Anda di halaman 1dari 8

‫الاتقباا والالبفات والازدواج‬: ‫املحسنات اللفظية‬

Anggota kelompok1
Nadzom

‫ محىى وثابذ املػاوي‬# ‫والاقخباض غىدهم قظمان‬


‫ حغيير هصز اللفظ المػىاه‬# ‫وجائص لىشن أو طىاه‬
A. Pendahuluan
Predikat kitab hukum terbaik yang disandang oleh al-Quran tidak
mengurangi posisinya sebagai kitab yang terbaik dalam dimensi yang lain. Di
antaranya adalah ia juga disebut sebagai kitab sastra terbesar.hal ini
dibuktikan dengan keteraturan nada, pemilihan diksi , keindahan makna,
kalimat yang spesifik dan berbagai kelebihan lainnya yang dimiliki oleh al-
Quran sebagaimana yang dikatakan oleh Sayyid Muhammad al-Maliki bahwa
kesempurnaan al-Quran trjslin dalam ayat-ayat yang slaing menguatkan,
kalimatnya yang spesifik, balagahnya tidak mampu terjangkau oleh akal,
kefasihannya di atas semua yang diungkapkan manusia, lafadznya adalah
pilihan dan sesuai dengan setiap keadaan serta sifat-sifat lain yang
menunjukkan kesempurnaan al-Quran.
Ilmu badi‟ digunakan untuk mengetahui aspek-aspek keindahan kalam
(ungkapan bahasa Arab) baik berupa sya‟ir maupun prosa. Aspek keindahan
ini disebut dengan al-Muhassinat al-Badi‟iyyah. al-Muhassinat terbagi menjadi
dua yaitu al-Muhassinat al-Maknawiyyah dan al-Muhassinat al-Lafdziyyah. Al-
Muhassinat al-Lafdziyyah adalah keindahan dalam bunyi (leksikal). Berikut ini
akan dibahas Muhassinat Lafdziyah tentang Iqtibas, Iltifat dan Izdiwaj.
B. Pembahasan
1. Iqtibas
Iqtibas bisa diartikan menyalin atau mengutip. Dalam ilmu balaghah,
istilah iqtibas didefinisikan sebagai:
َ
‫داللت َغلى َّأه ُه‬ ‫ر‬‫ي‬ْ ‫الؼػس َػ ْي ًئا م ًَ ْال ُقسآن النسٍم أو الحدًث الؼسٍف م ًْ َغ‬ ّ
‫أو‬ ‫ر‬
ْ َّ ُ ْ َ
‫ث‬ ‫جض ِمين الى‬
ٍ ِ ِ ِ ِ ِ
ً َ ُْ َ َ َ
.‫ َوٍ ُجىش ْأن ٌُغ ِّي َر في ألاثس امل ْق َخ ِبع قليل‬،‫منهما‬
Artinya :
“iqtibas adalah mengutip suatu kalimat dari Al-Qur‟an atau Hadist, lalu
disisipkan ke dalam prosa atau syair tanpa dijelaskan bahwa kalimat yang
dikutip tersebut diambil dari Al-Qur‟an dan Hadist. Pengutip diperkenankan
mengadakan sedikit perubahan.”
Sebuah prosa atau syair bisa disisipi penggalan dari Al-Qur‟an atau
Hadis tanpa menjelaskan bahwa petikan tersebut diambil dari Al-Qur‟an

1
Azam Alaudin Al-Hilmi 19150116, Harun Alwan 19150116, Muhammad Zaki Aviq 18150102,
Iskandar Zulkarnain Jaubahi 19150088, Siti Aminah 19150102
atau Hadis. semisal dengan menggunakan lafadz ‫زطىى‬ ‫ قاى‬/ ‫قاى هللا حػالى‬
‫ هللا ملسو هيلع هللا ىلص‬, jika menggunakan lafadz-lafadz seperti itu bukan termasuk
iqtibas.
Al-iqtibas ini berfungsi memberi penekanan pada suatu kalimat dan
menunjukkan kecakapan pembicara atau penulis dalam menghubungkan
perkataannya dengan ayat atau hadits yang dikutip.
Contoh perkataan Abdul Mukmin al-Ashfahani:
َ ْ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ُ ّ َ ُ َ َّ َ ْ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َ َّ ََُ
َ ‫ألا ْب‬
)‫ص ُاز‬ ‫ال حغ َّسَّه َو ِمً الظلم ِت لثرة الجيى ِغ وألاهص ِاز ِ(إهما هؤ ِخسهم ِليى ٍم حشخص ِفي ِه‬
Artinya: Jangan engkau tertipu daya dalam kezaliman dengan
banyaknya bala tentara dan pelindung, sesungguhnya kami tangguhkan
(azab mereka) pada hari di mana mata terbelalak.
Pada contoh di atas, terdapat kutipan ayat al-Qur‟an surat Ibrahim
ayat 42 yaitu:
ََٰ ‫ص فيه ٱ ْ َْل ْب‬ َ ْ َ ْ َ ُ ّ َ ُ َّ
‫ص ُس‬ ِ ِ ُ ‫ِإه َما ًؤ ِخ ُسه ْم ِليى ٍم حشخ‬
Contoh lain perkataan Abu Ja„far Al-Andalusi:
َ َ ْ ُ ْ َ ُ َ ْ َ َ َّ َ ْ َ ْ َ ْ َ َّ َُ
ًِ ‫ قلما ًسغب غ ِسٍب الىط‬# ‫ال ح َػ ِاو ِد الىاض ِفي أوط ِان ِهم‬
ُ ُ َ َّ َ ً ْ َ
)ًٍ ‫اض ِبخل ٍق َح َظ‬‫ (خ ِال ِق الى‬# ‫َو ِإذا َما ِػئ َذ َغ ْيؼا ِف ْي ِه ْم‬
Artinya: Jangan engkau bertentangan dengan orang-orang yang
berada di negeri mereka # Sedikit orang yang takut terhadap orang asing.
Jika engkau ingin hidup dengan mereka # Pergaulilah orang lain dengan
akhlak yang baik!
Pada bait syair di atas terdapat kutipan hadis Rasulullah saw yaitu
َ َ ُ ُ َ َّ َ
kalimat ًٍ ‫خ ِال ِق الىاض ِبخل ٍق حظ‬

Macam-Macam Badi’ Iqtibas:


Macam-macam iqtibas dalam ilmu badi‟ ada 3:
a. Tsabitul ma‟ani
Yaitu tidak ada perubahan dari sisi makna asalnya. Yaitu
mengutip dari Al-Qur‟an maupun hadist dengan menggunakan redaksi
serta makna yang sama dengan yang ada dalam Al-Qur‟an maupun
hadist tersebut. Seperti kata syair:
َ ‫م ًْ َغ ْير َما ُج ْصم َف‬# ‫إ ْن ُل ْى ِذ َأ ْش َم ْػ ِذ َغ َلى ه ْجسَها‬
‫ص ْب ٌر َج ِم ْي ٌل‬ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫َّللا َو ِو ْػ َم ْال َى ِل‬
‫يل‬ ُ َّ ‫ َف َح ْظ ُب َىا‬# َ َ ْ َ
‫َو ِإ ْن ج َب َّدل ِذ ِب َىا غ ْي َرها‬
Artinya: Kalau kau bermaksud meninggalkan kami tanpa dosa, maka
kesabaran baik sekali bagi kami. Dan kalau kau bermaksud mencari
pengganti selain kami, maka Allah jualah yang mencukupi kami dan
sebaik-baik wakil.
َ ‫ َف‬dan ‫َّللا َوو ْػ َم‬
‫ص ْب ٌر َج ِم ْي ٌل‬ ُ َّ ‫َف َح ْظ ُب َىا‬
Iqtibas disini terletak pada lafadz ِ
ْ
‫ال َى ِل ْي ُل‬ dua redaksi tersebut dengan redaksi yang terdapat dalam
redaksi aslinya.
b. Muhawwal
Yaitu yang diubah dari makna aslinya. Yaitu membuat iqtibas
dengan mengubah arti dari arti aslinya, dari segi lafadz tidak berubah.
Seperti kata Ibnu Rumi:
َ ْ َ َ َ ْ َ َ
‫ل َما أخط ْئ ُذ ِفى َم ْى ِعى‬# ‫ل ِئ ْن أخط ْئ ُذ ِفى َم ْد ِح‬
َ َ ‫َل َق ْد َأ ْه َصْل َذ َح‬
‫ ِب َى ٍاد غ َير ِذ ْي ِذ ًَص ِز ٍع‬# ‫اجا ِحى‬
Artinya : Kalau aku salah dalam memujimu, maka aku tidak salah dalam
menahan nafsuku. Sungguh engkau telah menempatkan kebutuhanku
pada lembah yang tidak ada tumbuh-tumbuhannya.
Syi‟iran tersebut merupakan pindahan dari ayat:
َ ُ َ َ ّ
‫َزَّب َىا ِإ ِو ْي أطن ْى ُذ ِم ًْ ذ ّ ِزٍَّ ِت ْي ِب َى ٍاد غ ْي َر ِذ ًْ َص ْز ٍع‬
Maksud makna yang terkandung dalan Al-Qur‟an ialah: lembah yang tidak
bermata air dan gersang tidak ada tumbuh-tumbuhan. Yaitu: Kota
Mekkah. Adapun maksud syi‟iran itu ialah: laki-laki yang sunyi dari
kebaikan dan tidak ada gunanya.
c. Berubah sedikit wazannya. Seperti kata syair:
َّ َ َّ ُ َ َ ‫َق ْد َم‬
َ
‫َّللا َز ِاج ُػ ْىها‬
ِ ‫ ِأها ِإلى‬# ‫ان َم ِاخ ْف َذ أ ْن ًَه ْى َن‬
Artinya : Sungguh telah terbukti apa yang kau takuti. Sesungguhnya kami
semua kembali kepada Allah.
َ ُ َ
Syi‟iran di atas berasal dari ayat: ‫ّلِل وإها ِإلي ِه َزاجػىن‬
ْ َ َّ َ َّ َّ
ِ ِ ‫ِإها‬ ِ
Contoh iqtibas di atas menunjukan perubahan dari aslinya, yaitu dari ayat
diatas tersebut, kemudian dimodifikasi sedemikian rupa sehingga berubah
bentuk aslinya.
2. Iltifat
Secara etimologi iltifat adalah bentuk mashdar dari kata “‫“الخفذ‬
َ َُ
mengikuti wazan “‫ ”فخػل‬dengan tambahan hamzah dan ta. Kata dasarnya
َّ
“‫”لفذ‬.secara etimologis, kata “‫ ”لفذ‬memiliki arti ‫( الصسف‬perubahan).
Sedangkan secara Terminology menurut Al-Hasyimi bahwa iltifat
adalah perpindahan dari semua dhamir,mutakalim, mukhotob atau ghaib
kepada dhamir lain, karena tuntutan dan keserasian yang lahir melalui
pertimbangan dalam menggugah perpindahan itu, untuk menghiasi
percakapan dan mewarnai seruan, agar tidak jemu dengan satu keadaan
dan sebagai dorongan untuk lebih memperhatikan, karena dalam setiap
yang baru itu adalah kenyamanan, sedangkan sebagian iltifat memiliki
kelembutan, pemiliknya adalah rasa bahasa yang sehat.( M. Zaenuddin
dan Y. Nurbayan, 2007 :193).
Menurut kitab jauharul maknun bahwa iltifat merupkan pemindahan
ibarat/ungkapan dari sebagian jalan yang ketiga, (takallum, khitob, ghoib)
kejalan lainnya.Seperti perpindahan dari bentuk takallum kebentuk ghoib
atau khitob atau sebaliknya (dari bentuk ghoib ke bentuk takallum atau
khitob, atau dari bentuk khitob ke bentuk ghoib atau takallum).(M.
Sholahuddin. S. 2007:162).
Pembagian Iltifat
Penggunaan Iltifat dalam Al-Qur‟an ada beberapa kategori, yakni sebagai
berikut :
1. Iltifat Al-Dhamir
Yang dimaksud dengan Iltifat Al-Dhamir adalah perpindahan dari
satu dhomir kepada dhamir lain di antara dhamir-dhamir yang tiga
(mutakalim, mukhatab, dan ghoib), dengan catatan bahwa dhamir
baru itu kembali kepada dhamir yang sudah ada dalam materi yang
sama.
Macam-macam iltifat al-dhamir adalah :
a. Dari mutakalim ke mukhatab
)٢۲ ‫ومالي الاغبد الري فطسوي واليه جسجػىن (ٌع‬
Artinya : Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah
menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya kamu akan
dikembalikan.(QS. Yasin 22)
Ayat tersebut merupakan gaya bahasa iltifat, berupa
perpindahan dhamir, yaitu dari dhamir mutakalim ‫ومالي‬
(mengapa aku) kepada dhamir mukhatab ‫( جسجػىن‬kamu akan
dikembalikan), dan ternyata dhamir baru itu (dhamir mukhotob
pada ‫ جسجػىن‬kembali kepada dhamir yang sudah dalam materi
yang sama, yaitu dhamir mutakalim pada ‫(ومالي‬M. Zaenuddin
dan Y. Nurbayan, 2007, hal : 195)
b. Dari mutakalim ke ghoib
ّ ‫فصل‬
ّ ّ
‫لسبو واهحس‬
ِ ِ * ‫الهىثس‬ ‫ااغطيىاك‬‫اه‬
Artinya: Sesungguhnya Aku (Allah) telah memberikan
kepadamu nikmat yang sangat banyak (telaga kautsar), maka
sholatlah kamu pada Tuhanmu dan berkurbanlah (QS.Al-
kautsar 1-2).
ّ
Dari bentuk takalum ‫اها‬ berpindah kebentuk Ghaib
ّ ‫فصل‬
‫لسبو‬ ّ ّ
ِ ِ asalnya ‫فصل لىا‬
ِ (sholatlah padaku).
c. Dari mukhatab ke mutalakim
ًّ ‫طسوب * ُب َػ ْي َد‬
‫ص َس َح ِان َم ِؼ ْي ُب‬ْ ‫الؼباب َغ‬ ُ ُ ‫طهابو‬
‫قلب في الحظان‬
ُ ُ ً َّ َ َّ
‫ًُه ِلفني ليلى وقد ػط َو ُّليها * َو َغا َز ْث ِغ َى ٍاد َب ْييىا َوخط ْى ُب‬
Atinya:
“Telah merusak dirimu hatimu yang sangat ingin mendapatkan
wanita cantik
Padahal setelah masa muda adalah masa tua.
Hati telah memaksaku untuk mendapatkan Laila
Padahal sangat jauh hari-hari untuk mendekatinya dan
banyaknya penghalang diantara kita”. (sholihuddin shofwan,
2007 : 163)
َّ
Yang menjadi contoh, lafaz ‫ بو‬dan ‫ ًُه ِلفني‬asalnya ‫ليلي‬
‫( وٍهلفو‬Abdurrahman al-Ahdhori, 2009 :48)
d. Dari mukhatab ke ghoib
Seperti :
ْ ْ
‫َح َّتي ِاذا لىخم ِفل ُفل ِو َو َج َسٍْ ًَ بهم‬
Artinya: sehingga ketika kamu semua berada dalam perahu,
dan perahu berjalan bersama mereka.
Dari bentuk khitob ‫ لىخم‬berpindah ke ghaib ‫ بهم‬asalnya
‫( بنم‬bersamamu semua)
e. Dari ghoib ke mukhatab
Seperti :
‫مالو ًىم الدًً * ّاًو وػبد‬
Artinya: (Allah) yang merajai hari pembalasan, hanya kepada-
Mu aku menyembah.
Lafadz ‫ مالك يوم الدين‬merupakan bentuk ghaib, lalu pindah
kebentuk khitob ‫ايّك‬
f. Dari ghoib ke mutakalim mutsana, dan jama‟) dengan catatan
bahwa dhamir yang baru itu kembali kepada dhamir yang sudah
ada dalam materi yang sama.
ّ ‫وهلل َّال ِري ازطل‬
‫السح فخثير سحابا فظقىاه‬
ِ
Artinya: Allah yang telah meniupkan angin, lalu angin itu
menerjang mendung, lalu aku (Allah) menggiringnya (QS. Al-
Fathir :9)
Lafadz ‫ هللا‬merupakan bentuk ghaib berpindah kebentuk
takallum ‫(فظقىاه‬sholahuddin shofwan, 2007:163-164).
2. iltifat Adad Al-Dhamir
Macam-macam Iltifat „Adad Al-Dhamir adalah sebagai berikut :
a. Dari mutakallim mufrod kepada mutakallim ma‟al ghoir
ّ
‫ اها اغخد ها جهىم للهافسًٍ هصال‬,‫افحظب الرًً لفسوا ان ًخخروا غبادي مً دووي اولياء‬
Artinya : Maka apakah orang-orang kafirmenyangka bahwa
mereka (dapat ) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi
penolong selain Aku?sesungguhnya kami telah menyediakan
neraka jahanam tempat tinggal bagi orang-orang kafir. (QS.Al-
kahfi 102)
Ayat tersebut menggunakan gaya bahasa „udul yang
berpola kepada iltifat. Perpindahanya terjadi pada bilangan
dhamir, berupa perpindahan dari mutakallim mufrad (personal
tunggal) ‫( غبادي‬hamba-hamba-Ku) kepada mutakalim jamak
َ
(jamak) ‫ ( اها‬sesungguhnyakami), dan dhamir mutakalim jamak
َ
pada ‫ اها‬kembali kepada dhamir yang sudah ada dalam materi

yang sama, yaitu dhamir mutakalim mufrod pada ‫غبادي‬.


b. Dari mutakalliim ma‟al ghoir kepada mutakallim mufrod
ْ
…..‫ ِفاماًاجيىنم مني هدي‬,‫قلىا اهبطىامنها جميػا‬
Artinya : Kami berfirman : turunlah kamu semua dari syurga
itukemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu…(QS. Al-
baqarah 38).
Ayat tersebut menggunakan gaya bahasa yang berpola
kapada iltifat. Perpindahanya terjadi pada bilangan dhamir,
berupa perpindahan dari mutakalim jamak ‫( قلىا‬kami berfirman)
kepada mutakalim mufrad ‫مني هدي‬.(petunjuk-Ku), dan dhamir
mutakalim mufrad jamak pada ‫مني هدي‬. Kembali kepada dhamir
yang sudah ada dalam materi yang sama yaitu dahamir
mutakalim jamak pada ‫قلىا‬
3. Iltifat Anwa‟ Al-jumlah
Yang dimaksud dengan iltifat anwa‟ al-jumlah adalah
perpindahan dari satu jumlah (kalimat) kepada jumlah lain di antara
macam-macam jumlah yang ada, dengan catatan bahwa materi
pada jumlah baru itu kembali kepada jumlah yang sudah ada.
Macam-macam Iltifat Anwa‟ Al-jumlah adalah sebagai berikut :
a. Dari jumlah fi‟liyyah kepada jumlah ismiyyah
ُ ‫الؼياطين َل‬
‫فسوا‬ َ َ ‫طليمان َول‬
ً‫ن‬ ُ َ
‫َو َمال َفس‬
Artinya (Dan mereka menyatakan bahwa sulaiman itu
mengerjakan sihir) padahal sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan –syaitan itulah-itulah yang
kafir (mengerjakan sihir)…..( QS. Al-baqarah 102)
Ayat tersebut menggunakan pola iltifat, berupa
perpindahan anwa‟al-jumlah (ragam kalimat), yaitu dari jumlah
fiiliyah ‫(و َما َكفَر سليمان‬terdiri
َ dari fiil dan fail) kepada jumlah
َ
ismiyah‫( ولكنَ الشياطينَ كَفرو‬terdiri dari mubtada dan khobar), kalimat
kedua merupakan penjelasan dari kalimat pertama.
b. Dari jumlah ismiyyah kepada fi‟liyyah

….‫الحمدهلل زب الػاملين السحمً السحيم مالو ًىم الدًً اًاك وػبد‬


Artinya : segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, maha
pemurah lagi maha penyayang, yang menguasai hari
pembalasan dan. Hanya kepada engkaulah kami menyembah…
Ayat tersebut merupakan pola iltifaty, berupa
perpindahan pada anwa‟al-jumlah yaitu dari jumlah ismiyah
‫( الحمدهلل‬terdiri dari mubtada dan khobar) kepada jumlah fi‟liyah
‫( اًاك وػبد‬terdiri dari fiil, fail dan maful bih), kalimat kedua
merupakan penjelasan tentang keadaan persona III pada
kalimat pertama.
c. Dari kalimat berita kepada kalimat melarang
‫ولهل وجهت هىمىليها فاطدبقى الخيراث‬
Artinya: Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri)yang ia
menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam
berbuat ) kebaikan (QS. Al- Baqarah 148)
Ayat tersebutmerupakan pola iltifat, berupa perpindahan
pada anwa‟al-jumlah yaitu dari kalimat berita ‫هىمىليها‬ ‫ولهل وجهت‬
(dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia
menghadap kepadanya), kepada kalimat perintah ‫فاطدبقى‬
‫الخيراث‬ maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat
kebaikan), kalimat kedua merupakan penjelasan tentang sikap
mukhotob terhadap pernyataan pada kalimat pertama.( M.
Zaenuddin dan Y.Nurbayan, 2007:203-204)

3. Izdiwaj
Izdiwaj, merupakan dua lafazh yang saling bersandingan, artinya
datangnya secara berurutan. Ciri dari Izdiwaj ini memiliki keserupaan baik
dalam panjang-pendeknya, susunanya, maupun sajaknya. Seperti: “Man
Jadda wa Jada” dan “Man Lajja wa Lija”. Kata yang serupa dalam
pelafalanya adalah Man jada dan wa Jada, yang pertama berarti (barang
siap bersungguh-sungguh), dan yang kedua berarti (mendapatkan).
Kedua lafazh ini serupa dalam pelafalan dan datang secara berurutan.
C. Penutup

Iqtibas adalah mengutip sesuatu kalimat dari Al-quran atau hadis, lalu
disertakan ke dalam suatu kalimat prosa atau syair tanpa dijelaskan bahwa
kalimat itu dikutip dari al-quran atau hadits.

Macam-macam iqtibas dalam ilmu badi‟ ada 3:

1. Tsabitul ma‟ani yaitu tidak ada perubahan dari sisi makna asalnya,
2. Muhawwal yaitu yang diubah dari makna aslinya,
3. Berubah sedikit wazannya.

Iltifat merupakan pemindahan ibarat/ungkapan dari sebagian jalan yang


ketiga, (takallum, khitob, ghoib) ke jalan lainnya seperti perpindahan dari
bentuk takallum kebentuk ghoib atau khitob atau sebaliknya (dari bentuk ghoib
ke bentuk takallum atau khitob, atau dari bentuk khitob ke bentuk ghoib atau
takallum).

Izdiwaj merupakan dua lafazh yang saling bersandingan, artinya


datangnya secara berurutan.

D. Daftar Pustaka
Sayyid Muhammad al-Maliki, Keistimewaan-Keistimewaan al-Quran, terj. Nur
Fauzin, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, t.t)
https://tugasmereka.blogspot.com/2017/08/makalah-ilmu-balaghoh-badi-
iqtibas.html?m=1
https://hahuwa.blogspot.com/2017/08/pengertian-iqtibas-dan-
pembagiannya.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai