Anda di halaman 1dari 73

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan

sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Menurut Anwar masa

reproduksi pada perempuan berkisar pada umur 15-46 tahun. Selama masa

reproduksi ini kemungkinan besar gangguan kesehatan terjadi. 32

Berikut dibawah ini gangguan kesehatan reproduksi yaitu:

1. Gangguan menstruasi seperti dismenorea yaitu gangguan rasa nyeri saat

mentruasi terjadi pada usia reproduksi.

2. Menopause atau klimakteriuum adalah tahap transisi antara kemampuan

reproduksi menjadi non reproduksi, selama fase ini terjadi penurunan

fungsi ovarium, estrogen menurun. Menopause yang dini terjadi karena

terpapar radiasi, persalinan sulit, sering terjadi aborsi.

3. Gangguan struktur system reproduksi pada wanita mencakup kelainan

letak atau prolaps uterus,

4. Tumor dan tindakan operasi pada sistem reproduksi wanita seperti tumor

ovarium, endometrriosis, tumor fibroid uterus, polip serviks.

5. Kanker sistem reproduksi wanita seperti kanker serviks

6. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti

gonorrhoea, syphilis, herpes genitalis, HIV, AIDS.

7. Peradangan pada vulva, vagina, serviks, tuba falopi.

12
Peradangan pada vagina disebut vaginitis yang biasanya

disebabkan oleh mikroorganisme patogen yang disebabkan oleh jamur,

bakteri, protozoa, dan virus. Vaginitis kandida bukan infeksi menular

seksual karena candidia merupakan penghuni vagina normal. Pada 25%

perempuan bahkan dijumpai di rectum dan rongga mulut dalam

persentase yang lebih besar. Candida albicans menjadi patogen pada

80%-95% kasus kandidiasis vulvovaginalis. Faktor resiko infeksi meliputi

imunosupresi, diabetes mellitus, perubahan hormonal (misal kehamilan),

terapi antibiotika spectrum luas dan obesitas. 32

Peradangan pada vagina disebabkan oleh jamur Candida albicans

disebut kandidiasis vaginalis. Keluhan dan gejala tidak berhubungan

dengan jumlah organisme. Keuhan yang menonjol adalah pruritus,

seringkali disertai iritasi vagina, disuria, tidak berbau. Pemeriksaan

speculum seringkali memperlihatkan eritema dinding vulva dan vagina,

kadang-kadang dengan plak yang menempel.32

Tanda keluhan dan gejala serta penatalaksanaan pada kelainan

ginekologi seperti keputihan dalam standar kompetensi bidan tertuang

dalam Kepmenkes RI No. 369/Menkes/SK/III/2007 yaitu pelaksanaan

asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi

terdapat pada kompetensi ke-9 .33

13
B. Layanan Kebidanan pada Kasus Kesehatan Reproduksi

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang telah

diberikan. Sasarannya adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang

meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),

penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif). Layanan Kebidanan

meliputi layanan kebidanan primer, layanan kebidanan kolaborasi, layanan

kebidanan rujukan. Asuhan kebidanan yaitu asuhan pada prakonsepsi,

antenatal, intranatal, neonatal, nifas, keluarga berencanan, ginekologi,

premenopause, pascamenopause, dan asuhan primer.34

Tugas dan kewenangan bidan yang berkaitan dengan kegiatan layanan

praktik bidan diatur dalam peraturan menteri kesehatan yaitu setiap bidan

harus memiliki tanggung jawab dalam profesionalnya. Wewenng bidan

dalam menjalankan praktik profesionalnya sesuai dengan KEPMENKES RI

No:900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan, yang

disebut dalam Bab V praktik bidan antara lain:35

1. Pasal 14 : Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan kebidanan, pelayanan

keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Pasal 15 :

a. Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf

(pelayanan kebidanan) ditujukan pada ibu dan anak.

14
b. Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pra nikah, pra hamil, masa

hamil, masa bersalin, masa nifas, menyusui dan masa antara (periode

interval).

c. Pelayanan kebidanan pada anak diberikan pada masa bayi baru lahir,

masa bayi, masa anak balita dan masa pra sekolah.

3. Pasal 16 :

a. Pelayanan kebidanan meliputi:

1) Penyuluhan dan konseling

2) Pemeriksaan fisik

3) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

4) Pertolongan pada kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil

dengan abortus, hiperemesis gravidarum tingkat 1, preeklamsi

ringan dan anemia ringan.

5) Pertolongan persalinan normal

6) Pertolongan persalinan abnormal yang mencakup letak sungsang,

partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD)

tanpa infeksi, perdarahan post partum, laserasi jalan lahir, distosia

karena inersia uteri primer, post aterm dan preterm.

7) Pelayanan ibu nifas normal

8) Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta,

renjatan dan infeksi ringan.

9) Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi

keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

15
Ruang lingkup standard pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yang

dikelompokkan sebagai berikut.

1) Standard pelayanan umum (2 standar)

2) Standard pelayanan antenatal (6 standar)

3) Standard pertolongan persalinan (4 standar)

4) Standard pelayanan nifas (3 standar)

5) Standar penanganan kegawatdaruratan obstetric-neonatal (9 standar)

Pelayanan kesehatan reproduksi terpadu merupakan kegiatan pelayanan

kesehatan yang mengintegrasikan semua pelayanan kesehatan dalam lingkup

kesehatan reproduksi yang meliputi kesehatan ibu dan anak, keluarga

berencana, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanggulangan

infeksi menular seksual termasuk penanggulangan HIV dan AIDS, dan

pelayanan kesehatan reproduksi lainnya. Pelayanan tersebut dilaksanakan

sesuai dengan kebutuhan pada tiap tahap konsepsi, bayi dan anak, remaja,

usia subur dan usia lanjut pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat

pertama.27 Penyelenggaraan dan fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan pada

fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan milik pemerintah dan swasta

dengan penyediaan tenaga dokter, bidan, dan perawat di seluruh Puskesmas

di kabupaten/kota serta penyediaan obat essensial dan alat kesehatan sesuai

kebutuhan program kesehatan reproduksi. Peran bidan memberikan hak

pelayanan kesehatan pada wanita/ibu untuk mencapai hidup sehat dan mampu

melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta mengurangi angka

16
kematian ibu. Pelayanan kesehatan ibu dilakukan sedini mungkin dimulai

dari masa remaja melalui: 36

1) Pelayanan kesehatan reproduksi remaja;

2) Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, hamil, persalinan, dan sesudah

melahirkan;

3) Pengaturran kehamilan, pelayanan kontrasepsi dan kesehatan kesehatan

seksual; dan

4) Pelayanan kesehatan sistem reproduksi

Pelayanan kesehatan reproduksi remaja dalam pasal 11 dilaksanakan

melalui komunikasi, informasi, dan edukasi; konseling; dan pelayanan klinis

medis. Pelayanan klinis medis dilakukan dengan cara deteksi dini

penyakit/screening, pengobatan dan rehabilitasi.36

C. Standar pelayanan kebidanan dalam mengelola keputihan

Standar kompetensi bidan dalam Kepmenkes RI No.

369/Menkes/SK/III/2007 bahwa upaya pencegahan, promosi kesehatan

adalah fokus lingkup pelayanan kebidanan. Tugas bidan yang terpenting

dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan,

tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat, serta dapat meluas pada

kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi.

Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari system pelayanan kesehatan,

dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Sasaran

pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga, dan masyarakat yang

17
meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan

pelayanan kebidanan dapat dibedakan menjadi: 33

1. Layanan primer ialah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi tanggung

jawab bidan.

2. Layanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai

anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai

salah satu dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan.

3. Layanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka

rujukan ke sistem layanan lebih tinggi.

Dari 9 standar kompetensi Bidan, pada kompetensi ke-3 disebutkan

bahwa: Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini,

pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.

Pengetahuan dasar yang harus dimiliki oleh bidan salah satunya

adalah penggunaan obat-obat tradisional ramuan yang aman untuk

mengurangi ketidaknyaman selama kehamilan. Keterampilan dasar terkait

mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan melakukan

penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan bila

terjadi infeksi pada ibu hamil seperti: IMS (ifeksi menular seksual),

vaginitis, infeksi saluran perkemihan serta penggunaan secara aman

jamu/obat-obatan tradisional yang tersedia.

18
Asuhan pada ibu/wanita dengan gangguan reproduksi pada

kompetensi ke-9 : Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu

dengan gangguan system reproduksi.33

Pengetahuan dasar:

1. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit

menular seksual (PMS), HIV/AIDS.

2. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang

lazim terjadi.

3. Tanda dan gejala serta penatalaksaan pada kelainan ginekologi

meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

Keterampilan dasar :

1. Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan system

reproduksi.

2. Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus

spontan (bila belum sempurna)

3. Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat pada

wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.

4. Memberikan pelayanan dan pengobatan sessuai dengan kewenangan

pada gangguan system reproduksi meliputi: keputihan, perdarahan

tidak teratur dan penundaan haid.

5. Mikroskop dan penggunaannya.

6. Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear.

19
Untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang berkualitas

diperlukan adanya standar sebagai acuan bagi bidan dalam memberikan

asuhan kepada klien disetiap tingkat fasilitas pelayanan kesehatan.

Standar asuhan kebidanan merupakan acuan dalam proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan

wewenang dan ruang lingkup praktiknya meliputi pengkajian, perumusan

diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi,

evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan.37

Asuhan antenatal sangat diperlukan untuk tiap wanita hamil,

karena keadaan ibu banyak mempengaruhi kelangsungan kehamilan dan

pertumbuhan janin dalam kandungan. Dengan adanya kehamilan, terjadi

perubahan-perubahan pada wanita baik jasmani maupun rohani.

perubahan-perubahan ini dapat mengakibatkan keluhan-keluhan pada ibu.

Ada keluhan-keluhan yang termasuk ringan yaitu keluhan yang masih

dapat dianggap fisiologik, ada yang tergolong patologik. Keluhan ringan

pada kehamilan maupun pada wanita tidak hamil sama-sama berisiko

mengalami peradangan pada vagina yang disebabkan oleh factor daya

tahan tubuh menurun, malnutrisi, kehamilan, stress, penyakit atau

penggunaan obat-obatan yang meningkatkan resiko terjadinya infeksi

vagina. Berikut dibawah ini standar asuhannya: 38,37

20
Tabel 1. Standar Asuhan Kebidanan
Standard I : Pengkajian Aplikasi asuhan kebidanan
Pernyataan standar : bidan DS :
mengumpulkan semua informasi 1. Keluar cairan keputihan,
yang akurat, relevan dan lengkap disertai Gatal, Cairan berupa
dari semua sumber yang berkaitan gumpulan putih atau kuning,
dengan kondisi klien. kental
Kriteria pengkajian: 2. Nyeri
1. Data tepat akurat, lengkap 3. Setiap hari penderita
2. Ada data subyektif (hasil menggunakan cairan
anamnesa, biodata, keluhan pembersih vagina dan juga
utama, riwayat obstetric, riwayat pantyliner
kesehatan dan latar belakang DO :
social) Pengeluaran cairan vagina banyak
3. Data obyektif (hasil dari liang vagina seperti keju
pemeriksaan fisik, psikologis kadang-kadang tambah banyak.
dan pemeriksaan penunjang) Inspekulo : vagina : cairan + warna
putih susu, vulva eritema +.
Laboratorium: pH vagina >4,5;
preparat basah dengan KOH)

Standar II: Diagnosa masalah


Kebidanan
Pernyataan standar : bidan Diagnosa kebidanan: Keputihan
menganalisa data diperoleh dari atau fluor albus akibat jamur
pengkajian, menginterpretasikannya (kandidiasis vaginalis).
secara akurat dan logis untuk Diagnose banding : vaginosis
menegakkan diagnose dan masalah bakterialis, trikomoniasis, infeksi
kebidanan yang tepat. genital non spesifik.
Kriteria diagnose masalah: Masalah kebidanan :
Diagnose sesuai dengan 1. Gangguan rasa nyaman akibat
nomenklatur kebidanan, masalah gatal dan nyeri.
dirumuskan sesu 2. Gangguan nyeri saat koitus
ai kondisi pasien, dapat diselesaikan
secara mandiri,kolaborasi dan
rujukan.
Standard III : Perencanaan
Pernyataan standard: bidan Perencanaan asuhan:
merencanakan asuhan kebidanan 1. Flukonazole 1 x 150 mg (7
berdasarkan diagnose dan masalah hari), obat diminum teratur.

21
yang ditegakkan. 2. Pendidikan kesehatan tentang
Criteria perencanaan: infeksi organ reproduksi
1. Rencana disusun berdasarkan terjadi, efeknya, tanda dan
prioritas masalah dan kondisi gejala.
klien; tindakan segera; tindakan 3. Menganjurkan menjaga
antisipasi dan asuhan secara kebersihan genital dan
komprehensif mengurangi kelembapan
2. Melibatkan psien dan keluarga daerah genital dengan cara
3. Mempertimbangkan kondisi mengganti pakaian dalam bila
psikologis, sodial budaya terasa basah, mencuci tangan
4. Memilih tindakan yang aman sebelum dan sesudah membilas
sesuai kondisi dan kebutuhan area kewanitaan, gunakan
klien berdasarkan evidence handuk khusus.
based dan memastikan 4. Menganjurkan menggunakan
bermanfaat untuk klien. pembersih vagina yang pH
5. Mempertimbangkan kebijakan, asam atau sesuai dengan pH
peraturan, sumberdaya serta vagina
fasilitas yang ada. 5. Menganjurkan tidak
menggunakan pantyliner setiap
hari
6. Menganjurkan tidak
berhubungan seksual selama
pengobatan atau jika tidak
mungkin gunakan kondom.
Standard IV : Implementasi 1. Memberikan obat Flukonazole
Bidan melaksanakan rencana 1 x 150 mg (7 hari), diminum
asuhan kebidanan secara secara teratur.
komprehensif, efektif, efisien, dan 2. Memberikan Pendidikan
aman berdasarkan evidence based kesehatan tentang infeksi
pada klien dalam bentuk upaya organ reproduksi terjadi
promotif, prevenif, kuratif dan disebabkan oleh banyak factor
rehabilitataif dilaksanakan secara seperti personal hygiene yang
mandiri, kolaborasi dan rujukan. buruk, karena suatu penyakit,
daya tahan tubuh lemah,
efeknya dapat menyebabkan
keluarnya cairan keputihan yg
abnormal, ditandai dengan rasa
gatal/panas, nyeri, cairan
bergumpal seperti keju,
berwarna kekuningan.

22
3. Memberikan Konseling
menjaga kebersihan genital
dan mengurangi kelembapan
daerah genital dengan cara
mengganti pakaian dalam bila
terasa basah, mencuci tangan
sebelum dan sesudah
membilas area kewanitaan,
gunakan handuk khusus.
4. Melakukan edukasi
menggunakan pembersih
vagina yang pH asam atau
sesuai dengan pH vagina
5. Melakukan edukasi tidak
menggunakan pantyliner setiap
hari. Ganti setiap 2-3 jam.
6. Melakukan konseling tidak
berhubungan seksual selama
pengobatan atau jika tidak
mungkin gunakan kondom.
Tujuanya mengurangi
penyebaran infeksi.
7. Mendorong pasien untuk
datang kembali setelah selesai
pengobatan.

Standard V: Evaluasi
Pernyataan standar : bidan 1. Pasien mengerti cara minum
melakukan evaluasi secara obat 1 x 1 secara teratur.
sistematis untuk melihat keefektifan 2. Pasien mengerti tentang
dan asuhan yang telah diberikan penjelasan pendidikan
dengan criteria : dilakukan segera kesehatan dan mampu
setelah selesai melaksanakan menjelaskannya kembali.
asuhan; hasil evaluasi dicatat dan 3. Pasien mengerti cara menjaga
dikomunikasikan pada pasien; hasil kebersihan genital dan
evaluasi ditindaklanjuti. mengurangi kelembapan
daerah genital dengan cara
mengganti pakaian dalam bila
terasa basah, mencuci tangan
sebelum dan sesudah

23
membilas area kewanitaan,
gunakan handuk khusus.
4. Pasien mengerti cara
menggunakan pembersih
vagina yang pH asam atau
sesuai dengan pH vagina 3,8-
4,5.
5. Pasien mengerti tentang
pemakaian pantyliner setiap
hari, Ganti setiap 2-3 jam.
6. Pasien mengerti menyikapi
berhubungan seksual selama
pengobatan atau gunakan
kondom. Tujuanya
mengurangi penyebaran
infeksi.
7. Pasien mau dan akan datang
kembali setelah selesai
pengobatan.
Standard VI: Pencatatan Asuhan
Pernyataan standar : Bidan SOAP
melakukan pencatatan lengkap,
singkat, jelas mengenai keadaan
yang ditemukan dalam memberikan
asuhan. Dengan kriteria dalam
bentuk catatan SOAP pada formulir
yang tersedia (rekam
medis/KMS/KIA/status pasien).

Nell dkk (2015) dalam bukunya praktik klinik kebidanan tentang perawatan

wanita yang mengalami masalah kesehatan reproduksi, salah satu diantaranya

terkait perawatan wanita yang mengalami kandidiasis genital atau disebabkan

oleh infeksi jamur Candida albicans. Berikut informasi klinis penting dalam

perawatannya sebagai berikut:39

24
1. Riwayat klien dan tinjauan catatan : Komponen riwayat yang

dipertimbangkan:

a. Usia

b. Riwayat kesehatan reproduksi: gravid, para, HPHT, gestasi, metode

persalinan, praktik seksual (jumlah pasangan, kebiasaan seksual

melalui anus/vagina, mainan seks, penggunaan dan perawatan),

douching/hygiene genital.

c. Riwayat masalah

1) Faktor yang memperburuk : menstruasi, hubungan seksual

2) Gejala : gatal yang intens, rabas seperti dadih, kulit lembab dan

lecet, rasa terbakar ketika berkemih, dan nyeri saat berhubungan.

3) Terapi yang dilakukan dan keefektifannya

4) Dikaitkan dengan kehamilan, diabetes, terapi antibiotik

d. Riwayat medis/pembedahan : alergi; obat steroid, antibiotik; penyakit

kronis seperti diabaetes, gangguan imun, HIV/AIDS, Kanker.

e. Riwayat sosial : Penggunaan pakaian yang ketat atau lembab; stress.

2. Pemeriksaan fisik : komponen pemeriksaan fisik yang dipertimbangkan

a. Pemeriksaan panggul : Adanya genitalia eksterna yang berwarna

merah dan mengalami ekskoriasi; rabas putih, lengket, seperti dadih di

dalam vagina; kumpulkan specimen rabas vagina agar pemeriksa

melakukan mikroskopi.

b. Observasi tanda atau gejala IMS seperti nyeri saat menstruasi

25
3. Diagnosis banding

a. Vaginosis bacterial

b. Trikomoniasis

c. Klamidia

d. Gonore

e. Servisitis kronis

4. Pemeriksaan diagnostic dan prosedur yang dipertimbangkan

a. Sediaan basah : pemeriksaan mikroskopi

1) Salin : Miselium; hifa percabangan; sel darah putih; pembesaran

10x dan 40x.

2) Kaca objek KOH : uji baru negative; budding yeast; pembesaran

10x.

b. Pemeriksaan pH vagina : pH 3,8-4,5; pH> 4,5 (vaginosis bacterial;

trikomoniasis).

c. Infeksi berat atau berulang : gula darah puasa; pemeriksaan HIV;

kultur eksudat kulit.

d. Pemeriksaan IMS lain jika diindikaskan oleh riwayat

5. Pemberian terapi : tindakan terapeutik yang dipetimbangkan

a. Flukonazol (diflucan) : 150 mg per oral untuk satu atau dua dosis;

kehamilan kategori C (adanya efek terhadap janin)

b. Terkonazol : Terapi 3 atau 7 hari; kehamilan kategori C (adanya efek

terhadap janin).

26
c. Tablet vagina nistatin : satu tablet per vagina selama 14 hari;

kehamilan kategori A (tidak menunjukkan resiko bagi janin pada

trimester 1 dan berikutnya).

d. Monistat derm untuk mengatasi gejala kutan.

e. Antijamur yang dijual bebas :

1) Tiokonazol (vagistat vaginal)

2) Mikonazol (monistat)

3) Klotrrimazol (gyne-lotrimin, Mycelex)

4) Butokonazol (femstat)

6. Pemberian terapi: Tindakan alternatif yang dipertimbangkan

a. Dukungan diet

1) Jus beberapa cranberry atau satu cranberry

2) Yogurt atau kapsul asidofilus

3) Probiotik 4-8 miliar unit/hari

b. Mandi berendam dengan 1 cangkir cuka dalam air.

c. Terapi vagina :

1) Kapsul asidofilus 1 per vagina pada jam tidur selama 5-7 hari.

2) Kapsul asam borat 1 per vagina pada jam tidur selama 5-7 hari

(beracun per oral).

3) Douche herbal 2 kali dalam seminggu (gunakan kapsul asidofilus

pada malam berikutnya) : dengan komposisi 1 sendok makan

minyak tea tree; 2 sendok makan cuka dari sari buah apel; 2

cangkir air hangat.

27
4) Oregano

5) Daun zaitun

7. Pemberian dukungan : Tindakan penyuluhan dan dukungan yang

dipertimbangkan

a. Instruksi pengobatan :

1) Lakukan proses pengobatan lengkap;

2) Hindari hubungan seksual ketika menggunakan obat.

b. Higiene umum :

1) Bersihkan dari depan ke belakang setelah eliminasi

2) Ganti dengan cepat pakaian dalamyang basah

3) Gunakan pakaian yang longgar dan berventilasi baik berbahan

katun.

c. Setelah mandi:

1) Keringkan daerah genital dengan cermat sebelum berpakaian

(gunakan alat pengering di lingkungan yang dingin)

2) Gunakan celana dalam berbahan katun, dan longgar tidak ketat.

d. Hindari:

1) Gula atau alcohol yang berlebihan dalam diet

2) Produk yang mengandung parfum atau deodorant seperti mandi

busa, semprot higiene feminine, tampon atau pembalut, kertas

toilet.

8. Perawatan tindak lanjut

a. Dokumentasikan : sediaan basah dan temuan pH

28
b. Kembali untuk mendapat perawatan bila gejala tidak membaik dalam

5-7 hari; untuk pemeriksaan tambahan pertimbangkan kultur vagina.

9. Praktik kolaboratif: Kriteria yang dipertimbangkan untuk konsultasi atau

rujukan

a. Layanan obgyn bila infeksi yang berulang atau tudak responsive

b. Layanan medis : untuk kadar glukosa puasa lebih dari 126 g/dl

(diagnostic diabetes)

c. Titer HIV positif

d. Bukti gangguan imun

e. Untuk diagnosis atau terapi di luar lingkup praktik bidan.

D. Masalah Keputihan disebabkan Jamur C. Albicans

Gambar 2. 1 Keputihan
Sumber : (https://www.std-gov.org/stds/vaginal_yeast.htm)

1. Pengertian

Keputihan merupakan kondisi yang sering dialami oleh wanita

sepanjang siklus kehidupanya dari mulai masa remaja, masa reproduksi

maupun menopause. Keputihan atau yang disebut juga dengan istilah

29
white discharge atau vaginal discharge atau leukorea atau fluor albus

adalah sekresi vaginal pada wanita yang pada dasarnya dapat

digolongkan menjadi 2 jenis yaitu keputihan normal (fisiologis) dan

keputihan abnormal (patologis). Keputihan fisiologis adalah sekresi

vagina normal terdiri dari sel-sel epitel yang mengalami pelepasan atau

deskuamasi. sel-sel normal ini berkumpul dalam kelompok, putih dan

tidak berbau busuk, dengan pH 3,8-4,5. Sekret vagina ini biasanya

muncul setiap bulannya, biasa menjelang menstruasi atau sesudah

menstruasi ataupun masa subur.40 Pada organ vagina terdapat flora

normal yang biasa didominasi oleh Lactobacillus yang berfungsi untuk

melindungi organ dari serangan infeksi. Secara normal terdapat 10 5 -107

organisme normal per satu sentimeter persegi dinding vagina. 41,17

Genus laktobasilus ini merupakan kuman yang mampu

memproduksi sejumlah asam laktat dari karbohidrat sederhana, dengan

cara menciptakan suasana asam yang mampu mematikan kuman lain yang

tidak berspora. Secara morfologik lactobasilus berbentuk batang gram

positif dan tidak bergerak. Pada isolasi primer bersifat mikroaerofilik atau

anaerob. Pada kultur selanjutnya beberapa strain dapat tumbuh meskipun

meskipun dalam suasanan anaerob. Laktobasil memerlukan zat makanan

yang cukup kompleks dan kebanyakan strain tidak dapat tumbuh pada

perbenihan biasa kecuali ada penambahan glukosa atau whey. 41,17,40

30
2. Fisiologi Keputihan

Secara fisiologis wanita memiliki organ kewanitaan yang berfungsi

sebagai alat reproduksi. Organ reproduksi dalam terbagi menjadi

ovarium, tuba falopi, uterus. Pada uterus terbagi atas cervix, segmen

bawah uterus, dan corpus. Cervix terbagi atas ectocervix dan

endocervikx. Ectocervix dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tidak

bertanduk dan kaya akan glikogen. Sedangkan endocervix mulai ostium

uteri externum, berlapiskan epitel torak yang membentuk musin dan

tumbuh bercabang kedalam mukosa membentuk kelenjar endocervix. 42

Pada cervix sering sering ditemukan kelainan atau sering terjadi radang.

Normalnya cervix mengeluarkan lender fisiologis saat menjelang

menstruasi, sesudah menstruasi yang dipengaruhi oleh hormone

reproduksi. Lender atau cairan tersebut dilepaskan oleh sel-sel kelenjar

dalam jaringan mukosa vagina yang merupakan lapisan menutipi

permukaan dalam tubuh berfungsi sebagai sawar pelindung yang

menghambat perlekatan bakteri jahat pada lapisan epitel yang menutupi

permukaan jaringan mukosa. Selain itu, flora normal yang berada dalam

vagina bekerja mempertahankan keadaan lingkungan tetap asam dengan

menghasilkan hydrogen peroksida (H202) untuk mencegah bakteri jahat

masuk. 15,43

3. Faktor Predisposisi

Seringkali infeksi pada organ kewanitaan disebabkan oleh beberapa

factor pendukung baik dari dalam (endogen) maupun disebabkan oleh

31
faktor dari luar (eksogen) adapun faktor-faktor tersebut diantaranya

sebagai berikut:16

a. Faktor dari dalam (endogen)

Faktor yang terjadi di dalam tubuh ini mendukung terjadinya infeksi

oleh jamur C.albicans :

1) Kehamilan. Secara gender perempuan sangat berisiko tinggi

terrhadap penyakit yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,

penyakit krronis dan infeksi. Selama hamil, terjadi berbagai

perubahan yang secara alamiah sebenarnya diperlukan untuk

kelangsungan hidup janin dalam kandungan, namun ternyata

perubahan itu justru mengubah kerentanan dan juga

mempermudah terjadinya infeksi selama kehamilan. Diperkirakan

karena meningkatnya kadar hormon reproduksi seperti estrogen

dan progesterone pada usia kehamilan 21 minggu, yang

menyebabkan konsentrasi glikogen yang tinggi pada epitel vagina

sehingga substrat yang baik untuk pertumbuhan jamur C.

albicans. Studi prevalensi kasus keputihan akibat jamur pada

kehamilan meningkat menjadi 30% ditemukan pada trimester

kedua dan ketiga diakibatkan oleh resiko perubahan imunologis,

kenaikan kadar estrogen dan peningkatan produksi glikogen

vagina yang mengarah pada komplikasi seperti ketuban pecah

dini, lahir prematurr, chorioamnionitis.44 Frekuensi kandidiasis

vagina selama kehamilan ditemukan 38%, dimana 27% bergejala

32
dan 11% adalah kelompok asimtomatik dari 110 wanita hamil

secara acak dating ke klinik antenatal . Peningkatan rasio infeksi

banyak pada wanita multigravida dan disertai diabetes.45

2) Penggunaan antibiotik jangka panjang menyebabkan bakteri flora

normal menghilang dan terjadinya resistensi. C.albicans adalah

spesies Candida yang paling umum yang terlibat dalam vaginitis,

dan strain ini menunjukkan ketahanan flukonazol yang cukup

besar. Meningkatnya kejadian kandidiasis vulvovaginal dan

munculnya resistensi flukonazol adalah fakta yang tak

terbantahkan. Hasil penelitian tentang penyelidikan distribusi

spesies, profil kerentanan flukonazol dan mekanisme resistensi

flukonazol pada strain Candida. Sebanyak 785 isolat Candida

klinis dikumpulkan dari pasien dengan VVC. Spesies yang paling

sering diisolasi adalah C. albicans (n = 529). Hasilnya 4,7%

resisten terhadap flukonazol dan menunjukkan peningkatan 3.16

kali lipat signifikan secara statistik dan berkorelasi dengan

overexpression gen CDR1.46

3) Pada Diabetes Mellitus terjadi kenaikan kadar glukosa dalam

darah dan urine. Gangguan metabolisme karbohidrat dan

perubahan proses glycogenolysis yang menyebabkan kadar

glikogen pada epitel vagina meninggi sehingga pertumbuhan

candida juga akan meningkat.12

33
4) Penderita HIV/AIDS. Prevalens dan kejadian kandidiasis

vulvovaginal lebih besar terjadi pada perempuan terinfeksi HIV

dibandingkan perempuan yang tidak terinfeksi (p<0.01).

Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) merupakan infeksi jamur

oportunistik. Kasus Kandidiasis vulvovaginalis meningkat pada

wanita dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV)

terutama pada keadaan immunocompromised sedang sampai

berat.47

i. Faktor dari luar (eksogen)

Faktor risiko terjadinya kandidiasis vaginalis adalah selalu memakai

pakaian yang ketat, penggunaan pakaian dalam nilon dan pakaian

yang terlalu sesak juga merangsang terjadinya infeksi yeast

(kandidiasis), ditambah lagi dengan mengganti celana dalam kurang

dari 2x sehari, atau memakai handuk atau lap yang sama dengan

yang dipakai penderita kandidiasis termasuk perilaku seksual.47

Iklim panas dan kelembaban menyebabkan banyak keringat terutama

pada lipatan-lipatan kulit seperti daerah kemaluan sehingga

mempermudah invasi candida. Sifat unik bertahan hidup jamur

maumpu bertahan pada suhu 37 ᵒC. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa responden yang melakukan perilaku higiene seksual yang

buruk mempunyai risiko 7 kali lebih besar terkena kandidiasis

dibandingkan perilaku higiene seksual yang baik .48

34
b. Patofisiologi

Apabila pertumbuhan laktobasilus tertekan pertumbuhanya bisa

diakibatkan karena berbagai factor predisposisi seperti pemberian obat-

obatan antimikroba, penurunan sistem imun akibat penyakit HIV/AIDS,

Diabetes Melitus, maka sel atau berbagai jenis kuman lain meningkat dan

menimbulkan gangguan atau peradangan. Akibat dari peradangan

tersebut maka, timbul Keputihan yang patologis atau disebut vaginitis

ditandai pembengkakan, rasa gatal, perih, cairan kental kehijauan. 41,16

Infeksi adalah proses masuknya parasit dan mengadakan

hubungan dengan inang. Infeksi terjadi bila parasit itu sanggup

mengadakan penetrasi atau melalui pertahanan inang dan hidup

didalamnya. Organisme yang masuk ke dalam tubuh akan mengadakan

kolonisasi tanpa menyebabkan sakit, sedangkan infeksi berarti invasi ke

jaringan dan menyebabkan kerusakan. Penyakit yang disebabkan oleh

infeksi jamur atau fungi dinamakan mikosis, yang dapat diklasifikasikan

menjadi mikosis superfisialis, mikosis kutan, mikosis subkutan, mikosis

sistemik, dan mikosis oportunistik. Jamur penyebab infeksi mikosis

oportunistik salah satunya adalah jamur Candida albicans yang

merupakan penyebab penyakit kandidiasis. Infeksi dapat akut, kronik,

dan juga kelainannya dapat superfisialis atau sistemik. Jamur Candida

albicans merupakan penyebab yang sering dijumpai pada genitalia dan

daerah perigenital wanita.43

35
Patogenesis kandidiasis vulvovaginitis dimulai saat pseudohifa

candida menempel (adhesi) pada sel epitel mukosa dan membentuk

kolonisasi. Kemudian Candida akan mengeluarkan zat keratolitik

(fosfolipase) yang menghidrolisis fosfolopid membran sel epitel,

sehingga mempermudah invasi jamur kejaringan. Dalam jaringan

candida akan mengeluarkan faktor kemotaktik neutrofil yang akan

menimbulkan reaksi radang akut yang akan bermanifestasi sebagai

daerah hiperemi atau eritema pada mukosa vulva dan vagina. Zat

keratolitik yang dikeluarkan candida akan terus merusak epitel mukosa

sehingga timbul ulkus-ulkus dangkal. Yang bertambah berat dengan

garukan sehingga timbul erosi. Sisa jaringan nekrotik, sel-sel epitel dan

jamur akan membentuk gumpalan bewarna putih diatas daerah yang

eritema yang disebut flour albus. 42,43

Gejala klinis Kandidiasis Vulvovaginitis terdiri dari gejala

subjektif dan gejala objektif yang bisa ringan sampai berat. Gejala

subjektif yang utama ialah gatal didaerah vulva, dan pada yang berat

terdapat pula rasa panas, nyeri sesudah miksi dan dispaneuria. Gejala

objektif yang ringan dapat berupa lesi eritema dan hiperemis dilabia

mayora, introitus vagina dan vagina 1/3 bawah.Sedang pada yang berat

labia mayora dan minora edema dengan ulkus-ulkus kecil bewarna merah

disertai erosi serta sering bertambah buruk oleh garukan dan terdapatnya

infeksi sekunder. Tanda khasnya adalah flour albus bewarna putih

kekuningan disertai gumpalan–gumpalan seperti kumpalan susu.48

36
4. Penatalaksanaan

a. Pencegahan

Untuk meminimalkan kejadian akibat infeksi jamur C.albicans,

maka perlu menjaga kebersihan genital, mencuci tangan sebelum dan

sesudah membasuh vagina, menjaga kebersihan pakaian dalam, tidak

bertukar handuk, menghindari pakaian ketat, mengelola stress,

menggunakan pembersih vagina yang sesuai dengan pH vagina.

Tidak menggunakan pantyliner setiap hari lebih dari 2-3 jam. Selain

melakukan pencegahan dan bila Keputihan masih berlanjut biasanya

menggunakan cairan antiseptiK betadine yang mengandung iodine

1% yang diencerkan untuk membasuh vagina. Upaya pencegahan

dilanjutkan dengan pengobatan bila keputihan masih berlanjut. 17,49

b. Pengobatan

Obat oral antibiotic Flukonazol 1x150 mg (dosis tunggal selama 7

hari). obat flukonazol : Kandungan Fluconazole. Dosis : tablet

50,100,150,200 mg; parenteral 2 mg/ml dalam vial 100 dan 200 ml.

obat ini dari keluarga azol dengan cara menghambat sintesis

ergosterol dalam sel jamur yaitu menghambat enzim P450 sitokrom,

menimbulkan ketidakaturan membrane sitoplasma jamur dengan cara

mengubah permeabilitas membrane dan mengubah fungsi membrane

dalam proses pengangkutan senyawa-senyawa esensial yang dapat

menyebabkan ketidakseimbangan metabolik sehingga mengganggu

sinstesis ergosterol yang merupakan komponen penting dari

37
membran sel jamur. Efek samping dari penggunaan Flukonazol yaitu

muntah, diare, ruam dan ganngguan fungsi hati. Semua pengobatan

keluarga azol dihentikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati.

Penggunaan flukonazol sebagai profilaksis terbukti menurunkan

penyakit jamur seperti candida albicans, tetapi munculnya jamur

resisten terhadap flukonazol memunculkan kekhawatiran terhadap

indikasi obat ini.46,49

E. Jamur Candida albicans

Jamur merupakan mikroorganisme yang berbentuk sel atau benang

bercabang. Mikroorganisme ini mempunyai dinding sel yang kaku dan

tersusun dari polisakarida atau kitin, mempunyai nukleosis dan spora, namun

tidak berkloropil dan berkembang biak secara seksual dan aseksual. Tubuh

atau talus suatu jamur hakekatnya terdiri dari dua bagian yaitu miselium dan

spora. Miselium terdiri dari kumpulan filamen-filamen yang disebut dengan

hifa. Infeksi yang disebabkan oleh jamur disebut dengan mikosis. Salah satu

mikosis yang dapat terjadi adalah mikosis sistemik, yang disebabkan oleh

salah satu jamur seperti Candida albicans.43

Ada lebih dari 150 spesies Candida tetapi hanya sebagian kecil yang

patogen. Candida spp. adalah komensal pada manusia, hewan dan biasanya

menghuni pernapasan atas, dalam mulut orang dewasa, sistem pencernaan 1-

4%, dan saluran urogenital.7, 50 Spesies Candida merupakan bagian dari flora

normal manusia dan dapat menimbulkan infeksi oportunistik ketika

pertahanan tuan rumah terganggu atau melemah. Candida albicans adalah

38
jamur komensal yang paling lazim dan genus Candida albicans yang

pathogen. 51,50

1. Taksonomi Candida albicans

Klasifikasi Candida albicans adalah sebagai berikut:9

Divisio : Thallophyta

Subdivisio : Fungi

Classis : Deuteromycetes

Ordo : Moniliales

Familia : Cryptococcaceae

Genus : Candida

Species : Candida albicans

2. Morfologi Candida albicans

Gambar 2. 2. Morfologi Candida blbicans

Sumber : (https://bioweb.uwlax.edu/bio203)

Sel jamur Candida albicans berbentuk bulat, lonjong atau bulat

lonjong. Koloninya pada medium yaitu padat dengan sedikit menimbul

dari permukaan medium, permukaan halus, licin atau berlipat-lipat,

39
berwarna putih kekuningan dan berbau ragi. Besarnya koloni bergantung

pada umur. Pada tepi koloni dapat dilihat hifa semu sebagai benang-

benang halus yang masuk ke dalam medium, hifa merupakan bagian

penting tubuh fungi karena berfungsi menyerap nutrient dari lingkungan

serta membentuk struktur untuk reproduksi. Sedangkan pada medium yang

cair jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung. 7,52

Candida albicans memiliki sel yang terdiri atas enam lapisan yang

berbeda, Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena mampu

tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang

berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan

membentuk hifa semu, namun perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor

ekstrak yang mempengaruhinya.7,53

Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga

sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel juga berperan dalam

proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenic, adapun struktur

dinding sel kompleks yang terutama terdiri dari kitin, polisakarida, glukan

dan manan. Membran protein ini memiliki aktivitas enzim seperti manan

sintase, khitin sintase, glukan sintase, ATPase dan protein yang

mentranspot fosfat. Serta membran sterol pada dinding sel Candida

albicans memegang peranan penting sebagai target antigenik dan

kemungkinan merupakan tempat bekerjanya enzim-enzim yang berperan

dalam sintesis dinding sel. Sedangkan sel ragi (blastospora) berbentuk

bulat, lonjong atau bulat lonjong, berdinding tipis berukuran kecil 4-6

40
mikron. Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas

(budding) yang akan terus memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu

terbentuk dengan banyak kelopak blastospora disekitar septum. Dinding

sel bersifat permeable untuk nutrient-nutrien yang diperlukan fungi bagi

kehidupannya. Komponen penting dalam dinding sel sebagaian besar

fungi adalah kitin, suatu polisakarida merupakan komponen utama dari

kerangka luar, dinding sel fungi juga sangat kokoh dan resisten terhadap

serangan enzim.7,11

3. Sifat dan Pertumbuhan Candida albicans

Candida albicans dapat tumbuh pada suhu 37°C dalam kondisi aerob

atau anaerob. Pada kondisi anaerob, C. albicans mempunyai waktu

generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit (±4 jam) dibandingkan

dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Walaupun C.

albicans tumbuh baik pada media padat tetapi kecepatan pertumbuhan

lebih tinggi pada media cair dengan digoyang pada suhu 37°C.

