Anda di halaman 1dari 14

KELOMPOK 3 :

’’KESEHATAN SEKSUALITAS’’
Nama-nama kelompok :
• Alifia Salsabila • Muga Krisdiana
• Aminatuz Zanah • M Destriadi
• Arnita Rahmawati • Riska Harmelinda
• Dewi Anisah • Siti Kurniati
• Fitria Damayanti • Silvi Zakia
• Jihan Nabillah • Tazkia Aulia R
• M Irsham Baharudin • Windi Sisniah
KONSEP KESEHATAN SEKSUALITAS
PENGERTIAN KONSEP SEKSUALITAS

Seksualitas memiliki banyak aspek kehidupan dan diekspresikan melalui gerakan perilaku.
Seksualitas selain bagian intrinsik juga meluas sampai berhubungan dengan orang lain. Keintiman
dan kebersamaan fisik merupakan kebutuhan sosial dan biologis sepanjang kehidupan. Kesehatan
seksual telah didefinisikan sebagai “pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual, dan
sosial dari kehidupan seksual, dengan carayang positif memperkaya dan meningkatkan kepribadian,
komunikasi, dan cinta” (WHO, 1997).
KESEHATAN SEKSUAL
kesehatan seksual adalah “suatu keadaan kesejahteraan fisik, emosional, mental dan sosial
yang berhubungan dengan seksualitas; tidak hanya sekedar bebas dari penyakit, disfungsi,
atau kelemahan”. Individu yang sehat secara seksual memiliki cara pendekatan yang positif
dan penuh rasa hormat terhadap seksualitas dan hubungan seksual. Mereka juga berpotensi
untuk merasakan kesenangan dan pengalaman seksual yang aman dan bebas dari paksaan,
diskriminasi dan kekerasan. 
Pria atau wanita hanya terlahir dengan genitalia pria atau wanita dan harus mempelajari
peran sosial wanita atau pria. Keragaman dapat dipahami bahwa seksualitas adalah saling
menjalin sesuai dengan semua aspek diri. Pertimbangan tentang seksualitas dan kesehatan
seksual membutuhkan perspektif holistik. Seksualitas dan kesehatan sosial memiki dimensi
sosiokultural, etika, psikologis dan biologis.
• SEKSUALITAS BERHUBUNGAN DENGAN SEMUA DIMENSI KESEHATAN. OLEH KARENA ITU, PERAWAT AKAN MENGHADAPI
MASALAH SEKSUAL SELAMA MENYELENGARAKAN PELAYANAN KEPERAWATAN RUTIN.

SEKSUALITAS MERUPAKAN BAGIAN DARI SETIAP IDENTITAS INDIVIDU DAN MELIBATKAN SEKS BIOLOGI, IDENTITAS GENDER,
PERAN GENDER DAN PILIHAN PASANGAN SEKSUAL.

SIKAP TERHADAP SEKSUALITAS SANGAT BERAGAM, KEPERCAYAAN BERAGAMA, NILAI-NILAI SOSIAL, MEDIA, KELUARGA, DAN
FAKTOR-FAKTOR LAINNYA SEMUA MEMENGARUHI SEKSUALITAS.

PERKEMBANGAN SEKSUAL DIMULAI SEJAK INFATIL DAN MELIBATKAN TINGKAT PERILAKU ATAU PERTUMBUHAN SEKSUAL
DALAM SEMUA TAHAP PERKEMBANGAN.
RESPON PSIKOLOGIS SEKSUAL BERUBAH SESUAI USIA, USIA TIDAK MENYEBABKAN PENURUNAN SEKSUALITAS.

KESEHATAN SEKSUAL TURUT BERPERAN DALAM PERASAAN INDIVIDU TENTANG HARGA DIRI DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL
YANG POSITIF.

DISFUNGSI SEKSUAL DISEBABKAN OLEH ETIOLOGI YANG BERBEDA-BEDA DAN KOMPLEKS.

PENYIMPANGAN SEKSUAL, RASA NYAMAN DENGAN MENYENTUH GENITALIA, KEINGINAN UNTUK KESUBURAN PADA MASA YANG
AKAN DATANG, STATUS FINASIAL, KEMAMPUAN UNTUK MERENCANAKAN KONTAK SEKSUAL, DAN KEMAMPUAN UNTUK
BERKOMUNIKASI DENGAN PASANGAN SEKS AKAN MEMENGARUHI PILIHAN DAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI YANG
EFEKTIF.

Konsep Penting Seksualitas
PERKEMBANGAN SEKSUALITAS
Setiap tahap perkembangan memberikan perubahan pada fungsi dan peran seksual dalam hubungan. Sejak lahir, anak-
anak dirawat secara berbeda sesuai dengan gendernya (Andrew, 2005). Tiga tahun pertama kehidupan merupakan masa
penting dalam perkembangan identitas gender (Deliemaster dan Friedrich, 2002). 
1. Usia Sekolah, selama anak-anak sekolah biasanya mempunyai pertanyaan tentang aspek fisik dan emosianal yang
berkaitan dengan seksual. Mereka memerlukan informasi yang akurat dari rumah dan sekolah tentang perubahan pada
tubuh dan emosi mereka selama preode ini dan apa yang diharapkan saat mereka berpindah ketahap pubertas (Edleman
dan Mandle,2006).
2. Pubertas/Masa Remaja. Perubahan emosional selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya dengan perubahan fisik.
Remaja menghadapi banyak keputusan dan memerlukan informasi yang akurat mengenai topik-topik seperti perubahan
tubuh, aktivitas seksual, respon emosi terhadap hubungan intim seksual, PMS, kontrasepsi, dan kehamilan. Masa remaja
merupakan masa dimana individu menggali orientasi seksual primer mereka (King, 2005; Price, 2003).
3. Dewasa muda (20-35 tahun) masuk dalam masa melakukan hubungan seksual. Pengetahuan mengenai respons seksual
meningkatkan kepuasan hubungan. Pada masa ini, dewasa muda mungkin akan mencoba berbagai ekspresi seksual,
mengembangkan sistem nilai dan menghargai sistem nilai orang lain juga berbagi tanggung jawab finansial dan tugas
rumah tangga dengan pasangan hidupnya.
4. Masa dewasa (35-55 tahun) mulai terjadi perubahan tubuh karena menopause. Pasangan
memusatkan hubungan seksualitas pada kualitas bukan kuantitas pengalaman seksual. 

5. Masa dewasa ( lansia)  usia lebih dari 55 tahun. Seksualitas dalam usia tua beralih dari
penekanan pada prokreasi menjadi penekanan pada pertemanan, kedekatan fisik, komunikasi
intim, dan hubungan fisik mencari kesenangan ( Ebersole & hess, 1994). Hal ini dapat secara
aktif di penuhi dengan mempertahankan aktivitas seksual secara teratur sepanjang hidup.
Terutama bagi wanita, hubungan senggama teratur membantu mempertahankan elastisitas
vagina, mencegah atrofi, dan mempertahankan kemampuan untuk lubrikasi. Namun demikian,
proses penuaan mempengaruhi perilaku seksual, Lansia menghadapi penurunan kekuatan
kesehatan yang menghambat aktifitas seksual. Lansia  harus menyesuaikan tindakan seksual
terhadap penyakit kronis, medikasi, sakit dan nyeri, atau masalah kesehatan lainnya. Orgasme
mungkin lebih jarang dicapai baik bagi suami maupun istri. Sekresi vagina berkurang dan
masa resolusi bagi pria memanjang.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKSUALITAS

Dalam mengumpulkan riwayat seksual, pertimbangkan faktor fisik, fungsional, hubungan,


gaya hidup, perkembangan, dan kepercayaan diri yang mempengaruhi fungsi seksual.
Keinginan seksual bervariasi antar individu.
Masalah konsep diri, termasuk identitas, citra tubuh, penampilan peran, dan harga diri,
memengaruhi seksualitas klien. Pertimbangkan bagaimana faktor-faktor tersebut berhubungan
dengan kondisi klien. Sebagai contoh, citra tubuh yang buruk sehubungan dengan penyakit
kronis memperbesar rasa penolakan. Hal ini biasanya akan menyebabkan berkurang atau
hilangnya keinginan seksual. Masalah dengan harga diri seseorang sering menyebabkan
konflik yang melibatkan seksualitas. Klien yang mengalami perasaan negataif sering menekan
perasaan seksualnya ketika mereka merasa tidak harus mengembangkan keinginan seksual
yang sehat. Harga diri seksual yang rendah mempengaruhi konsep diri seseorang secara
negative.
RESPON SEKSUAL
Sejak masa dewasa, tubuh kita memiliki kemampuan berhubungan seksual – baik kita sukai maupun tidak.
Kita memiliki hasrat seksual atau lipido dan kemampuan memberi respons seksual bahkan walaupun kita
tidak memiliki pasangan dan tidak pernah mencarinya. Kita harus mengenal respon ini. 
• Hasrat Seksual
• Gairah Seksual
• Orgasme atau klimaks
• Tahap resolusi
Disfungsi orgasme adalah ketidakmampuan atau kesulitan mencapai orgasme
dalam situasi tertentu. Penyebab fisk termasuk infeksi, diabetes, penyakit saraf,
penggunaan alkohol atau obat, dan perubahan akibat proses penuaan. Kemarahan
yang tidak terselesaikan, ketakutan akan kehamilan, kelehan, kecemasan, tekanan, dan
depresi terkadang menyebabkan berkurangnya keinginan dan kehilangan keinginan
melakukan aktivitas seksual. 
ASUHAN KEPERAWATAN UNTUK REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS

• Pengkajian
1.      Sebelum berinteraksi dengan setiap klien tentang seksualitas dan reproduksi, perawat haruntang klien atas melakukan
pengkajian diri; perilaku dan nilai-nilai personal akan sangat besar mempengaruhi asuhan keperawatan yang diberikan
2.      Riwayat seksual melibatkan pengumpulan informasi tentang klien atau pasangan seperti:
a.       Pengalaman aktivitas seksual sebelumnya dan saat ini
b.      Pengetahuan seksual dan cara memperolehnya
c.       Sikap terhadap seksualitas
d.      Masalah-masalah saat ini, bila ada
e.       Jumlah pasangan seksual dalam 6 bulan terakhir
f.       Riwayat penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
g.      Pengetahuan dan penggunaan praktik seks “yang lebih aman”
h.      Riwayat menstruasi dan obstetric
i.        Metode kontrol kehamilan yang digunakan
j.        Masalah spesifik yang terkait dengan seks dan seksualitas
B.     Diagnosis keperawatan
1.      Kurang pengetahuan
2.      Disfungsi seksual
3.      Perubahan fungsi seksual
4.      Ansietas

C.    Perencanaan dan Identifikasi hasil


1.Klien dan pasangannya akan memiliki pengetahuan tentang reproduksi dan seksualitas
2. Klien dan pasangannya akan mencapai fungsi seksual yang optimal
3. Kecemasan klien dan pasangannya akan dapat diringankan
D.    Implementasi
1.      Memberikan penyuluhan tentang reproduksi dan seksualitas.
a. Beri klien atau pasangannya informasi spesifik tentang struktur dan fungsi sistem reproduksi
b. Sarankan cara-cara untuk meringankan rasa tidak nyaman pada sistem reproduksi dan cara mencegah
penyakit reproduksi
c. Diskusikan resiko dan kemungkinan efek aktivitas seksual
2.      Meningkatkan fungsi seksual yang optimal
a. Rencanakan intervensi untuk menguatkan identitas gender atau perilaku peran
b. Rancang perawatan yang menunjukkan penerimaan terhadap seluruh pilihan gaya hidup yang sama.
c. Beri informasi tentang cara-cara alternatif ekspresi seksual
d. Diskusikan persepsi dan harapan tentang fungsi seksual
e. Rujuk klien yang memiliki masalah-masalah kompleks pada profesional yang spesialisasinya masalah
seksual.
3.      Memberikan dukungan untuk mengatasi ansietas
Beri kesempatan pada klien atau pasangannya untuk membahas perasaan-perasaan dan masalah seksual secara
terbuka
c. Beri informasi tentang cara-cara alternatif ekspresi seksual
d. Diskusikan persepsi dan harapan tentang fungsi seksual
e. Rujuk klien yang memiliki masalah-masalah kompleks pada profesional yang spesialisasinya
masalah seksual.
3.      Memberikan dukungan untuk mengatasi ansietas
Beri kesempatan pada klien atau pasangannya untuk membahas perasaan-perasaan dan masalah
seksual secara terbuka

E.     Evaluasi hasil
1.      Klien atau pasangan mengetahui struktur dan fungsi sistem reproduksi dan seksualitas
2.      Klien atau pasangan melaporkan pencapaian fungsi seksual yang optimal dan hubungan
seksual yang memuaskan
3.      Klien atau pasangan melaporkan ansietas berkurang yang terkait dengan masalah reproduksi
dan seksual.
TERIMAKASIH...

Anda mungkin juga menyukai