Anda di halaman 1dari 18

A.

Pengaruh Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia


1. Bunyi
Perubahan kata serapan dari bahasa Arab terjadi karena disesuaikan dengan
fonem bahasa Indonesia. Perubahan yang dimaksud disini adalah penggantian,
penghilangan, dan penambahan. Penggantian terjadi karena beberapa fonem
konsonan bahasa Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Indoensia seperti .-‫خ ز‬-‫ث ش‬
‫ح‬-‫ذ‬-‫ص‬-‫ض‬-‫ط‬-‫ظ‬-‫ع‬-‫غ‬-‫ق‬-‫ف‬

Contoh penggantian fonem konsonan:

Dari contoh-contoh di atas jelas bahwa fonem Arab yang tidak terdapat /
‫ ث‬dalam bahasa Indonesia diganti dengan fonem bahasa Indonesia. Fonem ts/, ‫ش‬
/sy/ dan ‫ ص‬/sh/ diganti dengan fonem /s/, baik di awal, di tengah ‫ ف‬kh/ diganti
dengan /k/ atau /h/, fonem/ ‫ خ‬maupun di akhir. Fonem / ‫ ظ‬th/ diganti dengan /t/,
fonem/ ‫ ط‬f/ diganti dengan /p/, fonem/ dz/ diganti dengan /l/ atau /z/, fonem ‫ض‬
/dh/ diganti dengan /d/ atau /j/, fonem ‫ غ‬/gh/ diganti dengan /g/, fonem ‫ ذ‬/d/
diganti dengan /z/ dan /j/, fonem ‫ ح‬/h/ diganti dengan /h/, dan fonem ‫ ق‬/q/ diganti
dengan /k/. Kata ‫ ضمين‬menjadi jamin dalam bahasa Indonesia merupakan bentuk
kata itu satu-satunya. Artinya kata tersebut tidak mempunyai bentuk kembaran
(Sudarno, 1990: 132).

Fonem‫ع‬/_’/dihilangkanketikaberharakatfathah, kasrahataudhummah, ‫ عقل‬dan


diucapkan seperti fonem vokal Indonesia /a/, /i/ /u/, misalnya akal, ‫ دعاء‬doa, ‫علم‬
ilmu, ‫ علماء‬ulama. Kalau berharakat sukun, dilambangkan dengan huruf k, contoh:
‫نى‬MM‫( مع‬makna), ‫وم‬MM‫( معل‬maklum). Pengucapan fonem /k/ pada kata-kata makna,
maklum, seperti bunyi hamzah. Berbeda dengan iklan pengucapannya seperti /k/
pada kata bahasa Indonesia.

Penulisan kata yang memiliki fonem ‫ ع‬/..’/ ini pada masa ejaan Van Ophijsen
menggunakan apostrof (’), seperti kata ma’na, ma’lum, ta’jub, kemudian pada
ejaan Soewandi diganti dengan /k/, tapi pengucapannya ‫ مقبول‬,)maksud( ‫ مقصود‬q/,
seperti/ ‫ ق‬berbeda dengan /k/ pengganti fonem (makbul), dan lain-lain. Begitu
juga hamzah yang berharakat sukun dilambangkan dengan huruf /k/ seperti ‫مٔومن‬
mukmin, ‫ٔاموم‬M‫ م‬makmum. Dengan demikian ‫ ع‬q/, fonem/ ‫ ق‬huruf k dalam kata
bahasa Indonesia melambangkan fonem .)‫ (ء‬dan huruf hamzah ,/’_/

Pergantian fonem konsonan tidak hanya pada fonem yang tidak terdapat
dalam bahasa Indonesia, tetapi juga pada fonem yang ada dalam bahasa
Indonesia, dan diganti dengan fonem yang tidak dalam bahasa Arab. Contoh: kata
‫( انكار‬inkar) menjadi ingkar, ‫( كنمم‬mumkin) menjadi mungkin.

