Anda di halaman 1dari 44

MANAJEMEN NYERI

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


KONSEP DASAR NYERI
• Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
yang terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial.
• Sensasi nyeri berasal dari proses yang kompleks yang dimulai di jaringan perifer,
kemudian menuju medula spinalis atau batang otak, dan berakhir di korteks serebri.
• Pada tahun 1968, Ronald Melzack dan Kenneth Casey menjelaskan bahwa nyeri memiliki
tiga dimensi yakni
• Dimensi “sensorik-diskriminatif” (rasa intensitas, lokasi, kualitas dan durasi nyeri)
• Dimensi “afektif-motivasi” (ketidaknyamanan dan dorongan untuk menghindari ketidaknyamanan)
• Dimensi “kognitif-evaluatif” (kognisi seperti penilaian, nilai-nilai budaya, sugesti atau hipnosis).

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


EPIDEMIOLOGI NYERI
▪ Nyeri kronis memiliki prevalensi yang hampir sama antara negara maju ataupun berkembang
yaitu 37% dan 41%.
▪ Prevalensi nyeri kronis dengan waktu lebih dari 3 bulan memiliki prevalensi 7% sampai dengan
55% , nyeri lebih dari 6 bulan 1% sampai 76% dan lebih dari 12 bulan yaitu 9,7% sampai
dengan 67%.
▪ Nyeri kepala dan nyeri pada sistem muskuloskeletal merupakan nyeri yang paling banyak
dialami oleh pasien dengan nyeri kronis dengan prevalensi rerata 42% dan 53% kasus nyeri
kronis.
▪ Kasus muskuloskeletal yang paling banyak menyebabkan nyeri kronis adalah low back pain dan
kelainan temporomandibular, sedangkan untuk kasus nyeri kepala yang paling banyak adalah
Tension Type Headache (TTH) dan migrain dengan prevalensi rerata 48% kasus.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


DEFINISI NYERI
▪ Definisi Nyeri menurut IASP (International Association for the Study of Pain) yang telah
disetujui oleh WHO yaitu nyeri merupakan suatu perasaan atau pengalaman yang bersifat
subjektif yang melibatkan sensoris, emosional dan tingkah laku yang tidak menyenangkan
yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan pada
jaringan.
▪ Menurut European Pain Federation, nyeri adalah suatu perasaan atau pengalaman sensori
dan emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan baik aktual atau potensial.
▪ Nyeri selalu merupakan pengalaman pribadi yang dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor biologis, psikologis dan juga sosial.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


NYERI MULTIDIMENSIONAL
▪ Sensori
▪ Proses di mana rangsangan berbahaya dikomunikasikan melalui sistem saraf perifer
dan pusat ke otak untuk dirasakan sebagai rasa sakit. Hal ini dipengaruhi oleh luaran
autonom dan luaran endokrin.
▪ Kognitif
▪ Faktor kognitif dari keadaan nyeri meliputi penilaian rasa nyeri dan, fear avoidance
beliefs, kerentanan dan ketahanan serta kontrol rasa nyeri yang dirasakan.
• Penilaian Rasa Nyeri
• Catastrophizing
• Kontrol Rasa Nyeri Yang Dirasakan

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


NYERI MULTIDIMENSIONAL
▪ Behavioral
▪ Teori behavioral menunjukan bahwa semua perilaku sensitif terhadap respon lingkungan.
▪ Lingkungan dengan perilaku yang sensitif terhadap nyeri akan memberikan rasa nyeri yang lebih
kuat durasi nyeri yang lebih lama dan bahkan meningkatkan frekuensinya.
▪ Fisiologis
▪ Pada model peripheral physiological model ini menggunakan latihan relaksasi dan intervensi
biofeedback untuk mengatasi nyeri kronis.
▪ Hal ini dilakukan dengan cara melatih pasien melakukan relaksasi dan megnambil alih sistem
autonom saraf perifer.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