Pertumbuhan juga lebih cepat pada kondisi asam dibandingkan dengan pH

normal atau alkali.7,9

Candida albicans umumnya dikembangbiakkan secara in vitro pada

media Sabaroud dextrose agar (SDA) atau glucose-yeast extract- peptone

water C. albicans berbentuk bulat atau oval yang biasa disebut dengan

bentuk khamir dengan ukuran (3,5-6) x (6-10) μm. Koloni berwarna krem,

agak mengkilat dan halus. Pada media cornmeal agar dapat membentuk

clamydospora dan lebih mudah dibedakan melalui bentuk

41
pseudomycelium (bentuk filamen). Pada Pseudomycelium terdapat

kumpulan blastospora yang bisa terdapat pada bagian terminal.

Kemampunan C. albicans untuk tumbuh baik pada suhu 37°C

memungkinkannya untuk tumbuh pada sel hewan dan manusia. Sedangkan

bentuknya yang dapat berubah berupa bentuk khamir dan filamen, yang

sangat berperan dalam proses infeksi ke tubuh inang. Kurva pertumbuhan

fungi ada 3 fase yaitu fase lag, fase penyesuaian sel-sel dengan

lingkungan, pembentukan enzyme-enzim untuk mengurai substrat; fase

akselerasi yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan fase lag menjadi fase

aktif; fase eksponensial merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang

sangat banyak, aktivitas sel sangat meningkat, dan fase ini merupakan fase

yang penting dalam kehidupan fungi; fase deselerasi yaitu waktu sel-sel

mulai kurang aktif membelah; fase stasioner yaitu fase jumlah sel yang

bertambah dan jumlah sel yang mati relative seimbang. Faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan fungi pada umumnya pertumbuhan karena

faktor substrat, kelembapan, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan

senyawa-senyawa kimia di lingkungannya. Morfologi koloni C. albicans

pada medium padat agar sabouraud dekstrosa, umumnya berbentuk bulat

dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan kadangkadang sedikit

berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur biakan

mempengaruhi besar kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan dan

berbau asam seperti aroma tape. Dalam medium cair seperti glucose yeast,

extract pepton, C. albicans tumbuh di dasar tabung. C. albicans dapat

42
tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik

pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada

suhu 28oC - 37C. C. albicans membutuhkan senyawa organik sebagai

sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses

metabolismenya. 7,53

4. Patogenesis Candida albicans

Terdapat beberapa faktor pathogen yang berkontribusi

patogenesitas diantaranya kemampuan untuk menghindar dari respon

imun, perlekatan dengan sel inang (adhesi), salah satu adhesin yaitu

agglutinin-like sequences (Als 1p, Als 3p, dan Als 5p) pada permukaan sel

dari hifa, pembentukan biofilm (pada jaringan tubuh dan perangkat medis),

serta produksi enzim hidrrolitik yang dapat merusak jaringan.

Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel host menjadi syarat

mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa

interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantarai oleh

komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor.

Makanan dan protein merupakan molekul-molekul Candida albicans yang

mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada

dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif.

Setelah terjadi proses penempelan, Candida albicans berpenetrasi ke

dalam sel epitel mukosa. Enzim yang berperan adalah aminopeptidase dan

asam fosfatase, yang terjadi setelah proses penetrasi tergantung dari

keadaan imun dari host.49,54

43
Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saprofit

(memanfaatkan bahan organik dari makhluk hidup yang telah mati sebagai

sumber nutrisi maupun sumber energy) dan infeksi baru terjadi bila

terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu. Faktor-faktor yang

dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidiasis antara lain

disebabkan oleh:48

a. Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan imunitas yang buruk

menyebabkan Jamur dengan mudah berkembang biak

b. Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus

c. Kehamilan. Saat kehamilan terjadi peningkatan hormone estrogen

tinggi mulai umur kehamilan 21 minggu. Akibat peningkatan hormone

tersebut mempengaruhi serviks mengeluarkan discharge atau leukorea

yang dapat memicu peningkatan jumlah glikogen pada epithelium

vagina yang diproduksi oleh lactobacillus acidophilus-dordelin dan

menyebabkan pH Vagina menjadi asam (3,5-6).43

d. Pengidap HIV/AIDS berisiko mengalami infeksi jamur yang kronik dan

berat. Infeksi ragi pada vagina atau mulut sering merupakan infeksi

oportunistik yang ditemukan pada penderita HIV/AIDS. 55

e. Penggunaan obat di antaranya: antibiotik, kortikosteroid dan sitostatik.

Bila kehidupan bakteri komensal terganggu akibat penggunaan

antibiotika maka akan terjadi pengingkatan kepekaan tubuh terhadap

infeksi oportunistik oleh Candida albicans.43

44
Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan

Candida albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan

tubuh manusia karena adanya perubahan keseimbangan flora normal

atau perubahan mekanisme pertahanan lokal dan sistemik. Sebagian

besar jamur yang patogen dapat berproliferasi secara primer dalam

bentuk budding yeast atau dengan filament hifa. Candida albicans

memiliki sifat unik yang mampu mengubah bentuknya secara reversibel

dalam menanggapi rangsangan lingkungan memiliki konsekuensi

penting bagi kelangsungan hidupnya di berbagai kondisi. 48

Perubahan morfologi dari bentuk yeast menjadi hifa tersebut

memfasilitasi penetrasi kedalam epitel, endotel dan jaringan manusia.

Bentuk hifa dapat memasuki lapisan sel epitel dengan cara invasi, selain

itu hifa dapat menyebabkan lisinya makrofag dan neutrofil.

Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak

jaringan serta invasi ke dalam jaringan. Enzim-enzim yang berperan

sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti

proteinase, lipase dan fosfolipase. Candida albicans menyebabkan

penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah atau sistem

imunnya tertekan, terutama jika imunitas perantara sel terganggu.

Candida dapat menimbulkan invasi dalam aliran darah, tromboflebitis,

endokarditis atau infeksi pada mata dan organ-organ lain bila

dimasukkan secara intravena (keteter, jarum, hiperalimenasi,

penyalahgunaan narkotika dan sebagainya). pH vagina pada infeksi

45
jamur lebih rendah daripada vaginitis tipe lain dan biasanya sekitar 3.8-

4.2, tetapi yang paling sering di bawah 4.5. Pengecatan gram untuk

menunjukkan jamur adalah metode diagnosis yang tepat seperti

kulturnya tetapi ini hanya terjadi pada pasien simtomatik karena adanya

latar belakang positif pada wanita tanpa problem jamur. 49

5. Prosedur Diagnosis Laboratorium pada Wanita Keputihan

a. Anamnesis

b. Pemeriksaan dengan cara pengambilan swab serviks.

Dengan speculum dapat dilakukan pemeriksaan pelengkap seperti

usap vagina dan usap serviks untuk pemeriksaan sitologi, getah

kanalis serviks untuk pemeriksaan gonore, dan getah dari forniks

posterior untuk pemeriksaan trikomoniasis dan kandidiasis.32 duh

vagina abnormal mungkin disebabkan oleh : vaginitis (gardnerella

vaginalis, Candida albicans); vaginosis bakterialis (pertumbuhan

berlebih kuman anaerob dan mobiluncus spp); servisitis (neisseria

gonorhoeae, Chlamydia trachomatis).

Alat dan bahan :

1) Speculum sesuai ukuran

2) Kapas lidi steril

3) Handscoon steril

4) Kaca obyek glass

5) Lampu/penerangan

6) methylene blue atau Giemsa

46
7) KOH 5-10%

Pemeriksaan Mikroskopis49

1) Preparat langsung

Untuk pemeriksaan sedian langsung, dari vagina, pada forniks

posterior diusap (swab) lalu ditambahkan larutan garam faal atau

diwarnai dengan cara gram. Sediaan gram Candida albicans

bersifat Gram positif. Dalam sedian langsung, jamur tampak

sebagai sel-sel berbentuk lonjong dengan atau tanpa tunas, terpisah

atau berkelompok. Pada pewarnaan periodic-Acid-Schiffstain

(PAS) sedian jamur ini berwarna kemerah-merahan (pink) sehingga

mudah di kenal. Untuk identifikasi spesies Candida albicans

terdapat beberapa cara yang sering di gunakan adalah sebagai

berikut: 7,49

1) Inokulasi pada serum atau rice-broth

Setelah di inkubasi pada temperatur 32°C selama 2 atau 3 jam akan

tampak pembentukan grem-tubes (filamen) yang merupakan tanda

khas untuk spesies Candida albicans.

2) Fermentasi terhadap larutan gula

Candida albicans dapat mempermentasikan glukosa, dan maltosa

akan menghasilkan asam dan gas, menghasilkan asam dari sukrosa,

dan tidak memfermentasikan laktosa. Tes fermentasi ini bersama

dengan sifat koloni dan morfologi koloni mampu membedakan

C.albicans dengan spesies candida lainya.

47
Vaginal Swab :

1) Getah vagina diambil dengan kapas lidi dari forniks posterior,

dimasukkan ke dalam botol kecil berisi larutan garam fisiologik (NaCl

0.9%).

2) Larutan yang mengandung getah vagina dipusing (centrifuge).

3) Satu tetes ditempatkan di kaca objek, ditutup dengan kaca penutup,

lalu diperiksa di bawah mikroskop.

4) Pemeriksaan dilakukan untuk mencari trichomonas vaginalis dan

benang-benang (miselia) Candida albicans.

Pemeriksaan Gram :

1) Getah uretra diambil dari forniks posterior dengan kapas lidi atau

ose.

2) Dibuat sediaan usap pada kaca objek. Dengan pewarnaan methylene

blue atau Giemsa, dapat tampak gonokokus, Trichomonas vaginalis,

Candida albicans atau spermatozoa.

Pemeriksaan menggunakan KOH :

1) Discharge vagina diambil dengan menggunakan kapas lidi.

2) Kemudian diusapkan pada kaca objek.

3) Kemudian diusapkan pada kaca objek.

4) Diteteskan larutan KOH 5-10% pada discharge tadi dan ditutup

dengan kaca objek. Tunggu selama 5-10 menit.

5) Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan mikroskop.

48
6) Amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x tanpa minyak

mersi.

7) Pada candidiasis atau kasus infeksi jamur lainnya akan teramati

adanya hifa dan doll cell vagina.

i. Kultur Fungi :

1) Goreskan specimen pada media sabouraud dextrose agar

2) Inkubasi pada suhu kamar 25-30 C selama 1-2 minggu

3) Apabila ada pertumbuhan teteskan larutan LPCB pada obyek

glass ambil koloni dengan menggunakan tease needle, tutup

dengan deck glass.

4) Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 40x.

c. Identifikasi fungi

1) Yeast : identifikasi manual dengan pengecatan gram kemudian

dilakukan germ tube test untuk membedakan Candida albicans dan

candida non albicans. Identifikasi juga dapat dilakukan dengan

mesin VITEX.

2) Mould : identifikasi dilakukan dengan melihat koloni secara

langsung (makrroskopis) dan pemeriksaan mikroskopisnya

dilakukan pengecatan dengan menggunakan LPCB (lacto phenol

cotton blue) untuk dapat melihat struktur hifa, conidia atau spora.

3) Pelaporan hasil : dalam pelaporan hasil yang harus diamati adalah

kecepatan pertumbuhan untuk membedakan jamur yang patogen

dan jamur kontaminan selain itu juga berdasarkan asal

49
pengambilan specimen. Candida albicans didiagnosis dengan

ditemukannya pseudohifa pada preparat kalium hidroksida (KOH)

secret vagina atau dengan biakan.

4) Teknik pengiriman sediaan swab serviks

Pengiriman dilakukan bila specimen didapatkan di klinik,

Puskesmas, Rumah Sakit dikirim ke laboratorium balai kesehatan.

Waktu pengiriman dari klinik ke laboratorium dibutuhkan waktu

12 jam pada suhu ruang sampai 30o C. media transport stuarts

amies cocok untuk pengiriman sampel serviks dan vagina. 56

6. Mekanisme kerja obat antijamur

Farmakoterapi penyakit jamur telah mengalami perubahan dengan

pengenalan obat azole yang relatif nontoksik, formulasi-formulasi baru

dari agen yang lama mulai tersedia. Namun, pemunculan organisme-

organisme kebal azol, sebagaimana juga peningkatan jumlah penderita

yang beresiko terjangkit infeksi jamur telah menciptakan tantangan yang

baru.7,20

Sejumlah agen terapi antijamur yang tersedia untuk pengobatan

infeksi akibat Candida, termasuk candidosis oral adalah golongan

kelompok polyene, contohnya nystatin, amfoterisin B yang diproduksi

streptomyces. Antibiotik ini bekerja dengan mengikat sterol pada

membran plasma fungi sehingga membran plasma sel menjadi sangat

permeable dan sel menjadi mati. Antifungi golongan azol, contohnya

imidasol adalah klotrimazol, mikonazol, dan ketokonazol sedangkan

50
contoh triazol adalah flukonazol dan itrakonazol. Seperti semua agen

antijamur kelas azole, fluconazole bekerja dengan cara mengganggu

sintesis membran sel jamur dengan cara menghambat enzim sitokrom

P450 14α-demethylase (P45014DM). Penghambatan ini mencegah

konversi lanosterol ke ergosterol, komponen penting dari membran

sitoplasma jamur. Meskipun ketersediaan agen-agen terapi untuk

pengelolaan candidosis lisan tersedia, namun terdapat kegagalan terapi

dan infeksi membandel yang justru dihasilkan. Golongan azol adalah obat

yang bersifat fungistatik.11,57,50

Seiring dengan meluasnya penggunaan azol sudah mulai terjadi

resistensi. Resistensi adalah suatu keadaan terganggunya kehidupan sel

mikroba oleh antimikroba yang sebenarnya merupakan mekanisme

alamiah untuk mempertahankan hidupnya.20 Telah dilaporkan selama

terapi antijamur didapat resistensi Candida spp., sebagian besar kasus

melibatkan C. glabrata resisten terhadap echinocandin meskipun spesies

lain seperti C. albicans, C. tropicalis dan C. krusei, juga telah terbukti

mampu mengembangkan resistensi sekunder. Mekanisme resistensi azol

bisa terjadi sebelum paparan triazol dan diperoleh selama terapi.

Mekanisme resistensi terhadap amfoterisin B telah dikaitkan dengan

penurunan kandungan ergosterol dalam membran jamur, terutama karena

perubahan pada jalur biosintesis ergosterol. Ini juga telah menyarankan

bahwa ketahanan terhadap amfoterisin B dapat dikaitkan dengan

gangguan mitokondria jamur. Resistensi azole dari isolat Aspergillus telah

51
diteliti secara ketat pada tahun-tahun terakhir. Perubahan di wilayah

pengkodean gen cyp51A (posisi G54, G138, M220, G448) atau

penyisipan 34-36 pasangan basa tandem berulang di wilayah promotor

gen, bersama dengan mutasi titik (posisi L98, Y121 dan T289 ) telah

dikaitkan dengan resistensi azol.58

7. Kontribusi Senyawa Bioaktif Daun Tahongai (Flavonoid, Saponin,

Alkaloid)

Berdasarkan penelitian terkait daun tahongai (Kleinhovia hospital

L.) positif mengandung flavonoid 19,78% dalam 10 gr daun, saponin

14,23% dalam 20 gr daun tahongai, dan alkaloid 2,83% dalam 5 gr daun

tahongai. Menurut Michael, dkk (2009) mengungkapkan mekanisme

kerja antijamur tergantung dari senyawa-senyawa bioaktif tanaman,

terutama senyawa golongan flavonoid yang merupakan turunan dari fenol

sebagian besar dapat menghambat sintesis protein dengan cara

menghilangkan struktur tersier dan sekunder ikatan protein pada membran

sel sehingga membrane sel menjadi hancur dan kemungkinan fenol dapat

menembus ke dalam inti sel sehingga menyebabkan mikroorganisme

tidak berkembang atau terhambatnya pertumbuhan. Fenol dapat

membentuk senyawa kompleks dengan ergosterol yang terdapat dalam

membrane sel jamur, kompleks tersebut menyebabkan pori-pori

membesar pada sel jamur. melalui pori-pori ini komponen kecil dari isi

sel jamur keluar seperti asam nukleat dan protein lainya. Bila hal itu terus

berlangsung akan menyebabkan kematian sel jamur.25,59 ,60

52
Senyawa alkaloid adalah zat aktif dari tanaman yang berfungsi

sebagai obat menurunkan panas atau antipiretik dan sebagai activator

kuat bagi sel imun yang mampu menghancurkan bakteri, virus, jamur dan

sel kanker.59 Alkaloid mengandung atom nitrogen basa mempunyai

struktur yang berbeda-beda dan banyak menunjukkan jangkauan aktivitas

farmakologis termasuk aktivitas antimicrobial. 61 Mekanisme kerja

alkaloid sebagai antimikroba adalah dengan cara mengganggu komponen

penyusun peptidoglikan pada sel sehingga lapisan dinding sel tidak

terbentuk secara utuh, terganggunya sintesis peptidoglikan sehingga

pembentukan sel tidak sempurna karena tidak mengandung

peptidoglikan.25

Saponin merupakan senyawa aktif yang menimbulkan busa dan

rasa pahit. Saponin ini terdiri dari dua kelompok Saponintriterpenoid dan

saponin steroid. Daun tanaman yang diekstrak menggunakan pelarut

seperti etanol didapatkan senyawa saponin yang bisa menghambat

mikroorganisme sebagai aktivitas antibakteri dan antijamur.62 Mekanisme

kerja saponin sebagai antijamur dengan menurunkan tegangan permukaan

membrane sterol yang berperan dalam sintesis dinding sel C.albicans.25,63

F. Bahan Herbal sebagai Alternatif Penatalaksanaan Pelayanan Kebidanan

pada Kasus Keputihan

Pemerintah menunjukkan keseriusan mengembangkan pelayanan

kesehatan tradisional berdasarkan strategi pengobatan tradisional/

complementary alternatif medicine (CAM) oleh organisasi WHO 2014-2023

53
mendukung dan merekomendasikan negara anggotanya untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat yang berbasis budaya pada layanan dan sistem

kesehatan nasional termasuk produk obat-obatan, dan praktisi tradisional.64

Di indonesia telah diatur dalam peraturan pemerintah No. 103 tahun

2014 tentang pelayanan kesehatan tradisional. Dalam peraturan tersebut yang

dimaksud dengan pelayanan kesehatan tradisonal komplementer adalah

penerapan kesehatan tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan

biokultural dalam penjelasannya serta manfaat dan keamananya terbukti

secara ilmiah. Pelayanan kesehatan tradisional integrasi adalah suatu bentuk

pelayanan kesehatan yang mengkombinasikan pelayanan kesehatan

konvensional dengan pelayanan kesehatan tradisional komplementer baik

bersifat sebagai pelengkap atau sebagai pengganti. 65

Menurut departemen kesehatan, obat tradisonal merupakan salah satu

warisan budaya bangsa Indonesia yang telah digunakan selama berabad-abad

untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta pencegahan dan

pengobatan penyakit. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang

berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian

(galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah

digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai norma yang

berlaku di masyarakat. 65,66

Obat tradisional hingga kini masih digunakan oleh masyarakat di

Indonesia dan banyak di Negara lain. Sebagai warisan budaya bangsa yang

telah terbukti banyak memberi kontribusi pada pemeliharaan kesehatan, jamu

54
sebagai obat tradisional asli Indonesia perlu terus dilestarikan dan

dikembangkan. Bukti hasil riset kesehatan dasar pada proporsi rumah tangga

memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional ramuan karena alasan

menjaga kesehatan/kebugaran (55,3%), alasan lebih manjur (20,2%), Tradisi

kepercayaan (14,3%), biaya murah (10,2%) dan lebih aman (5,7%). 19,65

Tradisi kepercayaan atau keyakinan terkait kesehatan dan tradisi

budaya masyarakat perlu digali dan dikembangkan oleh tenaga kesehatan

karena sangat penting untuk meningkatkan kualitas perawatan pada

masyarakat yang multicultural. Pemberian terapi herbal alternative dianggap

murah dan aman kerena tersedia dengan mudah bagi masyarakat untuk terapi

sendiri. Akan tetapi, bidan harus mengetahui terapi herbal untuk

menunjukkan pilihan terapi dan bukti terkini mengenai keamanan dan

keefektifan terapi serta dapat member saran dan peringatan untuk

penggunaannya. Terapi herbal alternatif terbukti ampuh meredakan gejala dan

meningkatkan kesehatan wanita dan penyembuhan selama berabad-abad

sebagai terapi pencegahan dan terapi terapeutik selama siklus hidup wanita

saat kehamilan, kelahiran, menyusui, dan kesehatan reproduksi. Sumber obat

herbal dari tumbuhan, daun, akar, pohon, semak, biji, buah dan sayuran.

Sebagian herba dapat digunakan dalam bentuh sediaan teh, tingtur, sirop,

jamu, kapsul, kompres, minyak infuse dan mandi herbal.39

Akhir dekade ini paradigma kebidanan mengalami pergeseran kearah

komplementer, asuhan kebidanan menjadi penting diberikan dengan

kombinasi pelayanan kebidanan konvensional dan komplementer/alternatif

55
dengan alasan untuk mempertahankan keadaan fisiologis siklus hidup

kesehatan wanita dan menghormati budaya masyarakat dengan harapan dapat

meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.67

Sebuah survei penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif

dalam pelayanan kebidanan 90% bidan dari 243 responden memberikan klien

mereka pengobatan herbal. Terap herbal termasuk diantara 3 modalitas

teratas pengobatan komplementer dan alternative pada pelayanan kebidanan

di Texas. Penggunaan terapi herbal yang paling menonjol digunakan untuk

pematangan serviks (83%), untuk mengatasi mual, muntah dan hyperemesis

(80%), induksi persalinan (77%). Terapi herbal untuk indikasi suplementasi

anemia/besi (70%), penyembuhan perinatal (66%) dan

kecemasan/stress/kelelahan (50%).68

Survei tahun 2010 di negara Amerika dengan sampel 343 bidan

menunjukkan bahwa 95% bidan menggunakan obat herbal sebagai terapi

komplementer/alternatif. Di negara Israel dengan sampel 238 bidan

menggunakan terapy komplementer/alternative sebesar 87%, yang lebih

popular bidan memberikan pelayanan alternative dengan massage (67%),

obat herbal (49%), meditasi (42%), touch terapi (41%) dan prayer (40%).69

Sedangkan jenis pelayanan kebidanan komplementer yang dipraktekkan

oleh bidan praktik mandiri di wilayah kabupaten klaten sebanyak 14,4%

memberikan pelayanan kebidanan komplementer dari sampel 181 bidan, jenis

pelayanan yang paling banyak dilakukan adalah pijat (80,8%), hipnoterapy

dan acupressure (15.5%), Yoga (3.8%), dan penggunaan obat herbal/ramuan

56
tradisional (11.5%) yang teridentifikasi yaitu jenis ramuan ekstrak daun katuk

dan jamu uyup-uyup untuk meningkatkan produksi Asi. 70

Hasil penelitian terkait pengobatan herbal dengan daun sirsak untuk

mengatasi keputihan pada usia subur (20-49 tahun) sebanyak 76,6% sembuh

setelah menggunakan ekstrak daun sirsak. Waktu yang dibutuhkan untuk

sembuh dari keputihan dibutuhkan waktu tercepat 5 hari dan paling lama

sampai 14 hari. Untuk mengobati keputihan dengan cara merebus 10 daun

sirsak dalam 2,5 liter air, kemudian rebusan yang masih hangat untuk

membasuh vagina. Selanjutnya penelitian dengan ramuan delima putih,

kunyit dan beluntas masing-masing sebesar 2.5 gram dalam bentuk rebusan

diberikan pada pasien selama satu sampai dua minggu dengan keluhan

'keputihan' yang disebabkan mikroorganisme (bakteri, jamur dan

trichomonas).71,72 Pengobatan herbal dengan pemanfaatan daun sirih merah di

masyarakat secara turun temurun dilakukan karena dipercaya bisa untuk

mengobati keputihan. Dari hasil pengujian dengan ekstrak daun sirih merah

menunjukkan konsentrasi hambat terhadap mikroorganisme trichomonas

pada keputihan antara 2,5-5% sebagai antiseptik. Masyarakat biasa

menggunakan daun sirih merah dengan cara merebus dan airnya digunakan

untuk membasuh vagina atau air rebusan juga bisa dengan cara diminum.73

Daun sirih dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional untuk

mengobati pendarahan gusi, memperkuat gigi, obat keputihan, hidung

berdarah, menghilangkan bau mulut dan lain-lain. Zat berkhasiat dari sirih

57
adalah minyak atsiri, yang terdiri dari senyawa-senyawa fenol dan terpene

yang mempunyai daya untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit.74

Menurut penelitian Septiyana (2013) menyatakan ekstrak etanolik daun

sirih (piper betle L.) dapat menghambat c.albicans hasil isolasi penderita

keputihan, adapun hasil screening kandungan kimia dari ekstrak daun sirih

(piper betle L.) yang teridentifikasi adalah senyawa flavonoid, saponin, dan

polifenol.75 Adapun kandungan kimia lain dan efek farmakologis dari daun

sirih (piper betle L.) yaitu mengandung 1-4,2% minya atsiri; hidroksikavicol;

7,25-16,7% Kavicol; 2,7%-6,2% Kavibetol; 0-9,6% allylpyrokatekol; 2,2-

5,6% karvakol; 26,8-42,5% eugenol, estragol, terpennena, fenil propane,

tannin, diastase, gula, dan pati. Khasiatnya dari daun sirih ini sebagai peluruh

kentut, menghentikan batuk, mengurangi peradangan dan menghilangkan

gatal. Sementara itu eugenol (daun untuk mencegah ejakulasi dini, mematikan

cendawan candida albicans yang merupakan penyebab keputihan, antikejang,

analgesic, anestetik dan penekan pengendali gerak. Tannin ( daun ) berfungsi

sebagai astrigen (mengurangi cairan pada vagina), pelindung hati, antidiare

dan antimutagenik. Sedangkan daun sirih merah (piper decumanum L.)

mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri yang bersifat

sebagai antipiretik dan anti-inflamsi.76

Sejak ratusan tahun lalu, nenek moyang kita telah memanfaatkan

tananaman sirih sebagai obat traditional untuk mengobati berbagai penyakit

seperti sariawan dan sakit gigi. Khasiat daun sirih merah disebabkan oleh

adanya sejumlah senyawa aktif yaitu flavonoid, alkaloid, polifenol, tannin,

58
dan minyak atsiri. Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol bersifat

antioksidan, antikanker, antiseptic dan antiinflamasi. Senyawa flavonoid

merupakan salah satu satu golongan fenol alam yang tersebar jumlahnya.

Tumbuhan yang mengandung flavonoid dapat digunakan untuk pengobatan

anti-inflamasi, antioksidan, antikanker, antiperdarahan, fungsi hati dan

antihiprtensi. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan

senyawa induk flavon. Ada sekitar Sembilan kelas flovonoid yaitu antosianin,

proantosianinidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavononil. Khalkon, dan

auron, flavanon, dan isoflavon. 77

Bahan herbal dari tanaman Tahongai sudah sejak lama dipercaya

sebagai obat tradisional oleh masyarakat Kalimantan dan Sulawesi untuk

menyembuhkan berbagai penyakit. Atas manfaatnya tersebut terdapat

penelitian mengungkap secara ilmiah kebenaran dari manfaat tanaman

tahongai yang ternyata kaya akan metabolit sekunder bioaktif seperti

penenlitian sebelumnya Yunita (2016) terkait kandungan daun tahongai

positif mengandung flavonoid 19,78%, senyawa alkaloid 2,83%, dan senyawa

saponin 14,23%.25 Penelitian Solihah, dkk (2018) mengungkap hasil

fitokimia standar dari ekstrak etanol daun tahongai (kleinhovia hospital Linn)

positif mengandung senyawa Alkaloid, Flavonoid, Saponin, Tanin, dan

Steroid.78 Sehingga kandungan senyawanya sangat berpotensi sebagai bahan

obat alternatif untuk dikembangkan melalui penelitian lebih lanjut melalui uji

laboratorium dan uji pra-klinik.21,79

59
Flavon pada dosis kecil bekerja sebagai stimulant pada jantung,

sebagai antioxidan pada lemak, beberapa isoflavon menunjukkan aktivitas

mengurangi atau menurunkan kadar kolesterol serum. Hesperidin memiliki

aktivitas terhadap pembulh darah kapiler dan sebagai antimikroba.

Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder mengandung unsure

nitrogen (N) bersifat basa, berwarna kuning dan bersifat larut dalam pelarut

polar etanol ataupun air. Adapun aktivitas farmakologi yang dimiliki oleh zat

ini yaitu sebagai analgesik dan narkotik, stimulant susunan saraf pusat,

miotik, hipertensif, hipotensif, anastesi local, antimalaria, antiemetic. 80

Senyawa Tanin sebagai astringen dapat dimanfaatkan sebagai antidiare,

menghentikan perdarahan, dan mencegah peradangan terutama pada mukosa

mulut, serta digunakan sebagai antidotum pada keracunan logam berat.

Tannin juga digunakan sebagai antiseptik karena adanya gugus fenol. Dalam

ayurveda, tanaman yang mengandung banyak tannin digunakan untuk

berbagai penyakit , antara lain keputihan.80

Senyawa saponin dikelompokkan menjadi saponin steroid dan saponin

triterpenoid. Saponin merupakan senyawa yang memiliki efek terapeutik,

berkasiat terhadap kanker, saponin steroid memiliki komponen dengan steroid

(C-27) dan terikat dengan molekul karbohidrat. Umumnya saponin steroid

memiliki efek sebagai antifungi dan pada hewan percobaan menghambat

aktivitas otot polos. 80

60
G. Tahongai (Kleinhosvia hospita L.) sebagai bahan alternatif dalam

mengatasi keputihan

1. Klasifikasi Tahongai (Kleinhosvia Hospita L.)

Tahongai atau K. hospita merupakan satu-satunya spesies dalam genus

Kleinhovia. Klasifikasi Tahongai (Kleinhosvia hospita L.) adalah sebagai

berikut.22

Kerajaan : Plantae

Subkerajaan : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Sterculiaceae

Ordo : Malvales

Famili : Sterculiaceae

Genus : Kleinhovia L.

Spesies : K. hospita L.

Gambar 2. 3 Tanaman Tahongai (Kleinhovia Hospita L.)

Sumber : (http:// daun-tahongai.html)

Tahongai (Kleinhosvia hospita L.) termasuk dalam family malvaceae.

Sinonim tumbuhan ini adalah Cattimarus hospital (L.) Kuntze dan Grewia

meyeniana walp. Masyarakat di Kalimantan timur menyebutnya sebagai

Tahongai. Dalam bahasa inggris, pohon tahongai disebut sebagai guest

tree. Pohon ini secara alami dapat dijumpai diselurruh penjuru tropical

benua Asia. Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di daerah lain di

61
Indonesia yaitu katimoho, timoho, katimanga, timanga atau kayu tahun

(Jawa); Katimahar atau kimau (Melayu); tengkele atau tangkolo (Sunda),

manjar (Lampung), katemaha (Madura), Katimala (Bali), kadanga

(Flores); klundang (Sumba); bintangar (Sulawesi utara); ngededo atau

ngaru (Maluku utara); Paliasa (Makassar); aju pali atau kauwasan

(Bugis).81

2. Morfologi Tumbuhan Tahongai (Kleinhosvia hospita L.)

Tahongai (Kleinhosvia hospita L.) merupakan tumbuhan perdu yang

banyak tumbuh secara alami di pinggiran sungai di Kalimantan Timur.

Habitat Tahongai (Kleinhovia hospita L.) berada disekitar sungai

Mahakam Kalimantan Timur. Tahongai memiliki batang yang sedang,

daun yang lunak dan selalu hijau, dimana tanaman ini mulai

dibudidayakan sebagian masyarakat Kalimantan. 82

Tahongai berukuran pendek hingga sedang, tingginya antara 5-20 m.

Pepagan berwarna kelabu, dengan ranting abu-abu kehijauan dan berambut

jarang. Daun tahongai bertangkai panjang, dengan ukuran 3-5 x 5-10 cm.

Helaian daun tahongai berbentuk jantung lebar, berukuran 4,5-27 x 3-24

cm, pada pangkalnya bertulang dengan daun menjari. Bunga tahongai

berkumpul dalam malai di ujung ranting, lebar dan berambut halus serta

daun pelindungnya berbentuk oval. Kelopak bunga tahongai bertaju lima,

berbentuk lanset, ukuran 6-19 mm, berwarna merah muda, sisi luarnya

berambut bintang.83

62
Daun mahkota ada 5 helai, empat diantaranya berbentuk pita lebar,

dengan pangkal berbentuk kantung sepanjang 6 mm berwarna merah, helai

yang kelima lebih pendek, oval melintang, dengan tepi yang terlipat ke

dalam dan satu dengan yang lainnya melekat, berujung kuning. Dasar

bunga diperpanjang dengan tiang androginofor yang tipis, berambut,

pangkalnya dikelilingi oleh tonjolan dasar bunga berbentuk cawan.

Benang sari dalam 5 berkas tiga-tiga di ujung tiang. Buah tahongai

berbentuk seperti pir, bertaju lima, panjang sekitar 2 cm, membuka

menurut ruang, berwarna merah muda kehijauan dan menggantung. Biji

tahongai berbentuk hampir bulat dengan diameter 1,5-2 mm, berwarna

hitam atau coklat gelap.82,84

3. Komposisi

Tanaman memiliki sumber yang kaya akan metabolit sekunder

bioaktif seperti tannin, terpenoid, saponin, alkaloid, flavonoid dan

senyawa lainya yang dilaporakan memiliki sifat antijamur secara

invitro.21,78 Kandungan utama tanaman Tahongai (Kleinhovia hospita L.)

menurut penelitian Raflizar et.al (2006) bahwa ekstrak dari tumbuhan ini

mengandung senyawa kimia saponin, cardenolin, bufadienol, antrakinon,

scopoletin, keampferol, quercetin, serta senyawa sianogenik.79 Hasil

temuan Li et al (2009), daun Tahongai mengandung triterpenoid

sikloartan, sehingga ekstrak dari tumbuhan tersebut dapat berkhasiat dan

dipercaya dalam pengobatan penyakit liver, hipertensi, diabetes, kolesterol

dan hepatitis yaitu dengan cara dikonsumsi meminum air rebusannya.85

63
Selain itu, penelitian Arung et.al (2009) Daun dan kulit dari K. hospita

mengandung senyawa sianogenik yang diasumsikan membantu

membunuh ektoparasit, seperti kutu, dan ekstrak daun telah menunjukkan

aktivitas antitumor terhadap sarkoma tikus. Beberapa senyawa, seperti

scopoletin, quercetin, rutin, dan kaempferol telah diisolasi dari daun.28,86,87

Hasil Penelitian, ekstrak tahongai juga mampu mematikan sel kanker

hati, yaitu sel HepG2. Selain itu, mengandung senyawa golongan kumarin,

yaitu 7-hidroksi-6-metoksi kumarin (skopoletin) yang mampu memberikan

efek antihipertensi, antiinflamasi, dan antialergi serta dapat menghambat

prostaglandin synthetase, suatu senyawa asam lemak. Mengandung

senyawa aktif Eleutherol dan Kaempferol 3-glukosida yang berfungsi

sebagai zat antioksidan.86,88

Penelitian Dey et.al (2017) bahwa ekstrak daun Tahongai

mengandung asam lemak utama seperti asam palmitat (17,97%), asam

linoleat (8,05%), asam oleat (7,87%) dan asam stearat (7,79%). Dilakukan

juga uji Aktivitas antibakteri yang menunjukkan nilai signifikan terhadap

gram positif (Bacillus subtilis dan Bacillus licheniformis) dan gram negatif

bakteri Escherichia coli dan Acinetobacter junii ) adalah (61,75 μg / ml

dan 60,02 μg / ml) dan (35.75μg / ml dan 38.04μg / ml). Minyak daun

tahongai diyakini dapat digunakan dalam pengobatan, pertanian dan

pelestarian makanan.28

Tahongai termasuk herbal yang luar biasa karena mampu membantu

penyembuhan secara holistik melalui pengeluaran racun/detoksifikasi dan

64
menghentikan peradangan serta rasa sakit. Tahongai bermanfaat untuk

memulihkan, menyehatkan dan memperkuat hati sehingga dapat

melakukan fungsinya dengan baik yaitu: menyimpan mineral, vitamin dan

gula yang akan digunakan sebagai bahan bakar, membersihkan dan

menyaring racun-racun dari darah dan mengontrol produksi atau

pengeluaran kolesterol.83

Berikut peran senyawa aktif yang terdapat dalam daun Tahongai

(Kleinhosvia Hospia L.) sebagai antimikroba atau menghambat C.albican:

a. Flavonoid merupakan senyawa golongan fenol yang aktif. Menurut

Volk, Fenol dalam konsenntrasi rendah 0,1-2 persen dapat merusak

membrane sitoplasma yang menyebabkan bocornya metabolit penting

dan menginaktifkan sejumlah system enzim, sedangkan pada

konsentrasi tinggi fenol bekerja merusak membran sitoplasma secara

total dan mengendapkan protein sel. Ion hidroksil secara kimia

menyebabkan perubahan komponen organik dan transpor nutrisi

sehingga menimbulkan efek toksik terhadap sel mikroba. 59,63

Flavonoid juga berperan penting dalam penurunan risiko penyakit

kronis yang digunakan dalam pengobatan tradisional. Studi praklinis

menunjukkan bahwa flavonoid memiliki berbagai aktivitas

farmakologi termasuk sebagai antioksidan, anti-inflamasi, antimikroba

dan aktivitas antikanker.89 Senyawa flavonoid dari golongan fenol

yang aktif berpotensi sebagai antijamur menargetkan jalur

metabolisme C.albicans melalui Siklus glioksilat, yang

65
memungkinkan C. albicans bertahan hidup di ceruk inang yang

terbatas nutrisi dan enzim kunci (isocitrate lyase (ICL1) yang

merupakan target dari antijamur pada C. albicans.90

Senyawa bioaktif Flavonoid berperan mengurangi peradangan sel

memiliki aktivitas menguntungkan bagi kesehatan karena senyawa

flavonoid bersifat antiseptik, dan anti-inflamasi dengan cara

melindungi struktur sel, mencegah peradangan melalui penghambatan

aktivitas enzim (fosforilasi) dan dapat digunakan sebagai antibiotic.

Flavonoid juga berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk

senyawa kompleks terhadap protein di luar sel yang mengganggu

kekuatan membrane sel bakteri. Senyawa Flavonoid adalah senyawa

yang dapat menghambat proses inflamasi, dengan cara menghambat

produksi pro–inflamasi sitokin, seperti IL - 1beta , IL - 2 ,IL-3, IL - 6 ,

IFN- gamma, TNF-alpha, dan kemokin di jenis sel yang berbeda-beda.

Sehingga senyawa Flavonoid atau Anthocyanin ini memiliki sifat

alami sebagi anti-inflamasi, anti-oksidan, antijamur, antitumor,

antivirus, dan vasoprotective. Flavonoid juga bersifat fenolik dan

bertindak sebagai racun sitoplasma, yang menghambat aktivitas enzim

sitoplasma seperti aldose reduktase, xanthine oxidase,

phosphodiesterase dan ATPase.61,91 Irshad, et.al (2011) Ekstrak buah

dan biji buah Cassia fistula memiliki kandungan senyawa fenolik

yang tinggi seperti (antraquinones, flavonoids, tanin, rhein,

terpenoids, cardiac glycolides, alkaloid) yang menunjukkan hasil

66
penghambatan ergosterol c.albicans pada membran sel sehingga

menghambat fungsi enzim, serta berpotensi sebagai antikandida.92

b. Mekanisme kerja saponin sebagai anti jamur dengan menurunkan

tegangan permukaan membran sterol yang berperan dalam sintesis

dinding sel C.albicans, sehingga permukaan sel pada pada

pertumbuhan jamur terhambat. Saponin sebagai agen aktif antijamur

dengan cara mengubah permeabilitas dinding sel sehingga

memfasilitasi masuknya bahan beracun atau kebocoran konstituen

vital dari sel. 25,63,93 Ribeiro, et.al (2013) memaparkan fungsi senyawa

saponin dari tanaman Ziziphus joazeiro yang diekstrak dengan pelarut

etanol memiliki aktivitas sebagai antimikroba terhadap Candida

albicans (156 μg / mL) dengan konsentrasi 2-4 % m/v.94

c. Alkaloid

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang

kebanyakan heterosiklik mempunyai rasa yang pahit dan terdapat

seluruh bagian tumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa

yang berasal dari hewan). Alkaloid mempunyai aktifitas fisiologi

yang kuat dan luas, memiliki struktur yang berbeda-beda dan banyak

menunjukkan jangkauan aktivitas farmakologis termasuk aktivitas

antimicrobial.61 Mekanisme kerja alkaloid sebagai antimikroba adalah

dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel

sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh, terganggunya

sintesis peptidoglikan sehingga pembentukan sel tidak sempurna

67
karena tidak mengandung peptidoglikan dan dindingnya sel hanya

meliputi membrane sel.25 Menurut Nenaah G (2010) Menunjukkan

senyawa alkaloid β-karbolin dari ekstrak Peganum harmala L melalui

fraksinasi memiliki peran sebagai antijamur terhadap candida albicans

dengan daya hambat 24,7 mm.95

d. Tannin

Senyawa fitokimia dalam tumbuhan seperti polterpen dan

sterol, polifenol, flavonoid, tannin katekin dan alkaloid dalam ekstrak

etanol diakui sebagai agen antimikroba. Salah satu senyawa yang di

screening dalam ekstrak daun tahongai adalah Senyawa Tannin dalam

aktivitasnya sebagai antimijamur yaitu dengan cara mengkoagulasi

protein dinding sel yang menghasilkan aktivitas bakterisida pada

konsentrasi yang lebih tinggi, dapat disimpulkan bahwa Ekstraksi zat

bioaktif dengan pelarut polaritas menunjukkan bahwa aktivitas

penghambatan oleh ekstrak karena senyawa polar yang lebih baik

terkonsentrasi dalam menggunakan etanol.93,78

Mailoa et.al (2014) menunjukkan hasil penelitian bahwa

senyawa tannin dari ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium Guajava

L) dengan metode analisis kualitatif tampak warna hijau kehitaman

dengan penambahan larutan FeCl3. Senyawa tanin memiliki peran

sebagai antimikroba pathogen terhadap Escherichia coli,

Pseudomonas aureginosa, Staphilococcus aureus, Aspergillus niger

dan Candida albicans dengan daya hambat pada kadar tanin 30%,

68
yaitu 2,351 mg/g, etanol 50% yaitu 1,728 mg/g, etanol 70% yaitu

1,835 mg/g..96

e. Steroid

Steroid/terpenoid fenol termasuk carvacrol yang merupakan

komponen minyak essensial, yang mana senyawa ini mempunyai

aktivitas antijamur yang kuat terhadap berbagai pathogen termasuk C.

albicans dengan mekanisme kerja membuat lesi membrane non

spesifik pada dinding sel C. albicans.63

4. Khasiat dan Manfaat Tahongai (Kleinhosvia hospita L.)

Manfaat daun Tahongai (Kleinhosvia hospita L.) telah digunakan

sebagai obat tradisional atau ramuan herbal seperti di Malaysia, Indonesia,

India dan Papua Nugini untuk mengobati kudis. Daun digunakan keramas

untuk menghilangkan kutu rambut, jus daun digunakan sebagai obat cuci

mata, dan daun dikonsumsi sebagai sayuran yang merupakan sumber

potensial antifungi alami melalui senyawa bioaktifnya. 97 Kebiasaan di

masyarakat Kalimantan menanam pohon tahongai ini dipekarangan rumah

karena dipercaya dan diyakini dapat menyembuhkan berbagai macam

penyakit seperti hepatitis dengan meminum air rebusannya, daun juga

biasanya digunakan untuk mengobati luka dengan cara menempel daun

yang sudah dihancurkan diaplikasikan ke luka. Penelitian Pratama (2010)

menggunakan ekstrak jaringan kayu batang sebagai uji aktivitas senyawa

terhadap pertumbuhan sel kanker.98

69
Daun Tahongai (Kleinhosvia hospita L.) untuk mencegah dan

mengobati beberapa penyakit, termasuk infeksi mikroba, alergi, hipertensi,

hiperkolesterolemia, diabetes, aterosklerosis dan kanker. Tanaman

Tahongai (Kleinhosvia hospita L.) berkhasiat bagi kesehatan tergantung

pada senyawa bioaktifnya.22 Selain bermanfaat untuk memelihara

kesehatan, penelitian Dey et.al (2017) juga mengungkap bahwa minyak

daun dapat digunakan dalam pengobatan, pertanian, dan pengawetan

makanan.28

5. Bagian Herbal yang digunakan

Bagian tumbuhan yang banyak dimanfaatkan untuk bahan pengobatan

tradisional adalah 25% dari daun. Daun merupakan bagian tumbuhan

tanaman yang palin mudah didapat dibandingkan bagian lain dari

tanaman.23 Daun dan kulit Tahongai mengandung pound com-cyanogenic

yang diasumsikan untuk membantu membunuh ektoparasit, seperti kutu,

dan ekstrak dari daun telah menunjukkan aktivitas antitumor terhadap

tikus sarkoma. Beberapa senyawa, seperti scopoletin, quercetin, rutin, dan

kaempferol telah diisolasi dari daun. Di Indonesia, daun secara tradisional

digunakan oleh beberapa suku, termasuk Kalimantan, Toraja, Bugis, dan

Makasar, untuk menyembuhkan penyakit hati. 98,99

6. Uji Toksisitas ekstrak daun Tahongai

Penelitian sebelumnya melakukan uji toksisitas sub kronik dari

70% ekstrak alkohol daun tahongai (K.hospita Linn) pada hewan

menggunakan jumlah 30 dari 40 bulan tikus putih galur wistar jantan, yang

70
memiliki berat rata-rata (SD) sekitar 208,75 ± 17,47 gr. Ekstrak diberikan

secara oral melalui spuit selama 12 minggu (3 bulan) untuk setiap tikus.

Setelah itu, semua tikus telah dibunuh oleh cairan eter, dan untuk

pemeriksaan histologi, darah telah diambil dari jantung, hati & ginjal

tikus. Penelitian telah dilakukan dengan desain acak selesai termasuk 5

perawatan & 6 ulangan.

Setiap perlakuan termasuk memberikan aquades tikus dengan dosis

0 mg / kg berat badan (kontrol) untuk ekstrak daun paliasa kelompok 1

dengan dosis 250 mg / kg berat badan untuk kelompok 2 ", kelompok 3

dengan dosis 500 mg / kg berat badan, kelompok 4 dengan dosis 750 mb /

kg berat badan & untuk kelompok ke 5 dengan dosis 1000 mg / kg berat

badan SGOT (Serum Glutamat Oksalo Tranaminase), SGPT (enzim

glutamate piruvat transaminas), Bilirubin langsung & tidak langsung,

creatinin, ureum ginjal & penghancuran sel hati telah diukur dari semua

kelompok. Hasilnya menunjukkan bahwa dari delapan parameter, secara

statistik, tidak ada perbedaan yang signifikan antara masing-masing

perlakuan, kesimpulannya adalah ekstrak daun paliasa (Kleinhovia hospita

Linn) hingga dosis 1000 mg/kg bb tidak mempengaruhi kadar SGPT,

SGOT dan Bilirubin.29

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fungsi hati masih dalam

batas aman. Demikian pula terhadap parameter kreatinin dan ureum serum

sebagai fungsi ginjal, juga masih tergolong aman. Secara mikroskopis hati

dan ginjal tikus percobaan dari 5 kelompok perlakuan tidak berbeda

71
karena semua ginjal menunjukkan pernah terinfeksi atau mengalami

kerusakan saat atau sebelum perlakuan, yang tidak dapat dihubungkan

dengan beda perlakuan yang berlangsung.29 Hasil penelitian dekok daun

paliasa sebagai obat radang hati akut diperoleh hasil bahwa ekstrak daun

paliasa dapat melindungi radang hati yang diakibatkan oleh CC14 (karbon

tetraklorida) pada dosis : 500 mg/kg bb, 750 mg/kg bb & 1000 mg/kg

bb.79 Uji toksisitas ekstrak daun K.hospita pada Artemia salina melalui uji

metode BSLT (Brine shrimp Lethality test) menunjukkan bahwa toksisitas

rendah hingga sedang dengan uji aktivitas dalam lethal konsentrasi (LC50)

untuk rebusan daun K.hospita Linn 698.54 µg/mL dan untuk ekstrak etanol

daun K.hospita Linn 452.03 µg/mL.100 Uji toksisitas pada senyawa fenol

terhadap A. salina leach diperoleh LC50 143,59 µg/mL, pada senyawa

alkaloid menunjukkan hasil uji toksisitas terhadap A. salina leach

diperoleh LC50 175,02 µg/mL.101

7. Proses Ekstraksi

Ekstraksi/sari adalah material hasil penarikan oleh pelarut air atau

pelarut organik dari bahan kering (dikeringkan). Hasil penyarian tersebut

kemudian pelarutnya dihilangkan dengan cara penguapan dengan alat

evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental jika pelarutnya pelarut

organik. Pemisahan pelarut berdasarkan kaidah ‘like dissolved like’ artinya

suatu senyawa polar akan larut dalam pelarut polar. Ekstraksi dapat

dilakukan dengan bermacam-macam metode, tergantung dari tujuan

ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan dan senyawa yang diinginkan. 102,66

72
Pelarut methanol, etanol 70%, dan etanol 96% adalah pelarut

pilihan utama untuk mengekstraksi metabolit sekunder yang belum

diketahui strukturnya. Ketiga pelarut ini memiliki extracting power (daya

ekstraksi) yang luas sehingga semua metabolit sekunder tersari dalam tiga

kali maserasi. Bobot simplisia yang digunakan 10-100 gram. Jika

tujuannya mengisolasi dan memurnikan senyawa target sudah jelas bisa

menggunakan pelarut organik lain (butanol, etil asetat, kloroform, aseton

atau heksana) yang memilki sifat ekstraksi terbaik. Rekomendasi bobot

simplisia awal minimal 1 kg agar peluang mendapatkan senyawa aktif

farmakologis secara kualitatif maupun kuantitatif lebih tinggi. 102

Ekstraksi biasanya dilakukan dengan maserasi atau perendaman

bahan dengan pelarut terpilih. Maserasi merupakan proses penyaringan

senyawa kimia secara sederhana dengan cara perendaman simplisia atau

tumbuhan pada suhu kamar dengan menggunakan pelarut yang sesuai

sehingga bahan menjadi lunak dan larut. Dengan cara: bahan simplisia

yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakop (umumnya terpotong-

potong atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi.

