1. PENDAHULUAN
Indonesia pada saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi
penyakit tidak menular (PTM). Prevalensi beberapa PTM utama meningkat, sementara penyakit
menular masih tinggi, lebih diperparah lagi oleh munculnya penyakit baru dan penyakit lama
yang muncul kembali.
PTM mengakibatkan 36 juta kematian di dunia antara lain: penyakit jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskular) 48% (17,3 juta), kanker 21% (7,5 juta), penyakit saluran
pernapasan kronis 12% (4,3 juta), penyakit diabetes melitus 3% (1 juta). Hampir 80% kematian
akibat PTM terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan sedang. Sekitar 17 juta
kematian akibat penyakit kardiovaskular (penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah
perifer), 3 juta diantaranya terjadi pada usia dibawah 60 tahun.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa dari 10 besar
penyebab kematian di Indonesia, enam diantaranya tergolong PTM. Stroke merupakan
penyebab kematian tertinggi 15,4%, disusul Tuberkulosis 7,5%, hipertensi 6,8%, cedera 6,5%,
perinatal 6,0%, diabetes melitus 5,7%, tumor 5,7%, penyakit hati 5,2%, penyakit jantung
iskemik 5,1%, dan penyakit saluran nafas bawah 5,1%.
Riskesdas 2007 juga menyebutkan bahwa, prevalensi hipertensi umur >18 tahun di Indonesia
mencapai 31,7%, namun hanya 23,9% kasus saja yang terdiagnosis/minum obat. Prevalensi
diabetes mellitus adalah 5,7%, sudah terdiagnosis 1,5%, sedangkan 4,2% baru terdiagnosis saat
penelitian dilakukan.
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan perlu direvitalisasi, agar mampu
memberikan kontribusi besar dalam upaya pengendalian PTM. Dibutuhkan komitmen yang
tinggi dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas pelayanan puskesmas. Jejaring yang
efektif dan efisien perlu diciptakan, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia hendaknya
ditingkatkan, tersedianya standar pelayanan minimum (SPM) yang komprehensif (holistik) dan
sarana/prasarana diagnostik, serta pengobatan sesuai SPM, juga didukung oleh sistem
informasi yang memadai.
Puskesmas mempunyai 3 fungsi utama yaitu sebagai : 1) pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, 2) pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan
kesehatan, 3) pusat pelayanan kesehatan primer.
Dari penjelasan fungsi puskesmas ini, jelaslah bahwa puskesmas bukan saja berperan
menjalankan teknis medis, tetapi juga mengorganisasikan modal sosial yang ada di masyarakat,
agar terlibat dalam penyelenggaraan kesehatan secara mandiri, sehingga pelayanan yang
dilaksanakan oleh puskesmas dapat memberikan hasil yang lebih baik karena mampu
menjangkau masyarakat luas dengan biaya lebih rendah.
Kombinasi antara teknologi mengelola PTM yang sudah tersedia dengan personil yang terlatih
dan sistem rujukan yang terorganisir, memungkinkan kebanyakan kasus PTM dapat ditangani
dan dikelola di fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
2. TUJUAN UMUM
Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko
PTM
TUJUAN KHUSUS
Peserta Posbindu dapat memahami tentang PTM terutama yang berumur 15 tahun keatas,
sehingga dapat mencegah atau mengurangi resiko terjadinya komplikasi PTM.
Tahap Persiapan
Seluruh masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM yang berusia mulai dari 15
tahun
Kegiatan Posbindu PTM dapat diselenggarakan dalam sebulan sekali. Dalam hal ini
bersamaan dengan jadwal posyandu. Jadwal akan koordinasi dengan kader posbindu,
konfirmasi pelaksanaan paling lambat 3 hari sebelumnya.
Pencatatan hasil kegiatan Posbindu PTM dilakukan oleh kader. Petugas Puskesmas
secara berkala membina, mengambil data hasil kegiatan posbindu PTM dan
melaporkannya ke instansi terkait secara berjenjang.