Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS AL AMR WA AN NAHY DALAM QUR’AN

SURAT AL-HUJURAT
Disusun Oleh :

Nilna Dina (2020080003)


Rifqi Al Mubarok (2020080007)
Muhammad Iqbal Rosyid (2018080051)
Abstrak
Al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah Saw dengan menggunakan bahasa Arab,
sesuai dengan tempat diturunkannya. Sedangkan ilmu-ilmu yang ada dalam bahasa
arab termasuk salah satunya yaitu ilmu balaghah yang membahas tentang
keindahan kata ataupun uslub-uslubnya. Kata perintah (Al amr) dan larangan (Al-
nahy) adalah termasuk dari bagian kalam Insya’ Thalabi (kalimat yang menuntut
terjadinya sesuatu seperti kalimat perintah, kalimat larangan, kalimat tanya,
kalimat panggilan) dari ilmu balaghah. Kata perintah adalah menuntut
dilaksanakannya suatu pekerjaan oleh pihak yang lebih tingi kepada pihak yang
lebih rendah dan kata larangan yaitu menuntut dilaksanakannya suatu pekejaan
yang bersifat melarang dari pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah.
Dalam surat Al Hujurat terdapat beberapa bentuk amr dan nahy yang sangat
menarik untuk dikaji. Surah ini merupakan surah yang ke-49 dan tergolong kedalam
surah madaniyah.
Kata Kunci : Amr, Nahy, Al-Hujurat

Abstract
The Qur'an was revealed to the Prophet Muhammad in Arabic, according to the
place where it was revealed. While the sciences that exist in Arabic include one of
them, namely Balaghah science which discusses the beauty of the word or its uslubs.
The words command (Al amr) and prohibition (Al-nahy) are included in the kalam
Insha 'Thalabi (sentences that demand the occurrence of something such as orders,
prohibitions, interrogative sentences, summons sentences) of the science of
balaghah. The word command is to demand the execution of a job by a lower party
and the word prohibition which demands its implementation be carried out by a
higher party. In Surah Al Hujurat there are several forms of amr and nahy which
are very interesting to study. This letter is the 49th letter and is classified as a
madaniyah letter.
Keywords: Amr, Nahy, Al-Hujurat

A. Pendahuluan
Al-Quran merupakan media komunikasi antara Tuhan dengan hamba-
Nya. Al-Qur’an juga sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw telah melahirkan komunitas pembaca. Mereka berusaha
memahami dan mengartikulasikan nilai Al Qur’an dalam kancah kehidupan,
hingga akhirnya terbentuk fakta Islam. Hal ini tidak bisa dihindarkan dari adanya
kegiatan penafsiran, pemahaman dan perenungan akan makna yang dikandung
Al-Qur’an. Kegiatan pemahaman/penafsiran Al-Qur’an diperlukan adanya suatu
kaidah-kaidah agar terhindar dari adanya pemaknaan yang keliru, karena didalam
Al-Qur’an banyak kita jumpai kemu’jizatan Al-Qur’an diantaranya adalah tentang
kebahasaan. Di antara penggunaan bahasa Arab dalam Al-Qur’an, terdapat
penggunaan bentuk kalimat perintah yang beraneka ragam
Pada dasarnya kaidah al-amr atau kata perintah merupakan salah satu
referensi ilmu alat sebagai kaidah dalam mengenal fikih. Hal ini tentunya
memberi pengaruh terhadap ketetapan hukum yang dilakukan. Al-Amr secara
etimologi berarti sesuatu yang berkaitan dengan perintah, bisa juga berarti
menutut untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu. Sedangkan secara
termonilogi, yaitu suatu lafadz yang digunakan oleh orang lebih tinggi
kedudukanya untuk menuntut kepada orang yang lebih rendah derajatnya agar
melaksanakan suatu perbuatan. Apabila pengertian al-Amr di atas, digunakan
untuk al-Quran dan dalil berarti bahwa al-Amr adalah perintah yang bersumber
dari Allah kepada manusia untuk melaksanakan aturan-aturan yang diperintahkan.
Sedangkan pada dasarnya kaidah an-nahy ialah suatu larangan. Diantara
kaidah kebahasaan yang digunakan untuk menetapkan dan menerangkan hukum-
hukum syari’atadalah amr dan nahi. Sebab kebanyakan hukum-hukum syari’at
yang taklif ditetapkan atas adanya tuntutan untuk melaksanakan suatu pekerjaan
atau tuntutan untuk meninggalkannya.
B. Pembahasan
1. Pengertian Amr
Fi'il amr adalah kalimat/lafadz yang menunjukan dirinya sendiri yang
menetapi makna perintah, sedangkan menurut istilah adalah suatu lafadz yang
di dalamnya menunjukkan tuntutan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dari
atasan kepada bawahan.
Dari defenisi tersebut, dapat difahami bahwa amr itu tidak hanya di
tunjuk pada lafal yang memakai shigat amr, tetapi di tunjuk pula oleh semua
bentuk kata yang di dalamnya mengandung arti perintah, sebab perintah itu
terkadang menggunakan kata-kata yang berarti majaz.1

1
Muhammad Abu Zahra, Ushul Lughawi (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995).
‫‪2. Bentuk-Bentuk Amr‬‬
‫‪a. Bentuk fiil amr‬‬

‫سا ا ََِّل َما ٓ ٰا ٰتى َه ٖۗا‬


‫ّٰللاُ نَ ْف ً‬
‫ف ه‬ ‫سعَ ٍة ِم ْن َسعَتِ ٖۗه َو َم ْن قُد َِر َعلَ ْي ِه ِر ْزقُهٗ فَ ْليُ ْن ِف ْق ِم َّما ٓ ٰا ٰتىهُ ه‬
‫ّٰللاُ ٖۗ ََل يُك َِل ُ‬ ‫﴿ ِليُ ْن ِف ْق ذ ُ ْو َ‬
‫عس ٍْر يُّس ًْرا ࣖ ‪﴾ ٧‬‬ ‫سيَجْ عَ ُل ه‬
‫ّٰللاُ َب ْعدَ ُ‬ ‫َ‬

‫’‪b. Bentuk fiil mudlori‬‬


‫ص ِبي ًّۙا ‪﴾ ١٢‬‬
‫ب ِبقُ َّو ٍة َٖۗو ٰاتَي ْٰنهُ ْال ُح ْك َم َ‬
‫ٰ﴿ي َيحْ ٰيى ُخ ِذ ْال ِك ٰت َ‬

‫‪c. Bentuk isim fill amr‬‬

‫ض َّل اِذَا ا ْهتَدَ ْيت ُ ْم ٖۗ اِلَى ه‬


‫ّٰللاِ َم ْر ِجعُ ُك ْم َج ِم ْيعًا فَيُن َِبئ ُ ُك ْم ِب َما‬ ‫﴿ياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َعلَ ْي ُك ْم ا َ ْنفُ َ‬
‫س ُك ْم ۚ ََل يَض ُُّر ُك ْم َّم ْن َ‬ ‫ٰٓ‬
‫ُك ْنت ُ ْم تَ ْع َملُ ْونَ ‪﴾ ١٠٥‬‬

‫‪d. Bentuk mashdar pengganti fiil‬‬

‫ار‬‫سانًا َّوبِذِى ْالقُ ْر ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َمسٰ ِكي ِْن َو ْال َج ِ‬ ‫شيْـًٔا َّوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن اِحْ َ‬
‫ّٰللاَ َو ََل ت ُ ْش ِر ُك ْوا بِه َ‬
‫﴿۞ َوا ْعبُد ُوا ه‬
‫ّٰللاَ ََل ي ُِحبُّ َم ْن‬ ‫سبِ ْي ۙ ِل َو َما َملَك ْ‬
‫َت اَ ْي َمانُ ُك ْم ٖۗ ا َِّن ه‬ ‫ب َواب ِْن ال َّ‬ ‫ب بِ ْال َج ْۢ ْن ِ‬
‫اح ِ‬ ‫ص ِ‬
‫ب َوال َّ‬ ‫ار ْال ُجنُ ِ‬ ‫ذِى ْالقُ ْر ٰبى َو ْال َج ِ‬
‫َكانَ ُم ْخت ًَاَل فَ ُخ ْو ًر ۙا ‪﴾ ٣٦‬‬

‫‪e. Bentuk jumlah khabariyah (kalimat berita) yang mengandung arti perintah‬‬
‫‪atau tuntutan.‬‬
‫ار َكعُ ْوا َم َع َّ‬
‫الرا ِك ِعيْنَ‬ ‫ص ٰلوة َ َو ٰاتُوا َّ‬
‫الز ٰكوة َ َو ْ‬ ‫َوا َ ِق ْي ُموا ال َّ‬
‫‪f. Pernyataan yang berakar dari kata amrun‬‬
‫ئ ذِى ْالقُ ْر ٰبى َو َي ْنهٰ ى َع ِن ْالفَحْ ش َۤا ِء َو ْال ُم ْنك َِر َو ْالبَ ْغي ِ يَ ِع ُ‬
‫ظ ُك ْم‬ ‫ان َواِ ْيت َۤا ِ‬
‫س ِ‬‫ّٰللاَ يَأ ْ ُم ُر بِ ْالعَدْ ِل َو ْاَلِحْ َ‬
‫﴿۞ ا َِّن ه‬
‫لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْونَ ‪﴾ ٩٠‬‬
‫‪g. Pernyataan yang berakar dari kata Fardlun‬‬
‫ض ٰل ٍل‬ ‫ض َعلَيْكَ ْالقُ ْر ٰانَ لَ َر ۤادُّكَ ا ِٰلى َم َعا ٍد ٖۗقُ ْل َّر ِب ْٓي ا َ ْعلَ ُم َم ْن َج ۤا َء ِب ْال ُه ٰدى َو َم ْن ه َُو فِ ْ‬
‫ي َ‬ ‫﴿ا َِّن الَّ ِذ ْ‬
‫ي فَ َر َ‬
‫ُّمبِي ٍْن ‪﴾ ٨٥‬‬
‫‪h. Pernyataan yang berakar dari kata kutiba‬‬
‫ب َعلَى الَّ ِذيْنَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْو ۙنَ ‪﴾ ١٨٣‬‬ ‫﴿ياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ُك ِت َ‬
‫ب َعلَ ْي ُك ُم ِ‬
‫الصيَا ُم َك َما ُك ِت َ‬ ‫ٰٓ‬
3. Pengertian Nahy
Nahy secara bahasa memiliki arti kebalikan dari amr. Berasal dari bentuk
mashdar yang mempunyai arti mencegah, melarang.2 Sedangkan menurut
istilah nahy adalah ungkapan yang meminta agar suatu perbuatan dijauhi yang
dikeluarkan oleh orang yang kedudukannya lebih tinggi kepada orang yang
kedudukannya lebih rendah, tetapi dalam ulumul qur’an disebutkan lebih
sederhana yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan, atau mencegah
untuk melakukan pekerjaan tertentu. 3
4. Bentuk-bentuk Nahy
a. Menggunakan fiil mudlori’ yang disertai la nahiyah
﴾ ١ ‫س ِم ْي ٌع َع ِل ْي ٌم‬
َ َ‫ّٰللا‬ ‫س ْو ِله َواتَّقُوا ه‬
‫ّٰللاَ ٖۗا َِّن ه‬ ‫﴿ ٰ ٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تُقَ ِد ُم ْوا َبيْنَ َيدَي ِ ه‬
ُ ‫ّٰللاِ َو َر‬
b. Larangan secara tegas dengan menggunakan kata naha

ُ ‫ئ ذِى ْالقُ ْر ٰبى َو َي ْنهٰ ى َع ِن ْالفَحْ ش َۤا ِء َو ْال ُم ْنك َِر َو ْالبَ ْغي ِ َي ِع‬
‫ظ ُك ْم‬ ِ ‫ان َواِ ْيت َۤا‬
ِ ‫س‬َ ْ‫ّٰللاَ يَأ ْ ُم ُر بِ ْالعَدْ ِل َو ْاَلِح‬
‫﴿۞ ا َِّن ه‬
﴾ ٩٠ َ‫لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْون‬

c. Larangan dengan menjelaskan bahwa suatu perbuatan itu diharamkan.


ُ ‫ض‬
‫ط َّر َغ ْي َر بَاغٍ َّو ََل َعا ٍد‬ ‫اِنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوالد ََّم َولَحْ َم ْال ِخ ْن ِزي ِْر َو َما ٓ ا ُ ِه َّل ِبه ِلغَي ِْر ه‬
ْ ‫ّٰللاِ ۚ فَ َم ِن ا‬
‫َل اِثْ َم َعلَ ْي ِه ٖۗ ا َِّن ه‬
﴾‫ّٰللاَ َغفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬ ٓ َ َ‫ف‬
d. Larangan dengan memakai kata perintah namun bermakna tuntutan untuk
meninggalkan
‫ض ُك ْم َب ْعض ًٖۗا‬
ُ ‫س ْوا َو ََل َي ْغتَبْ بَّ ْع‬ َّ ‫ظ ِن اِثْ ٌم َّو ََل ت َ َج‬
ُ ‫س‬ َّ ‫ض ال‬
َ ‫ظ ِّۖ ِن ا َِّن بَ ْع‬َّ ‫﴿ ٰ ٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوا اجْ تَ ِنب ُْوا َك ِثي ًْرا ِمنَ ال‬
﴾ ١٢ ‫ّٰللاَ ت ََّوابٌ َّر ِح ْي ٌم‬ ‫اَي ُِحبُّ ا َ َحد ُ ُك ْم ا َ ْن يَّأ ْ ُك َل لَحْ َم ا َ ِخ ْي ِه َم ْيتًا فَك َِر ْهت ُ ُم ْو ٖۗهُ َواتَّقُوا ه‬
‫ّٰللاَ ٖۗا َِّن ه‬
5. Analisis Amr dalam QS. Al Hujurat
Surat Al Hujurat terdiri dari 18 ayat, diturunkan setelah surat Al Fath dan
termasuk golongan surat Madaniyah. Surat ini menguraikan tentang sifat-sifat
umat yang memegang teguh keyakinan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad
saw. Mereka bersikap keras terhadap orang-orang yang masih kafir dan tidak
mau menerima kebenaran seruan Ilahi, dan bersikap lembut terhadap orang-
orang yang seiman. Dan terkadang meskipun saudara sekandung, jika
keyakinan tentang Tuhan berbeda akan menimbulkan kerenggangan

2
Ahmad. W. Munawwir, Al-Munawwir (Jakarta: pustaka Praja, 19997), 734.
3
Siti Fahimah, “Kaidah-Kaidah Memahami Amr Dan Nahy: Urgensitasnya Dalam Memahami
Al Qur’an” 1 (2018): hal. 7.
hubungan. Sebaliknya, meskipun seseorang itu berasal dari bangsa yang
berbeda, akan tetapi memiliki keyakinan dan keimanan yang sama, akan
saling berkasih-kasihan dan sayang-menyayangi. Tidak heran jika pada zaman
Nabi, Bilal yang berkulit hitam, dengan Shuhaib yang berkulit putih dan
Salman yang berkulit kuning, masing-masing dari bangsa yang berbeda,
mereka tetap hidup bersama bagaikan saudara. Mereka berbaris menjadi satu
di medan perang, dan bersaf menjadi satu barisan di belakang Nabi Saw.
Setelah adanya perpaduan karena kesatuan aqidah, maka turunlah surat
al-Hujurat yang mengatur adab sopan santun bagi seorang muslim di dalam
kehidupannya. Ayat-ayat dalam surat al-Hujurat diturunkan untuk menyikapi
sikap moral bangsa Arab yang tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw.4
a. QS Al-Hujurat ayat 1
﴾ ١ ‫س ِم ْي ٌع َع ِل ْي ٌم‬
َ َ‫ّٰللا‬ ‫س ْو ِله َوات َّقُوا ه‬
‫ّٰللاَ ٖۗا َِّن ه‬ ‫﴿ ٰ ٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تُقَ ِد ُم ْوا َبيْنَ َيدَي ِ ه‬
ُ ‫ّٰللاِ َو َر‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului
Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah
Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Ayat diatas menunjukkan makna amr yang menunjukkan makna perintah
hukum wajib. Yaitu perintah Allah Swt kepada orang-orang yang beriman
untuk bertaqwa kepada-Nya.
b. QS Al-Hujurat ayat 6
َ‫صبِ ُح ْوا َع ٰلى َما فَعَ ْلت ُ ْم ٰند ِِميْن‬ ِ ُ ‫﴿ ٰ ٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا ا ِْن َج ۤا َء ُك ْم فَا ِس ْۢ ٌق بِنَبَ ٍا فَت َ َبيَّنُ ْٓوا اَ ْن ت‬
ْ ُ ‫ص ْيب ُْوا قَ ْو ًم ْۢا بِ َج َها َل ٍة فَت‬
﴾٦
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik
datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya,
agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.
Lafadz fatbayyanuu diatas merupakan amr dengan makna irsyad yaitu
memerintah dengan tujuan memberikan bimbingan, nasihat, atau
petunjuk.

4
https://suduthukum.com/2015/02/asbabun-nuzul-surah-al-hujurat.html
c. QS Al-Hujurat Ayat 9(2)
‫َت اِحْ ٰدى ُه َما َعلَى ْاَلُ ْخ ٰرى فَقَاتِلُوا الَّتِ ْي‬ ْ ‫ص ِل ُح ْوا بَ ْينَ ُه َم ۚا فَا ْۢ ِْن بَغ‬
ْ َ ‫ط ۤا ِٕىفَ ٰت ِن ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ ا ْقتَتَلُ ْوا فَا‬ َ ‫﴿ َوا ِْن‬
٩ َ‫ِطيْن‬ ِ ‫ّٰللاَ ي ُِحبُّ ْال ُم ْقس‬ ُ ‫ص ِل ُح ْوا بَ ْينَ ُه َما بِ ْالعَدْ ِل َوا َ ْق ِس‬
‫ط ْوا ٖۗا َِّن ه‬ ْ َ ‫ت فَا‬ ‫ت َ ْب ِغ ْي َحتهى تَ ِف ۤ ْي َء ا ٰ ِٓلى ا َ ْم ِر ه‬
ْ ‫ّٰللاِ ِّۖفَا ِْن فَ ۤا َء‬

Artinya : Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang,
maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat
zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang
berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah.
Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh,
Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
ْ َ ‫ فَا‬dan ‫ فَقَا ِتلُوا‬dalam ayat 9 juga
Sama dengan ayat 6, lafadz ‫ص ِل ُح ْوا‬
menunjukkan makna irsyad.
d. QS Al-Hujurat Ayat 12
‫ض ُك ْم بَ ْعض ًٖۗا‬
ُ ‫س ْوا َو ََل يَ ْغتَبْ َّب ْع‬ َّ ‫ظ ِن اِثْ ٌم َّو ََل ت َ َج‬
ُ ‫س‬ َّ ‫ض ال‬
َ ‫ظ ِّۖ ِن ا َِّن بَ ْع‬َّ ‫﴿ ٰ ٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوا اجْ تَنِب ُْوا َكثِي ًْرا ِمنَ ال‬
﴾ ١٢ ‫ّٰللاَ ت ََّوابٌ َّر ِح ْي ٌم‬ ‫اَي ُِحبُّ ا َ َحد ُ ُك ْم ا َ ْن يَّأ ْ ُك َل لَحْ َم ا َ ِخ ْي ِه َم ْيتًا فَك َِر ْهت ُ ُم ْو ٖۗهُ َواتَّقُوا ه‬
‫ّٰللاَ ٖۗا َِّن ه‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah
kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu
yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa
jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima
tobat, Maha Penyayang.
Perbuatan menggunjing, berprasangka buruk, dan mencari kesalahan
orang lain termasuk perbuatan yang tercela. Dalam ayat ini Allah
memerintahkan orang mukmin untuk menjauhi perbuatan tersebut.
Bahkan Allah menyebut perumpamaan bagi orang yang menggunjing
seperti orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri yang telah mati.
Perintah menjauhi perbuatan-perbuatan diatas bertujuan untuk
membimbing orang-orang mukmin dalam kehidupan sosial.
e. QS Al-Hujurat Ayat 14, 16 dan 17
ِ ْ ‫ت ْاَلَع َْرابُ ٰا َمنَّا ٖۗ قُ ْل لَّ ْم تُؤْ ِمنُ ْوا َو ٰل ِك ْن قُ ْولُ ْٓوا ا َ ْسلَ ْمنَا َولَ َّما يَدْ ُخ ِل‬
‫اَل ْي َمانُ فِ ْي قُلُ ْوبِ ُك ْم َٖۗوا ِْن ت ُ ِط ْيعُوا‬ ِ َ‫﴿ ۞ قَال‬
﴾ ١٤ ‫ّٰللاَ َغفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬ َ ‫س ْولَهٗ ََل يَ ِلتْ ُك ْم ِم ْن اَ ْع َما ِل ُك ْم‬
‫شيْـًٔا ٖۗا َِّن ه‬ ُ ‫ّٰللاَ َو َر‬
‫ه‬
Artinya : Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.”
Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah
‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu.
Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan
mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.”
َ ‫ّٰللاُ ِب ُك ِل‬
﴾ ١٦ ‫ش ْيءٍ َع ِل ْي ٌم‬ ٖۗ ِ ‫ت َو َما فِى ْاَلَ ْر‬
‫ض َو ه‬ ِ ‫ّٰللاُ َي ْعلَ ُم َما فِى السَّمٰ ٰو‬ ‫﴿ قُ ْل اَت ُ َع ِل ُم ْونَ ه‬
‫ّٰللاَ ِب ِد ْينِ ُك ٖۗ ْم َو ه‬
Artinya : Katakanlah (kepada mereka), “Apakah kamu akan
memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal
Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
‫ان ا ِْن ُك ْنت ُ ْم‬ ِ ْ ‫ّٰللاُ يَ ُم ُّن َعلَ ْي ُك ْم ا َ ْن َه ٰدى ُك ْم ِل‬
ِ ‫َل ْي َم‬ َّ َ‫﴿ يَ ُمنُّ ْونَ َعلَيْكَ ا َ ْن ا َ ْسلَ ُم ْوا ٖۗ قُ ْل ََّل تَ ُمنُّ ْوا َعل‬
‫ي اِس ََْل َم ُك ْم ۚبَ ِل ه‬
﴾ ١٧ َ‫صٰ ِدقِيْن‬
Artinya : Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka.
Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan
keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu
dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang
benar.”
Kata qul adalah fi’l amr dengan ḏhamir anta (kamu laki-laki) kalimat
tersebut ditujukan untuk kamu laki-laki 1 orang.5 Ayat 14 diturunkan
Allah kepada Nabi Muhammad Saw untuk mengabarkan kepada suku
badui (ditujukan kepada bani Asad) yang datang kepada Nabi dan
menyatakan bahwa mereka telah beriman dengan benar. Kemudian Allah
menegaskan melalui firman-Nya, Katakanlah kepada mereka wahai Nabi
Muhammad, “Kamu belum beriman sebab hati kamu belum sepenuhnya
percaya, dan perbuatan kamu belum mencerminkan iman sesuai apa yang
kamu katakan tetapi katakanlah ‘Kami telah tunduk kepadamu.’ Ucapan

5
“ Ahmad Sehri bin Punawan " Analisis Struktur Makna Fi’il Amr Dalam Al- Qur’an Surah Al-
Nur", 2020 : 23.
seperti itu lebih pantas kamu katakan, karena iman belum masuk ke dalam
hatimu.6
Menurut Imam At Thabari orang-orang yang mengatakan bahwa mereka
telah beriman kepada Allah, sedang iman belum merasuk kedalam hati
mereka. Keinginan mereka memberitahu Allah padahal Allah Maha
Mengetahui segala hal baik yang tersembunyi maupun yang nyata. Allah
lah yang mengetahui kadar iman hamba-hamba-Nya.7
6. Analisis Nahy dalam QS. Al Hujurat
a. QS Al-Hujurat Ayat 1
﴾ ١ ‫س ِم ْي ٌع َع ِل ْي ٌم‬
َ َ‫ّٰللا‬ ‫س ْو ِله َواتَّقُوا ه‬
‫ّٰللاَ ٖۗا َِّن ه‬ ‫﴿ ٰ ٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل تُقَ ِد ُم ْوا َبيْنَ َيدَي ِ ه‬
ُ ‫ّٰللاِ َو َر‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului
Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah
Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Kata nahy atau larangan dalam ayat ini bermaksud agar orang mukmin
tidak mendahului Allah dan Rasulullah dalm syari’at atau suatu perkara
yang belum tau kejelasannya. Kata mendahului dapat pula diartikian
jangan melakukan sesuatu sebelum Rasulullah melakukannya.8
b. QS Al-Hujurat Ayat 2 (2)
ِ ‫ت النَّبِي ِ َو ََل تَجْ َه ُر ْوا لَهٗ بِ ْالقَ ْو ِل َك َج ْه ِر َب ْع‬
‫ض ُك ْم‬ ْ َ‫﴿ ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل ت َْرفَعُ ْٓوا ا‬
َ َ‫ص َوات َ ُك ْم فَ ْوق‬
ِ ‫ص ْو‬
﴾ ٢ َ‫ط اَ ْع َمالُ ُك ْم َوا َ ْنت ُ ْم ََل ت َ ْشعُ ُر ْون‬
َ َ‫ض ا َ ْن تَحْ ب‬
ٍ ‫ِلبَ ْع‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan
suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya
dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap
yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu
tidak menyadari.
Ayat kedua bertujuan untuk membentuk adab para sahabat Nabi dengan
tidak meninggikan suaranya melebihi suara Rasulullah Saw. sehingga
disini juga bermakna irsyad.
c. QS Al-Hujurat Ayat 11 (3)

6
Tafsir Al-Qur’an Kemenag
7 http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-al-hujurat-ayat-14-18.html
8
Penjelasan M. Quraish Shihab dalam acara " Tafsir Misbah" di Metro TV. Link youtube :
https://www.youtube.com/watch?v=0kIDUDgt2Tc.
‫س ۤاءٍ َع ٰ ٓسى ا َ ْن‬ َ ‫س ۤا ٌء ِم ْن ِن‬ َ ِ‫﴿ ٰ ٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل يَ ْسخ َْر قَ ْو ٌم ِم ْن قَ ْو ٍم َع ٰ ٓسى ا َ ْن يَّ ُك ْونُ ْوا َخي ًْرا ِم ْن ُه ْم َو ََل ن‬
ْ‫ان َو َم ْن لَّ ْم يَتُب‬ ِ ْ َ‫س ْو ُق َب ْعد‬
ِ ۚ ‫اَل ْي َم‬ ُ ُ‫س ِاَل ْس ُم ْالف‬ ِ ٖۗ ‫يَّ ُك َّن َخي ًْرا ِم ْن ُه ۚ َّن َو ََل ت َْل ِم ُز ْٓوا ا َ ْنفُ َس ُك ْم َو ََل تَنَابَ ُز ْوا بِ ْاَلَ ْلقَا‬
َ ْ‫ب بِئ‬
‫ولىِٕكَ ُه ُم ال ه‬ ٰۤ ُ
﴾ ١١ َ‫ظ ِل ُم ْون‬ ‫فَا‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan
jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain
(karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu
sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah
beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim.
Dalam ayat diatas, Allah Swt melarang orang-orang mukmin saling
mengolok-olok satu sama lain, karena boleh jadi yang diolok-olok itu
lebih baik daripada yang mengolok-olok. Selain itu, Allah juga melarang
saling mencela dan memanggil dengan panggilan yang buruk.
C. Kesimpulan
Amr adalah bahasa arab yang menunjukkan kata perintah atau suatu lafadz
yang di dalamnya menunjukkan tuntutan untuk mengerjakan suatu pekerjaan.
Nahy secara bahasa memiliki arti kebalikan dari amr yaitu melarang atau
mencegah, tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan, atau mencegah untuk
melakukan pekerjaan tertentu. Keduanya sejatinya digunakan oleh orang yang
lebih tinggi kedudukannya untuk orang yang lebih rendah kedudukannya.
Di dalam surat Al-Hujurat, terdapat tujuh lafadz amr. Yaitu dalam ayat 1,
6, 9 ( dua lafadz amr), dan ayat 12. Bentuk amr dalam ayat pertama merupakan
perintah yang wajib dilakukan yaitu bertaqwa kepada Allah Swt, sedangkan
sisanya bermakna irsyad atau bimbingan guna membentuk akhlak kaum
muslimin. Selain itu, terdapat enam lafadz nahy dalam ayat 1, 2 (dua lafadz nahy),
dan ayat 11 dengan tiga lafadz nahy.
Daftar pustaka

Abu Zahra, Muhammad. Ushul Lughawi. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.


“Amr Dlm Qs Annur.Pdf,” n.d.
Fahimah, Siti. “KAIDAH-KAIDAH MEMAHAMI AMR DAN NAHY:
URGENSITASNYA DALAM MEMAHAMI AL QUR’AN” 1 (2018): 13.
Munawwir, Ahmad. W. Al-Munawwir. Jakarta: pustaka Praja, 19997.
Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 2002.
//www.youtube.com/watch?v=0kIDUDgt2Tc.
https://suduthukum.com/2015/02/asbabun-nuzul-surah-al-hujurat.html
http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-al-hujurat-ayat-14-18.html

Anda mungkin juga menyukai