DAMPAK NYERI
▪ Rasa nyeri yang tidak tertangani dengan baik akan memberikan pengaruh buruk bagi
fisik, emosi, perilaku, kognitif, dan psikologis.
▪ Pengaruh buruk yang dapat terjadi seperti ketakutan, kecemasan, penurunan ambang
batas nyeri, pengurangan keefektifan analgesik, marah, perilaku agresif, ketidakmampuan
berkonsentrasi dan ketidakpercayaan pada tenaga kesehatan.
▪ Selain itu dampak buruk terhadap fisik erat kaitannya dengan respon stress yang dapat
mempengaruhi berbagai sistem tubuh, seperti fungsi kardipulmoner (peningkatan tekanan
darah, denyut jantung, dan frekuensi pernapasan), metabolisme, dan sistem imun.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


KLASIFIKASI NYERI
Nyeri berdasarkan waktu
▪ Nyeri akut
▪ Nyeri yang terjadi akibat adanya kerusakan jaringan, lamanya terbatas, hilang seirama dengan
penyembuhannya
▪ Nyeri kronik
▪ Nyeri yang berlangsung dalam waktu lama (lebih 3 bulan), menetap walaupun penyebab
awalnya sudah sembuh dan seringkali tidak ditemukan penyebab pastinya

Nyeri berdasarkan mekanisme


 Nyeri somatic
 Nyeri visceral
 Nyeri neuropatik

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


KLASIFIKASI NYERI
Nyeri Paska Bedah
Gejala klinis:
▪ Hiperalgesia (Rangsang kuat yang normal terasa sakit, kini dirasakan lebih sakit)
▪ Allodynia (Rangsang lemah yang normal tidak terasa sakit, kini terasa sakit)
Prinsip dasar adalah mencegah atau meminimalisasi terjadinya sensitisasi perifer maupun
sensitisasi sentral yang dikenal sebagai plastisitas susunan saraf (plasticity of the nervous system).

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


KLASIFIKASI NYERI
Nyeri Paska Bedah
Penatalaksanaan farmakologis umumnya dilakukan pemberian Pethidine (opioid lemah) dan
ketorolac (NSAID) untuk nyeri sedang - berat, dan NSAID diberikan untuk nyeri ringan – sedang.
Manajemen nyeri non-farmakologis yang dapat dilakukan adalah teknik relaksaasi dan distraksi.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


PENILAIAN NYERI
Metode PQRST
Provocating/Palliativve (P)

Quality (Q)

Region/radiation (R)

Severity (S)

Treatment (T)

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


PENILAIAN NYERI
Metode OLDCARTS
Onset (O)

Location (L)

Duration (D)

Characteristics (C)

Associating factor (A)

Relieving factor/Radiation (R)

Treatment (T)

Severity (S)
KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI
ALAT PENGUKURAN DERAJAT NYERI
Pada pasien dewasa
▪ Visual analog score
▪ Numerical Rating Score
▪ BPS (Behavioral Pain score)
Pada pasien anak
▪ FLACC Scale ( Face, Legs, Activity, Cry and Consolability)
▪ Wong – Baker Faces scale

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


ALAT PENGUKURAN DERAJAT NYERI
▪ Visual analog score
▪ Numerical Rating Score
▪ BPS (Behavioral Pain score)
Pada pasien anak
▪ FLACC Scale ( Face, Legs, Activity, Cry and Consolability)
▪ Wong – Baker Faces scale

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


ALAT PENGUKURAN DERAJAT NYERI
Visual analog score

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


ALAT PENGUKURAN DERAJAT NYERI
Numerical Rating Score

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


ALAT PENGUKURAN DERAJAT NYERI
BPS (Behavioral Pain score)
Ekspresi Wajah
Tenang 1
Sebagian muka menegang (Dahi mengernyit) 2
Seluruh muka menegang (kelopak mata tertutup) 3
Wajah menyeringai 4
Pergerakan atau posisi ekstermitas atas
Tenang 1
Menekuk Sebagian didaerah siku 2
Menekuk total dengan disertai jari-jari mengepal 3
Menekuk total secara terus menerus 4
Tolerasi terhadap ventilasi mekanik
Dapat mengikuti pola ventilasi 1
Batuk tapi masih dapat mengikuti pola ventilasi 2
Melawan pola ventilasi 3
Pola ventilasi tidak ditoleransi 4
KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI
ALAT PENGUKURAN DERAJAT NYERI
FLACC Scale ( Face, Legs, Activity, Cry and Consolability)

Hasil skor perilakunya adalah 0 rileks dan nyaman, 1-3 nyeri ringan/ketidaknyamanan ringan, 4-6
nyeri sedang, 7-10 nyeri hebat/ketidaknyamanan berat. KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI
ALAT PENGUKURAN DERAJAT NYERI
Wong – Baker Faces scale

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


KEBERKALAAN SKRINNING NYERI
Derajat Nyeri Ringan:
• Kaji ulang nyeri setiap 8 jam
• Edukasi pasien dan keluarga mengenai nyeri.
• Ajarkan Teknik relaksasi seperti Tarik nafas dalam dan panjang, Teknik distraksi
(mendengarkan music/ radio yang disukai pasien).
• Beri posisi yang nyaman sesuai dengan kondisi pasien, beri / ajarkan sentuhan / pijatan
diarea yang nyeri.
• Bila perlu, kolaborasi pemberian Non Steroidal Anti Inflamatory Drugs (NSAID) /
Paracetamol sesuai dengan keadaan pasien.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


KEBERKALAAN SKRINNING NYERI
Derajat Nyeri Sedang:
• Sama dengan intervensi nyeri ringan
• Kaji ulang derajat nyeri setiap 2 jam, sampai nyeri teratasi (VAS<4), pemantauan nyeri
setiap 8 jam.
• Bila pasien sudah ditangani oleh tim tatakansana nyeri, maka beritahukan ke tim
tatalaksana nyeri.
• Bila pasien belum pernah dirujuk ke Tim Tatalaksana Nyeri, maka beritahu ke DPJP untuk
tatalaksana nyeri.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


KEBERKALAAN SKRINNING NYERI
Derajat Nyeri Berat:
• Sama dengan intervensi pada nyeri sedang
• Kaji ulang derajat nyeri setiap 1 jam, sampai nyeri menjadi nyeri sedang dikaji setiap 2
jam dan bila nyeri telah teratasi setia[ 8 jam. Bila nyeri masih ada, konsultasikan ke Tim
Tatalaksana Nyeri.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Tatalaksana nyeri sesuai
stepladder WHO

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Tatalaksana keperawatan nyeri akut
 Pengkajian keperawatan adalah suatu bagian dari komponen proses keperawatan
sebagai suatu usaha perawat dalam menggali permasalahan yang ada di pasien meliputi
pengumpulan data tentang status kesehatan pasien yang yang dilakukan secara sistematis,
menyeluruh atau komprehensif, akurat, singkat dan berlangsung secara
berkesinambungan.
 Untuk mengkaji karakteristik nyeri bisa menggunakan pendekatan analisis symptom
menggunakan PQRST.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Tatalaksana keperawatan nyeri akut
 Berdasarkan buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, perawat harus mengkaji data
mayor dan minor.
 Tanda dan gejala mayor:
 Subyektif (mengeluh nyeri)
 Objektif (tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri))
 Gejala berupa gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur.
 Tanda dan gejala minor:
 Objektif (tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir
terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis).

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Tatalaksana keperawatan nyeri akut
 Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan.
 Selama perencanaan dibuat prioritas dengan kolaborasi pasien dan keluarga, konsultasi
tim kesehatan lain, modifikasi asuhan keperawatan dan catat informasi yang relevan
tentang kebutuhan perawatan kesehatan pasien dan penatalaksanaan klinik.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Tatalaksana keperawatan nyeri akut
1) Observasi

• Lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri


• Identifikasi skala nyeri
• Identifikasi respon nyeri non verbal
• Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
• Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
• Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
• Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
• Monitor efek samping penggunaan analgetic

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Tatalaksana keperawatan nyeri akut
2) Terapeutik
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
• Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Tatalaksana keperawatan nyeri akut
3) Edukasi
• Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4) Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Tatalaksana keperawatan nyeri akut
5) Observasi
• Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
• Identifikasi riwayat alergi obat
• Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-narkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan
nyeri
• Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
• Monitor efektifitas analgesik

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Tatalaksana keperawatan nyeri akut
6) Terapeutik
• Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
• Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum
• Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan respon pasien
• Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan efek yang tidak diinginkan
7) Edukasi
• Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
8) Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Farmakodinamika dan farmakokinetika obat analgesic NSAID
 NSAID adalah obat yang digunakan untuk menghilangkan nyeri dan inflamasi.
 Klasifikasi NSAID terdiri dari nonselective COX inhibitors dan selective inhibitor.
 NSAID umumnya tidak direkomendasikan pada kelainan ginjal, gagal jantung, sirhosis atau pasien
mendapatkan terapi diuretik.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Farmakodinamika dan farmakokinetika obat analgesic NSAID
 Efek anti-inflamasi dan analgesik NSAID didasarkan pada penekanan enzim COX-1 dan COX-2.
Dengan memblokir enzim COX dan prostaglandin, vasodilatasi akan berkurang, sehingga
peradangan berkurang menyebabkan pengurangan rasa sakit.
 NSAID nonselektif seperti ibuprofen, diklofenak, indometasin, naproxen, dan piroksikam memblokir
enzim COX-1 dan COX-2 pada berbagai derajat.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Farmakodinamika dan farmakokinetika obat analgesic NSAID
 NSAID penghambat COX-2 selektif seperti celecoxib dan etoricoxib secara selektif menghambat
enzim COX-2.
 Enzim COX-1 bertanggung jawab untuk perlindungan mukosa lambung, dan karenanya blokade ini
menyebabkan efek samping gastrointestinal dari NSAID.
 Selain itu, juga dapat menyebabkan efek samping antiplatelet, kardiovaskular, ginjal, dan
hepatotoksik.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI
TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Farmakodinamika dan farmakokinetika Opioid
 Opioid tetap menjadi analgesik paling kuat yang tersedia dan merupakan andalan manajemen
nyeri kronis pada pasien kanker dan pasien dengan nyeri non-kanker.
 Mekanisme kerja opioid di sistem saraf pusat memfasilitasi analgesia yang dimediasi pada
supraspinal, seperti di medula ventral rostral dan di sentral.
 Efek sentral opioid ini juga merupakan penyebab utama kematian overdosis karena depresi
pernapasan, yang dimediasi oleh reseptor opioid di neuron penghasil pola napas seperti yang ada
di kompleks medula pra-Bötzinge.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Farmakodinamika dan farmakokinetika Opioid
 Opioid berperan dalam mengurangi kecemasan dan nyeri prabedah, mengurangi respon
hemodinamik saat laringoskopi dan intubasi, meningkatkan stabilitas hemodinamik
intraoperatif, dan mengurangi dosis obat sedasi seperti agen inhalasi.
 Penggunaan opioid intraoperatif yang berlebihan akan berakibat toleransi opioid yang
meningkat dan juga hiperalgesia pascaoperasi

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Farmakodinamika dan farmakokinetika Opioid
 Opioid bekerja sebagai agonis pada reseptor opioid yang spesifik di area pre- dan post-sinaptik
sistem saraf pusat (terutama di batang otak dan medula spinalis) dan perifer.
 Reseptor opioid terutama diaktivasi oleh 3 opioid endogen, yaitu enkefalin, endorfin, dan dinorfin.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Farmakodinamika dan farmakokinetika Opioid
 Prinsip utama aktivasi reseptor opioid adalah penurunan neurotransmisi yang disebabkan oleh
inhibisi pelepasan neurotransmitter (asetilkolin, dopamin, norepinefrin) di area presinaptik.
 Secara intraselular, aktivasi reseptor opioid ditandai oleh peningkatan konduksi kalium yang
menyebabkan hiperpolarisasi, inaktivasi kanal kalsium, atau keduanya yang pada akhirnya akan
mengakibatkan penurunan pelepasan neurotransmitter.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Farmakodinamika dan farmakokinetika Opioid
 Reseptor opioid di dalam otak ditemukan dalam area abu periakuaduktal (PAG), lokus seruleus
dan rostral ventromedial medula.
 Di medula spinalis, reseptor opioid ditemukan pada interneuron dan saraf aferen primer kornu
dorsalis.
 Lokasi reseptor tersebut menyebabkan agonis opioid dapat bekerja langsung di medula spinalis
dan menghasilkan efek analgesia.
 Di luar sistem saraf pusat, reseptor opioid ditemukan juga pada saraf sensorik perifer dan sel imun.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Reseptor Opioid
• Opioid bekerja dengan berikatan pada protein spesifik yang disebut sebagai reseptor opioid.
• Reseptor opioid termasuk dalam kelompok reseptor G-protein coupled yang dapat ditemukan di
otak, tulang belakang, traktus gastrointestinal, dan organ lain di dalam tubuh.
• Empat jenis reseptor opioid yang telah diketahui adalah reseptor mu (µ), kappa (κ), delta (δ), dan
sigma (σ).
• Ikatan dan interaksi kompleks antara opioid dengan reseptornya akan menghasilkan efek opioid
yang diinginkan.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Reseptor Efek Klinis Agonis
Analgesia supraspinal Morfin
Depresi napas Fentanyl
Miu
Dependensi Met-enkephalin
Rigiditas otot rangka Beta-endorfin

Morfin
Nalbuphine
Sedasi
Kappa Butorphanol
Analgesia spinal
Oxycodone
Dynorphin
Analgesia
Leu-enkephalin
Delta Perilaku
Beta-endorphine
Epileptogenik
Disforia
Nalorphine
Sigma Halusinasi
Pentazocine
Stimulasi napas
Reseptor opioid beserta efek klinis dan agonis reseptorKSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI
TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Fentanyl
▪ Fentanyl merupakan agonis opioid sintetik golongan fenilpiperidin. Fentanyl memiliki potensial
analgesia 75-125 kali lebih besar daripada morfin dengan awitan lebih cepat dan durasi lebih
pendek
▪ Hal ini disebabkan karena fentanyl memiliki kelarutan lemak yang tinggi. Meskipun fentanyl memiliki
awitan cepat, namun terdapat penundaaan waktu (lag time) antara konsentrasi puncak plasma
dengan puncak perlambatan pada EEG selama 6.4 menit.
▪ Meskipun fentanyl memilik durasi kerja yang pendek namun waktu paruh eliminasinya lebih panjang
dari morfin.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI


TATALAKSANA KEPERAWATAN NYERI
Fentanyl
▪ Saat induksi anestesi, dosis fentanyl yang digunakan adalah 2-6 μg/kgBB dan dikombinasikan
dengan obat sedasi seperti propofol.
▪ Dosis fentanyl 2-20 μg/kgBB seringkali diberikan sebagai ajuvan anestesi inhalasi pada saat
operasi, sehingga dapat menumpulkan respons sirkulasi saat laringoskopi direk dan intubasi atau
pada saat adanya stimulus tindakan bedah.
▪ Pemberian fentanyl sebelum terjadinya stimulus bedah dapat mengurangi kebutuhan dosis opioid
pasca operasi.
▪ Efek samping fentanyl menyerupai efek samping morfin.

KSM ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF RSCM-FKUI

Anda mungkin juga menyukai