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬
ً ‫َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَتَ َسا َءلُونَ بِ ِه َواَألرْ َحا َم ِإ َّن هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبا‬

َ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون‬
َّ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬

‫ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع‬، ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬
ِ ‫هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَوْ ًزا ع‬
‫َظي ًما‬

‫َأ َّما بَ ْع ُد‬

Jamaah Jumat rahimakumullah,


Saat ini kita sudah memasuki bulan Muharram. Berarti kita sudah masuk
ke tahun baru hijriyah menurut kalender Islam. Kalender Islam yang
penghitungannya berdasarkan perputaran bulan dimulai dengan bulan
Muharram.
Oleh karena kita telah memasuki bulan pertama di tahun baru Islam, maka
hendaklah kita membuka tahun baru kita ini dengan ketakwaan dan
keshalihan. Tak lupa kita harus merasa menyesal dan bertaubat atas berlalunya
waktu di tahun kemarin yang tidak diisi dengan ketaatan kepada Allah
sehingga kita tidak mendapatkan keberuntungan pada waktu-waktu tersebut
dan tidak pula keridhaan Allah Ta’ala.
Tahun yang telah berlalu kemarin bisa menjadi saksi yang membela kita dan
bisa pula menjadi saksi yang memberatkan kita di akhirat nanti.

Oleh karenanya, marilah kita mengambil bekal yang cukup, kita persiapkan
jawaban yang memadai dan memperbanyak kebaikan pada umur kita yang
tersisa, untuk menutupi berbagai kekurangan dan ketergelinciran di masa lalu,
sebelum habis jatah umur kita dan datang malaikat maut untuk menjemput
kita.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Di antara nikmat Allah Ta’ala kepada para hamba-Nya adalah Allah


mengukuhkan musim-musim kebaikan untuk mereka sebagai bentuk
penyempurnaan pahala mereka dan menambah banyak anugerah Allah bagi
mereka.

Oleh karena itu, saat musim haji yang diberkahi sudah berlalu, datanglah
bulan yang mulia yaitu bulan Allah, Syahrullah Muharam. Bulan Muharram
merupakan bulan yang penuh berkah dan keutamaan. Di antara
keutamaannya adalah:

1. Bulan Muharram termasuk salah satu dari bulan Haram yang


dimuliakan oleh Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,

َ‫ات وَ اَأْلرْ ضَ ِم ْن َها َأرْ بَ َع ٌة ُحرُ ٌم ۚ ٰ َذ ِلك‬ ِ َ‫سمَاو‬ َّ ‫ب اللَّ ِه يَوْ َم خَ لَ َق ال‬ِ ‫ش ْهرً ا ِفي ِكتَا‬ َ َ‫شر‬ َ َ‫ور ِع ْن َد اللَّ ِه ا ْثنَا ع‬ ُّ ‫ِإنَّ ِع َّد َة ال‬
ِ ‫ش ُه‬
َ‫ش ِر ِكينَ َكا َّف ًة َكمَا يُ َقا ِتلُونَ ُك ْم َكا َّف ًة ۚ وَ اعْ لَمُوا َأنَّ اللَّ َه مَعَ ا ْل ُمتَّ ِقين‬ َ ‫يهنَّ َأ ْن ُف‬
ْ ‫س ُك ْم ۚ وَ َقا ِتلُوا ا ْل ُم‬ ِ ‫ال ِّدينُ ا ْل َقيِّ ُم ۚ فَاَل تَظْ ِلمُوا ِف‬

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam
ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di
antaranya  empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka
janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan
perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun
memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-
orang yang bertakwa. [At-Taubah- 36]
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan tentang ayat ini dalam tafsirnya
sebagai berikut:

“Allah memberitahukan bahwa bilangan bulan pada sisinya adalah dua belas
bulan sejak Dia menciptakan langit dan bumi.” Kemudian di bagian lain dari
tafsir ayat ini beliau menjelaskan:

”Dari dua belas bulan dalam setahun itu terdapat empat bulan haram. Orang-
orang haram melakukan peperangan di dalamnya. Orang-orang Arab pada
masa jahiliyah sangat menghormati keharaman bulan-bulan tersebut.

Tiga di antaranya terletak berurutan, yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan


Muharram, dengan maksud demi kepentingan ibadah haji. Sehingga
masyarakat Arab bisa melaksanakan Haji dan Umrah dengan mudah dan
aman.
Satu bulan sebelum musim haji, Dzulqa’dah. Satu bulan untuk pelaksanaan
haji, Dzulhijjah. Dan satu bulan lagi setelah bulan haji, Muharram. Sehingga
mereka dapat kembali ke daerah asal mereka dengan aman setelah
melakukan ibadah haji.

Sedangkan yang keempat adalah bulan Rajab. Disebut juga dengan istilah


Rajab Al-Fard (sendirian). Sebab, ia terletak sendiri antara bulan-bulan yang
bukan termasuk bulan Haram. Disebut juga dengan Rajab Mudhar untuk
mempertegas keharamannya sebab Suku Mudhar memang sangat
menghormati keharaman bulan ini.
َ ‫يهنَّ َأ ْن ُف‬
Allah Ta’ala berfirman: ‫س ُك ْم‬ ِ ‫( فَاَل تَظْ ِلمُوا ِف‬  maka janganlah kamu menganiaya
diri kamu dalam bulan yang empat itu). Janganlah kalian menzhalimi diri
sendiri dalam bulan-bulan haram. Dan janganlah kalian menciptakan
peperangan di dalamnya.
Kezhaliman tidak hanya dilarang di bulan Haram tetapi di sepanjang tahun
dan masa. Akan tetapi, dosa kezhaliman yang dilakukan di bulan-bulan haram
lebih buruk dan lebih berat daripada bulan-bulan lainnya.

Ini seperti larangan berbuat maksiat di Masjidil Haram. Allah Ta’ala berfirman,
‫َّاس سَوَ ا ًء ا ْلعَاكِفُ ِفي ِه وَ ا ْلبَا ِد ۚ وَ مَنْ ي ُِر ْد‬
ِ ‫س ِج ِد ا ْل َحرَ ِام الَّ ِذي َج َع ْلنَا ُه ِللن‬
ْ ‫ِإنَّ الَّ ِذينَ َك َفرُ وا وَ يَصُ دُّونَ عَ نْ س َِبي ِل اللَّ ِه وَ ا ْل َم‬
‫ب َأ ِل ٍيم‬
ٍ ‫ِفي ِه بِِإ ْل َحا ٍد ِبظ ُ ْل ٍم نُ ِذ ْق ُه ِمنْ عَ َذا‬

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan


Allah dan Masjidilharam yang telah Kami jadikan untuk semua manusia, baik
yang bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di
dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan
kepadanya sebahagian siksa yang pedih. [Al-Hajj: 25]
Perbuatan maksiat adalah haram dan terlarang secara mutlak di mana pun
tempatnya. Akan tetapi, perbuatan maksiat di Masjidil Haram jauh lebih berat
nilai kejahatannya. Maka dari itu, dosa perbuatan maksiat di Masjidil Haram
dilipatgandakan.

Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,”Janganlah kalian


menzhalimi diri sendiri dalam semua bulan sepanjang tahun. Allah kemudian
memilih empat dari bulan-bulan yang ada dan menjadikannya sebagai bulan
haram.

Allah menekankan keharamannya, menjadikan perbuatan dosa yang dilakukan


di dalamnya lebih besar dan menjadikan pahala amal shalih yang dikerjakan di
dalamnya juga lebih besar.”

Dalam sebuah hadits dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu, disebutkan bahwa
Nabi ‫ ﷺ‬berkhutbah dalam hajinya, beliau bersabda,

َ ‫ ُذو ا ْل َق ْع َد ِة وَ ُذو ا ْل ِح َّج ِة وَ ا ْلم‬: ٌ‫ش ْهرً ا ِم ْن َها َأرْ بَ َع ٌة ُحرُ ٌم ثَاَل ثَ ٌة ُمتَوَ ا ِليَات‬
َ‫~ وَ رَ َجبُ مُضَ رَ الَّ ِذي بَيْن‬،‫ُحرَّ ُم‬ َ َ‫شر‬َ َ‫سنَ ُة ا ْثنَا ع‬
َّ ‫ال‬
َ َ‫ُجمَادَى و‬
َ‫ش ْعبَان‬

”Satu tahun itu dua belas bulan. Di antara bulan-bulan itu ada empat bulan
haram. Tiga bulan dari bulan haram itu berurutan yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah
dan Muharram lalu Rajab Mudhar yang terletak di antara Jumada dan
Sya’ban.” [Hadits riwayat Al-Bukhari]
Abdurrahman An-Nahdi berkata, ”Mereka (kaum Salaf) dahulu mengagungkan
tiga jenis sepuluh hari, yaitu 10 hari terakhir bulan Ramadhan, 10 hari pertama
bulan Dzulhijjah dan 10 hari pertama bulan Muharram.” [Lathaif: 84]
Di dalam Tafsir Fathul Qadir (5/429 ) disebutkan bahwa Qatadah rahimahullah
berkata,”

:‫ [فتح القدير‬.»‫إن الفجر الذي أقسم هللا به في أول سورة الفجر هو فجر أول يوم من المحرم تنفجر منه السَنة‬
]5/429.

”Sesungguhnya Al-Fajr yang Allah terlah bersumpah dengannya di awal surat


Al-Fajr adalah fajar hari pertama bulan Muharram yang darinya tahun muncul
keluar.”
Sebagian Ahli ilmu berpendapat bahwa bulan haram yang paling utama
adalah bulan Muharram. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah, seorang tokoh
ulama Tabi’in berkata,

‫ بعد شهر رمضان أعظم عند هللا‬،‫ فليس شهر في السنة‬،‫ وختمها بشهر حرام‬،‫إن هللا افتتح السنة بشهر حرام‬
‫من المحرم‬

”Sesungguhnya Allah membuka tahun dengan bulan haram dan menutupnya


dengan bulan haram dan tidak ada bulan dalam satu tahun setelah bulan
Ramadhan yang lebih utama dari bulan Muharram di sisi Allah.”
2. Nama bulan ini disandarkan kepada Allah, yaitu Syahrullah Al-
Muharram.
Hal ini sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

َ َ‫َأ ْفضَ ُل الصِّ ي َِام بَ ْع َد رَ مَضَ ان‬


َ ‫ش ْهرُ اللَّ ِه ا ْلم‬
]‫ُحرَّ ُم» [رواه مسلم‬

”Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah Syahrullah (bulan Allah)
Muharram.”  [Hadits riwayat Muslim]
Penyandaran bulan Muharram kepada Allah Ta’ala menunjukkan kemuliaan
dan keutamaannya. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak
menyandarkan kepada diri-Nya kecuali makhluk-makhluknya yang sangat
khusus.

Sebagaimana disandarkannya Nabi Muhammad, Ibrahim, Ishaq, Ya’qub dan


para Nabi lainnya kepada penghambaan kepada-Nya. Demikian pula
disandarkan kepada Allah rumah-Nya dan unta-Nya. Hal ini sebagaimana
dalam firman-Nya,

ٌ‫ض اللَّ ِه وَ اَل تَ َمسُّو َها ِبسُو ٍء َفيَْأ خُ َذ ُك ْم عَ َذابٌ َق ِريب‬


ِ ْ‫وَ يَا َقوْ ِم ٰ َه ِذ ِه نَا َق ُة اللَّ ِه لَ ُك ْم آيَ ًة َف َذرُ و َها تَْأ ُك ْل ِفي َأر‬

Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang
menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi
Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang
akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat.” [Hud: 64]
3. Disunnahkan memperbanyak puasa sunnah di bulan
Muharram
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Muslim tadi,

َ َ‫َأ ْفضَ ُل الصِّ ي َِام بَ ْع َد رَ مَضَ ان‬


َ ‫ش ْهرُ اللَّ ِه ا ْلم‬
]‫ُحرَّ ُم» [رواه مسلم‬

”Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah Syahrullah (bulan Allah)
Muharram.” [Hadits riwayat Muslim]
4. Allah menyelamatkan Musa dan Bani Israil dari Fir’aun dan
kaumnya di bulan Muharram.
Hal sebagaimana dalam riwayat dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia
berkata,”Nabi ‫ ﷺ‬memasuki Madinah lalu melihat orang-orang Yahudi
berpuasa pada hari ‘Asyura (10 Muharram). Maka beliau bertanya,”Apa ini?”
Mereka menjawab,”Ini hari baik. Allah menyelamatkan Bani Israel dari musuh
mereka maka Musa berpuasa pada hari ini sebagai syukur kepada Allah.” Nabi
‫ ﷺ‬bersabda,”Aku lebih berhak atas Musa dibandingkan kalian. Kami berpuasa
pada hari ‘Asyura sebagai bentuk penghormatan terhadap hari tersebut.” Beliau
kemudian berpuasa pada hari tersebut dan memerintahkan untuk berpuasa.”
[Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim dan yang lainnya]

Jamaah Jumat rahimakumullah,


Bila bulan Muharram adalah bulan mulia dan penuh keutamaan, lantas apakah
amalan yang paling utama yang selayaknya banyak dilakukan di bulan ini? Bila
mengacu kepada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,
َ َ‫َأ ْفضَ ُل الصِّ ي َِام بَ ْع َد رَ مَضَ ان‬
َ ‫ش ْهرُ اللَّ ِه ا ْلم‬
]‫ُحرَّ ُم» [رواه مسلم‬

”Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah Syahrullah (bulan Allah)
Muharram.”

Berarti amalan yang paling utama untuk dilakukan dan diperbanyak adalah
berpuasa. Oleh karenanya, setiap Muslim yang mampu berpuasa hendaknya
memperbanyak puasa sunnah di bulan Muharram.

Sebagai pengingat tentang keutamaan puasa sunnah, berikut ini adalah


beberapa hadits yang bisa mendorong kita untuk menguatkan tekad
melakukannya. Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ‫ﷺ‬
bersabda,

َ‫ سبعين‬، ‫َّار‬ ِ ‫اليوم وج َه ُه‬


ِ ‫عن الن‬ ِ َ‫ إاَّل ب َّع َد اللَّ ُه عزَّ وج َّل بذ ِلك‬، ‫ما من عب ٍد يصو ُم يومًا في سبي ِل اللَّ ِه عزَّ وج َّل‬
‫خريفًا‬

”Tidak seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah ‘Azza wa Jalla,
kecuali Allah ‘Azza wa Jalla menjauhkan wajahnya dari neraka dengan puasa
sehari tersebut sejauh 70 tahun.” [Hadits riwayat Al-Bukhari (2840), Muslim
(1153) dan An-Nasa’i (2248)]
Penjelasan tentang kandungan makna dari hadits ini dalam Al-Mausu’ah Al-
Haditsiyah disebutkan:

”Pengertian dari berpuasa di jalan Allah adalah ketika sedang berjihad dalam
arti berperang. Kecuali orang yang berpuasa itu khawatir menjadi lemah saat
bertemu dengan musuh maka tidak berpuasa adalah lebih utama baginya
untuk memperkuat tubuhnya dalam berperang.

Ada ulama yang berpendapat lain bahwa yang dimaksud dengan “ di jalan
Allah” adalah mengikhlaskan puasa hanya untuk Allah ‘Azza wa Jalla semata
meskipun tidak sedang berjihad. Nabi ‫ ﷺ‬menyebutkan bahwa Allah ‘Azza wa
Jalla menjanjikan orang yang berpuasa di jalan Allah akan dijauhkan antara
dirinya dengan neraka sejauh 70 kharif ( musim (dingin)), maksudnya 70 tahun
karena setiap berlalu kharif maka telah selesailah satu tahun.
Hal ini menunjukkan jauhnya neraka dari mujahid yang berpuasa atau orang
berpuasa yang hanya mengharap pahala dari Allah ‘Azza wa Jalla.”

Dalam bulan Muharram terdapat sebuah puasa sunnah yang sangat


ditekankan untuk dilakukan karena keutamaannya yang begitu besar
yaitu puasa Asyura’. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,
َّ ‫صيَا ُم يَوْ ِم عَ اشُورَ ا َء َأ ْحتَ ِسبُ عَ لَى اللَّ ِه َأنْ يُ َك ِّفرَ ال‬.
]‫سنَ َة الَّ ِتي َق ْبلَ ُه [رواه مسلم‬ ِ

”Puasa pada hari ‘Asyura, aku berharap kepada Allah Agar Allah menghapus
(dosa) tahun yang sebelumnya.” {Hadits riwayat Muslim]
Puasa satu hari yang tidak lebih dari 15 jam bisa menghapus dosa selama satu
tahun penuh. Ini merupakan rahmat dan kelembutan Allah Ta’ala kepada kita.
Lantas, dosa apakah yang akan terhapus oleh puasa ‘Asyura’?

Para ahli ilmu mengatakan bahwa dosa yang akan dihapus oleh puasa ‘Asyura
adalah dosa-dosa kecil saja bukan dosa-dosa besar. Dosa-dosa besar itu tidak
akan bisa terhapus kecuali melalui taubat nasuha yang diterima oleh Allah
Ta’ala. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh para ulama yang melakukan
penelitian dalam persoalan ini seperti Imam An-Nawawi dan Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah.

Mengenai pelaksanaan puasa ‘Asyura, disunnahkan agar tidak pas tanggal 10


Muharram saja agar tidak menyerupai orang Yahudi kecuali memang tidak
memungkinkan karena suatu sebab tertentu.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,”Pada saat Nabi ‫ ﷺ‬mengerjakan


puasa ‘Asyura dan memerintahkan kaum Muslimin untuk mengerjakannnya,
ada yang berkata kepada Rasulullah ‫ﷺ‬: “Wahai Rasulullah, itu adalah hari
yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nashara.”

Maka Nabi ‫ ﷺ‬bersabda,

ِ ‫شا َء اللَّ ُه – صُ مْ نَا ا ْليَوْ َم الت‬


َ‫َّاسع‬ َ ْ‫ِإ َذا َكانَ ا ْلعَا ُم ا ْل ُم ْق ِب ُل – ِإن‬

”Untuk tahun depan, insya Allah kita akan berpuasa juga pada hari
kesembilan.”
Ibnu ‘Abbas berkata,”Tahun yang akan datang belum tiba, namun Rasulullah
‫ ﷺ‬telah meninggal dunia.” [Hadits riwayat Muslim]

Dalam riwayat Ahmad, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,

‫ وَ خَ ا ِلفُوا ا ْليَ ُهو َد صُ ومُوا يَوْ مًا َق ْبلَ ُه َأوْ يَوْ مًا بَ ْع َد ُه‬,َ‫صُ ومُوا يَوْ َم عَ اشُورَ اء‬

”Berpuasalah pada hari ‘Asyura (10 Muharram) dan selisihilah orang-orang


Yahudi. Berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya.”
Rasulullah ‫ ﷺ‬ingin menjauhkan orang-orang Muslim dari menyerupai orang
kafir dan menginginkan kemuliaan bagi kaum Muslimin. Rasulullah ‫ﷺ‬
menginginkan kita memang berbeda dari orang-orang kafir.

Umat Islam adalah umat yang diikuti bukan mengikuti. Islam menghendaki
agar kita memiliki kekhasan dalam perilaku, penampilan dan ibadah dan juga
memiliki kepribadian istimewa sebagai kaum Muslimin yang dibangun di atas
kemuliaan karena iman.

‫ وَ تَ َقبَّ َل ِمنِّيْ وَ ِم ْن ُك ْم ِتالَوَ تَ ُه‬,‫َات وَ ال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِكي ِْم‬ ِ ‫آن ا ْلع‬


ِ ‫ وَ نَ َف َع ِنيْ وَ ِإيَّا ُك ْم ِبمَا ِف ْي ِه ِمنَ اآلي‬,‫َظي ِْم‬ ِ ْ‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم ِفي ا ْلقُر‬ ُ َ‫بَارَ ك‬
‫ ِإنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغفُوْ رُ الرَّ ِح ْي ُم‬،ُ‫ستَ ْغفِرُ وْ ه‬ ْ ‫َظ ْي َم ِليْ وَ لَ ُك ْم َفا‬
ِ ‫هللا ا ْلع‬
َ ُ‫ستَ ْغفِر‬ ‫َأ‬
ْ ‫ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ َه َذا وَ ا‬.‫س ِميْعُ ا ْل َع ِل ْي ُم‬
َّ ‫ِإنَّ ُه ُهوَ ال‬
Empat Amal Berhadiah Surga di bulan Safar

. ‫ت َأ ْع َمالِنَا‬
ِ ‫ُور َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا‬
ِ ‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِعينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُو ُذ بِاهَّلل ِ ِم ْن ُشر‬
َ ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر‬. ُ‫ى لَه‬
‫يك‬ َ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫َم ْن يَ ْه ِد ِه هَّللا ُ فَالَ ُم‬
‫ار ْك َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َألِ ِه‬ َ ‫ اَللَّهُ َّم‬. ُ‫لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُه‬
ِ َ‫ص ِّل َو َسلِّ ْ[م َوب‬
‫َوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِِإحْ َسا ٍن ِإلَى يَ ْو ِم ال ِّد ْي ِن‬

َ ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُم‬


‫ون‬ َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
َّ ‫ين َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬

َّ َ‫ق ِم ْنهَا َز ْو َجهَا َوب‬


‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجااًل‬ َ َ‫س َوا ِح َد ٍة َو َخل‬ ٍ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬
َ ‫ون بِ ِه َواَأْلرْ َحا َم ِإ َّن هَّللا َ َك‬
‫ان َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬ َ ُ‫َكثِيرًا َونِ َسا ًء َواتَّقُوا هَّللا َ الَّ ِذي تَ َسا َءل‬

‫ين َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَ ْواًل َس ِديدًا يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
‫ي ُِط ِع هَّللا َ َو َرسُولَهُ[ فَقَ ْد فَا َز فَ ْو ًزا[ َع ِظي ًما‬

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Hari ini kita berada di Jumat terakhir bulan Shafar 1441 hijriyah. Tepatnya

tanggal 26 Shafar 1441. Tepat pada hari ini, 1441 tahun yang lalu, Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam berangkat hijrah. Meninggalkan rumah beliau untuk

hijrah ke Yatsrib, yang kelak dinamakan Madinah.

Rasulullah tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabiul Awal. Disambut dengan


penuh suka cita oleh penduduk Madinah.

Salah satu hadits yang beliau sabdakan di awal-awal berada di Madinah adalah
empat amal berhadiah surga. Beliau mengajarkan kepada para sahabat di
Madinah:
َ‫صلُّوا بِاللَّ ْي ِل َوالنَّاسُ نِيَا ٌم تَ ْد ُخلُوا ْال َجنَّة‬
َ ‫صلُوا اَألرْ َحا َم َو‬ ْ ‫َأ ْف ُشوا ال َّسالَ َم َوَأ‬
ِ ‫ط ِع ُموا[ الطَّ َعا َم َو‬
‫ِب َسالَ ٍم‬
“Sebarkan salam/kedamaian, berilah makanan, sambunglah silaturahim,
shalatlah di malam hari ketika orang lain sedang tidur, niscaya kalian masuk
surga dengan penuh keselamatan.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad; shahih)

1. Sebarkan Kedamaian
Jamaah Jum’at hafidhakumullah,
Pesan pertama Rasulullah adalah afsyus salaam. Sebarkan salam. Sebarkan
kedamaian. Rasulullah menganjurkan umatnya ketika bertemu dengan sesama
muslim untuk mengucapkan salam. Beliau juga memerintahkan umatnya untuk
menyebarkan kedamaian.

Kapan pun waktunya dan di mana pun berada, seorang muslim harus menjadi
penebar kedamaian. Sebab salah satu makna Islam adalah kedamaian. Dan
sejak awal Islam mencintai kedamaian.

Sejak dakwah Islam pertama setelah Rasulullah menerima wahyu hingga


wafatnya beliau, tak ada satu orangpun yang dipaksa masuk Islam. Islam
disebarkan dengan penuh kedamaian, bahkan saat Rasulullah disakiti ketika
mendakwahkan Islam, beliau tidak serta merta membalas dengan kekerasan.

Baik di Makkah maupun di Madinah, orang-orang masuk Islam dengan damai.


Setelah masa Rasulullah pun, tak ada yang dipaksa untuk masuk Islam.
Termasuk dakwah Islam di Indonesia yang kemudian menjadi mayoritas
muslim. Islam disebarkan dengan damai, tak ada yang dipaksa karena Allah
telah menegaskan dalam firman-Nya:

‫اَل ِإ ْك َراهَ فِي الدِّي ِن‬


Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).. (QS. Al Baqarah: 256)

Sejak awal dakwahnya, Islam adalah agama penebar kedamaian. Rasulullah


mencontohkan bagaimana berbuat baik kepada setiap orang, meskipun orang
itu tidak memeluk Islam.

Sewaktu di Makkah, umat Islam disakiti sedemikian rupa. Dicaci, disiksa,


bahkan ada yang dibunuh seperti Yasir dan Sumayyah, Rasulullah
memerintahkan umatnya untuk bersabar. Barulah di Madinah, turun ayat-ayat
jihad dan terjadi peperangan. Namun semua peperangan yang terjadi di masa
Rasulullah, dijelaskan Syaikh Yusuf Qardhawi dalam Fiqih Jihad sebagai
peperangan defensif. Perang dalam rangka membela diri.

Perang Badar, karena awalnya kaum muslimin ingin mengambil harta mereka
yang dirampas dan dijarah sewaktu ditinggal hijrah. Namun setelah kafilah
dagang Abu Sufyan lolos, pasukan kafir Quraisy dibawah pimpinan Abu Jahal
justru ingin menghancurkan Islam. Maka terjadilah perang badar.

Perang uhud, orang-orang kafir Quraisy ingin menghancurkan Madinah. Maka


disambut kaum muslimin di bukit Uhud. Perang Ahzab, kafir Quraisy dan
sekutunya hendak menyerang Madinah, maka dibuatlah parit (khandaq) untuk
menahan agar mereka tak bisa masuk Madinah. Demikian seterusnya, setiap
perang di masa Rasulullah selalu dilatarbelakangi oleh adanya upaya
penyerangan dari musuh Islam.

Demikian pula fakta historis sepanjang sejarah. Islam adalah agama yang cinta
kedamaian. Maka jika ada yang menuduh Islam agama kekerasan, tanyakah
kepada mereka. Siapakah yang menyulut perang dunia pertama? Bukan orang
Islam. Siapakah yang menyulut perang dunia kedua? Bukan orang Islam.

Siapakah yang menjatuhkan bom atom atas Hiroshima? Bukan orang Islam.
Siapakah yang membantai 20 juta suku Aborigin di Australia? Bukan orang
Islam. Siapakah yang membantai lebih dari 100 juta suku indian merah di
Benua Utara Amerika? Bukan orang Islam. Siapakah yang membantai lebih dari
lebih dari 50 juta Indian merah di benua Selatan Amerika? Bukan orang Islam.

Siapakah yang menjadikan lebih dari 150 juta manusia dari Afrika sebagai
budak (apartheid), Diantara 77 % dari mereka mati di perjalanan dan dikubur
di lautan Atlantik? Bukan orang Islam.

Siapa yang membunuh jutaan orang Indonesia selama 350 tahun penjajahan?
Bukan orang Islam. Siapa yang membunuh ratusan ribu orang Palestina dan
mengusir dari tanah kelahirannya? Bukan orang Islam.

2. Berikan Makan
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Pesan kedua yang disampaikan Rasulullah adalah berikan makanan kepada
orang yang membutuhkan. Inilah humanisme Islam. Inilah kepedulian Islam.
Islam menghendaki manusia saling tolong menolong. Maka jika ada yang
membutuhkan, hendaklah ditolong dan umat Islam harus menjadi pelopor
dalam menolong orang lain. Apalagi jika yang dibutuhkan adalah kebutuhan
primer yang mendesak. Seperti makanan.

Sejak di Makkah, spirit menolong orang lain sudah ditanamkan. Yang paling
monumental adalah turunnya Surat Al Maun yang mencela para pendusta
agama yakni mereka yang suka menghardik anak yatim dan tidak mau
memberi makan fakir miskin.

‫ َواَل يَحُضُّ َعلَى طَ َع ِام ْال ِم ْس ِكي ِن‬. ‫ك الَّ ِذي يَ ُد ُّع ْاليَتِي َم‬ َ ‫َأ َرَأي‬
َ ِ‫ فَ َذل‬. ‫ْت الَّ ِذي[ يُ َك ِّذبُ ِبالدِّي ِن‬
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin.  (QS. Al Ma’un: 1-3)

Tiga ayat ini turun berkenaan dengan tokoh kafir Quraisy yang biasa
menyembelih unta setiap pekan. Suatu ketika, seorang anak yatim datang
meminta sedikit daging dari unta yang telah disembelih itu. Namun ia tidak
diberi justru dihardik dan diusir.

Islam menyebut mereka itu pendusta agama. Sebaliknya, Islam mengajarkan


pemeluknya menjadi orang yang peka dengan lingkungannya dan suka
menolong orang lain yang membutuhkan. Terutama fakir miskin dan anak
yatim.