Berbeda dengan fonem konsonan, fonem vokal bahasa Arab semuanya


terdapat dalam bahasa Indonesia, namun kenyataannya ada yang diganti dengan
fonem yang tidak terdapat dalam bahasa Arab yakni fonem /e/ dan fonem /o/.
Contoh penggantian fonem vokal /i/, /a/ dengan /e/ :

Contoh penggantian fonem vokal rangkap /ai/ dengan /o/ :

Contoh penggantian fonem vocal /u/ dengan /o/


Pemakaian vokal /u/ dan /o/ dijumpai juga dalam kosakata Indonesia, misalnya
kata juang-joang, lobang-lubang, gua-goa, surga-sorga, rubuh-roboh, kukuh-kokoh .
Vokal /o/ kemudian diganti dengan /u/ ( joang menjadi juang, goa – gua, lobang –
lubang, sorga – surga, roboh – rubuh, kokoh – kukuh). Khusus kata kurban dan
korban, kedua-duanya digunakan dalam konteks yang berbeda. Korban berarti
’menderita akibat suatu kejadian’, sedang kurban bermakna ’persembahan kepada
Tuhan’ (daging atau hewan kurban).
Penghilangan terdapat pada fonem suprasegmental (maddah), tasdid (fonem
rangkap), dan huruf yaa (‫ ) ي‬serta hamzah (‫ ) ء‬jika terdapat pada akhir kata. Contoh:
muslimin – muslimun, mahir – mahir, karim - karim. Fonem rangkap: sunnah - sunat,
haqq - hak, hajj - haji, kulliyah - kuliah, jinn - jin, ihhah - sehat, mayyit – mayat,
tammat – tamat, quwwah - kuat. Huruf yaa: kursiyyu – kursi, nabiyyu – nabi, ’Aliyyu
– Ali, islamiyyu – islami. Huruf hamzah: ‫( دعاء‬du’u) menjadi doa, ‫’( علماء‬ulamu)-
ulama, ‫اء‬MM‫( زن‬zinu)- zina, ,riyu)-riya. Namun ada juga huruf hamzah yang diganti
dengan huruf h( ‫ رياء‬yaitu pada kata ‫( وباء‬wabu) menjadi wabah.
Penghilangan juga terdapat pada vokal di tengah kata, dan penghilangan suku kata
yaitu suku kata awal, contoh:

Vokal /a/ pada tengah kata waraqat dan nafaqat dihilangkan, menjadi warkat dan
nafkah. Kata itsnain mula-mula menjadi isenin, kemudian vokal atau suku kata
awalnya dihilangkan sehingga menjadi senin (Sudarno, 1990: .)137

Selain penggantian dan penghilangan, juga terjadi penambahan pada kata-kata


serapan, yaitu penambahan fonem khususnya fonem vokal, dan penambahan suku
kata, dan hal ini merupakan gejala yang lazim dalam proses penyerapan kata dari
bahasa Arab oleh bahasa Indonesia, contoh:
Sebenarnya proses penambahan vokal ini mula-mula menghilangkan
fonem atau tanda syakal akhir kata yakni tanwin (fikrun menjadi fikr, sabrun
menjadisabr, fajrunmenjadifajr, subhunmenjadisubh), kemudianhurufkedua diberi
syakal sebagaimana syakal huruf pertama sehingga menjadi fikir, sabar, fajar, dan
subuh. Penambahan vokal ini tidak berlaku bagi semua kata yang sejenis dengan
itu, karena terdapat beberapa kata yang tidak mengalami penambahan, seperti kata
’ilm, qalb, tetap ilmu, kalbu bukan ilim atau kalab.

Suatu hal yang menarik dari kata serapan bahasa Arab ialah fonem yang
ditulis dengan huruf taa marbutah (‫ )ة‬dan selalu menduduki posisi akhir kata.
Pengucapannya sama dengan fonem /h/ kalau dibaca waqaf, dan sama dengan /t/
kalau berharakat. Kata-kata yang memiliki fonem ini ketika diserap ke dalam
bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, sama dengan
pengucapan bahasa Arab yakni fonem /h/, seperti jazirah, madrasah, fitnah,
wilayah. Kedua, tetap fonem /t/, seperti kalimat, maklumat, akhirat, kiamat
Ketiga, mempunyai dua bentuk yakni fonem /h/ dan /t/, dan kedua bentuk tersebut
ada yang tidak jelas perbedaannya, seperti: ibadah/ibadat, jamaah/jemaat,
falsafah/filsafat, berkah/berkat, amanah/amanat (Sudarno, 1990: 75-76). Selain
tiga kelompok itu, ada juga kata dari bahasa Arab yang memiliki fonem tersebut
(taa marbutah) namun dihilangkan, contoh: kata .menjadi mistar bukan mistarah
atau mistarat ‫مسطرة‬
Satu hal menarik lagi ialah ketika kata-kata yang memiliki taa marbutah
ini mendapat imbuhan (awalan dan akhiran), dapat dikelompokkan menjadi dua.
Pertama, huruf h berubah menjadi t, contoh: musyawarah – permusyawaratan.
Kedua, huruf h atau huruf t tidak diganti, contoh: wilayah – perwilayahan,
mufakat – permufakatan, serikat – perserikatan. Ada juga kata yang tidak
memiliki taa marbutah, yakni ”zina”, ketika diserap ke dalam bahasa Indonesia
dan mendapat imbuhan –an menjadi ”perzinahan”, seharusnya ”perzinaan”.

2. Kosakata
Asal mula penyebaran bahasa Arab di Indonesia diawali dengan sejarah
penyebaran agama Islam. Para pedagang yang melewati pelabuhan-pelabuhan di
Indonesia selain bertujuan untuk berdagang, mereka menyebarkan pengetahuan
religius dan bahasa kepada penduduk lokal. Selain itu, saudagar yang menetap di
Indonesia juga sangat berpengaruh besar terjadinya asimilasi, baik dalam hal adat
istiadat, budaya maupun agama dan bahasa. Dengan keluwesan para dai dalam
berdakwah, penduduk pribumipun dengan senang hati menyambut agama ini dengan
suka cita dan setelah Islam tersebar, mereka mengajarkan baca tulis kitab suci mereka
dengan menggunakan bahasa Arab.
Kosakata bahasa Arab sedikit banyak telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Menurut penelitian, kosakata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab sangat
banyak. Jumlahnya diperkirakan mencapai 2000 hingga 3000 kosakata. Kata
pungutan (kata serapan) bahasa Arab mudah ditemui, namun kata tersebut diserap
melalui beberapa aturan menurut kaedah bahasa Indonesia. Sebagian kosakata Arab
ini utuh baik antara pengucapan lafal dan maknanya, dan ada sebagian yang berubah.
Perubahan kosakata bahasa Arab diklasifikasikan menjadi 4 berdasarkan
perubahannya:
a. Lafal dan arti masih sesuai artinya.
b. Lafal berubah dan arti tetap.
c. Lafal dan arti berubah dari lafal dan arti semula.
d. Lafalnya benar tetapi artinya berubah.
Contoh-contoh kosakata Bahasa Arab yang diserap ke dalam Bahasa Indonesia

1. Barokah = Berkah atau berkat

2. Jins = Jenis

3. Khabar = Kabar

4. Khat al-istiwa = Khatulistiwa

5. Darajah = Derajat

6. Dzalim = Lalim

7. Maqalatun = Makalah

8. Mas alatun = Masalah

9. Lafadzh = Lafal

10. Minarah = Menara

11. Mumkinun = Mungkin

12. Rizq = Rezeki

13. Rasmiyyun = Resmi

14. Suaalun = Soal

15. Isnaini = Senin

16. Tsulatsaa = Selasa

3. Sintaksis
Pengaruh sintaksis Arab terhadap bahasa Indonesia dapat dilihat pada kitab-kitab
atau buku-buku terjemahan al Quran. Ayat-ayat al Quran umumnya diawali dengan
huruf waw (‫ )و‬yang diterjemahkan dengan dan, sehingga terjemahnya juga dan,
padahal dan dalam bahasa Indonesia adalah kata sambung yang menghubungkan dua
kata atau klausa (kalimat). Dalam bahasa Arab, waw (‫ )و‬tidak selamanya berfungsi
sebagai a’thaf (penghubung). Selain waw, juga huruf fa (‫ ) ف‬yang berarti maka,
sehingga terjemahan al Quran banyak dijumpai kata dan serta maka pada awal
kalimat.
Kata serapan dari bahasa Arab umumnya mengalami perubahan bentuk karena
disesuaikan dengan kaedah atau fonem bahasa Indonesia. Ini tidak hanya terdapat
pada bahasa Indonesia, tetapi juga pada bahasa-bahasa lain. Hal ini dianggap lumrah,
dan ahli linguistik historis menggolongkannya sebagai tipe adaptasi, yakni bentuk
bahasa asing diubah agar cocok dengan kebiasaan-kebiasaan fonetis dasar bahasanya.
Contoh: sugar mungkin ‘arkara: Sanskerta, sucre sykr Prancis, zucchero ‘tsukkero
Italia, Zucker ‘tsuker Jerman, ‘sakkharon Yunani, ‘saxar Rusia, azucar a’ukar
Spanyol, adalah pinjaman dari bentuk Arab dengan partikel as sukkar “the sugar”
sama saja dengan algebra, alcohol, alchemy yang mengandung partikel Arab al
“the” . Hal ini disebabkan oleh substitusi dan adaptasi yang terjadi dengan kondisi-
kondisi yang sangat berbeda-beda dalam bahasa-bahasa yang meminjam dan yang
meminjamkan (Bloomfiled, 1933 : 431- 443).
Meskipun banyak fonem Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia,
namun ada beberapa fonem yang sudah familiar bagi orang Indonesia khususnya
orang Islam, dan tidak sulit melafalkan fonem-fonem tersebut, yakni fonem ‫خ‬/kh/,
‫ش‬/sy/, ‫ز‬/ z/, ‫ف‬/ f/, dan ‫ض‬/ dh/, contoh:

akhir ‫اخير‬ khas ‫خاص‬


fajar ‫فجر‬ fitnah ‫فتنة‬
jazirah ‫جزيرة‬ zakat ‫زكاة‬
masyhur ‫مشهور‬ musyawarah ‫مشاورة‬
masyarakat ‫مشاركة‬ syair ‫شاع‬
syarat ‫شرط‬ syuhada ‫شهداء‬
khusus ‫خصوص‬ ikhlas ‫اخالص‬
akhlak ‫اخالق‬ makhluk ‫مخلوق‬
khalik ‫خالق‬ khitan ‫ختان‬
redha ‫رضى‬ akhirat ‫اخرة‬
(Kata ‫ شرط‬syarat, tidak bisa diganti dengan sarat, sebab dalam bahasa Indonesia kata
sarat berarti penuh).
Kata-kata serapan dari bahasa Arab ini termasuk unik, karena ada kata-kata
serapan yang tetap dipertahankan atau dipelihara meskipun sudah ada bentuk
serapannya, sehingga dua-duanya dipakai dalam konteks yang berbeda. Misalnya:
kata redha, fardhu, kurban, yang biasanya digunakan dalam konteks yang berkaitan
dengan agama, sedang bentuk serapannya yakni rela, perlu, korban, digunakan bukan
pada konteks agama. Contoh:
“Keredhaan Allah tergantung pada keredhaan orang tua, Orang tuanya sudah
merelakan kepergiannya, Salat jenazah hukumnya fardhu ‘ain, Praktek salat
jenazah perlu diterapkan sejak SD, Penyembelihan hewan kurban dilaksanakan di
halaman mesjid, Korban gunung meletus sudah mencapai ratusan orang.”
Kata-kata yang berkaitan dengan agama umumnya masih dipertahankan, seperti,
zakat, zikir, fitrah, ijab kabul, akhirat, sunat, tahajud, tayamum, wudhu’, nama-nama
bulan (Muharram, Safar, Rajab, Ramadhan), bacaan/ gerakan salat (fatihah, ruku’,
sujud, i’tidal), dan lain-lain. Kata ibadah dan ibadat maknanya sama, begitu juga
jamaah dan jemaat, hanya saja kata ibadat dan jemaat biasanya dipakai untuk
kegiatan agama tertentu, misalnya agama Nasrani, sedangkan kata ibadah dan jamaah
umumnya dipakai pada kegiatan agama Islam. Kata falsafah dan filsafat memiliki
makna yang berbeda, contoh: “Pancasila sebagai falsafah negara”, ”Filsafat sebagai
ilmu”. Kata berkah dan berkat juga memiliki makna yang berbeda, demikian pula
kata amanah dan amanat. Contoh: Berkat ketekunannya ia berhasil meraih apa yang
ia cita-citakan. Dalam mencari rezki hendaklah dengan cara yang halal agar
memperoleh berkah dari Allah swt. Jabatan merupakan amanah, Amanat pembina
upacara.

4. Semantik
a) Perubahan Makna Meluas
Yang dimaksud dengan perubahan makna meluas adalah gejala yang
terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah
‘makna’, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna
lain (Chaer, 2002, p. 141). Kata ‘nikmat’ yang berasal dari bahasa Arab ni‘mah
yang berarti ‘kesenangan’, ‘anugrah’, dan ‘kebaikan’, setelah diserap ke dalam
bahasa Indonesia maknanya menjadi meluas. Kata nikmat bukan hanya digunakan
untuk mengungkapkan suatu kesenangan, akan tetapi juga digunakan untuk
mengungkapkan kelezatan makanan atau bermakna ‘enak sekali’. Contoh seperti
dalam kalimat “Jamuan makan malam di rumah Andi nikmat .)‫ (لذيذ‬sekali”.
Adapun kata ‘lezat’ dalam bahasa Arab menggunakan istilah ladhīdh.
Kata ‘takwa’ yang diambil dari bahasa Arab taqwá yang bermakna
‘kesalehan hidup’, setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia, kata takwa
megalami perluasan makna. Kata takwa juga digunakan sebagai nama baju
dengan ciri khas tertentu yang dipakai seorang muslim dan biasanya digunakan
untuk beribadah ke masjid. Contoh seperti dalam kalimat berikut, “Ayah
menggunakan baju takwa ketika hendak melaksanakan salat idul fitri di masjid”.
Contoh perubahan makna kosakata Arab yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia dan mengalami perluasan makna dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:

b) Perubahan Makna Menyempit

Perubahan menyempit yang dimaksud adalah gejala yang terjadi pada


sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian
berubah dan menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja (Chaer, 2002, p.
142). Kata tertentu pada suatu waktu dapat diterapkan pada suatu kelompok
umum, tetapi belakangan menjadi semakin terbatas atau kian sempit dan khusus
dalam maknanya (Tarigan, 2009, p. 81). Kata ‘bab’ yang berasal dari bahasa Arab
bāb[un] memiliki makna pintu, gerbang, kelas, tingkatan, pokok, dan topik.
Dalam bahasa Indonesia, kata ‘bab’ ini hanya digunakan sebagai topik masalah
yang terdapat dalam bagian isi buku. Contoh seperti dalam kalimat “buku ini
dibagi dalam lima bab, yang masing-masing terdiri dari beberapa subbab”.

Kata ‘ahad’ yang diambil dari bahasa Arab aḥad memiliki makna satu,
hari minggu, dan seorang. Setelah kata tersebut diserap ke dalam bahasa
Indonesia, kata ‘ahad’ mengalami penyempitan makna yang hanya terbatas pada
nama hari saja, yakni hari minggu. Kata ‘ahad’ juga hanya digunakan oleh
kalangan kaum muslim.

