Contoh kasus
1. Pasien mengalami asites dan edema pada tungkai, lingkar perut 95 cm, TB 160
cm, BB 60 kg. Dari hasil palpasi diketahui adanya pembesaran hepar dan adanya
massa berbatas tegas dan mobile dihampir semua kuadran perut. Intke peroral
maksimal 1000 cc/hari. Urin tampung 1400 cc/24 jam, pasien mengatakan minum
menghabiskan 3 gelas (pergelas 200cc), BAB 1 kali Hitung balans cairan pasien
tersebut.
Jawab :
Output : urine, feses, perspiratio insensibilis (paru & kulit).
Input : makanan, minuman, air metabolik (oksidasi H).
Output Input
Urine : 1400cc Makan = 1000 cc
Feses : 100cc Minum = 600 cc
IWL :15x60 = 900cc Air metabolik = 5x60=300
Total : 2400 cc Total = 1900 cc
2. Pasien mengalami asites dan edema pada tungkai, lingkar perut 95 cm, TB 160
cm, BB 60 kg. Dari hasil palpasi diketahui adanya pembesaran hepar dan adanya
massa berbatas tegas dan mobile dihampir semua kuadran perut. Intke peroral
maksimal 1000 cc/hari. Pasien mengatakan minum menghabiskan 5 gelas
(pergelas 200cc), BAB 1 kali .
Hitung balans cairan pasien tersebut.
Jawab :
Output : urine, feses, perspiratio insensibilis (paru & kulit).
Input : makanan, minuman, air metabolik (oksidasi H).
Output Input
Urine : 60x24 = 1440cc Makan = 1000 cc
Feses : 100cc Minum = 1000 cc
IWL : 15x60 = 900 cc Air metabolik = 300
Total = 2440 cc Total = 2300 cc
B. Gagal Giljal Akut
a) Definisi
Sebagai sindrom klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada
ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta
terjadinya azotemia (Davidson).
Penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat
sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif
disertai kenaikan ureum dan kreatinin darah (Soeparman).
Penurunan fungsi ginjal akibat akumulasi zat nitrogen dengan atau tanpa
oliguria.
90 % memperlihatkan anuri atau oligouria sebagai gejala utama, dan
apabila kondisi ini terjadi tanpa disertai anuria atau oligouria disebut :
GGA non oligurik.
Frekuensi kejadian tinggi yaitu 25-30 kasus per tahun.
Angka kematian tinggi : 34 -36 dari seluruh kejadian.
b) Etiologi
Dibagi 3 bentuk : GGA Pre renal,GGA renal (intra renal ), GGA Post renal.
1. Pra Renal (gagal ginjal sirkulatorik)
a. Hipovolemia : perdarahan, luka bakar, muntah, diare.
b. Terkumpulnya cairan intravaskuler : syok septik, anafilaksis,
cedera remuk.
c. Penurunan curah jantung : gagal jantung, infark miokard,
tamponade jantung, emboli paru.
d. Penurunan resistensi pembuluh darah ginjal : pembedahan,
anastesia, sindrom hepatorenal.
e. Obstruksi pembuluh darah ginjal bilateral : emboli, thrombosis
Tamponade jantung
Mengurangi aliran balik vena dan curah jtg
f. Patofisiologi GGA Pre renal
Terjadinya penurunan aliran darah ginjal (renal
hypoperfution) yang mengakibatkan penurunan tekanan
filtrasi glomerulus dan kemudian diikuti oleh penurunan
laju filtrasi glomerulus (LFG).
Dalam keadaan ini, parenkim ginjal tidak mengalami
kerusakan dan untuk jangka waktu tertentu masih bersifat
reversibel.
Bila perfusi ginjal ini berlangsung dalam waktu yang lama,
maka bisa terjadi kerusakan parenkim dan mengakibatkan
GGA renal.
2. GGA renal (intra renal )
GGA renal ditegakkan bila telah disingkirkan penyebab – penyebab
pre renal maupun post renal melalui pemeriksaan fisik, laboratorium,
radiologis, ultrasonografis, dsb.
Penyebab GGA Renal adalah :
1. Glomerular.
Glomerulonefritis progresif cepat.
Penyakit kompleks imun.
Penyakit antibodi anti basal membran.
2. Tubular.
Iskemik (nekrosis tubuler akut) yang dapat diakibatkan
oleh GGA pre renal yang tidak mendapatkan terapi yang
memadai.
Bahan toksik eperti obat – obatan (aminoglikosida), bahan
kontras radiologi, asam urat, dan lain sebagainya.
3. Interstitial.
Obat – obatan seperti penisilin, sulfonamid, dan NSAID.
Infeksi oleh pneumokokkus, streptokokkus, dll.
4. Vaskuler.
Aneurisma aorta.
Penekanan oleh tumor, perdarahan, abses, dll.
Penyumbatan oleh emboli, trombosis, dll.
Iskemik oleh pengaruh obat NSAID, ACE inhibitor, dll
Bentuk yang paling banyak dari GGA renal adalah yang diakibatkan
kerusakan renalis, baik iskemik maupun oleh bahan nefrotoksik.
Secara umum keadaan ini disebut Nekrosis Tubuler Akut (NTA).
TEORI PENURUNAN LFG PADA GGA RENAL
Menurunnya perfusi dan filtrasi glomerulus.
Obstruksi aliran urin intra tubuler dan sel tubulus mengalami
kerusakan.
Aliran balik filtrat glomerulus dari tubulus ke interstitial ginjal.
3. GGA Post renal
Obstruksi pada muara KK (hipertrofi prostat, karsinoma)
Obstruksi ureter bilateral (kalkuli, bekuan darah, tumor, fibrosis
retoperitoneal, trauma pembedahan, papilitis nekrotikans)
Obstruksi duktus pengumpul ginjal : asam urat, sulfat, protein
bence jones.
TEORI PENURUNAN LFG PADA GGA POST RENAL
Langsung oleh adanya obstruksi.
Terjadinya peningkatan tekanan intra tubuler, yang
mengakibatkan turunnya tekanan filtrasi glomerulus.
Terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah ginjal.
c) Patofisiologi
d) Perjalanan penyakit
GGA PRE RENAL.
Gambaran klinis yang menonjol pada GGA pre renal adalah
penyakit dasar yang menyebabkan syok, payah jantung, luka
bakar, dsb.
Pada keadaan diatas perlu dicurigai GGA pre renal apabila
produksi urin menurun sampai kurang dari 400 cc/24 jam.
Didukung oleh hasil laboratorium : peningkatan ureum dan
kreatinin palsma
GGA RENAL.
dapat terjadi dari GGA pre renal yang tidak mendapat pengobatan
semestinya.
sebagian besar disebabkan oleh Nekrosis Tubuker Akut (NTA).
Perjalanan penyakit dan gambaran klinis dibagi jadi 4 (empat) tahap :
1) Fase pemulaan.
Fase ini berupa permulaan terjadinya iskemik dan pengaruh
bahan nefrotoksik.
Belum terdapat gejala yang menonjol sampai terjadinya
penurunan urin.
Pada fase ini terjadi perubahan komposisi urin (penurunan
ureum dan kreatinin) sehingga ureum dan kreatinin meningkat
dalam plasma.
Kadar natrium dalam urin tidak berubah, sehingga
keseimbangan air sementara waktu dapat dipertahankan.
Periode berlangsungnya fase ini tergantung pada penyebabnya,
misal aminoglikosida , maka fase ini berlangsung dalam
beberapa hari.
2) Fase oligouria.
Yang pertama terjdi pada fase ini adalah penurunan produksi
urin sampai kurang dari 400 cc/24 jam, tidak jarang produksi
urin sampai kurang dari 100 cc/24 jam.
Mulai adanya keluhan – keluhan oleh penumpukan air dan
metabolit yang seharusnya diekskresikan oleh tubuh seperti :
mual, muntah, sakit kepala, overhidrasi, kejang, dsb.
Perubahan pada urin semakin komplek, yaitu penurunan ureum
dan kreatinin, tetapi sangat tinggi pada plasma darah.
Perubahan pada plasma darah yang lain adalah : elektrolit
terutama natrium dan kalium.
Lamanya fase oligouria
a. Ada yang beberapa jam atau hari.
b. Ada juga yang berlangsung selama 10 – 14 hari.
c. Pada fase ini sering terjadi komplikasi yang dapat
menimbulkan kematian pada penderita.
3) Fase poli uria.
Berlangsung 5-10 hari
Pada fase ini terjadi peningkatan produksi urin sampai lebih
dari 2500 cc/24 jam.
Peningktan jumlah urin ini bisa terjadi mendadak atau
bertahap.
Hal ini akibat ketidakmampuan tubuli renalis mengabsorbsi air
dan natrium yang difiltrasi glomerulus.
4) Fase penyembuhan.
Berlangsung 3-12 bulan
Fase ini terjadi setelah beberapa hari diuresis.
Produksi urin perlahan – lahan kembali normal, tolok ukur
fungsi ginjal membaik secara bertahap.
Fungsi ginjal bisa normal kembali kurang dari 6 bulan.
Konsentrasi ureum tetap tinggi ? Diit kaya protein, telah
menderita suatu penyakit ginjal sebelumnya, infeksi sekunder
ekstra renal, telah terjadi nekrosis kortikal.
PEMBANDING GGA PRE RENAL DAN RENAL
i) PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pielogram retrogad : menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal.
USG ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya massa.
CT Scan ginjal : mendeteksi luasnya penyakit.
MRI : memberikan informasi tentang jaringan lunak.
EKG : melihat gangguan jantung dan kelainan akibat gangguan elektrolit.
j) PRIORITAS KEPERAWATAN
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Pemantauan ketat terhadap perubahan elektrolit.
Pemantauan ketat terhadap perubahan fisik akibat perubahan
elektrolit.
Pemberian cairan oral, parenteral.
Pemantauan terhadap intake cairan, urin output, distensi vena
jugularis, perubahan suara jantung, suara nafas, dan kesulitan
bernafas.
Pembatasan intake kalium.
Mencegah komplikasi.
PENURUNAN KECEPATAN METABOLIK
o Istirahat.
o Cegah infeksi dan demam atau diobati.
PENINGKATAN FUNGSI PARU
o Kaji pola, batuk, dan kedalaman pernafasan.
o Kaji adanya letargi.
o Berikan oksigen.
o Atur posisi.
PENCEGAHAN INFEKSI
o Kaji adanya tanda sepsis akibat pemasangan kateter vena
dan keteter urin.
o Kaji tanda-tanda vital.
o Kirim laboratorium : leukosit, pemeriksaan darah tepi.
o Berikan antibiotika sebagai propilaksis dan pengobatan
(bila ada infeksi).
PERAWATAN KULIT
o Lakukan masase pada kulit pasien.
o Bila total bedrest, latih mring kiri dan kanan tiap 2 jam.
o Berikan lotion atau pelembab pada daerah yang tertekan.
o Berikan perawatan mulut (personal hygiene)
Memberikan dukungan emosional pada klien dan keluarga.
Jelaskan prosedur, penyakit, pengobatan dan pemeriksaan yang
akan dijalani pasien dan keluarga.
Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.
Dengarkan keluhan pasien/keluarga, bersikap empati, dan
komunikasi terapetik.
Memberikan informasi tentang penyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan.
k) DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kelebihan volume cairan b.d pengaruh mekanisme regulatori dengan
retensi air.
TINDAKAN MANDIRI :
a. Awasi denyut jantung, tekanan darah, dan CVP/JVP.
b. Catat intake dan output cairan.
c. Timbang berat badan tiap hari.
d. Kaji kulit dari kondisi edema.
e. Auskultasi jantung dan paru.
TINDAKAN KOLABORASI
a. Perbaiki penyebab.
b. Awasi hasil laboratorium : ureum, kreatinin, natrium,
kalium.
c. Batasi cairan.
d. Berikan obat sesuai indikasi : diuretik, anti hipertensi bila
hipertensi.
e. Pertahankan kateter.
f. Siapkan untuk dialisis.
Resiko tinggi penurunan curah jantung b.d kelebihan cairan,
ketidakseimbangan elektrolit, asidosis berat, toksik uremik.
TINDAKAN MANDIRI :
a. Awasi tanda vital dan frekuensi denyut jantung.
b. Observasi EKG.
c. Auskultasi bunti jantung.
d. Selidiki adanya keluhan kram, kesemutan, kejang.
e. Pertahankan tirah baring atau dorong istirahat yang
adekuat.
TINDAKAN KOLABORASI
a. Awasi hasil pemeriksaan : kalium, natrium.
b. Batasi cairan.
c. Berikan tambahan oksigen.
d. Berikan obat sesuai indikasi ; agen inotropik, kalsium
glukonat, cairan glukosa insulin, bicnat, natrium polisitiren
sulfonat dengan/tanpa sorbitol.
e. Siapkan dialisis
Resiko tinggi perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolik, anoreksia,
mual/muntah, ulkus mukosa mulut.
TINDAKAN MANDIRI
a. Kaji pemasukan diet.
b. Berikan makan sedikit tapi sering.
c. Timbang berat badan tiap hari.
TINDAKAN KOLABORASI
a. Awasi pemeriksaan laboratorium : ureum, kreatinin.
b. Konsul bagian gizi.
c. Berikan diet Tinggi Kalori dan Rendah Protein. (RP).
d. Berikan multi vitamin dan mineral antara lain : zat besi,
kalsium, vitamin D, vitamin B Kompleks.
e. Berikan obat anti muntah : metoklopramid (primperan).
C. Gagal Ginjal Kronik
a) Definisi
Gagal Ginjal Kronik Adalah penurunan progresif dari fungsi jaringan ginjal
secara permanen (irreversible), dimana ginjal tidak mampu lagi mempertahankan
keseimbangan lingkungan internal tubuh.
b) Patofisiologi
c)Tahapan Gagal Ginjal
Normal TKK = 100 - 76ml/mt.
Insufisiensi ginjal kronik
TKK = 75 – 26 ml/mt.
Gagal ginjal kronik TKK= 25 –6 ml/mt.
Gagal ginjal terminal TKK = <6 ml/mt.
d) Gangguan Fungsi Sekresi
Penurunan ekresi H+
Penurunan ekresi PO4 –
Penurunan ekresi K+
Penurunan reabsorbsi Na+
Penurunan ekresi sampah nitrogen
e) Gangguan Fungsi Non Sekresi
Gangguan reproduksi
Penurunan imunitas
Peningkatan lipid
Kerusakan aksi insulin
Gangguan produksi erythropoeitin
Gangguan korversi Calsium
f) Manifestasi Klinis
Bila TKK < 5 ml/mnt gejala bersifat sistemik terhadap seluruh sistem
tubuh
CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Hypernatremia edema, asites
Hyperkalemia gangguan konduksi syaraf
Poliuria oliguria (400 ml/h)
Hypokalsemia
Hyperphospatemia
HEMATOLOGI & IMUNOLOGI
Anemia
Tendensi perdarahan
Kerusakan antibody humoral
Pemakaian imunosupresan
METABOLIK
BUN
Ureum
Creatinin
Hypoproteinemia
Trigliserida
Asidosis metabolik
Pericarditis
GASTROINTESTINAL
Mual, muntah
Tidak nafsu makan
Nafas bau amoniak
Stomatitis
Stress ulcer
Konstipasi
CARDIOVASKULAR & RESPIRASI
Overload cairan
Hypertropy ventrikel
CAD
Hypertensi
Aritmia
Calsifikasi vaskular
Edema pulmonal
Muskuloskeletal & integument
Osteodystropi
Pruritus
Perubahan warna kulit
Peticheae
Purpura
Rambut dan kuku rapuh
Neuro & Psikologi
Peripheral neurophati
Mudah lupa
Mudah tersinggung
Stress berat
Perubahan kepribadian
Depresi/agitasi
Tergantung pada orang lain
g) Penatalaksanaan
Mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa
Menunda pelaksanaan dialysis atau transplantasi
Memperbaiki kimia tubuh
Menurunkan keluhan ekstra renal sebanyak mungkin dan
Meningkatkan kualitas hidup klien.
h) Tujuan Dialysis
Membuang sisa produk protein : ureum, creatinin
Mempertahanakn batas aman elektrolit
Koreksi asidosis
Membuang cairan tubuh yang berlebihan
i) Hemodialysa
j) Akses Vaskular
k) Peritoneal Dialisa
l) Daignosa keperawatan
Gangguan volume cairan & elektrolit berlebih b/d penurunan filtrasi ginjal
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, mual muntah,
pembatasan diet
Intoleransi aktifitas b/d kelemahan
Gangguan pola nafas berhubungan dengan ascites
Gangguan integritas kulit b/d edema
Resiko cedera b/d kelemahan, kelainan profil darah, gangguan penglihatan
Gangguan proses pikir b/d akumulasi zat toksik dalam otak
Cemas
Kurang pengetahuan
Koping tidak efektif
m) Prinsip intervensi
Monitor tanda vital & berat badan
Monitor intake-output
Cegah komplikasi
Edukasi klien dan keluarganya: aktifitas, nutrisi, pembatasan cairan,
penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah
Konseling klien dan keluarganya