Anda di halaman 1dari 3

Laporan Praktikum Hidrologi I

Menghitung Curah Hutan Metode Aritmatika


Studi Kasus di Kota Padang

A. Definisi Presipitasi
1. Pengertian Presipitasi
2. Pola Presipitasi
3. Tipe Presipitasi di Indonesia
4. Perhitungan Curah Hujan dengan metode Aritmatika

B. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Kalkulator
b. Bahan
1. Buku &Alat Tulis
2. Data Curah Hujan Kabupaten/Kota selama lima-sepuluh tahun

C. Langkah Kerja

Perhitungan curah hujan dengan metode Aritmatika berdasarkan


menghitung rerata curah hujan pada suatu daerah. Pengukuran yang
dilakukan daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun pencatat
hujan dijumlahkan kemudian dibagi sesuai dengan jumlah stasiun. Stasiun
yang digunakan biasanya berada dalam suatu DAS. Tetapi stasiun yang
berapa di luar DAS yang masih berdekatan masih bisa diperhitungkan
(Triatmojo, 2013). Perhitungan curah hujan rerata diberikan:

Langkah Kerja metode ini adalah:


1. Carilah data sekunder curah hujan di suatu Kabupaten/Kota. Pastikan
semua stasiun terdata lengkap.
2. Data yang diperoleh usahakan memiliki rentangan curah hujan 10
tahun terakhir. Hal tersebut dimaksudkan supaya data lebih detail.
3. Hitunglah data sesuai dengan rumus.
4. Buatlah grafik curah hujan yang membandingkan tahun dan volume
curah hujan.
5. Simpulkan praktikum yang telah dilakukan

D. Hasil Perhitungan
1. Rerata masing Curah Hujan di Stasiun A sampai (n) pada Tahun A
sampai (n)
2. Curah Hujan Aritmatik pada daerah A
E. Pembahasan dan Analisis
Pengukuran curah hujan kota Padang menggunakan metode
aritmatika. Data yang digunakan adalah data sekunder yang di dapatkan
dari 6 stasiun pengukuran hujan, yaitu Batu Busuk, Gunung Nago, Kasang,
Simpang Alai, Gunung Sarik, dan Ladang Padi. Data yang digunakan
adalah data 10 tahun curah hujan. Dimulai dari tahun 1980-1989. Dengan
hasil perhitungan sebagai berikut :
1. Tahun 1980 dengan rata-rata curah hujan 5.999,6 mm
2. Tahun 1981 dengan rata-rata curah hujan 5.849,3 mm
3. Tahun 1982 dengan rata-rata curah hujan 4.187,2 mm
4. Tahun 1983 dengan rata-rata curah hujan 3.664,3 mm
5. Tahun 1984 dengan rata-rata curah hujan 4.195,3 mm
6. Tahun 1985 dengan rata-rata curah hujan 2.694,08 mm
7. Tahun 1986 dengan rata-rata curah hujan 3.930,4 mm
8. Tahun 1987 dengan rata-rata curah hujan 4.001,25 mm
9. Tahun 1988 dengan rata-rata curah hujan 3.515,5 mm
10. Tahun 1989 dengan rata-rata curah hujan 2.693,5 mm

Curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 1980 dengan rata-rata curah hujan
5.999,6 mm dan curah hujan terendah terjadi pada tahun 1989 denga rata-
rata curah hujan 2.693,5 mm. Stasiun dengan curah hujan tertinggi
terdapat pada stasiun Gunung Sarik dengan rata-rata curah hujan 8.577
mm dan stasiun dengan curah hujan terendah terdapat pada stasiun Batu
Busuk tahun 1988 dan 1989 dengan curah hujan 0,0 mm dan Gunung
Nago dengan curah hujan 0,0 mm.
F. Kendala dalam Praktikum
Tidak ada kendala dalam praktikum.

G. Simpulan

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa curah hujan tertinggi


terjadi pada tahun 1980 dengan rata-rata curah hujan 5.999,6 mm dan
curah hujan terendah terjadi pada tahun 1989 denga rata-rata curah hujan
2.693,5 mm. Stasiun dengan curah hujan tertinggi terdapat pada stasiun
Gunung Sarik dengan rata-rata curah hujan 8.577 mm dan stasiun dengan
curah hujan terendah terdapat pada stasiun Batu Busuk tahun 1988 dan
1989 dengan curah hujan 0,0 mm dan Gunung Nago dengan curah hujan
0,0 mm.

H. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai