Anda di halaman 1dari 13

69

4.2 Pembahasan

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan

Klien Dengan Masalah Defisiensi Pengetahuan Pada Penderita Diabetes Mellitus

di UPT Panti Werdha Mojopahit Mojokerto”. Penulis memberikan asuhan

keperawatan selama 4 hari sejak tanggal 23 Juli 2015 sampai 26 Juli 2015.

Pembahasan tentang proses asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, rencama tidakan, pelaksaan tindakan dan evaluasi.

4.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses

keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam manangani

masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan yang

tepat (Muttaqin, 2006).

Penulis Pada tahap ini penulis mendapatkan identitas klien yang

mengalami DM pada kasus 1 dengan nama Tn. W berusia 63 tahun dengan jenis

kelamin laki laki, sementara pada kasus 2 bernama Ny. H usia 65 tahun. Dari data

ini penulis mendapatkan perbedaan kasus klien yaitu pada jenis kelamin yang

berbeda. Menurut Sunjaya (2009), menemukan bahwa kelompok umur yang

paling banyak menderita diabetes mellitus adalah kelompok umur 45-52 (47,5%).

Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan

intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya

kemampuan sel β pancreas dalam memproduksi insulin. Sehingga pada pengkajian

identitas klien ini dapat dikatakan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

nyata.
70

Pada pengkajian keluhan klien 1 dan 2 memiliki perbedaan. Klien 1

seringnya BAK dimalam hari, sering haus dan sering merasa kesemutan pada

kaki. Pada kasus 2 ditemukan keluhan nafsu makan menurun dan berat badanya

menurun ≤ 4 kg dalam waktu satu bulan. Dihubungkan dengan teori, menurut

Mansjoer (2001), gejala penyakit DM yaitu banyak makan (polifagia), banyak

kencing (poliuria), banyak minum (polidipsi) bila keadaan tersebut tidak diatasi

segera, maka akan timbulnya gejela yang disebabkan oleh kemunduran insulin

maka keluhan yang muncul nafsu makan mulai berkurang dan disusul dengan

mual, banyak minum, banyak kencing, mudah capek atau lelah, berat badan

menurun dengan cepat (≤ 5-10 kg dalam sebulan).

Pada pola nutrisi pada klien 1 dan 2 memiliki kesamaan yaitu keduanya

suka mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis. Sedangkan pada pola

aktivitas ditemukan kesamaan antara klien 1 dan 2 yaitu klien jarang berolahraga

dan klien lebih sering terlihat tiduran saja di. Dari pengkajian tersebut dapat

disimpulkan bahwa kedua klien mengetahui jika mengkonsumsi gula berlebih dan

kurangnya beraktivitas dapat mengakibatkan kenaikan pada kadar gula darahanya.

Namun, ketidak patuhan akan diit DM dan ketidaktahuan akan komplikasi yang

terjadi jika kebiasaan buruk itu diteruskan. Menurut penelitian Zimmet (1998)

bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dan bermakna

daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Hasdianah, 2009).

Pada pemeriksaan fisik pada kedua klien didapatakan hasil tanda vitalnya

pada klien 1 : Nadi : 80x/menit, RR : 20x/menit, suhu : 36ºC ,TD : 120/70 mmHg.

Sedangkan klien 2 : Nadi : 80x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36,2ºC TD : 140/80

mmHg, khususnya di bagian sistem penglihatan didapatkan data bahwa klien 1


71

tidak dapat melihat sejak 2 tahun yang lalu karena trauma benda asing sedangkan

untuk klien 2 tidak didapatkan masalah.

Pada pemeriksaan penunjang kedua klien ditemukan kesenjangan antara

teori dan kasus dalam menegakkan diagnosis DM. Pemeriksaan dilakukan adalah

pemeriksaan laboraturium sederhana yaitu pemeriksaan kadar gula darah. Hasil

yang didapatkan untuk klien 1 adalah 217 mg/dl sedangkan klien 2 adalah 143

mg/dl dalam pemeriksaan gula darah puasa. Hal ini menunjukkan bahwa klien 1

dan 2 mengalami peningkatan kadar gula darah. Menurut penelitian American

Diabetes Association bahwa batasan kadar gula darah puasa tidak normal

menunjukan angka > 126 mg/dl (Hasdianah, 2009).

4.2.2 Analisa Data

Dari data hasil pengkajian pada kasus 1 dan 2 didapatkan data subjektif

dan data objektif yang dianalisa untuk menentukan masalah keperawatan yang

muncul. Dari kasus 1 dan 2 muncul yaitu Defisiensi Pengetahuan yang menjadi

masalah prioritas yang harus segera ditangani. Hal ini jika diabaikan maka akan

beresiko bertambah penyakit Diabetes mellitus sehingga jatuh pada keadaan yang

lebih berat dengan munculnya komplikasi penyakit Diabetes mellitus (Tamher, S

& Noorkasiani, 2009). Menurut penelitian Zimmet (1998) bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dan bermakna daripada perilaku

yang tidak didasari pengetahuan (Hasdianah, 2009).


72

4.2.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,

keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan

kewenangan perawat (Nanda dalam Setiadi, 2012).

Menurut NANDA, 2015 terdapat delapan diagnosa keperawatan yaitu :

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko syok, hipofolemi,

kerusakan integristas jaringan, resiko infeksi, retensi urin, ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer, resiko ketidakseimbangan elektrolit dan keletihan.

Menurut Jaime L. Stockslager, 2007 dalam buku yang berjudul Asuhan

Keperawatn Geriatri terdapat dua diagnosa utama pada lansia yaitu risiko cedera

dan defisit pengetahuan.

Pada kasus dilapangan yang saya temukan adalah kasus 1 memiliki tiga

diagnosa keperawatan yang meliputi defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya informasi mengenai penyakit dan terapi dan ganggguan pola tidur

berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal. Untuk kasus yang kedua mendapat

tiga diagnosa keperawatan yaitu defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya informasi mengenai penyakit dan terapi dan ganggguan pola tidur

berhubungan dengan lingkungan yang tidak nyaman .

Sehingga penulis menarik kesimpulan bahwa diagnosa keperawatan yang

tepat untuk lansia adalah defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

informasi mengenai penyakit dan terapi. Penulisan Diagnosa keperawatan

disesuaikan dengan acuan referensi yaitu menurut Nanda (2012).


73

4.2.4 Perencanaan Keperawatan

Pada tahap perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

praktiknya untuk kedua kasus dengan DM di panti werdha yaitu perencanaan

keperawatan bertujuan untuk mencapai kriteria hasil yang diharapkan setelah

dilakukan asuhan keperawatan selama 4x2 jam diharapkan klien akan menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan, klien

mampu melaksakan prosedur yang dijelaskan secara benar, dan klien mampu

menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

Setelah merumuskan tujuan dan kriteria hasil, langkah selanjutnya adalah

merumuskan intervensi keperawatan. Intervensi adalah rencana keperawatan yang

akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan

sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2007). Intervensi yang

disusun oleh penulis berpedoman pada MOEK yaitu M (Mandiri) dimana rencana

tindakan yang dilakukan untuk mengurangi, memperbaiki, dan mencegah

perluasan masalah, O (Observasi) rencana tindakan untuk mengkaji atau

melakukan observasi terhadap kemajuan klien untuk memantau secara langsung

yang dilakukan kontinue, E (Edukasi) yaitu dimana rencana tindakan yang

berbentuk pendidikan kesehatan dan K (Kolaborasi) dimana tindakan

direncanakan dengan bantuan tenaga medis lain. (Rohmah & Wahid, 2012).

Dalam intervensi, yang dilakukan penulis sesuai dengan kriteria intervensi

NIC (nursing intervention clasification) antara lain berikan penilaian tentang

tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit DM, Jelaskan pengertian dan proses

penyakit DM kepada klien, gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada

penyakit, dengan cara yang tepat, mendiskusikan perubahan gaya hidup untuk
74

mencegah komplikasi (seperti mengikuti kegiatan olahraga setiap hari jumat,

berjemur di pagi hari), menjelaskan tentang diit bagi orang DM, diskusikan

tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat, dan menginstruksikan

klien untuk rutin memeriksakan gula darahnya dan meminta obat utuk penurun

gula darah di waktu posyandu lansia.

4.2.5 Pelaksanan Keperawatan

Implementasi atau tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 yang

mengalami DM dengan masalah keperawatan defisiensi pengetahuan tetap

beracuan pada intervensi yang telah ditegakkan sebelumnya. Dalam diagnosa

yang penulis angkat pada dasarnya bahwa pendidikan kesehatan dalam

implementasi ini sangatlah penting untuk menambah pengetahuan lansia dalam

penatalaksanaan bagi oarang DM. Pendidikan kesehatan merupakan untuk

mengetahui dan mendapat informasi tentang diagnosis, prognosis, pengobatan dan

resiko yang dihadapinya (Potter dan perry, 2005).

Implementasi dimualai tanggal 23 Juli 2015 yaitu Mengobservasi tanda-

tanda vital dan tes lab sederhana, memberikan penilaian tentang tingkat

pengetahuan pasien tentang penyakit DM, menjelaskan pengertian dan proses

penyakkit DM kepada klien, menggambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul

pada penyakit, dengan cara yang tepat, mendiskusikan perubahan gaya hidup

untuk mencegah komplikasi (seperti mengikuti kegiatan olahraga setiap hari

jumat, berjemur di pagi hari), menjelaskan tentang diit bagi orang DM karena

terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes

(Soegondo, 2009), mendiskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan


75

tinggi serat, menginstruksikan klien untuk rutin memriksakan gula darahnya di

setiap posyandu hal ini dikarenakan penatalaksanaan penderita DM salah satunya

yaitu dengan evluasi medis secara berkala yakni dengan melakukan pemeriksaan

kadar glukosa secara teratur (Parkeni, 2011).

4.2.6 Evaluasi Keperawatan

Pada akhir asuhan keperawatan merupakan akhir dari serangkaian proses

keperawatan. Untuk tahap evaluasi ini pada prinsipnya antara teori dan kasus

adalah sama yaitu sama-sama menggunakan SOAP dalam melaksanakan evaluasi.

Hasil evaluasi (SOAP) yang didapatkan pada kasus 1 terkait masalah

defisiensi keperawatan berhenti pada tanggal 26 Juli 2015 karena klien mengalami

banyak peningkatan disetiap harinya. Khususnya tidak terjadi defisiensi

penegetahuan dan kadar gula darah mulai turun. Didapatkan data subyektif : klien

mengatakan sudah mengurangi porsi makannya, klien mengatakan sudah paham

dengan penyakit DM dan diit untuk orang DM, klien mengatakan akan mengikuti

kegiatan yang dijadwalkan panti seperti berjemur dipagi hari dan berolahraga

setiap hari jumat dan klien mengatakan akan mencoba mengurangi konsumsi

makanan dan minuman yang manis dan mengurangi porsi makannya sesuai diit

yang dianjurkan. Sedangkan untuk data objektif didapatkan data klien tampak

sudah paham tentang penyakit DM dan diit untuk DM, tanda-tada vital dalam

batas normal yaitu nadi : 80x/menit, RR : 20x/menit, suhu : 36ºC, TD : 120/80

mmHg dan untuk pemeriksaan kadar gula darah puasa mengalami penurunan

yaitu 173 mg/dl.


76

Hasil evaluasi (SOAP) pada kasus 2 untuk mengatasi masalah gangguan

defisiensi pengetahuan evaluasi berhenti pada tanggal 26Juli 2015 didapatkan data

objektif : nadi : 80x/menit, RR: 20x/menit, suhu : 36ºC, TD : 120/80 mmHg, GDP

: 133 mg/dl. Untuk data subjektif didapatkan bahwa klien sudah memahami

tentang penyakit DM dan bagaimana cara penatalaksaanaan orang DM dengan

memperhatiakan diit dan aktifitas sehari-hari.

Sehingga dapat disimpulkan anatara kasus 1 dan 2 masalah defisiensi

pengetahuan dapat teratasi namun teteap dipertahankan. Selebihnya dapat

disimpulkan bahwa secara umum tujuan dan kriteria hasil dari rencana

keperawatan pada BAB 4 baik kasus 1 maupun kasus 2 dapat terlaksanakan

dengan baik.

Faktor pendukung pada evaluasi ini adalah kerjasama yang baik antara

penulis, klien, dan tim kesehatan lainnya. Sedangkan faktor penghambat adalah

dalam pendokumentasian. Hal ini dikarenka di lapanagan tidak terdapat data

pendukung asuhan keperawatan dan hanya terdapat pendokumentasian untuk

pemeriksaan fisik yang dilakuakan setiap bulan saat ada posyandu lansia.

Alternatif pemecahan masalah adalah memodifikasi masalah yang ada pada kasus

dan mendiskusikan kembali kepada pembimbing studi kasus dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan.


77

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan data diatas dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian tanggal 23 Juli 2015 di dapatkan 2 klien yang memiliki

kriteria yang dicari. Klien 1 (Tn. W) berusia 63 tahun memiliki keluhan

poliuria, polidipsi dan sering kesemutan pada kaki dengan tanda-tanda vital

nadi : 80x/menit, RR : 20x/menit, suhu : 36ºC ,TD : 120/70 mmHg dan GDP :

217 mg/dl. Sedangkan klien 2 (Ny. H) berusia 65 tahun memiliki keluhan berat

badan menurun, nafsu makan menurun dan sering terbangun dimalam hari

dengan tanda-tanda vital nadi : 80x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36,2ºC TD :

140/80 mmHg dan GDP : 143 mg/dl.

2. Dari analisa data yang telah didapatkan antara klien 1 dengan klien 2

ditemukan masalah keperawatan yang sama yaitu defisiensi pengetahuan dan

gangguan pola tidur.

3. Intervensi yang penulis rencanakan dilakukan selama 4 x 2 jam untuk

mengatasi masalah keperawatan defisiensi pengetahuan ini bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit DM dengan cara health

education. Sehingga, penulis merencanakan aktivitasnya antara lain berikan

penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang

spesifik, gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan

cara yang tepat, sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara

yang tepat, diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk

77
78

mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau proses pengontrolan

penyakit. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan

pada pemberi perawtan kesehatan, dengan cara yang tepat.

4. Penatalaksanaan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 yang mengalami

diabetes mellitus dengan masalah keperawatan defisiensi pengetahuan yaitu

mengobservasi tanda-tanda vital dan tes lab sederhana, memberikan penilaian

tentang tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit DM, menjelaskan

pengertian dan proses penyakit DM kepada klien, menggambarkan tanda dan

gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang tepat,

mendiskusikan perubahan gaya hidup untuk mencegah komplikasi (seperti

mengikuti kegiatan olahraga setiap hari jumat, berjemur di pagi hari),

menjelaskan tentang diit bagi orang DM, mendiskusikan tentang rencana diet,

penggunaan makanan tinggi serat, menginstruksikan klien untuk rutin

memriksakan gula darahnya di setiap posyandu.

5. Evaluasi keperawatan ini pada prinsipnya antara teori dan kasus menggunakan

SOAP dalam melaksanakan evaluasi. Hasil evaluasi yang didapatkan setelah

penulis melakukan health education selama 4 x 2 jam kedua klien menunjjukan

peningkatan pemahaman tentang penyakit DM ditunjjakan dengan klien dapat

mengungkapkan pengertian DM, tanda gejala serta diit bagi orang DM.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa intervensi yang telah direncanakan dapat

dihentikan pada tanggal 26 Juni 2015 karena kriteria hasil yang diharapkan

sudah tercapain.
79

5.2 Saran

5.2.1 Penulis

Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah wawasan penulis

khususnya dalam penatalaksanaan pada klien dengan masalah defisiensi

pengetahuan pada penderita DM pada asuhan keperawatan gerontik lainnya.

5.2.2 Klien

Diharapkan bagi klien senantiasa untuk menjaga pola hidup sehat dengan

menjaga pola makan, ikut serta dalam kegiatan dan dapat memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada.

5.2.3 Panti Werdha

Bagi instansi panti tempat penulis melakukan studi kasus, agar pelayanan

perawatan klien lebih ditingkatkan. Meskipun dengan sarana dan prasarana yang

terbatas, diharapkan perawatan terhadap klien tidak meninggalkan fungsi teoritis

agar didapatkan pelayanan yang profesional dan klien mendapat asuhan

keperawatan yang sesuai standar.

5.2.4 Institusi Pendidikan

Penulis studi kasus yang benar-benar ilmiah dalam pengkajian maupun

pendokumentasian agar lebih ditingkatkan. Penyediaan lahan praktek yang

memadai memudahkan penulis untuk mendapatkan data secara akurat serta

pemahaman presepsi dari berbagai pihak perlu dikaji kembali, sehingga ketika

penulis melaporkan hasil pengkajian tidak terjadi ketimpangan.


80

5.2.5 Pembaca

Diharapakan hasil penelitian ini dapat sebagai acuan dan bahan masukan

dalam penelitian sejenis, sehingga diperoleh hasil yang lebih untuk menyelidiki

kaitan variabel-variabel tersebut dengan kejadian diabetes mellitus.


81

Anda mungkin juga menyukai