Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA II

EFFEK FOTOLISTRIK 2
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Eksperimen Fisika II
Dosen : Dr. Parlindungan Sinaga, M.Si

Oleh:
Ardi Rizkia F
Muhammad Irfan Muttaqin
Muhammad Wildan D

(130
)
(1306755)
(1307196)

Pelaksanaan Eksperimen:
Hari/Tanggal/Jam: Senin, 22 Februari 2016/11.00-12.00 WIB
`

LABORATORIUM FISIKA LANJUT


PROGRAM STUDI FISIKA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016

A. Tujuan
1. Memahami fenomena effek foto listrik
2. Menentukan konstanta Planck
B. Dasar Teori
Pada tahun 1905, Einstein menggunakan gagasan Planck tentang kuantisasi
energy untuk menjelaskan efek fotolistrik. Makalahnya tentang efek fotolistrik
muncul dalam jurnal yang sama berisi teori relativitas khususnya. Karya Einstein ini
menandai permulaan teori kuantum, dan untuk hal ini Einstein menerima hadiah
Nobel dalam bidang fisika. Sementara Planck melihat kuantisasi energy dalam teori
radiasi benda hitamnya sebagai piranti hitung. Einstein membuat saran yang berani
bahwa kuantisasi merupakan sifat dasar energy elektromagnetik. Tiga tahun
kemudian, beliau menggunakan gagasan kuantisasi energy pada energy molekul untuk
menjelaskan teka-teki lain di bidang fisika, perbedaan antara kalor spesifik yang
dihitung dari teorema ekipartisi dan kalor spesifik yang diamati secara percobaan
pada temperature rendah. Belakangan gagasan kuantisasi energy digunakan untuk
energy atom oleh Niels Bohr dalam penjelasan pertamanya tentang spectrum atom.

Efek fotolistrik ditemukan oleh Hertz pada


tahun 1887 dan telah dikaji oleh Lenard pada tahun
1900. Gambar disamping menunjukkan diagram
sketsa alat dasarnya. Apabila cahaya datang pada
permukaan logam katoda C yang bersih, electron akan
dipancarkan. Jika sejumlah electron ini menubruk
anoda A, terdapat arus dalam rangkaian luarnya.
Jumlah electron yang dipancarkan yang mencapai
elektroda dapat ditingkatkan atau diturunkan dengan
membuat anoda positif atau negative terhadap
katodanya. Misalkan V merupakan perbedaan
potensial antara katoda dan anoda. Gambar di bawah
menunjukkan arus terhadap V untuk dua nilai
intensitas cahaya yang datang pada katoda. Apabila V
positif, electron ditarik ke anoda. Pada nilai V yang cukup tinggi, seluruh electron
yang dipancarkan akan mencapai anoda, dan arus berada pada nilai maksimumnya.
Peningkatan V yang lebih tinggi tidak akan mempengaruhi arusnya. Lenard
mengamati bahwa arus maksimum sebanding dengan intensitas cahaya. Apabila V
1
2
negative, electron ditolak dari anoda. Hanya electron dengan energy kinetic 2 m v

yang lebih besar daripada

|eV |

kemudian dapat mencapai anoda. Potensial V0

disebut potensial penghenti. Potensial ini dihubungkan dengan energy kinetic


1
2
maksimum electron yang dipancarkan oleh 2 m v =e V 0 .
Hasil percobaan bahwa V0 tak bergantung intensitas cahaya datang telah
mengejutkan. Secara klasik, peningkatan laju energy cahaya yang jatuh pada katoda
harus meningkatkan energy yang diserap oleh electron dan haruslah meningkatkan
energy kinetic maksimum electron yang dipancarkan. Tampaknya, ini tidak terjadi.
Pada tahun 1905, Einstein memperagakan bahwa hasil percobaan ini dapat
diterangkan jika energy cahaya tidak didistribusikan secara kontinu di ruang tetapi
dikuantisasikan dalam bongkah kecil yang disebut foton. Energi setiap foton ialah hf,
dengan f merupakan frekuensi dan h merupakan konstanta Planck. Elektron yang
dipancarkan dari permukaan logam yang terbuka pada cahaya menerima energy dari
foton tunggal. Apabila intensitas cahaya dengan frekuensi tersebut ditingkatkan, lebih
banyak foton yang jatuh pada permukaan itu dalam satu satuan waktu, tetapi energy
yang diserap oleh setiap electron tidak berubah. Jika merupakan energy yang
diperlukan untuk mengeluarkan electron dari suatu permukaan logam, energy kinetic
maksimum electron yang dipancarkan akan sama dengan
1
m v2
=e V 0=hf =h(f f 0 )
2
maks

Besaran yang disebut fungsi kerja, merupakan karakteristik logam tertentu.


Sejumlah electron akan memiliki energy yang kurang dari hf- karena kehilangan
energy akibat perjalanan melalui logamnya. Persamaan di atas dikenal sebagai
persamaan fotolistrik Einstein. Dari persamaan ini kita dapat lihat bahwa kemiringan
V0 tergadap f harus sama dengan h/e.
C. Alat dan Bahan
No.
1.
2.
3.
4.

Alat dan Bahan


Alat efek photo listrik (Planck Constant apparatus)
Voltmeter 0 5 Volt
Mikroamperemeter/galvanometer
Kabel penghubung

Jumlah
1
1
1
Secukupnya

D. Prosedur Eksperimen
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menyalakan alat dan mengkalibrasi alat ukur
3. Menyalakan lampu dan mengatur diafragma
4. Mengatur posisi sudut kisi refleksi pada sudut 00
5. Mengamati posisi jarum pada galvanometer, pada keadaan ini posisi jarum tidak
boleh pada angka nol
6. Menambah besar potensial penghalang sampai tidak ada arus yang mengalir
(jarum galvanometer menunjuk ke angka nol) dan mengukur besar potensial
penghalang tersebut
7. Mencatat data hasil pengukuran pada tabel yang telah dibuat
8. Mengulangi prosedur 4-7 untuk sudut kisi refleksi 10-50
9. Mencatat besar panjang gelombang untuk tiap sudut
10. Mematikan lampu dan alat
11. Merapikan alat dan bahan.

E. Data Eksperimen
Besar panjang gelombang didapatkan dari data pada alat.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

(0)
0
1
2
3
4
5

(nm)
589
564
539
514
489
463

V0 (v)
0.44
0.54
0.60
0.65
0.72
0.76

F. Pengolahan Data
Berdasarkan data eksperimen, maka kita dapat membuat grafik V0=f() dimana grafik
tersebut akan berupa garis linear dengan kemiringan m=h/e. Nilai frekwensi dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan c=.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

(nm)
589
564
539
514
489
463

x1014 (Hz)
5.09338
5.31915
5.56586
5.83658
6.13497
6.47948

V0 (v)
0.44
0.54
0.60
0.65
0.72
0.76

Berdasarkan grafik tersebut, maka dapat diketahui bahwa persamaan garis linear
tersebut y=mx+c=(2.23852x10-15)x-0.66618. Gradien dari grafik tersebut yaitu
sebesar m=h/e=2.23852x10-15 sehingga didapatkan nilai konstanta Planck (h) untuk
nilai e=1.6x10-19 C:

m.
e=( 2.23852 x 1015 ) ( 1.6 x 1019 )=3.582 x 1034 Js
h=
h=m . e=( 0.22613 x 1015 ) ( 1.6 x 1019 )=0.362 x 1034 Js
Kita dapat menentukan nilai frekwensi ambang dari persamaan grafik tersebut, yaitu
dengan cara mencari nilai saat V0=0. Nilai frekwensi ambang dari logam tersebut

c
0.66618
v0 = =
=2.98 x 10 14 Hz .
15
m 2.23852 x 10

yaitu
tersebut

=h v 0=

diubah

dalam

( 3.582 x 1034 ) ( 2.98 x 1014 )


1.6 x 10

19

bentuk

Jika nilai frekwensi ambang


energy

eV,

maka

=0.667 eV .

G. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengukuran yang didapat dari referensi, nilai konstanta
Planck yaitu sebesar 6.626x10-34 Js. Hal ini berarti terdapat perbedaan sebesar
3.044x10-34 Js antara nilai yang didapatkan dari eksperimen dan referensi. Hal ini
berarti data dalam eksperimen tersebut terdapat kesalahan sebesar 45.94% jika
dibandingkan dengan nilai dari literature. Selain itu, terdapat juga kesalahan presisi
yang ditunjukkan dari nilai ketidakpastian dari hasil pengukuran konstanta Planck
tersebut , yaitu sebesar

h
x 100 =10.11%.
h

Hasil pengukuran konstanta Planck (h) yang didapatkan dari eksperimen


berbeda dengan hasil pengukuran melalui literature karena dalam eksperimen tersebut
terdapat beberapa kesalahan sehingga menyebabkan kualitas data yang didapatkan
semakin rendah. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya adalah:
1. Kurangnya ketelitian dan ketepatan dari alat ukur yang digunakan.
2. Kesalahan pengamat dalam melakukan pengukuran, terutama dalam
mengukur besar potensial penghenti saat arus pada galvanometer
menunjukkan angka nol.
3. Ruang yang digunakan (alat percobaan fotoelektron) kurang hampa
sehingga masih terdapat molekul-molekul udara didalamnya sehingga
memungkinkan untuk elektron kehilangan energinya karena bertumbukan
dengen molekul-molekul tersebut sehingga pada saat elektron sampai pada
potensial penghalang energinya telah berkurang. Karena energi tersebut
berkurang maka nilai V0 juga akan berkurang sehingga akan
mempengaruhi nilai yang lain.
4. Kalibrasi alat mungkin kurang bagus.
5. Sebuah faktor human error sangat mungkin mempengaruhi dalan
eksperimen ini, salah satu diantaranya adalah ketidaktelitian praktikan
dalam pengambilandata atau dalam pembacaan alat. Dalam pembacaan
alat mungkin nilai yang tertera belum benar.
H. Kesimpulan
Berdasarkan data eksperimen, maka dapat disimpulkan bahwa nilai konstanta Planck
34
pada percobaan ini adalah sebesar (3.582 0.362) x 10 Js .

I. Daftar Pustaka

Beiser, Arthur. 1990. Konsep Fisika Modern Edisi ke empat. Terjemahan: The Houw
Liong. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Modul Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika II.
Tipler, P. A.. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I (Terjemahan). Jakarta:
Penerbit Erlangga.

EKSPERIMEN FISIKA II
Nama : Muhammad Irfan Muttaqin

Tugas

: Akhir

NIM

: 1306755

Eksperimen : 5 (efek fotolistrik 2)

Soal:
1.
2.
3.
4.
5.

Dari data yang diperoleh, buatlah grafik hubungan V0 terhadap !


Dari grafik tersebut, tentukanlah 0 (cut off frekwensi)!
Dari grafik tersebut, tentukanlah koefisien arahnya (h/e)!
Tentukanlah besar konstanta Planck!
Tentukan jenis logam katodanya berdasarkan harga fungsi kerjanya!

Jawab:
1.

V0 = f()
0.8
0.7

f(x) = 0x - 0.67
R = 0.96

0.6
0.5

V0 (v)

0.4
0.3
0.2
0.1
0
500000000000000

600000000000000

700000000000000

(Hz)

Grafik V0 = f()
2. Nilai frekwensi ambang dapat ditentukan saat nilai potensial penghenti V0=0,
c 0.6662
14
sehingga 0= m = 2 x 1015 =3.331 x 10 Hz .

3. Koefisien arah (h/e) dari grafik tersebut yaitu sebesar 2x10-15.

15
19
34
4. Besar konstanta Planck (h) yaitu h=m. e=( 2 x 10 ) ( 1.6 x 10 )=3.2 x 10 Js .

5. Fungsi kerja logam tersebut yaitu sebesar


h 0 ( 3.2 x 1034 ) ( 3.331 x 1014 )
=
=
=0.6662eV .
e
1.6 x 1019
Berdasarkan referensi, maka tidak ada jenis logam katoda yang sesuai dengan fungsi
kerja tersebut.

Anda mungkin juga menyukai