Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

SC INDIKASI PARTUS LAMA


Di RUANG SAKINAH Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

Oleh :

ANIS SAMSIYAH

NIM : 2002031792

Praktik Profesi NERS

PRODI S1 KEPERAWATAN

Universitas Muhammadiyah Lamongan


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Ny. “A” SC INDIKASI PARTUS LAMA
Di POLI KANDUNGAN Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan

Oleh :

ANIS SAMSIYAH

NIM : 2002031792

Praktik Profesi NERS

PRODI S1 KEPERAWATAN

Universitas Muhammadiyah Lamongan


LEMBAR KONSULTASI DAN PENGESAHAN LP

KASUS: SC INDIKASI PARTUS LAMA

DEPARTEMEN:MATERNITAS RUANG: SAKINAH RS MUHAMADIYAH LAMONGAN

Tangga Saran Pembimbing Tanda tangan


l

___________ , ________ 20

Mahasiswa,

(ANIS SAMSIYAH)

Telah direvisi dan disetujui,

Pembimbing klinik, Pembimbing akademik,

(INNAYATUS SHOLIHAH,S.Kep.,Ns) (HENY EKAWATI. S.Kep.Ns.M.Kes.)


LEMBAR KONSULTASI DAN PENGESAHAN ASKEP

KASUS: SC INDIKASI PARTUS LAMA

DEPARTEMEN:MATERNITAS RUANG: SAKINAH RS MUHAMADIYAH LAMONGAN

Tangga Saran Pembimbing Tanda tangan


l

___________ , ________ 20

Mahasiswa,

(ANIS SAMSIYAH)

Telah direvisi dan disetujui,

Pembimbing klinik, Pembimbing akademik,

(INNAYATUS SHOLIHAH, S.Kep.,Ns) (HENY EKAWATI. S.Kep.Ns.M.Kes.)


LAPORAN PENDAHULUAN
SC INDIKASI PARTUS LAMA

a. KONSEP MATERI SC

1. Definisi
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka perut
dan dinding rahim. Tujuan dasar pelahiran adalah memelihara kehidupan atau kesehatan
ibu dan anak. Atau SC adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram.
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim.
Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan di
atas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh (Prawiro, Sarwono,
2001).
Sectio caesaria adalah suatu hesteromia untuk melahirkan janin dari dalam rahim
( Mochtar, 1998).

2. Klasifikasi
a. Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah uterus.
Tipe ini yang paling banyak dilakukan. Segmen bawah uterus tidak begitu banyak
mengandung pembuluh darah dibanding segmen atas sehingga resiko perdarahan
lebih kecil. Karena segmen bawah terletak diluar kavum peritonei, kemungkinan
infeksi pasca bedah juga tidak begitu besar. Di samping itu resiko rupture uteri pada
kehamilan dan persalinan berikutnya akan lebih kecil jika jaringan parut hanya
terbatas pada segmen bawah uterus. Kesembuhan luka biasanya baik karena segmen
bawah merupakan bagian uterus yang tidak begitu aktif.
Indikasi SC yang berasal dari ibu:
1) Sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk
2) Terdapat kesempitan panggul
3) Solusio Plasenta tingkat I-II
4) Komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia, eklamsia
5) Setelah operasi plastic vaginam:
a) Bekas luka / sikatriks yang luas
b) Fistula vesika-vaginal, rekto-vaginal
6) Gangguan perjalanan persalinan, karena :
a) Kista ovarium
b) Mioma uteri
c) Karsinoma serviks
d) Kekakuan serviks
e) Rupture uteri iminem
7) Kehamilan yang disertai penyakit seperti :
a) Penyakit jantung
b) DM
Indikasi yang berasal dari janin :
1) Fetal distress/ gawat janin
2) Malpresentasi dan malposisi kedudukan janin
3) Prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil
4) Kegagalan persalinan vakumatau forseps ekstraksi
Pertolongan persalinan SC tidak akan dipertimbangkan pada :
1) Janin yang telah meninggal
2) Kelainan congenital
3) Terdapat kesempitan panggul absolute (CD ≤ 5 cm)
Keuntungan insisi segmen bawah rahim menurut kehier :
1) Segmen bawah rahim lebih tenang
2) Kesembuhan lebih baik
3) Tidak banyak menimbulkan perlekatan
Kerugiannya :
1) Terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin
2) Terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan
b. Sectio sesarea klasik (korporal) menurut Sanger
Insisi dibuat pada korpus uteri. Dilakukan kala segmen bawah tidak terjangkau karena
melekat eratnya dinding uterus pada perut karena section sesarea yang sudah-sudah,
insisi disegmen bawah uterus mengandung bahaya perdarahan banyak berhubung
dengan letaknya plasenta pada plasenta previa, atau apabila dikandung maksud untuk
melakukan histerektomi setelah janin dilahirkan.
Indikasi :
1) SC yang dengan sterilisasi
2) Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi robekan
segmen bawah rahim dan perdarahan
3) Janin kepala besar dalam letak lintang
4) Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul
Keuntungan :
1) Mudah dilakukan karena lapangan operasi relative luas
Kerugian :
1) Kesembuhan luka operasi relative sulit
2) Kemungkinan terjadinya rupture uteri pada kehamilan berikutnya lebih besar
3) Kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar
c. Sectio sesarea ekstraperitoneal
Dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal, sekarang tidak banyak
dilakukan karena sulit dalam tehniknya dan seringkali terjadi sobekan peritoneam.
d. Sectio sesarea histerektomi menurut Porro
Operasi SC Histerektomi dilakukan secara Histerektomi supra vaginal untuk
menyelamatkan jiwa ibu dan janin dengan indikasi :
1) SC disertai infeksi berat
2) SC dengan Antonio uteri dan perdarahan
3) SC disertai uterus coovelaire (solusio plasenta)
3. Indikasi
a. Indikasi Ibu :
1) Panggul sempit
2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3) Stenosis serviks uteri atau vagina
4) Plassenta praevia
5) Disproporsi janin panggul
6) Rupture uteri membakat
7) Partus tak maju
8) Incordinate uterine action
b. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak :
a) Letak lintang
b) Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi)
c) Latak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang
d) Presentasi ganda
e) Kelainan letak pada gemelli anak pertama
2) Gawat Janin
c. Indikasi Kontra(relative)
1) Infeksi intrauterine
2) Janin Mati
3) Syok/anemia berat yang belum diatasi
4) Kelainan kongenital berat
4. Pathway
Insufisiensi plasenta Sirkulasi uteroplasenta menurun Cemas pada janin

Tidak timbul HIS


Kadar kortisol
menurun(merupakan
metabolisme
Tidak ada perubahan
karbohidrat, protein dan
pada serviks
lemak)
Faktor predisposisi :

 Ketidak seimbangan
Kelahiran terhambat
sepalo pelvic
 Kehamilan kembar
 Distress janin
 Presentsi janin Post date
 Preeklampsi /
eklampsi

SC

Persalinan tidak
normal

Kurang Nifas Estrogen


pengetahuan (post pembedahan) meningkat

Ansietas Resiko infeksi Penurunan laktasi


Nyer Imobilisas
i i
Pembendungan
Kerusakan laktasi
integritas jaringan
Deficit
perawatan diri
Nyeri Mastitis
5. Komplikasi

a. Pada Ibu

Telah dikemukakan bahwa dengan kemajuan tehnik pembedahan, dengan adanya


antibiotika dan dengan persediaan darah yang cukup, seksio sesaria sekarang jauh
lebih aman daripada dahulu. Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas yang
baik dan tenaga-tenaga kompeten kurang dari 2 per 1000.

Faktor-faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas pembedahan ialah


kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan dan
lamanya persalinan berlangsung. Tentang faktor pertama, niscaya seorang wanita
dengan plasenta previa dan perdarahan banyak memikul resiko yang lebih besar
daripada seorang wanita lain yang mengalami seksio sesaria elektif karena
disproporsi sefalopelvik. Demikian pula makin lama persalina berlangsung makin
meningkat bahaya infeksi post operatif apalagi setelah ketuban pecah.

Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul adalah :

1) Infeksi Puerperal

Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu selam beberapa hari
dalam masa nifas atau bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.
Infeksi post operatif terjadi bila sebelum pembedahan sudah ada gejala-gejala
infeksi intra partum, atau ada faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya). Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian antibiotika,
akan tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali, terutama seksio sesaria klasik
dalam hal ini lebuh berbahaya daripada seksio sesaria transperitonealis profunda.

2) Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang


arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.

3) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru,


dan sebagainya sangat jarang terjadi. Suatu komplikasi yang baru kemudian
tampak , ialah kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri. Kemungkinan peristiwa ini leih
banyak ditemukan sesudah seksio sesaria klasik.

b. Pada Anak

Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan seksio sesaria
banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan seksio sesaria.
Menurut statistic di Negara-negara pengawasan antenatal dan intra natal yang baik,
kematian prenatal pasca seksio sesaria berkisar antara 4 dan 7 %.
6. Penatalaksanaan
a. Perawatan selama kelahiran sesarea (pre Op)
1) Persiapan fisik praoperatif dilakukan dengan mencukur rambut pubis, memasang
kateter untuk mengosongkan kandung kemih, dan memberi obat preoperative
sesuai resep. Antasida seringkali diberikan untuk mencegah aspirasi akibat secresi
asam lambung kedalam paru-paru klien.
2) Cairan intravena mulai diberikan untuk mempertahankan hidrasi dan
menyediakan suatu saluran terbuka (openline) untuk pemberian darah / obat yang
diperlukan.
3) Sample darah dan urin diambil dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis.
4) Selama preoperative orang terdekat didorong untuk terus bersama wanita tersebut
selama mungkin untuk memberikan dukungan emosional secara berkelanjutan.
5) Perawat memberikan informasi esensial tentang prosedur, mengkaji persepsi
wanita dan pasangan atau suaminya tentang kelahiran sesarea. Ketika wanita
mengungkapkan , perawat dapat mengidentifikasi gangguan potensial konsep diri
selama periode pasca partum.
6) Jika ada waktu sebelum melahirkan, perawat dapat mengajari wanita tersebut
tentang harapan pasca operasi, cara merdakan nyeri, mengubah posisi, batuk dan
napas dalam.
7) Perawat dikamar bedah bisa membantu mengatur posisi wanita tersebut diatas
meja operasi,. Adalah penting untuk mengatur posisi wanita tersebut sehingga
uterus berada pada posisi lateral untuk menghindari penekanan pada vena cava
inferior yang dapat menurunkan perfusi plasenta.
8) Perawatan bayi didelegasi kepada dokter anak dan perawat yang melakukan
resusitasi neonatus karena bayi ini dianggap beresiko sampai ada bukti kondisi
fisiologis bayi stabil setelah lahir.
b. Perawatan pasca partum (post Op)
1) Pengkajian keperawatan segera setelah melahirkan meliputi pemulihan dari efek
anastesi, status pasca operasi dan pasca melahirkan dan derajat nyeri.
2) Kepatenan jalan napas dipertahankan dan posisi wanita tersebut diatur untuk
mencegah kemungkinan aspirasi.
3) Tanda-tanda vital diukur setiap 15 menit selama 1-2 jam sampai wanita itu stabil.
Kondisi balutan insisi, fundus dan jumlah lokea, dikaji demikian pula masukan
dan haluaran.
4) Perawat membantu wanita tersebut untuk mengubah posisi dan melakukan napas
dalam serta melatih gerakan kaki. Obat-obatan untuk mengatasi nyeri dapat
diberikan
5) Masalah fisiologis selama beberapa hari pertama dapat didominasi oleh nyeri
akibat insisi dan nyeri dari gas di usus halus dan kebutuhan untuk menghilangkan
nyeri.
6) Tindakan lain untuk mengupayakan kenyamanan, seperti mengubah posisi,
mengganjal insisi dengan bantal, memberi kompres panas pada abdomen dan
tehnik relaksasi.
7) Ambulasi dan upaya menghindari makanan yang menghasilkan gas dan minuman
berkarbonat bisa mengurangi nyeri yang disebabkan gas.
8) Perawatan sehari-hari meliputi perawatan perineum, perawatan payudara dan
perawatan higienis rutin termasuk mandi siram setelah balutan luka diangkat.
9) Setiap kali berdinas perawat mengkaji tanda-tanda vital, insisi, fundus uterus, dan
lokia. Bunyi napas, bising usus, tanda homans, eliminasi urine serta defekasi juga
dikaji.
10) Pasangan atau suami dapat dilibatkan dalam sesi pengajaran dan penjelasan
tentang pemulihan pasangannnya. Beberapa orangtua akan marah,frustasi atau
kecewa karena wanita tidak dapat melahirkan pervaginam. Beberapa wanita
mengungkapkan perasaan seperti harga diri rendah atau citra diri yang negative.
Akan sangat berguna bila ada perawat yang hadir selama wanmita melahirkan,
mengunjungi dan membantu mengisi “kesenjangan” tentang pengalaman tersebut.
11) Rencana pulang terdiri dari informasi tentang diet, latihan fisik, pembatasan
aktifitas, perawatan payudara, aktifitas seksual dan kontrasepsi, medikasi, dan
tanda-tanda komplikasi serta perawatan bayi.
7. Tanda-tanda Komplikasi Pasca Operasi Setelah Pemulangan
Laporkan tanda-tanda berikut kepada petugas perawatan kesehatan :
a. Demam lebih dari 38 ºC
b. Nyeri saat buang air kecil
c. Lokia lebih banyak daripada periode menstruasi normal
d. Luka terbuka
e. Kemerahan dan berdarah pada tempat insisi
f. Nyeri abdomen yang parah
8. Penatalaksanaan Pasca tindakan (Medis)
a. Kaji ulang prinsip perawatan pasca bedah
b. Jika masih terdapat perdarahan :
1) Lakukan massage uterus
2) Beri oksitosin 10 unit
3) Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ML cairan IV (garam fisiologik/ringer laktat) 60
tetes permenit, ergometsin 0,2 mg IM dan prostaglandin
c. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotic kombinasi sampai klien bebas demam
selama 48 jam :
1) Ampisilin 2g IV setiap 6 jam
2) Ditambah gentamicin 5mg/kgBB IV setiap 24 jam
3) Ditambah metronidazol 500mg IV setiap 8 jam
4) Beri analgesik jika perlu.
9. Pemerisaan Penunjang
a. Darah lengkap, golongan darah (ABO)
b. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin
c. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II
d. Ultrasonografi melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan dan presentasi janin
b. KONSEP MATERI PARTUS LAMA
b.1 PENGERTIAN
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih
dari 18 jam pada multi. Partus kasep menurut Harjono adalah merupakan fase terakhir dari
suatu proses partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gekala – gejala
seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, serta asfiksia dan kematian janin dalam kandungan.
Berbeda dengan partus tidak maju, yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak
menunjukkan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam
terakhir. Persalinan pada primitua biasanya lebih lama.

b.2 ETIOLOGI
a) Kelainan letak janin
b) Kelainan – kelainan panggul
c) Kelainan his
d) Pimpinan partus yang salah
e) Janin besar atau ada kelainan kongenital
f) Primitua
g) Perut gantung (grandemulti)
h) Ketuban pecah dini
i) His tidak efisien / adekuat
j) Factor janin
k) Factor jalan lahir
b.3 PATOFISIOLOGI
Ada 4 faktor yang mempengaruhi proses persalian :
a. Penumpang (janin atau plasenta)
Cara penumpang atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa factor yaitu ukuiran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi
janin
b. Jalan lahir (passageway)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar panggul,
vaginan dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya
lapisan lapisan otot dasar panggul ikut menunjang kekuatan bayi, tetapi panggul ibu
lebih berperan dalam proses persalinan janin. Maka dari itu ukuran dan bentukj
panggul harus ditentukan sebelum persalinan
c. Kekuatan ibu (power)
Kekuatan ibu melakukan involunter dan volunteer yang mempengaruhi adaptasi
anatomi dan fisiologi persalinan
d. Posisi ibu dan psikologi
Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan yaitu rasa letih hilang, merasa nymanan
dan memperbaiki sirkulasi.
Pathway Kehamilan cukup bulan

Ibu mengejan tanpa kontraksi

Tidak ada kemajuan kepala

Ibu kelalahan ansietas

Partus spontan Robekan serviks Risiko Section caesaria

perdarahan Odema vulva

Hipovolemia Nyeri akut


b.4 TANDA DAN GEJALA
a) Tanda dan gejala kala II
- Ibu ingin meneran
- Perineum menonjol
- Vulva membuka
- Tekanan anus
- Meningkatkan pengeluaran lender dan darah
- Kepala telah turun di daerah panggul
b) Gejala klinik
- Pada ibu
 hipertermia
 Gelisah
 Letih
 Berkeringat
 Takikardia
 Dyspnea
 Meteorismus
 Ring v/d bandl
 Oedema vulva
 Oedema serviks
 Cairan ketuban berbau
 Mekonium
- Pada janin
 Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negative, air ketuban terdapat
meconium, kental kehijauan dan berbau
 Kaput sucsendacum yang besar
 Maulage kepala yang hebat
 Kematian janin dalam kandungan
 Kematian janin intra partal
b.5 PENATALAKSANAAN
a) Setelah pembukaan lengkap memimpin ibu untuk meneran apabila timbul dorongan
spontan untuk melakuakn hal itu
b) Berisitirahat pada posisi yang nyaman bagi ibu
c) Memantau kondisi janin
d) Bila ingin meneran, tetapi pembukaan belum lengkap anjurkan ibu untuk bernafas cepat
atau biasa, atur posisi yang nyaman, upayakan tidak meneran hingga pembukaan
lengkap
e) Bila pembukaansudah lengkap tetapi ibu tidak ingin meneran anjurkan untuk mobilisasi
atau mengubah ubah posisi hingga timbul dorongan untuk meneran
f) Bila kontraksi kuat tetapi ibu tidak ingin meneran setelah 60 menit dari sejak
pembukaan lengkap, pimpin untuk meneran saat kontraksi puncak (beri asupan nutrisi
yang cukup)
g) Bila 60 menit setelah itu kelahiran bayi masih belum terjadi rujuk ibu ke fasilitas
rujukan

c. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Fokus
c.1 Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
c.2 Integritas ego
1) Memperlihatkan ketidakmampuan menghadapi sesuatu
2) Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai
ketakutan, marah atau menarik diri
3) Klien / pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima
dalam pengalaman kelahiran
c.3 Eliminasi
1) Adanya kateter urinary
2) Bising usus
c.4 Makanan / Cairan
Abdomen lunak / tak ada distensi awal
c.5 Neuro sensori
Kerusakan gerakan dan sensori dibawah tingkat anastesi spinal epidural
c.6 Nyeri / ketidaknyamanan
1) Mulut mungkin kering
2) Menunjukkan sikap tak nyaman pasca oprasi, nyeri penyerta
3) Distensi kandung kemih / abdomen
c.7 Pernafasan
1) Bunyi paru jelas dan vesicular
c.8 Keamanan
1) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh
2) Jalur parenteral, bila digunakan, paten dan sisi bekas eritema bengkak / nyeri
tekan
c.9 Seksualiatas
1) Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus
2) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan / banyak
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri / ketidakberdayaan b.d agen injuri (insisi pembedahan)
b. Imobilisasi b.d adanya luka bekas operasi
c. Resiko infeksi b.d trauma pembedahan
d. Deficit perawatan diri b.d nyeri
e. Ansietas b.d krisis situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi
f. Menyusui tidak efektif b/d kurang pengetahuan ibu, terhentinya
proses menyusui, nyeri payudara.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosis (SDKI ) Tujuan (SLKI ) Intervensi ( SIKI )
.
1 Nyeri akut Setelah dilakukan OBSERVASI
berhubungan dengan intervensi keperawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
agen pencedera selama 1x24 jam durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
fisik(trauma) diharapkan tingkat nyeri nyeri
( D.0077) menurun dengan KH: - Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri - Identifikasi respons nyeri non verbal
menurun - Identifikasi factor yang memperberat
- Meringis menurun dan memperingan nyeri
- Ketegangan otot - Monitor efek samping penggunaan
menurun analgetik
- Kesulitan tidur TERAPEUTIK
menurun - Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (missal
TENS, hypnosis,terapi music)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
EDUKASI
- Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara cepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

KOLABORASI
- Kolaborasi pemberian analgetik jika
perlu
2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan OBSERVASI
b/d tirah bring manajemen energi dalam  Identifkasi gangguan fungsi tubuh
(D.0056) 1 kali 24 jam, maka yang mengakibatkan kelelahan
diharapkantoleransi  Monitor kelelahan fisik dan
aktifitas pasien emosional
meningkat( L.05047 )
 Monitor pola dan jam tidur
dengan kriteria hasil :
 Monitor lokasi dan
 Kemudahan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
melakukan aktivitas
sehari-hari meningkat
TERAPEUTIK
 Kecepatan berjalan
meningkat
 Kekuatan tubuh  Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya,
bagian atas
suara, kunjungan)
meningkat
 Kekuatan tubuh  Lakukan rentang gerak pasif
bagian bawah dan/atau aktif
meningkat  Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
EDUKASI
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
KOLABORASI
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

3 Risiko Infeksi b.d. Setelah dilakukan OBSERVASI


efek tindakan medis intervensi keperawatan - Periksa kesiapan dan kemampuan
( D 0142 ) selama 4 jam Tingkat menerima informasi
infeksi menurun ( L. TERAPEUTIK
14137 ) - Siapkan materi, media tentang
faktor-faktor penyebab, cara
Kriteria hasil : identifikasi dan pencegahan risiko
infeksi di rumah sakit maupun di
 Kebersihan tangan
rumah
meningkat
- Jadwalkan waktu yang tepat untuk
 Kebersihan badan memberikan pendidikan kesehatan
meningkat sesuai kesepakatan dengan pasien
dan keluarga
 Nafsu makan - Berikan kesempatan untuk bertanya
meningkat EDUKASI
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Demam menurun lokal dan sistemik
- Informasikan hasil pemeriksaan
 Nyeri Menurun laboratorium (mis. Leukosit, WBC)
- Anjurkan mengikuti tindakan
 Kemerahan menurun
pencegahan sesuai kondisi
 Bengkak menurun - Anjurkan membatasi pengunjung
- Ajarkan cara merawat kulit pada
 Kadar sel darah putih area yang edema
membaik - Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
- Anjurkan kecukupan nutrisi, cairan
dan istirahat
- Anjurkan kecukupan mobilisasi dan
olahraga sesuai kebutuhan
- Anjurkan latihan napas dalam dan
batuk sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengelola antibiotic
sesuai resep
- Ajarkan cara mencuci tangan
- Ajarkan etika batuk
KOLABORASI
- Kolaborasi pemberian obat anti
kecemasan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Bobak Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, ECG : Jakarta.

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC: Jakarta

Farrer Hellen, 1999, Perawatan Maternal, Alih Bahasa Andry Hartono, ECG : Jakarta.

Johnson, Marion. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis : Mosby.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculaplus: Jakarta.

Mc.Closkey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louis : Mosby.

Mochtar, Rustam. 1988. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta :
EGC.

NANDA International. 2010. Nursing Diagnosis 2009-2011. Jakarta : EGC.

Prawiroharjo, Sarwono. 2001. “Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal.”

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : CV Andi
Offset.

Winkjosastro Hanifa, 2002, Ilmu Kebidanan Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai