Dari contoh-contoh di atas jelas bahwa fonem Arab yang tidak terdapat /
ثdalam bahasa Indonesia diganti dengan fonem bahasa Indonesia. Fonem ts/, ش
/sy/ dan ص/sh/ diganti dengan fonem /s/, baik di awal, di tengah فkh/ diganti
dengan /k/ atau /h/, fonem/ خmaupun di akhir. Fonem / ظth/ diganti dengan /t/,
fonem/ طf/ diganti dengan /p/, fonem/ dz/ diganti dengan /l/ atau /z/, fonem ض
/dh/ diganti dengan /d/ atau /j/, fonem غ/gh/ diganti dengan /g/, fonem ذ/d/
diganti dengan /z/ dan /j/, fonem ح/h/ diganti dengan /h/, dan fonem ق/q/ diganti
dengan /k/. Kata ضمينmenjadi jamin dalam bahasa Indonesia merupakan bentuk
kata itu satu-satunya. Artinya kata tersebut tidak mempunyai bentuk kembaran
(Sudarno, 1990: 132).
Penulisan kata yang memiliki fonem ع/..’/ ini pada masa ejaan Van Ophijsen
menggunakan apostrof (’), seperti kata ma’na, ma’lum, ta’jub, kemudian pada
ejaan Soewandi diganti dengan /k/, tapi pengucapannya مقبول,)maksud( مقصودq/,
seperti/ قberbeda dengan /k/ pengganti fonem (makbul), dan lain-lain. Begitu
juga hamzah yang berharakat sukun dilambangkan dengan huruf /k/ seperti مٔومن
mukmin, ٔامومM مmakmum. Dengan demikian عq/, fonem/ قhuruf k dalam kata
bahasa Indonesia melambangkan fonem .) (ءdan huruf hamzah ,/’_/
Pergantian fonem konsonan tidak hanya pada fonem yang tidak terdapat
dalam bahasa Indonesia, tetapi juga pada fonem yang ada dalam bahasa
Indonesia, dan diganti dengan fonem yang tidak dalam bahasa Arab. Contoh: kata
( انكارinkar) menjadi ingkar, ( كنممmumkin) menjadi mungkin.
Vokal /a/ pada tengah kata waraqat dan nafaqat dihilangkan, menjadi warkat dan
nafkah. Kata itsnain mula-mula menjadi isenin, kemudian vokal atau suku kata
awalnya dihilangkan sehingga menjadi senin (Sudarno, 1990: .)137
Suatu hal yang menarik dari kata serapan bahasa Arab ialah fonem yang
ditulis dengan huruf taa marbutah ( )ةdan selalu menduduki posisi akhir kata.
Pengucapannya sama dengan fonem /h/ kalau dibaca waqaf, dan sama dengan /t/
kalau berharakat. Kata-kata yang memiliki fonem ini ketika diserap ke dalam
bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, sama dengan
pengucapan bahasa Arab yakni fonem /h/, seperti jazirah, madrasah, fitnah,
wilayah. Kedua, tetap fonem /t/, seperti kalimat, maklumat, akhirat, kiamat
Ketiga, mempunyai dua bentuk yakni fonem /h/ dan /t/, dan kedua bentuk tersebut
ada yang tidak jelas perbedaannya, seperti: ibadah/ibadat, jamaah/jemaat,
falsafah/filsafat, berkah/berkat, amanah/amanat (Sudarno, 1990: 75-76). Selain
tiga kelompok itu, ada juga kata dari bahasa Arab yang memiliki fonem tersebut
(taa marbutah) namun dihilangkan, contoh: kata .menjadi mistar bukan mistarah
atau mistarat مسطرة
Satu hal menarik lagi ialah ketika kata-kata yang memiliki taa marbutah
ini mendapat imbuhan (awalan dan akhiran), dapat dikelompokkan menjadi dua.
Pertama, huruf h berubah menjadi t, contoh: musyawarah – permusyawaratan.
