Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

PELAYANAN KESEHATAN PADA LANSIA DI PANTI WERDHA

Azi Surya Kurniawan (1810033030) Melina Agatha Pangaribuan (1810033019)


Bagus Hariadi Darwis (1810033027) Jonathan Maruli (1810033045)
Dewi Nur Fitriani (1810033009) Nurul Rahmatiyah (1810033007)
Fitriah Ainun (1810033006) Renyta Septiani (1810033022)
Hasnawiyah (1810033044) Rhirin Pebrina Sabang (1810033017)
Ika Rizki Cahyani (1810033037) Selvia Handayani (1810033042)
Yosia Novianto (1810033051)

PRODI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segenap limpahan rahmat dan
karunia-Nya hingga makalah dengan judul “ Pelayanan Kesehatan pada Lansia di Panti
Werdha” ini disusun sebagai penugas mata kuliah keperawatan gerontik. Dalam
penyelesaian tugas makalah penulis mendapat bantuan dari banyak pihak, maka
sepantasnya penulis mengatakan terima kasi yang sebesar-besarnya kepada semua pihak.

Kami berharap dengan makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi pembaca
pada umumnya dan penuli pada khususnya. Makalah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran para pembaca demi
kebaikan makalah ini.

Samarinda, 15 Juli 2020

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Panti Werdha merupakan unit pelaksana teknis di bidang pembinaan
kesejahteraan sosial lansia yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi
lansia berupa pemberian penampungan, jaminan hidup seperti pakaian, pemeliharaan
kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial mental serta
agama sehingga mereka dapat menkmati hari tua diliputi ketentraman lahir dan batin
(Kholifah,2016).
Perubahan struktur di dalam keluarga menyebabkan keluarga memandang
bahwa keberadaan lansia di dalam lingkungan keluarga merupakan sebuah beban.
Keluarga mengalami kesulitan untuk melakukan pelayanan dalam rangka memenuhi
kebutuhan lansia dengan kondisi anak-anak begitu sibuk dengan masalahnya sendiri
sehingga mengakibatkan anak-anak secara tidak langsung kurang memperdulikan
keberadaan lansia serta jalinan komunikasi antara orang tua dengan anak semakin
berkurang. Selain itu, terdapat perubahan peran dan fungsi di dalam keluarga yang
130 menyebabkan pihak keluarga mulai menempatkan para lansia di panti werdha.
(Afrida dkk, 2002)

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Pengertian dari Panti Werdha
2. Mengetahui Tujuan Panti Werdha
3. Mengetahui jenis pelayanan Panti Werdha
4. Mengetahui fase-fase kegiatan Panti Werdha

C. Tujuan
1. Apa yang dimaksud dengan panti werdha ?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep panti werdha?
3. Apa yang dimaksud dengan jenis pelayanan panti werdha?
4. Apa yang dimaksud dengan fase kegiatan panti werdha?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Panti Werdha
1. Pengertian Panti Werdha

Panti Werdha merupakan unit pelaksana teknis di bidang pembinaan


kesejahteraan sosial lansia yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi
lansia berupa pemberian penampungan, jaminan hidup seperti pakaian, pemeliharaan
kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial mental serta
agama sehingga mereka dapat menkmati hari tua diliputi ketentraman lahir dan batin [
CITATION sit16 \l 1033 ]

2. Tujuan Panti Werdha


a. Tujuan Umum
Tercapainya kualitas hidup & kesejahteraan para lansia yang layak dalam tata
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai luhur budaya
bangsa sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan tenteram lahir batin
[ CITATION sit16 \l 1033 ]
b. Tujuan Khusus
Tercapainya kualitas hidup & kesejahteraan para lansia yang layak dalam
tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai luhur
budaya bangsa sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan tenteram
lahir batin.
1) Memenuhi kebutuhan dasar pada lansia
2) Memenuhi kebutuhan rohani pada lansia
3) Memenuhi kebutuhan keperawatan dan kesehatan lansia
4) Memenuhi kebutuhan ketrampilan pada lansia
5) Meningkatnya peran serta keluarga dan masyarakat dalam upaya pemeliharaan
kesehatan lansia dipanti werdha [ CITATION sit16 \l 1033 ]

Menurut penelitian [ CITATION Tri14 \l 1033 ] Secara umum, panti werdha


mempunyai fungsi sebagai pusat pelayanan kesejahteraan lansia (dalam memenuhi
kebutuhan pokok lansia), menyediakan suatu wadah berupa kompleks bangunan dan
memberikan kesempatan pula bagi lansia melakukan aktivitas-aktivitas sosial
rekreasi, bertujuan membuat lansia dapat menjalani proses penuaannya dengan sehat
dan mandiri. Sedangkan tugas panti werdha adalah memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial dan rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan
sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Sasaran Panti Werdha


a) Sasaran khusus :
Usia lanjut penghuni panti berusia 60 tahun ke atas, tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk kelangsungan hidupnya, tidah mempunyai keluargadan atau
memiliki keluarga tetapi tidak mampu memelihara lansia tersebut
b) Sasaran umum :
1) Pengelola dan petugas penghuni panti
2) Keluarga usia lanjut
3) Masyarakat luas
4) Instansi dan organisasi terkait seperti departemen agama (depag), dinas
kesehatan (dinkes), pemerintah daerah (pemda). [ CITATION sit16 \l 1033 ].

B. Jenis Pelayanan Panti Werdha


Menurut [ CITATION sit16 \l 1033 ] jenis pelayan kesehatan di panti werdha adalah
sebagai berikut :
1. Upaya promotif
Upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat
kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun
masyarakat. Kegiatannya berupa:
a. Penyuluhan kesehatan danatau pelatihan bagi petugas panti mengenai
hal-hal: Masalah gizi dan diet, perawatan dasar kesehatan, keperawatan
kasus darurat, mengenal kasus gangguan jiwa, olahraga, teknik-teknik
berkomunikasi.
b. Bimbingan rohani pada lansia, kegiatannya antara lain :Sarasehan,
pembinaan mental dan ceramah keagamaan,pembinaan dan
pengembangan kegemaran pada lansia di panti werdha.
c. Rekreasi
d. Kegiatan lomba antar lansia di dalam atau antar panti werdha.
e. Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun
masyarakat luas melalui berbagai macam media.

2. Upaya preventif

Upaya preventif yaitu upaya yang secara sengaja dilakukan untuk


mencegah terjadinya gangguan, kerusakan atau kerugian bagi seseorang atau
masyarakat. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit
dan gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Upaya ini dapat berupa kegiatan :

a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan


secara dini penyakit-penyakit usia lanjut.
b. Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan
dengan kemampuan usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
c. Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya
kacamata, alat bantu pendengaran agar usia lanjut tetap dapat
memberikan karya dan tetap merasa berguna. Penyuluhan untuk
pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia
lanjut.
d. Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. (Nova Maulana, 2014:38)

Upaya pencegahan terhadap kemungknan terjadinya penyakit-penyakit


yang disebabkan oleh penuaan dan komplikasinya.
Kegiatannya adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dipanti oleh petugas
kesehatan yang datang ke panti secara periodik atau dipuskesmas
dengan menggunakan KMS lansia
2. Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas ksehatan
dipuskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam
pemeliharaan kesehatan lansia
3. Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas
panti yang menggunakan buku catatan pribadi
4. Melakukan olahraga secara teratur sesui dengan kemampuan dan
kondisi masing-masing
5. Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan
kesehatannya masing-masing
6. Meningkatkan Ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa
7. Mengembangkan kemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap
poduktif
8. Melakukan orientasi realita, yaitu upayah pengenalan terhadap
lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu mengadakan
hubungan dan pembatasan teradap waktu, tempat, dan orang secara
optimal.

3. Upaya Rehabilitatif
Rehabilitatif : Merupakan upaya untuk mempertahankan fungsi organ
seoptimal mungkin yang dilakukan oleh petugas kesehatan berupa (rehabilitasi
mental, vokasional serta kegiatan fisik).

Layanan rehabilitasi medis dilaksanakan berangkat dari falsafah


rehabilitasi medik, yaitu pendekatan medis, psikis, sosial dalam perawatan dan
asuhan melalui berbagai teknik intervensi yang didesain untuk meningkatkan
kemampuan fungsional pasien ataupun para penyandang cacat. Filosofi ini
mengandung makna positif, bahwa kapasitas fungsional seseorang dapat
dirancang, dibentuk, walau pada orang cacat ataupun Lanjut Usia sekalipun.

Ruang lingkup layanan rehabilitasi medik pada lanjut usia tidak


terbatas hanya di rumah sakit, baik rawat inap ataupun rawat jalan. Namun
dapat dikembangkan di rumah, di tempat kerja, di kegiatan komunitas, bahkan
ditempat tidur ataupun dikursi roda. Karena setiap aktifitas organ tubuh yang
dilakukan dengan baik dan terstruktur, mempunyai makna pelatihan bagi
organ tubuh, dan memberi manfaat pengembalian fungsi organ. Layanan
rehabilitasi medik bersifat komprehensif, menyentuh aspek medis, psikologis
dan sosial. Pendekatannya sangat natural, sehingga mampu laksana bagi para
Lanjut Usia. Untuk menjamin kesinambungan layanan kesehatan bagi para
Lanjut Usia, maka Puskesmas merupakan sarana kesehatan terdepan dan
terdekat dengan masyarakat luas yang mampu melaksanakan layanan
rehabilitasi medik primer.

a. Penilaian Potensi Rehabilitasi Pasien Lanjut Usia

Sebelum melakukan program rehabilitasi pada para lanjut usia,


harus dilakukan penilaian kemampuan fungsional. Penilaian medis
dilakukan seperti layaknya pemeriksaan pasien, yaitu anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan
penunjang lainnya, sehingga dapat ditegakkan diagnosis anatomi dan
diagnosis etiologi. Diagnosis fungsional diperoleh melalui pengamatan
kemampuan fungsional pasien

Banyak perangkat penilaian fungsional pasien yang dapat


dipakai secara umum, ataupun secara spesifik. Dengan menegakkan
diagnosis anatomi, etiologi dan fungsional, maka prognosis
kemandirian dapat ditentukan untuk dijadikan target keberhasilan.
Pada kenyataannya, pencapaian 75% dari target, merupakan
keberhasilan tertinggi yang pernah dicapai oleh para Lanjut Usia.
Potensi aktifitas fungsional pasien dinilai dari kemampuan pada 5
(lima) komponen dasar gerak, yaitu : fleksibilitas otot sendi, kekuatan
otot dan tulang, keseimbangan, koordinasi gerak dan endurans (daya
tahan). Pada awalnya, kondisi ke lima komponen tersebut dinilai
terlebih dahulu. Tahap berikutnya adalah menilai kemampuan
fungsional dengan Indeks Barthel sebagaimana tercantum dalam
Formulir 3 terlampir.

Tahap terakhir adalah menilai dan menentukan kemampuan


pasien apakah mampu melakukan peran seperti sediakala. Dari haril
penilaian seluruh potensi tersebut, dapat dilakukan

1) Rencana terapi latihan


2) Menentukan pilihan terapi tepat guna
3) Pemeliharaan kesinambungan terapi (di rumah, di komunitas)
4) Mencari alat bantu yang sesuai
5) Meningkatkan tahap terapi, sampai mencapai target
b. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Program dan Hasil Rehabilitas
Banyak alasan yang menyebabkan program rehabilitasi pada
Lanjut Usia, berbeda dan lebih sulit dibandingkan dengan usia muda.
Perbedaan ini meliputi 2 faktor yaitu
a. Faktor Usia Biologis :
terjadi perubahan pada :
1) Kekuatan otot
2) Fungsi jantung
3) Fungsi paru
4) Kapasitas aerobik
5) Kapasitas vital
6) Perubahan ortostatik
7) Tahanan perifer sistim vaskuler

Psikologis

1) Kelambatan proses belajar


2) Informasi harus diulang-ulang
3) Kepercayaan terhadap program rehabilitasi
4) Kepercayaan tentang penyembuhan
5) Percaya diri

b. Faktor Penyakit Biologis


1) Penyakit majemuk
2) Sindroma dekondisi
3) Kontraktur
4) Interaksi penyakit
5) Polifarmasi
6) Disfungsi organ subklinik Psikologis
7) Defisit kognisi
8) Depresi
9) Penampilan yang atipikal
10) Motivasi
Sosial ”social prejudice”

1) Kurang pelayanan
2) Kurang asesibilitasi
3) Masalah asuransi

Faktor-faktor tersebut diatas harus mampu dideteksi sejak dini,


akan menjadi pertimbangan dalam menyusun program rehabilitasi medik.

c. Proses Rehabilitasi Medik


Proses rehabilitasi medik pada lanjut usia berbeda dibandingkan
dengan usia muda, walaupun diagnosisnya sama. Perbedaan yang paling
jelas adalah pada target pencapaian keberhasilan baik proses ataupun
tingkat capaiannya. Pada Lanjut Usia umumnya target capaian lebih
rendah, serta kecepatan langkah-langkah tahapan rehabilitasi umumnya
lebih lambat.
a. Langkah 1
Upayakan agar masalah medis utama diatasi terlebih dahulu
sampai pasien berada dalam keadaan stabil. Batasan kondisi stabil
adalah keadaan umum dan tandatanda vital stabil. Untuk mencapai
kondisi stabil pada Lanjut Usia, sering memerlukan waktu lama dan
perlu pendekatan khusus, apalagi bila pasien ini menderita gangguan
medik majemuk yang saling interaksi. Misalnya, kemampuan ambulasi
adalah target pencapaian yang amat berat bagi pasien stroke Lanjut
Usia. Berjalan dengan hemiparese/plegi membutuhkan energi sangat
lebih besar dibandingkan berjalan dengan dua tungkai normal. Untuk
pasien stroke usia muda, mungkin tujuan ambulansi dapat dicapai lebih
mudah, tidak demikian dengan pasien yang berusia 80 tahun. Kondisi
stabil, menjadi landasan untuk mengawali program rehabilitasi medis
secara intensif.
b. Langkah 2
Cegah komplikasi sekunder, karena komplikasi sekunder
sangat sering terjadi pada pasien lanjut usia, seperti :
1) Malnutrisi
2) Gangguan kognisi
3) Kontraktur
4) Sindroma dekondisi
5) Depresi
6) Inkontinensia
7) Pneumonia
8) Dekubitus
9) Ketergantungan psikologis
10) Trombosis vena dalam

Resiko terjadinya komplikasi sekunder akan meningkat bila


pasien inaktif atau imobilisasi. Oleh karena itu, upaya pencegahan
komplikasi sekunder harus segera dilakukan dengan cara mobilisasi
dini, baik secara pasif (dibantu penuh oleh orang lain), aktif asistif
(pasien aktif ditambah dengan bantuan oleh orang lain) ataupun aktif
(pasien melakukannya mandiri). Aktifitas mobilisasi dini meliputi
kegiatan latihan lingkup gerak sendi, latihan perubahan posisi (miring,
duduk, berdiri), latihan penguatan otot, latihan keseimbangan statis
baik duduk ataupun berdiri. Semua latihan dilakukan secara bertahap,
sesuai kondisi pasien.

c. Langkah 3
Tujuan untuk mengembalikan fungsi yang hilang. Sangat
tergantung berapa besar kemampuan fungsional yang hilang, dan
seberapa berat kondisi penyakitnya. Bila mungkin pasien kembali
mampu berpakaian, jalan, aktif menolong diri dan bekerja, serta
bersosialasi. Hilangnya penyebab gangguan fungsi, bukanlah tujuan
utama. Artinya walaupun penyebab gangguan tak dapat dihilangkan,
pasien tetap mampu mandiri atau beraktifitas dengan bantuan ringan.
d. Langkah 4
Latihan dilangkah ke 3, mengacu kepada masalah yang terjadi
pada komponen dasar fisik (kekuatan, kelenturan, keseimbangan,
koordinasi dan daya tahan jantung paru) dan tingkat penilaian fungsi
aktifitas menggunakan indeks barthel. Adaptasi pasien kemampuan
beradaptasi bagi pasien, agar mampu bersosialisasi dilingkungannya.
Adaptasi bagi pasien meliputi adaptasi fisik, dengan bantuan berbagai
jenis alat bantu (kursi roda, walker, tongkat dan lain-lain) adaptasi
penyesuaian psikis dan adaptasi sosial.
e. Langkah 5 Adaptasi Lingkingan
Ciptakan lingkungan yang bersahabat untuk kemudahan pasien
beraktifitas. Seandainya pasien secara fisik telah mampu ambulasi
dengan walker, tetapi pintu rumah terlalu sempit untuk dilalui, dengan
sendirinya kemandirian pasien tidak tercapai.
f. Langkah 6
Adaptasi keluarga. Hampir 85% aktivitas pasien dilakukan
dirumah, dilingkungan keluarga. Tanpa dukungan keluarga, program
rehabilitasi tak akan tercapai tujuannya. Tidak mudah bagi para Lanjut
Usia , untuk mengubah cara hidup menyesuaikan dengan kondisi
kecacatan. Mereka butuh waktu untuk mengerti, memahami, dan
menerima kondisinya yang ”berbeda”. Dukungan positif dari keluarga
menjadi dorongan semangat bagi pasien. Sangat diperlukan informasi
dari tenaga medis/para medis untuk keluarga, agar keluarga tidak
canggung untuk mendampingi pasien.

Pengawasan dan evaluasi pada setiap langkah, mutlak harus


dikerjakan, dengan ketentuan :
1) Lakukan reevaluasi dan reprogram
2) Setiap kali, tentukan target baru, agar motivasi terjaga.
3) Target pencapaian merupakan kesepakatan dokter (dan tim) dengan
pasien.

d. Pemilihan Program Terapi


Prinsip dasar program terapi adalah :
a. Tujuan Rasional
Tujuan disusun bertahap, mulai dari tujuan jangka pendek,
tujuan jangka menengah dan tujuan jangka panjang. Target
peningkatan kemampuan komponen dasar fisik dan indeks barthel,
dapat dipakai sebagai tolok ukur.
b. Dosis latihan tepat, jelas dan aman menuju target pencapaian.
Sebagai pemantau latihan, senantiasa awasi: Nadi, tensi, frekuensi
pernapasan, suhu, derajat nyeri, expresi wajah pasien. Dosis latihan
meliputi
1) Frekuensi gerak
2) Durasi (waktu) yang ditentukan,
3) Frekuensi latihan perhari atau perminggu.
c. Latihan dilaksanakan bertahap, perhatikan langkahlangkah proses
program rehabilitasi.
d. Jenis latihan mampu laksana, mudah dan aman
e. Latihan dapat disesuaikan dengan kondisi pasien. Dapat sambil
berbaring, sambil duduk bersandar, sambil duduk, sambil berdiri
ataupun sambil berjalan. Sedapat mungkin, tiada hari tanpa latihan.

Keempat prinsip dasar tersebut diatas, dibagi porsinya baik untuk


perawat, fisioterapi ataupun okupasi terapi dan keluarga pasien, sesuai
kompetensi masing-masing.

e. Pengawasan dan Evaluasi Program


Pelaksanaan rehabilitasi medis di puskesmas merupakan layanan
rehab medis primer. Artinya, bila layanan perlu ditingkatkan, maka dapat
dirujuk ke rumah sakit tingkat layanan sekunder atau tertier. Demikian
pula sebaliknya, pasien dari layanan tertier atau sekunder, dapat
melanjutkan pemeliharaan potensi aktifitas fungsionalnya di Puskesmas.

C. Fase-fase Pelaksanaan Kegiatan Panti Werdha


Menurut [ CITATION sit16 \l 1033 ], ada beberapa fase dalam pelaksanaan kegiatan di
panti werdha, yaitu :
a. Fase orientasi
Melakukan pengumpulan data pada lansia secara individu atau kelompokdan
situasi dan kondisi Panti Werdha. Data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :
1) Data Identitas panti dan sejarah pendirian
2) Situasi dan kondisi panti dalam pencapaian tujuan, visi, misi dan motto
panti
3) Sarana dan prasarana pelayanan keperawatan dipanti
4) Sumber Daya Manusia (SDM) Panti
5) Fasilitas pendukung pelayanan keperawatan
6) Faktor pendukung lain yang dapat digunakan sebagai pencapaian tujuan
7) Data kesehatan lansia : Data tentang penyakit yang diderita, gejala yang
dirasakan, observasi kondisi fisik dan mental lansia

b. Fase identifikasi
Setelah data terkumpul pada fase orientasi, maka dapat disimpulkan masalah
kesehatan yang terjadi pada lansia di Panti. Kemudian merencanakan tindakan
yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada lansia.

c. Fase intervensi
Melakukan tindakan sesuai dengan rencana, misalnya memberikan
penyuluhan kesehatan, konseling, advokasi, kolaborasi dan rujukan.

d. Fase resolusi
Pada fase resolusi yang dilakukan adalah menilai keberhasilan tindakan pada
fase intervensi dan menentikan perkembangan kondisi pada lansia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sasaran khusus : Usia lanjut penghuni panti berusia 60 tahun ke atas, tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk kelangsungan hidupnya, tidah mempunyai
keluargadan atau memiliki keluarga tetapi tidak mampu memelihara lansia tersebut .

Jenis pelayanan panti werdha :

1. Upaya promotif

Upaya untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat


kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun
masyarakat.

2. Upaya preventif

Upaya preventif yaitu upaya yang secara sengaja dilakukan untuk


mencegah terjadinya gangguan, kerusakan atau kerugian bagi seseorang atau
masyarakat. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

3. Upaya Rehabilitatif
Rehabilitatif : Merupakan upaya untuk mempertahankan fungsi organ
seoptimal mungkin yang dilakukan oleh petugas kesehatan berupa (rehabilitasi
mental, vokasional serta kegiatan fisik).

B. Saran
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan ilmu pendidikan di bidang
kesehatan mengenai panti werdha bagi pembaca. Memeberikan wawasan tentang
panti werdha serta menambah wawasan pengetahuan khususnya dibidang
keperawatan.
Daftar Pustaka
khalifah, siti nur. KEPERAWATAN GERONTIK. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia,
2016.

Triwanti, Shinta Puji, Ishartono, and Arie Surya Gutama. "PERAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA
DALAM UPAYA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN LANSIA." Jurnal Share, 2014: 134.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lanjut usia di pusat kesehatan masyarakat,2017


http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Permenkes%2067%202015%20YANKES
%20LANSIA%20PUSKESMAS.pdf diakses tanggal 15 juli 2020

Anda mungkin juga menyukai