Anda di halaman 1dari 4

1) Sosio Kultural Jazirah Arab

 Qs. Al Balad: 1-2


٢ ‫ َوَأنتَ ِح ۢلُّ بِ ٰهَ َذا ۡٱلبَلَ ِد‬١ ‫ٓاَل ُأ ۡق ِس ُم بِ ٰهَ َذا ۡٱلبَلَ ِد‬
Az-Zuhaili, dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa jazirah arab ini terkhusus Mekkah
merupakan kota yang sangat mulia, kota yang nantinya akan menjadi kiblat umat muslim
seluruh dunia. Kota ini merupakan kota yang ditempati oleh keturunan Ibrahim a.s. yang
juga merupakan tempat dilaksanakannya ibadah haji. Oleh karenanya, Allah mengutus
Muhammad untuk menyuarakan serta merubah peradaban jahiliyah yang ada di kota ini
agar kota dapat kembali murni, dan terhindar dari kaum kaum kafir yang menodainya
dengan banyaknya patung berhala yang mereka sembah.
 Qs. Al Anbiya: 107
١٠٧ َ‫ﵟ َو َمٓا َأ ۡر َس ۡل ٰنَكَ ِإاَّل َر ۡح َم ٗة لِّ ۡل ٰ َعلَ ِمين‬
Markaz al-Dirosah, Beirut, menjelaskan bahwa ayat ini pernah ditanyai oleh sahabat
Nabi bernama Ikrimah yang merupakan tuan daripada Ibn al-Abbas, dia bertanya
bahwasannya apakah Nabi melaknat kaum kafir Quraisy. Kemudian Nabi menjawab
bahwasannya, beliau diutus bukan untuk melaknat, akan tetapi sebagai rahmat,
kemudian beliau membacakan ayat tersebut.
2) Term Ma'ruf
 Surah Al – Baqarah ayat 263:
‫ص َدقَ ٍة يَّ ْتبَ ُعهَٓا اَ ًذى ۗ َوهّٰللا ُ َغنِ ٌّي َحلِ ْي ٌم‬
َ ‫ف َّو َم ْغفِ َرةٌ َخ ْي ٌر ِّم ْن‬ٌ ْ‫قَوْ ٌل َّم ْعرُو‬
Dalam tafsir al-Misbah, menjelaskan bahwa ma’ruf yaitu berupa ucapan atau perkataan yang
baik yang sesuai dengan budaya terpuji didalam masyarakat, perkataan baik tersebut adalah
ucapan yang tidak menyakiti hati. Jika di sesuaikan dengan arti ayat tersebut menjelaskan
tentang sebaik-baik sedekah adalah ucapan yang tidak menyakiti hati penerimanya.
 Qs. Ali Imron: 104
ٰۤ ُ
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬ َ ‫ول ِٕى‬ ‫َر ۗ َوا‬ ِ ‫ف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْنك‬ ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْالخَ ي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
Menurut Muhammad Hasbi as-Shiddieqy dalam tafsir an-Nur menjelaskan bahwa ayai ini
memerintah untuk menyeru kepada umat manusia kepada kebajikan (agama) yang
membawa umat manusia kedalam kebahagiaan dunia dan akhirat. Maksud dari menyuruh
ma;ruf adalah menyuruh dalam segala hal yang dipandang baik oleh syara’ dan akal.
3) Hak dan kewajiban Warga Negara
 Al-Hujurat ayat 13
‫ارفُ ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل ِ َأ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬
َ ‫َر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َع‬ ٰ ٓ
ٍ ‫ٰيََأيُّهَا ٱلنَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَ ُكم ِّمن َذك‬
Quraish Shihab ketika menjelaskan ayat tersebut bahwa Semakin kuat sikap pengenalan satu
pihak kepada pihak selainnya, semakin terbuka peluang untuk Saling memberi manfaat.
Karena itu ayat di atas menekankan perlunya saling mengenal.3 AApalah Arti perkenalan
jikalau tidak saling memberikan manfaat.
 Al Qashash : 85
ٰ َ ‫ك ْٱلقُرْ ءانَ لَ َرٓا ُّدكَ لَ ٰى م َعا ٍد ۚ قُل َّربِّى َأ ْعلَ ُم من َجٓاء ب ْٱلهُد َٰى وم ْن هُو فِى‬ َ ‫ِإ َّن ٱلَّ ِذى فَ َر‬
ٍ ِ‫ضلَ ٍل ُّمب‬
‫ين‬ َ َ َ ِ َ َ ٓ َ ‫ِإ‬ َ َ ‫ض َعلَ ْي‬
Ibnu’ Abbas menyatakan bahwa ayat di atas turun di Juhfah dekat Mekkah dalam perjalanan
Nabi menuju ke Madinah. Ketika itu beliau dalam bahaya. Hati dan pandangan beliau tertuju
ke Negeri yang dicintainya dan yang terasa bagi beliau sangat berat untuk ditinggalkan,
seandainya Bukan karena dakwah Islam lebih penting dan mulia bagi beliau dari negeri dan
tumpah darahnya. Dalam artian beliau sangat mencintai kota Mekkah namun karena
perintah Allah dan dakwah Islam Maka beliau harus meninggalkan kota yang sangat
dicintainya. Dengan demikian, cinta tanah air Adalah telah dicontohkan oleh Rasulullah
sendiri.
4) Hak kewajiban suami istri
 An Nisa: 4
ْ ‫فَاِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن ش‬-ًؕ‫صد ُٰقتِ ِه َّن نِحْ لَة‬
‫َی ٍء ِّم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوْ هُ هَنِ ْٓیــٴًـا َّم ِر ْٓیــٴًـا‬ َ ‫َو ٰاتُوا النِّ َسآ َء‬
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa kata ًؕ‫ النِحْ لَة‬menurut lbnu ‘Abbas artinya
mahar/maskawin. Menurut ‘A’isyah, ًؕ‫ النِحْ لَة‬adalah sebuah keharusan. Sedangkan menurut
Ibnu Zaid ًؕ‫ النِحْ لَة‬dalam perkataan orang Arab, artinya sebuah kewajiban. Maksudnya,
seorang laki-laki diperbolehkan menikahi perempuan dengan sesuatu yang wajib diberikan
kepadanya, yakni mahar yang telah ditentukan dan disebutkan jumlahnya, dan pada saat
penyerahan mahar harus pula disertai dengan kerelaan hati sang calon suami.
 Al Baqarah 233
ْ َّ ُ ِ ْ‫ َو َعلَى ْال َموْ لُوْ ِد لَهٗ ِر ْزقُه َُّن َو ِك ْس َوتُه َُّن بِ ْال َم ْعرُو‬-َؕ‫َّضا َعة‬
ٌ‫اَل ت َكلفُ نَفس‬-ؕ‫ف‬ َ ‫ض ْعنَ اَوْ اَل َده َُّن َحوْ لَ ْی ِن كَا ِملَ ْی ِن لِ َم ْن اَ َرا َد اَ ْن یُّتِ َّم الر‬ ِ ْ‫ت یُر‬ ُ ‫َو ْال َوالِ ٰد‬
‫اِاَّل ُو ْس َعهَاـ‬
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya.”
Maksud dari kata ٗ‫ ْال َموْ لُوْ ِد لَه‬pada ayat di atas adalah ayah kandung si anak. Artinya, ayah si
anak diwajibkan memberi nafkah dan pakaian untuk ibu dari anaknya dengan cara yang
ma’ruf. Yang dimaksud dengan ‫ف‬ ِ ْ‫ بِ ْال َم ْعرُو‬adalah menurut kebiasaan yang telah berlaku di
masyarakat tanpa berlebih-lebihan, juga tidak terlalu di bawah kepatutan, dan disesuaikan
juga dengan kemampuan finansial ayahnya.
Adapun menyediakan tempat tinggal yang layak adalah juga kewajiban seorang suami
terhadap istrinya sebagaimana Firman Allah SWT berikut:
…‫ْث َس َك ْنتُ ْم ِّم ْن وُّ جْ ِد ُك ْم‬ ُ ‫اَ ْس ِكنُوْ ه َُّن ِم ْن َحی‬
Artinya “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu (suami) bertempat tinggal menurut
kemampuan kamu,…” (QS. Ath Thalaaq: 6).
5) Larangan mencela dan merendahkan orang lain
 Al Humazah :1
‫َو ْي ٌل لِّ ُكلِّ هُ َم َز ٍة ُّل َم َز ٍة‬
Dalam kitab tafsirnya, Syekh as-Sa’di menjelaskan bahwa kata humazah bisa bermakna
mengumpat atau menjelekkan orang lain, baik dengan cara ghibah ataupun merendahkan
orang lain. Sementara lumazah berarti mencela orang lain secara langsung di hadapannya
dengan perkataan buruk yang dapat menyakiti hatinya.

Adapun ancaman wail yang terdapat dalam ayat ini merujuk pada nama sebuah lembah di
neraka. Kata ini digunakan untuk mendoakan seseorang agar mendapatkan kecelakaan dan
kenistaan itu. Dengan demikian ia dapat menggambarkan keadaan buruk yang sedang atau
akan dialami. Banyak ulama yang memahaminya dalam arti kecelakaan dan kenistaan
merupakan ancaman terhadap pengumpat dan pencela.
 Al hujurat: 11
ُ ُ ‫َأ‬ ۟ ُ ۟ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ُ‫وا اَل يَ ْس َخرْ قَوْ ٌم ِّمن قَوْ ٍم َع َس ٰ ٓى َأن يَ ُكون‬
‫وا َخ ْيرًا ِّم ْنهُ ْم َواَل نِ َسٓا ٌء ِّمن نِّ َسٓا ٍء َع َس ٰ ٓى َأن يَ ُك َّن َخ ْيرًا ِّم ْنه َُّن ۖ َواَل ت َْل ِمز ٓوا نف َسك ْم َواَل‬ َ
َّٰ َٓ ٰ ۟ ‫َّ ُ َُأ‬
َ‫ق بَ ْع َد ٱِإْل ي ٰ َم ِن ۚ َو َمن ل ْم يَتبْ ف ولِئكَ هُ ُم ٱلظلِ ُمون‬ ُ ‫س ٱٱِل ْس ُم ْٱلفُسُو‬ ِ َ‫وا بِٱَأْل ْل ٰق‬
َ ‫ب ۖ بِْئ‬ ۟ ‫تَنَابَ ُز‬
Tafsir Ibnu Katsir, menjelaskan kandungan makna dari Surat Al hujurat Ayat 11, bahwa
jangalah kita sebagai orang mukmin menghina dan mengejek orang-orang mukmin lainnya.
Allah SWT melarang kita untuk meghina orang lain yakni dengan mengolok-olok. Larangan
tersebut ditujukan kepada kaum laki-laki maupun kaum perempuan karena boleh jadi kaum
laki-laki maupun perempuan yang diperolok-olokkan lebih baik dari kaum laki-laki dan kaum
perempuan yang mengolok-olokkan. Sebagai manusia yang berakal tentunya tidak akan
mencela dirinya sendiri, tidak memberikan gelar atau panggilan yang buruk kepada orang
lain dan tidak sepantasnya mencela (melalui perbuatan atau lisan) maupun mengumpat
orang lain. Karena sesungguhnya orang lain pun hakikatnya sama seperti dirinya dan
Janganlah menganggap rendah orang lain karena dibalik semua itu bisa saja orang yang
direndahkan sesungguhnya lebih tinggi derajatnya disisi Allah daripada orang yang
merendahkan.
6) Hubungan antar pemeluk agama
 Al Kafirun: 1-6
ُۡ‫لَـ ُكمۡ ِد ۡينُكم‬٥ ؕ ‫ َو اَل ۤ اَ ۡنـتُمۡ ٰعبِد ُۡونَ َم ۤا اَ ۡعبُ ُد‬٤ ۙۡ‫ َواَل ۤ اَنَا عَابِ ٌد َّما َعبَ ۡدتُّم‬٣ ۚ ‫ َواَل ۤ اَ ۡنـتُمۡ ٰعبِد ُۡونَ َم ۤا اَ ۡعبُ ُد‬٢ َ‫ اَل ۤ اَ ۡعبُ ُد َما ت َۡعبُد ُۡو ۙن‬١ َ‫قُلۡ ٰۤياَيُّ َها ۡال ٰكفِ ُر ۡو ۙن‬
٦ ‫َولِ َى ِد ۡي ِن‬
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa, surat ini adalah surat penolakan
(baraa’) terhadap seluruh amal ibadah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan yang
memerintahkan agar kita tujuan maupun bentuk dan tata caranya. Karena setiap bentuk
percampuran dsini adalah sebuah kesyirikan, yang tertolak secara tegas dalam konsep
aqidah dan tauhid Islam yang murni. Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan
utama. Pertama ikrar pemurnian tauhid, khususnya tauhid uluhiyah (tauhid ibadah), kedua
ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang
dilakukan oleh orang-orang kafir.
Kemudian QS. Al-Kafirun ini ditutup dengan pernyataan secara timbal balik, yaitu untukmu
agamamu dan untukku agamaku. Dengan demikian, masing-masing pemeluk agama dapat
melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya tanpa
memaksakan pendapat kepada orang lain dan sekaligus tidak mengabaikan keyakinan
masing-masing serta akan dipertanggungjawabkan masing-masing dihadapan Allah. Dengan
turunnya ayat ini, hilanglah harapan orang-orang musyrikin Quraisy yang berusaha
membujuk nabi Muhammad saw agar bersikap toleran dengan jalan untuk kompromi dalam
bidang aqidah Islam.
 Al maidah:2
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
٢‫ب‬ ِ ‫ َواتَّقُوا َ ؕ اِ َّن َ َش ِد ۡي ُد ۡال ِعقَا‬‫اونُ ۡوا َعلَى ااۡل ِ ۡث ِم َو ۡالع ُۡد َوا ِن‬ َ ‫َواَل تَ َع‬

