Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN KEPERAWATAN

ANALISIS IMPLEMENTASI KOMUNIKASI SBAR DALAM INTERPROFESIONAL KOLABORASI


DOKTER DAN PERAWAT TERHADAP KESELAMATAN PASIEN

Dosen Pengampuh:

Ns. Norman Alfiat Talibo S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

NAMA : PRAYOAGA MAMONTO

NIRM : 1801059

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Segala puji saya haturkan kepada Allah


SWT dan semoga hidayah dan inayah selalu tercurahkan kepada saya sehinggah bisa
menyelesaikan makalah ini. Shalawat beserta salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa umatnya dari alam yang tidak tahuan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Saya berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna bagi saya khususnya dan pembaca pada
umumnya. Adapun dalam penyususnan makalah ini terdapat berbagai kesalahan baik dalam
penulisan atau penempatan kata serta dalam mendefinisikan isi makalah. Oleh karana itu kritik
dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi
Wabarokatuh

Manado, 2021

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... .........i

DAFTAR ISI.................................................................................................... .........ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ .........1

B. Rumsan masalah ..................................................................................... .........3

C. Tujuan..................................................................................................... .........3

BAB II PEMBAHASAN
A. Varibel Independen........................................................................................4

1. Definisi keselamatan pasien ..........................................................................4

2. Macam-Macam Kejadian Keselamatan Pasien..................................................5

3. Sasaran keselamatan pasien.................................................................................5

4. Langkah-Langkah Menuju Keselamatan Pasien......................................................5

B. Variabel Dependen............................................................................... ...............7


1. Definisi kominikasi SBAR.................................................................. .............7

2. Manfaat Komunikasi SBAR................................................................... …..........7

3.Penerapan Komunikasi SBAR ................................................................. ............7

4. Kerangka Komunikasi dengan metode SBAR……………......................... .........8

5. Fungsi SBAR dalam proses Komunikasi SBAR............................................ .........8

BAB III Analisa Jurnal A. Analisa Jurnal Menggunakan Metode


PICOT.....................................16

BAB IV PENUTUP
B. Kesimpulan............................................................................................. .........18

C. Saran ....................................................................................................... .........18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .........19


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Komunikasi efektif merupakan bagian dari strategi koordinasi yang diterapkan dalam
pengaturan pelayanan keperawatan di rumah sakit, komunikasi efektif antar tim profesi
kesehatan dinilai sebagai kunci yang dapat meningkatkan kerjasama yang baik dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien maupun masyarakat. Ketidakakuratan informasi
dapat menimbulkan dampak yang serius pada pasien, lebih dari 70% kasus di rumah sakit
diakibatkan oleh kegagalan dalam komunikasi dan 75 % nya mengakibatkan kematian, 65 %
informasi yang tidak akurat dalam setiap alih informasi dapat menimbulkan kesalahan dan
kejadian tidak diharapkan (KTD).

Metode komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation)


merupakan kerangka komunikasi yang ideal diterapkan sebagai komunikasi standar antara
perawat, dokter dan tim kerja lainnya yang berfokus terhadap pasien (Raymond & Harrison,
2014). Standar praktik keperawatan professional dengan metode SBAR menggambarkan proses
mengatasi permasalahan yang terjadi pada pasien harus dilakukan secara dua arah (feedback),
sehingga diikuti dengan pengulangan kalimat sebagai bentuk konfirmasi seperti bagaimana cara
melaksanakan, tentukan waktu pelaksanaannya serta tindaklanjutnya harus disampaikan dengan
jelas dan sesuai dengan harapan pada akhir pembicaraan. Hal ini bertujuan untuk meminimalis
kesalahan persepsi dan tindakan (Dubree et al., 2017). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan
pada bulan Januari sampai dengan Agustus (2018) di RSUD Langsa menunjukkan pencapaian
SBAR 73,79 %, TbaK (Tulis, baca, konfirmasi) 31,84% dan verifikasi tanda tangan dokter
23,23%.

Implementasi komunikasi SBAR dan praktik interprofesional kolaborasi telah menjadi sebuah
strategi untuk meningkatkan kolaborasi interprofesi dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit
(Burgener, 2017). Faktor-faktor penghambat komunikasi antara perawat dengan dokter, seperti:
lemahnya struktur komunikasi, hirarki, bahasa, budaya, jenis kelamin dan perbedaan persepsi
interprofesi. Kegagalan komunikasi dengan telepon antara perawat dengan dokter bisa
disebabkan oleh ketidaksiapan perawat dalam menyampaikan pesan, kesalahan persepsi dan
tingkat kemampuan dokter menerima pesan dari perawat. Terdapatkan pengaruh interprofesional
kolaborasi perawat-dokter terhadap perawatan pasien yang mempengaruhi tingkat keselamatan
pasien dengan angka kejadian Communication unefective interpersonal doctors and nurses
(51%), hospital-not safety drugs abuse (38%) dan risk of falling (11%) (Ma, Park, & Shang,
2018).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi komunikasi SBAR dalam interprofesonal kolaborasi dokter dan
perawat terhadap keselamatan pasien ?

C. Tujuan

Untuk melihat implementasi komunikasi SBAR dalam interprofesional kolaborasi dokter


dan perawat terhadap keselamatan pasien ?

BAB II

PEMBAHASAN
A. VARIABEL INDEPENDEN KESELAMATAN PASIEN
1. Definisi Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien didefinisikan sebagai layanan yang tidak mencederai dan tidak
merugikan pasien ataupun sebagai suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan keselamatan pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko (IOM dalam Cahyono, 2008; Depkes RI, 2006). Jadi
dapat disimpulkan bahwa keselamatan pasien adalah bentuk layanan yang diberikan oleh
suatu rumah sakit yang mengacu pada pencegahan insiden dan keamanan tindakan, guna
meningkatkan mutu pelayanan

2. Macam-Macam Kejadian Keselamatan Pasien


Macam-macam kejadian yang terkait dalam keselamatan pasien meliputi beberapa istilah
menurut Cahyono (2008) dan Permenkes RI (2011) yaitu:
a. Kejadian potensial cedera (KPC) KPC atau reportable circumstances adalah suatu
kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, akan tetapi belum terjadi
insiden.
b. Kejadian nyaris cidera (KNC) KNC atau near miss didefinisikan sebagai kesalahan
yang mungkin terjadi namun tidak sampai mencederai pasien.
c. Kejadian tidak cedera (KTC) KTC atau no harm incident adalah suatu insiden yang
sudah terpapar ke pasien akan tetapi tidak timbul cedera.
d. Kejadian tidak diharapkan (KTD) Kejadian tidak diharapkan atau adverse event dapat
diartikan sebagai cedera atau komplikasi yang tidak diinginkan, yang dapat
mengakibatkan timbulnya kecacatan, kematian, atau perawatan yang lebih lama yang
disebabkan oleh manajemen medis dan bukan karena penyakit yang diderita.
e. Kejadian sentinel Kejadian sentinel didefinisikan sebagai suatu KTD yang
mengakibatkan cedera serius bahkan kematian terhadap pasien.

3. Sasaran Keselamatan Pasien


Sasaran keselamatan pasien menurut WHO (Permenkes RI, 2011) ada enam yang
meliputi:
1. Melakukan identifikasi pasien secara tepat,
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif,
3. Meningkatkan keamanan penggunaan obat yang membutuhkan perhatian atau yang
perlu diwaspadai,\
4. Mengurangi risiko salah lokasi, salah pasien, dan prosedur tindakan operasi,
5. Mengurangi risiko infeksi nosokomial,
6. Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh.
4. Langkah-Langkah Menuju Keselamatan Pasien
Rumah Sakit Mengacu pada sasaran keselamatan pasien, maka rumah sakit harus
merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD,
dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Adapun tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit antara lain;
a. Membangun budaya keselamatan pasien,
b. Pimpinan dan dukungan terhadap staf,
c. Integrasi aktivitas manajemen risiko.
d. Membangun sistem pelaporan,
e. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien dan publik,
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, dan
g. Implementasi solusi untuk mencegah kerugian (cahyono, 2008).

B. VARIABEL DEPENDEN KOMUNIKASI SBAR DALAM PROFESIONAL


1. Definisi

Komunikasi yang berbasis SBAR merupakan strategi komunikasi yang dipakai


oleh team pelayanan kesehatan dalam melaporkan maupun menyampaikan keadaan
pasien kepada teman sejawat. Menurut (KKP-RS Sanglah 2011), komunikasi
SBAR dapat dilakukan pada saat petugas kesehatan melakukan timbang terima,
pindah ruang rawat maupun pada saat petugas kesehatan melaporkan kondisi pasien
ke dokter atau tim kesehatan lain.

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi SBAR merupakan


metode komunikasi yang digunakan oleh anggota tim medis kesehatan dalam
melaporkan kondisi pasien dalam memberikan perawatan di rumah sakit. Instrumen
atau tools pada komunikasi SBAR meliputi informasi pasien tentang : Situation,
Background, Assessment dan Recommendation. Metode ini merupakan teknik
komunikasi dengan cara sederhana yang sangat efekif dalam pelaksanaan
komunikasi pada pelayanan kesehatan (Ashcraft dan Owen 2017).
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi SBAR
merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh tenaga medis dalam
mengkomunikasikan keadaan pasien. Metode komunikasi SBAR Komunikasi
dengan menggunakan tehnik SBAR memiliki beberapa langkah. Menurut (JCI
2011) tehnik komunikasi dengan metode SBAR terdiri dari empat langkah yaitu :
17 1)

2. Manfaat Komunikasi SBAR

Komunikasi SBAR memiliki manfaat untuk :

a) Meningkatkan patient safety

b) Menurunkan angka malpraktik akibat komunikasi yang kurang

c) Meningkatkan kerja tim untuk menggunakan komunikasi yang efektif

d) Memberikan informasi terkait kondisi pasien secara lengkap

3. Penerapan Komunikasi SBAR

a) Operan Operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suati laporan
yang berkaitan dengan kondisi pasien

- Tujuan dilakukan operan adalah untuk menyampaikan kondisi pasien,


menyampaikan asuhan keperawatan yang belum dilaksanakan, menyampaikan hal
yang harus ditindaklanjuti, menyusun rencana kerja. Untuk mencapai tujuan harus
diterapkan komunikasi efektif seperti SBAR.

b) Pelaporan Kondisi Pasien Pelaporan Kondisi Pasien dilakukan oleh perawat


kepada tenaga medis lain termasuk dokter. Hal ini bertujuan untuk melaporkan
setipap kondisi pasien kepada dokter sehingga dokter dapat memberikan tindakan
yang sesuai dengan kondisi pasien. Pelaporan kondisi pasien yang efektif dapat
meningkatkan keselamaran pasien15. Faktor yang dapat mempengaruhi pelaporan
kondisi pasien adalah komunikasi. Komunikasi yang tidak efektif antara perawat
dan dokter dapat mempengaruhi keselamatan pasien. Berbagai jurnal yang telah
diteliti dihasilkan komunikasi efektif seperti SBAR dapat meningkatkan
komunikasi antara perawat-dokter sehingga angka keselamatan pasien meningkat4
.
c) Transfer Pasien Transfer pasien adalah perpindahan pasien dari satu ruangan ke
ruangan lain dan dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut4 . Transfer pasien dibagi menjadi transfer pasien internal
dan external9 . Transfer pasien internal adalah transfer antar ruangan didalam
rumah sakit dan transfer pasien external adalah transfer antar rumah sakit13 . .
Transfer pasien dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah memiliki
kemampuan dan pengetahuan terkait prosedur transfer6 . Kemampuan dan
pengetahuan tenaga

4. Kerangka Komunikasi dengan metode SBAR


Kerangka Komunikasi SBAR adalah kerangka tehnik komunikasi yang disediakan
untuk berkomunikasi antar para petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi
pasien (Permanente, 2011). SBAR adalah kerangka yang mudah untuk diingat,
mekanisme yang digunakan untuk menyampaikan kondisi pasien yang kritis atau perlu
perhatian dan tindakan segera. SBAR menyediakan metode komunikasi yang jelas
mengenai informasi yang berkaitan tentang kondisi pasien antara tenaga medis (klinis),
mengajak semua anggota tim pelayanan kesehatan untuk memberikan masukan pada
situasi/kondisi pasien termasuk rekomendasi. Fase pemeriksaan dan rekomendasi
memberikan kesempatan untuk diskusi diantara tim pelayanan kesehatan. Metode ini
mungkin agak sulit pada awalnya bagi pemberi dan penerima informasi (Leonard,
2014).

Menurut Leonard (2014), prinsip-prinsip menggunakan SBAR dan apa yang harus
dikomunikasikan, sebagai berikut :
1) S (Situation) mengandung informasi tentang identifikasi pasien, masalah yang
terjadi saat ini dan diagnosa medis.
2) B (Background) menggambarkan riwayat/data sebelumnya yang mendukung situasi
saat ini seperti :
a. Riwayat penyakit/kondisi sebelumnya
b. Riwayat pengobatan
c. Riwayat tindakan medis atau keperawatan yang sudah dilakukan
d. Riwayat alergi
e. Pemeriksaan penunjang yang mendukung
f. Tanda-tanda vital terakhir
3) A (Assesment) : Komponen assessment ini berisi hasil pemikiran yang timbul dari
temuan serta difokuskan pada problem yang terjadi pada pasien yang apabila tidak
diantisipasi akan menyebabkan kondisi yang lebih buruk.
4) R (Recommendation): Komponen recommendation menyebutkan halhal yang
dibutuhkan untuk ditindak lanjuti.
Apa intervensi yang harus direkomendasikan oleh perawat. Tehnik komunikasi
dengan metode SBAR menurut Arini, 2012 terdiri dari empat langkah :

a. Situasi (Situation) Menyampaikan apa yang terjadi dengan pasien. Dimulai dengan
memperkenalkan diri, mengidentifikasi pasien, dan menyatakan masalah.

b. Latar belakang (Background) Menyampaikan apa latar belakang pada pasien ini.
Sampaikan hasil pemeriksaan penunjang dan catatan perkembangan (jika situasi dan
waktu memungkinkan). Antisipasi pertanyaan yang mungkin diajukan oleh
komunikator (tenaga kesehatan).

c. Penilaian (Assesment) Menyampaikan hasil pengamatan dan evaluasi dari kondisi


pasien.

d. Rekomendasi (Recommendation) Menyampaikan atau meminta saran berdasarkan


informasi yang ada.

5. Fungsi SBAR dalam proses Komunikasi SBAR


Merupakan salah satu mekanisme yang mudah digunakan dalam sebuah
percakapan, terutama guna menyampaikan hal yang kritis dan membutuhkan perhatian
segera seorang dokter untuk memberikan suatu tindakan. Alat ini mempermudah dan
dijadikan standar oleh tenaga kesehatan untuk menjelaskan informasi apa yang harus
dikomunikasikan antara anggota tim, dan bagaimana tindakan selanjutnya.

