Anda di halaman 1dari 95

BIOGRAFI

Ali Ashadi, S.Ag.,M.Pd.


Anak Dari Yatman Rokib Dan Ibu Rohmah Lahir Di Jepara, 27
November 1973

Pendidikan SDN lebak lulus 1986, Mts Walisongo Pecangaan


lulus 1990

Dilanjutkan di MA Masaliqil Huda Tahunan lulus 1993, S1 di


IAIN Walisongo Semarang lulus 1999

Dilanjutkan ke program pasca sarjana S2 di UNISNU JEPARA,

Dilanjutkan program Pasca Sarjana S3

Di Universitas Wahid Hasim Semarang (UNWAHAS)

DAN Juga Pernah Mengenyam Pendidikan Pesanten Selama 4


Tahun

Di Pondok Pesantren Matla'un Nasyi'in Pecangaan yg di asuh


oleh beliaunya

KH. Mahfud Asnawi dari tahun 1986 - 1990

Dilanjutkan di ponpes abu sujak tahunan jepara yang diasuh


beliaunya

Kh. Ahmad Tafrikhan dari tahun 1990 - 1994

Pengalaman Pekerjan : pernah menjadi guru MI dan

MTS Tsamrotul Huda Kecapi Tahunan dari tahun 1994 - 2006

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 1


Dilanjutkan sebagai guru agama SDN 6 Lebak tahun 2006 -
2013,

Jenjang selanjutnya menjadi guru SMP MODERN ISLAMIC


SCHOOL Bandengan Jepara

Dari tahun 2013 - 2015 dengan karir yang meningkat tahun


2015 menjadi guru

SMK AR RAHMAH Pakis Aji Jepara

jabatan yang pernah diemban :

1. Kepala SMP Modern islamic School 2013 - 2015

2. Kepala SMK AR RAHMAH Pakis Aji Jepara 2015-2019

3. Mejadi pembina yayasan Islam ar rahmah pakis aji jepara

4. Menjabat bintal (bimbingan mental sepiritual keagamaan)

di kodim 0719 dari tahun 2012 sampai sekarang

Ali Ashadi, S.Ag.,M.Pd.

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 2


PENDIDIKAN KARAKTER PEREMPUAN NUSANTARA

Setting & Layout,


Lilik Listiyana Rohatin, S.Pd, M.Pd
Vigi Ari Winarno, S.M

Desain Sampul,
Vigi Ari Winarno, S.M

Cetakan,
Februari 2022

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 3


Kata Pengantar

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada


Tuhan YME atas ridho dan rahmat-Nya sehingga
Kami dapat menyelesaikan hasil karya tulis ilmiah
yang berjudul “Pendidikan Karakter Perempuan
Nusantara Warisan R.A. Kaerini”.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada


teman-teman yang telah membantu baik secara
moril maupun materil sehingga karya tulis ilmiah
ini dapat terwujud.

Karya tulis ilmiah ini akan menjelaskan tentang


sebuah karakteristik perempuan nusantara. Dari
prespektif agama dan budaya yang ada di
nusantara. Yang di rilis dari perjuangan R.A.
KARTINI.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan


dan kesalahan dalam karya tulis yang Kami susun.
Oleh karena itu penulis mohon maaf atas
kesalahan tersebut. Kritik dan saran dari pembaca

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 4


senantiasa ditunggu oleh penulis guna
meningkatkan kualitas tulisan kami kedepannya.

Jepara,, 24 Februari 2022

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................4
DAFTAR ISI..............................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.............................................................7
A. Latar Belakang.............................................................7
B. Rumusan Masalah.....................................................14
C. Tujuan.......................................................................14
BAB II PEMBAHASAN............................................................15
A. Hakikat Pendidikan Karakter.....................................15
1. Definisi Pendidikan Karakter.................................15
2. Tujuan Pendidikan Karakter..................................25
3. Tahap Pembentukan Karakter...............................29
4. Metode Pembentukan Karakter............................32

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 5


5. Evaluasi Pembentukan Karakter...........................37
B. Karakteristik Islam Nusantara...................................43
1. Fiqih Nusantara.....................................................43
2. Tasawuf Nusantara...............................................48
C. Mengenal Profil RA Kartini........................................53
D. Psikologis Perempuan dalam Perspektif Islam.............57
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN.........................................73
A. Kesimpulan...............................................................73
B. Saran.........................................................................75
KUMPULAN PUISI R.A KARTINI..............................................76

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 6


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam Nusantara adalah berbicara tentang
bagaimana Islam sebagai ajaran normatif diamalkan dan
diistifadah dalam “bahasa-bahasa ibu” penduduk
nusantara. Jadi sebutan Nusantara bukan menunjukkan
sebuah teritori, tapi sebagai paradigma pengetahuan,
kerja-kerja kebudayaan dan juga kreatifitas
intelektual.Masuknya agama Islam ke wilayah Nusantara
sebagai sebuah risalah hidup yang memiliki corak dan
warna kehidupan yang khas yang diemban oleh
pengemban dakwah yang memiliki kesadaran penuh atas

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 7


amanah Allah yang dibebankan kepada setiap muslim
merupakan awal penyebaran dan perkembangan risalah
Islam di wilayah Nusantara (Achmad Syafrizal:2015)
Penyebaran dan perkembangan Islam di
Nusantara terjadi melalui sistem perdagangan yang
dimana para pedagangnya juga berperan sebagai
pengemban dakwah Islam, serta peran aktif kekhilafahan
Utsmany yang mengirimkan para pengemban dakwah
untuk masuk ke Nusantara, sehingga pengaruh risalah
Islam menyebar luas ke seluruh Nusantara
(Khoirurrijal;2017) .Banyak teori yang menjelaskan
mengenai kedatangan Islam ke Indonesia, baik mengenai
asal-usul, waktu, dan para pembawanya. Terdapat teori
yang mengatakan bahwa agama Islam masuk ke
Indonesia telah terjadi sejak masa-masa awal
perkembangan Islam di sekitar abad ke-7 M / 1 H, dan
langsung dari Arab atau Persia. Namun, ada pula yang
mengatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia
pada abad ke-11 M / 5 H. Bahkan ada yang berpendapat
slam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M dan berasal
dari Gujarat atau India. Agama Islam masuk Indonesia

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 8


secara periodik, tidak sekaligus (Luqman Nurhisam and
Mualimul Huda;2016).
Dalam prespektif pendidikan Islam peran wanita
sama halnya dengan pria punya misi di dalam hidupnya
dan dengan demikian ia harus efektif,aktif dan berjiwa
social sesuai dengan sikap dan prilaku Islam.Dimanapun
terdapat wanita Islam,ia menjadi cahaya
penuntun,sumber koreksi, pendidikan positf,melalui kata
dan perbuatan. Karna itu pendidikan untuk perempuan
juga sangat penting artinya. Pemikiran Kartini juga
relevan dengan penerapan pada sitem pendidikan pada
saat ini dimana pendidikan budi pekerti menjadi prioritas
utama. Dari perempuan yang terdidik dan berakhlak
mulia akan lahir generasi bangsa yang cerdas dan
berbudi pekerti yang akan memberi arti penting pada
kemajuan dan martabat sebuah Bangsa Salah satu upaya
membentuk manusia yang arif dan berkualitas adalah
dengan menyiapkan generasi muda dan membentengi
jiwa mereka serta membentuk kepribadian mereka
dengan Al-Qur’an.
Pelaksanaan pendidikan karakter di Indonesia
saat ini dirasakan mendesak. Gambaran situasi

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 9


masyarakat bahkan situasi dunia pendidikan di Indonesia
menjadi motivasi pokok pengaruh utama
(mainstreaming) implementasi pendidikan karakter di
Indonesia. Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan
amat perlu pengembangannya bila mengingat semakin
meningkatnya tawuran antar pelajar, serta bentuk-bentuk
kenakalan remaja lainnya. Salah satu upaya membentuk
manusia yang arif dan berkualitas adalah dengan
menyiapkan generasi muda dan membentengi jiwa
mereka serta membentuk kepribadian mereka dengan Al-
Qur’an. Pembentukan kepribadian manusia (character
building) yang seimbang, sehat dan kuat, sangat
dipengaruhi oleh pendidikan agama dan internalisasi
nilai keagamaan dalam diri peserta didik. Peletakan
dasar-dasar pendidikan agama adalah kewajiban orang
tua dan juga menjadi tugas guru, masyarakat, dan
pemerintah melalui berbagai lembaga pendidikan.
Gerakan feminisme hadir dengan isu sentral
kesetaraan gender dalam dunia pemikiran Islam akhir-
akhir ini telah menjadi persoalan kontemporer dan terus
menimbulkan kontroversi, khususnya di Indonesia. Hal
ini terlihat ketika isu kesetaraan gender terus

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 10


mengemuka bersamaan dengan berbagai asumsi
banyaknya masalah ketidakadilan yang dihadapi oleh
kaum wanita. Kaum feminis menganggap bahwa
indikator ketidakadilan tersebut dapat disaksikan dalam
berbagai bentuk tindakan diskriminatif yang dialami
kaum wanita, dan indikator tersebut dijadikan senjata
untuk mengangkat isu tersebut di berbagai lini
kehidupan dan dijadikan program sosial yang didesain
secara akademik serta disosialisasikan secara politis. 1
Belum lama ini ada beberapa kelompok yang ingin UU
No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan untuk segera
diamandemen. Mereka memaparkan adanya berbagai
masalah dalam UU perkawinan tersebut. Alasan mereka
karena adanya diskriminasi terhadap perempuan dan
anak. Selain itu menurut mereka pada pasal 31 dan 34
UU perkawinan telah membakukan peran gender laki-
laki dan perempuan yang berdampak merugikan
perempuan, karena seolah-olah kerja-kerja domestik atau
kerumahtanggaan hanyalah urusan perempuan Islam
sangat menentang perbedaan hak antara laki-laki dan
perempuan dalam tata kehidupan masyarakat. Konsep
Islam memberikan tugas, peran, dan tanggungjawab

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 11


perempuan dan laki-laki, baik dalam keluarga (ruang
domestik) maupun di masyarakat (ruang publik)
didasarkan pada wahyu Allah dan tidak semuanya
merupakan produk budaya. Peran bukan ditentukan oleh
budaya, melainkan wahyu Allah yang telah dicontohkan
pelaksanaannya oleh Nabi Muhammad SAW. Ini
menunjukkan bahwa Islam adalah agama wahyu yang
ajaran-ajarannya ditentukan tidak berdasarkan konsensus
sosial atau budaya. Dunia pendidikan Islam sekarang
mengalami krisis di setiap tingkatnya. Kemunduran ini
disepakati oleh para ahli pendidikan Islam, meskipun
mereka berbeda pendapat tentang bentuk dan sebab
krisis tersebut terjadi. Ada yang mengganggap krisis ini
terjadi karena ketidak lengkapan aspek materinya, ada
yang menganggap karena terjadinya krisis sosial
masyarakat akibat masyarakat meninggalkan budayanya,
ada pula yang menganggap karena hilangnya qudwah
hasanah, akidah yang shahih, dan nilai-nilai Islami; dan
ada juga yang menganggap bahwa krisis ini terjadi
karena para konseptor pendidikan salah membaca
eksistensi manusia yang mengakibatkan salah pula
melihat eksisitensi anak didik. Terkait pendidikan

