Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pencapaian pelayanan yang berpusat pada wanita membutuhkan suatu
komitmen dari setiap orang yang peduli, tidak hanya mereka yang mengatur
penggunaan sumber-sumber mereka yang bertindak sebagai pemberi asuhan
(dokter, bidan dan lainnya), tetapi juga mereka yang menggunakan pelayanan
dan mereka yang memperoleh pelayanan.
Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, perhatian pada wanita tentang
jenis pelayanan yang didapat telah menjadi momentum yang ditunggu-tunggu
sejak tahun 1960-an. Organisasi dan pola asuhan telah menjadi lebih kompleks
dan layanan menjadi lebih terkotak-kotak dengan banyak perselihan tentang
siapa yang mengatur kelahiran bayi, dan dimana tempatnya.
Kritikan dari sebagian wanita yang menggunakan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan bahwa kebutuhan mereka tidak terpenuhi ditambah fakta
bahwa sudah lebih dari satu dekade sejak penyelidikan terdahulu tentang layanan
kesehatan reproduksi perempuan menyebabkan Health Select Committee
pemerintah melakukan penelitian utama pada bulan januari 1991. Laporan hasil
penelitian tersebut dipublikasikan pada bulan februari 1992 salah satu
kesimpulan utamanya adalah bahwa wanita dan bayinya harus menjadi pusat
asuhan dan bahwa layanan maternitas harus tersedia disekitar mereka. Para bidan
memiliki kekuatan untuk membantu memperbaiki pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan, untuk menjadikannya sebagai suatu pelayanan yang
berpusat pada wanita. Inti kebidanan adalah konsep asuhan sehingga para bidan
harus lebih peka terhadap tanggung jawab mereka pada wanita yang mereka
asuh.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Women Center Care?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengruhi akses perempuan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan?
3. Bagimana prisip-prinsip Women Center Care?
4. Bagaimana bentuk-bentuk Women Center Care?
5. Bagaimana penerapan Women Center Care?
6. Bagaimana contoh kasus yang berkaitan dengan Women Center Care?

C. TUJUAN
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian Women Center Care
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengruhi akses
perempuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui prisip-prinsip Women Center Care
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui bentuk-bentuk Women Center Care
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui penerapan Women Center Care
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui contoh kasus yang berkaitan dengan
Women Center Care

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Woman Center Care adalah asuhan yang berorientasi pada perempuan.
Dalam hal ini bidan difokuskan memberikan dukungan pada perempuan dalam
upaya memperoleh status yang sama di masyarakat untuk memilih dan
memutuskan perawatan kesehatan dirinya.
Dalam kebidanan terpusat pada ibu atau wanita adalah suatu konsep yang
mencakup hal-hal yang lebih memfokuskan pada kebutuhan, harapan, dan
aspirasi masing-masing wanita dengan memperhatikan lingkungan sosialnya dari
pada kebutuhan institusi atau profesi terkait.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi akses perempuan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan:
a. Kebutuhan (need)
Kebutuhan kesehatan perempuan lebih luas dari pria. Perempuan
membutuhkan pelayanan kesehatan ketika mereka mengusahakan untuk
mencegah kehamilan, pemeriksaan kehamilan, dan untuk persalinan. Pada
alat genetalia perempuan juga mudah terkena masalah kesehatan reproduksi
dari pada pria. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan menunujukkan
informasi yang jelas dan konsisten agar dapat berorientasi pada situasi yang
terjadi pada dirinya (Aticeh, 2014).
b. Perizinan (permission)
Merupakan faktor sosial yang menentukan perempuan dapat mencari
pelayanan kesehatan di luar rumahnya. Oleh karena adanya sosial budaya,
perempuan mengharuskannya meminta izin suami atau anggota keluarga
yang lebih tua sebelum mencari pelayanan kesehatan.