3. Menyambung Silaturahim
Pesan ketiga yang diajarkan Rasulullah adalah menyambung silaturahim. Bukan
hanya kepada keluarga dekat tetapi juga tetangga, sahabat dan teman.

Mereka yang sudah terikat dengan silaturahim, janganlah diputuskan. Bahkan


silaturahim terbaik, kata Rasulullah adalah menyambung silaturahim kepada
orang yang memutuskannya.

Silaturahim ini luar biasa manfaatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam


bersabda:

ِ َ‫ فَ ْلي‬,‫ َوَأ ْن يُ ْن َسَأ لَهُ فِي َأثَ ِر ِه‬,‫َم ْن َأ َحبَّ َأ ْن يُ ْب َسطَ َعلَ ْي ِه فِي ِر ْزقِ ِه‬
ُ‫صلْ َر ِح َمه‬
Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya, dan dipanjangkan umurnya, maka
hendaknya ia menyambung tali silaturahim.  (HR. Bukhari)

4. Sholat malam
Yang keempat adalah sholat malam. Qiyamul lail. Ini merupakan sholat sunnah
yang paling utama.

َ ‫صاَل ِة بَ ْع َد ْالفَ ِري‬


‫ض ِة قِيَا ُم اللَّ ْي ِل‬ َ ‫َأ ْف‬
َّ ‫ض ُل ال‬
“Sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam” (HR. An
Nasa’i)

Apalagi ketika didahului dengan tidur, menjadi sholat tahajud yang


keutamaannya Allah firmankan dalam Al Quran:

َ َ‫ك َع َسى َأ ْن يَ ْب َعث‬


‫ك َرب َُّك َمقَا ًما َمحْ ُمودًا‬ َ َ‫َو ِم َن اللَّ ْي ِل فَتَهَ َّج ْد ِب ِه نَافِلَةً ل‬
“Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat
yang terpuji.” (QS. Al Isra’: 79)

Semoga kita semua dimudahkan Allah untuk mengamalkan empat amal ini dan
Allah memasukkan kita ke dalam surga-Nya.

‫َأقُ ْو ُل قَ ْو ِل هَ َذا َوا ْستَ ْغفِر ُْوهَّللا َ ْال َع ِظي ِْم ِإنَّهُ هُ َو ْال َغفُو ُر ال َّر ِحي ُم‬
‫‪Bulan Rabiul Awwal dan‬‬
‫‪Peristiwa Penting di Dalamnya‬‬
‫ال‬ ‫ات َأعْ مَا ِلنَا‪ ،‬مَنْ يَ ْه ِد ُ‬
‫هللا َف َ‬ ‫سيَِّئ ِ‬
‫ُسنَا وَ ِمنْ َ‬ ‫شرُ وْ ِر َأ ْنف ِ‬ ‫ستَ ْغفِرُ هُ‪ ،‬وَ نَعُو ُذ ِبا ِ‬
‫هلل ِمنْ ُ‬ ‫ِإنَّ ا ْل َحمْ َد ِللَّ ِه نَ ْح َم ُد ُه وَ نَ ْ‬
‫ستَ ِع ْينُ ُه وَ نَ ْ‬
‫ش َه ُد َأنَّ م َ‬
‫ُح َّمدًا عَ ْب ُد ُه وَ رَ سُوْ لُ ُه‬ ‫ش ِريْكَ لَ ُه وَ َأ ْ‬ ‫ش َه ُد َأنَّ الَ ِإلَ َه ِإالَّ ُ‬
‫هللا وَ ْح َد ُه الَ َ‬ ‫ي لَهُ‪َ .‬أ ْ‬‫ُض َّل لَ ُه وَ مَنْ يُضْ ِل ْل َفالَ َها ِد َ‬ ‫م ِ‬

‫َان ِإلَى‪ ‬‬ ‫َأ‬


‫سلَّ َم وَ عَ لَى آ ِل ِه وَ صْ َح ِاب ِه وَ مَنْ تَ ِب َع ُه ْم بِِإ ْحس ٍ‬
‫هلل عَ لَ ْي ِه وَ َ‬ ‫سلِّ ْم عَ لَى نَ ِبيِّنَا وَ رَ سُوْ ِلنَا م َ‬
‫ُح َّم ٍد صَ لَّى ا ُ‬ ‫َاللَّ ُه َّم صَ ِّل وَ َ‬
‫ْن‬
‫يَوْ ِم ال ِّدي ِ‬

‫س وَ ا ِح َد ٍة وَ خَ لَ َق ِم ْن َها زَ وْ َج َها وَ ب َّ‬ ‫َأ‬


‫َث ِم ْن ُهمَا ِر َجاالً َك ِثير ًا وَ ِنسَا ًء وَ اتَّقُوا‬ ‫يَا يُّ َها النَّاسُ اتَّقُوا رَ بَّ ُك ْم الَّ ِذي خَ لَ َق ُك ْم ِمنْ نَ ْف ٍ‬
‫اللَّ َه الَّ ِذي تَتَسَا َءلُونَ ِب ِه وَ اَألرْ َحا َم ِإنَّ اللَّ َه َكانَ عَ لَ ْي ُك ْم رَ ِقيب ًا‬

‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه َحقَّ تُ َقا ِت ِه وَ اَل تَمُوتُنَّ ِإاَّل وَ َأ ْنتُ ْم ُم ْ‬
‫س ِلمُونَ‬

‫س ِديدًا ‪ ،‬يُصْ ِلحْ لَ ُك ْم َأعْ مَالَ ُك ْم وَ يَ ْغ ِفرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم وَ مَنْ ي ُِط ِع اللَّ َه وَ رَ سُولَ ُه‬
‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا اللَّ َه وَ ُقولُوا َقوْ اًل َ‬
‫َف َق ْد َفازَ َفوْ زً ا عَ ِظيمًا‬

‫َأمَّا بَ ْع ُد‬

‫‪Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah,‬‬

‫‪Segala puji kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang atas‬‬
‫‪rahmat dan karunia-Nya, pada hari ini kita masih diberi hidayah iman dan‬‬
‫‪Islam serta kesehatan dan kekuatan untuk menjalankan salah satu kewajiban‬‬
‫‪dan syiar yang agung dalam Islam, yaitu shalat Jumat, di masjid yang mulia ini.‬‬

‫‪Shalawat dan salam semoga senantasa terlimpah kepada Nabi Kita‬‬


‫‪Muhammad SAW , keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umat Islam yang‬‬
‫‪mengikuti sunnah beliau dengan penuh keikhlasan dan kesabaran baik ,‬‬
‫‪hingga hari kiamat.‬‬
Kami mengingatkan diri kami sendiri dan kaum Muslimin seluruhnya agar
senantiasa berusaha untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di
mana pun kita berada, dengan cara melaksanakan apa saja yang Allah Ta’ala
perintahkan kepada kita dan menjauhi apa saja yang Allah larang dari diri kita,
berdasarkan ilmu yang benar secara ikhlas dan sabar.

Hanya dengan jalan itulah kita bisa mewujudkan ketakwaan kepada Allah
Ta’ala. Dan hanya takwa saja yang menyebabkan kita selamat dan bahagia
serta mulia di dunia dan akhirat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Sekarang ini kita berada di bulan Rabiul Awal. Di bulan ini, terdapat beberapa
penting dalam sejarah Islam yang semestinya layak untuk kita jadikan bahan
renungan, mengingat pentingnya peristiwa tersebut.

Kebanyakan kaum Muslimin hanya terfokus pada satu peristiwa penting saja
yang diperingati setiap tahunnya di bulan Rabiul Awwal, yaitu kelahiran Nabi
Muhammad .

Sebenarnya ada peristiwa lainnya yang tidak kalang penting dan


momumental, namun jarang diingat atau diperingati. padahal peristiwa
tersebut jauh lebih penting dari kelahiran Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬. Lantas apakah
peristiwa penting apa sajakah yang ada dalam bulan Rabiul awal?

Peristiwa Penting Bulan Rabiul Awal


Paling tidak ada tiga peristiwa besar yang terjadi dalam bulan Rabiul Awal
dalam sejarah Islam, yaitu:

1. Kelahiran Rasulullah Muhammad SAW adalah di bulan Rabiul


Awal
Dr Akram Dhiya’ Al-‘Umari mengatakan bahwa para ulama ahli sejarah
berbeda pendapat tentang tanggal kelahiran Nabi SAW . Menurut Ibnu Ishaq,
beliau lahir pada tanggal 12 bulan Rabiul Awal.
Menurut Al-Waqidi, beliau lahir pada tanggal 10 bulan Rabiul Awal. Sementara
menurut Abu Mi’syar As-Sindi beliau lahir pada tanggal 2 bulan Rabiul Awal.
Di antara ketiga perawi tersebut, Ibnu Ishaq adalah yang paling tsiqah
(terpercaya).
Adapun Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dalam kitabnya Ar-Rahiqul
Makhtum mengatakan Rasulullah SAW dilahirkan di tengah keluarga Bani
Hasyim di Makkah pada Senin pagi, tanggal 9 Rabiul Awwal, permulaan tahun
dari Peristiwa Gajah dan 40 tahun setelah kekuasaan Kisra Anusyirwan atau
bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April tahun 571 Masehi.

Hal ini berdasarkan penelitian ulama terkenal Muhammad Sulaiman Al-


Manshurfuri dan peneliti astronomi Mahmud Basya.

Ibnu Sa’ad meriwayatkan bahwa Ibu Rasulullah SAW berkata, “Setelah bayiku
keluar, aku melihat ada cahaya yang keluar dari kemaluanku, menyinari istana-
istana di Syam.”

Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Al-Irbadh bin Sariyah, yang isinya serupa
dengan perkataan tersebut.”
Bahwa Rasulullah SAW lahir di hari senin ini sesuai dengan sebuah hadits
riwayat Muslim, Rasulullah SAW ditanya tentang puasa pada hari Senin dan
Kamis kemudian dijawab oleh beliau,”Aku dilahirkan pada hari itu dan
diangkat sebagai nabi pada hari itu serta wahyu diturunkan kepadaku juga
hari itu.”
Mengenai tahun gajah sebagai tahun kelahiran beliau, menurut Dr. Akram
Dhiya’ Al-Umari, indikasi-indikasi sejarah yang sesuai dengan riwayat yang
menyatakan bahwa nabi SAW lahir pada tahun Gajah sangat kuat. ‘

Menurut Ibnul Qayyim yang didukung oleh Al-Qalashthani, Nabi SAW lahir
pada tahun Gajah paska Peristiwa Gajah. Peristiwa tersebut merupakan
momen bagi persiapan kejayaan Islam ketika Allah mengusir orang-orang
Kristen Habasyah dari ka’bah yang saat itu dikuasai oleh kaum Musyrik Arab
demi memuliakan rumah-Nya tersebut.
2. Rasul Hijrah Pada Bulan Rabiul Awal
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Peristiwa monumental kedua pada bulan Rabiul awal adalah hjrahnya Nabi
Muhammad SAW ke Madinah dengan ditemani oleh sahabat setianya, Abu
Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Hijrah ke Madinah merupakan titik tolak dari perkembangan dakwah Islam.


Pengaruh Islam yang terus membesar dan menyebar ke berbagai penjuru
tanpa bisa dibendung lagi oleh kekuatan apa pun pada masa itu.

Perlu dijelaskan di sini, bahwa sistem kalender dalam Islam di mulai pada
bulan Muharram. Padahal sebab penentuan tahun hijriah adalah hijrah Nabi
SAW. Bila demikian halnya, lantas mengapa permulaan tahun hijriah adalah
bulan Muharram bukan bulan Rabiul Awwal yang merupakan bulan hijrahnya
Nabi SAW ?

Mengenai persoalan ini, Darul Ifta’ Al-Misriyyah menjawab, “Nabi Muhammad


SAW tiba di Madinah pada bulan Rabiul Awal. Namun Bulan Muharram
dijadikan sebagai permulaan tahun hijriyah karena bulan Muharram itu adalah
permulaan tekad untuk melakukan hijrah.

Al-Hafizh Ibnu Hajar menyatakan di dalam kitab Fathul Bari (7/268), (Penerbit
Darul Ma’rifah), “Pengunduran sejarah hijrah dari Rabiul awal ke Muharram
adalah karena permulaan tekad untuk berhijrah itu terjadi pada bulan
Muharram, karena Baiat yang terjadi saat itu di pertengahan bulan Dzulhijjah.

Ini merupakan pengantar hijrah. Maka Hilal pertama yang terbit setelah baiat
dan tekad untuk melaksanakan hijrah adalah hilal bulan Muharram, sehingga
pantas bila dijadikan sebagai permulaan. Inilah yang terkuat yang saya
dapatkan tentang kesesuaian permulaan tahun hijriah dengan Muharram.”
Tujuan dari hijrah adalah untuk mewujudkan adanya tempat yang baru untuk
dakwah Islam dan terwujudnya rasa aman pada diri kaum Muslimin mengenai
nyawa dan agama mereka.

Maka, langkah-langka awal yang dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk


mewujudkan tujuan tersebut adalah hal-hal berikut ini:
1. Membangun masjid untuk mengatur hubungan antara hamba dan
penciptanya, sebagai tempat untuk pertemuan kaum Muslimin, tempat
pengajaran hukum-hukum Islam dan penyelenggaraan berbagai majlis
dan musyawarah serta berbagai kepentingan masjid lainnya bagi
kehidupan kaum Muslimin.
2. Mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar dalam rangka
mengokohkan hubungan di antara anggota masyarakat Muslim dan
menghilangkan perasaan keterasingan di kalangan para muhajir.
3. Mengukuhkan perjanjian dalam rangka menghilangkan kedengkian di
antara kaum Muslimin serta menghapus permusuhan di antara mereka
di masa jahiliah.
3. Bulan Rabiul Awal Rasul Meninggal
Sekitar tiga bulan sepulang dari menunaikan ibadah haji wada’ Rasulullah
SAW jatuh sakit yang cukup serius. Pertama kali beliau mengeluh sakit di
rumah Ummul Mukminin Maimunah. Beliau sakit selama 10 hari dan akhirnya
wafat pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awwal dalam usia 63 tahun.

Sebuah riwayat yang shahih menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sudah mulai
mengeluh sakit sejak tahun ke 7 paska penaklukan Khaibar, yakni setelah
beliau sempat mencicipi sepotong daging panggang beracun yang
disuguhkan oleh seorang perempuan Yahudi, istri Sallam bin Masykam.

Walaupun beliau sudah memuntahkan dan tidak sampai menelannya, namun


pengaruh racun tersebut masih tersisa. Beliau meminta izin kepada istri-
istrinya yang lain agar diperbolehkan dirawat di rumah Ummul Mukminin
‘Aisyah, dan mereka tidak keberatan.

Ketika sedang dalam keadaan kritis, Rasulullah SAW bersabda kepada para
sahabat,”Kemarilah, aku ingin menulis sepucuk surat wasiat yang setelah
membacanya kalian tidak akan sesat.”

Terjadi perselisihan kecil di antara para sahabat. Sebagian ada yang ingin
menyodorkan alat-alat tulis dan sebagian yang lain tidak setuju, dengan
alasan hal itu justru akan memberatkan beliau.
Belakangan diketahui secara jelas bahwa perintah untuk menyodorkan alat
tulis itu bukan wajib tapi pilihan. Sebuah riwayat yang shahih menyebutkan
bahwa Rasulullah SAW minta alat tulis itu terjadi pada hari Kamis, empat hari
sebelum beliau wafat.

Sakit yang diderita Rasulullah SAW semakin berat sehingga beliau tidak
sanggup keluar rumah untuk ikut shalat bersama para sahabat. Beliau
bersabda kepada ‘Aisyah,”Suruhlah Abu Bakar untuk menjadi imam Shalat.”

Pagi hari menjelang wafat, Rasulullah SAW membuka tirai kamar ‘Aisyah dan
memandang kaum Muslimin yang tengah shalat dalam barisan rapi. Sejenak
beliau tersenyum lalu tertawa kecil, seolah-olah beliau sedang berpamitan
dengan mereka.

Menyaksikan beliau keluar, kaum Muslimin merasa gembira. Abu Bakar ingin
mundur karena mengira Rasulullah SAW akan ikut shalat. Tetapi beliau segera
memberi isyarat tangan kepada Abu Bakar agar meneruskan shalatnya.
Setelah itu beliau masuk kamar lagi sambil menutup tirai.

Fathimah masuk menemui beliau di kamar. Ia merasa sangat iba melihat


penderitaan ayahnya. Dia berkata,”Alangkah beratnya penderitaan ayah.”
Beliau bersabda,”Setelah hari ini, tidak akan ada lagi penderitaan.”

Kemudian Usamah bin Zaid muncul. Beliau memanggil Usamah dengan


bahasa Isyarat karena nampaknya beliau sudah tidak sanggup lagi berbicara
karena menahan derita sakit yang semakin berat.”

Pada saat menjelang ajal, beliau bersandar di dada ‘Aisyah. ‘Aisyah mengambil
siwak pemberian saudaranya, Abdurrahman bin Abu Bakar. Ia lalu memberikan
siwak tersebut kepada beliau yang kemudian beliau gunakan untuk
membersihkan mulutnya.

Rasulullah SAW kemudian memasukkan tangannya ke dalam sebuah bejana


berisi air. Sambil mengusapkan ke wajah beliau bersabda,”Laa ilaaha Illallah,
Sesungguhnya kematian itu didahului oleh saat-saat sekarat.”
‘Aisyah samar-samar masih mendengar beliau bersabda,”Bersama orang-
orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah.” Lalu beliau berdoa,”Ya Allah,
pertemukan aku dengan Engkau Yang Maha Tinggi.”

‘Aisyah tahu pada saat itu Rasulullah SAW disuruh untuk memilih dan beliau
memilih bertemu dengan Tuhannya Yang Maha Tinggi.” Rasulullah SAW
akhirnya wafat di pangkuan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menjelang tengah hari.

‫ وَ تَ َقبَّ َل ِمنِّيْ وَ ِم ْن ُك ْم ِتالَوَ تَ ُه‬,‫َات وَ ال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِكي ِْم‬ ِ ‫آن ا ْلع‬


ِ ‫ وَ نَ َف َع ِنيْ وَ ِإيَّا ُك ْم ِبمَا ِف ْي ِه ِمنَ اآلي‬,‫َظي ِْم‬ ِ ْ‫هللا ِليْ وَ لَ ُك ْم ِفي ا ْلقُر‬ ُ َ‫بَارَ ك‬
‫ ِإنَّ ُه ُهوَ ا ْل َغفُوْ رُ الرَّ ِح ْي ُم‬،ُ‫ستَ ْغفِرُ وْ ه‬ ْ ‫َظ ْي َم ِليْ وَ لَ ُك ْم َفا‬
ِ ‫هللا ا ْلع‬
َ ُ‫ستَ ْغفِر‬ ْ ‫ َأ ُقوْ ُل َقوْ ِليْ َه َذا وَ ا‬.‫س ِميْعُ ا ْل َع ِل ْي ُم‬
َّ ‫ِإنَّ ُه ُهوَ ال‬
Lima Ciri Manusia Dicintai Allah
‫ض ُل‬َ ‫ َأ ْش َه ُد َأنْ اَل ِإل َه ِإاَّل هللاُ الرَّ حْ منُ الرَّ ِح ْي ُم َوَأ ْش َه ُد َأنَّ م َُح َّم ًدا َأ ْف‬،‫ضلَ ُه ْم ِب ْال َف ْو ِز ْال َعظِ ي ِْم‬
َّ ‫هلل الَّذِي َهدَى ْال ُم َّتقِي َْن الص َِّرا َط ْالمُسْ َتقِ ْي َم َو َف‬ ِ ‫الح ْم ُد‬
َ
‫َأ‬ َ ِّ َ َ َّ َ ْ ‫َأ‬ ْ
‫ ف َيا ُّي َها‬،ُ‫ َو َبعْ د‬،‫ب ال َحلِي ِْم َوآلِ ِه ال َمحْ ب ُْو ِبي َْن َو صْ َح ِاب ِه ال َممْ د ُْو ِحي َْن َو َمنْ ت ِب َع ُسنت ُه ِإلى َي ْو ِم الدي َْن‬ ْ ْ َ ْ َ
ِ ‫ص ِّل َعلى م َُح َّم ٍد ذِي القل‬ َ ‫ الل ُه َّم ف‬،‫ْالمُرْ َسلِي َْن‬
َ ّ
ْ ْ
‫از ال ُم َّتقُ ْو َن َو َن َجا المُطِ ْيع ُْو َن‬ َ
َ ‫هللا َوطا َع ِت ِه َف َق ْد َف‬ ِ ‫ْال َحاضِ ر ُْو َن ُأ ْوصِ ْينِيْ َوِإيَّا ُك ْم ِب َت ْق َوى‬
Alhamdulillah, puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT atas kelimpahan nikmatNya;
Pertama, kita masih dikokohkan iman Islam kita. Kedua, kita masih diberikan nikmat hidup dan
sehat, meski di tengah zaman pandemi seperti sekarang ini.

Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, Allahumma
shalli wasallim wabarik ‘alaih, karena dengan ajaran yang ia bawa sebagai rasul, kita
bisa mengerti apa yang harus kita tinggalkan (kejahiliyaan) dan apa yang senantiasa
harus kita amalkan, sehingga kita sebagai manusia, terus berproses (fa yakun) untuk
menjadi Al-insan Al-kamil, manusia yang senantiasa mengoptimalkan hati dan akalnya
untuk melaksanakan kebaikan, dan kedepan akan meninggalkan dunia fana ini dalam
keadaan yang baik pula, khusnul khotimah. Aamin.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Untuk mencapai predikat Al-insan Al-kamil kita harus dicintai oleh Allah SWT, lantas
apa saja ciri-ciri manusia yang dicintai oleh Allah SWT, antara lain adalah:

Pertama, manusia yang dibukakan pintu amal saleh sebelum meninggal. Dalam hadis


riwayat Imam Ahmad dan al-Hakim dijelaskan, Nabi bersabda:
“Apabila Allah menginginkan kebaikan (kecintaan) kepada seorang hamba, Allah akan
jadikan dia beramal”. Kemudian salah seorang sahabat bertanya kepada Nabi; apakah
maksud dijadikan beramal itu wahai Nabi?, Nabi kemudian bersabda, “Allah bukakan
baginya amalan saleh sebelum meninggalnya, sehingga masyarakat yang berada
disekitarnya ridha kepadanya”.

Dengan artian, ketika seorang hamba tersebut meninggal, maka yang terkenang dari
orang sekitarnya hanyalah kebaikan-kebaikan dari hamba tersebut.

Kedua, jika melaksanakan dosa, akan diberikan hukuman langsung di dunia. Manusia
yang dicintai oleh Allah tidak akan dibiarkan oleh Allah untuk mendapatkan siksaan di
Akhirat.

Akhirat sebagai tempat yang abadi adalah saat untuk memetik buah dari amal saleh,
karena dosa yang dilakukan telah mendapatkan hukuman ketika masih hidup di dunia.

Dalam hadis riwayat Imam at-Tirmidzi dijelaskan yang artinya:


“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya, maka Allah menyegerakan
hukumanya di dunia”.
Namun sebaliknya, jika Allah membenci seorang hamba, maka Allah akan memberikan
hukuman baginya secara total di akhirat kelak“dan apabila Allah menghendaki
keburukan kepada hamba-Nya, maka Allah menahan dosanya, sehingga ia terima
hukuman kelak di hari kiamat”.

Ketiga, Allah akan memberikan ujian bagi hamba yang Allah cintai. Ujian adalah


cara Allah untuk meningkatkan kualitas iman dan ketaqwaan seorang hamba, seperti
halnya seorang siswa sekolah, ia akan melaksanakan ujian terlebih dahulu untuk naik
ke jenjang kelas selanjutnya.

Dalam hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dijelaskan, Nabi Muhammad saw bersabda;
“sesungguhnya besarnya balasan tergantung besarnya ujian,  dan apabila Allah cinta
kepada suatu kaum, Dia akan menguji mereka, barang siapa yang ridla maka baginya
keridlaan Allah, namun barangsiapa yang murka, maka murka Allah baginya”.

Ujian yang dimaksut disini adalah kesusahan atau kesengsaraan, baik itu ujian fisik
dengan sakit, ataupun ujian sosial dengan kemiskinan dan kefakiran.

Suatu kaum bisa saja ditimpa ujian ataupun azab, bedanya adalah, azab akan
ditimpakan bagi kaum yang ingkar dan mengkufuri nikmat Allah, seperti kaum Ad dan
kaum Tsamud. Namun ujian akan ditimpakan bagi kaum yang senantiasa mensykuri
nikmat Allah dan berbuat amal saleh.

Yang bisa membedakan jika kita ditimpa musibah atau azab adalah hati kita masing-
masing. Semoga setiap bencana dan kesusahan yang ditimpakan bagi kita adalah ujian
bagi kita, bukan azab. Aminn Ya Rabbal Alamin.

Keempat, manusia yang dicintai Allah senantiasa diberikan kesabaran. Kita sering kali


mengungkapkan bahwa sabar itu ada batasnya, namun bagi hamba yang dicintai Allah,
sabar itu tidak ada batasnya,  karena setiap hal buruk yang menimpa di dunia ini akan
dikembalikan kepada Allah SwT.

Sudah banyak sekali ayat Al-Quran maupun hadis yang menyatakan


bahwa Allah bersama dengan orang yang sabar (QS 2:153)

‫ين‬ َّ ٰ ‫صلَ ٰو ۚ ِة ِإنَّ ٱهَّلل َ َم َع ٱل‬


َ ‫ص ِب ِر‬ َّ ‫ٱس َتعِي ُنو ْا ِبٱلص َّۡب ِر َوٱل‬ َ ‫ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ‬
ۡ ‫ِين َءا َم ُنو ْا‬

Kemudian dalam ayat lain Allah berfirman  bahwa, Allah mencintai orang-orang yang


sabar (QS 3:146).

‫ين‬ َّ ٰ ‫ٱس َت َكا ُنو ۗ ْا َوٱهَّلل ُ ُيحِبُّ ٱل‬


َ ‫ص ِب ِر‬ َ ‫يل ٱهَّلل ِ َو َما‬
ۡ ‫ض ُعفُو ْا َو َما‬ ِ ‫صا َبهُمۡ فِي َس ِب‬ َ ‫َو َكَأيِّن مِّن َّن ِبيّٖ ٰ َق َت َل َم َعهُۥ ِر ِّبي‬
َ ‫ِير َف َما َو َه ُنو ْا لِ َمٓا َأ‬ٞ ‫ُّون َكث‬

Bahkan bagi orang yang bersabar dalam segala musibah maupun ujian
hidup, Allah janjikan baginya pahala secara unlimited, tanpa batas, seperti dijelaskan
dalam firmaNya:

ٖ‫ُون َأ ۡج َرهُم ِب َغ ۡي ِر ح َِساب‬ َّ ٰ ‫ِإ َّن َما ي َُو َّفى ٱل‬


َ ‫ص ِبر‬
Artinya: “Sungguh, hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan
pahalanya tanpa perhitungan”(QS 39:10).

Kelima, Allah akan memberikan pemahaman agama bagi hamba yang Allah cintai. 


Dalam sebuah hadis riwayat Imam al-Bukhori dijelaskan “barangsiapa yang
dikehendaki Allah mendapat kebaikan, maka akan dipahamkan baginya dalam masalah
agama”.

Bagi seorang ulama yang mempelajari ilmu agama secara mendalam, Allah akan


memberikan kemudahan dalam memahami berbagai cabang disiplin dalam ilmu
agama.

Akan tetapi bagi masyarakat awam, Allah akan memberikan petunjuk dan pemahaman


agama bagi hamba yang Allah cintai, sehingga hamba tersebut mengetahui apa yang
harus dilaksanakan dari perintah agama dan apa yang harus ditinggalkan dari berbagai
larangan agama.

Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk kebenaran bagi kita semua.

ْ‫ َأقُ ْو ُل َق ْولِيْ َه َذا َوَأسْ َت ْغفِ ُر هللاَ ْال َعظِ ْي َم لِي‬.‫الذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
ِّ ‫ت َو‬ ِ ‫ َو َن َف َعنِيْ َوِإيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه م َِن ْاآل َيا‬،‫آن ْال َعظِ ي ِْم‬
ِ ْ‫ك هللاُ لِيْ َولَ ُك ْم فِي ْالقُر‬ َ ‫ار‬ َ ‫َب‬
‫ ِإ َّن ُه ه َُو ال َغفُ ْو ُر الرَّ ِح ْي ُم‬،ُ‫ َفاسْ َت ْغفِر ُْوه‬.ٍ‫اِئر ْالمُسْ لِ ِمي َْن مِنْ ُك ِّل ذ ْنب‬
ْ َ ِ ‫س‬َ ِ ‫ل‬‫و‬َ ‫م‬
ْ ُ
‫ك‬ َ‫َول‬

Anda mungkin juga menyukai