Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEPERAWATAN KESEHATAN REPRODUKSI

“INVESTIGASI INFERTILITAS PRIA”

DISUSUN OLEH:

Pingky Retno. W 1130223018


Putri Anggraeni 11302230

DOSEN FASILITATOR:

R. Khairiyatul Afiyah, M.kep., Ns.Sp.Kep.Mat.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya, yang telah
memberikan kesehatan dan kelancaran dalam mengerjakan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
menuntun kita kepada jalan yang benar.

Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas, dengan judul “INVESTIGASI INFERTILITAS PRIA”. Tak lupa
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu R. Khariyatul Afiyah, M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat.
selaku Dosen Fasilitator pada mata kuliah Keperawatan kesehatan reproduksi

Saya memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, dan juga
sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk perbaikan makalah.

Surabaya, 25 Februari 2024

Penulis
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

“INVESTIGASI INFERTILITAS PRIA”

1. Topik : Keperawatan Kesehatan Reproduksi


2. Sub topik : Investigasi Infertilitas Pria
3. Tempat : Rumah Sakit Islam Surabaya
4. Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Februari 2024
5. Jam : 10.00-11.00

A. TUJUAN UMUM
a) Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan keperawatan (penyuluhan) tentang Keperawatan
Kesehatan Reproduksi selama 35 menit diharapkan pasien memahami tetang Investigasi
Infertilitas Pria.
b) Tujuan Instruksional Khusus
a. Setelah dilakukan penyuluhan selama 35 menit tentang Keperawatan Kesehatan
Reproduksi diharapkan pasien mampu:
a) Menyebutkan pengertian Infertilitas Pria
b) Menyebutkan penyebab Infertilitas Pria
c) Menyebutkan penanganan saat mengetahui gejala Infertilitas Pria

B. MATERI

Terlampir
C. MEDIA
1. Leaflet
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. KEGIATAN
No Waktu Kegiatan Kegiatan
Penyuluhan Peserta
1. 5 menit Pembukaan: - Menjawab salam
a. Memberikan salam - Mendengarkan dan
b. Menjelaskan tujuan penyuluhan memperhatikan
c. Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan disampaikan
2. 20 Pelaksanaan: - Mendengarkan dan
menit - Menjelaskan materi penyuluhan memperhatikan
secara berurutan dan teratur
Materi:
a. Pengertian dari Infertilitas Pria
b. Penyebab Infertilitas Pria
c. Pencegahan Infertilitas Pria
d. Tanda dan gejala Infertilitas Pria
e. Penanganan saat mengalami
Infertilitas Pria
3. 9 menit Evaluasi: - Bertanya dan
Meminta para santri menjelaskan dan menjawab
menyebutkan kembali dengan pertanyaan
metode tanya jawab:
Pertanyaan :
a. Pengertian dari Infertilitas Pria
b. Penyebab Infertilitas Pria
c. Pencegahan Infertilitas Pria
d. Tanda dan gejala Infertilitas Pria
e. Penanganan saat mengalami
Infertilitas Pria
4. 1 menit Penutup: - Menjawab salam
Mengucapkan terima kasih dan
mengucapkan salam
F. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
1. Pembawa acara : Pingky Retno Wulandari
2. Penyuluh : Putri Anggraini
3. Persiapan Materi : Pingky Retno Wulandari
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infertilitas pada pria merupakan suatu masalah sistem reproduksi yang dihadapi
oleh para pria di seluruh dunia. Salah satu faktor penyebabnya adalah Stress oksidatif.
Menurut The International Committee for Monitoring Assisted Reproductive Technology
(ICMART) dan World Health Organization (WHO) Menyebutkan bahwa infertilitas adalah
suatu gangguan sistem reproduksi yang Ditetapkan dengan adanya kegagalan mencapai
kehamilan klinis setelah 12 Bulan atau lebih melakukan hubungan seksual secara regular
tanpa Menggunakan alat kontrasepsi.1 Observasi di beberapa negara menunjukkan Gejala
penurunan jumlah dan kualitas sperma di antara pria dewasa muda. Masalah infertilitas
tersebut dapat dicegah salah satunya dengan menggunakan Vitamin C. Akan tetapi, jika
vitamin C ini diberikan dengan dosis yang tinggi (>1000 mg), akan berubah menjadi
prooksidan karena banyak menghasilkan Radikal bebas sehingga mempengaruhi
penurunan kualitas sperma.
Bagi laki-laki, analisa sperma adalah salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk
Mengetahui adanya gangguan pada sperma. Beberapa karakteristik fisik sperma
(bau,Volume, pencairan, penampilan, viskositas dan pH) dan parameter mikroskopis
(leukosit, konsentrasi, aglutinasi, motilitas dan morfologi) yang biasanya diperiksa Pada
analisa sperma. Beberapa contoh seperti keadaan Azoospermia (tidak ada sperma Pada
semen), teratozoospermia (persentase bentuk sperma normal di bawah kriteria Normal),
Oligozoospermia (rendahnya Jumlah sperma), Astenozoospermia (persentase sperma motil
di bawah kriteria normal) adalah contoh klasifikasi yang didapat untuk menyatakan jenis
gangguan sperma pada pria.
Beberapa faktor risiko infertilitas yaitu konsumsi alkohol, merokok,
olahraga,Stress, suplementasi vitamin dan indeks massa tubuh. Salah satu faktor risiko
yang Menyebabkan infertilitas adalah IMT (indeks massa tubuh) merupakan alat yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Infertilitas atau ketidak suburan di definisikan sebagai kegagalan pasangan


untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur
selama dua belas bulan atau lebih tanpa memakai alat kontrasepsi. Infertilitas dibedakan
menjadi dua bagian yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer
adalah pasangan suami istri yang belum pernah mengalami Kehamilan, sementara
infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri gagal untuk memperoleh kehamilan
setelah satu tahun paska persalinan atau paska Abortus tanpa menggunakan kontrasepsi
apapun. Tentu hal ini diakibatkan berbagai faktor. Potensi infertilitas dianggap sebagai
masalah kesehatan serius di Seluruh dunia.

B. Etiologi

Terdapat beberapa faktor penyebab infertilitas yang mendasar, yaitu faktor


Pasangan pria, faktor servikal, disfungsi ovulasi, adanya masalah pada rahim, atau
Organ pelvis pasangan wanita maupun keduanya dan penyebab yang tidak dijelaskan.
Diperkirakan faktor-faktor menjadi penyebab infertilitas 40% dari faktor istri, 40% dari
faktor suami dan 20% kombinasi keduanya
Prevalensi terhadap 8 diagnosis infertilitas utama pada kelompok yang lebih
muda dengan umur 20-29 tahun dan lebih tua dengan umur 40-45 tahun (masing-
masing pasangan dapat memiliki ≥ 1 diagnosis) adalah sebagai berikut:
1. faktor ovulasi kelompok yang lebih muda 56%; kelompok yang lebih tua 30%
2. faktor tuba kelompok yang lebih muda 34%; kelompok yang lebih tua 29%
3. Endometriosis kelompok yang lebih muda 13%; kelompok yang lebih tua 17%
4. faktor uterus kelompok yang lebih muda 1%; kelompok yang lebih tua 5%
5. faktor serviks kelompok yang lebih muda 4%; kelompok yang lebih tua 1%
6. Defisiensi luteal kelompok yang lebih muda 4%; kelompok yang lebih tua 10%
7. faktor pria kelompok yang lebih muda 32%; kelompok yang lebih tua 45%
8. Yang tidak dapat dijelaskan kelompok yang lebih muda 5%; kelompok yang
lebih tua 10%. Satu-satunya perbedaan yang signifikan adalah peningkatan
faktor ovulasi pada kelompok yang lebih muda.

C. Epidemiologi

Infertilitas dapat disebabkan oleh pihak istri maupun suami kondisi yang
menyebabkan infertilitas dari faktor istri 65%, faktor suami 20%, kondisi lain-lain dan
tidak diketahui 15%. Suatu penelitian menunjukkan penyebab infertilitas terkait dengan
pemasalahan dari pihak istri adalah tuba (27,4%),tidak diketahui (24,5%),masalah
menstruasi (20%).
Data Organisasi Kesehatan Dunia/WHO tahun 2010 menyebutkan bahwa
pasangan suami istri yang mengalami infertilitas sebanyak 25% dan menunjukkan
bahwa 64% penyebab berada pada istri dan sebesar 36% diakibatkan adanya kelainan
pada suami.9,10 Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menyebutkan mulai tahun
1997-2010 infertilitas di Indonesia mengalami penurunan

D. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Infertilitas Pada Pria

Penyebab Infertilitas pada pria dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu:


1. Gangguan produksi sperma misalnya akibat kegagalan testis primer yang
disebabkan oleh faktor genetik (Klinefelter syndrome), mikrodelesi kromosom
Y atau kerusakan langsung lainnya terkait anatomi (varikokel), infeksi, atau
endotoksin. Stimulasi gonadotropin yang tidak adekuat yang disebabkan karena
faktor genetik, efek langsung maupun tidak langsung dari tumor hipotalamus
atau pituitary, atau penggunaan androgen eksogen misalnya Danazol,
Metiltestosteron (penekanan pada sekresi gonadotropin) merupakan penyebab
lain dari produksi sperma yang buruk.
2. Gangguan fungsi sperma, misalnya akibat antibodi, anti sperma, radang saluran
genital, varikokel, kegagalan reaksi akrosom, ketidak normalan biokimia, atau
gangguan dengan perlengketan sperma (ke zona pelusida) atau penetrasi.
3. Sumbatan pada duktus, misalnya akibat vasektomi, tidak adanya vas deferens
bilateral, atau sumbatan kongenital atau yang didapat (acquired) pada
epididimis atau duktus ejakulatorius (penanganan infertil),
E. Pemeriksaan Riwayat Infertilitas
a. Anamnesis
Anamnesis masih merupakan cara terbaik untuk mencari penyebab infertilitas
pada wanita. Faktor-faktor penting yang berkaitan dengan infertilitas yang harus
ditanyakan kepada pasien adalah mengenai usia pasien, riwayat kehamilan
sebelumnya, panjang siklus haid, riwayat penyakit sebelumnya dan sekarang,
riwayat operasi, frekuensi koitus dan waktu koitus
b. Pemeriksaan Fisik
Penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dari tinggi dan berat badan
(kg/m2) – kisaran normal IMT adalah 20-25 kg/m2. Penampilan/rupa pasien
secara keseluruhan dapat memberikan petunjuk mengenai penyakit sistemik
ataupun masalah endokrin.17 Wanita dengan siklus menstruasi yang tidak
teratur dan tampilan fisik obesitas mungkin saja berhubungan dengan diagnosis
Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK). Pada umumnya wanita dengan tampilan
overweight atau obesitas mengalami kelainan berupa resistensi insulin atau
bahkan sindrom metabolik. Keberadaan ciri-ciri seksual sekunder normal
sebaiknya diamati.
c. Penilaian Ovulasi
Penentuan penyebab infertilitas merupakan kunci pengobatan karena hal
tersebut akan menghasilkan laju kehamilan kumulatif yang menyerupai laju
kehamilan pada wanita normal di usia yang sama. Sangatlah penting untuk
memastikan apakah ovulasi terjadi. Cara yang optimal untuk mengukur ovulasi
pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur adalah dengan
mengombinasikan serangkaian pemindaian ultrasound dan pengukuran
konsentrasi serum FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing
Hormone) pada fase folikular dan progesteron pada fase luteal.
d. Uji Pasca Senggama (UPS)
Merupakan cara pemeriksaan yang sederhana tetapi dapat member informasi tentang
interaksi antara sperma dengan getah serviks. UPS dilakukan 2 – 3 hari sebelum
perkiraan ovulasi dimana “spin barkeit” (getah serviks) mencapai 5 cm atau lebih 20
Pengambilan getah serviks dari kanalis endo-serviks dilakukan setelah 2-12 jam
senggama. Pemeriksaan dilakukan di bawah mikroskop. UPS dikatakan positif, bila
ditemukan paling sedikit 5 sperma perlapangan pandang besar (LPB), UPS
dapatmemberikan gambaran tentang kualitas sperma, fungsi getah serviks dan
keramahan getah serviks terhadap sperma.

F. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik yang terjadi pada pria dengan infertilitas:


1. Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
2. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
3. Riwayat infeksi genitorurinaria
4. Hipertiroidisme dan hipotiroid
5. Tumor hipofisis atau prolactinoma
6. Disfungsi ereksi berat
7. Ejakulasi retrograt
8. Hypo/epispadia
9. Mikropenis
10. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
11. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
12. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis)
13. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
14. Abnormalitas cairan semen

G. Anatomi Fisiologi

Organ reproduksi pria tidak terpisah dari saluran uretra dan sejajar dengan
kelamin luar, terletak di bagian ginjal, membentuk kelenjar reproduksi berisi sel benih,
dan membentuk struktur sekelilingnya. Organ reproduksi (traktus geitalis) berhubungan
dengan traktus urinarius tetapi tidak bersambung. Sebagian besar organ reproduksi pria
terletak di luar pelvis. Organ reproduksi laki-laki terdiri dari:
1. Kelenjar: Testis, vesika seminalis, kelenjar prostat, kelenjar bulbouretralis.
2. Duktus. Epididimis, duktus seminalis, uretra.
3. Bangun penyambung: Skrotum, fenikulus spermatikus, penis
Fungsi Reproduksi pada pria dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu spermatogenesis,
kegiatan seksual, dan pengaturan fungsi reproduksi.

1. Spermatogenesis
2. Kegiatan seksual
Pengaturan fungsi reproduksi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infertilitas adalah suatu keadaaan pasangan suami istri yang telah kawin satu
tahun atau lebih (WHO 2 tahun) dan telah melakukan hubungan seksual secara teratur
dan adekuat tanpa memakai kontrasepsi tapi tidak memperoleh kehamilan atau
keturunan. Infertilitas dapat disebabkan oleh berbagai hal yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada sperma sehingga tidak dapat berfungsi secara normal. Pencegahan yang
dilakukan dapat dilakukan berbagai upaya terapi hormon dan bantuan tekhnologi
bantuan untuk meningkatkan kualitas sperma pada pria.

B. Saran

Disarankan kepada perawat untuk dapat memahami dan mengaplikasikan


materi ini terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Terutama
dalam hal mendeteksi secara dini infertilitas pada pria. Berdasarkan tanda dan gejala
yang didapat, dengan demikian dapat memberikan jalan keluar yang terbaik bagi
pasien. Dengan sendirinya sebagai perawat kita sudah mengurangi tingkat infertilitas
khususnya pada pr
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, L., & Rahmanisa, S. (2019). Tinjauan Pustaka Evaluasi dan Manajemen Infertilitas
Pria. Jimki, 7(2), 105–114. https://bapin-ismki.e-
journal.id/jimki/article/download/84/42

Chamarelza, S. (2019). Infertilitas. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1, 29–

30. Moshinsky, M. (1959). Infertilitas. Nucl. Phys., 13(1), 104–116.

Rahmadiani, D. (2021). Ekstrak Pollen Kurma (Phoenix dactylifera L) Sebagai Terapi


Infertilitas Pada Pria. 10, 31–40.

Ryan, Cooper, & Tauer. (2013). Infertilitas. Paper Knowledge . Toward a Media History of
Documents, 12–26.

Utami, S. (2009). Etiologi Infertilitas pada Pria Akibat dari Mutasi DNA Mitokondria
(mtDNA). Jkm, 9(1), 85–94.

Anda mungkin juga menyukai