Kedua, huruf h atau huruf t tidak diganti, contoh: wilayah – perwilayahan,
mufakat – permufakatan, serikat – perserikatan. Ada juga kata yang tidak
memiliki taa marbutah, yakni ”zina”, ketika diserap ke dalam bahasa Indonesia
dan mendapat imbuhan –an menjadi ”perzinahan”, seharusnya ”perzinaan”.
2. Kosakata
Asal mula penyebaran bahasa Arab di Indonesia diawali dengan sejarah
penyebaran agama Islam. Para pedagang yang melewati pelabuhan-pelabuhan di
Indonesia selain bertujuan untuk berdagang, mereka menyebarkan pengetahuan
religius dan bahasa kepada penduduk lokal. Selain itu, saudagar yang menetap di
Indonesia juga sangat berpengaruh besar terjadinya asimilasi, baik dalam hal adat
istiadat, budaya maupun agama dan bahasa. Dengan keluwesan para dai dalam
berdakwah, penduduk pribumipun dengan senang hati menyambut agama ini dengan
suka cita dan setelah Islam tersebar, mereka mengajarkan baca tulis kitab suci mereka
dengan menggunakan bahasa Arab.
Kosakata bahasa Arab sedikit banyak telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Menurut penelitian, kosakata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab sangat
banyak. Jumlahnya diperkirakan mencapai 2000 hingga 3000 kosakata. Kata
pungutan (kata serapan) bahasa Arab mudah ditemui, namun kata tersebut diserap
melalui beberapa aturan menurut kaedah bahasa Indonesia. Sebagian kosakata Arab
ini utuh baik antara pengucapan lafal dan maknanya, dan ada sebagian yang berubah.
Perubahan kosakata bahasa Arab diklasifikasikan menjadi 4 berdasarkan
perubahannya:
a. Lafal dan arti masih sesuai artinya.
b. Lafal berubah dan arti tetap.
c. Lafal dan arti berubah dari lafal dan arti semula.
d. Lafalnya benar tetapi artinya berubah.
Contoh-contoh kosakata Bahasa Arab yang diserap ke dalam Bahasa Indonesia
2. Jins = Jenis
3. Khabar = Kabar
5. Darajah = Derajat
6. Dzalim = Lalim
7. Maqalatun = Makalah
9. Lafadzh = Lafal
10. Minarah = Menara
11. Mumkinun = Mungkin
12. Rizq = Rezeki
13. Rasmiyyun = Resmi
14. Suaalun = Soal
15. Isnaini = Senin
16. Tsulatsaa = Selasa
3. Sintaksis
Pengaruh sintaksis Arab terhadap bahasa Indonesia dapat dilihat pada kitab-kitab
atau buku-buku terjemahan al Quran. Ayat-ayat al Quran umumnya diawali dengan
huruf waw ( )وyang diterjemahkan dengan dan, sehingga terjemahnya juga dan,
padahal dan dalam bahasa Indonesia adalah kata sambung yang menghubungkan dua
kata atau klausa (kalimat). Dalam bahasa Arab, waw ( )وtidak selamanya berfungsi
sebagai a’thaf (penghubung). Selain waw, juga huruf fa ( ) فyang berarti maka,
sehingga terjemahan al Quran banyak dijumpai kata dan serta maka pada awal
kalimat.
Kata serapan dari bahasa Arab umumnya mengalami perubahan bentuk karena
disesuaikan dengan kaedah atau fonem bahasa Indonesia. Ini tidak hanya terdapat
pada bahasa Indonesia, tetapi juga pada bahasa-bahasa lain. Hal ini dianggap lumrah,
dan ahli linguistik historis menggolongkannya sebagai tipe adaptasi, yakni bentuk
bahasa asing diubah agar cocok dengan kebiasaan-kebiasaan fonetis dasar bahasanya.
Contoh: sugar mungkin ‘arkara: Sanskerta, sucre sykr Prancis, zucchero ‘tsukkero
Italia, Zucker ‘tsuker Jerman, ‘sakkharon Yunani, ‘saxar Rusia, azucar a’ukar
Spanyol, adalah pinjaman dari bentuk Arab dengan partikel as sukkar “the sugar”
sama saja dengan algebra, alcohol, alchemy yang mengandung partikel Arab al
“the” . Hal ini disebabkan oleh substitusi dan adaptasi yang terjadi dengan kondisi-
kondisi yang sangat berbeda-beda dalam bahasa-bahasa yang meminjam dan yang
meminjamkan (Bloomfiled, 1933 : 431- 443).
Meskipun banyak fonem Arab yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia,
namun ada beberapa fonem yang sudah familiar bagi orang Indonesia khususnya
orang Islam, dan tidak sulit melafalkan fonem-fonem tersebut, yakni fonem خ/kh/,
ش/sy/, ز/ z/, ف/ f/, dan ض/ dh/, contoh:
4. Semantik
a) Perubahan Makna Meluas
Yang dimaksud dengan perubahan makna meluas adalah gejala yang
terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah
‘makna’, tetapi kemudian karena berbagai faktor menjadi memiliki makna-makna
lain (Chaer, 2002, p. 141). Kata ‘nikmat’ yang berasal dari bahasa Arab ni‘mah
yang berarti ‘kesenangan’, ‘anugrah’, dan ‘kebaikan’, setelah diserap ke dalam
bahasa Indonesia maknanya menjadi meluas. Kata nikmat bukan hanya digunakan
untuk mengungkapkan suatu kesenangan, akan tetapi juga digunakan untuk
mengungkapkan kelezatan makanan atau bermakna ‘enak sekali’. Contoh seperti
dalam kalimat “Jamuan makan malam di rumah Andi nikmat .) (لذيذsekali”.
Adapun kata ‘lezat’ dalam bahasa Arab menggunakan istilah ladhīdh.
Kata ‘takwa’ yang diambil dari bahasa Arab taqwá yang bermakna
‘kesalehan hidup’, setelah diserap ke dalam bahasa Indonesia, kata takwa
megalami perluasan makna. Kata takwa juga digunakan sebagai nama baju
dengan ciri khas tertentu yang dipakai seorang muslim dan biasanya digunakan
untuk beribadah ke masjid. Contoh seperti dalam kalimat berikut, “Ayah
menggunakan baju takwa ketika hendak melaksanakan salat idul fitri di masjid”.
Contoh perubahan makna kosakata Arab yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia dan mengalami perluasan makna dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Kata ‘ahad’ yang diambil dari bahasa Arab aḥad memiliki makna satu,
hari minggu, dan seorang. Setelah kata tersebut diserap ke dalam bahasa
Indonesia, kata ‘ahad’ mengalami penyempitan makna yang hanya terbatas pada
nama hari saja, yakni hari minggu. Kata ‘ahad’ juga hanya digunakan oleh
kalangan kaum muslim.
Makna kata-kata di atas meskipun sangat berbeda dengan makna kata aslinya
yang berasal dari bahasa Arab, kata-kata tersebut merupakan kalimat yang
memiliki kesamaan bunyi dan merupakan kosakata bahasa Indonesia yang diserap
dari bahasa Arab.
b. Berdasarkan Ukuran
1) Kamus Besar
Kamus https://www.detik.com/tag/kamus besar adalah kamus yang memuat
semua kosakata, termasuk gabungan kata, idiom, ungkapan, peribahasa,
akronim, singkatan, dan semua bentuk gramatika dari bahasa tersebut, baik
yang masih digunakan maupun yang sudah arkais.
2) Kamus Terbatas
Kamus terbatas terdiri dari beberapa macam seperti kamus saku dan kamus
pelajar.
c. Berdasarkan Isinya
Kamus berdasarkan isinya dibedakan menjadi kamus umum dan kamus
khusus. Berikut adalah jenis-jenisnya:
1. Kamus Lafal
2. Kamus Ejaan
3. Kamus Sinonim
4. Kamus Antonim
5. Kamus Homonim
8. Kamus Etimologi
9. Kamus Istilah