Contoh perubahan makna kosakata Arab yang diserap ke dalam bahasa


Indonesia dan mengalami penyempitan makna dapat dilihat pada tabel berikut ini:

c) Perubahan Makna Total


Perubahan makna total adalah berubahnya keseluruhan makna sebuah kata
dari makna aslinya. Makna yang berubah total merupakan makna yang jauh dan
tidak ada kemiripan dari makna aslinya. Kata ‘waswas’ dalam bahasa Indonesia
memiliki makna ragu-ragu atau khawatir. Contoh seperti dalam kalimat berikut,
“Dengan agak waswas dia melangkah menuju rumah kosong itu”. Kata ‘waswas’
merupakan kata serapan dari bahasa Arab yaitu waswas yang memiliki makna
bisikan atau membisikkan pikiran jahat. Biasanya, kata waswas dalam bahasa
Arab digunakan untuk mengungkapkan bisikan jahat yang bersasal dari setan,
sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an, sūrat al-Nās.

Kata ‘logat’ dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan yang


diambil dari bahasa Arab lughah. Kata logat memiliki arti ‘aksen’ atau ‘dialek’.
Adapun makna dari kata lughah dalam bahasa Arab adalah bahasa. Kata dialek
dalam bahasa Arab menggunakan istilah lahjah dan bukan lughah. Sehingga, kata
logat yang merupakan keta serapan memiliki makna yang jauh berbeda dari
makna aslinya.

Contoh perubahan makna kosakata Arab yang diserap ke dalam bahasa


Indonesia dan mengalami perubahan makna total dapat dilihat pada tabel berikut
ini.

Makna kata-kata di atas meskipun sangat berbeda dengan makna kata aslinya
yang berasal dari bahasa Arab, kata-kata tersebut merupakan kalimat yang
memiliki kesamaan bunyi dan merupakan kosakata bahasa Indonesia yang diserap
dari bahasa Arab.

B. Perbedaan Pengertian Kamus dengan Ensiklopedi


1. Hakikat Kamus
Kamus merupakan sebuah media yang dapat diartikan sabagai buku yang
berisikan tentang arti suatu kata dari bahasa atau istilah asing. Misalkan untuk istilah
penyakit dalam, hal ini sangat jelas bahwa kamus tersebut berisikan tentang arti kata
dari istilah penyakit dalam. Dan keberadaan kamus sekarang sangatlah diperlukan
sebagai media yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Pada saat ini masih
mendominasi penggunaan kamus yang berbentuk buku untuk memperoleh informasi
khususnya tentang penyakit dalam. Hal ini menjadikan masyarakat kurang tertarik
ketika mencari istilah dan deskripsi tentang penyakit dalam, Sehingga memberikan
efek malas untuk mencari pengetahuan dan wawasan tentang penyakit dalam. ( Indra,
2012)
Sekarang ini banyak sekali kamus yang beredar, mulai dari bentuk buku, kamus
elektronik, aplikasi kamus berbasis dekstop dan web. masing – masing kamus
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kamus dalam bentuk buku memiliki kelebihan
dalam hal jumlah kosa kata dan memiliki kelemahan dalm pencarian arti kata yang
memakan waktu lama. (Saputra, Renanda Cahya, Teguh Sutanto, and Tri Sagirani.
2012.) Kebutuhan masyarakat terhadap layanan teknologi berbasis IT sangat
bervariatif, salah satu kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan ketersediaan kamus
penyakit dalam. Kamus penyakit dalam merupakan salah satu kamus yang diperlukan
oleh masyarakat, kamus istilah penyakit dan yang saat ini banyak beredar dalam
bentuk buku, namun banyak penggunanya menyulitkan karena pengguna harus
mencari arti dan istilah penyakit dalam secara manual, disisi lain buku sangat sulit
untuk dibawa dan tidak dapat di updata setiap saat. (Achmad Zen, 2013)
Seiring dengan perkembangan teknologi, Android bisa menjadi sebuah alternatif
untuk pembuatan kamus penyakit dalam yang menarik. Android telah menyediakan
banyak tools Application Programming Interface (API) untuk pengembangan
aplikasi. Berbagai macam aplikasi telah dikembangkan dengan Android akan tetapi
masih sangat sedikit yang membuat tentang kamus penyakit dalam. (Hambali, Imam,
M. J. Sunarto, and Teguh Sutanto, 2013)
Oleh karena itu penulis mencoba untuk membuat sebuah aplikasi sebagai sarana
untuk menambah pengetahuan dan wawasan terhadap masyarakat tentang kamus
penyakit dalam berbasis android mobile. Aplikasi ini berisi tentang istilah – istilah
dan deskripsi penyakit dalam yang disajikan dengan desain yang bagus untuk
menarik masyarakat. Masyarakat tidak kesulitan apabila ingin mencari pengetahuan
dan wawasan tentang penyakit dalam karena dengan aplikasi ini masyarakat lebih
mudah dan lebih efisien untuk mencarinya. Dikarenakan satu aplikasi bisa digunakan
banyak orang

2. Ragam Susunan Kamus


a. Berdasarkan Bahasa Sasaran
1) Kamus Ekabahasa
Kamus ekabahasa adalah kamus yang bahasa sumbernya sama dengan bahasa
sasarannya. Kamus ini memuat kosakata suatu bahasa yang disusun secara
alfabetis dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya di dalam
kalimat dalam bahasa yang sama.
Contoh dari kamus ekabahasa adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia.
2) Kamus Dwibahasa
Kamus dwibahasa adalah kamus yang berisikan kata atau gabungan kata suatu
bahasa yang disusun secara alfabetis dengan penjelasan makna dan contoh
pemakaiannya di dalam bahasa lain yang menjadi bahasa sasaran.
3) Kamus ini terdiri dari dua bahasa yang berbeda. Contoh kamus dwibahasa
adalah n Kamus Inggris-Indonesia, Kamus Indonesia Inggris, Kamus Belanda-
Indonesia, Kamus Indonesia-Belanda, Kamus Prancis- Indonesia, Kamus
Indonesia-Prancis.
4) Kamus Aneka Bahasa
Kamus aneka bahasa (multibahasa) adalah kamus yang memuat kosakata
suatu bahasa dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya dalam dua
bahasa lain atau lebih sebagai bahasa sasaran.
Contoh kamus ini adalah Kamus Inggris-Indonesia-Belanda.

b. Berdasarkan Ukuran
1) Kamus Besar
Kamus https://www.detik.com/tag/kamus besar adalah kamus yang memuat
semua kosakata, termasuk gabungan kata, idiom, ungkapan, peribahasa,
akronim, singkatan, dan semua bentuk gramatika dari bahasa tersebut, baik
yang masih digunakan maupun yang sudah arkais.
2) Kamus Terbatas
Kamus terbatas terdiri dari beberapa macam seperti kamus saku dan kamus
pelajar.

c. Berdasarkan Isinya
Kamus berdasarkan isinya dibedakan menjadi kamus umum dan kamus
khusus. Berikut adalah jenis-jenisnya:

1. Kamus Lafal

2. Kamus Ejaan

3. Kamus Sinonim

4. Kamus Antonim

5. Kamus Homonim

6. Kamus Ungkapan/ Idiom

7. Kamus Singkatan/ Akronim

8. Kamus Etimologi

9. Kamus Istilah

3. Bentuk dan Susunan Kamus


Bentuk Kamus merupakan bentuk dasar kata kerja, sekaligus bentuk yang
terdapat dalam kamus bahasa Jepang sehingga disebut sebagai bentuk Kamus.
(makanya, pelajar terutama otodidak harusnya belajar bentuk Kamus terlebih dahulu
untuk mencari makna dari kamus sendiri.

4. Kamus dan Ensiklopedi

Kata "ensiklopedia" diambil dari bahasa Yunani; enkyklios paideia (ἐγκύκλιος


παιδεία) yang berarti sebuah lingkaran atau pengajaran yang lengkap. Maksudnya
ensiklopedia itu sebuah pendidikan paripurna yang mencakup semua lingkaran ilmu
pengetahuan. Sering kali ensiklopedia dicampurbaurkan dengan kamus dan
ensiklopedia-ensiklopedia awal memang berkembang dari kamus. Perbedaan utama
antara kamus dan ensiklopedia ialah bahwa sebuah kamus hanya
memberikan definisi setiap entri atau lemma dilihat dari sudut pandang linguistik atau
hanya memberikan kata-kata sinonim saja, sedangkan sebuah ensiklopedia
memberikan penjelasan secara lebih mendalam dari yang kita cari. Sebuah
ensiklopedia mencoba menjelaskan setiap artikel sebagai sebuah fenomena. Atau
lebih singkat: kamus adalah daftar kata-kata yang dijelaskan dengan kata-kata lainnya
sedangkan sebuah ensiklopedia adalah sebuah daftar hal-hal yang kadang kala
dilengkapi dengan gambar untuk lebih menjelaskan.

5. Cara Menggunakan Kamus atau Ensiklopedi


a. Cara Menggunakan Kamus
Kamus merupakan buku yang memuat perbendaharaan kata dan makna
suatu bahasa tertentu yang idealnya tidak terbatas jumlahnya. Untuk mempercepat
menemukan kata yang dicari, terlebih dahulu pembaca harus mempelajari kamus
tersebut. Beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk mencari kata dan
maknanya dalam kamus dengan teknik membaca memindai adalah sebagai
berikut.
1) Menentukan kata yang akan dicari maknanya.
2) Mencari kata tersebut dengan langsung membuka halaman pertama yang
mengandung huruf awal dari kata yang dicari.
Misalnya, mencari makna kata silogisme. Pembaca langsung membuka
halaman pertama yang berhuruf awal.
3) Untuk memudahkannya, pembaca dapat memanfaatkan pembatas huruf yang
ada pada kamus. Setelah itu, pembaca memindai halaman tersebut ke halaman
berikutnya sampai menemukan kata silogisme.
4) Setelah menemukan, lalu membaca dengan teliti makna kata tersebut.

Dalam membaca kamus, pembaca perlu memerhatikan petunjuk berikut.

1) Memerhatikan ejaan kata tersebut dengan saksama.


2) Memerhatikan cara pengucapan, panjang pendeknya, dan tekanannya.
3) Memerhatikan asal usul katanya, biasanya ditulis dalam kurung.
4) Tidak cepat memilih suatu makna kata karena satu kata kadang mempunyai
makna lebih dari satu dan diperinci dengan angka 1, 2, 3.
5) Memerhatikan contoh kalimat yang dapat memperjelas makna kata yang
dicari.
6) Untuk dapat cepat menemukan makna kata yang dicari, hendaknya
memerhatikan petunjuk yang ada pada setiap halama

b. Cara Menggunakan Ensiklopedi


1) Penelusuruan langsung 
Cara ini lajim dikerjakan.Seperti contoh, kita akan mencari tulisan dalam
ensiklopedia yang membahas tentang apa dan siapa itu Einstein. Penelusuran
dapat kita kerjakan dengan langsung membuka ensiklopedia dia yang pada
punggungnya tertulis abjad E, kemudian kita telusuri sampai bertemu tajuk
Einstein. Hal ini kita kerjakan dengan membuka satu demi satu, lembar demi
lembar halaman ensiklopedia hingga tajuk yang kita cari diketemukan.
Biasanya tajuk ditulis dengan jelas di bagian kiri atas halaman, ditulis dengan
huruf kapital atau dicetak tebal. 

2) Penelusuran melalui bantuan indeks


Cara ini merupakan cara yang sangat dianjurkan. Seperti telah dijelaskan
terdahulu bahwa dua susunan penyajian ensiklopedia, susunan secara
alpabetis dan susunan sitematis, kedua penyajian itu untuk terbitan
ensiklopedia standar, akan selalu diimbuhi dengan susunan alfabetis kedua
indeks. Indeks tersebut ada yang disajikan secara terpisah, misal untuk
ensiklopedia yang terdiri dari 30 jilid maka indeks akan tersaji pada jilid yang
terakhir dari keseluruhan terbitan itu. Selain itu ada indeks yang disajikan
pada setiap akhir suatu jilid. 
Gunakanlah fasilitas indeks tersebut, sebab sarana ini akan memberikan
penunjukan secara lebih menyeluruh dan lebih cepat mengenai topik atau
bahasan yang akan kita cari.

Anda mungkin juga menyukai