BUMI
A. DEFINISI-DEFINISI
1. Poros bumi : Garis menengah bola, keliling mana bumi
berputar dalam satu hari atau sebuah
garis melalui pusat bumi yang juga sumbu
putar bumi.
Poros bumi memotong permukaan bumi pada dua tempat
yaitu Kutub Utara dan Kutub Selatan.
2. Kutub – kutub : Titik potong poros bumi dengan
permukaan bumi.
BENTUK BUMI
Lihat Gambar
E M Q
UKURAN BUMI
Lihat gambar :
KU a = 6378388 = 297
21476
k l
b = 6356911.946 = 296
21476
K = a – b = 297 - 296 = 1
a 297 297
Akibatnya ;
Menurut Bessel :
A : 6377397.15 meter , b = 6356078.96 meter.
Sejalan dengan tersebut diatas, maka pipihan menurut Bessel = 1
299
𝜑 Lintang, 𝛿 = bujur
Bentuk Ellips dari derajat :
Pada lintang mil laut yang sebenarnya untuk tiap – tiap lintang
dapat dicari dengan menngunakan rumus.
Panjang dalam meter = 1852 – 19 cos 2
Panjang dalam kaki = 6077 – 31 cos 2
Contoh ;
1. li A : 120 – 35.0’U 2. li A : 150 – 45.0’ S
li B : 220 – 45 0’ U li B : 220 – 50 0’ S
li :100 – 10.0’ li : 050 – 05.0’
Lintang tak senama dua buah titik di bumi, yang satu terletak di belahan
bumi Utara dan yang lain terletak di belahan bumi selatan atau yang satu
terletak dibelahan bmi selatan dan yang lain terletak di belahan bumi
Utara.
Contoh :
1. li F : 500 – 55.0’U 2. li P : 150 – 45.0’ S
li G : 220 – 45 0’ S li Q : 220 – 50 0’ U
li : 630 – 10.0’ li : 530 – 10.0’
BUJUR SENAMA DAN BUJUR TAK SENAMA :
Apabila dua buah titik di bumi kedua –duanya terletak pada bujur timur
atau bujur barat maka disebut Bujur Senama.
Contoh :
1. bu A : 1160 – 33.0’ T 2. bu L : 1170 – 25.5’ B
bu B : 1100 – 23 0’ T bu M : 1070 – 15.5’ B
bu : 0060 – 10.0’ bu : 0100 – 10.0’
Apabila dua buah titik di bumi, yang satu terletak dibujur Barat dan yang
terletak di bujur Barat dan yang lain terletak di bujur Timur atau yang satu
terletak di bujur Timur dan yang lain terletak dibujur Barat maka titik itu
mempunyai bujur tidak senama.
Contoh :
1. bu P : 1160 – 43.5’ B 2. bu C : 1780 – 32.7’ T
bu Q : 1150 – 18.5’ T + bu D : 1680 – 19.3’ B +
bu : 1270 – 58.0’ bu : 130 – 08.0’
Cara menghitungnya :
1. 1800–1160-43.5’= 630–16.5’ 2.1800 - 1780 - 32.7’ = 010 – 27.3’
1800-1150-18.5’ =640– 41.5’ + 1800 - 1680 -19.3’ = 110 – 40.7’ +
∆ bu =1270–58.0’ ∆ bu = 1270 – 58.0’
Atau
1. 1160-43.5’+1150–18,5 = 2320–02.0 : 3600–2320 -02.0 = 1270–58.0’
2. 1780–32.7+1680 –19.3 = 3460–52.0 : 3600–3460 -52.0’ = 130 – 08.0
Lihat Skema :
Bujur Timur Bujur Barat
D. MATA ANGIN .
Cakrawala setempat = bidang melalui mata si pemilik tegak lurus
normal.
Garis Utara Selatan = irisan cakrawala setempat dengan derajat si
pemilik.
Mawar pedoman = menggambarkan cakrawala setempat.
Garis U – S dan garis T – B yang ditarik tegak lurus padanya melalui titik
pusat mawar membagi mawar dalam 4 kwadran . tiap kwadran dibagi
dalam 8 surat, sedangkan surat dibagi lahi dalam ½ surat dan ¼ surat.
1 surat = 11 ¼0.
Contoh penyebutan.
Barat Daya : 2250 = S 450 B.
TM = 112 ½ 0 = S 76 ½ 0 T.
Catatan :
1 surat = 11 ¼0
2 surat = 22 ½0
4 surat = 450
8 surat = 900
16 surat = 1800
24 surat = 2700
32 surat = 3600
BAB II
PETA
Pengertian peta secara umum ialah suatu denah jaringan sebaga hasil
memindahkan bentuk dari permukaan bumi atau sebagian dari permukaan bumi
ke atas suatu bidang datar,
Peta-peta diterbitkan menurut sifat pemakaiannya misalnya : peta
laut(nautical chart), peta cuaca (weather chart) dll.
Peta laut ialah peta yang digunakan untuk pelayaran. Oleh sebab itu hal-
hal yang ditonjolkan dalam peta laut yaitu hal-hal yang berada di laut dan sekitar
pantai yang dapat menjadi patokan navigasi, seperti kedalam laut, suar-suar,
bentuk-bentuk pantai, dasar laut, gunung-gunung yang kelihatan dari laut dll
Di dalam pelayaran, peta tidak hanya dipakai sebagai pengenal daerah
saja, akan tetapi juga untuk pengukuran jarak, penarikan baringan untuk
mendapatkan posisi dan merupakan salah satu alat untuk mendapatkan jarak yang
pendek antara pelabuhan-pelabuhan sehingga peta-peta yang sempurna di dalam
konstruksinya untuk pelayaran harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Rhumb line (Loxodron = garis yang memotong derajat-derajat dengan sudut
yang sama) merupakan garis lurus.
- Lingkaran besar (Orthodros = garis terpendek antara dua titik di kulit bumi
atau merupakan sebagian dari lingkaran bola bumi) merupakan garis lurus.
- Bentuk sesuatu di bumi harus sebangun dengan bentuk di dalam peta
(conform).
- Perbandingan sudut antara tempat-tempat di bumi dengan apa yang
tergambar pada peta harus sama.
- Perbandingan luas atau jarak antara tempat-tempat di bumi dengan tempat-
tempat tersebut di dalam peta konstan (skala tetap dan merata)
A. PROYEKSI PETA
Karena suatu peta merupakan hasil pemindahan dari bentuk yang lengkung
menjadi bentuk yang datar, maka tidak ada suatu jenis peta yang dapat
memberikan hasil yang sempurna, artinya yang sama dengan keadaan yang
sebenarnya.
Setiap macam peta pasti akan terdapat kekurangan-kekurangan walaupun
masing-masing jenisnya. Karena itulah dibuat bermacam-macam proyeksi
peta agar untuk penggunaan-penggunaan tertentu dapat dipilih jenis-jenis
peta yang paling sesuai.
Jenis proyeksi yang lazim digunakan untuk peta pelayaran ialah proyeksi
Mercator.
B. PETA MERCATOR
Dikemukakan oleh Gerardus Mercator. Peta mercator yang pertama
diterbitkan pada tahun 1569 berdasarkan proyeksi silinder dengan
lingkaran singgungnya pada katulistiwa.
Berhubung bentuk bumi yang sebenarnya tidaklah bulat seperti bola,
maka proyeksinya tidak dapat memberikan gambaran bumi mendekati
yang sebenarnyah (tidak sebangun). Kesalahan-kesalahan makin besar di
dekat kutub, karena makin ke kutub jari-jari bumi makin kecil jika
dibandingkan dengan jari-jari bumi di katulistiwa. Kemudian proyeksi
mercator dibuat berdasarkan perhitungan (matematika) dengan
menghitung pertumbuhan jajar ke arah kutub untuk mengimbangi
pertumbuhan derajah-derajah di luar katuliswa. Oleh karena itu peta
tersebut juga terkenal dengan peta lintang bertumbuh. Secara matematik
konstante pertumbuhan seharusnya tetap jika bumi betul-betul berbentuk
bola, maka konstante pertumbuhannya tidak sama.
Konstante (faktor) pertumbuhan itu (meridional parts) dapat dilihat
didalam daftar-daftar ilmu pelayaran.
Pada peta-peta Mercator :
a. Garis-garis haluan merupakan garis lurus
b. Sudut-sudut antara garis-garis lintang merupakan garis-garis lurus
yang sejajar satu sama lain
c. Equator dan garis-garis lintang merupakan garisn-garis lurus yang
sejajar satu sama lain
d. Garis-garis bujur sejajar satu dengan yang lain dan tegak lurus
equator / garis lintang
Apabila menarik garis lurus di peta ini maka garis tersebut tentu akan
memotong derajah-derajah dan jajar-jajar atas sudut yang sama. Jadi
rhumb line dalam peta Mercator berbentuk garis lurus.
Pada umumnya dalam satu pelayaran, kapal-kapal berlayar mengikuti
loxodrom. Pada keadaan sebenarnya di bumi, garis ini merupakan spiral
yang menuju ke kutub-kutub. Jika sebuah kapal berlayar hendak melayari
jarak yang terpendek antara dua tempat, maka kapal itu akan mengikuti
garis lingkaran besar. Lingkaran besar, kecuali katulistiwa atau satu
derajah akan memotong derajah-derajah dengan sudut yang berbeda-
beda. Sudut-sudut tersebut membesar atau mengecil beraturan untuk
derajah-derajah yang beraturan. Oleh karena itu maka pada peta Mercator
garis haluannya bukan merupakan sebuah garis lurus, melainkan
berbentuk sebuah garis lengkung dengan sisi cekungnya menghadap
katulistiwa. Garis semacam ini berbentuk “Orthodrom” yaitu garis yang
merupakan sebagai busur dari lingkungan besar yang melalui 2 tempat.
Maka jika sebuah kapal berlayar menurut garis orthodrom disebut
“berlayar mengikuti lingkaran besar”
C. SKALA PETA
yang benar.
perubahan.
E. PETA STEREOGRIS
Adalah Proyeksi pada bidang singgung yang berasal dari titik bawah (
titik mata ) dari pada titik singgungnya
Keadaan Istimewa :
a. Peta Stereogrfais Kutub : Adalah bidang singgung pada kutub.
b. Peta Stereografis Katulistiwa : Adalah bidang singgung
pada Katulistiwa.
F. PETA ORTOGRAFIS
Peta Ortografis : Proyeksi tegak lurus pada bidang datar, dengan titk mata
pada jarak tak terhingga sinar – sinar proyeksi satu sama lain sejajar dan
tegak lurus bidang pryeksi. Digunakan untuk peta permukaan bulan.
Adalah Proyeksi pada bidang singing yang berasal dari titik pusat bumi.
Misalkan :
Maka :
𝛽 < 900 – 𝛽 Proyeksi berupa Hyperbola
𝜑 = 900 – 𝛽 Proyeksi berupa Parabola
𝜑 > 900 – 𝛽 Proyeksi berupa Elips
KEADAAN ISTIMEWA
A. Peta Gnomonis Kutub = Bidang singgung pada kutub. Derajat –
derajat = Merupakan garis – garis lurus melalui Kutub yang
berbentuk sudut yang sama dengan perbedaan bujur masing – masing.
B. Peta Gnomonis Katulistiwa = Bidang singgung pada katulistiwa.
Kutub tidak dapat terlukis dip eta. Derajat –derajat merupakan garis –
garis lurus sejajar dan tegak lurus katulistiwa.
Derajat dengan Delta bujur 900 terhadap titik singgung tidak dapat
terlukis dip eta. Jajar – jajar semua merupakan hyperbola
Derajat – derajat merupakan garis –garis lurus /dan tegak lurus
katulistiwa.
Derajat dengan bujur 900 terhadap titik singgung tidak dapat
terlukis dip eta. Jajar – jajar semua merupakan hyperbola.
BAB III
BERLAYAR
Pengurangan sampai
1976 : 6 x 10’ = 1o
1. Peta Laut
2. Peta Variasi
3. Buku Kepanduan Bahari
Variasi dihitung secara tetap dari Us ke Um
Nilai variasi tidak tetap disebabkan akstor-faktor antara lain :
1. Perubahan variasi harian ( karena bumi dipanasi oleh
matahari) ini biasanya dapat diabaikan .
2. Perubahan variasi abadi ( variasi ini dipakai dalam praktek).
Rumus : Haluan sejati = Haluan magnetis + Variasi.
1. Hs = Hm + Var
2. Hm = Hs – Var
3. Var = Hs – Hm
Contoh : Diketahui Hs = 1000 Variasi = 40 Barat
Diminta Hm secara rumus dan lukisannya
Lukisan sudut Us K yang besarnya
sama dengan Hs = 1000. Oleh karena
var = 40 maka kita dapat melukis
Um sebesar 40 di sebelah kiri ( barat)
Us. Sehingga Um K ( Hm) = 1040.
Utara magnetis ialah arah
penunjukan dari jarum kompas yang
dipengaruhi oleh magnet bumi.
Arah magnetic dari suatu garis aialh suatu sudut antara arah Um
dan arah dari garis tersebut yang dihitung dari Um ke kanan.
Haluan magnetic ialah arah magnetic dari garis mendatar dari
bidang lunas dan tinggi muka kapal ( KIEL EN STEVEN )
mengarah ke muka kapal.
sama variasinya
variasinya = 0 ( nol ).
5. Haluan – haluan
1. Haluan Sejati ( Hs) ialah sudut antara Us dengan garis haluan
kapal dihitung dari arah utara searah dengan perputaran jarum
jam yaitu ke kanan.
2. Haluan magnetic (Hm) ialah sudut antara Um dengan garis
haluan kapal dihitung dari utara ke kanan.
3. Haluan Pedoman ( Hp) ialah sudut antara Up dengan garis
haluan kapal di hitung dari utara ke kanan.
Rumus – rumus
1. Hp + Dev = Hm
2. Hm + Var = Hs
3. Var + Dev = Sembir
4. Hp + Sembir = Hs
5. Hs - Var = Hm
6. Hm – Dev = Hp
7. Hs – Sembir = Hp
Contoh :
Hp : 121o Var : +3o Dev : 3o
Hitung sembir Hm dan Hs
Jawab :
Hp : 12 Var : +
1o 3o
De : + Dev : +
v 3o 3o
H : Semb : +
m 12 ir 6o
1o
Va : 3o Hp : 12
r 1o
Hs : 12 Hs : 12
7o 7o
Contoh :
Hm : 260o Var : -5o Dev : 3-2o
Hitung sembir Hp dan Hs
Jawab :
H : 260 Hm :
o
m 260
o
Va : - De : +
r 5o v 2o
Hs : Hp :
121 262
o o
Baringan – baringan
Baringan sejati ( Bs) ialah sudut antara Utara sejati ( Us) dengan
garis baringan dihitung dari utara ke kanan.
Baringan megnetis ( Bm) ialah sudut antara Utara magnetic ( Um)
dengan garis baringan dihitung dari utara ke kanan.
Baringan pedoman (Bp) ialah sudut antara Utara pedoman (up)
dengan baringan dihitung dari utara ke kanan.
Rumus-rumus ;
1. Bp + Dev = Bm
2. Bm + Var = Bs
3. Bp + Sembir = Bs
4. Bs – Var = Bm
5. Bm – Dev = Bp
6. Bs – Sembir = Bp
Contoh
Bp : 220,Var :+3 , Dev : +2. Hitunglah Sembir,BM dan BS
Bp : 2200 Var : + 30
Dev : + 20 + Dev : + 20 +
Bm : 2200 Sem : 50
Var : + 30 + Bp : 2200
Bs : 2250 Sem : + 50 +
Bs : 2250
6. Rimban
Adalah sudut antara lunas dan air lunas disebabkan pleh angin
pada lambung di bangunan atas dari kapal.
Contoh :
Diketahui = hp : 1200 , Dev : - 50 dan Var : 80 Timur
Rimban pada angin Barat daya : 100
Diminta : Hs yang diperolah.
Jawab : Hp : 1200 Rimban = - 100
Dev : - 50 + Hsp = 1130
Hm : 1150
Var : + 80 + Hsp = Hs yang diperoleh
0
Hs : 123
7. Perhitungan Haluan dan Jauh
Maksud dan tujuan ;
1. Menghitung lintang / bujur tempat tiba. Jika diketahui tempat
tolak haluan dan jauh.
2. Menghitung haluan dan jauh. Jika diketahui tempat tolak dan
tempat tiba.
Definisi :
Lintang tolak = Lintang dari tempat tolak ( lo)
umus : lm = lo + l
Atau : Selisih antara bujur tempat tolak dan bujur tempat tiba.
Simp = OD = 𝐶𝑜𝑠 ℓ
bu
Simp = bu. Cos
Cos
Daftar II :
Argumen : lintang ( Simpang 720 28’) dan mil – mil simpang kita
peroleh : menit – menit bujur.Interval untuk lintang telah
dipilih, sehingga sampai simpang 500 mil, tanpa Interpolasi untuk
lintang.Kesalahan dalam tempat tiba (dalam arah timur barat ) 1
mil laut. Sampai lintang 40 dan simpang 400’ kita boleh
menganggap Simp = bu.
Bila berlayar dengan haluan Timur atau Barat, maka jarak yang
ditempuh kapal yaitu yang disebut ‘JAUH” sama dengan
Simpang.
Istilah “JARAK” akan digunakan untuk jarak sepanjang lingkaran
besar, tetapi hal ini tidak akan dibicarakan disini, sebab bukan
materi MPB III.
Kadang-kadang kapal berlayar melewati garis batas tanggal.
Kita mengenal dua macam garis batas tanggal yaitu :
1. Garis batas tanggal sipil yaitu garis bujur 1800.
2. Garis batas tanggal Internasional ialah garis yang kira – kira
berjalan dari selatan ke utara mulai dari titik yang letaknya
kira-kira 80 sebelah timur dari New Zealand ke kepulauan
Samoa, belok kekiri terus tepat mengikuti derajat 1800 ,
disebelah selatan Aleuter membelok ke barat laut lalu
membelok ke utara timur terus keselat Bering.
Bujur Timur Bujur Barat
GMT + 12 Jam GMT – 12 jam
Disebelah kiri bujur 1800 ialah bujur timur dan waktu zonenya
adalah GMT + 12 jam , sedangkan disebelah kanannya ialah
bujur barat dan waktu zonenya ialah GMT – 12 jam.
Bilamana di Greenwich tanggal 18 jam 14.00 GMT,maka
disebelah barat bujur 1800 ialah tanggal 18 jam 14.00 GMT + 12
jam = tanggal 18 jam 26.00 atau tanggal 19 jam 02.00
Untuk bagian sebelah timurnya, tanggal 18 jam 14.00 GMT- 12
jam = tanggal 18 jam 02.00.
Ternyata disini bahwa tanggal disebelah barat dan sebelah timur
bujur 1800 berlainan.
Dengan demikian maka bujur 1800 itu dinamakan tanggal.
Ketentuan perubahan tanggal sebagai berikut :
1. Bila berlayar ke timur , setelah melewati bujur 1800 tanggal
akan berkurang sehari.
2. Bila berlayar ke barat, setelah melewati bujur 1800 tanggal
akan berkurang sehari.
Contoh :
Dari tempat tolak 110 00’U / 1780 12’ T sebuah kapal
berlayar dengan haluan sejati timur. Kecepatan kapal
12 mil/jam. Tentukanlah tempat tiba setelah berlayar
selama 26.5 jam . Bilamana kapal tadi bertolak tanggal
1 januari 1978 jam 14.30. Kapankah kapal sampai
ditempat tiba ?
Jawab :
Jauh = 26.5 x 12 = 318 mil, lintang 110 U
Dari daftar II.
Simpang bu
300 305,6
10 10,19
8 8,15
bu = 323,94
323,9 = 5023’9 T
Penjelasan :
Bujur tiba = 1780 12’ T + 5023’9 = 1830 35’, 9T
Disini ditambahkan , karena bujurnya timur dan bu nya juga
timur, tetapi bujur tidak ada yang lebih besar dari 1800 dengan
demikian maka bujurnya menjadi 3600 – 183035,9 = 176024,1 B
Waktu tolak = 1 Januari 1978 jam 14.30
Lama berlayar = 26.5 jam
Waktu tiba = 1 Januari 1978 jam 41.00 atau
Tanggal = 2 Januari 1978 jam 17.00
Karena melewati garis batas tanggal dalam pelayaran kea rah
timur, maka tanggal berkurang sehari. Jadi waktu tiba pada
tanggal 1 Januari 1978 jam 17.00.
c. Haluan Serong
Ae Jauh Aℓ
n n n = Cos H
Jauh
n
A
Aℓ = Cos H
jauh
∆ lt = jauh cos H
FC = sin H
AC
Simp
n = sin H
Jauh
n
simp = sin H
jauh
Simp = jauh sin H
Kedua rumus ini digunakan untuk menyusun daftar I
Dari rumus tadi kita tahu bahwa :
b = Simp sec
FC = Simp
N
b antara F dan C disebut bufc = bu antara A dan B
dibagi n
n n
Ae Jauh tg H = FC
n n AF
H simp
n
A tg H = 1 = simp
n 1
Tg H = simp
1
1 = jauh cos H
Dengan demikian maka jauh = 1
Cos H
Jauh =
1
s
e
c
AC = AC AF = AF AC.FC = AF FC .AC
AF AF .FC AF FC
AC = AF FC .AC
AF FC
Jauh = ∆ 1 tg H cosec H
n n
Jauh = ∆ 1.tg H .
cosec H
Penerapan :
1. Menghiutng tempat tiba.
Diketahui : Tempat tolak H dan J
Diminta : Tempat tiba.
a). Dipecahkan menurut 1m.
ℓ = J cos H. simp = J sin H dan ∆ bu = simp
sec l m
b). Dipecahkan dengan menurut 1b ( Lintang
Bertumbuh )
ℓ = J cos H dan ∆ bu = ∆ LB. tg H
1. Logaritma
2. diambil dari datar I
lb tg H diambil dari daftar II
Skema perhitungan.
b) Menurut lb
a) Menurut Im
Tolak : (1)
U/S
–
(2)
T/B
H Δℓ : (4)
& U/S-
J BU
(3) (8)
T/B
Tiba : (6)
U/S
(9)
T/B
Simp : (5)
lm : (7)
Keterangan :
(1), (2), (3) ----- Diketahui
--------
(4), (5) ----- Dilihat daftar I dengan H dan J
---------
(6) --------------- Ditambah atau dikurangkan
----
(7) --------------- Δ ½ lt ditambahkan pada lintang yang
---- terkecil
(8) --------------- Lihat daftar II
----
(9) --------------- Ditambah atau dikurangkan
----
2. Menghitung H dan J
a) Menurut lm
Tolak : ……..(1) U/S (2) T/B
Tiba : ……..(3) U/S (4) T/B
: (5) U/S bu (6) T/B
Atau :
Lm : …… (7) simp : …..( 8)
Tg H = Simp = (9)
tg H = simp = (9)
H = U/S (10) T/B dan J = (11)
Keterangan :
(1),(2),(3),(4) ……………….. Diketahui
(5),(6) ……………….. Ditambah dan dikurangkan
(7) ……………….. ½ li ditambahkan pada li kecil
(8) ……………….. Lihat daftar III
(9) ……………….. Hasil bagi sampai 3 desimal
(10),(11) ……………….. Lihat daftar I
Dengan tg H mendapatkan H dan dengan haluan ini akan
mendapatkan J.
b) Menurut LB
Tolak : ……..(1) U/S (2) T/B .LB0 = ( 7 )
Tiba : ……..(3) U/S (4) T/B. LB1 = ( 8 )
: (5) U/S bu (6) T/B ∆ LB = ( 9 )
Atau :
Log bu : … (10)
Log ∆ LB : … (11)
Log tg H : … (12)
H : U/S (13) T/B, dan J : ….(14)
Keterangan :
(1),(2),(3),(4) ……………….. Diketahui
(5),(6) ……………….. Ditambah dan dikurangkan
(7),(8) ……………….. Lihat daftar XVII
(9) ……………….. Ditambah atau dikurangkan
(10),(11) ……………….. Lihat daftar X
(12) ……………….. Dikurangkan
(13) ……………….. Dicari kembali dalam daftar VIII
(14) ……………….. Lihat daftar I
Dengan H tersebut mendapatkan J.
HALUAN RANGKAI
Definisi :
a). Tempat Duga : Letak kapal yang diperoleh dari perhitungan
haluan dan jauh ( pedoman dan topdal).
b.) Tempat Sejati : Letak kapal yangdiperoleh dari baringan dan
atau penilikan benda angkasa.
c). Perolehan Duga : Haluan dan jauh dari tempat tolak ketempat
duga.
d.) Perolehan Sejati : Haluan dan jauh dari tempat tolak ketempat
sejati disebabkan oleh arus,rimban,sembir
yang salah,penunjukan topdal yang salah ,
mengemudi kurang baik dan lain-lain.
e). Salah Duga : Haluan dan jauh dari tempat duga ketempat
sejati.
d). Merangkai haluan : Menjabarkan berbagai haluan dan jauh menjadi
satu haluan dan jauh (satu perolehan duga)
secara menghitungkan tempat tiba duga.
Tentunya cara bulat lebih repat daripada cara datar,karena dalam cara
datar perhitungan lintang menengahnya kurang begitu teliti, tetapi
untuk daerah-daerah sekitar katulistiwa termasuk perairan Indonesia.
Cara datar dapat dipakai dengan hasil yang cukup memuaskan, lagi
pula caranya lebih sederhana.
Contoh ini akan dikerjakan dengan 2 ( dua) cara, yaitu cara bulat dan
cara datar.
Soal : Dari tempat tolak 030 12’ U/ 118018’ T. Sebuah kapal berlayar
dengan haluan – haluan sejati 360,jauh 43 mil, 640 jauh 72 mil
1240 jauh 38 mil, dan 1600 jauh 28 mil.
Hitunglah haluan dan jauh antara tempat tolak dan tempat
tiba,serta tentukan tempat tibanya.
Jawab : Cara bulat
b Simpang
100 100.01
30 30.05
1 1.001
0.4 + 0.401 +
131.4 131.461 --------- Simpang 131.5 mil
tg H : simpang Jauh : l tg H cosec H
l
log simpang ; 2,11893 log l : 1,27646
log l : 1,27646 log tg H : 0,84247
log tg H : 10,84247 log cosec H : 0,00444 +
log jauh : 2,12337 = 132.9
mil
Haluan Jauh L Simpang
U S T B
360 34’ 34.8 - 25.3 -
640 72’ 31.6 - 64.7 -
1240 38’ - 21.2 31.5 -
1600 28’ - 26.3 9.6 -
66.4 131.1
Jumlah 47.5
47.5
1 : 18.9 U Simpang : 131’1 T
Tempat Tolak : 03 12’ U
0
1180 18’ T
1 18’9 U b: 20 11’ 4T
Tempat Tiba : 03 30’, 9U
0
1200 29’ 4T
Keterangan :
A : Tempat tolak
B : Tempat tiba
H : Haluan antara tempat tolak dan tempat tiba menurut cara
bulat :
810 49,3.
