Anda di halaman 1dari 3

ُ‫ التَّ ْوبَة‬:‫الرا ِب ُع‬ ُ َ‫ا ْلب‬

َّ ‫اب‬
BAB 4: TAUBAT

Tabiat seorang manusia ialah selalu terjerumus dalam kesalahan dan perbuatan dosa,
hampir tidak mungkin seorang manusia selamat dari kesalahan dan maksiat sekecil apapun.
Berkaitan dengan hal tersebut, Rasulullah SAW bersabda:

َ )‫( ُك ُّل بَنِى آ َد َم َخ َّطا ٌء َو َخي ُْر ا ْل َخ َّطائِي َْن التَّ َّوابُ ْو َن‬
_‫_ر َواهُ اِ ْبنُ َماجه‬
(Setiap keturunan Adam pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang selalu
bertaubat.) _HR. Ibnu Majah_
Manusia bersifat lemah, pelupa, dzolim kepada diri sendiri, dan mudah terjerumus dalam
dosa. Namun Allah Ta’ala dengan kelembutan dan kasih sayang-Nya telah mensyariatkan
manusia untuk bertaubat dari segala dosa. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi manusia untuk
terus menerus berkubang dalam kemaksiatan dan kemungkaran, karena Allah Maha Menerima
taubat.

‫َما ِه َي التّ ْوبَةُ ؟‬


Apa itu Taubat?

ُّ )ً‫التّ ْوبَةُ (لُغَة‬


ُ‫الر ُج ْوع‬
Taubat (secara bahasa) adalah kembali

.‫ع إِلَى هللاِ بَ ْع َد َم ْع ِصيَّتِ ِه‬ ُّ )‫َو (اِص ِْط ََل ًحا‬
ُ ‫الر ُج ْو‬
Dan (secara istilah) kembali kepada Allah setelah ia bermaksiat.
Taubat adalah kewajiban atas setiap mukmin dalam setiap kesempatan, dan dari semua dosa baik
yang kecil maupun besar, yang serius maupun yang sepele. Allah ‘azza wa jalla telah
memerintahkan kita untuk bertaubat, dengan berfirman :
َ ‫ون لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح‬
‫ون‬ َّ ‫َوتُوبُ ٓو ۟ا ِإلَى‬
َ ُ‫ٱَّللِ َج ِميعًا أَيُّهَ ٱ ْل ُم ْؤ ِمن‬
dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung. (QS. An-Nuur : 31)
Jalan untuk bertaubat adalah beristiqomah dalam ketaatan kepada Allah, meninggalkan maksiat,
dan tidak mengulangi kesalahan. Maka pengakuan seorang hamba atas dosa-dosanya saja tidak
cukup, jika dibarengi dengan terus-menerus terjerumus ke dalam dosa. Ia harus bertaubat kepada
Rabb-Nya dan mencurahkan kesungguhannya dalam taubat itu, serta memperbanyak amal-amal
sholih, karena sesungguhnya amalan kebaikan akan menghapus kesalahan, dan Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan mensucikan dirinya (dari dosa). Allah Ta’ala berfirman:

‫ت‬
ِ ‫س ِيّـَٔا‬ ِ َ‫س َٰن‬
َّ ‫ت يُ ْذ ِهب َْن ٱل‬ َ ‫إِ َّن ٱ ْل َح‬
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan
yang buruk. (QS. Hud: 114)
َ ‫ب ٱ ْل ُمتَ َط ِّه ِر‬
‫ين‬ َ ‫ٱَّلل يُ ِح ُّب ٱلتَّ َٰ َّو ِب‬
ُّ ‫ين َويُ ِح‬ َ َّ ‫ِإ َّن‬
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri. (QS. Al-Baqoroh: 222)

ُ‫ط ِص َّح ِة التَّ ْوبَة‬


ُ ‫ش ُُر ْو‬
Syarat Sahnya Taubat.
Taubat adalah salah satu kebaikan yang paling agung, tetapi tidak akan sah dan diterima sampai
terpenuhi syarat-syarat berikut ini:

ْ .1
ُ ‫اإلخ ََل‬
‫ص‬
1. Ikhlas.
Hendaknya seseorang ketika bertaubat tidak diniatkan untuk mencapai sebuah kedudukan
(pujian) di hadapan manusia, atau karena takut dengan celaan manusia. Namun hendaknya ia
bertaubat dengan niat untuk menggapai ampunan dan Ridho Allah Ta’ala, dan selamat dan adzab
dan hukuman dari Allah atas dosa-dosanya.

‫ النَّ ْد ُم‬.2
2. Menyesali kesalahannya
Mengakui dosa-dosanya, menyesalinya, merasa sedih karenanya dan meratapinya, serta
berangan-angan seandainya dirinya tidak pernah melakukan dosa tersebut.
ُ‫ اإل ْق ََلع‬.3
3. Menahan diri (dari bermaksiat)
Meninggalkan dosa dengan segera serta tidak menunda-nunda untuk bertaubat. Tidak sah
taubat sesorang yang disertai dengan terus melakukan dosa, bahkan taubat yang disertai dengan
terus melakukan dosa termasuk dalam perbuatan penghinaan dan merendahkan agama.

‫ع َد ُم ا ْلعَ ْو َد ِة‬
َ .4
4. Tidak kembali (mengulang) dosa-dosanya
Berkomitmen untuk tidak kembali kepada perbuatan dosa di masa yang akan datang dan
untuk selamanya. Apabila dia kembali melakukan dosa di masa depan setelah berkomitmen
untuk tidak mengulangi, maka taubatnya yang pertama tidaklah rusak, namum wajib baginya
untuk memperbarui taubatnya.

ُ َ‫ار َواإل ْكث‬


ِ ‫ار ِم ْن فِ ْع ِل الصَّا ِل َحا‬
‫ت‬ ُ َ‫ستِ ْغف‬
ْ ‫ اإل‬.5
5. Beristighfar dan memperbanyak berbuat keshalihan
Hendaknya sesorang banyak beristighfar kepada Allah dari perbuatan dosa dan kesalahan
yang telah ia akui tersebut, dengan istighfar yang sungguh-sungguh dan dilakukan setiap saat.
Juga memohon kepada Allah untuk menghapus pengaruh-pengaruh buruk pada dirinya, hingga ia
menjadi bersih seakan-akan tidak pernah melakukan dosa tersebut.

ِ ‫ فِ ْي َو ْق‬.6
‫ت قُبُ ْو ِل التَّ ْوبَ ِة‬
6. Pada waktu diterimanya taubat
Taubat harus dilakukan sebelum datang waktu/keadaan dimana taubatnya terlambat
untuk diterima, yaitu telah datangnya ajal (dicabutnya ruh) dan terbitnya matahari dari barat.
Apabila sesorang masih mempunyai dosa sampai datangnya 2 waktu tersebut kemudian ia
bertaubat, maka tidak akan diterima taubatnya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai