Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh :
NIRM : 1801059
2021
KATA PENGANTAR
Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna bagi saya khususnya dan pembaca pada
umumnya. Adapun dalam penyususnan makalah ini terdapat berbagai kesalahan baik dalam
penulisan atau penempatan kata serta dalam mendefinisikan isi makalah. Oleh karana itu kritik
dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi
Wabarokatuh
Manado, 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... .........i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ .........1
C. Tujuan..................................................................................................... .........3
BAB II PEMBAHASAN
A. Varibel Independen........................................................................................4
BAB IV PENUTUP
B. Kesimpulan............................................................................................. .........18
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Komunikasi efektif merupakan bagian dari strategi koordinasi yang diterapkan dalam
pengaturan pelayanan keperawatan di rumah sakit, komunikasi efektif antar tim profesi
kesehatan dinilai sebagai kunci yang dapat meningkatkan kerjasama yang baik dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien maupun masyarakat. Ketidakakuratan informasi
dapat menimbulkan dampak yang serius pada pasien, lebih dari 70% kasus di rumah sakit
diakibatkan oleh kegagalan dalam komunikasi dan 75 % nya mengakibatkan kematian, 65 %
informasi yang tidak akurat dalam setiap alih informasi dapat menimbulkan kesalahan dan
kejadian tidak diharapkan (KTD).
Implementasi komunikasi SBAR dan praktik interprofesional kolaborasi telah menjadi sebuah
strategi untuk meningkatkan kolaborasi interprofesi dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit
(Burgener, 2017). Faktor-faktor penghambat komunikasi antara perawat dengan dokter, seperti:
lemahnya struktur komunikasi, hirarki, bahasa, budaya, jenis kelamin dan perbedaan persepsi
interprofesi. Kegagalan komunikasi dengan telepon antara perawat dengan dokter bisa
disebabkan oleh ketidaksiapan perawat dalam menyampaikan pesan, kesalahan persepsi dan
tingkat kemampuan dokter menerima pesan dari perawat. Terdapatkan pengaruh interprofesional
kolaborasi perawat-dokter terhadap perawatan pasien yang mempengaruhi tingkat keselamatan
pasien dengan angka kejadian Communication unefective interpersonal doctors and nurses
(51%), hospital-not safety drugs abuse (38%) dan risk of falling (11%) (Ma, Park, & Shang,
2018).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi komunikasi SBAR dalam interprofesonal kolaborasi dokter dan
perawat terhadap keselamatan pasien ?
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. VARIABEL INDEPENDEN KESELAMATAN PASIEN
1. Definisi Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien didefinisikan sebagai layanan yang tidak mencederai dan tidak
merugikan pasien ataupun sebagai suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan keselamatan pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko (IOM dalam Cahyono, 2008; Depkes RI, 2006). Jadi
dapat disimpulkan bahwa keselamatan pasien adalah bentuk layanan yang diberikan oleh
suatu rumah sakit yang mengacu pada pencegahan insiden dan keamanan tindakan, guna
meningkatkan mutu pelayanan
a) Operan Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suati laporan
yang berkaitan dengan kondisi pasien
Menurut Leonard (2014), prinsip-prinsip menggunakan SBAR dan apa yang harus
dikomunikasikan, sebagai berikut :
1) S (Situation) mengandung informasi tentang identifikasi pasien, masalah yang
terjadi saat ini dan diagnosa medis.
2) B (Background) menggambarkan riwayat/data sebelumnya yang mendukung situasi
saat ini seperti :
a. Riwayat penyakit/kondisi sebelumnya
b. Riwayat pengobatan
c. Riwayat tindakan medis atau keperawatan yang sudah dilakukan
d. Riwayat alergi
e. Pemeriksaan penunjang yang mendukung
f. Tanda-tanda vital terakhir
3) A (Assesment) : Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang timbul dari
temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada pasien yang apabila tidak
diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk.
4) R (Recommendation): Komponen recommendation menyebutkan halhal yang
dibutuhkan untuk ditindak lanjuti.
Apa intervensi yang harus direkomendasikan oleh perawat. Tehnik komunikasi
dengan metode SBAR menurut Arini, 2012 terdiri dari empat langkah :
a. Situasi (Situation) Menyampaikan apa yang terjadi dengan pasien. Dimulai dengan
memperkenalkan diri, mengidentifikasi pasien, dan menyatakan masalah.
b. Latar belakang (Background) Menyampaikan apa latar belakang pada pasien ini.
Sampaikan hasil pemeriksaan penunjang dan catatan perkembangan (jika situasi dan
waktu memungkinkan). Antisipasi pertanyaan yang mungkin diajukan oleh
komunikator (tenaga kesehatan).
Bab III
Analisa Jurnal
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara keseluiruhan implementasi komunikasi SBAR dalam kategori baik, perbedaan
persepsi antara dokter dan perawat dalam menerima atau melaporkan menjadikan
perhatian utama dalam implementasi komunikasi SBAR dalam interprofesional
kolaborasi, hal ini membuktikan bahwa pelaksanaan kolaborasi antara dokter dan perawat
juga dirasa kurang dan harus menjadi perhatian pihak rumah sakit guna peningkatan
pelayanan dan keselamatan pasien.
B. SARAN
Dengan komunikasi efektif diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam pemberian asuhan
ke pasien. Komunikasi efektif dengan metode SBAR akan terbentuk catatan
dokumentasi tidaj terpecah sendiri-sendiri. Sehingga disarankan dokumentasi catatan
perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga kesehatan lain dapat
mengetahui perkembangan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Academy ACT. (2017). Service Improvement and Redesign tools SBAR communication tool – situation ,
background ,. NHS Improvement, 7. Retrieved from
https://improvement.nhs.uk/resources/sbarcommunication-tool/
Blondon, K. S., Chan, K. C. G., Muller-Juge, V., Cullati, S., Hudelson, P., Maître, F., … Nendaz, M. R.
(2017). A concordancebased study to assess doctors’ and nurses’ mental models in Internal Medicine.
PLoS ONE, 12(8), 1–11. https://doi.org/10.1371/journal.pone.018260 8
Burgener, A. M. (2017). Enhancing Communication to Improve Patient Safety and to Increase Patient
Satisfaction. Health Care Manager, 36(3), 238–243. https://doi.org/10.1097/HCM.00000000000 00165
Chua, W. L., Legido-Quigley, H., Jones, D., Hassan, N. B., Tee, A., & Liaw, S. Y. (2019). A call for
better doctor–nurse collaboration: A qualitative study of the experiences of junior doctors and nurses in
escalating care for deteriorating ward patients. Australian Critical Care, (xxxx).
https://doi.org/10.1016/j.aucc.2019.01.006