Anda di halaman 1dari 21

RANGKUMAN

VARIASI-VARIASI
BAHASA ARAB
Oleh: Umi Rukhiyatun, M. Hum
A. DEFINISI VARIASI BAHASA
ARAB
 Dalam kajian bahasa Arab, istilah dialek
berpadanan dengan istilah lahjah. Dalam kamus
Lisan Al Arab, lahjah didefinisikan dengan
bahasa (Lughah) atau metode aktualisasi bahasa
(tuturan) atau bunyi suatu tuturan.
 Ciri utama dalam dialek adalah ciri pembeda
(khashaish) yang membedakan satu bahasa
dengan bahasa lainnya dalam satu rumpun. Ciri
pembeda itu bisa berupa (fonologi), bentuk kata
(morfologi) atau struktur kalimat (sintaksis).
 Faktor pembentuk dialek adalah faktor
geografis, sosial, politik dan persaingan antar
bahasa.
 Sejumlah kesulitan dalam kajian dialek bahasa Arab klasik menurut
Ramdhan Abduttawwab diantaranya:
1. Kajian ini menuntut untuk mengungkap semua karya-karya dalam
bahasa Arab. Tidak hanya terfokus pada karya linguis (lughawiyyun)
dan ahli tata bahasa (nuhat) tapi juga karya-karya ahli geografi,
sejarawan, filsuf, dokter dan matematikawan baik berhubungan
langsung atau tidak.
2. Tidak disebutkannya nama kabilah yang dijadikan sumber suatu
dialek sehingga menyulitkan kajian ini.
3. Penggunaan istilah-istilah yang digunakan para ahli bahasa tidak
begitu jelas seperti penggunaan kata lughah yang terkadang
merujuk pada dialek (lahjah) atau pada kesalahan pengucapan.
4. Anggapan ahli bahasa bahwa Quraisy adalah dialek Arab paling fasih
telah berimplikasi pada anggapan bahwa dialek-dialek lain itu
rendah dan lemah karena keluar dari aturan baku.
5. Kesalahan pembacaan dan penyalinan tulisan Arab telah
menghilangkan tanda-tanda bahasa Arab yang baku.
B. MANFAAT KAJIAN DIALEK
ARAB KLASIK
 Menurut Ramdhan Abduttawwab manfaat-
manfaatnya sebagai berikut:
1. Kajian dialek Arab modern selalu merujuk pada
dialek-dialek Arab klasik.
2. Kajian dialek Arab klasik dilakukan untuk
mejelaskan bahwa bahasa Arab fusha dan bahasa
syair merupakan gabungan dari berbagai dialek
atau hanya satu dialek yang dianggap ideal oleh
para penyair.
3. Kajian dialek sangat bermanfaat untuk
mengetahui sumber-sumber beragamnya qira’at Al-
Qur’an karena banyak periwayatan tentang cara
pembacaan Al-Qur’an tanpa merujuk satu dialek.
C. RAGAM VARIASI BAHASA
ARAB
 Menurut Ibrahim al-Hamd variasi bahasa Arab (lahjah
‘Arabiyyah) terbagi lima diantaranya:
1. Bahasa yang dikaitkan dengan pengucapannya dan diberi
nama. (lughah mansubah mulaqqabah)
2. Bahasa yang dikaitkan dengan pengucapannya tanpa diberi
nama, hanya mengganti huruf. (lughah mansubah ghairu
mulaqqabah tajriy fi ibdal al-huruf)
3. Bahasa yang dikaitkan dengan pengucapannya tanpa diberi
nama, hanya mengganti harakat. (lughah min dzalika fi
taghayyur al-harakat)
4. Bahasa yang tidak dikaitkan dengan pengucapannya dan
tidak diberi nama. (lughah ghairu mansubah wa laa
mulaqqabah)
5. Bahasa atau kesalahan pengucapan oleh orang-orang Arab,
seperti mengubah huruf ra menjadi lam dan sin menjadi
tsa.
1. LUGHAH MANSUBAH
MULAQQABAH
a. Kasykasyah dialek ini terjadi pada kabilah Rabi’ah
dan Mudhar. Diriwayatkan juga dialek ini terjadi di
kabilah Asad dan Hauzan. Kasykasyah adalah
menambahkan bunyi kaf dhamir mukhathab
muannats dengan bunyi syin ketika waqaf (berhenti)
atau juga washal (dilanjutkan). Contoh ‫ َر َأْيُتِك‬menjadi
‫ َر َأْيُتِكْش‬atau ‫ َع َلْيِك‬menjadi ‫َع َلْيِكْش‬.
b. Kaskasah adalah dialek yang menambahkan kaf
dhamir mukhathab dengan bunyi sin. Contohnya
sebagaimana dialek kasykasyah di atas, hanya saja
syin digantikan dengan sin, ‫ َع َلْيِك‬menjadi . ‫َع َلْيِكْس‬Dialek
ini menurut sejumlah ulama berasal dari kabilah
Rabi’ah, Mudhar, Bakr dan Hauzan. Namun menurut
Hariry dialek ini berasal dari Bakr saja.
LANJUTAN …
c. Syansyanah dialek yang menggantikan bunyi kaf
dengan bunyi syin. Contoh ‫ لبيك اللهّم لبيك‬menjadi ‫لبيش‬
‫اللهّم لبيش‬.
d. Taltalah dialek ini menurut sebagian ulama, datang
dari sebagian besar kabilah Arab seperti Tamim,
terutama pedalaman Buhara dan kabilah Qais.
Sejumlah ulama menduga dialek ini ada pada semua
kabilah Arab, kecuali penduduk Hijaz. Dialek ini
biasa terjadi pada pembacaan (qiraat) terhadap Al-
Qur’an seperti ‫ َنْسَتِع ْيُن‬menjadi ‫ ِنْسَتِع ْيُن‬dan ‫ َتْس َو ُّد‬menjadi
‫ِتْس َو ُّد‬. Menurut Ibnu Faris dialek ini berasal dari
kabilah Asad dan Qais tapi terjadi pada semua awal
kata ‫ َتْع َلُم ْو َن‬menjadi ‫ ِتْع َلُم ْو َن‬dan ‫ َش ِع ْيٌر‬menjadi ‫ِش ِع ْيٌر‬.
LANJUTAN …
e. Al-Thamthamaiyyah yaitu dialek yang
menggantikan lam ta’rif menjadi mim. Dialek ini
berasal dari Thay-i, Azdi, sebagian besar kabilah
Yaman dan sejumlah kabilah di kabilah-kabilah di
selatan jazirah Arab. Dialek ini juga kadang dipakai
Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang terdapat
dalam ucapannya atau haditsnya sebagai berikut ‫ر‬
‫ ف س م ا ى ف م ا ي ص م ا ر ب م ا ن م س ي ل‬padahal asalnya
‫ر ف س ل ا ى ف م ا ي ص ل ا ر ب ل ا ن م س ي ل‬.
f. Al-‘An’anah adalah dialek yang menggantikan bunyi
hamzah pada awal kata dengan ‘ain. Dialek ini
terjadi pada kabilah Tamim, Qais, Asad dan
Qudha’ah. Contoh ‫ إنك‬menjadi ‫ أسلم‬,‫ ِع ّنك‬menjadi ‫عسلم‬
dan ‫ إذن‬menjadi ‫عذن‬.
LANJUTAN …
g. Al-‘Aj’ajah dialek ini datang dari Bani
Qudha’ah. Dialek ini mengganti yang
bertasydid dengan jim seperti ‫ تميمّي‬menjadi
‫ تميمج‬atau mengganti yang ya setelah ‘ain
dengan jim seperti ‫ الراعي‬menjadi ‫الراعج‬.
h. Al-Watam adalah dialek yang mengganti sin
menjadi ta’ seperti kata ‫ الناس‬menjadi ‫النات‬.
Dialek ini terjadi di daerah Yaman.
LANJUTAN …
i. Al-Wakam dialek ini terdapat di bahasa
Rabi’ah yang merupakan bahasa kaum Kalb.
Dialek ini mengkasrahkan kaf mukhathab
jama’ jika sebelumnya ada huruf ya atau
huruf berharakat kasrah, seperti ‫ عليُك م‬dan ‫ِبُك ْم‬
menjadi ‫ َع َلْيِكْم‬dan ‫ِبِكْم‬.
j. Al-Waham dialek yang mengkasrahkan ha
ghaibah ketika berdampingan dengan mim
jama’ secara mutlak seperti ‫ ِم ْنُهْم‬menjadi ‫ِم ْنِه ْم‬
dan ‫ َبْيَنُهْم‬menjadi ‫َبْيَنِهْم‬. Dialek ini terjadi pada
bahasa Kalb.