Artinya:
“...dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Dari penggalan ayat tersebut sudah jelas bahwa di dalam al-Qur’an dijelaskan dengan sikap
tolong menolong kepada sesama manusia baik itu yang beragama Islam ’aupun non Islam.
Selain itu juga seorang muslim dianjurkan untuk berbuat kebaikan di muka bumi ini dengan
sesama mahluk Tuhan dan tidak diperbolehkan untuk berbuat kejahatan pada manusia.
7) Kesetaraan umat manusia dihadapan Allah
 Al hujurat:13
‫ارفُ ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِعن َد ٱهَّلل ِ َأ ْتقَ ٰى ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬
َ ‫َر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْل ٰنَ ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَٓاِئ َل لِتَ َع‬ ٰ ٓ
ٍ ‫ٰيََأيُّهَا ٱلنَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَ ُكم ِّمن َذك‬
Tafsir Al mishbah: Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dalam
keadaan sama, dari satu asal: Adam dan Hawa. Lalu kalian Kami jadikan, dengan keturunan,
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal dan saling menolong.
Sesungguhnya orang yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa di antara kalian. Allah Sungguh Maha Mengetahui segala sesuatu dan Maha
Mengenal, yang tiada suatu rahasia pun tersembunyi bagi-Nya.
 Al hujurat:10
َ‫اِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ اِ ْخ َوةٌ فَاَصْ لِحُوْ ا بَ ْينَ اَ َخ َو ْي ُك ْم َواتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُموْ ن‬
Tafsir al mishbah: Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
adalah bersaudara. Sebab iman yang ada telah menyatukan hati mereka. Maka damaikanlah
antara kedua saudara kalian demi menjaga hubungan persaudaraan seiman. Jagalah diri
kalian dari azab Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya,
dengan harapan Dia akan memberi kalian rahmat berkat ketakwaan kalian.
8) Pengambilan harta orang lain
 Q.S. Al Maidah ayat 38 :
‫سبَا نَ َكااًل ِّمنَ هّٰللا ِ َۗوهّٰللا ُ َع ِز ْي ٌز َح ِك ْيم‬
َ ‫سا ِرقَةُ فَا ْقطَ ُع ْٓوا اَ ْي ِديَ ُه َما َج َز ۤا ۢ ًء بِ َما َك‬
َّ ‫ق َوال‬
ُ ‫سا ِر‬
َّ ‫ َوال‬٣٨ 
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan kanan keduanya.

Tetapi qiraah ini dinilai syazzah (asing), sekalipun hukumnya menurut semua ulama sesuai
dengan makna bacaan tersebut: tetapi bukan karena atas dalil bacaan itu, karena
sesungguhnya dalil (memotong tangan kanan) diambil dari yang lain.

Dahulu di masa Jahiliah hukum potong tangan ini berlaku, kemudian disetujui oleh Islam dan
ditambahkan kepadanya syarat-syarat lain, seperti yang akan kami sebutkan. Perihalnya
sama dengan qisamah, diat, qirad, dan lain-lainnya yang syariat datang dengan
menyetujuinya sesuai dengan apa adanya disertai dengan beberapa tambahan demi
menyempurnakan kemaslahatan.

Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui jalur Abdul Mu-min, dari Najdah
Al-Hanafi yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas mengenai makna
firman-Nya: Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (Al-Maidah: 38); Apakah ayat ini mengandung makna khusus atau umum? Ibnu
Abbas menjawab, “Ayat ini mengandung makna umum.”

Anda mungkin juga menyukai