Menurut cara datar : 810 47,8.
AB : Jauh antara tempat tolak dan tempat tiba
Menurut cara bulat : 132,9 mil
Menurut vara datar : 132,9 mil
Contoh soal :
Dari 490 14’ U – 1420 18’. Kapal berlayar berturut-turut
dengan HP sebagai berikut :
HP Jauh Dev
2990 38 mil (-) 30
1910 30 mil (+) 70
1570 28 mil (- ) 20
1290 44 mil ( - ) 50
Variasi : 120 Barat
Tempat tiba sejati : 480 00’U – 1420 00’ B
Diminta : a. Tempat tiba duga
b. Perolehan duga
c. Salah duga
Jawab :
= 10 25,4
: 10 25, 4 S Bu 30 ‘, 8 T
∆ = 85,4
Simp = 8’6
tg H : simp = 8.6 = 0.754
11,4
c Jadi salah duga U 370 B : 14.3 mil
∆ BU Simp
10 6,710
2 1,343
0,8 0,537 + 12.8
8,590
Menandingkan arus.
= Memperhitungkan kekuatan dan arah arus.
Kekuatan arus = kecepatan dalam mil tiap jam
Arah Arus = arah kemana bagian-bagian air itu bergerak.
Jawab :
1. Secara kontruksi ( dipeta laut )
Misalkan A = tempat tolak B = Tempat tujuan
AD = kekuatan / arah arus , AU = garis U-S sejati.
Lukiskan dari D dengan DE ( Laju kapal ) sebagai jari-jari,s ebuah
busur lingkaran yang memotong AB di E.
Tariklah AF//DE dan BF//AD, maka < UAF adalah haluan di atas
arus dan AF adalah jauh diatas arus.
Sin x = a x sin 𝛼
H da = < UAF = H - X
b. Dalam ∆ ABF :
F = 1800 – ( x + 𝛼 ) selanjutnya AF = sin < 𝛼
AB = sin ( x + 𝛼 )
AF = AB sin 𝛼 = AB sin cosec ( x + 𝛼 )
sin ( x + 𝛼 )
AF = Jauh di atas arus
A : Tempat tolak
B : Tempat Tiba
UEF : AD = kecepatan
kapal/jam
< UAC : haluan yang
dikemudikan
< UAB : haluan di atas arus (
HA)
< UAE : arah arus ( AA)
BC : salah duga
< BAC : rimban atau drift
Cara melukis :
1. Lukislah arah arus dari A, kemudian jangkakan kecepatan
perjam, akan didapat AE.
2. Dari E, dijangkakan kecepatan kapal per jam kegaris AB akan
didapat titik F.
3. Buatlah jajaran genjang ADE.
4. Dari titik B ditarik sebuah garis yangs ejajar dengan FD yang
akan memotong perpanjangan gairs AD di C.
CONTOH :
Haluan antara tempat tolak A dan tempat tiba B ialah 1400
jauhnya 40 mil.
Terdapat arus 600 dengan kekuatan 3 mil perjam, sedangkan
kecepatan kapal = 10 mil perjam. Berapakah haluan yang harus
dikemudikan agar kapal dapat tiba di B.
A : tempat tolak
B : tempat tiba
<UAE : arah arus = 600
< UAB : haluan diatas arus = 1400
AE : kecepatan arus per jam 3 mil
EF : AD = kecepatan kapal 10 mil
AB : jauh antara A dan B 10 mil
< UAE : haluan yang dikemudi ke B
< UAE : diukur dengan busur 1570, 5
Jadi haluan yang harus dikemudikan 1570, 5
Log 3 = 0.47712
Log sin 800 = 9,99335 + haluan yang dikemudikan
10,47047
< UAC = < UAB + < DAF = 1400 + 170 11
A = tempat tolak
B = tempat tiba
C = tempat tiba jika
tidak ada arus
AD = kecepatan kapal
per jam
AE = kekuatan arus
per jam
Haluan yang dikemudikan = 580 , arah arus = 1040. CB =
kekuatan arus selama kapal berlayar dari a ke B.
Biasanya di dalam soal, besarnya CB diberikan , jika tidak,maka
CB harus di hitung terlebih dulu dengan rumus demikian :
CONTOH :
Dari tempat tolak 040 18’ U/1210 28 ‘ T sebuah kapal
berlayar selama 6 kam dengan haluan sejati 720. Pada saat
berlayar terdapat arus 1310 dengan kekuatan rata-rata 2 mil
perjam.
Hitunglah tempat tiba jika terdapat kecepatan kapal tanoa arus =
14 mil/jam.
JAWAB :
Jauh = 6 x 14 = 84 mil
Jumlah pengaruh kekuatan arus = 6 x 2 = 12 mil
Jadi ada dua haluan yang dirangkaikan yaitu haluan 720 dengan
jauh 84 mil dan haluan
Cara Bulat :
7,9 - : 1029’1 T
18,1 U
Tempat tolak : 040 18’ l U 1210 28’ T
∆ : 18’ l U b 10 29’ 1 T
Cara Datar :
U S T B
720
84’ 26,0 - 79,9 -
1310 12’ - 7,9 9,1 -
26,0
7,9
: 18’ 1U bu 10 28’3 T
Dengan cara bulat maka arus dihuting segera setelah tiap-tiap haluan yang
dpenagruhi sedangkan dalam cara datar dapat dimasukan dimana saja
biasanya paling akhir sekali.
CONTOH :
77,9 120,1
: 81,8 S ∆ bu : 12,2
𝓵 : 1021,8 S ∆ bu 12’,2 T
Cara datar :
Karena arah arusnya tetap, maka jumlah seluruh kekuatan arus
dapat disatukan yaitu 16 + 12 + 18 = 46 mil dengan arah 630.
U S T B
314 0
82’ 57,0 - - 59,0
2300 94’ - 60,4 - 72,0
1420 126’ - 99,3 77,6 -
630 46’ 20,9 - 41,0 -
Jumlah 159,7 131,0 77,9 77,9 118,6 118,6
= 1021,8 S
Tempat tolak : 08041 S 116020’ T
: 1021,8 S ∆ bu = 12,6 T
Pelaksanaannya :
1. Baringlah benda tersebut dengan pedoman
2. Jabarkanlah Bp mendaji Bs ( Baringan Pedoman mendaji
Baringan Sejati).
3. Tariklah dip eta garis lurus melalui benda yng dibaring, dalam
arah yang berlawanan dengan Baringan Sejati.
4. Hitung jarak dari benda ke kapal dengan menngunakan rumus
tangens atau dengan metode Hengeveld.
5. Ukurlah pada skala tegak sebanyak mil jarak dengan jangka.
6. Jangkakan jarak tersebut pada garis baring mulai dari benda
yang dibaring.
7. Titik potong antara garis baringan dan jangka dari jarak
tersebut adalah posisi kapal ( S).
Pelaksanaanya :
1. Baringlah benda tersebut dengan pedoman.
2. Jabarkan Bp mendaji Bs.
3. Tariklah dipeta agris lurus melalui benda yang dibaring, dalam
arah yang berlawanan dengan baringan sejati.
4. Tentukan kedalaman air oleh peruman misal : 24,6 meter
bersamaan dengan membaring benda yang dikenal misal : 302o
5. Jabarkan hasil peruman tersebut sampai muka surutan dari peta
(lihat daftar pasang surut) misalnya : 0,8 meter.
6. Carilah pada garis baringan suatu kedalaman yang sama dengan
kedalam yang telah dijabarkan (dalam air dipeta).
7. Posisi kapal (S) terletak pada titik tersebut.
Pelaksannanya .
CATATAN
Cara menghitung jauh ( jarak yang ditempuh)
1. Dengan topdal (perbedaan topdal pertama dan topdal kedua
).
2. Dihitung waktu yan ditempuh (misalnya Bs 1 jam 09.00 dan Bs
II jam 09.30) maka beda waktu 30 menit.
3. Memperkirakan kecepatan kapal
Kecepatan yang diperkirakan dengan perhitungan-perhitungan
kecepatan kapal dari hasil baringan sebelumnya. Misal
kecepatan kapal = 12 mil/jam = 12 knots
Jadi jarak yang ditempuh = 30 x 12 mil/jam = 6 mil
60
II. b. Baringan Sudut Berganda
Baringan sudut berganda ialah baringan dengan geseran,dimana
baringan terhadap baringan 1 adalah 2X.
Jadi jauh yang ditempuh yang digeserkan sama dengan jarak ke
benda yang dibaring.
1. Baringlah benda G pada pedoman, catatlah waktunya, misalnya jam 09.00
2. Bacalah haluan pedoman dan tentukanlah sudut antara garis baringan dari
garis haluan, misalnya αo pada lambung kiri.
3. Baringlah lagi benda tersebut pada pedoman, jika baringan telah
bertumbuh sampai 2x αo pada lambung kiri catatlah lagi waktunya
(misalnya 09.48).
4. Jabarkan baringan II menjadi Bs
5. Tentukan dari selisih waktu tersebut jauh yang ditempuh (sesuai dengan
kecepatan kapal), jauh ini sama dengan jarak dari kapal sampai benda
yang dibaring pada baringan II (AB = GS)
6. Tariklah dipeta, mulai dari benda yang dibaring sebuah garis lurus dalam
arah berlawanandari baringan II, selanjutnya jangkauan mulai dari benda
yang dibaring pada garis tersebut jauh yang ditempuh itu yang didapat
posisi kapal pada baringan II-(S).
Misalnya : kecepatan kapal = 12 mil/jam
Selisih waktu = 09.48 – 09.00 = 48 menit
48
Jadi jauhnya = x 12 mil/jam = 9.6 mil
60
CATATAN
- Jika benda yang baringan terletak di sebelah kiri kapal, maka
arah baringannya didapatkan :
Hs dikurangi dengan sudut potong antaa garis haluan dan garis
baringan tersebut.
- Jika benda baringan terletak di sebelah kanan kapal, maka arah
baringan adalah :
Hs (Haluan kapal) ditambah dengan sudut potong antara garis
haluan dan garis baringan tersebut.
Pelaksanaannya.
1. Baringlah suar P pada pedoman dan catat waktunya (08.45).
2. Bacalah haluan pedoman dan tentukanlha sudut antara garis
baringan dan garis haluan dalam hal ini = 450 terhadap haluan
kapal.
3. Baringlah lagi Suar tersebut setelah melintang ,catat waktunya.
4. Jabarkan Bp mendaji Bs.
5. Tentukanlah selisih waktunya misalnya Baringan II jam 09.05.
Selisih waktu : 09.305 – 08.45 = 20 menit
6. Jauh yang ditempuh = 20 x 12 mil/jam = 4 mil.
Misal kecepatan kapal = 12 mil/jam.
Jarak antara kapal dan benda = jaun yang ditempuh (PS=AB=4).
Pelaksanaannya
1. Baringlah benda,apabila ini tiba pada 26 ½0 terhadap haluan
dan catatlah waktunya.
2. Baringlah lagi benda tersebut, apabila baringnya pada lambung
yang sama menjadi 450 dan catatlah lagi waktunya.
3. Sekarang jika kapal dengan laju yang sama, masih terus
berlayar dalam selang waktu yang sama, jadi menempuh jarak
yang sama,maka benda tersebut akan melintang pada lambung
yang sama. Pada saat tersebut jarak dari kapal sampai benda
yang dibaring adalah sama dengan jauh antara 2 baringan yang
pertama.
4. Jadi pada baringan II kita sudah mengetahui dimana kapal akan
tiba jika benda yang dibaring itu melintang dan karenanya
dapat mengambil tindakan seperlunya ( misalnya jika tiba
terlampau dekat pada pantai ).
Haluan sejati kapal ialah Timur atau 900. Dipeta dilukis garis-garis
baringan I.II dan III sedemikian sehingga masing-masing
membentuk sudut-sudut 26 ½ 0,450 dan 900 dengan garis haluan.
BS I = 900 – 26 ½ 0= 63 ½ 0.
BS II = 900 – 450 = 450 , BS III = 900-900 = 00
Pelaksanaannya.
1. Baringlah gunung andar dan Suar Nimar pada pedoman,
secara segera berturutan.
2. Jabarkan baringan-baringan tersebut menjadi baringan
sejati.
3. Tariklah mulai dari Gunung Andar dan Suar Nimar,
garis-garis lurus dalam arah yang berlawanan dengan Bs.
4. Titik potong dari kedua garis baringan adalah posisi
kapal (S).
Contoh :
Kapal SUHAIL berlayar dengan Haluan sejati = 2600.Pada
saat jaga sore pukul 17.45, dibaring Suar Kuneg Ranji 1950
dan Gunung LEINAD 1250. Deviasi pedoman tersebut = 30
T dan Variasi dip eta = (+) 20.Lukislah posisi kapal pada
pukul 17.45.
Penyelesaiannya .
Catatn.
Dalam mencari arah baringan yang berlawanan lebih kecil
dari 1800 ditambahkan dengan 1800.Sebaliknya bila
baringannya lebih besar 1800 dikurangkan dengan 1800.
Pelaksanaannya .
1. Baringlah pada pedoman, salah satu dari kedua benda
misalnya Menara Damar dan ukurlah sekaligus sudut
dimana Menara Damar dan Pulau Ratep terlihat dengan
sekstant ( ).
2. Jabarkanlah Bp mendaji Bs,tariklah dari Damar garis lurus
dalam arah berlawanan dengan baringan.
3. Lukislah dititik sembarang misalnya A pada garis ini, garis
AD yang membentuk sudut dengan DA, yang sama dengan
sudut yang telah diukur ( ).
4. Tariklah dengan mistar jajar dari Pulau Retep garis lurus
pada AD. Titik potong S ( posisi kapal) dari garis ini dengan
garis baringan I.
Kontruksi di Peta
a. Dengan memutar ketiga garis-garis baringan
SEGITIGA KESALAHAN
Kesalahan baringan yang sama pada umumnya letak kapal ada
diluar segitiga kesalahan tersebut.
Kesalahan apabila si penilik ada di dalam segitiga titik baringan,
maka letak kapal ada di segitiga kesalahan tersebut.
Kesimpulan :
Mengingat kesalahan dalam baringan, pilihlah selalu benda-
benda yang dekat dan sudut perpotongan garis-garis baringan
900.
Disini selalu S2 K1 = S2 K2
Pelaksanaannya.
Pelaksanaanya .
1. Ambillah kertas hening (kertas yang tembus cahaya).
2. Tentukanlah titik K, dari titik K diatrik tiga buah garis I,II,III
3. Sudut potong antara A dan B = ∝ 0.
4. Sudut potong antara B dan C = 𝛽 0.
CATATAN.
1. Baringan Snellius ini hasilnya lebih tepat,karena tidak
tergantung dari variasi deviasi dan salah tunjuk pedoman.
2. Untuk mendapatkan hasil yang benar-benar teliti,maka
pengukuran sudut dan harus dilakukan sekaligus yaitu
dilakukan oleh dua dengan menggunakan dua buah sketsan
pada saat yang bersamaan, satu orang mengukur sudut antara
benda yang kiri dan tengah,serta yang lain mengukur sudut
antara benda yang tengah dan benda yang dikanan.
C. SUDUT BAHAYA.
Sudut bahaya ada 2 macam :
1. Sudut bahaya datar (Horizontal danger angle).
2. Sudut bahaya tegak ( Vertikal danger angle).
Pelaksanaannya.
1. Ambilah suatu titik dikenal di peta (tingginya diatas air telah
diketahui), sebagai titik pusat lingkaran, yang mencakup
semua bahaya-bahaya itu,serta kelilingnya cukup jauh dan
aman
terhadap bahaya-bahaya tersebut.
2. Sudut 𝛼, dalam mana kita dapat pada lingkaran itu melihat
titik tersebut di atas garis air, disebut sudut bahaya tegak, dan
ini dapat ditentukan dengan .
tg 𝛼 = H ( dalam meter)
R ( dalam meter)
Atau diambil dari daftar XXV Ilmu pelayaran (Haverkamp),
dengan argument –argument tinggi benda dalam mil laut,
3. Di anjungan sewaktu kapal berlayar, ukurlah dengan
sketsan : tinggi benda tersebut di atas garis air.
Jagalah sudut ini agar tidak menjadi lebih besar daripada tinggi
yang dihitung tadi.