LANJUTAN …
k. Al-Istintha dialek yang ditemukan di Bani S’ad, Hudzail,
Azdi, Qais dan Anshar. Dialek ini menggantikan ‘ain
sukun jika berdampingan dengan tha’ dan nun seperti
‫ أعطي‬menjadi ‫أنطي‬. Begitu pula ketika mereka membaca
Al-Qur’an seperti ayat ‫ إنا أعطيناك كالكوثر‬menjadi ‫إنا أنطيناك‬
‫كالكوثر‬.
l. Al-Quth’ah dialek yang memotong kata sebelum selesai,
seperti ‫ يا أبا الحكم‬menjadi ‫يا أبا الحكا‬. Dialek ini berbeda
dengan tarkhim yang ada dalam Nahwu, karena tarkhim
hanya terjadi pada isim munada. Adapun quth’ah
terjadi pada semua bentuk kata. Dialek Quth’ah terjadi
di kabilah Thaiy-i.
m. Al-Khalkhaiyyah dapat ditemukan di bahasa Arab
Syahar dan Oman. Mereka menggantikan sebagian huruf
layyin seperti pada kalimat ‫ ما شاء هللا‬menjadi ‫ما شا هللا‬.
2. LUGHAH MANSUBAH GHAIRU
MULAQQABAH TAJRIY FI IBDAL AL-HURUF
a. Dialek Mazin, dialek yang menggantikan
mim dengan ba’ atau ba’ dengan mim,
seperti ‫ بكر‬menjadi ‫ مكر‬dan kata ‫ اطمأّن‬menjadi
‫اطبأّن‬.
b. Dialek Thay-i, dialek yang menggantikan ta’
jama’ muannats menjadi ha ketika
diwaqafkan. Contoh ‫ دفن البناه من المكّرماه‬asalnya
‫دفن البنات من المكّرمات‬.
LANJUTAN …
c. Masih Dialek Thay-i menggantikan ya pada
fi’il dengan alif, jika sebelumnya huruf
berharakat fathah. Hal ini terjadi pada fi’il
madhi yang ‘ain fi’ilnya dikasrahkan, baik
ma’lum (aktif) maupun majhul (pasif).
Contoh kata ‫ َرِض َي‬dan ‫ ُهِدَي‬menjadi ‫ َرَض ا‬dan
‫ُهَد ى‬.
d. Dialek Thay-i sebagaimana diriwayatkan
Ibnu Sukait, mereka menggantikan hamzah
pada sejumlah kata dengan ha seperti ‫ِهْن َفَع ْلَت‬
asalnya ‫إْن َفَع ْلَت‬.
LANJUTAN …
e. Dialek Tamim, dialek yang menjadikan isim
maf’ul pada fi’il ajwaf ya sebagaimana
adanya. Jumhur (mayoritas) ulama Nahwu
membuang wawu, seperti kata ‫ َباَع‬diubah ke
isim maf’ul menjadi ‫َم ْبُيْو ٌع‬. Yang popular di
kalangan ulama Nahwu adalah ‫َمِبْيٌع‬,
sedangkan dialek Tamim tetap ‫َم ْبُيْو ٌع‬.
f. Dialek Hudzail, dialek yang menggantikan
alif maqshur dengan ya, jika diwashalkan
dengan ya mutakallim. Contoh ‫ َع َص اَي‬dan ‫َهَو اَي‬
menjadi ‫ َع ِص َّي‬dan ‫َهِو َّي‬.
LANJUTAN …
g. Dialek Khasy’am dan Zubaid, mereka
membuang nun pada ‫ ِم ْن‬huruf jar, jika bertemu
huruf mati, seperti ‫ ِم األسِر‬asalnya ‫من األسر‬.
h. Dialek Balharits, mereka membuang alif pada
huruf jar ‫على‬, seperti ‫ على األرض‬menjadi ‫عألْر ٍض‬.
i. Dialek yang terjadi pada Balharits, Khasy’am
dan Kinanah, mereka menggantikan ya dengan
alif, jika huruf sebelumnya berharakat fathah.
Contoh kata ‫ َع َلْيَك‬dan ‫ َلَد ْيِه‬menjadi ‫ َع اَل ك‬dan ‫لَد اك‬.
Dialek ini juga muncul di beberapa daerah
pedalaman jazirah Arab.
3. LUGHAH MIN DZALIKA FI
TAGHAYYUR AL-HARAKAT
a. Di antara dialek penduduk Hijaz adalah
mendhamahkan huruf ha ghaibah, jika terletak
setelah ya sukun, seperti kata ‫ َع َلْيِه‬dan ‫ َلَد ْيِه‬menjadi
‫ َع َلْيُه‬dan ‫َلَد ْيُه‬. Dialek ini digunakan oleh pembacaan
(qiraah) Hafsh dan Hamzah ketika mendhamahkan
dhamir ha ghaibah pada ayat ‫ و ما أنسانيُه إاّل الشيطان‬dan
ayat ‫عاهد َع َلْيُه هللا‬.
b. Dalam dialek Yarbu’ yang merupakan bagian dari
Bani Tamim, mereka mengkasrahkan ya mutakallim
jika menjadi menjadi mudhaf dari kata jama’
mudzakar salim. Contoh kata ‫ ضاربِّي‬asalnya ‫ضاربَّي‬.
Menurut Abu Hasan al-Akhfasy bahwa sukunnya ha
pada dhamir muttashil di atas, merupakan dialek
daerah tinggi Azdi.
LANJUTAN …
c. Bani Tamim yang termasuk penduduk Najd
berkata ‫ ِنْهٌي‬padahal yang lain memfathahkan
huruf nun ‫ َنْهٌي‬.
d. Kebanyakan masyarakat Arab berkata ‫ُر ْفَقٌة‬
(perkumpulan), sedang kabilah Qais
mengkasrahkannya ‫ِر ْفَقٌة‬.
e. Penduduk Hijaz berkata ‫ِلعمري‬, sedangkan
kabilah Tamim berkata ‫ َو عملي‬dan kadang
‫َو عمري‬.
LANJUTAN …
f. Sejumlah kabilah kadang mengubah fungsi
gramatika suatu kata, seperti ‫ متى‬yang
bermakna min huruf jar.
g. Dalam dialek Rabi’ah dan Ghunmin, mereka
mensukunkan ‘ain kata ‫ َم َع‬menjadi ‫َم ْع‬. Tapi
ketika bertemu dengan huruf sukun, ‘ain
tersebut dikasrahkan supaya tidak bertemu
dua huruf sukun.
4. LUGHAH GHAIRU MANSUBAH
WA LAA MULAQQABAH
a. Orang Arab kadang menggantikan sejumlah
akhir kata dengan ya, seperti kata ‫َس اِد ٌس‬
menjadi ‫َس اِد ي‬.
b. Di antara orang Arab ada yang menggantikan
huruf kaf menjadi jim, seperti kata ‫كعبة‬
menjadi ‫جعبة‬.
D. SUPREMASI DIALEK QURAISY DI
ANTARA DIALEK-DIALEK ARAB LAINNYA
 Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa
masyarakat kabilah Quraisy adalah
masyarakat yang pandai memilih perkataan
serta menyeleksinya. Menurut pendapat Abu
Nashr al-Farabiy “Orang Quraisy adalah orang
yang paling baik memilh dan memilah kata-
kata yang fasih dan mudah diucapkan.
Sehingga mereka dapat mengucapkannya
dengan jelas dan enak didengar.”
 Faktor-faktor dominan dialek Quraisy di atas dialek Arab lainnya sebagaimana dikutip
Ibrahim al-Hamd:
1. Faktor agama Islam, orang-orang Arab sekitarnya berhaji ke Baitullah di Makkah.
Penduduk Quraisy yang mendiami Makkah berperan penting dalam ibadah haji.
2. Faktor ekonomi, pasar-pasar Makkah yang menjadi tolak ukur kemajuan ekonomi
masyarakat Quraisy telah memberikan posisi penting di antara kabilah-kabilah Arab.
3. Faktor budaya, para pedagang, penyair dan penceramah selalu datang ke pasar-pasar
Makkah dan membuat perkumpulan sastra dan budaya. Orang-orang Quraisy
berperan penting sebagai penilai kualitas syair-syair dan dialek Quraisy dijadikan
barometer kesusastraan Arab saat itu.
4. Faktor politik dan geografis, secara geografis Makkah sebagai tempat tinggal suku
Quraisy merupakan daerah yang paling jauh dari konflik politik antara Persia,
Romawi dan Absinia. Sehingga Bahasa mereka tidak terpengaruh dari tiga negara
tersebut dan terjaga kemurniannya.
5. Peperangan antara kabilah Arab, bahwa ternyata Bahasa yang digunakan dalam
perang antar kabilah adalah dialek Quraisy karena dianggap sebagai dialek yang
bergengsi saat itu.
6. Faktor kekayaan bahasa, dialek Quraisy adalah dialek yang kaya kosa kata.
7. Faktor Al-Qur’an, bahasa Al-Qur’an yang mayoritas menggunakan dialek Quraisy. Hal
ini menjadi pengakuan secara sah atas dialek Quraisy yang sebelum datang Al-Qur’an
telah dianggap dialek terbaik.

Anda mungkin juga menyukai