Anda di halaman 1dari 5

MENJAGA LISAN AGAR SELALU BERBICARA BAIK

Allah berfirman :
َ ‫ِيدايُصْ لِحْ َل ُك ْم َأعْ َمالَ ُك ْم َو َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم ۗ َو َمن يُطِ ِع هَّللا َ َو َرسُولَ ُه َف َق ْد َف‬
‫از َف ْو ًزا َعظِ يمًا‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
ً ‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َوقُولُوا َق ْواًل َسد‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa
mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab :
70-71]

Dalam ayat lain disebutkan.

‫ض ُكم َبعْ ضًا ۚ َأ ُيحِبُّ َأ َح ُد ُك ْم َأن َيْأ ُك َل لَحْ َم َأخِي ِه َم ْي ًتا‬


ُ ْ‫الظنِّ ِإ ْث ٌم ۖ َواَل َت َج َّسسُوا َواَل َي ْغ َتب بَّع‬
َّ ‫ض‬ َّ ‫ِين آ َم ُنوا اجْ َت ِنبُوا َكثِيرً ا م َِّن‬
َ ْ‫الظنِّ ِإنَّ َبع‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
‫َف َك ِرهْ ُتمُوهُ ۚ َوا َّتقُوا هَّللا َ ۚ ِإنَّ هَّللا َ َتوَّ ابٌ رَّ حِي ٌم‬

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian
tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12]

Allah juga berfirman.


ُ ‫ال َقعِي ٌد مَّا َي ْلف‬
‫ِظ مِن‬ ِ ‫ِين َو َع ِن ال ِّش َم‬ ِ ‫ان َو َنعْ لَ ُم َما ُت َوسْ ِوسُ ِب ِه َن ْف ُس ُه ۖ َو َنحْ نُ َأ ْق َربُ ِإلَ ْي ِه مِنْ َحب ِْل ْال َو ِري ِد ِإ ْذ َي َتلَ َّقى ْال ُم َتلَ ِّق َي‬
ِ ‫ان َع ِن ْال َيم‬ َ ‫َولَ َق ْد َخلَ ْق َنا اِإْل‬
َ ‫نس‬
‫َق ْو ٍل ِإاَّل لَدَ ْي ِه َرقِيبٌ َعتِي ٌد‬

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya,
dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal
perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun
yang diucapkannya melainkan di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadirs” [Qaf : 16-18]

Begitu juga firman Allah Ta’ala.

‫ت ِبغَ ي ِْر َما ْاك َت َسبُوا َف َق ِد احْ َت َملُوا ُب ْه َتا ًنا َوِإ ْثمًا م ُِّبي ًنا‬
ِ ‫ِين َو ْالمُْؤ ِم َنا‬ َ ‫ِين يُْؤ ُذ‬
َ ‫ون ْالمُْؤ ِمن‬ َ ‫َوالَّذ‬
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka
perbuat, maka sesunguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” [Al-Ahzab : 58]

Dala kitab Shahih Muslim hadits no. 2589 disebutkan.

َ ‫ك َأ َخأ‬
ْ‫ك ِب َما َي ْك َرهُ قِي َل اَ َف َراَيْتَ ِإن‬ َ ‫ ِذ ْك ُر‬: ‫ُون َما ْالغِي َب ُة َقالُوا هَّللا ُ َو َرسُولُ ُه َأعْ لَ ُم َقا َل‬ َ ‫ َأ َت ْدر‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل‬ َ ِ ‫َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا‬
‫ِاغ َت ْب َت ُه َوِإنْ لَ ْم َي ُكنْ فِ ْي ِه َف َق ْد َب َه َت ُه‬ َ ‫ان فِي َأخِي َما َأقُو ُل َقا َل ِإنَّ َك‬
ْ ‫ان فِ ْي ِه َما َتقُو ُل َف َقد‬ َ ‫َك‬
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada
para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih
mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak
dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?”
Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila
apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya”

Allah Azza wa Jalla berfirman.


‫ان َع ْن ُه َمسْ ُئواًل‬ َ ‫ص َر َو ْالفَُؤ ا َد ُك ُّل ُأو ٰلَِئ‬
َ ‫ك َك‬ َ ‫ك ِب ِه عِ ْل ٌم ۚ ِإنَّ ال َّس ْم َع َو ْال َب‬ َ ‫َواَل َت ْقفُ َما لَي‬
َ َ‫ْس ل‬
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban” [Al-Israa : 36]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.
‫واو َي ْك َرهُ لَ ُك ْم قِ ْي َل‬ َ ‫ضى لَ ُكم َثالَ ًثا َو َي ْك َرهُ لَ ُك ْم َثالَ ًثا َف َير‬
َ ُ‫ضى لَ ُك ْم َأنْ َتعْ ُبدُوهُ َوالَ ُت ْش ِر ُكوا ِب ِه َس ْيًئ ا َوَأنْ َتع َتصِ مُوا ِب َحب ِْل هَّللا ِ َجمِيعً ا َوالَ َت َفرَّ ق‬ َ ْ‫ِإنَّ هَّللا َ َير‬
‫ال‬ ْ
ِ ‫ضا َع ِة ال َم‬ َ ‫ال َوِإ‬ ِ ‫َو َقا َل َو َك ْش َر َة السَُّؤ‬

“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah
meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta
berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah
membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak
berfaedah) serta menyia-nyiakan harta” [1]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
‫ُأل‬
ِ ‫ َو ْا ُذ َن‬،ُ‫ان ِز ْي َنا ُه َما ال َّن َظر‬
‫ َو ْال َي ُد‬،‫ َواللِّ َسانُ ِز ْي َناهُ ْال َكالَ ُم‬،ُ‫ان ِز ْي َنا ُه َما االسْ ِت َماع‬ ِ ‫ َف ْال َع ْي َن‬،َ‫ك َذل َِك الَ َم َحااَة‬ ِّ ‫ْن آدَ َم َنصِ ْي ُب ُه م َِن‬
ُ ‫ م ُْد ِر‬،‫الز َنا‬ ِ ‫ِب َعلَى اب‬
َ ‫ُكت‬
ِّ ْ َ ْ ْ َ ْ ْ ْ
َ ‫ َوي‬،‫ َوال َقلبُ َيه ِْوى َو َي َت َم َّنى‬،‫ َوالرِّ جْ ُل ِز ْي َنا َها ال ُخطا‬، ُ‫ِز ْينِا َها ال َبطش‬
َ ِ‫ُص ِّد ُق ذل‬
‫ك ال َفرْ ُج َو ُي َكذ ُب ُه‬

“Setiap anak Adam telah mendapatkan bagian zina yang tidak akan bisa dielakkannya. Zina pada mata
adalah melihat. Zina pada telinga adalah mendengar. Zina lidah adalah berucap kata. Zina tangan adalah
meraba. Zina kaki adalah melangkah. (Dalam hal ini), hati yang mempunyai keinginan angan-angan, dan
kemaluanlah yang membuktikan semua itu atau mengurungkannya” [2]

Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no.10 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu
bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

َ ‫ْالمُسْ لِ ُم َمنْ َسلِ َم ْالمُسْ لِم‬


‫ُون مِنْ ِل َسا ِن ِه َو َي ِد ِه‬

“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”

Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Muslim no.64 dengan lafaz.

َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأيِّ ْالمُسْ لِ ِمي َْن َخيْرً َقا َل َمنْ َسلِ َم ْالمُسْ لِم‬
‫ُون مِنْ ِل َسا ِن ِه َو َي ِد ِه‬ َ ِ ‫ِإنَّ َر ُجالً َسَأ َل َرسُو َل هَّللا‬
“Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah orang
muslim yang paling baik ?’Beliau menjawab, “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari
gangguan lisan dan tangannya”.

Hadits diatas juga diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir hadits no. 65 dengan lafaz seperti yang
diriwayatkan oleh Bukhari dari Abdullah bin Umar.

Al-Hafizh (Ibnu Hajar Al-Asqalani) menjelaskan hadits tersebut. Beliau berkata, “Hadits ini bersifat umum
bila dinisbatkan kepada lisan. Hal itu karena lisan memungkinkan berbicara tentang apa yang telah lalu,
yang sedang terjadi sekarang dan juga yang akan terjadi saat mendatang. Berbeda dengan tangan.
Pengaruh tangan tidak seluas pengaruh lisan. Walaupun begitu, tangan bisa juga mempunyai pengaruh
yang luas sebagaimana lisan, yaitu melalui tulisan. Dan pengaruh tulisan juga tidak kalah hebatnya dengan
pengaruh tulisan”.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa’id bahwa Rasulullah
bersabda.

‫َمنْ َيضْ مَنَّ لِي َما َبي َْن لِحْ َي ْي ِه َو َما َبي َْن ِرجْ لَ ْي ِه َأضْ َمنْ لَ ُه ْال َج َّن َة‬

“Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya
dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga”

Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut, sedangkan apa yang ada di
antara kedua kakinya adalah kemaluan.

Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no. 6475 dan Muslim dalam kitab Shahihnya no. 74 meriwayatkan hadits
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.
ْ ‫ان يُْؤ مِنُ ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْو ِم ْاآلخ ِِر َفل َيقُ ْل َخيْرً ا َأ ْو ِل َيصْ م‬
‫ُت‬ َ ‫َو َمنْ َك‬
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”

Imam Nawawi berkomentar tentang hadits ini ketika menjelaskan hadits-hadits Arba’in. Beliau
menjelaskan, “Imam Syafi’i menjelaskan bahwa maksud hadits ini adalah apabila seseorang hendak
berkata hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika diperkirakan perkataannya tidak akan membawa
mudharat, maka silahkan dia berbicara. Akan tetapi, jika diperkirakan perkataannya itu akan membawa
mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka hendaknya dia tidak usah berbicara”.
Sebagian ulama berkata, “Seandainya kalian yang membelikan kertas untuk para malaikat yang mencatat
amal kalian, niscaya kalian akan lebih banyak diam daripada berbicara”.

Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti berkata dalam kitabnya Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala
hal. 45, “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara. Hal itu karena betapa banyak
orang yang menyesal karena bicara, dan sedikit yang menyesal karena diam. Orang yang paling celaka dan
paling besar mendapat bagian musibah adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan
pikirannya tidak mau jalan”.

Beliau berkata pula di hal. 47, “Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua
telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi
mulut hanya satu adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Seringkali orang
menyesal di kemudian hari karena perkataan yang diucapkannya, sementara diamnya tidak akan pernah
membawa penyesalan. Dan menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah dari
pada menarik perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Hal itu karena biasanya apabila seseorang tengah
berbicara maka perkataan-perkataannya akan menguasai dirinya. Sebaliknya, bila tidak sedang berbicara
maka dia akan mampu mengontrol perkataan-perkataannya.

Beliau menambahkan di hal. 49, “Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia
hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut
bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam.
Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang
ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap
agamanya”.

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6477 dan Muslim dalam kitab
Shahihnya no. 2988 [3] dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda.

ِ ‫ارَأ ْب َع َد َما َبي َْن ْال َمسْ ِر ِق َو ْال َم ْغ ِر‬


‫ب‬ ِ ‫ِإنَّ ْال َعبْدَ لَ َي َت َكلَّ ُم ِب ْال َك ِل َم ِة َما َي َت َبيَّنُ َما ِف ْي َها َيه ِْوى ِب َها فِي ال َّن‬
“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-
dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur
dengan barat”

Masalah ini disebutkan pula di akhir hadits yang berisi wasiat Nabi kepada Muadz yang diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi no. 2616 yang sekaligus dia komentari sebagai hadits yang hasan shahih. Dalam hadits tersebut
Rasulullah bersabda.

‫ار َعلَى وُ جُوه ِِه ْم َأ ْو َع َل َم َنا خ ِِر ِه ْم ِإالَّ َحصَاِئ ُد َأ ْلسِ َنت ِِه ْم‬ َ ‫َو َه ْل َي ُكبُّ ال َّن‬
ِ ‫اس فِي ال َّن‬
“Bukankah tidak ada yang menjerumuskan orang ke dalam neraka selain buah lisannya ?”

Perkataan Nabi di atas adalah sebagai jawaban atas pertanyaan Mu’adz.

َ ‫َيا َنبِّيَّ هَّللا ِ َوِإ َّنا َل ُمَؤ ا َخ ُذ‬


‫ون ِب َما َن َت َكلَّ ُم ِب ِه‬

“Wahai Nabi Allah, apakah kita kelak akan dihisab atas apa yang kita katakan ?”

Al-Hafidz Ibnu Rajab mengomentari hadits ini dalam kitab Jami’ Al-Ulum wa Al-Hikam (II/147), “Yang
dimaksud dengan buah lisannya adalah balasan dan siksaan dari perkataan-perkataannya yang haram.
Sesungguhnya setiap orang yang hidup di dunia sedang menanam kebaikan atau keburukan dengan
perkataan dan amal perbuatannya. Kemudian pada hari kiamat kelak dia akan menuai apa yang dia tanam.
Barangsiapa yang menanam sesuatu yang baik dari ucapannya maupun perbuatan, maka dia akan
menunai kemuliaan. Sebaliknya, barangsiapa yang menanam Sesuatu yang jelek dari ucapan maupun
perbuatan maka kelak akan menuai penyesalan”.

Beliau juga berkata dalam kitab yang sama (hal.146), “Hal ini menunjukkan bahwa menjaga lisan dan
senantiasa mengontrolnya merupakan pangkal segala kebaikan. Dan barangsiapa yang mampu menguasai
lisannya maka sesungguhnya dia telah mampu menguasai, mengontrol dan mengatur semua urusannya”.

Kemudian pada hal. 149 beliau menukil perkataan Yunus bin Ubaid, “ Seseorang yang menganggap bahwa
lisannya bisa membawa bencana sering saya dapati baik amalan-amalannya”.

Baca Juga  Fenomena Tahdzir, Cela-Mencela Sesama Ahlus Sunnah Dan Solusinya

Diriwayatkan bahwa Yahya bin Abi Katsir pernah berkata, “Seseorang yang baik perkataannya dapat aku
lihat dari amal-amal perbuatannya, dan orang yang jelek perkataannya pun dapat aku lihat dari amal-amal
perbuatannya”.

Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2581 dari Abu Hurairah Rasulullah
bersabda.

‫اع َقا َل َرسُو َل هَّللا ِ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْال ُم ْفلِسُ مِنْ ُأم َِّيي َمنْ َيْأتِي َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة‬ َ ‫اال ُم ْفلِسُ فِ ْي َنا َيا َرسُو َل هَّللا ِ َمنْ الَ دِرْ َه َم لَ ُه َوالَ َم َت‬
ْ ‫ُون َما ْال ُم ْفلِسُ َقالُ ْو‬ َ ‫َأ َت ْدر‬
ْ‫ب َه َذا َفيُعْ َطى َه َذا مِنْ َح َي َنا ِت ِه َو َه َذا مِنْ َح َس َنا ِت ِه َفِإن‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫ك دَ َم َه َذا َو‬َ ‫ف َه َذا َواَ َكالَ َما َل َه َذا َو َس َف‬ َ ‫صالَ ِت ِه ً ِوصِ َيا ِم ِه ِو َز َكا ِت ِه َو َيأتِي َق ْد َش َت َم َه َذا َو َق َذ‬
َ ‫ِب‬
‫ار‬ ‫ن‬َّ ‫ال‬ ‫ِي‬ ‫ف‬ ‫ح‬
َ ‫ر‬‫ط‬ُ ‫م‬
َّ ُ
‫ث‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬ْ َ ‫ل‬‫ع‬َ ْ
‫ت‬ ‫ح‬َ ‫ر‬ ُ
‫ط‬ َ
‫ف‬ ‫ُم‬
‫ه‬ ‫ا‬ ‫ي‬
َ ‫ا‬‫ط‬َ َ
‫خ‬ ْ‫ِن‬
‫م‬ ‫ذ‬َ ‫ح‬ِ ‫ُأ‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬ْ َ ‫ل‬‫ع‬َ ‫ا‬ ‫م‬
َ ‫ى‬ ‫ض‬
َ ْ
‫ق‬ ‫ي‬
ُ ْ‫ن‬‫َأ‬ ‫ل‬
َ ْ
‫ب‬ َ
‫ق‬ ‫ه‬
ُ ُ
‫ت‬ ‫ا‬‫ن‬َ ‫س‬
َ ‫ح‬
َ ‫ت‬ْ ‫ي‬
َ ‫ن‬
ِ َ
‫ف‬
ِ ِ

“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut ? Para sahabat pun menjawab, ‘Orang yang bangkrut adalah
orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda. ‘Beliau menimpali, ‘Sesungguhnya orang
yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala
shalat, puasa dan zakat, akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh,
memakan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan
diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan sementara
belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu
diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka”.

Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang panjang dalam kitab Shahihnya no. 2564 dari Abu Hurairah,
yang akhirnya berbunyi.

ُ ْ‫ب ا ْم ِريْ م َِن ال َّشرِّ َأنْ َيحْ ق َِر َأ َخاهُ ْالمُسلِ َم ُك ٌل ْالمُسْ ل ِِم َعلَى ْالمُسْ ل ِِم َح َرا ٌم َد ُم ُه َو َمالُ ُه َوعِ ر‬
‫ض ُه‬ ِ ْ‫ِب َحس‬
“Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim
wajib manjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya”

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya hadits no. 1739 ; begitu juga Muslim [4]
dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah berkhutbah pada hara nahar (Idul Adha). Dalam khutbah
tersebut beliau bertanya kepada manusia yang hadir waktu itu, “Hari apakah ini?” Mereka menjawab,
“Hari yang haram”. Beliau bertanya lagi, “Negeri apakah ini?” Mereka menjawab, “Negeri Haram”. Beliau
bertanya lagi, “Bulan apakah ini ?” Mereka menjawab, “Bulan yang haram”. Selanjutnya beliau bersabda.

‫ اللَّ ُه َم‬: ‫ ُث ّم َر َف َع َرْأ َس ُه َف َقا َل‬،‫ َفَأ َعا َد َها م َِرارً ا‬،‫ َكحُر َم ِة َي ْو ِم ُك ْم َه َذا فِي َبلَ ِد ُك ْم َه َذا في َشه ِْر ُك ْم َه َذا‬،‫اض ُك ْم َعلَ ْي ُكم َح َرا ٌم‬
َ ‫َفِإنَّ ِد َما َئ ُك ْم َو َأمْ َوالَ ُك ْم َوَأعْ َر‬
‫ت؟‬ ُ ‫ت؟ اللَّ ُه َم َه ْل َبلَّ ْغ‬
ُ ‫َه ْل َبلَّ ْغ‬

“Sesungguhnya darah, harta dan kehormatan kalian haram bagi masing-masing kalian (merampasnya)
sebagaimana haramnya ; hari, bulan dan negeri ini. Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali, lalu
berkata, “Ya Allah bukankah aku telah menyampaikan (perintah-Mu)? Ya Allah, bukankah aku telah
menyampaikan (perintah-Mu) ?”

Ibnu Abbas mengomentari perkataan Nabi di atas, “Demi Allah yang jiwaku berada di tanganNya,
sesungguhnya ini adalah wasiat beliau untuk umatnya. Beliau berpesan kepada kita, ‘Oleh karena itu,
hendaklah yang hadir memberitahukan kepada yang tidak hadir. Janganlah kalian kembali kepada
kekafiran sepeninggalku nanti, yaitu kalian saling memenggal leher”.

Muslim meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 2674 dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
bersabda.

ْ‫ان َعلَ ْي ِه م َِن اِإْل ْث ِم م ِْث ُل آ َث ِام َمن‬ َ ‫ُور ِه ْم َش ْيًئ ا َو َمنْ َد َعا ِإلَى‬ ‫ُأ‬ َ ِ‫ُور َمنْ َت ِب َع ُه َآل َي ْنقُصُ َذل‬ ‫ُأ‬ ‫َأل‬
َ ‫ضالَلَ ٍة َك‬ ِ ‫ك مِنْ ج‬ ِ ‫ان لَ ُه م َِن ْا جْ ِر ِم ْش ُل ج‬
َ ‫َمنْ دَ َعا ِإلَى ه ًُدى َك‬
‫َت ِب َع ُه الَ َي ْنقُصُ َذل َِك مِنْ آ َثام ِِه ْم َش ْيًئ ا‬

“Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang
yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru
kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi
dosa-dosa mereka sedikit pun”

Al-Hafidz Al-Mundziri dalam kitab At-Targhib wa At-Tarhib (I/65) mengomentari hadits.

ٍ َ‫… ِإ َذا َماتَ اإْل ْن َسانُ ا ْن َق َط َع َع ْن ُه َع َملُ ُه ِإالَّ مِنْ ِإحْ دَى َثال‬
‫ث‬

“Apabila seorang manusia wafat, maka terputuslah jalan amal kecuali dari tiga perkara …dst”

Beliau berkata, “Orang yang mebukukan ilmu-ilmu yang bermanfaat akan mendapatkan pahala dari
perbuatannya sendiri dan pahala dari orang yang membaca, menulis dan mengamalkannya, berdaasrkan
hadits ini dan hadits yang semisalnya. Begitu pula, orang-orang yang menulis hal-hal yang membuahkan
dosa, maka dia akan mendapatkan dosa dari perbuatannya sendiri dan dosa dari orang-orang yang
membaca, menulis atau mengamalkannya, berdasarkan hadits.

‫َمنْ َسنَّ ُس َن ًة َح َس َن ًة َأ ْو َس ِّيَئ ًة‬

“Barangsiapa yang merintis perbuatan yang baik atau buruk, maka ….”

Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya no. 6505 dari Abu Hurairah, Rasulullah
bersabda.

ِ ْ‫ِإ َّناهَّلل َ َقا َل َمنْ َعادَى لِي َولِ ًّيا َف َق ْد آ َذ ْن ُت ُه ِب ْال َحر‬
‫ب‬

“Sesungguhnya Allah berfirman, “Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka kuizinkan ia untuk
diperangi”

Anda mungkin juga menyukai