Bahan pengekstraksi akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam

rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan keluar dan karena

adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan

di luar sel, maka larutan yang paling peka tertarik keluar. Peristiwa

tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan

di luar dan di dalam sel. Seringkali maserasi dikombinasi dengan digesti

73
dan refluk selama 1-2 jam dengan suhu 40-60 C, untuk meningkatkan

efisiensi penyarian. Biasanya ekstraksi dilakukan 2-3 kali atau sampai

material tidak mengandung senyawa terlarut lagi (Dicek dengan KLT

(kromatografi lapis tipis) dan lampu UV 254/366 nm).102,66

Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan tujuan agar terpisah

antara ampas dengan cairan yang murni. Selanjutnya hasil rendaman

tersebut disimpan terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang

dikatalis cahaya atau perubahan warna), waktu lamanya maserasi berbeda-

beda, masing-masing farmakope mencantumkan 4-10 hari.102,66 Setelah

sari ekstrak didapatkan, selanjutnya bisa dilakukan proses untuk

mengetahui kandungan fitokimia ekstrak dan hasil kuantitatif untuk

mengetahui kandungan senyawa berdasarkan referensi jurnal

sebelumnya.25,78

Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa

yang ada dalam ekstrak daun tahongai berdasarkan metode referensi

sebelumnya.78

a. Uji Alkaloid

Satu gram sampel dihancurkan dalam mortar, sejumlah kecil kloroform

dan pasir ditambahkan, kemudian 5 mL larutan 0,05 N amonia dalam

kloroform ditambahkan. Campuran tersebut dikocok selama beberapa

menit, kemudian disaring ke dalam tabung reaksi. H2SO4 2N

ditambahkan ke dalam filtrat dan dikocok secara teratur, dua lapisan

terbentuk. Solusi atas (fase air) dipisahkan dan diuji dengan reagen

74
Mayer, Wagner, dan Dragendorff. Sedimen yang terbentuk

menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.

b. Uji Flavonoid

Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

ditambahkan 5 mL etanol, dan dipanaskan selama 5 menit. Ekstrak

kemudian disaring dan filtrat ditambahkan beberapa tetes HCl pekat.

Selanjutnya, tambahkan 0,2 mg bubuk magnesium kira-kira. Jika

tampak merah, itu menunjukkan adanya senyawa flavonoid.

c. Tes Saponin

Sebanyak 500 mg ditambahkan ke dalam 10 mL air panas. Kemudian

didinginkan dan kocok dengan kencang. Jika ada busa stabil setinggi 1

cm atau lebih menunjukkan adanya gugus senyawa saponin. Selain itu,

penambahan 1 tetes HCl 2 N tidak akan membuat busa menghilang.

d. Tes Tannin

Sebanyak 500 mg sampel ditambahkan ke 50 mL air suling, kemudian

direbus selama 15 menit dan didinginkan. 5 mL filtrat diambil dan

diteteskan dengan FeCl3 1%. Jika warnanya berubah menjadi hitam

kehijauan, itu menunjukkan kehadiran senyawa kelas tanin.

e. Steroid

Sebanyak 2 g sampel dihancurkan dalam mortar, sejumlah kecil

kloroform dan pasir ditambahkan, kemudian ditambahkan 5 mL

larutan 0,05 N amonia ke dalam kloroform. Campuran tersebut

dikocok selama beberapa menit, kemudian disaring ke dalam tabung

75
reaksi. H2SO4 2N adalah ditambahkan ke dalam filtrat dan dikocok

secara teratur, biarkan membentuk dua lapisan. Solusi bawah

dipisahkan dan dijatuhkan ke pelat jatuh, dibiarkan kering. Setelah

kering, asam asetat anhidrat ditambahkan dan diaduk secara merata.

Selanjutnya dimasukkan 3 tetes asam sulfat terkonsentrasi dan

mengamati warna yang terjadi. Jika warnanya biru atau hijau, maka ini

menunjukkan adanya senyawa steroid. Jika warnanya oranye atau

ungu, itu menunjukkan adanya senyawa kelompok triterpenoid.

Dibawah ini penentuan kuantitatif senyawa yang diduga terkandung dalam

ekstrak daun tahongai (kleinhovia hospital linn).25

1. Penentuan Flavonoid

Daun sebanyak 10 gram diekstrak secara berulang kali dengan 100 ml

metanol 80% pada suhu kamar. Seluruh larutan disaring dengan kertas

saring Whatman No. 42, kemudian filtrat dimasukkan ke dalam krus

porselain dan diuapkan dengan pengeringan di atas penangas air, lalu

beratnya ditimbang hingga konstan. Metode yang digunakan adalah

metode Boham dan Kocipai-Abyazan.

2. Penentuan Alkaloid

Daun sebanyak 5 gram ditimbang dalam beaker 250 ml, lalu

ditambahkan 200 ml asam asetat 10% dalam etanol. Kemudian beaker

ditutup dan dibiarkan selama 4 jam. Setelah itu campuran disaring dan

ekstraknya dipekatkan pada penangas air hingga volume semula

menjadi ¼-nya. Setelah itu ditambahkan amonium hidroksida pekat

76
tetes demi tetes ke dalam ekstrak sampai endapannya sempurna.

Seluruh larutan dibiarkan tenang, kemudian endapannya dikumpulkan

dan dicuci dengan amonium hidroksida lalu disaring. Setelah itu residu

yang merupakan alkaloid dikeringkan dan ditimbang. Penentuan

alkaloid ini menggunakan metode Harborne.

3. Penentuan Saponin

Sebanyak 20 g daun sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan

ditambahkan dengan 100 ml etanol 20%. Setelah itu campuran

dipanaskan di atas penangas air selama 4 jam pada suhu 55 oC.

Kemudian campuran disaring dan residunya diekstrak kembali dengan

200 ml etanol 20%. Setelah itu ekstrak yang telah diperoleh

dipanaskan dalam penangas air dengan suhu 90oC sehingga volumenya

tinggal 40 ml Ekstrak. Ekstrak yang telah pekat dimasukkan ke dalam

corong pisah 250 ml, kemudian ditambahkan dengan 20 ml dietil eter

dan dikocok dengan cepat. Lapisan yang mengandung air dipisahkan

dan lapisan eternya dibuang. Setelah itu proses pemurnian diulang

kembali dengan ditambahkan larutan n- butanol sebanyak 60 ml.

Ekstrak n- butanol yang telah diperoleh dicuci sebanyak 2 kali dengan

10 ml larutan NaCl 5%. Lalu larutan sisanya dipanaskan dalam

penangas air. Setelah terjadi penguapan, sampel dikeringkan dalam

oven hingga beratnya konstan; persen kandungan saponin ditentukan.

Metode yang digunakan adalah metode Obadoni dan Ochuko.

77
8. Uji Aktivitas Anti Jamur

Prinsip tes aktivitas antijamur merupakan penentu terhadap jamur

penyebab penyakit yang kemungkinan menunjukkan resistensi terhadap

suatu antijamur atau kemampuan suatu antijamur untuk menghambat

pertumbuhan jamur yang tumbuh secara in vitro, sehingga dapat dipilih

sebagai agen antijamur yang berpotensi untuk pengobatan. 103 Pada uji

aktivitas antifungi dibutuhkan media yang berbeda dengan uji

menggunakan bakteri. Media yang umum digunakkan adalah Sabouroud

Dextrose Liquid/Solid (SDA), Czapex Dox, dan media khusus fungi lainya.

SDA merupakan jenis agar yang mengandung pepton untuk

menumbuhkan berbagai jenis fungi, adapaun kandungan media kultur

SDA yaitu 40 g/L dextrose, 10 g/L peptone, 20 g/L agar, Ph 5,6 ± 0.2 @

25 ᵒC. Uji ini serupa dengan uji untuk bakteri, dimana spora fungi atau

miselium fungi dilarutkan pada larutan agen antimikroba uji, dan

selanjutnya pada interval waktu tertentu disubkultur pada media yang

sesuai. Setelah diinkubasi, pertumbuhan fungi/jamur pun dapat diamati.

Kemampuan anti jamur dapat diukur menggunakan metode yang biasa

dilakukan, yaitu :11,104,105

1. Metode Dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair dan dilusi padat.

a) Dilusi Pembenihan Cair

Dilusi pembenihan cair terdiri dari makrodilusi dan mikrodilusi.

Pada prinsipnya pengerjaannya sama hanya berbeda dalam volume.

Makrodilusi menggunakan volume lebih dari 1 ml, sedangkan

78
mikrodilusi menggunakan volume 0,05 ml – 0,1 ml. Metode ini

bisa mengukur MIC (Minimal Inhibitory Concetration atau kadar

hambat minimum, KHM) dan MBC (Minimum bactericidal

concentration atau kadar bunuh minimum, KBM). Cara yang

dilakukan adalah membuat seri pengenceran agen antimikroba pada

medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji

agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa

adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan

yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang

pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen

antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang

tetap terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM.

Kosentrasi minimal yang diperlukan untuk membunuh 99,9%

pertumbuhan bakteri dan jamur dikenal sebagai Konsentrasi Bunuh

Minimal (KBM).106

b) Dilusi Agar/padat

Metode ini sesuai dengan metode dilusi cair namun

menggunakan media padat. Keuntungan dari metode dilusi adalah

MIC (Minimal Inhibitory Concetration) dapat membantu dalam

penentuan tingkat resistensi dan dapat menjadi petunjuk

penggunaan anti jamur. Selain itu, satu konsentrasi agen

antimikroba yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa

mikroba uji. Kerugian metode ini adalah tidak efisien, karena

79
pengerjaannya yang rumit, memerlukan banyak alat-alat dan bahan

serta memerlukan ketelitian dalam proses pengerjaannya termasuk

persiapan konsentrasi anti jamur yang bervariasi.11

2. Metode Difusi (Uji Kirby Bauer)

Prosedur dari metode difusi agar menggunakan cakram disk

terstandar, dikenal dengan metode Kirby-Bauer yang sering digunakan

untuk menentukan sensitivitas mikroorganisme. Metode ini

memungkinkan penentuan efikasi suatu obat secara cepat dengan

mengukur diameter daerah hambatan (DHP) yang dihasilkan dari

difusi senyawa ke dalam media agar. Pada metode ini cakram-cakram

disk berukuran seragam dijenuhkan dengan senyawa anti jamur dan

diletakkan di atas permukaan lempeng agar yang telah ditanami

mikroorganisme.

Adanya hambatan pertumbuhan ditunjukkan oleh tampaknya

suatu daerah jernih/bening di sekitar disk cakram, sehingga

mikroorganisme tersebut diinyatakan sensitivitas terhadap suatu

senyawa anti jamur berdasarkan ukuran atau diameter daerah jernih

tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

mikroorganisme oleh agen antimokroba pada permukaan media agar

dengan satuan milimeter (mm). Menurut Wattimena bahwa suatu

senyawa bersifat anti bakteri atau antijamur rata-rata zona hambatan >

14 mm.26 Hasil tes kepekaan, mikroorganisme diklasifikasikan ke

80
dalam dua atau lebih kategori yaitu sensitive, intermediet, dan resisten

untuk kepentingan klinisi. 11,56

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi zona hambat yang

terjadi tidak konsisten yaitu: 9,106

1. Kepekatan inokulum

Pengenceran inokulum yang terlalu pekat menyebabkan ukuran

zona hambat akan lebih kecil. Sebaliknya bila pengenceran

inokulum yang terlalu encer menyebabkan zona hambat menjadi

lebih besar atau luas.

2. Suhu Inkubasi

Suhu optimal untuk pertumbuhan jamur dan untuk uji aktivitas

antijamur adalah 37 ᵒC. suhu maksimal C.albicans mampu tumbuh

dalam suhu 42-45 ᵒC. Sedangkan jenis candida lain tidak mampu

tumbuh.

3. Lama inkubasi

Lama waktu yang baik untuk pengujian antijamur yaitu 24 jam.

Bila data hasil pengujian diambil tidak sesuai dengan waktu yang

ditetapkan maka hasilnya mempengaruhi zona hambat.

4. Ukuran lempeng, ketebalan media agar dan pengaturan jarak

antimikroba yang sesuai standar untuk uji aktivitas antijamur

berdiameter 9-10 cm, pengaturan jarak antara cakram yang tepat

sangat penting mencegah tumpang tindih zona hambat yang

terbentuk.

81
5. Komposisi media

Media juga mempengaruhi zona hambat karena merupakan tempat

dan sumber nutrisi yang dibutuhkan oleh Jamur C.albicans, untuk itu

media yang digunakan adalah Soboroud dextrose agar (SDA)

yang.11

6. Potensi disc cakram antijamur

Semakin banyak larutan antibakteri yang terserap dalam disc cakram


kertas, maka diameter zona hambat yang dihasilkan akan semakin
luas. Tergantung pada kecepatan difusi antijamur. Penetapan
rendaman kertas cakram atau disc cakram dilakukan selama 24 jam
dalam suhu ruangan.

82
H. Kerangka Teori
Upaya Pengobatan Keputihan
Infeksi Menghambat
Candida Albicans
Patogen Pertumbuhan Jamur
Imunocomp-
romised
Dinding sel Fenol
Flavonoid Ekstrak Komplementer
Kontrasepsi adhesive ke sel
Alkaloid daun tahongai
Hormonal inang
Saponin
Tannin
Kehamilan Transisi sel ragi
Faktor Terjadi
Keputihan ke Hifa
Antibiotik
Flukonazol Antijamur Konvensional
Invasi ke sel epitel
Penyakit : DM, (diflucan)
HIV/AIDS
Sekresi Hidrolase
Personal
Hygiene Pembentukan
biofilm

Keputihan Neutrofil,
patologis Makrofag lisis
(Kandidiasis
Vulvovaginalis)
Jaringan mukosa
rusak

Mukus (lendir) Pelepasan sel-sel


berlebih epitel

Gambar 2. 4. Kerangka Teori41, 5,25,43,103,115


83
84

Anda mungkin juga menyukai