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 12


karakter dapat ditilik dari fungsi pendidikan Islam, yakni
menjadikan manusia mampu mengembangkan seluruh
potensi yang dimilikinya sehingga berfungsi maksimal
sesuai dengan aturan-aturan yang digariskan oleh Allah
Swt. Dan Rasulullah Saw. yang pada akhirnya akan
terwujud manusia yang utuh (insan kamil). Disini, fungsi
pendidikan Islam merupakan salah satu bentuk
manifestasi cita-cita hidup untuk melestarikan,
menanamkan, dan mentransformasikan nilai-nilai Islam
tersebut kepada generasi penerusnya sehingga nilai-nilai
kultural religius yang dicita-citakan dapat tetap berfungsi
dan berkembang sesuai dengan kemajuan zaman dan
teknologi.
Kartini dikenal dalam sejarah perjuangan
Indonesia sebagai sosok pahlawan wanita yang dengan
gigih memperjuangkan hak-hak kaum perempuan;
sehingga hari lahirnya -21 April - diperingti sebagai Hari
Kartitni sebagai momentum memperingati perjuangan
para pahlawan wanita dalam ikut serta berjuang
menentang penjajah Belanda. Diantara butir-butir
pemikirannya yang berlian, menampakkan pemikiran
kritis tentang masalah-masalah keagamaan, yang

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 13


merupakan respons terhadap praktek-praktek keagamaan
yang didominasi oleh adat dan cenderung diskriminatif
terhadap kaum perempuan. Disamping itu perkembangan
pemikiran keagamaannya sangat dipengaruhi oleh
perkembangan kejiwaannya dan tantangan-tantangan
yang dihadapinya dalam sejarah kehidupannya; serta
pengaruh pemikiran ibundanya yang sederhana,
bijaksana dan religious serta para sahabatnya yang cukup
modernis dan religius. Pembaharu dan inspirator RA
Kartini cukup untuk dijadikan pelajaran bagi generasi
berikutnya dalam keinginannya merubah dan khususnya
kaum perempuan Indonesia, untuk sejajar atau setara
dengan laki-laki. Perempuan bukan dijadikan “budak”
laki-laki, namun perempuan adalah “competitor” bagi
laki-laki khususnya dalam kebaikan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakikat Pendidikan Karakter
2. Bagaimana Pendidikan Karakter Menurut Al-
Qur’an
3. Bagaimana Karakteristik Islam Nusantara
4. Bagaimana Profil RA Kartini

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 14


5. Bagaimana Psikologis perempuan dalam
perspektif islam

C. Tujuan
a. Mengetahui Hakikat Pendidikan Karakter
b. Mengetahui Pendidikan Karakter Menurut Al-
Qur’an
c. Mengetahui Karakteristik Islam Nusantara
d. Mengetahui Profil RA Kartini
e. Mengetahui Psikologis Perempuan dalam
Perspektif Islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Pendidikan Karakter


1. Definisi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter berasal dari dua kata
pendidikan dan karakter, menurut beberapa ahli,
kata pendidikan mempunyai definisi yang berbeda-
beda tergantung pada sudut pandang, paradigma,
metodologi dan disiplin keilmuan yang digunakan,
diantaranya: Pendidikan adalah usaha sadar

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 15


manusia untuk mengembangkan kepribadian di
dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup (Ahmadi & Ubhiyati;2007).
Menurut Koesoema mengartikan pendidikan
sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri
individu dan masyarakat menjadi beradab (Doni
Koesoema A;2007). Ada pula yang mendefinisikan
pendidikan sebagai proses dimana sebuah bangsa
mempersiapkan generasi mudanya untuk
menjalankan kehidupan, dan untuk memenuhi tujuan
hidup secara efektif dan efisien.
Menurut Muhibbin Syah bahwa pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan perilaku
seseorang atau sekelompok orang dalam
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. Usaha yang dijalankan oleh seseorang
atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang
lebih tinggi dalam arti mantap ( Muhibbin Syah:2008).
Ki Hadjar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan
adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam
dan masyarakatnya (Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2,

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 16


Desember 2015). Dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar anak didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (UU RI Tahun 2005). Intinya
pendidikan selain sebagai proses humanisasi,
pendidikan juga merupakan usaha untuk membantu
manusia mengembangkan seluruh potensi yang
dimilikinya (olah rasa, raga dan rasio) untuk
mencapai kesuksesan dalam kehidupan dunia dan
akhirat.
Setelah kita mengetahui esensi pendidikan
secara umum, maka yang perlu diketahui selanjutnya
adalah hakikat karakter sehingga bisa ditemukan
pengertian pendidikan karakter secara komprehensif.
Istilah karakter digunakan secara khusus dalam

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 17


konteks pendidikan baru muncul pada akhir abad 18,
terminologi karakter mengacu pada pendekatan idealis
spiritualis yang juga yang juga dikenal dengan teori
pendidikan normatif, dimana yang menjadi prioritas
adalah nilai-nilai transenden yang dipercaya sebagai
motivator dan dominisator sejarah baik bagi
individu maupun bagi perubahan nasional.
Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani,
charassein, yang berarti to engrave atau mengukir.
Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir
di atas batu permata atau permukaan besi yang keras.
Dari sanalah kemudian berkembang pengertian
karakter yang diartikan sebagai tanda khusus atau
pola perilaku (an individual’s pattern of behavior … his
moral contitution). Sedangkan Istilah karakter secara
harfiah berasal dari bahasa Latin “Charakter”, yang
antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan,
budi pekerti, kepribadian atau akhlak (Ani Nur Aeni).
Sutarjo Adisusilo, dengan mengutip pendapat
F.W. Foerster menyebutkan bahwa karakter adalah
sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi.
Karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 18


sifat yang tetap, yang mengatasi pengalaman
kontingen yang selalu berubah. Jadi karakter adalah
seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup
sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang,
misalnya kerja keras, pantang menyerah, jujur,
sederhana, dan lain-lain( Sutarjo Adisusilo ; 2013).
Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau
sekelompok orang. (Abdul Majid : 2010)Karakter juga
bisa diartikan sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang
stabil sebagai hasil proses konsolidasi secara
progresif dan dinamis (Yahya Khan;2010)
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata
‘karakter’ diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dangan yang lain, dan watak.
Ki Hadjar Dewantara memandang karakter sebagai
watak atau budi pekerti. Menurutnya budi pekerti
adalah bersatunya antara gerak fikiran, perasaan, dan
kehendak atau kemauan yang kemudian menimbulkan
tenaga.

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 19


Mengacu dari beberapa definisi karakter
tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa
karakter adalah sikap, tabiat, akhlak, kepribadian
yang stabil sebagai hasil proses konsolidasi secara
progresif dan dinamis; sifat alami seseorang dalam
merespons siruasi secara bermoral; watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbgai kebajikan, yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara
pandang, berpikir, bersikap dan bertindak; sifatnya jiwa
manusia, mulai dari angan-angan sampai menjelma
menjadi tenaga.
Berdasarkan definisi yang telah disebutkan
terdapat perbedaan sudut pandang yang menyebabkan
perbedaan pada pendefinisiannya. namun demikian,
jika melihat esensi dari definisi-definisi tersebut ada
terdapat kesamaan bahwa karakter itu mengenai
sesuatu yang ada dalam diri seseorang, yang
membuat orang tersebut disifati.
Mengacu pada berbagai pengertian dan
definisi tentang pendidikan dan karakter secara
sederhana dapat diartikan bahwa pendidikan karakter

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 20


adalah upaya sadar yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang (pendidik) untuk
menginternalisasikan nilai-nilai karakter pada
seseorang yang lain (peserta didik) sebagai pencerahan
agar peserta didik mengetahui, berfikir dan
bertindak secara bermoral dalam menghadapi setiap
situasi. Banyak para ahli yang mengemukakan
pendapatnya tentang pendidikan karakter,
diantaranya Lickona yang mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-
sungguh untuk membantu seseorang memahami,
peduli dan bertindak dengan landasan nilai-nilai etis.
Pendidikan karakter menurut Lickona
mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui
kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan
(desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing
the good). Thomas Lickona mendefinisikan orang yang
berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam
merespons situasi secara bermoral yang
dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui
tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab,
menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya.

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 21


Pengertian ini mirip dengan apa yang diungkapkan
oleh Aristoteles, bahwa karakter itu erat kaitannya
dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus
dilakukan. Lebih jauh, Lickona menekankan tiga hal
dalam mendidik karakter. Tiga hal itu dirumuskan
dengan indah: knowing, loving, and acting the
good. Menurutnya keberhasilan pendidikan karakter
dimulai dengan pemahaman karakter yang baik,
mencintainya, dan pelaksanaan atau peneladanan atas
karakter baik itu (Deny Setiawan; 2010) .
Pendidikan Karakter menurut Koesoema
adalah diberikannya tempat bagi kebebasan individu
dalam mennghayati nilai-nilai yang dianggap
sebagai baik, luhur, dan layak diperjuangkan
sebagai pedoman bertingkah laku bagi kehidupan
pribadi berhadapan dengan dirinya, sesame dan
Tuhan. Menurut Khan pendidikan karakter adalah
proses kegiatan yang dilakukan dengan segala daya
dan upaya secara sadar dan terencana untuk
mengarahkan anak mengarah didik. Pendidikan
karakter juga merupakan proses kegiatan yang pada
peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 22


budi harmoni yang selalu mengajarkan,
membimbing, dan membina setiap memiliki
kompetensi intelektual, karakter, dan keterampilan
menarik. menusiauntuk
Nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat
dihayati dalam penelitian ini adalah religius,
nasionalis, cerdas, tanggung jawab, disiplin,
mandiri, jujur, dan arif, hormat dan santun,
dermawan, suka menolong, gotong- royong,
percaya diri, kerja keras, tangguh, kreatif,
kepemimpinan, demokratis, rendah hati, toleransi,
solidaritas dan peduli.
Ada sembilan pilar karakter yang berasal dari
nilai-nilai luhur universal, yaitu :
1. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
2. Kemandirian dan tanggung jawab
3. Kejujuran/amanah, diplomatis
4. Hormat dan santun
5. Dermawan, suka tolong menolong dan gotong
royong/kerjasama
6. percaya diri dan pekerja keras
7. Kepemimpinan dan keadilan

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 23


8. Baik dan rendah hati
9. Karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
Kesembilan karakter itu, perlu ditanamkan
dalam pendidikan holistik dengan menggunakan
metode knowing the good, feeling the good, dan
acting the good. Hal tersebut diperlukan agar anak
mampu memahami, merasakan/mencintai dan sekaligus
melaksanakan nilai-nilai kebajikan. Bisa dimengerti,
jika penyebab ketidakmampuan seseorang untuk
berperilaku baik, walaupun secara kognitif anak
mengetahui, karena anak tidak terlatih atau terjadi
pembiasaan untuk melakukan kebajikan.
Menurut Ramli, pendidikan karakter memiliki
esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral
dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk
pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik,
warga masyarakat yang baik dan warga Negara yang
baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga
masyarakat yang baik , dan warga Negara yang
baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara
umum adalah nilai-nilai sosial tertentuyang banyak
dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 24


bangsanya. Oleh karena itu, hakikat pendidikan
karakter dalam konteks pendidikan Indonesia adalah
pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur
yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri,
dalam rangka membina kepribadian generasi muda
(Heri Gunawan;2012).
Pendidikan karakter juga dapat dimaknai
sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan
peserta didik mengenal, peduli, dan
menginternalisasikan nilai-nilai sehingga peserta didik
menjadi insan kamil. Pendidikan karakter juga dapat
diartikan sebagai suatu system penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesana,
lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia yang sempurna.
Penanaman nilai pada warga sekolah maknanya
bahwa pendidikan karakter baru akan efektif jika
tidak hanya siswa, tetapi juga para guru, kepala

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 25


sekolah dan tenaga non-pendidik disekolah harus
terlibat dalam pendidikan karakter.
Pendidikan karakter adalah proses
menanamkan karakter tertentu sekaligus memberi
benih agar peserta didik mampu menumbuhkan
karakter khasnya pada saat menjalankan kehidupan.
Dengan kata lain, peserta didik tidak hanya
memahami pendidikan sebagai bentuk pengetahuan,
namun juga menjadikan sebagai bagian dari hidup
dan secara sadar hidup berdasarkan pada nilai
tersebut.
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Pada dasarnya Pendidikan karakter bertujuan
untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta
didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
standar kompetensi lulusan. Penyelenggaraan
pendidikan karakter menjadi satu hal yang multlak
dilakukan di jenjang pendidikan manapun, khususnya
di jenjang pendidikan dasar. Hal ini sangat beralasan
karena pendidikan dasar adalah pondasi utama bagi
Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 26
tumbuh kembang generasi muda Indonesia
(Zulnurain;2012).
Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta
didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari.
Pendidikan adalah pendidikan budi pekerti
plus, yaitu yang melibatkan aspek teori
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan
tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa
ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan
efektif, dan pelaksanaannya pun harus dilakukan
secara sistematis dan berkelanjutan. (Muslih
Masnur ; 2011) Melalui pendidikankarakter, seorang
anak akan menjadi cerdas, tidak hanya otaknya namun
juga cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi adalah
bekal terpenting dalam mempersiapkan anak
menyongsong masa depan.
Dengan kecerdasan emosi, seseorang akan dapat
berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan,

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 27


termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan
nasional yang terdapat pada UUSPN No.20 tahun 2003
Bab 2 pasal 3:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (17 Dharma Kesuma;2011)
Sedangkan dari segi pendidikan, pendidikan
karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang
mengarah pada pencapaian pembentukan karakter
dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu dan seimbang. Pendidikan karakter pada
intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, nerakhlak mulai, bermoral,
bertoleran, ber gotongroyong, berjiwa patriotik,

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 28


berkembag dinamis, beroreantasi pada ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai
oleh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan Pancasila (Heri Gunawan;2012)
Dengan demikian, menurut peneliti tujuan
pendidikan karakter memiliki fokus pada
pengembangan potensi peserta didik secara
keseluruhan, agar dapat menjadi individu yang siap
menghadapi masa depan dan mampu survive
mengatasi tantangan zaman yang dinamis dengan
perilaku-perilaku yang terpuji. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut, peran keluarga, sekolah dan
komunitas sangat menentukan pembangunan
karakter anak-anak untuk kehidupan yang lebih baik di
masa mendatang. Dengan menciptakan lingkungan
yang kondusif, anak-anak akan tumbuh menjadi
pribadi yang berkarakter sehingga fitrah setiap anak
yang dilahirkan suci dapat berkembang secara
optimal (Zainul Miftah;2011). Oleh karena itu
diperlukan cara yang baik dalam membangun
karakter seseorang. Salah satu cara yang sangat baik
adalah dengan menciptakan lingkungan yang

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 29


kondusif. Untuk itu peran keluarga, sekolah dan
komunitas amat sangat menentukan pembangunan
karakter anak-anak untuk kehidupan yang lebih baik di
masa mendatang.
3. Tahap Pembentukan Karakter
Pengembangan karakter dapat direalisasikan
dalam mata pelajaran agama, kewarganegaraan, atau
mata pelajaran lainnya, yang program utamanya
cenderung mengolah nilai-nilai secara kognitif dan
mendalam sampai ke panghayatan nilai secara efektif.
Pengembangan karakter seharusnya membawa anak ke
pengenalan nilai secara kognitif, pengenalan nilai secara
afektif, akhirnya ke pengenalan nilai secara nyata.
Untuk sampai ke arah praktis, ada satu peristiwa batin
yang sangat penting dan harus terjadi dalam diri anak,
yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat (tekad)
untuk mengamalkan nilai. Peristiwa tersebut disebut
conatio, dan langkah untuk membimbing anak
membulatkan tekad ini disebut langkah konatif.
Pendidikan karakter seharusnya mengikuti langkah-
langkah yang sistematis, dimulai dari pengenalan nilai
secara kognitif, langkah memahami dan menghayati
Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 30
nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad
secara konatif. Ki Hajar Dewantara menerjemahkannya
dengan kata-kata cipta, rasa, dan karsa (Zainal Aqid dan
Sujak;2011)
Sri Narwanti, dengan mengutip pendapat Anis
Matta menyebutkan ada beberapa kaidah pembentukan
karakter dalam membentuk karakter muslim, yaitu
sebagai berikut:
a) Kaidah kebertahapan

Proses pembentukan dan pengembangan karakter

harus dilakukan secara bertahap. Orang tidak bisa

dituntut untuk berubah sesuai yang diinginkan

secara tiba-tiba dan instan. Namun, ada tahap-tahap

yang harus dilalui dengan sabar dan tidak terburu-

buru. Orientasi kegiatan ini adalah pada proses

bukan pada hasil.

b) Kaidah kesinambungan

Seberapapun kecilnya porsi latihan yang terpenting

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 31


adalah kesinambungan. Proses yang

berkesinambungan inilah yang nantinya

membentuk rasa dan warna berpikir seseorang

lama-lama akan menjadi kebiasaan dan seterusnya

menjadi karakter pribadi yang jelas.

c) Kaidah momentum

Penggunaan berbagai momentum peristiwa untuk

fungsi pendidikan dan latihan. Misalnya bulan

Ramadhan untuk mengembangkan sifat sabar,

kemauan yang kuat, kedermawanan, dan

seterusnya.

d) Kaidah motivasi intrinsic

Karakter yang kuat akan terbentuk sempurna jika

dorongan yang menyertainya benar-benar lahir dari

dalam diri sendiri. Jadi, proses “merasakan

sendiri”, “melakukan sendiri” adalah hal penting.

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 32


Hal ini sesuai dengan kaidah umum bahwa

mencoba sesuatu akan berbeda hasilnya antara

yang dilakukan sendiri dengan yang hanya dilihat

atau diperdengarkan saja. Pendidikan harus

menanamkan motivasi atau keinginan yang kuat

dan lurus serta melibatkan aksi fisik yang nyata.

e) Kaidah pembimbingan

Pembentukan karakter ini tidak bisa dilakukan

tanpa seorang guru dan pembimbing. Kedudukan

seorang guru atau pembimbing ini adalah untuk

memantau dan mengevaluasi perkembangan

sesorang. Guru atau pembimbing juga berfungsi

sebagai unsur perekat, tempat “curhat” dan sarana

tukar pikiran bagi muridnya (Sri Narwanti;2011).

4. Metode Pembentukan Karakter


Pembentukan karakter peserta didik tentunya
membutuhkan suatu metodologi yang efektif,

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 33


aplikatif, dan produktif agar tujuan yang diharapkan
dapat tercapai dengan baik. Menurut Doni
Koesoema A, metodologi dalam membentuk
karakter peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Mengajarkan
Pemahaman konseptual tetap membutuhkan sebagai
bekal konsep-konsep nilai yang kemudian menjadi
rujukan bagi perwujudan karakter tertentu.
Mengajarkan karakter berarti memberikan
pemahaman pada peserta didik tentang struktur nilai
tertentu, keutamaan (bila dilaksanakan), dan
maslahatnya (bila tidak dilaksanakan). Mengajarkan
nilai memiliki dua faedah, pertama memberikan
pengetahuan konseptual baru, kedua menjadi
pembanding atas pengatahuan yang dimiliki oleh
peserta didik. Karena itu, maka proses mengajarkan
tidaklah monolog, melainkan melibatkan peran serta
peserta didik.
b. Keteladanan
Keteladanan menempati posisi yang sangat
penting. Guru harus terlebih dahulu memiliki
karakter yang diajarkan. Guru adalah sosok yang

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 34


digugu dan ditiru, peserta didik akan meniru apa
yang dilakukan gurunya ketimbang apa yang
dilaksanakan sang guru. Bahkan, sebuah pepatah
kuno memberi suatu peringatan pada para guru
bahwa peserta didik akan meniru karakter negatif
secara lebih ekstrem ketimbang gurunya “Guru
kencing berdiri, murid kencing berlari”. Keteladanan
tidak hanya bersumber dari guru, melainkan juga
dari seluruh manusia yang ada di lembaga
pendidikan tersebut, dan juga bersumber dari orang
tua, karib kerabat, dan siapapun yang sering
berhubungan dengan peserta didik. Pada titik ini,
pendidikan karakter membutuhkan lingkungan
pendidikan yang utuh, saling mengajarkan karakter.
c. Menentukan skala prioritas
Penentuan prioritas yang jelas harus
ditentukan agar suatu proses evaluasi atas berhasil
tidaknya pendidikan karakter dapat menjadi jelas.
Tanpa prioritas, pendidikan karakter tidak dapat
terfokus, sehingga tidak dapat dinilai berhasil atau
tidak berhasil. Pendidikan karakter menghimpun
kumpulan nilai yang dianggap penting bagi

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 35


pelaksanaan dan realisasi visi lembaga. Oleh karena
itu, lembaga pendidikan memiliki beberapa
kewajiban:
1) Menentukan tuntutan standar yang akan
ditawarkan pada peserta didik
2) Semua pribadi yang terlibat dalam lembaga
pendidikan harus memahami secara jernih apa
nilai yang ingin ditekankan dalam lembaga
pendidikan karakter
3) Jika lembaga ingin menetapkan perilaku
standar yang menjadi ciri khas lembaga maka
karakter standar itu harus dipahami oleh anak
didik, orang tua, dan masyarakat.
d. Praktis prioritas
Unsur lain yang sangat penting bagi
pendidikan karakter adalah buktim dilaksanakannya
prioritas nilai pendidikan karakter tersebut.
Berkaitan dengan tuntutan lembaga pendidikan atas
prioritas nilai yang menjadi visi kinerja
pendidikannya, lembaga pendidikan harus mampu
membuat verifikasi sejauh

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 36


mana visi sekolah telah dapat direalisasikan dalam
lingkup Pendidikan skolastik melalui berbagai
macam unsur yang ada di dalam lembaga
pendidikan itu sendiri.
e. Refleksi
Karakter yang dibentuk oleh lembaga
pendidikan melalui berbagai macamm program dan
kebijakan senantiasa perlu dievaluasi dan
direfleksikan secara berkesinambungan dan kritis.
Sebab sebagaimana yang dikatakan oleh Sokrates
“hidup tidak direfleksikan merupakan hidup yang
tidak layak dihayati.” Tanpa ada usaha sadar untuk
melihat kembali sejauh mana proses pendidikan
karakter ini direfleksikan dan dievaluasi, tidak akan
pernah terdapat kemajuan. Refleksi merupakan
kemampuan sadar khas manusiawi, dengan
kemampuan sadar ini, manusia mampu mengatasi
diri dan meningkatkan kualitas hidupnya dengan
baik (Bambang Q-Anees dan Adang Hambali;2009).
Metodologi pembentukan karakter tersebut
menjadi catatan penting bagi semua pihak,
khususnya guru yang berinteraksi langsung kepada

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 37


peserta didik. Tentu, lima hal ini bukan satu-
satunya, sehingga masing-masing tertantang untuk
menyuguhkan alternatif dan gagasan untuk
memperkaya metodologi pembentukan karakter
yang sangat dibutuhkan bangsa ini dimasa yang
akan datang.

5. Evaluasi Pembentukan Karakter


Penilaian karakter dimaksudkan untuk
mendeteksi karakter yang terbentuk dalam diri peserta
didik melalui pembelajaran yang telah diikutinya.
Pembentukan karakter memang tidak bisa sim salabim
atau terbentuk dalam waktu yang singkat, tetapi
indikator perilaku dapat dideteksi secara dini oleh setiap
guru. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa
penilaian yang dilakukan harus diperhatikan adalah
bahwa penilaian yang dilakukan harus mampu mengukur
karakter yang diukur.25 Tujuan penilaian karakter adalah
untuk mengukur sejauh mana nilai-nilai yang telah
dirumuskan sebagai standar minimal telah
dikembangkan dan ditanamkan di sekolah serta dapat
dihayati, diamalkan, diterapkan, dan dipertahankan oleh

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 38


peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian
dilaksanakan pada setiap saat, baik di kelas maupun di
luar kelas, dengan cara pengamatan dan pencatatan.

A. Pendidikan Karakter Menurut Al-Qur’an


Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa
Latin “character”, yang antara lain berarti: watak, tabiat,
sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau
akhlak. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau
sekelompok orang. Secara terminologi, kata karakter
berarti tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Dalam konsep pendidikan Islam hal yang paling utama
dilakukan adalah menggunakan metodologi pendidikan
Islam yang bersumber dari wahyu Allah, yang secara
tidak langsung berhubungan dengan iman manusia.
Seseorang akan dikatakan memiliki iman yang benar
dan sesuai syari’at Islam jika ia memiliki akhlak yang
baik. Jadi, akhlak yang baik merupakan tanda
kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT.
Dalam proses pendidikan manusia, kedudukan akhlak

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 39


dipandang sangat penting karena menjadi pondasi dasar
sebuah bangunan diri yang nantinya akan jadi bagian
dari masyarakat. Akhlak dalam Islam memiliki nilai
yang mutlak karena persepsi antara akhlak baik dan
buruk memiliki nilai yang dapat diterapkan pada kondisi
apapun. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia yang
menempatkan akhlak sebagai pemelihara eksis-tensi
manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia.
Akhlaklah yang mem-bedakan manusia dengan
makhluk yang lainnya, sebab tanpa akhlak, manusia
akan ke-hilangan derajat sebagai hamba Allah paling
terhormat. Hal ini disebutkan Allah dalam QS. At-Tin:
4-6

ُ‫) ثُ َّم َر َد ْد ٰنه‬٤( ‫لَقَ ْد خَ لَ ْقنَا ااْل ِ ْن َسانَ فِ ْٓي اَحْ َس ِن تَ ْق ِوي ۖ ٍْم‬
‫ت فَلَهُ ْم‬
ِ ‫صلِ ٰح‬ ّ ٰ ‫) اِاَّل الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬٥( َ‫اَ ْسفَ َل َسافِلِ ْي ۙن‬
‫اَجْ ٌر َغ ْي ُر َم ْمنُوْ ۗ ٍن‬
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami
kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 40


tiada putus-putusnya. Istilah karakter, dalam kajian Pusat
Bahasa Depdiknas diartikan sebagai “bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,
tabiat, temperamen, watak”. Sedangkan berkarakter
dimaknai “berkepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun
Musfiroh, seperti yang dikutip Mujtahid, bahwa karakter
mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku
(behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan
(skills). Dalam bahasa Yunani, karakter berarti “to mark”
atau menandai dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau tingkah laku. Karakter merupakan kaidah-kaidah
yang menjadi ukuran baik dan buruk terhadap suatu
sikap. Karakter adalah nilai-nilai yang semuanya
mengarah ke arah kebaikan (mengerti dengan semua
nilai kebaikan, mau berbuat baik kepada siapa saja tanpa
membeda-bedakan, nyata berkehidupan baik, dan
berdampak baik terhadap lingkungan) yang tertanam
dalam diri dan terlaksana ke-dalam semua perilaku di
kesehariannya. Karakter berkaitan dengan Aqidah ,
akhlak , sikap, pola perilaku dan atau kebiasaan yang

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 41


mempengaruhi interaksi seseorang terhadap Tuhan dan
lingkungannya. Karakter menentukan sikap, perkataan
dan tindakan. Setiap masalah, Ujian yang dihadapi
dalam kehidupan dan kesuksesan yang dicapai seseorang
pasti sangat dipengaruhi oleh karakter yang dimiliki.
Karakter/ watak yang baik secara nyata akan memancar
dari hasil yang dipikirkan, hati yang selalu merasakan ,
dan semua aspek yang dilakukan oleh seseorang maupun
berbentuk organisasi. Karakter merupakan ciri khas
seseorang atau sekelompok orang yang mengandung
nilai, kompetensi diri, kapasitas moral, dan ketegaran
dalam menghadapi semua masalah dan ujian yang ada di
hadapan. Tujuan pendidikan karakter itu sendiri berbeda-
beda antara negara satu dengan yang lainnya, yang
dipengaruhi oleh kultur dan pandangan hidup masing-
masing negara. Pendidikan karakter dalam perspektif
Islam memiliki tujuan yang sangat jelas yaitu
membentuk anak didik yang berakhlaq mulia.
Implementasi pendidikan karakter dalam Islam tersimpul
dalam karakter pribadi Rasulullah SAW. Dalam pribadi
Rasul, bersemai nilai-nilai akhlak yang agung dan mulia.
Al Qur’an surat Al-Ahzab: 21 menyatakan:

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 42


‫هّٰللا‬
َ ‫ان َل ُك ْم فِيْ َرس ُْو ِل ِ اُسْ َوةٌ َح َس َن ٌة لِّ َمنْ َك‬
‫ان َيرْ جُوا‬ َ ‫َل َق ْد َك‬
‫هّٰللا َ َو ْال َي ْو َم ااْل ٰ خ َِر َو َذ َك َر هّٰللا َ َك ِثيْرً ۗا‬
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa pendidikan
karakter dalam perspektif AlQur’an dan hadits, telah ada
sejak zaman Rasul, di mana Rasul sendiri merupakan
role model dalam pembelajaran. Sebab, tidak diragukan
lagi bahwa semua yang ada dalam diri Rasulullah SAW
merupakan pencapaian karakter yang agung, tidak hanya
bagi umat Islam tetapi juga bagi umat di seluruh dunia.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa pendidikan gaya
Rasulullah SAW merupakan penanaman pendidikan
karakter yang paling tepat bagi anak didik. Pendidikan
karakter yang berbasis Al Qur’an dan Assunnah,
gabungan antara keduanya yaitu menanamkan karakter
tertentu sekaligus memberi benih agar anak mampu
menumbuhkan karakter khasnya pada saat menjalani

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 43


kehidupannya. Hanya menjalani sejumlah gagasan atau
model karakter saja tidak akan membuat peserta didik
menjadi manusia kreatif yang tahu bagaimana
menghadapi perubahan zaman, sebaliknya membiarkan
sedari awal agar peserta didik mengembangkan nilai
pada dirinya tidak akan berhasil mengingat peserta didik
tidak sedari awal menyadari kebaikan dirinya.
B. Karakteristik Islam Nusantara
1. Fiqih Nusantara
Sejak Islam mulai tersebut luas di kawasan
ini, bahasa Melayu pun mempunyai peranan sebagai
salah satu wahana pengantar agama Islam. Sejak
abad ke16, bahasa Melayu itu (Denys
Lombard:2005). mencapai kedudukan sebagai
“bahasa Islam” sebagaimana bahasa Persia dan
Turki. Bahkan, bahasa Melayu merupakan salah satu
unsur pemersatu Islam Nusantara yang terdiri dari
berbagai etnis Banyak sastra berbahasa Melayu,
terutama sastra keagamaan, yang ditulis dalam huruf
Jawi. Huruf Jawi merupakan adaptasi dari huruf
Arab untuk menuliskan lafal-lafal atau kalimat

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 44


bahasa Melayu. Berdasar pada huruf-huruf Arab
“jim” (‫)ج‬, “ain” (‫)ع‬, “fa” (‫)ف‬, “kaf” (‫)ك‬, “ya” (‫)ي‬,
( Syed Muhammad Naquib Al-Attasmaka) lambat
laun tercipta lima huruf yang masing-masing
menandakan bunyi-bunyi yang lazim pada bunyi
lidah Melayu. Kelima huruf yang tercipta itu ialah :
‘ca”, “nga”, “pa”, “ga”, “nya” (Syed Muhammad
Naquib Al-Attas). Jenis huruf ini yang biasanya
untuk menuliskan kitab keagamaan berbahasa Jawa
(urcholish Madjid:2000). Dengan cara inilah para29
ulama kita menuliskan karyakaryanya untuk
konsumsi masyarakat Muslim Melyu-Indonesia,
termmasuk kitabkitab Fiqih.
Salah satu kitab fiqih awal di Nusantara
adalah Shirath al-Mustaqim, karya Nur al-Din al-
Ranniri. Dia sangat tegas dalam hal transendensi
Allah. Tentu saja, dia sangat menekankan pentingya
syariat dalam praktik sufistik. Untuk tujuan itu,
alRaniri menulis Shirath al-Mustaqim dalam bahasa
Melayu. Dalam karya ini, dia menegaskan tentang
tugas utama dan mendasar setiap orang muslim
dalam hidupnya. Dengan menggunakan garis besar

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 45


yang telah dikenal dalam berbagai karya fiqih,
alRaniri secara terperinci menjelaskan berbagai hal
yang menyangkut thaharah, bersuci (wudhu), shalat,
zakat, puasa (shaum), haji (hajj), kurban, dan
semacamnya. Ini merupakan kitab fiqih ibadah
pertama yang cukup lengkap dalam bahasa Melayu
sehingga menjadi pegangan dan standar dalam
berbagai kewajiban dasar kaum Muslim.
Abd al-Rauf al-Sinkili (1615-1693), karya
utama al-Sinkili dalam fiqih adalah Mir‘at al-
Thullab fi Tasyi al-Ma‘rifat al-Ahkam al-Syar‘iyah
al-Malik alWahhab. Karya ini membahas tantang
aspek-aspek fiqih, termasuk dalam kehidupan
politik, sosial, ekonomi dan keagamaan kaum
Muslimin. Dia merupakan ulama pertama yang di
wilayah Melayu-Indonesia hingga masa belakangan.
Al-Sinkili, melalui Mir‘at al Thullab tersebutt, telah
menunjukkan kepada kaum Muslim Melayu-
Indonesia bahwa doktrin-doktrin hukum Islam tidak
terbatas pada ibadah saja. Karena mencakup topik-
topik yang begitu luas, kitab ini jelas merupakan
suatu karya di bidang tersebut. Karya ini telah

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 46


beredar luas, meskipun sekarang tidak lagi
digunakan di Nusantara.
Dalam periode abad ke-18, Muhammad
Arsyad al-Banjari (1710-1812) merupakan ulama
yang membantu perkembangan syariat di Nusantara.
Karya utama Arsyad al-Banjari dalam bidang fiqih
adalah Sabil al-Muhtadin li al-Tafaqquh fi ‘Amr al-
Din. Kitab ini membahas aturan-aturan terperinci
aspek ibadah (ritual) dalam fiqih. Menurut
Azyumardi Azra, kitab ini pada dasarnya merupakan
penjelasan, atau sampai batas-batas tertentu adalah
revisi, atas karya al-Raniri, Shirath al-Mustaqim.
Karya al-Raniri tersebut dipandang kurang dapat
dipahami oleh masyarakat Islam di wilayah-wilayah
lain di Melayu-Nusantara karena banyak digunakan
istilah dalm bahasa Aceh. Walaupun Sabil al-
Muhtadin termasuk kitab yang cukup tebal, tapi
pemikiran fiqihnya tidak begitu luas. Masalah
ibadah adalah topik utama dalam kitab itu. Tentang
muamalat, faraid, nikah, hudud, dan jihad tidak
masuk dalam kitab itu (arel A. Steenbrink).

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 47


Doktrin-doktrin hukum Islam,selain Arsyad
al-Banjari, juga dikembangkan lebih lanjut oleh
Daud al-Fatani. Dia merupakan figur seorang ulama
yang berhasil dalam usahanya mendamaikan antara
aspek syariat dan aspek mistis. Karya al-Fatani
adalah Bughyat al-Thullah al-Murid Ma‘rifat al-
Ahkam bi al-Shawab yang membahas tentang fiqih
ibadah (fiqh al-ibadah) dan Furu‘ al-Masail wa
Ushul al Masail yang membicarakan aturan-aturan
dan petunjuk dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, disusul dengan terbitnya beberapa kitab
yang lebih kecil, seperti Jami‘ al-Fawaid mengenai
kewajiban kaum Muslimin terhadap sesma Muslim
dan nonMuslim, Hidayat al-Muta‘alim wa ‘Umdat
at-Mu‘allim mengenai fiqih secara umum, Muniyyat
al-Mushalli mengenai shalat, Nahj al-Raghibin fi
Sabil al Muttaqin mengenai transaksi-transaksi
perdagangan, Ghayat al-Taqrih mengenai warisan
(faraidh), Imdat al-Bab li Murid al-Nikah bi al-
Shawab yang mengulas tentang perkawinan dan
perceraian.

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 48


2. Tasawuf Nusantara
Tasawuf Nusantara adalah merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari kajian Islam di
Indonesia. Sejak masuknya Islam di Indonesia telah
tampak unsur tasawuf mewarnai kehidupan
keagamaan masyarakat, bahkan hingga saat ini pun
nuansa tasawuf masih kelihatan menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari pengamalan keagamaan
sebagian kaum muslimin Indonesia, terbukti dengan
semakin maraknya kajian Islam di bidang ini.
Berikut tokoh-tokoh tasawuf Nusantara dan pokok-
pokok ajarannya :
1) Hamzah Fansuri
Ajaran –ajaran Hamzah Fansuri dapat dijelaska
sebagai berikut:
a) Wujud, menurutnya yang disebut wujud itu
hanyalahkk satu, walaupun kelihatannya banyak.
Wujud yang satu itu berkulit dan berisi, atau ada
yang mazhar (kenyataan lahir) dan ada yang batin.
Ataupun semua benda-benda yang ada ini,
sebenarnya adalah merupakan pernyataan saja
daripada wujud yang hakiki, dan wujud yang hakiki

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 49


itulah yang disebut Allah. Wujud itu mempunyai
tujuh martabat, namun hakikatnya satu. Martabat
tujuh itu adalah: Ahadiyah, yakni hakikat sejati dari
Allah; Wahdah, yaitu hakikat dari Muhammad;
Wahidiyah, yaitu hakikat dari Adam; Alam Arwah,
yaitu hakikat dari nyawa; Alam Mitsal, yaitu hakikat
dari segala bentuk; Alam Ajsam, yaitu hakikat
tubuh; dan Alam Insan, yaitu hakikat manusia. Dan
semuanya berkumpul (wahdah) ke dalam yang satu,
itulah Ahadiyah, itulah Allah dan itulah Aku.
b) Allah. Menurut Hamzah, Allah adalah Dzat yang
mutlak dan Qadim, sebab pertama dan pencipta
alam semesta. Menurutnya dalam Asrar al‘Arifin
disebutkan: “Ketika bumi dan langit belum ada,
surga dan neraka belum ada, alam sekalian belum
ada, apa yang ada pertama? Yang pertama adalah
Dzat, yang ada pada dirinya sendiri, tiada sifat dan
tiada nama, itulah yang pertama.”
c) Penciptaan. Menurutnya sebenarnya hakikat dari
Dzat Allah itu adalah mutlak dan la ta‘ayyun (tak
dapat ditentukan/dilukiskan). Dzat yang mutlak itu
mencipta dengan cara menyatakan diri-Nya dalam

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 50


suatu proses penjelmaan, yaitu pengaliran keluar
dari diri-Nya (tanazzul) dan pengaliran kembali
kepada-Nya (taraqqi).
d) Manusia. Walaupun manusia sebagai tingkat
terakhir dari penjelmaan, akan tetapi manusia adalah
tingkat yang paling penting, dan merupakan
penjelmaan yang paling penuh dan sempurna, ia
adalah aliran/pancaran langsung dari Dzat yang
mutlak. Hal ini menunjukkan adanya semacam
kesatuan antara Allah dan manusia.
e) Kelepasan. Manusia sebagai makhluk penjelmaan
yang sempurna dan berpotensi untuk menjadi insan
kamil, namun karena gaflah/lalinya maka
pandangannya kabur dan tiada sadar bahwa seluruh
alam semesta ini adalah palsu dan bayangan. 36
2) Syamsuddin Sumatrani
Pokok-pokok ajarannya adalah:
a) Tentang Allah. Syamsuddin mengajarkan bahwa
Allah itu Esa adanya, Qadim, dan Baqa. Suatu Dzat
yang tidak membutuhkan ruang, waktu, dan tempat
dan mustahl dapat dibayangkan kemiripannya
dengan sesuatu apa pun juga.

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 51


b) Tentang Penciptaan. Sufi ini menggambarkan
tentang penciptaan dari Dzat yang mutlak itu dengan
melalui tahp tingkatan, mulai dari ahadiyah,
wahdah, wahidiyah, alam arwah, alam mitsal, alam
ajsam, dan alam insan.
c) Tentang Manusia. Ia berpendapat bahwa manusia
seolah-olah semacam objek ketika Tuhan
menzahirkan sifatnya. Semua sifat-sifat yang
dimiliki oleh manusia ini hanyalah sekadar
penggambaran dari sifat-sifat Tuhan dan tidak
berarti bahwa sifat-sifat Tuhan itu sama dengan sifat
yang dimiliki oleh manusia. Oleh karena sifat-sifat
itu adalah sifat ma‘ani bagi Allah (hakikatyang
terdalam dari sifat-sifat qudrat, iradat, ‗ilmu, sama‘,
bashar, kalam).
3) Nuruddin al-Raniri
Pada saat Nuruddin berada di Aceh (1637 M)
suasana politik dan agam
di Aceh sudah berubah. Syekh Syamsuddin
telah meninggal dunia pada tahun 1630 dan enam
tahun sesudah itu Sultan Iskandar Muda mangkat
(1636). Ia diganti oleh menantunya yaitu Iskandar

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 52


Tsani yang berasal dari Pahang dan memberikan
kedudukan yang sangat baik bagi Nuruddin dalam
istana dan kerajaan Aceh. Karena 37 kepercayaan
dan perlindungan Sultan, Nuruddin memperoleh
kesempatan baik untuk menyerang dan membasmi
ajaran wujudiyyah dari Hamzah Fansuri dan
Syamsuddin Sumatrani. Selama bermukim di Aceh,
Nuruddin tidak berhenti menulis dan berdebat
melawan penganut ajaran wujudiyyah. Berkali-kali
majelis perdebatan diadakan di istana dan terkadang
disaksikan oleh Sultan sendiri. Dalam perdebatan itu
Nuruddin dengan segala kecerdikan dan
kemampuannya memperlihatkan kelemahan dan
kesesatan ajaran wujudiyyah yang menurutnya
sangat bertentangan dengan AlQur‘an dan Hadis
serta meminta mereka bertobat dan kembali kepada
ajaran yang benar. Akan tetapi usaha ini tidak
berhasil seperti yang diharapkan, orang-orang yang
tidak mau bertobat itu dihukum kafir yang halal
dibunuh dan kitab-kitab karangan Hamzah dan
Syamsuddin dikumpulkan dan kemudian dibakar di
halaman Masjid Baiturrahman. Rupanya

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 53


pembunuhan kaum wujudiyyah ini ada kaitannya
dengan kegiatan kelompok lain yang mengarah
kepada perbutan kekuasaan. Karena itu Sultan
Iskandar Tsani bertindak keras dengan membunuh
mereka secara besar-besaran dengan cara yang
sangat kejam dan mengerikan.
C. Mengenal Profil RA Kartini
Biografi Kartini
Latar Belakang Keluarga RA Kartini. Raden
Ajeng Kartini pada tanggal 21 April 1897 (28
Rabingulahir 1808), wafat pada tanggal 17
september 1904 (7 Rajab 1834). Ia lahir dari
keluarga ningrat putra R.M.A.A. Sosroningrat,
Bupati Jepara, putra pangeran Ario Tjondronegoro
IV, Bupati Demak. Ibunya, Mas Ajeng Ngasirah
yang berasal dari kalangan biasa, putra kyai Haji
Madirono seorang guru agama terkenal di
Telukawur, Jepara dan Nyai Haji Siti Aminah, Juga
dari Desa Telukawur. Ibu Kartini dinikahi oleh
ayahnya pada tahun 1872 ketika ia masih berpangkat
Wedana di Mayong. Kemudian, masih dalam
kedudukannya sebagai Wedana, pada 1875 ia kawin
Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 54
lagi dari seorang putri bangsawan tinggi, yang
menurut Kartini adalah keturunan langsung Raja
Madura yaitu Raden Ajeng Woerjan atau Moerjan,
putri R.A.A. Tjitrowikomo, Bupati Jepara sebelum
Sosroningrat (Soeroto, 1978:14). Selanjutnya, istri
yang kedua kemudian diangkat menjadi “garwa
padmi” atau “Raden Ayu”, sedang Mas Ajeng
Ngasirah mendapat kedudukan “garwa ampil”
(Soeroto, 1978:26-29). Dari kutipan tersebut dapat
diketahui bahwa Wedono R.M. Sosroningrat (ayah
Kartini), Menikah dengan M.A. Ngasirah (ibu
Kartini) pada tahun 1872, sebagai istri pertama yang
dinikahinya. Ketika ia akan diangkat menjadi
Bupati, oleh pemerintah Hindia Belanda diberi
isyarat agar menikahi perempuan dari golongan
ningrat yang sederajat, yang nantinya akan diangkat
menjadi garwa padmi atau Raden Ayu. Perkawinan
itu terjadi pada tahun 1875. Setelah ia diangkat
menjadi Bupati Jepara, status dan hubungan dalam
keluarga kabupaten menjadi lebih terang R.A.
Woerjan menduduki tempat sebagai Raden Ayu dan
Gastri Putri yang keluar sebagai fisrt lady dan M.A.

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 55


Ngasirah sebagai istri kedua yang mempunyai
kewajibannya sendiri didalam kabupaten. Urusan
pendidikan menjadi tanggung jawab M.A Ngasirah
dan beliau sangat keras dalam mendidik putra-
putrinya, termasuk dalam pendidikan agama.
Kelurga besar R.M.A.A Sosroningrat memiliki 11
putra dari dua istri yaitu garwa padmi dan garwa
ampil. Dari garwa ampil lahir 8 putra putri dan 3
putra putri dari garwa padmi. Semuanya bergelar
Raden Ajeng unruk anak perempuan dan Raden Mas
untuk anak laki laki. Kartini adalah anak ke-5 dari
11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua
saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan
tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV,
diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Sedangkan
kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang
pintar dalam bidang bahasa. Ayah Kartitni
berpandangan progressip, mewarisi sikap ayahnya
yang dulu sebagai Bupati Demak. Beliau telah
meninggalkan pesan kepada putra-putranya sebelum
wafatnya bahwa “tanpa pengetahuan kalian kelak
tidak akan bahagia dan dinasti kita akan makin

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 56


mundur”. Semua anak-anak disekolahkan baik putra
maupun putri. Meskipun ada perbedaan dalam
tingkatan pendidikan. Kartini dan
saudarasaudaranya dimasukkan di Earopese Lagere
School -meskipun muridnya hampir semuanya anak-
anak belanda Indo- anak-anaknya yang lakilaki
melanjutkan sekolahnya di HBS Semarang dan
Negeri Belanda. Perlu diketahui pada masa itu,
tradisi masyarakat Jawa memandang tidak etis
menyekolahkan anak-anak perempuan bersama laki-
laki Indo Belanda. Mencermati background keluarga
Kartini dapat dipahami bila dalam diri kartini
memiliki potensi unggul untuk dapat dikembangkan
menjadi pribadi yang berkualitas. Realisasi
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh
lingkungan kehidupanya, pendidikannya maupun
dinamika aktifitas-aktifitasnya. Pendidikan RA
Kartini sebagaimana diutarakan sebelumnya
layaknya anak-anak ningrat lainnya, Beliau
bersemangat dalam belajar dan rajin dalam sekolah,
hal ini terbukti dengan Prestasi RA Kartini dalam
sekolah, Selain Beliau cakap dalam bahasa Jawa,

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 57


Indonesia juga cakap dalam bahasa Belanda. Sampai
usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di
ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain
Kartini belajar bahassa Belanda Sekolah inilah
sebagai sekolah tertinggi RA Kartini, sekaligus
sebagai akhir dari masa bermain dan bercengrama
dengan teman-teman sebaya di sekolah. Setelah usia
12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah
masuk masa pingitan.
D. Psikologis Perempuan dalam Perspektif
Islam
Islam memandang sama kepada perempuan
dan laki-laki dari segi kemanusiaannya. Perempuan
adalah manusia sebagaimana laki-laki. Islam
memberi hak-hak kepada perempuan seperti yang
diberikan kepada laki-laki dan membebankan
kewajiban yang sama kepada keduanya, kecuali
terdapat dalil syara yang memberi tuntutan dan
tuntunan khusus untuk perempuan dan laki-laki,
yang jumlahnya sangat sedikit, dan kebanyakan
dalil syara tidak diciptakan khusus untuk perempuan

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 58


atau khusus untuk laki-laki, melainkan untuk
keduanya sebagai insan

‫ٰ ٓيا َ ُّي َها ال َّناسُ ِا َّنا َخ َل ْق ٰن ُك ْم مِّنْ َذ َك ٍر َّوا ُ ْن ٰثى‬


‫ارفُ ْوا ۚ اِنَّ اَ ْك َر َم ُك ْم‬ َ ‫شع ُْوبًا َّو َق َب ۤا ِٕى َل لِ َت َع‬
ُ ‫َو َج َع ْل ٰن ُك ْم‬
‫عِ ْندَ هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِنَّ هّٰللا َ َعلِ ْي ٌم َخ ِب ْي ٌر‬
Artinya : “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia
di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti”.(QS. Al-Hujurat [49]:13)

‫الذ َك َر َوااۡل ُ ۡن ٰث ۙى‬


َّ ‫الز ۡو َج ۡي ِن‬
َّ ‫َواَ َّن ٗه َخ َل َق‬
Artinya : “Dan sesungguhnya Dialah yang men-
ciptakan pasangan laki-laki dan perempuan, (QS
Al-Najm [53]:45)

‫الذ َك َر َوااۡل ُ ۡن ٰث ؕى‬ َّ ‫َف َج َع َل م ِۡن ُه‬


َّ ‫الز ۡو َج ۡي ِن‬

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 59


Artinya : “Lalu Dia menjadikan darinya sepasang
laki-laki dan perempuan.(QS Al-Qiyamah [75]:39 ).
Perempuan dan laki-laki telah diberi potensi
yang sama untuk dapat berkiprah dan beramal secara
sinergis dalam asas kemitraan, kerja sama, saling
tolong menolong, saling mendukung, saling
memberi penguatan dalam suatu kehidupan di
masyarakat.

‫ض ُك ْم َع ٰلى‬ ‫واَل َت َتم َّن ْوا ما َف َّ هّٰللا‬


َ ْ‫ض َل ُ ِبهٖ َبع‬ َ َ َ
ٌ‫ال َنصِ يْبٌ ِّممَّا ا ْك َت َسب ُْوا ۗ َولِل ِّن َس ۤا ِء َنصِ يْب‬ ِ ‫ض ۗ لِلرِّ َج‬ ٍ ْ‫َبع‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫اك َت َسب َْن َۗوسْ ـَٔلُوا َ ِمنْ َفضْ لِهٖ ۗ اِنَّ َ َك‬
‫ان ِب ُك ِّل‬ ْ ‫ِّممَّا‬
‫َشيْ ٍء َعلِ ْيمًا‬
Artinya : “Dan janganlah kamu iri hati terhadap
karunia yang telah dilebihkan Allah kepada
sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena)
bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka
usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian
dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada
Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 60


Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS.AlNisa [4]:
32).
Pola kehidupan sinergis itu sudah menjadi
sunnatullah dalam setiap komunitas, kurun, dan
generasi manusia karena Allah menciptakan
kemanusiaan manusia yang saling bergantung
(interdependency), saling berhubungan
(interconnection), dan saling melengkapi
(intercomplementary). Tidak ada seorang
manusiapun yang sempurna, lahir, dan dapat hidup
sendiri, tanpa kehadiran manusia lain

‫س وَّ ا ِح َد ٍة‬ ٍ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها ال َّناسُ ا َّت ُق ْوا َر َّب ُك ُم الَّ ِذيْ َخ َل َق ُك ْم مِّنْ َّن ْف‬
ۚ ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجااًل َك ِثيْرً ا َّون َِس ۤا ًء‬ َّ ‫َّو َخ َل َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫َوا َّتقُوا َ الَّ ِذيْ َت َس ۤا َءلُ ْو َن ِبهٖ َوااْل َرْ َحا َم ۗ اِنَّ َ َك‬
‫ان‬
‫َع َل ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا‬
Artinya :”Wahai manusia! Bertakwalah kepada
Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri
yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan
pasangannya (Hawa) dari (diri)-nya; dan dari
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 61


dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada
Allah yang dengan nama-Nya kamu saling
meminta, dan (peliharalah) hubungan
kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasimu”. (QS Al-Nisa [4]:1)

‫س َّوا ِح َد ٍة َّو َج َع َل ِم ْن َها َز ْو َج َها‬ ٍ ‫ه َُو الَّ ِذيْ َخ َل َق ُك ْم مِّنْ َّن ْف‬
‫ت‬ْ َّ‫ت َح ْماًل َخفِ ْي ًفا َف َمر‬ ْ ‫لِ َيسْ ُك َن ِا َل ْي َه ۚا َف َلمَّا َت َغ ٰ ّشى َها َح َم َل‬
‫هّٰللا‬ ْ ‫ِبهٖ ۚ َف َلمَّٓا اَ ْث َق َل‬
َ ‫ت َّد َع َوا َ َر َّب ُه َما َل ِٕىنْ ٰا َت ْي َت َنا‬
‫صالِحً ا‬
‫لَّ َن ُك ْو َننَّ م َِن ال ٰ ّشك ِِري َْن‬
Artinya : “Dialah yang menciptakan kamu dari
jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya Dia
menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang
kepadanya. Maka setelah dicampurinya, (istrinya)
mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah
dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian
ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri)
bermohon kepada Allah, Tuhan Mereka (seraya
berkata), “Jika Engkau memberi kami anak yang
saleh, tentulah kami akan selalu bersyukur.” (QS
Al-A’raf [7]:189 ).

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 62


Allah telah merencanakan bahwa antara
perempuan dan lakilaki terdapat perbedaan-
perbedaan dan persamaan-persamaan. Apabila Allah
telah menciptakan berbagai organ yang berbeda
dalam satu tubuh manusia, seperti telinga, mata,
mulut, tangan, kaki, dan lainlain dalam bentuk dan
fungsi yang berbeda, bukankah berarti bahwa Allah
telah mengutamakan satu organ dari organ lainnya.
Seperti saat mata difungsikan, tidak berarti
mengutamakan mata dari organ tubuh lainnya dan
boleh memperlakukan semena-mena terhadap or-
gan tubuh lainnya, karena semua organ tubuh yang
berbeda itu berfungsi sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing, dan masingmasing organ tidak
dapat berfungsi sendiri-sendiri, tetapi saling
berkaitan untuk melahirkan kehidupan. Dengan
demikian, setiap organ yang berbeda itu harus
bersinergi untuk menopang kehidupan dan
memenuhi hajat manusia.
Analogi tersebut digunakan untuk memahami
eksistensi perbedaan yang ada pada manusia,
perempuan dan laki-laki. Perbedaan yang terdapat

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 63


pada eksistensi perempuan dan laki-laki sama sekali
tidak mengindikasikan yang satu menduduki posisi
lebih unggul dan penting, dan boleh memperlakukan
dengan kejam terhadap yang lain. Kesempuraan
eksistensi manusia “hanya” terjadi pada perpaduan
sinergis antara perempuan dan laki-laki dalam relasi
yang harmonis.
Dalam al-Qur’an, “tidak ada satu ayatpun”
yang menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan
perempuan dari bahan yang lebih rendah daripada
bahan untuk laki-laki. Dalam al-Qur’an juga “tidak
ada satu ayatpun” yang menunjukkan bahwa harkat,
martabat, dan derajat perempuan itu parasit dan
lebih rendah daripada laki-laki. Di samping itu,
“tidak ada satu ayatpun” anggapan yang
meremehkan perempuan berkaitan dengan
perbedaan watak dan struktur fisiologisnya.
Al-Qur’an dengan jelas mengatakan bahwa
Allah menciptakan perempuan dari laki-laki dari zat
atau entiti yang sama dengan lakilaki. Mengenai
penciptaan Adam, Allah berfirman: “Tuhanmu telah
menciptakan kamu dari satu jiwa, dan dari padanya

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 64


Allah menciptakan pasangannya”. Untuk penciptaan
seluruh umat manusia, Allah berfirman: “Allah
menciptakan pasanganmu dari jenismu sendiri”
(QS.Al-Nisa [4]:1).
Ada pandangan yang dikembangkan sampai
saat ini bahwa perempuan sumber segala dosa;
perempuan diciptakan dari iblis; Iblis menggoda
Hawa dan Hawa menggoda Adam yang
menyeretnya dari surga; serta pandangan menghina
lainnya untuk merendahkan perempuan. Al-Qur’an
telah menceriterakan kisah Adam di surga tetapi
sama sekali tidak ada jejak yang menyatakan iblis
atau ular menggoda Hawa dan Hawa menggoda
Adam. Al-Qur’an tidak menggambarkan bahwa
Hawa sebagai terdakwa, tidak pula membela
kesuciannya dari dosa (QS.Al-A’raf [7]:9).
Beberapa ayat yang terkandung dalam al-Qur’an
yang memaparkan kisah Adam dan Hawa yang
dideportasi dari surga “selalu” menggunakan kata
ganti ganda (mutsanna) yang menunjukkan dua
orang yang terlibat, yaitu Adam dan Hawa (QS.Al-
Araf [7]:22).

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 65


Pandangan yang merendahkan perempuan
lainnya yang sering dikembangkan adalah bahwa
perempuan tidak secerdik laki-laki; perempuan tidak
dapat melewati tahap-tahap pencerahan spiritual
seperti laki-laki. Untuk mensucikan al-Qur-an dari
tuduhan seperti itu, sejumlah besar ayat mengatakan
bahwa pahala kehidupan di akhirat dan kedekatan
kepada Allah tidak ditentukan oleh jenis kelamin,
tetapi oleh amal dan kadar ketaqwaan masing-
masing individu, perempuan maupun laki-laki. Al-
Qur’an menyebut keshalihan isteri Adam alaihi
salam (as), isteri Ibrahim as, ibu Musa as, dan ibu
Isa as, dan isteri Fir’aun dengan penghormatan yang
sangat besar. Al-Qur’an juga menyebut isteri Nuh as
dan isteri Luth as sebagai perempuan yang tidak
patut. Hal ini membuktikan bahwa potensi untuk
terjerumus ke dalam lembah kejahatan atau
terangkat menjadi manusia terhormat di mata Allah
tidak bergantung kepada jenis kelamin, tetapi
kepada kadar iman dan taqwa masing-masing, dan
Allah telah memberikan kedua potensi tersebut
untuk perempuan maupun laki-laki.

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 66


Sejarah Islam telah mencatat beberapa nama
perempuan yang istemewa dan unggul, seperti
Khadijah, Aisyah, serta Fatimah, dan hanya sedikit
laki-laki yang menyamai kedudukan mereka. Tidak
ada laki-laki, kecuali Nabi Muhammad saw dan Ali
ra yang mencapai kedudukan al-Zahrah, kecuali
Fatimah al-Zahrah yang melebihi putra-putranya.
Demikian pula ketangguhan Khadijah yang dijuluki
“al-Kubra”, dan kecerdikan Aisyah yang telah
melahirkan ribuan hadits dibanding misalnya Abi
Hurairah ra, seorang sahabat laki-laki yang selalu
mengikuti Rasulullah sepanjang hidupnya
(Mutahhari, 1986:98) Perbedaan satu-satunya yang
secara eksplisit dibuat oleh al-Qur’an adalah
mengakui bahwa laki-laki sebagai manusia yang
sesuai untuk mengemban misi kenabian.
Islam mengatakan bahwa bumi, langit, dan
seisinya diciptakan untuk manusia. Islam tidak
pernah mengatakan perempuan diciptakan untuk
laki-laki. Tidak ada jejak “satu ayatpun” dalam al-
Qur’an yang menyatakan, mendukung, apalagi
membenarkan pandangan bahwa harkat, martabat,

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 67


dan derajat perempuan itu lebih rendah daripada
laki-laki. Keniscayaan untuk memandang harkat
kemanusiaan perempuan sesuai dengan yang
diidealisasikan dalam Islam meniscayakan agar
membangun kehidupan sinergis antara perempuan
dan laki-laki, baik dalam kehidupan keluarga
maupun di masyarakat. Keniscayaan tersebut
berdasarkan beberapa ayat normatif yang tercermin
dari sebagian bukti-bukti firman Allah sebagai
berikut:
1) Dari segi pengabdian. Nilai pengabdian antara
perempuan dan laki-laki adalah sama ditinjaun
berdasarkan ketaqwaannya, sebagaimana QS.Al-
Hujurat [49]:13, Hai manusia, sesungguhnya
Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan. Sesungguhnya yang
paling mulia di sisi Allah hanyalah yang paling
bertaqwa di antara kamu. Demikian pula,
perempuan dan laki-laki sama-sama berhak
masuk surga, sama-sama diperbolehkan ikut
berpartisipasi dan berlomba melakukan
kebajikan, mengabdi kepada masyarakat, negara

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 68


dan agama, sebagaimana firman Allah: Siapa
yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada
mereka dengan pahala yang lebih baik daripada
yang telah mereka kerjakan (QS.Al-Nahl
[16]:97).
2) Demikian pula QS.Ali Imran [3]:194; QS.Al-
Taubah [9]:71 dan QS.Al-Ahzab[33]:35.
3) Dari segi status kejadian. Perempuan dan laki-
laki diciptakan dari asal (entiti, nafs) yang sama,
sebagaimana firman Allah: Hai sekalian
manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang
telah menciptakan kamu dari satu zat yang sama,
dan dari padanya Allah menciptakan pasangan,
dan dari keduanya Allah mengembang-biakkan
laki-laki dan perempuan (QS.Al-Nisa [4]:1).
4) Dari segi mendapat godaan/cobaan. Rayuan iblis
berlaku bagi perempuan maupun laki-laki,
sebagaimana Adam dan Hawa. Bukan Hawa

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 69


yang menyebabkan Adam dideportasi dari surga
(QS.Al-‘Araf [7]:20). Dengan demikian, tidak
benar bahwa perempuanlah sebagai sumber
segala bencana.
5) Dari segi kemanusiaan. Islam menolak
pandangan yang membedakan perempuan dan
laki-laki dalam bidang kemanusiaan ketika
bangsa Arab memiliki tradisi mengubur hidup-
hidup bayi perempuan karena merasa terhina dan
takut miskin, sebagaimana penegasan Allah:
Tatkala seseorang dari mereka diberi kabar
dengan kelahiran anak perempuan, merah
padam (sangat malu)lah wajahnya dan ia sangat
bersedih (marah). Ia menyembunyikan dirinya
dari orang banyak disebabkan buruknya berita
itu, (ia berpikir) apakah ia memeliharanya
dengan menanggung kehinaan, atau
menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup).
Ketahuilah alangkah buruk apa yang mereka
lakukan itu (QS.Al-Nahl [16]:58).
6) Dari segi pemilikan dan pengurusan harta. Al-
Qur’an memberlakukan penetapan hak pemilikan

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 70


dan pembelanjaan atas harta bagi kaum
perempuan seperti ketetapan kepada kaum laki-
laki, yang sebelumnya merupakan monopoli dan
kewenangan suami terhadap harta isteri,
sebagaimana pesan Allah: Bagi laki-laki ada
bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi
perempuan ada bagian dari apa yang mereka
usahakan (QS.Al-Nisa [4]:32).
7) Dari segi warisan. Al-Qur’an memberi hak waris
kepada perempuan dan laki-laki, di mana
sebagian besar terdiri dari ahli waris perempuan
yakni isteri, anak perempuan, saudara perempuan
sekandung, saudara perempuan seayah, saudara
perempuan seibu, cucu perempuan, ibu, dan
nenek, sementara ahli waris lak-laki adalah
suami, ayah, kakak laki-laki, dan saudara laki-
laki seibu. Allah berfirman: Bagi laki-laki ada
hak dari harta peninggalan orangtua dan
kerabatnya, dan bagi perempuan ada hak bagian
pula dari harta peninggalan orangtua dan
kerabatnya, sedikit atau banyak menurut bagian
yang telah ditetapkan (QS.Al-Nisa [4]:7).

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 71


8) Dari segi persamaan hukum. Al-Qur’an telah
menegaskan tentang aturan perceraian (QS.Al-
Maidah [5]:38), larangan zina (QS.Al-Nur
[24]:2), larangan memperolok (QS.Al-Hujurat
[49]:11), etika pergaulan suami isteri (QS.Al-
Baqarah [2]:187), anjuran menahan pandangan
(QS.Al-Nur [24]:30-31), dan lain-lain.
9) Dari segi kewajiban. Al-Qur’an telah menuntut
perempuan dan laki-laki untuk mewujudkan
kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) dengan
melakukan kerja-kerja positif (Q.S.Al-Nahl
[16]:71). Untuk tujuan ini, perempuan dan laki-
laki bahu membahu, membantu satu sama lain
(Q.S.Al-Thaubah [9]:71).
10) Dari segi mendapat balasan. Al-Qur’an telah
menegaskan bahwa perempuan dan laki-laki
memiliki hak yang sama untuk memperoleh
penghargaan/balasan yang layak atas kerja-kerja
yang dilakukan (Q.S.Al-Ahzab [33]:35).
Dengan membentangkan beberapa bukti
firman Allah yang mengakui eksistensi kemanusiaan
perempuan dan laki-laki seperti tersebut di atas,

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 72


kiranya dapat meluruskan pemahaman dan asumsi
yang selama ini misoginis dan bias dalam
mencitrakan perempuan. Dengan pemahaman yang
benar terhadap eksistensi kemanusiaan perempuan
dan laki-laki, kita mampu menghadapi berbagai
stereotip yang salah dan pencitraan yang bias.
Untuk memahami psikologi perempuan
berperspektif Islam harus dikembalikan secara
normatif kepada yang diidealisasikan dalam al-
Qur’an dan harus berusaha memahaminya secara
“kritis” dan proporsional, terbebas dari tendensi
negatif dan misoginis, agar dapat menangkap pesan
moral al-Quran dalam prinsip keadilan untuk
manusia, sebagai pencerminan dari seberkas cahaya
keadilan Allah yang Maha Adil.

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 73


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil Maklah ini penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan karakter adalah proses
menanamkan karakter tertentu sekaligus
memberi benih agar peserta didik mampu
menumbuhkan karakter khasnya pada saat
menjalankan kehidupan. Dengan kata lain,
peserta didik tidak hanya memahami pendidikan

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 74


sebagai bentuk pengetahuan, namun juga
menjadikan sebagai bagian dari hidup dan
secara sadar hidup berdasarkan pada nilai
tersebut.
2. Pendidikan karakter yang berbasis Al Qur’an dan
Assunnah, gabungan antara keduanya yaitu
menanamkan karakter tertentu sekaligus memberi
benih agar anak mampu menumbuhkan karakter
khasnya pada saat menjalani kehidupannya
3. Karakteristik Islam Nusantara salah satunya yaitu
dalam penyebarannya.Penyebaran dan
perkembangan Islam di Nusantara terjadi melalui
sistem perdagangan yang dimana para
pedagangnya juga berperan sebagai pengemban
dakwah Islam, serta peran aktif kekhilafahan
Utsmany yang mengirimkan para pengemban
dakwah untuk masuk ke Nusantara, sehingga
pengaruh risalah Islam 71 menyebar luas ke
seluruh Nusantara2 .
4. Profil RA Kartini
Latar Belakang Keluarga RA Kartini. Raden
Ajeng Kartini pada tanggal 21 April 1897 (28

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 75


Rabingulahir 1808), wafat pada tanggal 17
september 1904 (7 Rajab 1834). Ia lahir dari
keluarga ningrat putra R.M.A.A. Sosroningrat,
Bupati Jepara, putra pangeran Ario
Tjondronegoro IV, Bupati Demak.
5. Psikologis Perempuan dalam Perspektif Islam
Perempuan adalah manusia sebagaimana laki-
laki. Islam memberi hak-hak kepada perempuan
seperti yang diberikan kepada laki-laki dan
membebankan kewajiban yang sama kepada
keduanya, kecuali terdapat dalil syara yang
memberi tuntutan dan tuntunan khusus untuk
perempuan dan laki-laki, yang jumlahnya sangat
sedikit, dan kebanyakan dalil syara tidak
diciptakan khusus untuk perempuan atau khusus
untuk laki-laki, melainkan untuk keduanya.

B. Saran
Demikian makalah yang penulis sajikan,
penulis menyadari makalah ini kurang sempurna
oleh karena itu, kritik dan saran yang kontruktif

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 76


dari pembaca sangat kami harapkan untuk
krsempurnaan makalah ini.

KUMPULAN PUISI R.A KARTINI

1. Puisi Hari Kartini

Engkau seperti cahaya senja


Yang hadir memberikan penerangan
Engkau laksana lentera
Penerang semua kegelapan

Langkah engkau adalah masa depanku


penentu kehidupan Mutu

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 77


Perjuangan engkau laksana jalan
Untuk mencapai masa depan cerah

21 April kita rayakan kemenangan


Beribu kata dalam satu ungkapan
Harapanku adalah impianmu
Di tengah rosanya badai kehidupan

2. Putri Bangsa
Jiwa yang diadiluhungkan Tuhan
Seorang putri yang muncul dari suatu pandangan
Menantang adat demi kemajuan
Engkaulah putri bangsa

Ibu kita Kartini


Ibu yang menumbuhkan kesetaraan
Ibu yang berjuang tentang kesamaan

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 78


Tak mau dilihat lemah
Ibu kita bercita kemandirian

Ibu Kita Kartini


Ibu yang berbudi menata kehidupan
Menjalani masa dengan impian dan cita
Supaya putri bangsa tidak cuma penghias
Tak cuma pemandangan
Namun juga,
Pejuang perubahan bangsa

3. Puisi Pahlawan Bangsa R.A Kartini


Namamu kekal ditangan masa
Atas jasa, impian serta asa
Menyangking kaum permepuan pada kemerdekaan
dialah wahai sang putri bangsa

Tidak peduli jiwa yang lemah


Tetap mendayung tanpa mengeluh

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 79


Hingga kehendak berubah cita
Agar Perempuan tetap menjadi manusia

kodrat tetaplah qodrat


Tetapi jiwa tidak bisa dilarang
Seperti itulah cinta dibalik seni Tuhan
Tak akan berakhir kedepan meski terus berperang

Engkau adalah pahlawan bangsa


Yang yakin terhadap kekuatan Tuhan
Habis gelap terbitlah terang
takan terbenam sebuah ambisi

Jasamu indah tertulis dengan tinta emas sang sejarah


Nammu diingat setiap manusia nusantara

4. Emansipasi Wanita Indonesia


Raden Ajeng Kartini
Engkau lahir di masa penjajahan
Besar menajdi sosok wanita yang anggun
berwajah cantik serta berakal budi yang baik

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 80


Kebaikanmu menjelajah dunia
Membawa dunia digenggaman perempuan
Supaya sejajar dengan kaum adam
Engkau yang memperjuangkn derajat wanita

Untuk perempuan yang terbelenggu


Terkurung oleh jiwa yang terpenjara
Kau lepaskan mereka dengan ilmumu
Engkau bela terus kaum wanita

5. Penerang di Kegelapan
Hidup kami kala itu gelap dan tak tahu arah
Seperti seekor kerbau yang tunduk dengan tuannya
Dibawa kemanapun kami bersedia
Meksi hati nurani kami menolak
Namun, kami tak bisa berbuat apa-apa

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 81


Jangankan untuk menjadi wanita pekerja
Belajar membaca saja sudah bagai neraka
Karena kala itu kami tak diperbolehkan
Namun…

Berkat jasa dan perjuangan mu


Kami wanita yang selalu ditindas
Menatap ke depan pun tak sanggup
Jangankan memiliki cita-cita
Membayangkan nya saja kami tak bisa
Namun…..

Berkat jasa dan perjuangan mu


Kau setarakan kami di mata dunia
Kau jadikan kami wanita pemberani yang bisa
menggapai cita tanpa takut
Demi untuk memajukan bangsa

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 82


Terima kasih Kartini ku
Jasamu
Pengorbananmu
Akan ku ingat selalu

6. Di kala Mentari Tampakkan Sinarnya


Di kala mentari tampakkan sinarnya
Menandakan hari ini sudah berubah
Kami bukan wanita dulu yang bisa ditindas
Kini kami adalah wanita yang baru

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 83


Wanita yang penuh dengan keberanian
Wanita yang ingin terus belajar dan menggapai masa
depan
Kami adalah kartini muda
Yang siap berjuang untuk bangsa

Tanpa rasa takut


Tanpa nyali yang ciut
Karena kami setara di mata dunia
Jika kalian berani menindas kami

Kami siap melawan di garis paling depan


Karena kami bukan wanita yang dulu
Berkat perjuangan ibu Kartiniku

7. Kami Kartini Muda


Jika dahulu perempuan hanya diam di huniannya
Atau hanya menjadi budak di istananya sendiri
Maka kali ini semua sudah berubah

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 84


Semenjak kau perjuangkan hak-hak kami di dunia
Kau bosan melihat ketidakadilan pada kaummu sendiri
Yang dahulu hanya dipandang sebelah mata
Sosok mu lah yang berhasil mengubah segalanya

Menciptakan kartini-kartini muda penerus bangsa


Karena perjuanganmu dahulu
Kini kami masih bisa merasakannya
Terima kasih ku ucapkan padamu

Berkat jasamu
Kini kami bisa bernapas lebih lega

8. Berkat Dia
Harum Namanya
Sehebat apapun wanita di dunia ini
Tak ada yang lebih hebat dibandingkan dengan dirimu
Secantik apapun wanita saat ini

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 85


Tak ada yang melebihi cantik mu
Karena cantik mu itu tulus
Karena hebatmu itu luar biasa
Kami sebagai wanita bukanlah apa-apa jika tanpa
dirimu

Mungkin saja kami masih di rumah dan tak bisa


kemana-mana
Namun lihatlah

Berkatmu
Berkat usahamu
Berkat kerja kerasmu
Kini semua wanita bisa melakukan apa saja yang
diinginkan

Bisa menggapai cita seperti apa yang diinginkan


Bahkan negara ini juga sempat dipimpin oleh wanita
Lihatlah Ibu Kartini

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 86


Meskipun engkau telah tiada
Namun harum namamu akan abadi selamanya

9. Sang Inspirasi
Habis gelap terbitlah terang
Itulah semboyanmu
Tanpa ada sekat antara kita dan mereka
Kau menghapus semua sekat itu

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 87


Kau tunjukkan pada dunia
Tak ada beda antara wanita dan pria
Kau korbankan jiwa dan raga
Hidup dan mati demi keadilan kaummu

Dengan penuh semangat yang membara


Kau tunjukkan bahwa kami ini bisa
Usaha da semangatmu yang tak pernah padam
Meskipun cacian yang terus menerjang

Dengan semangat kau terus bertahan


Untuk menghancurkan sekat pembatas
Untuk selamanya

Kini hasilmu berbuah manis


Kini kaummu lebih dihargai
Kaummu memperoleh keadilan yang kau inginkan
Karena hal itulah kau menjadi inspirasi setiap
perempuan

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 88


Kau adalah inspirasi bagi wanita di seluruh negeri
Kau adalah ibu kita
Terima kasih atas jasamu
Yang menjadikan kami wanita yang lebih kuat

Menjadikan kami wanita yang lebih hebat


Terima kasih Ibu Kartini
Doa kami selalu menyertai

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 89


10. Kesatria Wanita
Hujan belum berhenti

Kabut tebal masih menyelimuti

Budaya pilih kasih di negeri ini

Menjadikan hak wanita dibatasi

Tangsi selalu mengalir di pipi

Tak ada satupun yang peduli

Meski menangis merintih

Mereka menutup telinga seolah tuli

Wanita dikurung

Wanita dilarung

Wanita dikungkung

Wanita tempurung

Lemah tak memiliki daya

Melawan pun tak akan bisa

Pasrah menerima semua yang ada

Menerima berbagai macam tubian siksa

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 90


Kini semua itu telah sirna

Karena hadirnya sosok ksatria

Seorang Kartini yang Mulia

Berjuang untuk kaumnya

Kini perempuan terlepas

Bebas tanpa ada batas

Setara dan telah merdeka

Kini tak ada luka lagi

Duka tak akan kembali

Semuanya kini telah sirna

Tergantikan dengan senyum di pipi

Inilah hasilnya

Hasil jerih payahnya

Jerih payah yang menggelora

Kaulah ksatria wanita

Raden Ajeng Kartini

Kau Adalah Inspirasi

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 91


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Dian Andayani. Pendidikan Karakter


dalam Perspektif Islam. (Bandung: Insan Cita
Utama, 2010).
Ahmadi & Ubhiyati, Ilmu Pendidikan,(Jakarta: Rineka
Cipta: 2007).
tentang Sisdiknas.
Achmad Syafrizal, “Sejarah Islam Nusantara,” Islamuna,
2015.
Ani Nur Aeni, Pendidikan Karakter Untuk Siswa SD,
Publikasi Online: http://jurnal.upi.edu/mimbar-
sekolah-dasar/, PGSD Kelas Universitas
Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang.

Arel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam Di


Indonesia, n.d.

Bambang Q-Anees dan Adang Hambali, Pendidikan


Karakter Berbasis Al-Qur’an
(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009), h.
108-110.

Deny Setiawan, Peran Pendidikan Karakter Dalam


Mengembangkan Kecerdasan Moral
Dharma Kesuma, et.al, Pendidikan Karakter Kajian
Teori dan Praktik di Sekolah

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 92


Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter: Strategi
Mendidik Anak di Zaman Modern. (Jakarta:
Grasindo, 2007), h. 80Heri Gunawan,
Pendidikan Karakter Konsep dan
Implementasi. (Bandung: Alfabeta, 2012).
Jurnal Pendidikan Karakter: FIS Universitas Negeri
Medan, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013.
Khabibi Muhammad Luthfi, ―Islam Nusantara : Relasi
Islam Dan Budaya Lokal‖ 1 (2016): 1–
Khoirurrijal, “Islam Nusantara Sebagai Counter
Hegemoni Melawan Radikalisme Agama,”
AKADEMIKA: Jurnal Pemikiran Islam, 2017

Koesoema, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik


Anak di Zaman Global, (Jakarta: PT.Grasindo,
2010).

Luqman Nurhisam and Mualimul Huda, “Islam


Nusantara: A Middle Way?,” QIJIS (Qudus
International Journal of Islamic Studies), 2016.
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008)
Muslih Masnur, Pendidikan Karakter Menjawab
Tantangan Krisis Multidimensional,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011).

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 93


Pendidikan Karakter KI Hadjar Dewantara: Studi Kritis
Pemikiran Karakter dan Budi Pekerti Dalam
Tinjauan Islam Profetika, Jurnal Studi Islam, Vol.
16, No. 2, Desember 2015.

Sri Narwanti, Pendidikan karakter: Pengintegrasian


18 Pembentukan Karakter dalam Mata Pelajaran
(Yogyakarta: Familia, 2011).

Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter


(Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2013).

UU RI Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU


RI No. 20 Tahun 2003

Yahya Khan. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi


Diri: Mendongkrak Kualitas Pendidikan. (Yogyakarta:
Pelangi Publishing, 2010).

Zainal Aqid dan Sujak, Panduan & Aplikasi


Pendidikan Karakter (Bandung: Yrama Widya, 2011).
Zainul Miftah, Implementasi Pendidikan Karakter
Melalui Bimbingan dan Konseling
(Surabaya: Gena Pratama Pustaka, 2011).
Zulnuraini: Pendidikan Karakter: Konsep,
Implementasi Dan Pengembangannya di Sekolah
Dasar di Kota Palu Jurnal DIKDAS, Dosen Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNTAD, No.1, Vol.1,
September 2012.

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 94


(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011).

Pendidikan Karakter Perempuan Nusantara| 95

Anda mungkin juga menyukai