c. Kemampuan (ability)
Faktor ekonomi, yaitu ketidakmampuan perempuan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, dikarenakan perempuan merasa malu untuk
mendiskusikan tentang masalah kesehatan reproduksi dengan suami
sehingga masalah kesehatan lambat ditangani.
d. Tersedianya pelayanan kesehatan untuk perempuan (availability)
Masih sedikitnya dokter perempuan, karena pada umumnya perempuan
merasa malu untuk memeriksakan dirinya pada dokter pria. Oleh karena itu,
penting memberikan pelayanan kesehatan yang spesifik untuk perempuan
pada semua level. Profesi yang paling dekata adalah bidan. Salah satu peran
bidan adalah memberikan dukungan pada perempuan dan keluarga, dalam
meningkatkan hubungan sosial selama kehamilan, persalinan, dan nifas,
sehingga meningkatkan kepercayaan diri perempuan terhadap bayinya.
3. Prinsip-prinsip Women Center Care
a. Memastikan perempuan menjadi mitra yang sejajar dalam perencanaan dan
pemberian perawatan maternitas.
b. Mengenali layanan yang ada untuk memenuhi kebutuhan mereka dan
keinginan dari pada orang-orang staf atau manajer.
c. Memberikan informasi pilihan perempuan dalam hal pilihan yang tersedia
selama kehamilan, persalinan dan periode pascanatal.
d. Memberikan kesinambungan perempuan sehingga mereka mampu
membentuk hubungan saling percaya dengan orang-orang yang peduli pada
mereka.
e. Memberikan kontrol perempuan atas keputusan-keputusan kunci yang
mempengaruhi isi dan kemajuan perawatan mereka.
4. Bentuk-bentuk Women Center Caremenurut WHO
a. Safe motherhood tahun 1988 dengan digalakannnya standar pelayanan
kebidanan yang dikuti program lainnya yang berkesinambungan

1) Pengertian
Safe motherhood adalah kemampuan wanita untuk dapat hamil dan
melahirkan secara aman dan sehat. Awal dari program ini adalah sebuah
usaha menyeluruh yang bertujuan untuk mengurangi angka kematian dan
kesakitan pada wanita dan bayi khususnya di negara berkembang.
Program ini dimulai pada tahun 1987. Indonesia termasuk Negara
berkembang dan memiliki permasalahn besar berkaitan dengan kematian
maternal. Menurut laporan WHO dan Bank Dunia pada tahun 1997,
wanita Indonesia memiliki resiko tinggi pada kematian maternal yaitu
450 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Banyak faktor yang
mempengaruhi, faktor-faktor tersebut dapat dibagi kedalam 4 jenis yaitu:
a) Kondisi fisiologis wanita
b) Kondisi tenaga kesehatan
c) Kondisi lingkungan
d) Perilaku wanita
Maine dan Rosenfield (1999) melaporkan bahwa alasan penting kurang
berhasilnya mengurangi strategi yang jelas dalam mengurangi Safe
Motherhood. Mereka menyatakan bahwa perawatan gawat darurat
obstetrik merupakan hal yang sangat penting dalam mengurangi
kematian ibu (M. Sih Setija Utami, 2003). Tahun 1998 dengan
digalakkannya standar pelayanan kebidanan yang diikuti program
lainnya yang berkesinambungan.
2) Program
Konsep safe motherhood memiliki enam pilar utama, yaitu:
a) Keluarga Berencana
Memastikan bahwa baik individu maupun pasangan memiliki akses
terhadap informasi, dan layanan keluarga berencana untuk
merencanakan waktu, jumlah, dan jarak kehamilan.

b) Perawatan Antenatal
Menyediakan vitamin, imunisasi, dan memantau faktor-faktor resiko
yang dapat menyebabkan komplikasi kehamilan; serta memastikan
bahwa segala bentuk komplikasi dapat terdeteksi secara dini, dan
ditangani dengan baik.
c) Perawatan Persalinan
Memastikan bahwa tenaga kesehatan yang terlibat dalam proses
persalinan memiliki pengetahuan, kemampuan, dan alat-alat
kesehatan untuk mendukung persalinan yang aman; serta menjamin
ketersediaan perawatan darurat bagi perempuan yang membutuhkan,
terkait kasus-kasus kehamilan beresiko dan komplikasi kehamilan.
d) Perawatan Postnatal
Memastikan bahwa perawatan pasca-persalinan diberikan kepada ibu
dan bayi, seperti bantuan terkait cara menyusui, layanan KB, serta
mengamati tanda-tanda bahaya yang terlihat pada ibu dan bayi.
e) Perawatan Post-aborsi
Mencegah terjadinya komplikasi, memastikan bahwa komplikasi
aborsi terdeteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, membahas
tentang permasalahan kesehatan reproduksi lain yang dialami oleh
pasien, serta memberikan layanan KB jika dibutuhkan.
f) Kontrol Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan AIDS
Mendeteksi, mencegah, dan mengendalikan penularan IMS, HIV dan
AIDS kepada bayi; menghitung resiko infeksi di masa yang akan
datang; menyediakan fasilitas konseling dan tes IMS, HIV dan AIDS
untuk mendorong upaya pencegahan; dan jika memungkinkan
memperluas upaya kontrol pada kasus-kasus transmisi IMS, HIV dan
AIDS dari ibu ke bayinya.
The Safe Motherhood Initiative inilah yang kemudian digunakan sebagai
basis Program Gerakan Sayang Ibu, atau yang biasa disebut sebagai
Program GSI.
b. The mother friendly movement tahun 1996 yang diterjemahkan sebagai
gerakan sayang ibu
1) Pengertian
Gerakan sayang ibu merupakan gerakan percepatan penurunan angka
kematian ibu yang dilakukan bersama-sama oleh pemerintah dan
masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan kesadaran dan
kepedulian dalam upaya integral dan sinergis.
2) Prinsip Asuhan
a) Intervensi minimal
b) Komprehensif
c) Sesuai kebutuhan
d) Sesuai dengan standar, wewenang, otonomi dan kompetensi
provider
e) Dilakukan secara komplek oleh team kerja
f) Asuhan sayang ibu
g) Filosofi bahwa proses persalinan, menstruasi, menopause adalah
normal
h) Memberikan informed consent
i) Aman, nyaman, logis dan berkualitas
3) Program
Progamnya adalah gerakan asuhan sayang ibu yang dioperasionalkan di
kecamatan dan desa / kelurahan. Dalam pelaksanaannya GSI
mempromosikan kegiatan yang berkaitan dengan kecamatan sayang ibu
dan rumah sakit sayang ibu untuk mencegah tiga keterlambatan yaitu:
a) Keterlambatan di tingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya
dan membuat keputusan untuk segera mencari pertolongan.
b) Keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
c) Keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapat
pertolongan yang dibutuhkan.
4) Kegiatan
Ruang lingkup GSI meliputi advokasi dan mobilisasi sosial.
c. Live saving skill
Live Saving Skill (LSS) manual dan program pelatihan mengatasi penyebab
utama kematian ibu dan bayi.
Ada 10 modul yang harus diperhatikan:
1) Pengenalan kematian ibu
2) Perawatan antenatal yang berkualitas
3) Memantau kemajuan persalinan
4) Episiotomi dan perbaikan luka
5) Pencegahan dan pengobatan perdarahan
6) Resusitasi (dewasa dan bayi)
7) Pencegahan dan pengolahan sepsis
8) Hidrasi dan rehidrasi
9) Vakum ekstraksi
10) Darurat lainnya (tenaga kerja dan masalah pengiriman, perawatan post
abortus, symphysiotomy)
Program berbasis kompetensi berkonsentrasi pada perolehan keterampilan
kebidanan maju dan proses pemecahan masalah. Keterampilan dipecah
menjadi langkah-langkah berurutan dan menguasai dengan menggunakan
daftar keterampilan. Checklist keterampilan diberikan dalam sebuah buku
catatan kecil yang terpisah yang disebut panduan klinis untuk mudah
digunakan sebagai acuan dalam pengaturan klinis dan untuk tujuan pelatihan
dan supervisi. Program ini telah dikembangkan sebagai sumber daya
pendidikan berkelanjutan untuk melatih bidan dan dapat disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan lokal dan standar praktik.
d. Komunikasi interpersonal dan konseling (KIP-K)
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal,
teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk
membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang
dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah
tersebut. (Saefudin, Abdul Bari : 2002)
Fungsi Konseling Kebidanan :
1) Pencegahan : mencegah timbulnya masalah kesehatan.
2) Penyesuaian : membantu klien mengalami perubahan biologis,
psikologis, kultural dan lingkungan .
3) Perbaikan : perbaikan terjadi bila ada penyimpangan perilaku klien
4) Pengembangan : meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta
peningkatan derajat kesehatan.
Hasil Pelayanan Konseling Kebidanan :
Harapan bidan setelah dilaksanakan konseling adalah kemandirian klien
dalam :
1) Peningkatan kemampuan klien dalam mengenali masalah,
merumuskan pemecahan masalah, menilai hasil tindakan dengan tepat.
2) Klien mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah kesehatan
3) Klien merasa percaya diri dalam menghadapi masalah.
4) Munculnya kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan.
e. Asuhan persalinan dasar (APD) yang kemudian berkembang menjadi asuhan
persalinan normal (APN).
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi
minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga
pada tingkat yang optimal. Dengan demikian penolong persalinan dapat
memberikan asuhan yang mengacu pada upaya-upaya pencegahan yang
dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi ibu dan bayi baru lahir
selama persalinan, pasca persalinan dan masa nifas dini.
Ada lima aspek dasar atau lima benang dasar yang penting dan saling
terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek
tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis.
Lima benang merah tersebut adalah:
1) Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir.
2) Asuhan sayang ibu dan bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar
asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa banyak ibu di Indonesia yang masih tidak mau
meminta pertolongan tenaga penolong persalinan terlatih untuk
memberikan asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Sebagian dari
mereka memberi alasan bahwa penolong persalinan terlatih tidak benar-
benar memperhatikan kebutuhan atau kebudayaan, tradisi dan keinginan
pribadi para ibu dalam persalinan dan kelahiran bayinya. Alasan lain
yang juga berpengaruh adalah bahwa sebagian besar fasilitas
kesehatan memiliki peraturan dan prosedur kurang bersahabat dan
menakutkan bagi ibu.
Peraturan dan prosedur tersebut termasuk, tidak memperkenankan ibu
untuk berjalan-jalan selama proses persalinan, tidak mengizinkan anggota
keluarga menemani ibu, membatasi ibu hanya pada posisi tertentu selama
persalinan dan kelahiran bayi dan memisahkan ibu dari bayi segera
setelah bayi dilahirkan.
3) Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan;
a) Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
b) Menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti
Hepatitis dan HIV / AIDS.
4) Pencatatan (rekam medis)
Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik
karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus menerus
memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan
kelairan bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisis
data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam
merumuskan suatu diagnosis serta membuat rencana asuhan atau
perawatan bagi ibu dan bayinya.
5) Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan
rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian
besar ibu menjalani persalinan normal, namun sekitar 10-15% di
antaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan
kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas rujukan. Sangatlah sulit
untuk menduga kapan penyulit akan terjadi, sehingga kesiapan untuk
merujuk ibu dan / atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara
optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi.
f. Making pregnancy safer tahun 2000
Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman sebagai strategi pembangunan
kesehatan masyrakat menuju Indonesia Sehat 2010
1) Pengertian
MPS adalah gerakan nasional dalam mewujudkan kehamilan yang aman
sebagai strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju indonesia
Sehat 2010 dengan melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia
dengan mengurangi kesakitan, kecacatan dan kematian yang
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak
perlu terjadi.
2) Program
a) Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir berkualitas dan efektif berdasar bukti.
b) Membangun pemikiran yang efektif
c) Mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga
d) Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan
dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
e) Menjamin adanya pertolongan pertama obstetric sesuai standar
nasional, maupun pedoman klinis dan rujukan pada semua polindes
dan puskesmas tanpa tempat tidur
f) Menjamin semua desa terpencil punya polindes dan tenaga bidan
g) Menyediakan bahan-bahan dan obat-obatan esensial, peralatan dan
transportasi untuk pelayanan efektif.
h) Menyediakan pelayanan ANC sesuai standar nasional dan pedoman
klinik.
i) Memberikan pelayanan selama persalinan sesuai standar nasional
dan pedoman klinis yang dianjutkan dengan pendokumentasian.
j) Menjamin pencegahan dan penanggulangan infeksi
k) Mendeteksi dan mengelola masalah kehamilan sesuai standar
nasional dan pedoman khusus.
l) Menetapkan peran dukun bayi untuk mendukung kerja bidan.
m) Bekerja sama dengan GSI untuk melibatkan dukun bayi, kader dan
PKK untuk menjamin bantuan pelayanan kebidanan pada ibu.
n) Melakukan konseling pada semua ibu tentang KB sesuai standar
nasional dan pedoman klinis.
3) Pesan Kunci MPS
Kompleknya masalah kematian ibu memerlukan strategi kesehatan yang
memastikan bahwa:
a) Setiap persalinan harus diinginkan
b) Setiap persalinan dilayani oleh tenaga kesehatan terlatih
c) Setiap komplikasi memperoleh pertolongan yang adekuat.
g. IBI mengeluarkan standar asuhan kebidanan dan usulan peningkatan
pendidikan bidan dari DI, DIII, DIV.
Pendidikan berkelanjutan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, hubungan antar manusia dan moral bidan sesuai dengan
sesuai dengan kebutuhan pekerjaan/pelayanan dan standar yang telah
ditentukan oleh konsil melalui pendidikan formal dan non formal
1) Visi
Pada tahun 2010 seluruh bidan telah menerapkan pelayanan yang sesuai
standar praktek bidan internasional dan dasar pendidikan minimal DIII
Kebidanan.
2) Misi
Untuk mencapai visi pendidikan berkelanjutan, misalnya adalah :
a) Mengembangkan pendidikan berkelanjutan berbentuk “system”.
b) Membentuk unit pendidikan berkelanjutan bidan ditingkat pusat,
propinsi/daerah dan kabupaten/cabang
c) Membentuk tim pelaksana pendidikan berkelanjutan
d) Mengadakan jaringan /kerjasama dengan pihak terkait
3) Tujuan
Pendidikan berkelanjutan bertujuan :
a) Pemenuhan standar
Dalam hal ini adalah standar kemampuan yang telah ditentukan oleh
konsil kebidanan untuk dilakukan registrasi/legislasi untuk
mendapatkan praktek bidan
b) Meningkatkan produktivitas kerja
Produktivitas kerja akan meningkat , kualitas dan kwantitasnya akan
semakin baik, karena technical skill bidan akan meningkat
c) Meningkatkan pemahaman terhadap etika profesi
Dengan meningkakan pemahaman etika profesi bidan akan
memberikan pelayanan sesuai dengan keahlian dan ketrampilan.
d) Meningkatkan karier
Peningkatan karier akan semakin besar, karena keahlian ketrampilan
dan prestasi kerjanya akan semakin meningkat
e) Meningkatkan kepemimpinan
Kepemimpinan bidan sebagai seorang menejer akan lebih baik,
melalui peningkatan hubungan antar manusia, motivasi kearah
kerjasama vertikal dan horizontal serta semakin cakap dalam
pengambilan keputusan
f) Meningkatkan kepuasan konsumen
Dengan lebih baiknya mutu pelayanan bidan, kepuasan konsumen
akan meningkat. Perkembangan pendidikan bidan berjalan
seiring/berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan
untuk menjawab tuntutan serta kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kebidanan yang dimaksud dalam pendidikan ini adalah pendidikan
formal dan informal.
h. Kegiatan program KIA di puskesmas
Program pelayanan kesehatan ibu meliputi:
1) Pendataan sasaran
2) Pemeriksaan ANC
3) Kunjungan rumah pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas dengan
resiko tinggi
4) Penanganan komplikasi obstetri
5) P4K
6) Kunjungan nifas
7) Pembinaan kelas ibu hamil
8) Imunisasi TT
9) Pemberian vitamin A pada ibu nifas
10) Konseling ASI Ekslusif
11) Pemberian FE pada ibu hamil
12) PWS KIA
13) Lintas program
5. Penerapan Women Center Care
Untuk dapat memberikan Care atau Asuhan yang baik terhadap wanita, bidan
harus menerapkan hal-hal berikut ini :
a. Lakukan Intervensi Minimal
b. Memberikan asuhan yang komprehensif
c. Memberikan asuhan yang sesuai kebutuhan
d. Melakukan segala tindakan yang Sesuai dengan standar, wewenang,
otonomi dan kompetensi
e. Memberikan Informed Content
f. Memberikan asuhan yang Aman, nyaman, logis dan berkualitas
g. Menerapkan Asuhan Sayang Ibu
6. Contoh kasus
Tindakan episiotomi saat persalinan merupakan tindakan yang sering
dilakukan oleh penolong persalinan atau habitualis. Episiotomi menjadi
tindakan rutin pada setiap wanita yang melahirkan pada jaman dahulu untuk
memperluas jalan lahir, tetapi tindakan ini sudah tidak diberlakukan sebagai
tindakan rutin setelah diperbaharuinya asuhan persalinan normal, bahkan pada
wanita yang pertama kali melahirkan. Episiotomi dilakukan apabila ada
indikasi medis untuk memperluas jalan lahir, misalkan karena perinium yang
kurang elastis.
Bidan HR yang merupakan bidan desa di sebuah desa wilayah
kabupaten T merupakan bidan desa senior yang ramai dikunjungi ibu hamil,
bersalin, nifas, atau pasien-pasien lainnya. Bidan HR masih menggunakan
rutinitas lama dalam menolong persalinan, yaitu melakukan episiotomi pada
setiap ibu yang bersalin di kliniknya.
Selain rutin melakukan episiotomi pada ibu bersalin, bidan HR juga
tidak mengizinkan keluarga kliennya untuk mendampingi saat persalinan
karena bidan HR beranggapan bahwa klien yang didampingi keluarganya
akan bersikap manja dan keluarga akan mengganggu jalannya proses
persalinan. Jika ada permasalahan dalam proses persalinan yang memerlukan
rujukan, maka bidan HR akan mengambil keputusan sendiri akan merujuk
kliennya ke RS mana dengan dokter yang ia pilih tanpa melibatkan klien dan
keluarganya dalam mengambil keputusan karena bila meminta persetujuan
keluarga akan memakan waktu yang lama.
Seperti kejadian yang baru saja terjadi di klinik bidan HR. Ny. K datang
bersama suami dan ibu mertuanya untuk bersalin di klinik bidan HR. Ini
adalah persalinan pertama Ny. K setelah menikah 1 tahun dengan Tn. B. Ny.
K datang ke klinik sudah dengan pembukaan jalan lahir yang sudah lengkap.
Ny. K langsung dipersilahkan masuk kamar bersalin sendiri, suami dan ibu
mertuanya tidak diperbolehkan mendampingi saat proses persalinan. Bidan
HR yang rutin melakukan episiotomi, tanpa ragu lagi dilakukan episiotomi
pada Ny. K setelah terjadi crowning agar persalinan berjalan cepat karena
bidan HR sudah ada rencana berkumpul dengan teman-temannya. Ternyata
persalinan berjalan cepat seperti yang bidan HR perkirakan. Bayi laki-laki
lahir sehat dan langsung menangis sesaat setelah dibantu kelahirannya. Lalu
bayi tersebut langsung diberikan perawatan neonatal oleh asisten bidan HR,
sedangkan bidan HR membantu melahirkan plasenta.
Untuk mempercepat keluarnya plasenta, bidan HR yang terburu-buru,
langsung melakukan peregangan tali pusat terkendali setelah menyuntikkan
oksitosin di paha luar ibu dan juga menekan-nekan perut ibu agar plasenta
cepat terlepas. Namun, yang terjadi adalah plasenta tidak segera lahir hingga
lebih dari 30 menit, maka bidan HR langsung memutuskan untuk merujuk
klien ke RS Bina Husada tanpa terlebih dahulu meminta persetujuan klien
dan keluarga. Suami dan ibu mertua Ny. K cuma bisa menurut pada keputusan
bidan HR untuk merujuk ke RS Bina Husada walau sebenarnya mereka agak
keberatan karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit swasta.

ANALISIS KASUS
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Sehingga saat penting sekali
diperhatikan pada saat seorang ibu akan bersalin. Dalam asuhan sayang ibu,
seorang ibu bersalin diperbolehkan makan dan minum apa saja yang ibu
inginkan dan didampingi oleh suami atau keluarga yang ibu kehendaki
selama proses persalinan. Tidak seperti yang dilakukan oleh bidan HR yng
tidak memperbolehkan kliennya didampingi suami atau keluarga selama
proses persalinan. Karena berdasarkan penelitian keuntungan hadirnya
seorang pendemping pada proses persalinan adalah :
a. Pendamping persalinan dapat meberikan dukungan baik secara emosional
maupun fisik kepada ibu selama proses persalinan.
b. Kehadiran suami juga merupakan dukungan moral karena pada saat ini
ibu sedang mengalami stress yang sangat berat tapi dengan kehadiran
suami ibu dapat merasa sedikit rileks karena merasa ia tidak perlu
menghadapi ini semua seorang diri.
c. Pendamping persalinan juga dapat ikut terlibat langsung dalam
memberikan asuhan misalnya ikut membantu ibu dalam mengubah posisi
sesuai dengan tingkat kenyamanannya masing – masing, membantu
memberikan makan dan minum.
d. Pendamping persalinan juga dapat menjadi sumber pemberi semangat dan
dorongan kepada ibu selama proses persalinan sampai dengan kelahiran
bayi.
e. Dengan adanya pendamping persalinan ibu merasa lebih aman dan
nyaman karena merasa lebih diperhatikan oleh orang yang mereka
sayangi.
f. Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama persalinan akan
mengalami waktu persalinan yang lebih singkat, intervensi yang lebih
sedikit, sehingga hasil persalinan akan lebih baik.
Episiotomi sebagai tindakan rutinatis dalam menolong persalinan tidak sesuai
dengan evidenced based midwifery karena berdasarkan penelitian tindakan
rutin ini tidak boleh dilakukan secara rutin pada proses persalinan karena :
a. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan karena episiotomi yang
dilakukan terlalu dini, yaitu pada saat kepala janin belum menekan
perineum akan mengakibatkan perdarahan yang banyak bagi ibu. Ini
merupakan “perdarahan yang tidak perlu”.
b. Episiotomi dapat menjadi pemacu terjadinya infeksi pada ibu. Karena
luka episiotomi dapat menjadi pemicu terjadinya infeksi, apalagi jika
status gizi dan kesehatan ibu kurang baik.
c. Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat pada ibu.
d. Episiotomi dapat menyebabkan laserasi vagina yang dapat meluas
menjadi derajat tiga dan empat.
e. Luka episiotomi membutuhkan waktu sembuh yang lebih lama.
Pengambilan keputusan harus berdasarkan keinginan dari klien atau keluarga
untuk mencapai kepuasan klien pada pelayanan yang diberikan. Pengambilan
keputusan bukan berdasarkan keputusan sepihak dari bidan/tenaga kesehatan
tanpa memberitahukan terlebih dahulu pada klien dan keluarga walau itu
untuk kepentingan klien. Bidan berperan dalam memberikan informasi
sebagai pedoman kepada klien dan keluarganya dalam mengambil keputusan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Women Centered Care adalah istilah yang digunakan untuk filosofi asuhan
maternitas yang memberi prioritas pada keinginan dan kebutuhan pengguna, dan
menekankan pentingnya informed choice, kontinuitas perawatan, keterlibatan
pengguna, efektifitas klinis, respon dan aksebilitas. Dalam hal ini bidan
difokuskan memberikan dukungan pada wanita dalam upaya memperoleh status
yang sama di masyarakat untuk memilih dan memutuskan perawatan kesehatan
dirinya.
Di dalam women center care terdapat banyak hal yang harus diperhatikan oleh
bidan yaitu tentang prinsip-prinsip dalam pemberian asuhan kebidanan yang
terkait dengan wanita secara keseluruhan, bentuk-bentuk dari women center care
itu sendiri dan dapat mengetahui siapa saja yang harus dilakukan pendekatan
secara keseluruhan terkait dengan women center care. Karena dalam women
center care ini adalah ruang lingkup tanggung jawab dari bidan untuk memenuhi
profesinya sebagai teman wanita.

B. Saran
Dengan berdirinya Women Center Care yang di dalamnya ada organisasi
Gerakan Sayang Ibu/The Mother Friendly (GSI) dan Live Saving Skill (LSS),
bidan profesional itu harus berpandangan luas dan mempunyai tujuan untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Dengan menurunnya AKI dan AKB akan mencerminkan bangsa yang sehat dan
berkualitas dalam bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Sari, Rury Narulita. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu


Mufdlilah, Hidayat A, Kharimaturrahmah. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Asrinah, dkk. 2010. Konsep kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai