Anda di halaman 1dari 9

ACARA V

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROMETEOROLOGI


INTENSITAS HUJAN

Dosen Pengampu:
Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si

Disusun Oleh:

Nama : Fariz Ichsan Kurniawan


NIM : 160722614641
Off/Thn : G/2016
Asisten : Unsila Tamiya Artaman

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menentukan intensitas hujan menggunakan metode
Tabolt, Sherman, Ishiguro dan Mononobe.
2. Mahasiswa dapat membuat kurva Intensity Duration Frequency (IDF).
3. Mahasiswa dapat menganalisis hasil dari intensitas hujan metode Tabolt,
Sherman, Ishiguro dan Mononobe.

II. DASAR TEORI


Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan
dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada
satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi (Wesli, 2008). Besarnya intensitas
curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan
frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya
berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas.
Hujan yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi,
tetapi dapat berlangsung dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari
intensitas hujan yang tinggi dengan durasi panjang jarang terjadi, tetapi
apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan ditumpahkan dari
langit. (Suroso, 2006)
Durasi hujan adalah lamanya suatu kejadian hujan. Intensitas hujan
yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi
daerah yang tidak sangat luas (Sudjarwadi, 1987). Adapun metode yang
digunakan dalam memprediksi intensitas hujan berdasarkan durasi dan
periode ulang hujan, antara lain Metode Talbot, Metode Sherman, dan
Metode Ishiguro, terdapaat juga metode Mononobe (Subarkah, 1980 dalam
Asbintari et all, 2016).
a. Metode Talbot
Metode Talbot dikemukakan oleh professor Talbot pada tahun
1881. Rumus ini banyak digunakan di Jepang karena mudah diterapkan.
Tetapan-tetapan a dan b ditentukan dengan harga-harga terukur.
Rumus:
.

I=
Dimana :

Keterangan:
I = intensitas curah huajn (mm/menit)
t = lamanya curah hujan atau durasi (menit)

b. Metode Sherman
Metode Sherman dikemukakan oleh professor Sherman pada
tahun 1905. Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan
yang lamanya lebih dari 2 jam, Rumus:

I=
Dimana :

Keterangan:
I = intensitas curah huajn (mm/menit)
t = lamanya curah hujan atau durasi (menit)

c. Metode Ishiguro
Metode Ishiguro ini dikemukakan oleh Dr. Ishiguro tahun 1953.
Rumus (Sutarlim, 2012) :
Dimana :

Keterangan:
I = intensitas curah huajn (mm/menit)
t = lamanya curah hujan atau durasi (menit)
I = presipitasi/intensitas curah hujan jangka pendek t menit
a, b, n = konstanta yang bergantung pada lamanya curah hujan
N = jumlah pengamatan

d. Metode Mononobe
Pada metode ini hujan yang dipakai adalah hujan harian,
Mononobe (Suyono dan Takeda, 1983 dalam Fauziyah et all, 2013)
mengusulkan persamaan di bawah ini untuk menurunkan kurva IDF

I=

Keterangan:
I = intensitas hujan (mm/jam),
t = lamanya hujan (jam),
R24 =Curah hujan maksimum selama 24 jam (mm).
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Laptop 3. Alat tulis
2. Ms. Excel
Bahan :
1. Data praktikum yang berupa data Durasi Hujam Maksimum Kota
Semarang

IV. LANGKAH KERJA


a. Rumus Talbot, Sherman, dan Ishiguro
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, memahami
data durasi hujan maksimum sebagian
2. Menghitung besarnya curah hujan pada setiap durasi hujan, dengan
mengalikan tinggi hujan dikali 60 menit pada setiap durasi hujan,
berdasarkan tahun kejadian.
3. Menghitung probabilitas hujan untuk periode ulang yang
dikehendaki
4. Menghitung nilai tiap suku dalam persamaan intensitas hujan
5. Menghitung intensitas hujan berdasarkan setiap rumus yang
digunakan yaitu metode Talbot, Sherman, dan Ishiguro.
6. Membuat kurva hubungan antara durasi (menit) dengan intensitas
hujan (mm/jam) berdasarkan nilai I.

b. Rumus Mononobe
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, memahami
data durasi hujan maksimum sebagian Kota Semarang
2. Menghitung intensitas hujan dengan menggunakan rumus Mononobe
pada setiap durasi hujanMembuat kurva IDF berdasarkan rekap data
intensitas hujan, dari tabel langkah 2
Diagram Alir

Intensitas Curah Hujan

Data Durasi Hujan Maksimum

Pengelompokan data hujan durasi permenit

Perhitungan probabilitas per periode ulang

Perhitungan Intensitas hujan perfrekuensi

Lakukan Perhitungan intesitas hujan dari periode ulang

Metode Talbot Metode Sherman Metode Ishiguro Metode Mononobe

Mencari Standar Deviasi Paling Kecil

Membuat Kurva IDF

Mengalisis Perbandingan dari Tiap Metode

V. HASIL
a. Tabolt, Sherman dan Ishiguro
- Besar curah hujan maksimum ( Terlampir )
- Probabilitas hujan ( Terlampir )
- Harga tiap suku dalam persamaan intensitas hujan ( Terlampir )
- Tetapan – tetapan persamaan intensitas hujan ( Terlampir )
- Kurva ( Terlampir )
b. Mononobe
- Nilai intensitas hujan
- Kurva IDF

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini melakukan perhitungan Intensitas hujan


yang dilakukan menggunakan 4 metode yakni metode Talbot, Sherman,
Ishiguro dan Mononobe. Besarnya perkiraan intensitas hujan ini
dinyatakan dalam kurva Intensity-Duration Frequency (IDF).
Berdasarkan analisis hasil pratikum untuk curah hujan untuk periode
ulang 2, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, 50, dan 100 tahun adalah 5.682 , 6.464,
6.981, 7.477, 7.634, 8.12, 8.398, 8.601 mm/jam. Terdapat empat metode
perhitungan intensitas hujan yang digunakan, yakni metode Talbot,
Sherman, Ishiguro dan Mononobe. Data yang digunakan dalam
praktikum adalah Data Hujan Maksimum Per Durasi Sebagian Wilayah
Kota Semarang Tahun 1960-1984. Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk menentukan metode yang cocok untuk perhitungan intensitas
hujan. Penentuan metode yang cocok tersebut, dapat dilihat dari rata-rata
deviasi antara hasil perhitungan dengan data curah hujan yang ada.

Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa Metode Talbot


memiliki rata-rata deviasi paling kecil diantara ke tiga metode lainnya,
sehingga metode ini digunakan untuk pembuatan kurva IDF pertama.
Jika dicermati dari kurva IDF metode Talbot pola kurva intensitas hujan
metode Talbot sesuai dengan sifat umum dari hujan, dimana dapat
diketahui jika intensitas hujan yang tinggi terjadi dengan durasi yang
singkat, dan semakin lama durasi hujannya, maka intensitas hujan juga
akan semakin kecil. Selain itu, semakin besar periode ulangnya maka
intensitas hujan semakin besar. Semakin singkat hujan berlangsung,
maka intensitasnya akan semakin tinggi dan semakin besar periode
pengulangannya akan menyebabkan semakin tinggi pula intensitasnya.
Untuk penggambaran kurva IDF yang kedua, didasarkan pada
perhitungan intensitas hujan metode Mononobe. Perbedaan kurva antara
Mononobe dan Talbot adalah tingkat kerapatan garis lengkung hubungan
antara nilai intensitas hujan dan durasi tiap periode ulang dimana kurva
IDF Mononobe lebih rapat garis lengkungnya dibandingkan Talbot. Hal
itu karena dikarenakan metode Mononobe memperhitungkan lamanya
hujan yang terjadi dalam periode waktu 24 jam, sedangkan metode
Talbot hanya memperhitungkan lamanya hujan berdasarkan durasi tiap
menitnya.

VII. KESIMPULAN
1. Perhitungan Intensitas Hujan dapat dilakukan dengan beberapa Metode
diantaranya adalah dengan metode Talbot, Sherman, Ishiguro dan
Mononobe.
2. Metode Talbot merupakan metode yang paling cocok digunakan untuk
perhitungan intensitas hujan pada praktikum kali ini dibandingkan
dengan metode Sherman dan ishoguro. Metode Talbot ini lebih baik
jika dibandingkan dengan metode Mononobe karena metode Talbot ini
lebih konsisten nilai perhitunganya untuk periode ulang yang lebih
tinggi.
3. Hasil intensitas curah hujan untuk setiap periode ulangnya didapat hasil
yang berbeda. Intensitas paling lama pada tahun periode 100 tahun
yaitu 8.601 mm/jam pada durasi 5 menit atau 215.18 jam dan pada
durasi 720 menit atau 12 jam di dapat 14.09 mm/jam. Hasil paling cepat
pada periode 2 tahunan yaitu 5.682 mm/jam pada durasi 5 menit atau
215.54 jam dan pada durasi 720 menit atau 12 jam di dapat 10.86
mm/jam. Hasil yang berbeda untuk periode tahunnya di karenakan
curah hujan pada setiap harinya itu berbeda. Intensitas hujan ini
tergantung dari lama dan besarnya hujan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Asbintari, S. 2016. Komparasi Metode Formulasi Intensitas Hujan Di


Kawasan Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Lubuh Kota
Pasir Pengaraian. Jurnal Mahasiswa Teknik, 2 (2).
Fauziyah, S. dkk. 2013. Analisis Karakteristik dan Intensitas Hujan Kota
Surakarta. Matriks Teknik Sipil, 1 (2)
Sutarlim. (2012). Komparasi Metode Formulasi Intensitas Hujan di
Kawasan Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Tallo. Fakultas
Teknik Universitas Hassanudin. Makassar
Sudjarwadi. 1987. Teknik Sumber Daya Air. Diktat Kuliah Jurusan Teknik
Sipil, Yogyakarta.
Suroso. 2006. Analisis Curah Hujan untuk Membuat Kurva Intensity-
Duration Frequency (IDF) di Kawasan Rawan Banjir Kabupaten
Banyumas. Jurnal Teknik Sipil Volume 3, No.1: 37-40.
Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai