Di Susun Oleh :
1. Misfah Ardiansyah
2. Nahdia Hidayati
3. Siti Rukayah
4. Dewi Asnah
5. Erni Erawati
6. Khaerunnisa
7. Nurkomala Dewi Rahman
8. Nurasiah
9. Sri Wahyuni
10. Ulfah
11. Uyun Wulandari
12. Yuliansyah
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh wanita pada saat ini
adalah meningkatnya infeksi pada organ reproduksi, yang pada akhirnya
menyebabkan kanker. Salah satu kanker yang menyebabkan kematian nomor
dua pada wanita adalah kanker serviks. Rendahnya tentang deteksi dini atau
skrining kanker serviks merupakan salah satu alasan semakin berkembangnya
kanker serviks. Masih banyak wanita di Indonesia yang kurang mendapat
informasi dan pelayanan terhadap penyakit kanker serviks karena tingkat
ekonomi rendah dan tingkat pengetahuan wanita yang kurang (Bagus, 2009).
Dalam makalah ini tentu akan dibahas apakah sistem reproduksi itu,
organ – organ yang melakukan sistem reproduksi, dan apa saja penyakit yang
menyerang sistem reproduksi manusia, serta bagaimana cara menjaga
kesehatan sistem reproduksi kita agar terhindar dari penyakit penyakit pada
sistem reproduksi. Hal tersebut menjadi sangat penting karena dewasa ini
semakin banyak orang yang terkena pennyakit penyakit organ reproduksi.
1. Pengertian
IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara melakukan pulasan
asam asetat 3–5% pada serviks.
2. Manifestasi Klinis
Jika pada pulasan Asam Asetat 3–5% terjadi perubahan warna “aceto white
epithelial” pada serviks, dapat ditegakkan diagnosis adanya lesi prakanker.
3. Kriteria Diagnosis
Dari temuan pemeriksaan IVA, dapat dikategorikan:
·(Servisitis)
·IVA (+) mengindikasikan Lesi prakanker serviks
·Kanker.
4. Langkah Pemeriksaan
1) Cuka dapur/ asam asetat/ asam etanoat (mengandung asam asetat 20%)
2) Asam asetat untuk IVA (3 – 5%)
3) Untuk membuat asam asetat 5% dengan cara mengambil 1 bagian cuka
dapur + 4 bagian air
4) Untuk membuat asam asetat 3 % dengan cara mengambil 2 bagian cuka
dapur + 11 bagian air (Rasjidi, 2010)
h. Larutan iodium lugol
i. Larutan klorin 0,5% untuk dekomentasi instrument dan sarung tangan
13. Membantu ibu untuk tidur dalam posisi litotomi pada ujung tempat
tidur ( meja gynekologi di fasilitas kesehatan)
17 Hidupkan lampu sorot / senter kepala dan atur hingga tepat pada
vagina ibu
18 Memakai handscoon
25. Ambil lidi wotten dan celupkan ke dalam asam asetat 3-5
32. Cuci handscoon dan lepas secara terbalik dalam larutan klorin
-Perawat terlatih
-Bidan
-Dokter Umum
-Dokter Spesialis.
7. Terapi
Pada pendekatan See and Treat, setelah diidentifikasi adanya kelainan lesi
prakanker serviks, maka dilakukan terapi dengan krioterapi, jika memenuhi
kondisi yang disyaratkan (a.l. lesi tidak lebih dari 75% permukaan serviks, lesi
tidak melebar ke vagina).
8. Perawatan
Setelah pemeriksaan IVA tidak perlu ada perawatan khusus. Namun setelah
terapi dengan krioterapi, perlu pengamatan oleh pasien sendiri terhadap
keluarnya cairan dari vagina yang berlebih.
Karena disyaratkan penilaian IVA dapat dilakukan pada serviks yang dapat
diidentifikasi SSK (Sambungan Skuamo Kolumnar)-nya, maka IVA kurang
memadai jika dilakukan pada usia post menopause.
Lama training adalah 5 hari (2 hari teori dan 3 hari training di klinik/lapangan),
serta dilanjutkan dengan supervisi ketat hingga mencapai tahap kompeten.
Ada dua belas hal yang terkait dengan hak reproduksi dan seksual, yaitu:
1. Hak untuk hidup, yaitu setiap wanita mempunyai hak untuk bebas dari
resiko kematian karena kehamilan.
2. Hak atas kemerdekaan dan keamanan, yaitu setiap individu berhak
untuk menikmati dan mengatur kehidupan seksual dan reproduksinya
dan tak seorangpun dapat dipaksa untuk hamil, menjalani sterilisasi
dan aborsi.
3. Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi, aitu
setiap individu mempunyai hak untuk bebas dari segala bentuk
diskriminasi termasuk kehidupan seksual dan reproduksinya.
4. Hak atas kerahasiaan pribadi, yaitu setiap individu mempunyai hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi
dengan menghormati kerahasiaan Pribadi.
5. Hak atas kebebasan berpikir, yaitu setiap individu bebas dari
penafsiran ajaran agama yang sempit, kepercayaan, filosofi dan
tradisi yang membatasi kemerdekaan berpikir tentang pelayanan
kesehatan reproduksi dan seksual.
6. Hak mendapatkan informasi dan pendidikan, yaitu setiap individu
mempunyai hak atas informasi dan pendidikan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi dan seksual termasuk jaminan
kesehatan dan kesejahteraan perorangan maupun keluarga.
7. Hak untuk menikah atau tidak menikah serta membentuk dan
merencanakan keluarga.
8. Hak untuk memutuskan mempunyai anak atau tidak dan kapan
mempunyai anak.
9. Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan , yaitu setiap
individu mempunyai hak atas pelayanan informasi, keterjangkauan,
pilihan, keamanan, kerahasiaan, kepercayaan, harga diri,
kenyamanan dan kesinambungan pelayanan.
10. Hak mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan, yaitu
setiap individu untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi
dengan teknologi mutakhir yang aman dan dapat diterima.
11. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik, yaitu
setiap individu mempunyai hak untuk mendesak pemerintah agar
memprioritaskan kebijakan yang berkaitan dengan hak-hak
kesehatan seksual dan reproduksi.
12. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk, termasuk
hak-hak perlindungan anak dari eksploitasi dan penganiayaan
seksual, setiap individu mempunyai hak untuk dilindungi dari
perkosaan, kekerasan, penyiksaan dan pelecehan seksual.
Dari dua belas informasi hak reproduksi dan seksual diatas perlu
adanya perhatian bahwa setiap individu harus mampu mengenal dan
memahami informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi dan
seksual, hal ini banyak pula menyangkut seputar cara merawat organ
reproduksi secara komprehensif:
a. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari.
b. Membersihkan setelah buang air (kencing) dengan
menggunakan air bersih.
c. Anjuran untuk merapikan rambut kemaluan. Hindari
penggunaan celana dalam yang terlalu ketat agar organ
reproduksi tidak terlalu lembab atau basah.
d. Menjaga pola hidup sehat dengan olah raga, makan
makanan yang sehat, hindari perilaku merokok dan
sebagainya.
e. Menjaga perilaku seksual yang sehat.
b. Pengenalan Kontrasepsi
Ada banyak pilihan dalam menggunakan kontrasepsi, yaitu dengan
menggunakan alat atau tanpa alat. Namun sebelum memutuskan
penggunaan kontrasesi terlebih dahulu meminta bimbingan dan konsultasi
kepada konselor atau petugas medis.
Ada beberapa cara penggunaan kontrasepsi, seperti cara sederhana, cara
Non hormonal, Hormonal, dan cara operasi.
1. Cara Sederhana :
a. Pantang berkala atau Metode kalender, adalah pencegahan
kehamilan dengan cara tidak melakukan hubungan seks pada saat
wanita dalam masa subur. Untuk mengikuti metode ini wanita harus
mempunyai siklus haid cukup teratur. Permasalahannya tidak
semua wanita mengetahui kapan masa suburnya, tidak semua
wanita mendapat siklus haid yang teratur, bahkan tidak semua
pasangan dapat mentaati tidak melakukan sanggama pada saat
masa subur, kegagalan biasanya terjadi karena kesalahan
penghitungan masa subur.
b. Amenore Laktasi, cara ini bersifat sementara selama enam bulan
pertama setelah persalinan, yang memanfaatkan ketidaksuburan
alamiah karena proses pemberian ASI. Disini kadar prolaktin tinggi
dan menetap selama proses menyusui dapat menekan produksi
hormone-hormon yang mempengaruhi menstruasi dan ovulasi.
c. Kondom, adalah sarung karet tipis berbentuk silinder yang dipakai
pada penis pria saat berhubungan seksual. Penggunaan kondom
yang benar biasanya disertakan pada kemasan kondom, yaitu
dipakai setelah penis ereksi dan penis harus segera ditarik dari
vagina setelah ejakulasi untuk menghindari cairan sperma tumpah
di dalam vagina. Selain dapat menghindari kehamilan, kondom juga
merupakan alat untuk menghindari penularan HIV dan beberapa
IMF lain seperti GO dan sifilis. Saat ini juga sudah tersedia kondom
untuk wanita (female condom), namun masih jarang yang
memakainya.
2. Cara Non Hormonal
a. IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi dalam rahim
terbuat dari bahan semacam plastik dan ada bagian yang dililit
tembaga dan bentuknnya seperti huruf T(cooper T, mirena,
multiload). Sebelum dipasang wanita akan diperiksa dulu untuk
memastikan kecocokan.
3. Cara Hormonal
a. Pil KB
diminum oleh wanita setiap hari. Pil ini terbuat dari hormon yang
mempunyai kesamaan hormone yang terdapat pada tubuh wanita
yaitu estrogen dan progesteron. Ada Pil mini dan Pil kombinasi. Pil
mini hanya mengandung hormon progesterone berfungsi merubah
sifat lendir yang dihasilkan leher rahim sehingga mencegah
pembuahan, sedang Pil kombinasi bekerja mencegah keluarnya sel
telur dari indung telur.
b. Suntik KB
adalah suatu cairan berisi hormon progesterone yang dapat
mencegah kehamilan dalam jangka waktu tertentu (1-3 bulan).
Dalam hal fungsi sama halnya dengan penggunaan Pil KB.
c. Susuk KB
adalah kapsul yang berbentuk batang kecil yang dipasang pada
wanita yaitu dibawah kulit lengan kiri dengan melakukan operasi
kecil. Susuk bekerja setelah 24 jam pemasangan dan memberikan
manfaat mencegah kehamilan selama tiga tahun. Susuk dipasang
dokter atau tenaga medis saat haid atau setelah nifas.
4. Cara Oprasi
a. Vasektomi dan Tubektomi
Vasektomi merupakan tindakan operasi kecil pada pria dengan
cara menutup saluran sperma (bisa dengan atau tanpa pisau) di
sebelah kiri dan kanan kantung zakar. Setelah vasektomi pria
masih bisa berhubungan seks, air mani tetap dapat keluar tetapi
sudah tidak mengandung sperma, sperma yang tidak keluar akan
diserap kembali oleh tubuh tanpa menimbulkan penyakit.
Vasektomi juga sering disebut kontrasepsi mantap, dilakukan
pasangan yang sudah tidak menginginkan anak lagi karena jumlah
anak sudah cukup, pasangan yang istrinya sudah sering
melahirkan, penyakit yang membahayakan pasangan, atau sebab
gagal KB dengan cara lain, yang kemudian memutuskan den gan
cara medis operasi pria.
Tubektomi merupakan tindakan operasi wanita pada saluran
telur dengan memotong atau mengikat saluran yang membawa sel
telur ke rahim. Setelah di operasi sel telur yang keluar akan diserap
tubuh tanpa efek penyakit apapun. Tubektomi tidak mengganggu
kelancaran ASI, jarang terjadi efek samping ataupun kegagalan,
dan terlebih tidak mengganggu gairah seksual.
Dari metode kontrasepsi diatas masih ada lagi yang disebut alat
kontrasepsi darurat (Emergency Contraception) dalam bentuk Pil
yang bernama after morning pil. Cara ini digunakan pada wanita
yang melakukan hubungan seksual yang tidak terlindungi, misalnya
karena terjadi kekerasan seksual.
Pasien Umum :
1. Persyaratan Kartu identitas (KTP/KK), Kartu Berobat.
Pasien BPJS:
Kartu BPJS, Kartu Identitas (KTP/KK), Kartu Berobat
Pasien Umum :
Sesuai PERDA No. 8 Tahun 2012
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkannpenerapan asuhan kebidanan kemprehensif pada wanita
dimasa reproduksi dapat disimpulakn sebagai berikut :
a. Asuhan kebidanan dari hasil pengkajian sebelum diberi peyuluhan
kesehatan reproduksi pada wanita, sasaran belum mengetahui banyak
tentang pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi wanita dan
timbulnya penyakit yang terjadi jika kurang menjaga organ reproduksi
dengan baik dan benar serta tidak mengetahui adanya pemeriksaan
kesehatan reproduksi.
b. Asuhan kebidanan dari hasil pengkajian sesudah diberikan peyuluhan
kesehatan reproduksi pada wanita, sasaran dapat memahami dan
mengetahui tentang pentingnya menjaga kesehatan organ reproduksi
wanita dan mengetahui bahaya penyakit pada organ reproduksi wanita
dan mengetahui pemeriksaan kesehatan reproduksi secara rutin melalui,
pemeriksaan IVA dan Papsmear.
c. Bidan mampu melakukan asuhan kebidanan secara konvensional,
komplementer dan tradisional kearifan lokal pada pada wanita di masa
reproduksi.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas:
1. Di harapkan dapat memberikan informasi dan penyuluhan serta aktif di dalam
memberikan penyuluhan dan pendidikan secara tepat dan akurat tentang
kesehatan reproduksi/ KB sehingga sasaran mampu memahami tenang
pentingnya kesehatan Reproduksi Wanita.
2. Dalam usaha – usaha meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi/KB perlu adanya peran serta pihak pendamping, keluarga,
pasangan dan serta orangtua bagi remaja.
3. Bidan diharapkan dapat memberikan asuhan kabidanan sesuai standar
serta wewenang dan dapat meningkatkan deteksi dini komplikasi sehingga
mencegah masalah maupun komplikasi pada masa kesehatan reproduksi
wanit
DAFTAR PUSTAKA