Bab III

Analisa Jurnal

A. Analisa Jurnal Berdasarkan PICOT


PICOT ANALISA JURNAL
P ( POPULASI Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain quasi
experimental menggunakan metode pretest dan posttest satu kelompok
(One - Group Pretest – Posttest with non-control group design). Penelitian
ini dilakukan pada instalansi rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Langsa pada bulan Oktober sampai November 2018. Sampel
penelitian berjumlah 37 orang perawat dan 37 orang dokter. Teknik
pengambilan sampel purposive sampling. Kriteria inklusi perawat
meliputi; 1) bersedia menjadi responden dibuktikan dengan mengisi
informed consent 2) Masa kerja lebih dari 1 tahun. Kriteria dokter
meliputi; 1) bersedia menjadi responden dibuktikan dengan mengisi
informed consent 2) Dokter spesialis dan 3) Tidak dalam masa orientasi
(pegawai baru).
I ( INTERVENSI ) Intervensi yang dilakukan yaitu sosialisasi komunikasi SBAR terkait
keselamatan pasien. Sosialisasi dilakukan oleh pihak RSUD Kota Langsa.
Sebelum dan setelah dilakukan sosialisasi peneliti melakukan pengukuran
terhadap keselamatan pasien dengan kategori 1 = keselamatan pasien
dikatakan lemah, jika nilai yang di peroleh < 90 dan 2 = keselamatan
pasien dikatakan kuat, jika nilai yang di peroleh >90. Nilai uji validitas
kuesioner keselamatan pasien CVI=0,87 dan nilai uji relibilitas
Cronbach’s Alpha 0,62.
C Tabel 3. menunjukkan hasil pada pengukuran pre test sosialisasi
( COMPARATION ) komunikasi SBAR didapatkan hasil lemah 23 perawat (65,70%) dan hasil
dengan intepretasi kuat yaitu 12 perawat (234,30%). Sedangkan, hasil
pengukuran sosialisasi SBAR post test didapatkan hasil kuat pada total
responden yaitu 35 perawat (100%)
Table 4. Menunjukkan hasil pada pengukuran pre test sosialisasi
komunikasi SBAR didapatkan hasil lemah pada 35 dokter spesialis
(100%). Hasil pengukuran sosialisasi SBAR post test didapatkan hasil
kuat 34 dokter spesialis (97,10%) dan hasil dengan kategori lemah yaitu 1
responden (2,90%).
O ( OUT COME ) Berdasarkan Tabel 6 diperoleh hasil penelitian rata-rata skor keselamatan
pasien setelah dilakukan intervensi sosialisasi komunikasi SBAR pada
perawat menunjukkan nilai pada kelompok intervensi dengan nilai Mean
Reank 18,00, Sum of Rank 630,00, Z -5,161, p value 0,00 (< 0,005).
Maka dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan terhadap
pemberian sosialisasi komunikasi SBAR pada perawat terhadap
keselamatan pasien.
T ( TIME ) Penelitian ini dilakukan pada instalansi rawat inap Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Langsa pada bulan Oktober sampai November 2018
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara keseluiruhan implementasi komunikasi SBAR dalam kategori baik, perbedaan
persepsi antara dokter dan perawat dalam menerima atau melaporkan menjadikan
perhatian utama dalam implementasi komunikasi SBAR dalam interprofesional
kolaborasi, hal ini membuktikan bahwa pelaksanaan kolaborasi antara dokter dan perawat
juga dirasa kurang dan harus menjadi perhatian pihak rumah sakit guna peningkatan
pelayanan dan keselamatan pasien.
B. SARAN
Dengan komunikasi efektif diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam pemberian asuhan
ke pasien. Komunikasi efektif dengan metode SBAR akan terbentuk catatan
dokumentasi tidaj terpecah sendiri-sendiri. Sehingga disarankan dokumentasi catatan
perkembangan pasien terintegrasi dengan baik. Sehingga tenaga kesehatan lain dapat
mengetahui perkembangan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Academy ACT. (2017). Service Improvement and Redesign tools SBAR communication tool – situation ,
background ,. NHS Improvement, 7. Retrieved from
https://improvement.nhs.uk/resources/sbarcommunication-tool/

Blondon, K. S., Chan, K. C. G., Muller-Juge, V., Cullati, S., Hudelson, P., Maître, F., … Nendaz, M. R.
(2017). A concordancebased study to assess doctors’ and nurses’ mental models in Internal Medicine.
PLoS ONE, 12(8), 1–11. https://doi.org/10.1371/journal.pone.018260 8

Burgener, A. M. (2017). Enhancing Communication to Improve Patient Safety and to Increase Patient
Satisfaction. Health Care Manager, 36(3), 238–243. https://doi.org/10.1097/HCM.00000000000 00165

Chua, W. L., Legido-Quigley, H., Jones, D., Hassan, N. B., Tee, A., & Liaw, S. Y. (2019). A call for
better doctor–nurse collaboration: A qualitative study of the experiences of junior doctors and nurses in
escalating care for deteriorating ward patients. Australian Critical Care, (xxxx).
https://doi.org/10.1016/j.aucc.2019.01.006

Anda mungkin juga menyukai